Analisis Kebutuhan Modal Kerja Dan Volume Penjualan Terhadap Perolehan Laba Bersih Pada Perusahaan Industri Otomotif Dan Komponennya Yang Terdaftar Di BEI

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN MODAL KERJA DAN

VOLUME PENJUALAN TERHADAP PEROLEHAN

LABA BERSIH PADA PERUSAHAAN INDUSTRI

OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA.

Analysis Of Working Capital Requirement And Sales Volume

To Net Income In Automotive Industry And Its Components

Listed In Indonesia Stock Exchange

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Seminar Akuntansi Jenjang Studi S1

Program Studi Akuntansi Disusun Oleh :

NAMA : FENNY LIANTI

NIM : 21107017

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

i

ABSTRACT

The research was conducted to Company's Automotive Industry and Its components are listed on the Indonesia Stock Exchange. The purpose of this study is to determine the relationship working capital requirement , volumes of sales and net income, and to know influence of working capital requirement and sales volume to net income in the company's automotive and components are listed on the Stock Exchange.

The method used in this research is quantitative method. Samples used in this study are financial report 8 automotive companies listed on the Stock Exchange from 2006 to 2010. To know the relationship of working capital requirement and sales volume with net income is used Pearson correlation, to determine the level of influence of working capital requirement and sales volume to net income path analysis is used, and to know how big contribution of variabel used formula coefficients determination. Testing the hypothesis in this study using the statistical t two tail test and statistical F test. Obtaining the results of the analysis processed by using SPSS 17.. for windows.

From the correlation results show that working capital requirement, sales volume with net income has a adequate relationship with a positive direction, when the working capital requirement decrease and sales volume increased the net income will be higher. While the results of path analysis showed that working capital requirement and sales volume significant effect on net income, either simultaneously but partially working capital requirement to net income no significant and sales volume to net income is significant.


(3)

ii

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Industri Otomotif dan Komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan kebutuhan modal kerja, volume penjualan dan laba bersih serta untuk mengetahui pengaruh kebutuhan modal kerja, volume penjualan terhadap laba bersih.

Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Sampel analisis dalam peneltian ini adalah laporan keuangan 8 perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI dari tahun 2006-2010. Untuk mengetahui besarnya hubungan kebutuhan modal kerja, volume penjualan dengan laba bersih digunakan korelasi pearson. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kebutuhan modal kerja dan volume penjualan terhadap laba bersih digunakan analisis jalur (path analisis), dan untuk mengetahui seberapa besar konstribusi variabel digunakan rumus Koefisien Determinasi. Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik uji t dua pihak dan statistic uji F. Perolehan hasil analisis tersebut diolah dengan menggunakan program SPSS 17.0 for windows.

Dari hasil korelasi menunjukan bahwa kebutuhan modal kerja, volume penjualan dengan laba bersih memiliki hubungan cukup erat, apabila kebutuhan modal kerja menurun dan volume penjualan meningkat maka laba bersih akan tinggi. Hasil analisis jalur menunjukan bahwa kebutuhan modal kerja dan volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba bersih secara simultan namun secara parsial kebutuhan modal kerja tidak berpengaruh terhadap laba bersih dan volume penjualan berpengaruh terhadap laba bersih.


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohiim,

Alhamdulilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan ridhoNya, shalawat serta salam selalu kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Usulan Penelitian ini dengan baik.

Penulisan Laporan Usulan Penelitian yang berjudul “Analisis Kebutuhan Modal Kerja dan Volume Penjualan Terhadap Perolehan Laba Bersih Pada Perusahaan Industri Otomotif yang Tedaftar Di Bursa Efek Indonesia”, ini disusun sebagai salah satu syarat matakuliah dan kelulusan.

Dalam penyusunan Laporan Usulan Penelitian ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, serta pengalaman penulis. Namun penulis mengharapkan semoga Laporan Usulan Penelitian ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pihak lain yang memerlukan.

Atas segala petunjuk dan bimbingan yang telah penulis dapatkan maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto,M.Sc, Selaku Rektor Universitas Indonesia. 2. Hj. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,S.E.,M.Si, Selaku Dekan Fakultas


(5)

v

3. Sri Dewi Angadini, S.E,.M.Si, Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universita Komputer Indonesia.

4. Lilis Puspitawati, S.E., M.Si Selaku Dosen Pembimbing yang penuh keikhlasan berkenan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga laporan ini dapat selesai.

5. Surtikanti, S.E., M.Si dan Wati Aris Astuti S.E., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis untuk lebih memperbaiki isi dari karya tulis ini.

6. Ely Suhayati, SE.,M.Si,Ak Selaku Dosen Wali kelas Ak 1.

7. Keluargaku tercinta papa dan mama yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materil serta cinta kasih yang tiada henti yang diberikan kepada penulis untuk keberhasilan penulis.

8. Kakak dan adikku fendi dan cindy yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis. Maaf selalu merepotkan kalian.

9. Untuk Willy Faizal terimakasih atas nasehat, candaan, dan kasih sayang yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini.

10. Sahabat-sahabatku Ratih, Metti, Imaniar terimakasih atas bantuan, dukungan, serta memberikan semangat dalam penulisan laporan ini, untuk Silvia Rahmania yang selalu heboh dan memotivasi penulis untuk bisa cepat- cepat menyelesaikan karya tulis ini, terimakasih atas kerjasama dan kekompakannya serta teman-teman Akuntansi Angkatan 2007 khususnya kelas AK-1, terima kasih atas kebersamaannya.


(6)

vi

11. Teman- teman dari scream in the silent yang selalu memberikan semangat dan doanya.

12. Sahabat- sahabatku Fitria Dewi, Ellyza, Puji, Dwi, Ilda, Neng yeli, Reni terimakasih atas dukungan dan doanya.

13. Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam penyusunan laporan Usulan Penelitian ini.

Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila tulisan kurang berkenan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dalam Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membaca.

Akhir kata, semoga kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amien.

Bandung, Juli 2011 Penulis

Fenny Lianti NIM. 21107017


(7)

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan yaitu ingin memperoleh laba yang maksimal. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan perusahaan yaitu pengelolaan keuangan yang menunjukan dana yang tersedia mencukupi dan dikelola secara efisien. Dalam menjalankan usahanya perusahaan memerlukan modal kerja untuk membiayai pelaksanaan operasi perusahaan sehari-hari. Pengelolaan modal kerja yang baik diharapkan dapat meningkatkan laba yang maksimal. (Siti Nurjanah, 2004).

Dalam teori keuangan, terdapat 3 bagian utama dalam pembuatan keputusan yang harus diambil oleh sebuah perusahaan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan manajerial. Ketiga bagian ini saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Keputusan investasi berkaitan dengan tindakan perusahaan dalam mengelola aset atau hartanya, baik harta lancar seperti kas, piutang dan persediaan ataupun harta tetap seperti kendaraan, tanah, dan mesin produksi. Keputusan pendanaan adalah keputusan yang menyangkut bagaimana sebuah perusahaan membiayai aset- aset tersebut. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mecocokan antara harta dan hutang yang dimilikinya. (Ikhsan Pradana, 2009).

Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai kegiatan operasinya sehari- hari karena perusahaan selalu melakukan pengeluaran


(9)

Bab 1 Pendahuluan 2

jangka pendek secara teratur dalam kegiatan bisnis. Misalnya untuk pembelian persediaan, membayar upah buruh,dan gaji pegawai. (Bambang Riyanto, 2006). Modal kerja yang cukup memungkinkan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya tidak mengalami kesulitan dan hambatan yang mungkin akan timbul. Adanya modal kerja yang berlebihan menunjukan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini memberikan kerugian karena dana yang tersedia tidak dipergunakan secara efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya kekurangan modal kerja merupakan sebab utama kegagalan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan berbeda- beda, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu sendiri. Kebijakan perusahaan dalam mengelola jumlah modal kerja secara tepat akan menghasilkan keuntungan yang benar- benar diharapkan oleh perusahaan sedangkan akibat pengelolaan modal yang kurang tepat akan mengakibatkan kerugian. Namun, terkadang perusahaan menggunakan modal kerja untuk membeli aktiva tetap sehingga akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan.

Besar kecilnya kebutuhan modal kerja suatu perusahaan bergantung pada periode perputaran aset- aset yang termasuk kedalam modal kerja atau periode terikatnya modal kerja dan pengeluaran kas setiap harinya. Makin besar jumlah pengeluaran kas tiap harinya, kebutuhan akan modal kerjapun semakin besar. Pada umumnya perusahaan didirikan tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan untuk seterusnya dan selalu ada aktivitas usaha setiap harinya. Kebutuhan modal kerja harus dipersiapkan tidak cukup hanya sebesar apa


(10)

Bab 1 Pendahuluan 3

yang diperlukan selama satu periode perputaran saja melainkan juga harus mempertimbangkan besar jumlah pengeluaran setiap harinya.

Masalah modal kerja merupakan masalah yang akan selalu muncul dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini dikarenakan selama perusahaan masih beroperasi, modal kerja akan selalu diperlukan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari- hari serta untuk menjaga kontinuitas dari perusahaan. Perusahaan tidak dapat melakukan pembiayaan kegiatan operasional sehari- hari dengan menggunakan laba yang dihasilan karena akan mengalami hambatan pengelolaan keuangan dimasa yang akan datang. Pembayaran kegiatan operasional sehari- hari dapat didanai dengan uang kas. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mencadangkan dana untuk modal kerja dan menentukan banyaknya investasi yang harus dilakukan pada setiap kategori aset lancar yang tergolong sebagai modal kerja. Akibatnya laba dapat dimaksimumkan karena perusahaan mempunyai aktiva lancar yang tidak berlebihan juga pembelanjaan jangka pendek yang tidak lebih dari kebutuhan.

Dengan modal kerja yang memadai kegiatan penjualan akan semakin meningkat karena persediaan barang dagang dari kegiatan produksi yang mengalami peningkatan. Seiring dengan perkembangan perekonomian secara global, perusahaan dapat melakukan berbagai macam inovasi dalam proses penjualan barang dan jasanya agar para langganan tetap merasa puas dengan fasilitas yang di berikan, salah satunya yaitu dengan melakukan penjualan barang dagangannya tidak hanya secara tunai tapi dapat dilakukan dengan penjualan secara kredit. Penjualan barang dan jasa merupakan sumber pendapatan bagi


(11)

Bab 1 Pendahuluan 4

perusahaan. Dalam suatu perusahaan, permasalahan yang paling berat dihadapi adalah masalah penjualan produk perusahaan, baik produk perusahaan yang berupa barang atau jasa. Penjualan produk ini memerlukan perhatian yang khusus sehingga dapat mencapai target yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan

Untuk meningkatkan volume penjualan perusahaan harus memperhatikan faktor- faktor yang berkaitan dengan volume penjualan. Misalnya saja harga jual produk. Bilamana volume penjualan cukup besar dengan harga jual yang sesuai, maka perusahaan dapat menghasilkan laba yang besar pula. Adakalanya perusahaan tidak bisa menjual cukup banyak dengan harga yang telah direncanakan. Maka harga mungkin harus diturunkan, seperti dalam kasus- kasus persaingan yang terjadi di pasar. Harga yang rendah mungkin mendorong pembeli untuk membeli lebih banyak atau mendorong pembeli untuk pindah dari produk satu ke produk yang lain. Namun dalam praktiknya, meskipun harga telah diturunkan volume penjualan bisa saja tidak berubah, sehingga angka penjualan dalam rupiah justru menjadi lebih kecil, bukan lebih besar. Sebaliknya bila harga dinaikan, belum tentu terjadi penurunan dalam penjualan. Oleh karena itu dibutuhkan analisis yang tepat untuk melakukan perhitungan target volume penjulan untuk mencapai laba yang diinginkan ( Tjiptono Darmaji : 2009-24)

Tujuan akhir dari peningkatan volume penjualan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu diharapkan akan berdampak pada laba bersih yang terus meningkat. Untuk itu volume penjualan menjadi target utama dalam kegiatan penjualan ini, semakin besar volume penjualan (unit) semakin besar proyeksi laba yang diterima. Laba bersih dipilih sebagai satuan ukuran evaluasi kinerja


(12)

Bab 1 Pendahuluan 5

perusahaan karena dalam laba bersih sudah memperhitungkan beban- beban dan pos tidak biasa lainnya yang akan terjadi dimasa depan dan di bebankan di masa sekarang. Pembebanan biaya ini diharapkan akan menyebabkan perolehan laba yang baik dimasa yang akan datang.

Perusahaan otomotif merupakan salah satu perusahaan yang tingkat volume penjualannya tinggi dan selalu meningkat di tiap tahunnya. Padahal harga perunit yang ditetapkan relatif mahal. Perusahaan otomotif juga banyak melakukan kegiatan penjualannya tidak hanya secara tunai tapi juga secara kredit agar mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Aktivitas perusahaan yang padat ini harus didukung oleh adanya kebutuhan modal kerja yang mencukupi agar kegiatan pemenuhan dana tidak terhambat. Apalagi dengan adanya beragam kegiatan perusahaan, harus mampu mengelola dana yang masuk dan yang keluar. Agar penggunaan dana operasional harian dapat lebih efektif dibutuhkan perhitungan mengenai kebutuhan modal kerja untuk membantu para manajer dalam menghitung dana yang tepat dan menghitung lamanya dana yang telah dikeluarkan kembali lagi menjadi kas.

Pemilihan perusahaan otomotif ini karena perusahaan dapat bangkit dari hantaman krisis ekonomi tahun 1998 yang membuat perusahaan harus memangkas produksi besar- besaran. Data gabungan industri Alat- alat Mobil dan Motor (GIAMM) menyebutkan pemanfaatan kapasitas produksi komponen tahun 1998 hanya 30% saja. Namun, dari tahun ke tahun perkembangan industri komponen di dalam negeri semakin marak, ditandai dengan tren pertumbuhan otomotif roda dua maupun roda empat yang meningkat ditambah dengan strategi


(13)

Bab 1 Pendahuluan 6

baru pemain otomotif dunia untuk menjadikan Asia sebagai basis industri mereka. Hal ini mendorong permintaan akan jenis komponen yang beragam juga semakin tinggi sehingga membuka peluang yang tidak kecil, khususnya di sektor kendaraan roda dua.

Selain itu sektor industri otomotif dan komponennya kini termasuk salah satu sektor yang cukup banyak menyerap kawasan industri. Sektor otomotif berkembang dengan pesat didukung oleh permintaan yang semakin meningkat tiap tahunnya. Berbagai macam produk baru yang dikeluarkan selalu mendapat respon yang baik oleh konsumen. Pada tahun 2010 pasar mobil Indonesia terus menunjukkan tren positif, Indonesia juga meraih peringkat pertama pasar otomotif di kawasan Asean (Dimas Dwi Primatama, 2010).

Studi dokumentasi pendahuluan yang dilakukan terhadap modal kerja dan laba bersih indusrti barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Data Perkembangan Volume Penjualan dan Laba Bersih Pada perusahaan otomotif dan komponennya yang listing di BEI

(Dalam Jutaan Rupiah)

Keterangan Emiten 2006 2007 2008 2009 2010 Laba Bersih BRAM 18.313 39.148 94.775 72.105 134.160

GDYR 25.396 42.399 812 116.451 74.158 INDS 2.171 9.887 31.827 58.765 71.109 LPIN -939 18.034 4.763 10.210 14.122 MASA 170.006 29.204 2.973 174.860 176.082 NIPS 8.038 5.084 1.550 3.685 12.662 PRAS -2.761 2.773 -14.813 -36.216 306 SMSM 66.174 80.324 91.471 132.850 150.420 Total 286.398 226.853 213.358 532.710 633.019 Rata-Rata 35.800 28.357 26.670 66.589 79.127 Perkembangan -7.443 -1.687 39.919 12.539 Sumber : Laporan Laba Rugi


(14)

Bab 1 Pendahuluan 7

Volume Penjualan

2006 2007 2008 2009 2010

BRAM 1.500.834 1.547.111 1.637.886 1.500.639 1.805.359 GDYR 982.428 1.088.862 1.244.519 1.261.263 1.933.713 INDS 390.975 564.440 963.198 720.228 1.027.120 LPIN 29.234 49.153 59.249 58.088 59.519 MASA 588.031 898.334 1.333.604 1.691.475 2.006.840 NIPS 260.153 405.748 480.457 279.929 400.894 PRAS 746.120 658.094 410.673 161.201 287.200 SMSM 881.116 1.064.055 1.353.586 1.374.651 1.561.786

Total 5.378.891 6.275.797 7.483.172 7.047.474 9.082.431

Rata- Rata

1.195.309 1.394.622 1.662.927 1.566.105 2.018.318

Perkem bangan

199.312 268.306 - 96.822 452.213 Sumber : Laporan Laba Rugi

Tabel 1.1 menunjukan bahwa volume penjualan perusahaan berbeda- beda tiap tahunnya. Rata- rata perkembangan volume penjualan yang diperoleh perusahaan industri otomotif dan komponennya mengalami peningkatan di tiap tahunnya. Bagi perusahaan otomotif dan komponennya kegiatan penjualan seharusnya tidak terlalu bermasalah karena pangsa pasar untuk kegiatan ini sedang mengalami musim yang baik hal ini ditunjukan dengan respon positif masyarakat terhadap produk- produk yang dikeluarkan dan prospek perusahaan otomotif pada tahun 2008 sedang baik karena adanya peningkatan permintaan baik dari dalam negeri maupun dari luar negri.

Sesuai dengan pemahaman penulis mengenai teori dari Budi Rahardjo (2000;33), Adanya hubungan yang erat mengenai volume penjualan terhadap peningkatan laba bersih perusahaan dalam hal ini dapat dilihat pada laporan laba rugi perusahaan. Faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya laba adalah pendapatan, pendapatan dapat diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan perusahaan. Fenomena yang terjadi menunjukan hal tersebut tidak berlaku pada perusahaan industri otomotif dan komponenya selama tahun 2008 dan 2009.


(15)

Bab 1 Pendahuluan 8

Seperti yang telah digambarkan pada tabel 1.1 diatas bahwa rata- rata volume penjualan yang terus meningkat tidak diikuti dengan peningkatan laba bersih. Pada tahun 2007 dan 2008 disaat kegiatan penjualan mengalami peningkatan. Rata- rata laba bersih perusahaan justru mengalami penurunan menjadi Rp. 1.394.622 juta yang sebelumnya pada tahun 2006 sebesar Rp. 35.800 juta padahal volume penjualan pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi Rp. 1.394.622 juta. Namun pada tahun 2009 saat terjadinya krisis walaupun volume penjualan mengalami penurunan namun laba bersih justru mengalami peningkatan. hal tersebut mengindikasikan adanya faktor kebutuhan modal kerja yang mengalami penurunan yang berarti pengeluaran kas rata- rata perharinya juga mengalami penurunan dan perusahaan tidak menggunakan dana operasional yang besar sehingga mempengaruhi perolehan laba bersih

Perubahan kebutuhan modal kerja dan volume penjualan diatas menunjukan bahwa kebutuhan modal kerja dan volume penjualan memberikan dampak terhadap perolehan laba bersih perusahaan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Imelda Yulistia (2009) dengan judul Pengaruh efektivitas dan kebutuhan modal kerja terhadap laba bersih industri barang konsumsi di bursa efek Indonesia, menyatakan bahwa secara simultan efektivitas modal kerja dan kebutuhan modal kerja berpengaruh terhadap laba bersih industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia dan secara parsial efektivitas modal kerja dan kebutuhan modal kerja berpengaruh terhadap laba bersih industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia.


(16)

Bab 1 Pendahuluan 9

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Soegiyatmodjo, ibnoe koes dengan judul Analisa Pengaruh Pemberian Kredit dan Volume Penjualan Terhadap Laba di KPRI Rumaket Karanganyar menyatakan bahwa volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t terhadap variabel volume penjualan memperoleh thitung > ttabel (7,773 > 2,776) diterima pada taraf signifikansi 5% dan Ha : diterima.

Penelitian yang dilakukan oleh Nelmida yang berjudul Efektivitas modal kerja serta faktor- faktor yang mempengaruhinya. Bertujuan untuk mengetahui jumlah kebutuhan modal kerja dan untuk mengetahui efektivitas modal kerja serta faktor- faktor dominan yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa lama persediaan barang jadi disimpan, lama piutang dapat ditagih dan kebutuhan kas perhari serta volume penjualan terbukti berpengaruh positif terhadap kebutuhan modal kerja dengan tingkat keyakinan alpha 5 %. Koefisien regresi volume penjualan sebesar 5095,70 dapat diperkirakan bahwa setiap rata- rata kenaikan 1% volume penjualan akan dapat menaikan sebanyak 5095,70%. Hal ini dapat diyakini (signifikan) pada alph 5% dan df 12, maka nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (thitung= 9,81 > ttabel= 1,78), kebutuhan modal kerja memiliki hubungan dengan volume penjualan sebesar 94,05% yang relatif kuat.

Dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka Penulis tertarik untuk membahas tentang peranan kebutuhan modal kerja dan kontribusi

penjualan terhadap perolehan laba dengan mengambil judul ”Analisis Kebutuhan Modal Kerja dan Volume Penjualan Terhadap Perolehan Laba Bersih Pada


(17)

Bab 1 Pendahuluan 10

Perusahaan Industri Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1.2 Identifikasi Masalah

1. Selama periode 2006-2010, dapat diketahui bahwa perolehan laba bersih, kebutuhan modal kerja mengalami fluktuasi. Fluktuasi laba bersih tersebut dipengaruhi oleh volume penjualan dan kebutuhan modal kerja. Volume penjualan terus mengalami peningkatan padahal laba bersih yang diperoleh mengalami penurunan pada tahun 2007 dan 2008, hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada.

2. Volume penjualan mengalami penurunan namun terjadinya peningkatan laba bersih di indikasikan dapat dipengaruhi penurunan kebutuhan modal kerja sebagai akibat dari penurunan pengeluaran kas perharinya dan semakin cepatnya lama keterikatan modal kerja.

3. Pada tahun 2006- 2010 Perusahaan Otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI mengalami perolehan laba bersih yang cenderung berfluktuatif

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan kebutuhan modal kerja terhadap volume penjualan pada perusahaan industri otomotif yang terdaftar di BEI


(18)

Bab 1 Pendahuluan 11

2. Bagaimana pengaruh kebutuhan modal kerja, volume penjualan terhadap laba bersih secara parsial pada perusahaan industri otomotif yang terdaftar di BEI

3. Bagaimana pengaruh kebutuhan modal kerja, volume penjualan secara simultan terhadap laba bersih pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI

1.4 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebutuhan modal kerja perusahaan terhadap perolehan laba bersih serta pengaruh volume penjualan terhadap perolehan laba bersih

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan kebutuhan modal kerja terhadap volume penjualan yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap perolehan laba bersih.

2. Untuk mengetahui pengaruh kebutuhan modal kerja, volume penjualan terhadap laba bersih secara parsial pada perusahaan industri otomotif yang terdaftar di BEI

3. Untuk mengetahui pengaruh kebutuhan modal kerja, volume penjualan secara simultan terhadap laba bersih pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI


(19)

Bab 1 Pendahuluan 12

1.5 Kegunaan penelitian

1. Bagi penulis

Hasil dari penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan mengenai materi akuntansi manajemen dan masalah yang diteliti,

sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai “peranan

kebutuhan modal kerja dan volume penjualan terhadap perolehan laba

bersih” yang diperoleh perusahaan baik secara teori maupun secara

praktek.

2. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang pengaruh modal kerja dan volume penjualan terhadap laba bersih pada perusahaan terkait

3. Bagi pihak- pihak yang memerlukan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi yang bermanfaat serta dapat dijadikan referensi judul dalam penyusunan laporan usulan penelitian.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan meneliti laporan keuangan yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai Juli 2011.


(20)

Bab 1 Pendahuluan 13

Tabel 1.1 Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Mar

2011

Apr 2011

Mei 2011

Jun 2011

Jul 2011

I

Tahap Persiapan:

1. Bimbingan dengan dosen pembimbing

2. Membuat outline dan proposal skripsi 3. Mengambil formulir penyusunan skripsi

4. Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan:

1. Mengajukan outline dan proposal skripsi

2. Meminta surat pengantar ke perusahaan

3. Penelitian

4. Penyusunan skripsi

III

Tahap Pelaporan:

1. Menyiapkan draft skripsi 2. Sidang akhir skripsi

3. Penyempurnaan laporan skripsi 4. Penggandaan skripsi


(21)

14 BAB II

Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kebutuhan Modal Kerja

Modal kerja merupakan dana yang diperlukan untuk operasi sehari- hari. Penentuan besarnya kebutuhan modal kerja sangat penting dilakukan oleh perusahaan agar penggunaan dana dapat digunakan secara efektif dan efisien. 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja

Ada dua cara dalam pembagian modal yaitu yang pertama modal menurut bentuknya yang disebut sebagai modal aktif yaitu modal yang tertera disebelah debet dari neraca dan berdasarkan cara dan lamanya perputaran, modal aktif ini dapat dibedakan antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Berdasarkan fungsi aktiva dalam perusahaan, modal aktif di bedakan menjadi modal kerja dan modal tetap. Serta pembagian modal yang kedua yaitu menurut sumbernya yang disebut sebagai modal pasif, yaitu modal yang tertera disebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber- sumber darimana dana diperoleh, modal pasif terdiri dari modal sendiri dan modal asing.

Menurut Agus Sartono (2001:387) ada dua pengertian modal kerja, yaitu:

” Pertama gross working capital, adalah keseluruhan aktiva lancar, dan yang kedua net working capital merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar”.


(22)

Bab II ISI 15

Menurut H. Sutrisno (2007:40) pengertian modal kerja dalam konsep kualitatif adalah sebagai berikut:

”Pada konsep kualitatif, modal kerja bukan semua aktiva lancar tetapi

telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar. Dengan demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh pembayaran-pembayaran hutang yang segera jatuh tempo karena menurut konsep ini utang lancar telah dikeluarkan dari perhitungan, sehingga modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan utang

lancarnya”.

Berdasarkan pengertian di atas, pengertian modal kerja yaitu selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari- hari.

2.1.1.2 Komponen Modal Kerja

Komponen modal kerja mencakup aktiva lancar dan utang lancar, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Current Assets (Aktiva lancar)

Menurut S. Munawir (2004:14) pengertian Aktiva lancar, yaitu :

“ Uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan

perusahaan yang normal)”.

Aktiva lancar mencakup uang kas, aktiva lainnya, atau sumber lainnya yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi uang kas, atau dijual, atau dikonsumsi selama jangka waktu yang normal (biasanya satu tahun). Yang termasuk aktiva lancar adalah sebagai berikut :


(23)

Bab II ISI 16

a. Cash (Kas)

Uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang tunai dan alat pembayaran itu terdiri atas uang logam, uang kertas, cek, wesel-wesel bank dan lain-lain.

b. Accounts Receivable (Piutang Dagang)

Meliputi keseluruhan tagihan atau langganan perseorangan yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa kredit.

c. Notes Receivable (Wesel Tagih)

Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu promes. Promes tagihan adalah promes yang ditandatangani untuk membayar sejumlah uang dalam waktu tertentu yang akan dating kepada seseorang atau suatu perusahaan yang namanya tercamtum dalam surat perjanjian tersebut (nama perusahaan yang memegang surat tersebut) d. Accruals Receivable (Penghasilan yang masih akan diterima)

Penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain, tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.

e. Inventories (Persediaan barang)

Barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada ditangan pada saat penyusunan neraca. Untuk perusahaan industri yang mengolah bahan dasar menjadi barang jadi, mempunyai tiga persediaan yaitu persediaan bahan dasar atau bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.


(24)

Bab II ISI 17

2. Current Liabilities (Utang Lancar)

Menurut S. Munawir (2004:18) pengertian hutang lancar, yaitu :

“Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan

perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan

aktiva lancar yang dimilik oleh perusahaan.”

Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, atau utang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Yang termasuk utang lancar adalah sebagai berikut :

a. Account Payable (Utang Dagang)

Semua pinjaman yang timbul karena pembelian barang-barang dagangan atau jasa secara kredit. Pinjaman tersebut akan dikembalikan dalam jangka waktu satu tahun atau kurang (jangka waktu operasi perusahaan yang normal).

b. Notes Payable (Wesel Bayar)

Wesel bayar adalah promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atau perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan dating yang ditetapkan (utang wesel). Promes dapat diberikan kepada bank ketika perusahaan meminjam uang atau kepada kreditur untuk pembelian barang dagangan secara kredit.

c. Deffered Revenue (Penghasilan yang ditangguhkan)

Penghasilan yang diterima terlebih dahulu merupakan penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak. Pihak lain telah menyerahkan uang terlebih dahulu kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan


(25)

Bab II ISI 18

barang atau jasanya (perusahaan berkewajiban untuk memenuhinya). Penghasilan baru direalisasikan bila jasa-jasa telah terpenuhi atau transaksi penjualan telah selesai. Contohnya adalah pembayaran dimuka dari langganan untuk hasil produksi dan sewa yang diterima dimuka.

d. Dividends Payable (Utang dividen)

Bagian laba perusahaan yang diberikan sebagai deviden kepada pemegang saham tetapi belum dibayarkan pada waktu neraca disusun.

e. Tax Payable (Utang pajak)

Beban pajak perseroan yang belum dibayarkan pada waktu neraca disusun.

f. Accruals Payable (Kewajiban yang masih harus dipenuhi)

Kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan, misalnya upah, bunga, sewa, pension dan lain-lain.

g. Maturing Long Term Debt (Utang jangka panjang telah jatuh tempo)

Sebagian atau seluruh utang jangka panjang yang menjadi utang jangka pendek karena sudah sampai waktunya untuk dilunasi.

2.1.1.3 Jenis-Jenis Modal Kerja

Setiap perusahaan memiliki kebutuhan akan modal kerja yang berbeda- beda, hal ini biasanya dipengaruhi oleh perbedaan aktivitas perusahaan.

Menurut A.W. Taylor (2007:41) menyatakan bahwa modal kerja bisa dikelompokan kedalam dua jenis yaitu:

1. Permanent Working Capital (Modal Kerja Permanen)


(26)

Bab II ISI 19

Penjelasan jenis- jenis modal kerja diuraikan sebagai berikut:

1. Permanent Working Capital (Modal kerja permanen)

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Primary Working Capital (Modal Kerja Primer)

Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.

b. Normal Working Capital (Modal Kerja Normal)

Modal kerja normal yang harus ada agar perusahaan bisa beroperasi dengan tingkat produksi normal. Produksi normal merupakan kemmpuan perusahaan untuk menghasilkan barang sebesar kapasitas normal perusahaan.

2. Variable Working Capital (Modal Kerja Variabel)

Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang memepengaruhi perusahaan. Modal kerja variabel terdiri dari :

a. Seasonal Working Capital (Modal Kerja Musiman)

Merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan, misalnya perubahan biscuit harus menyediakan modal kerja lebih besar pada saat musim hari raya.


(27)

Bab II ISI 20

adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi konjungtur.

c. Emergency Working Capital (Modal Kerja Darurat)

Modal kerja ini jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan.

Modal kerja dapat dibiayai dengan modal sendiri, hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. System pembelanjaan yang akan dipilih haruslah didasarkan pada perimbangan mengenai laba dan risiko. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal mungkin. Akan tetapi agar perputaran modal perusahaan dapat ditingkatkan seringkali perusahaan dapat menggunakan prinsip – prinsip pembelanjaan yaitu:

a. modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek hanya dapat digunakan untuk membiayai modal kerja

b. modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang dapat dipakai untuk modal kerja atau investasi.

Menurut Drs. Syahyunan (2007: 27) mengenai pembiayaan kebutuhan modal kerja yaitu:

“Apabila modal yang diperoleh dari pinjaman jangka pendek digunakan untuk membiayai investasi, maka akan sangat membahayakan karena disamping bunganya sangat tinggi, pada saat harus mengembalikanpinjaman ternyata investasi belum menghasilkan. Untuk menentukan berapa jumlah modal yang dibutuhkan dalam pinjaman jangka panjang atau jangka pendek maka terlebih dahulu dihitung jangka- jangka waktu kritisnya”.

Menurut Lawrence D. Schall dan Charles W. Haley (2007: 175) menyatakan:


(28)

Bab II ISI 21

Finance short term needs with short term sourches and finance long term needs with long term sources.”

Dengan demikian kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya dibiayai dengan modal sendiri. Semakin besar jumlah modal sendiri maka akan semakin baik bagi perusahaan karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek. Disamping itu kebutuhan modal kerja yang permanen dapat juga dibiayai dengan penjualan obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang tersebut dan beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Sedangkan modal kerja variabel dapat dibiayai dengan hutang jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari pada kebutuhan modal kerja.

2.1.1.4Sumber- Sumber Modal Kerja

Menurut S. Munawir ( 2000: 119), pada dasarnya modal kerja itu terdiri dari dua bagian pokok yaitu:

1. Bagian yang tetap atau bagian yang permanent yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan.

2. Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas yang biasa

Kebutuhan modal kerja yang permanen sebaiknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham, semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek. Kebutuhan modal kerja permanent dapat dibiayai dari penjualan obligasi atas jenis hutang jangka panjang lainnya.


(29)

Bab II ISI 22

Menurut Munawir (2000:119-123) pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:

a. Hasil operasi

b. Keuntungan dari penjualan surat- surat berharga ( investasi jangka pendek)

c. Penjualan aktiva tidak lancar d. Penjualan saham atau obligasi

Penjelasan dari sumber- sumber modal kerja tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Hasil operasi perusahaan

Yaitu jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukan jumlah modal kerja yang berasal daei hasil operasi perusahaan.

b. Keuntungan dari penjualan surat- surat berharga (investasi jangka panjang).

Surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan untuk jangka pendek (marketable securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yanng diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. Apabila efek atau investasi jangka pendek ini dijual dengan harga jual yang sama dengan


(30)

Bab II ISI 23

harga perolehannya (tanpa laba atau rugi), maka penjualan efek- efek tersebut tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja ( modal kerja tidak bertambah dan berkurang). Didalam menganalisa sumber- sumber modal kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat- surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan.

c. Penjualan aktiva tidak lancar

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualanaktiva tetap, investasi jagka panjang dan aktiva lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi bagi perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan akan menyebabkan keadaaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.

d. Penjualan saham atau obligasi

Untuk menambah modal dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk dapat pula mengadakan emisi saham baru untuk meminta kepada pemilik peusahaan untuk menambah modalnya. Selain itu, perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.


(31)

Bab II ISI 24

2.1.1.5 Kebutuhan Modal Kerja

Pengertian kebutuhan modal kerja menurut JEFF Madura (2007:273) yaitu:

” Target jumlah dana yang digunakan untuk memenuhi aktiva lancar seperti inventory, prepaid insurance yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional sehari- hari”.

Menurut Ricky W Griffin, Ronald J. Ebert (2007:275), pengertian kebutuhan modal kerja yaitu:

” Ukuran yang digunakan dalam mengelola dana yang dibutuhkan untuk pengeluaran jangka pendek secara teratur terjadi dalam kegiatan bisnis

perusahaan setiap harinya”.

Menurut Munawir (2001:136), pengertian kebutuhan modal kerja yaitu:

” Besar kecilnya dana atas jumlah kebutuhan modal kerja dipengaruhi oleh Periode terikatnya modal kerja dengan pengeluaran kas rata- rata tiap

harinya”.

Jadi, kebutuhan modal kerja merupakan ukuran yang digunakan dalam memenuhi dana jangka pendek yang dapat dinilai dengan mngalikan periode terikatnya modal kerja dikali dengan pengeluaran kas rata- rata tiap harinya. 2.1.1.6 Pentingnya Kebutuhan Modal Kerja

Penetapan besarnya modal kerja akan mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan, sesuai dengan pendapat Jumingan (2006:67) yang menyatakan:

” Kebutuhan modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup kerugian


(32)

Bab II ISI 25

dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keuangan perusahaan”.

Manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut: 1. Dalam perusahaan manufaktur, sebagian besar aktivanya merupakan

aktiva lancar. Dengan demikian mengingat jumlah investasi dalam modal kerja cukup besar, maka perlu dikelola dengan baik.

2. Melindungi perusahaannya dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.

3. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.

4. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.

5. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.

6. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.

7. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.

8. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan suplai yang dibutuhkan.


(33)

Bab II ISI 26

9. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.

Di luar kondisi diatas, yakni adanya modal kerja yang berlebih-lebihan atau terjadinya kekurangan modal kerja, keduanya merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan.

Penyebab timbulnya kelebihan modal kerja adalah sebagai berikut :

1. Pengeluaran saham dan obligasi yang melebihi dari jumlah yang diperlukan

2. Penjualan aktiva tetap tanpa diikuti penempatan kembali.

3. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk membayar dividen, membeli aktiva tetap atau maksud-maksud lainnya. 4. Konversi operating asset menjadi modal kerja melalui proses penyusutan,

tetapi tidak diikuti dengan penempatan kembali.

5. Akumulasi dana sementara menunggu investasi, ekspansi dan lain-lain. 2.1.1.7 Pemenuhan Kebutuhan Modal Kerja

Menurut Agus Sartono (2001:386) kebutuhan modal kerja dapat dipenuhi dengan 3 pendekatan, diantaranya yaitu:

1. Matching approach

2. Conservative approach

3. Aggresive approach

Ketiga pendekatan tersebut dapat dijelaskan seperti dibawah ini:

1. Matching approach

Matching approach, akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen dengan smber dana jangka panjang, baik itu utang jangka


(34)

Bab II ISI 27

panjang maupun modal sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo perusahaan tidak dapat membayar kembali.

2. Conservative Approach

Akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen serta sebagian aktiva lancar yang berfluktuasi dengan utang jangka panjang atau modal sendiri. Proporsi utang jangka pendek dengan demikian akan lebih kecil dibandingkan matching approach. Keputusan ini dimaksud untuk memperkecil risiko meskipun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan yang tersedia untuk pemegang saham karena biaya utang jangka panjang pada umumnya lebih besar daripada biaya utang jangka pendek karena risiko dalam jangka panjang itu lebih besar daripada jangka pendek yang relatif , pasti lebih kecil.

3. Aggresive approach

Pendekatan agresif adalah pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan menggunakan proporsi utang jangka pendek yang lebih besar, jika dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Perusahaan yang menganut pendekatan ini akan memenuhi aktiva tetap dan sebagian aktiva lancar permanen dengan utang jangka panjang dan sebagian aktiva lancar permanen dan semua aktiva lancar variabel dengan utang jangka pendek.

Oleh karena itu perusahaan yang menggunakan pendekatan ini menanggung pengembalian utang jangka pendek yang lebih besar sehingga risiko fluktuasi bunga jangka pendek juga semakin besar dengan demikian akan memperkecil biaya utang jangka pendek.


(35)

Bab II ISI 28

2.1.1.8 Faktor Kebutuhan Modal Kerja

Perusahaan yang kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinan akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Investasi modal kerja merupakan proses terus- menerus selama perusahaan beroperasi.

Menurut Agus Sartono (385), investasi modal kerja yang dipengaruhi oleh: 1. Tingkat investasi aktiva lancar perusahaan

2. Proporsi utang jangka pendek yang digunakan 3. Tingkat investasi pada setiap jenis aktiva lancar

4. Sumber dana yang spesifik dab komposisi utang lancar yang harus dipertahankan.

Menurut S. Munawir (2002: 117-119), kebutuhan modal kerja suatu perusahaan dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut:

1. Sifat atau tipe perusahaan

2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut

3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan 4. Syarat penjualan

5. Tingkat perputaran persediaan

Penjelasan faktor- faktor kebutuhan modal kerja perusahaan dijelaskan sebagai berikut:

1. Sifat atau tipe perusahaan

Modal kerja dari suatu perusahaan relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan modal kerja perusahaan industry, karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas,


(36)

Bab II ISI 29

piutang maupun persediaan, kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan- penerimaan saar itu juga, sedangkan piutang biasanya dapat ditagih dalam waktu yang relatif pendek.

2. Waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut.

Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diprodusir samoai barang tersebut dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu, harga pokok persatuan barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga pokok persatuan barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja.

3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan

Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungan makin sedikit kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan, sebaliknya jika pembayaran atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek


(37)

Bab II ISI 30

maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.

4. Syarat Penjualan

Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera membayar utangnya dalam periode diskonto tersebut.

5. Tingkat perputaran persediaan

Tingkat perputaran persediaan menunjukan beberapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli adan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat nilai perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvesatsikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin tinggi dan semakin cepat tingkat perputaran akan memperkecil risiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping


(38)

Bab II ISI 31

itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

Semakin lama periode antara saat pengeluaran kas sampai penerimaan kembali, maka kebutuhan modal kerja akan semakin besar. Periode tersebut dimulai dari pembayaran di muka bahan baku penerimaan bahan baku, bahan baku disimpan, proses produksi disimpan sebelum dijual, dijual secara kredit, penerimaan kas kembali. Apabila rangkaian tersebut semakin panjang maka kebutuhan modal kerja semakin besar.

2.1.1.9 Penentuan Kebutuhan Modal Kerja

Menurut Dr. Jaja Suteja (2010:4) besar kecilnya kebutuhan modal kerja ditentukan oleh :

1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja, adalah jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah digudang, lama proses produksi, sampai jangka waktu penerimaan piutang

2. Pengeluaran kas rata- rata tiap hari terdiri dari pembelian bahan, pembayaran upah atau gaji dan pengeluaran yang sifatnya rutin

3. Apabila jumlah pengeluaran setiap hari tetap, makin lama periode perputaran operasi, maka jumlah modal kerja semakin besar. Sedangkan apabila jumlah pengeluaran setiap hari maki besar periode perputaran operasi tetap maka jumlah modal kerja semakin besar. Menurut Agus Sartono (2001: 390) terdapat beberapa metode yang biasa dipergunakan untuk menentukan besarnya kebutuhan modal kerja seperti:

1. Metode Keterikatan Dana 2. Metode Perputaran Modal Kerja 3. Metode Arus Kas

`

Kedua metode perhitungan kebutuhan modal kerja ini di jelaskan sebagai berikut:


(39)

Bab II ISI 32

1. Metode Keterikatan Dana

Menurut Bambang (2001: 101), salah satu cara untuk mengetahui jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yaitu:

” Menggunakan metode keterikatan dana yang menekan pada periode terikatnya modal kerja (dana) dan pengeluaran kas setiap harinya”. Menurut Suad Husnan (2002:180) metode keterikatan dana pada modal kerja mengakui dua hal penting yaitu:

1. Untuk mendanai kebutuhan akan modal kerja mungkin saja telah disediakan (sebagian) oleh pihak lain dalam bentuk pendanaan spontan 2. Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang seharusnya tidak

dimasukan unsur laba.

Menurut Munawir (2001:136) kebutuhan modal kerja perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Kebutuhan Modal Kerja = Lama Keterikatan Modal Kerja x Rata- Rata Pengeluaran kas

Keterangan:

1) Lama Keterikatan Modal Kerja = jumlah periode perputaran dari unsur- unsur modal kerja, yang terdiri dari: perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan.

2) Rata-rata pengeluaran kas setiap harinya = (hpp + biaya penjualan + biaya umum+pajak) /360

Semakin lama periode terikatnya modal kerja akan semakin memperbesar jumlah kebutuhan modal kerja, demikian sebaliknya bila periode terikatnya modal kerja semakin kecil, kebutuhan modal kerja juga akan semakin kecil.

2. Metode Perputaran Modal Kerja

Menurut Agus Sartono (2001:395) metode perputaran modal kerja menentukan:


(40)

Bab II ISI 33

” Kebutuhan modal kerja dengan memperhatikan perputaran elemen pembentuk modal kerja seperti kas, piutang dan persediaan”.

Kebutuhan modal kerja perusahaan berdasarkan metode perputaran modal kerja dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Perputaran modal kerja meliputi perputaran asset lancar, seperti perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan, yang dapat dihitung sebagai berikut:

Perputaran Modal Kerja =

Keterangan:

Periode Keterikatan Dana = Perputaran kas PerputaranPiutang Perputaran persediaan

Komponen perputaran modal kerja meliputi: a. Perputaran kas

Menurut Komaruddin (2005:61) pengertian kas yaitu

”Nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos- pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi tingkat liquiditasnya.”

Perputaran kas merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehinga dapat dilihat beberapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin efisien tingkat penggunaan kasnya dan sebalikanya semakin rendah tingkat


(41)

Bab II ISI 34

perputarannya semakin tidak efisien, karena semakin banyaknya uang yang berhenti atau tidak dipergunakan. Untuk menentukan berapa jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan dalam perusahaan, belum ada standar rasio yang bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa standar tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman didalam menentukan jumlah kas yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan. Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar ataupun utang lancar.

Komaruddin (2005:63) menyatakan bahwa jumlah kas yang ada dalam perusahaan hendaknya tidak kurang dari 5%- 10% dari jumlah aktiva lancar. Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan jumlah penjualan atau sales-nya. Perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata- rata menggambarkan tingkat perputaran kas (cash turnover). Jika dibuat dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut:

Perputaran Kas

Penjualan

ata-rata kas dan bank

Makin tinggi turnover ini makin baik. Karena ini berarti makin tinggi efisiensi penggunaan kasnya.

b. Perputaran piutang

Menurut Riyanto (2001: 90-91) pengertian piutang yaitu:

”Aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit”.

Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode berputar atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat


(42)

Bab II ISI 35

pembayaran berarti makin lama modal terikat dalam piutang, ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. Tingkat perputaran piutang atau (receivable turnover) dapat diketahui dengan membagi jumlah kredit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata- rata piutang (average receivable).

Perputaran piutang

Penjualan kredit netto

rata-rata perputaran piutang

Tinggi rendahnya receivable turnover mempunyai efek langsung terhadap besar kecilnya modal yang diivestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnovernya berarti makin cepat perputarannya. Yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang. Sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu dengan naiknya turnover, dibutuan jumlah modal yang diinvestasikan dalam piutang.

c. Perputaran Persediaan

Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, yang mana secara terus- menerus mengalami perubahan. Tingkat perputaran persediaan dapat diketahui dengan cara berikut:

Merchandise turnover

average merchandise inventory at sales price

Keterangan:


(43)

Bab II ISI 36

3. Metode Arus Kas

Menurut Suad Husnan (2002:182) mengenai metode arus kas yaitu:

” Metode arus kas pada dasarnya sama dengan penyusunan anggaran kas. Pada metode arus kas yang dipertimbangkan adalah hanya arus kas yang menyangkut pengeluaran atau penerimaan dari operasi sehari- hari. Tidak termasuk didalamnya, misalnya pembelian aktiva tetap, pelunasan hutang jangka panjang dan sebagainya. Besarnya modal kerja yang diperlukan pada suatu periode ditunjukan dari defisit kas masuk dibandingkan dengan kas keluar”.

Jadi, penilaian kebutuhan modal kerja dengan menggunakan metode arus kas yaitu dengan membandingkan arus kas masuk dan arus kas keluar dari kegiatan operasi sehari- hari.

2.1.2 Volume Penjualan

Kegiatan penjualan merupakan faktor yang sangat penting bagi kegiatan operasional perusahaan.

2.1.2.1 Pengertian Penjualan dan Volume Penjualan 2.1.2.1.1 Pengertian Penjualan

Menurut Joel G. Siegel dan Joe K. Shim yang diterjemahkan oleh Moh. Kurdi (2002:25 ) pengertian penjualan yaitu:

“ Penjualan adalah Penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang dagangan atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai barang pertimbangan. Pertimbangan ini dapat dalam benuk tunai peralatan kas atau harta lainnya. Pendapatan dapat diperoleh pada saat penjualan, karena terjadi pertukaran, harga jual dapat ditetapkan dan bebannya diketahui”. Sedangkan menurut Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Ronny A. Rusli dan Hendra (2000:8) mendefinisikan penjualan adalah :

” Penjualan adalah proses sosial manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan, menciptakan,


(44)

Bab II ISI 37

menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak

lain”.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penjualan adalah suatu kegiatan atau proses pembuatan dan cara untuk mempengaruhi seseorang untuk membeli produk yang ditawarkan berdasarkan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang terkait dalam kegiatan tersebut.

2.1.2.1.2 Pengertian Volume Penjualan

Pengertian Volume Penjualan menurut John Downes dan Jordan Elliot Goodman yang diterjemahkan oleh Susanto Budidharmo (2000:646) menyatakan bahwa :

” Volume Penjualan adalah total penjualan yang di dapat dari komoditas

yang diperdagangkan dalam suatu masa tertentu”.

Menurut Alimiyah & Padji (2003;126), pengertian Volume penjualan menyatakan bahwa :

“Jumlah penjualan yang berhasil dicapai atau ingin dicapai oleh suatu

perusahaan pada periode tertentu”.

Menurut Dwi prastowo dan Rifka Julianty (2002:148), pengertian volume penjualan, yaitu:

” Total penjualan sama dengan harga jual perunit dikalikan dengan total unit yang dijual”.

Berdasarkan dari pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa volume penjualan merupakan jumlah produksi dalam unit dan harga yang berhasil dijual oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu.


(45)

Bab II ISI 38

2.1.2.2Tujuan Penjualan

Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting, karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan terbentuk laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

Tujuan umum penjualan yang dimiliki perusahaan menurut Basu Swastha (2005:404) yaitu terdiri dari:

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu.

c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

Tujuan umum perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk mencapai volume penjualan, Mendapat laba yang maksimal dengan modal sekecil-kecilnya, mempertahankan kelangsungan hidupnya secara terus-menerus, serta menunjang pertumbuhan perusahaan.

2.1.2.3 Macam- Macam Transaksi Penjualan

Menurut wegandt, kieso, kimmel (2007: 510) untuk meningkatkan volume penjualan perusahaan dapat melakukan berbagai macam transaksi penjualan. Macam- macam dari transaksi penjualan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Penjualan secara tunai 2. Penjualan kredit

3. Penjualan secara tender 4. Penjualan ekspor

5. Penjualan secara konsiyasi 6. Penjualan secara grosir

Penjelasan dari macam- macam transaksi penjualan yaitu sebagai berikut: 1. Penjualan secara tunai


(46)

Bab II ISI 39

Adalah penjualan yang bersifat “cash and carry” dimana penjualan setelah terdapat kesepakatan harga antara penjual dengan pembeli, maka pembeli menyerahkan pembayaran secara kontan dan bisa langsung dimiliki oleh pembeli.

2. Penjualan kredit

Adalah penjualan non cash dengan tenggang waktu rata-rata di atas 1 bulan. Penjualan kredit merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelongaran pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran- kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan berdasarkan perjanjian yang telah disepakati. Penjualan kredit mengandung risiko bagi perusahaan yang berupa kerugian yang harus diderita apabila debitur tidak membayar kewajibannya. Oleh karena itu penjualan yang melakukan transaksi penjualan secara kredit pada umumnya mempunyai bagian khusus yang disebut bagian kredit.

3. Penjualan secara tender

Adalah penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memenuhi permintaan pihak pembeli yang membuka tender.

4. Penjualan ekspor

Adalah penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli luar negeri yang mengimpor barang yang biasanya mengunakan fasilitas letter of credit (LC).


(47)

Bab II ISI 40

Adalah penjualan barang secara “titipan” kepada pembeli yang juga

sebagai penjual. Apabila barang tersebut tidak terjual maka akan dikembalikan pada penjual.

6. Penjualan secara grosir

Adalah penjualan yang tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui pedagang perantara yang menjadi perantara pabrik/importir dengan pedagang eceran.

2.1.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan

Swastha dan Irawan (2000:70), Faktor- faktor yang mempengaruhi volume penjualan diantaranya, yaitu:

1. Kondisi dan Kemampuan Penjual 2. Kondisi Pasar

3. Modal

4. Kondisi Organisasi Perusahaan 5. Faktor lain

Penjelasan dari faktor- faktor yang mempengaruhi volume penjualan diantaranya:

1. Kondisi dan Kemampuan Penjual

Penjual harus dapat memberikan fasilitas terbaik kepada para langganannya agar para langganan atau konsumen merasa puas dan yakin untuk berbelanja. Selain itu, penjual juga harus memperhatikan, hal- hal sebagai berikut:

a. Jenis dan karateristik barang yang akan ditawarkan. b. Syarat penjualan


(48)

Bab II ISI 41

d. Pelayanan penjual, seperti pembayaran, garansi, dan sebagainya. Faktor- faktor diatas biasanya akan mempengaruhi konsumen untuk membeli produk, selain itu penjuala juga dituntut agar bersifat professional, ramah, dan sopan.

2. Kondisi Pasar

Pasar sebagai pihak pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualan. Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah :

- Jenis pasarnya, apabila pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual, pasar pemerintah, ataukah pasar internasional.

- Kelompok pembeli atau segmen pasarnya - Daya beli konsumen

- Frekuensi pembeliannya - Keinginan atau kebutuhan 3. Modal

Apakah modal kerja perusahaan mampu untuk mencapai target penjualan yang dianggarkan seperti untuk :

a. Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan

b. Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan c. Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target

penjualan.


(49)

Bab II ISI 42

Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil, dimana masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain.

5. Faktor lain

Faktor- faktor lain, seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah, sering mempengaruhi penjualan. Namun untuk melaksanakannya, diperlukan dana yang tidak sedikit.

Jadi, faktor- faktor yang mempengaruhi volume penjualan dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal perusahaan. Yang termasuk dalam faktor internal perusahaan misalnya jenis dan harga produk, kecukupan modal,dan keahlian penjual dalam melakukan kegiatan pendistribusian, dan yang termasuk faktor eksternal perusahaan misalnya daya beli atau kemampuan konsumen. 2.1.2.5 Pengukuran Volume Penjualan

Dalam pelaksanaan kegiatan penjualan perusahaan harus dapat mengetahui besarnya volume penjualan yang dicapai.

Penilaian volume penjualan menurut Swastha dan Irawan (2000:75), menyatakan:

“Permintaan pasar dapat diukur dengan menggunakan volume fisik maupun volume rupiah pengukuran volume penjualan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu didasarkan jumlah unit produk yang terjual dan didasarkan pada nilai produk yang terjual (omzet penjualan). Volume penjualan yang diukur berdasarkan unit produk yang terjual, yaitu jumlah unit penjualan nyata perusahaan dalam suatu periode tertentu, sedangkan nilai produk yang terjual (omzet penjualan), yaitu jumlah nilai penjualan nyata perusahaan dalam suatu periode tertentu”.

Jadi, pengukuran volume penjualan pada penelitian ini didasarkan pada total produk yang terjual.


(50)

Bab II ISI 43

2.1.3 Laba Bersih

2.1.3.1 Pengertian Laba Bersih

Menurut Harahap (2007: 96) pengertian laba yaitu:

“ Perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibanding dengan biaya- biaya yang dikeluarkan pada periode

tertentu”.

Menurut Stice, Skousen (2009:240) laba merupakan:

“ Pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang

dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki

kekayaan yang sama dengan posisi awalnya”.

Jadi, laba merupakan pendapatan atas transaksi yang terjadi dengan biaya- biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.

Sedangkan pengertian Laba Bersih Menurut Soemarso SR(2004:227) yaitu:

“Angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah Laba bersih (net Income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhit dalam laporan laba rugi

adalah rugi bersih (net loss).”

Jadi laba bersih merupakan bagian dari laporan laba rugi yang menunjukan jumlah kenaikan atau penurunan bersih terhadap modal.

2.1.3.2 Format Laba Bersih

Dalam laporan keuangan laba bersih dilaporkan dalam laporan laba rugi (Income statement). Menurut Donald E. Kieso (2002: 150) pengertian dari laporan laba rugi (Income statement) merupakan:

“ Laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu “.


(51)

Bab II ISI 44

Laba bersih berasal dari transaksi pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Transaksi- transaksi ini diikhtisarkan dalam laporan laba- rugi. Metode pengukuran laba ini dikenal sebagai pendekatan transaksi (transaction approach) karena berfokus pada aktivitas yang berhubungan dengan laba yang telah terjadi selama periode akuntansi. Laba juga diklasifikasikan menurut pelanggan, lini produk, atau fungsi atau menurut kategori operasi dan nonoperasi, berlanjut dan yang dihentikan, serta biasa dan tidak biasa.

Menurut Donald E. Kieso (2002: 153) format laporan laba rugi terdiri dari dua, yaitu:

1. Laporan laba rugi bentuk langsung 2. Laporan laba rugi bertahap

Format laporan laba rugi dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Uraian format laporan laba rugi yaitu:

1. Laporan laba rugi bentuk langsung

Dalam laporan laba rugi bentuk langsung hanya ada dua pengelompokan yaitu pendapatan dan beban. Untuk menghitung laba bersih atau rugi bersih diperoleh dari hasil pengurangan pendapatan dan beban. Istilah langsung karena perhitungan laba bersih hanya memerlukan satu pengurangan. Pajak penghasilan seringkali dilaporkan terpisah sebagai pos terakhir sebelum laba bersih untuk memperlihatkan hubungannya dengan laba sebelum pajak penghasilan. Keunggulan utama format langsung terletak pada kesederhanaan penyajian dan tidak adanya implikasi bahwa satu jenis pos pendapatan atau beban lebih diprioritaskan dari yang lainnya.


(52)

Bab II ISI 45

2. Laporan Laba Rugi Bertahap (Multiple step income statement)

Menurut Donald E. Kieso (2002: 155) pencatuman data pendapatan dan beban membuat laporan laba rugi menjadi lebih informatif dan lebih bermanfaat. Laporan laba rugi bertahap digunakan untuk memisahkan transaksi operasi dan transaksi non operasi. Format laporan laba rugi menampilkan berbagai komponen laba yang digunakan untuk menghitung rasio yang akan dipakai dalam menilai kenerja perusahaan. Dalam menghitung laba bersih, tiga sub total disajikan: pendapatan penjualan bersih, laba kotor, dan laba dari operasi. Pengungkapan pendapatan penjualan bersih berguna karena pendapatan regular dilaporkan sebagai pos terpisah.

Format untuk menghitung laba bersih pada laporan laba rugi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Akuntansi Intermediate, Donald E. Kieso Sales Revenue ( Pendapatan Penjualan)

Cost of Goods sold (Harga Pokok Penjualan) Gross Profit (Laba Kotor)

Operating Expenses ( Beban Operasi)

Income of Operating ( Laba dari OPerasi)

Other Revenue and Gain (Pendapatan dan keuntungan lain- lain) Other Expenses and Losses (Beban dan Kerugian lainnya)

Income Before Income Tax ( Laba Sebelum Pajak Penghasilan) Income Tax ( Pajak Penghasilan)


(53)

Bab II ISI 46

2.1.3.3Unsur- Unsur Laba Pada Laporan Laba rugi

Menurut Donald E. Kieso (2002: 157), pos- pos atau unsur- unsur yang yang berhubungan dengan laba terdiri sebagai berikut:

1. Bagian operasi. 2. Bagian non operasi 3. Pajak penghasilan

4. Operasi yang dihentikan (Discounted Operation) 5. Pos- pos luar biasa

6. Pengaruh kumulatif dan perubahan prinsip akuntansi 7. Laba per saham

Unsur- unsur laporan laba rugi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Bagian operasi.

Bagian yang melaporkan pendapatan dan beban dari operasi utama perusahaan.

a. Bagian penjualan dan pendapatan b. Bagian harga pokok penjualan c. Beban penjualan

d. Beban administrasi atau umum.

2. Bagian non operasi, laporan pendapatan dan beban yang berasal dari aktivitas sekunder atau tambahan dari perusahaan. Selain itu, keuntungan dan kerugian khusus yang jarang muncul atau tidak biasa, tetapi tidak keduanya, biasanya juga dilaporkan dalam bagian ini. Umumnya pos- pos ini dibagi menjadi dua subbagian utama yaitu:


(54)

Bab II ISI 47

Daftar pendapat yang dihasilkan atau keuntungan yang terjadi dari transaksi non operasi, yang umumnya berupa nilai bersih dari beban yang terkait

b. Beban dan kerugian lain

Daftar beban atau kerugian yang terjadi dari transaksi dari transaksi non operasi, yang umumnya berupa nilai bersih dari setiap pendapatan yang berhubungan.

3. Pajak penghasilan

Bagian pendek yang melaporkan pajak penghasilan federal dan Negara bagian yang dikenakan atas laba dari operasi berlanjut.

4. Operasi yang dihentikan (Discounted Operation)

Keuntungan atau kerugian material yang berasal dari disposisi segmen bisnis. Untuk memenuhi kualifikasi sebagai pos operasi yang dihentikan, aktiva, hasil operasi, aktivitas segmen segmen bisnis harus bisa dibedakan secara jelas baik secara fisik maupun operasional, dengan aktiva, hasil operasi dan aktivitas entitas lainnya. Persyaratan untuk pelaporan operasi yang dihentikan umumnya kategori laporan laba rugi yang terpisah untuk keuntungan atau kerugian dari pelepasan segmen bisnis harus diberikan. Selain itu, hasil operasi dari suatu segmen yang telah atau akan dilepas juga harus dilaporkan dalam hubungannya dengan keuntungan atau kerugian atas pelepasan terpisah dari operasi berlanjut. Pengaruh dari operasi yang dihentikan diperlihatkan setelah pajak sebagai kategori terpisah, yaitu setelah operasi berlanjut tetapi sebelum pos- pos luar biasa.


(55)

Bab II ISI 48

5. Pos- pos luar biasa

Pos- pos luar biasa didefinisikan sebagai pos- pos material yang jarang muncul, yang secara signifikan berbeda dengan aktivitas bisnis utama perusahaan.

6. Pengaruh kumulatif dan perubahan prinsip akuntansi

Perubahan prinsip akuntansi diakui dengan mencantumkan pengaruh kumulatif awal tahun, bersih setelah pajak, dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Jumlah ini berdasarkan atas perhitungan retroaktif dan perubahan ke prinsip akuntansi baru. Pengaruh penggunaan prisnsip akuntansi baru terhadap laba bersih harus diungkapkan sebagai pos terpisah sesudah pos- pos luar biasa dalam laporan laba rugi.

7. Laba per saham

Hasil operasi perusahaan biasanya diikhtisarkan dalam satu angka penting yaitu laba bersih. Laba bersih per saham atau laba per saham adalah rasio yang umumnya digunakan dalam prospectus, bahan penyajian, dan laporan tahunan kepada pemegang saham. Rumus perhitungan laba persaham adalah laba bersih dikurangi dividen saham preferen (laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi rata- rata tertimbang saham biasa

beredar.

2.1.3.4 Pengukuran Laba

Menurut John J Wild, K. R Subramanyam, Robert F Halsey (2004: 119), menyatakan:


(56)

Bab II ISI 49

1. Untuk mengukur perubahan bersih atas kekayaan pemegang saham selama suatu periode

2. Merupakan indikasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, yaitu kekuatan laba ( Earning power)”.

Kedua peran laba ini terkait dengan dua alternative konsep laba . Menurut John J Wild, K. R Subramanyam, Robert F Halsey (2004: 119), dua alternative konsep laba tersebut terdiri dari:

1. Laba Ekonomi 2. Laba Permanen

Penjelasan dari konsep laba dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Laba ekonomi (laba yang dapat didistribusi) adalah arus kas ditambah dengan nilai pasar aktiva bersih. Laba ini mencerminkan perubahan kekayaan pemegang saham

2. Laba permanen (kekuatan laba berkesinambungan- suistainability earning power) adalah arus kas yang konstan, jika didapat pada waktu yang tak terhingga, yang sama dengan nilai sekarang arus kas actual di masa dimasa depan. Laba ini mewakili rata- rata laba potensi laba perusahaan dan merupakan indicator nilai (bukan perubahan nilai).

2.1.4 Hubungan Kebutuhan Modal Kerja, Volume Penjualan terhadap

Laba Bersih

2.1.4.1 Hubungan Kebutuhan Modal Kerja dengan Laba Bersih

Hubungan kebutuhan modal kerja terhadap laba bersih yaitu dijelaskan menurut pendapat Akhmad Khudzaifi (2007:3), yang menyatakan bahwa :

” Faktor yang menentukan untuk memperoleh laba yang optimal, yaitu tersedianya dana atau modal kerja yang mencukupi yang berfungsi untuk membiayai kegiatan perusahaan”.


(1)

126 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang cukup kuat antara variabel X1 ( Kebutuhan modal kerja) dan variabel X2 (Volume penjualan) pada perusahaan industry dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dari nilai koefisien korelasi sebesar 61,7% dan bernilai positif. Hal ini berarti, jika terjadi peningkatan volume penjualan maka kebutuhan modal kerja juga harus ditingkatkan.

2. Kebutuhan modal kerja terhadap laba bersih memiliki pengaruh langsung sebesar 8,065% dan pengaruh tidak langsung sebesar -15,05% dengan total pengaruh langsung dan tidak langsung sebesar -6,985%. Kebutuhan modal kerja berpengaruh negatif terhadap laba bersih, artinya setiap penurunan kebutuhan modal kerja mengakibatkan peningkatan laba bersih. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa kebutuhan modal kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap laba bersih. Sedangkan variabel volume penjualan terhadap laba bersih memiliki pengaruh langsung terhadap laba bersih sebesar 73,78% dan pengaruh tidak langsung sebesar -15,05% dengan total pengaruh sebesar 58,73%. Volume penjualan berpengaruh positif terhadap laba bersih, artinya setiap peningkatan volume penjualan mengakibatkan peningkatan laba bersih.


(2)

BAB V Kesimpulan dan Saran 127

3. Hasil analisis kebutuhan modal kerja dan volume penjualan terhadap laba bersih pada perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menunjukan hasil adanya pengaruh signifikan dari kebutuhan modal kerja dan volume penjualan terhadap laba bersih. Total pengaruh kebutuhan modal kerja dan volume penjualan terhadap laba bersih sebesar 51,7%. Sedangkan sisanya sebesar 69,4% dipengaruhi oleh faktor lain seperti hutang jangka panjang, asset tetap. Berdasarkan persamaan koefisien jalur memperlihatkan setiap penurunan kebutuhan modal kerja dan peningkatan volume penjualan mengakibatkan peningkatan laba bersih.

5.2 Saran

1. Perusahaan sebaiknya tidak terlalu memperhitungkan kebutuhan modal kerja sebagai penentu perolehan laba bersih. Karena kebutuhan modal kerja tidak terlalu memiliki pengaruh yang bermakna dalam menentukan besarnya laba bersih. Perusahaan seharusnya lebih memperhatikan faktor lain dalam memperoleh laba bersihnya seperti besarnya penetapan asset tetap, hutang jangka panjang, beban usaha.

2. Perusahaan harus lebih memperhatikan besarnya volume penjualan yang tercapai agar laba bersih yang diperoleh perusahaan maksimal. Dengan meningkatkan kualitas produk dan membuat produk yang dibutuhkan oleh masyarakat.


(3)

BAB V Kesimpulan dan Saran 128

3. Agar perusahaan dapat meningkatkan perolehan laba bersih yang maksimal perusahaan sebaiknya menetapkan kebutuhan modal kerja yang tidak terlalu besar dan meningkatan volume penjualannya serta memperhatikan besarnya asset tetap, hutang jangka panjang, dan harga pokok produksinya.


(4)

129

DAFTAR PUSTAKA

Andi Supangat. 2007. Statistika : Dalam Kajian Deskriptif dan Non Parametrik. Jakarta : KEncana Prenada Media Group.

Abdullah Assegaf. 2001. Kamus Akuntansi

Agus Sabardi, 2001, Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan. Yogyakart: BPFE. Agus Sartono, 2001. Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan, Edisi Ke Empat,

BPFE: Yogyakarta

Bambang Riyanto. 2001. Dasar- dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE Yogyakarta

Budidharmo. 2000. Kamus Istilah Keuangan dan Investasi.

Brighaam dan Houston. 2006. Fundamental of Financial Management: Dasar- dasar manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat

Basu Swastha, dan Irawan, 2000, Manajemen Pemasaran Modern, (Edisi II, Get. VHI),: Liberty Yogyakarta

Damodar. N, Gujarati. 2003. Basic Econometrics. Mc. Graw Hill, Singapore. Djarwanto. 2000. Pokok- pokok Analisa Laporan Keuangan. Edisi Pertama,

Cetakan Kedua. Yogyakarta: BPFE

Donald E. Kieso 2002, Akuntansi Intermediate, Edisi Kesepuluh, Jakarta: Erlangga.

Griffin Ricky, Ebbert Ronald, 2007 Bisnis. Edisi Ke Delapan, Jilid 2 Jakarta: Erlangga

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

I made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi 2006, Yogyakarta: Andi J. Wild John. 2005, Financial Statement Analysis, Edisi Ke DelapanJakarta:2005 Jumingan. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Pertama,


(5)

130

Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13. 2206

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygant, Terry D Warfield. 2008. Akuntansi Intermediate Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Moh Kurdi. 2002. Kamus Istilah Akuntansi.

Madura jeff, 2007, Introduction to bussiness. Edisi keempat, salemba Empat Moh. Nazir Ph. D. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia S Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.

Smith Jay M and Skousen,K. Fred, 2003, Akuntansi Intermediate, Edisi kesembilan, jilid 2, Cetakan Kelima, Alih Bahasa, Tim Penerjemah Penerbit Erlangga, Editor, Alfonsius Sirait, Erlangga, Jakarta.

Sugiono. 2005, Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis, Edisi Ke Sembilan, Alfabeta:Bandung Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sofyan Syafri Harahap,. 2003. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan.Cetakan Keempat, RajaGrafindo Persada: Jakarta

Sofyan Syafri Harahap,, 2007, Teori Akuntansi: Laporan Keuangan, PT. Bumi Aksara, Jakarta

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh dan PErhitungan. Jakarta: Agung Media

Weston Fred, 2006 , Dasar- Dasar Manajemen Keungan, Edisi kesembilan, Jakarta : Salemba Empat.

www. Idx. Go.id


(6)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama : Fenny Lianti

Tempat Tanggal Lahir : Cianjur , 12 April 1989

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat di Bandung : kubang selatan no.87, Dipati Ukur Bandung 40264.

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

TAHUN PENDIDIKAN TEMPAT

1993 – 1995 TK. Perwari Cipanas- Cianjur 1996– 2001 SD Mardi Yuana Cipanas- Cianjur 2001 – 2004 SLTP Mardi Yuana Cipanas- Cianjur 2004 – 2007 SMAN 2 Cianjur Cianjur


Dokumen yang terkait

Pengaruh Modal Kerja Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

18 122 114

Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Aktiva Operasi terhadap Rentabilitas pada Industri Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

3 44 90

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Return Spread Terhadap Likuiditas Perusahaan Otomotif Dan Komponennya Yang Terdaftar Di BEI

10 166 80

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 24

Laba Bersih Sebagai Implikasi dari Perkembangan Biaya Operasional dan Volume Penjualan (Pada Perusahaan Semen Terdaftar di BEI 2006-2015)

0 14 31

Pengaruh Modal Kerja dan Volume Penjualan Terhadap Laba Bersih (Studi Kasus pada Perusahaan Industri Logam yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012)

1 5 1

Pengaruh Modal Kerja dan Volume Penjualan Terhadap Laba Bersih Pada Perusahaan Otomotif dan Komponen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

1 3 1

PENGARUH MODAL KERJA DAN LEVERAGE TERHADAP RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI KONSUMSI DAN BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 1 19

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2008-2012.

0 3 15

PENGARUH STRUKTUR MODAL, STABILITAS PENJUALAN DAN MANAJEMEN LABA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN INDUSTRI SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2012-2015

0 0 20