Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Aktiva Operasi terhadap Rentabilitas pada Industri Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

(1)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATER UTARA MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA DAN PERPUTARAN AKTIVA OPERASI TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS

PADA INDUSTRI OTOMOTIF DAN KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA

OLEH :

NAMA : MARSELINA SINAGA

NIM : 040503147

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul :

Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Aktiva Operasi Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Industri Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Strata-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 25 Agustus 2008

Yang membuat pernyataan,

Marselina Sinaga NIM: 040503147


(3)

KATA PENGANTAR

Segala pujian, syukur, hormat dan kemuliaan kepada Allahku yang Maha Kuasa, Yesus Kristus atas iman, pengharapan, kesehatan, hikmat dan kekuatan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi. KasihNya yang selalu menyertai dan menguatkan penulis untuk terus berjuang menyelesaikan skripsi ini bahkan di saat-saat penulis tak berdaya. Terimakasih BAPA, Engkau mengajarkan penulis banyak hal di dalam pengerjaan skripsi ini. Tiada kata yang cukup berarti untuk melukiskan rasa syukur penulis atas segalanya yang telah BAPA perbuat dalam hidupnya.

Skripsi ini berjudu l Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Aktiva Operasi terhadap Rentabilitas pada Industri Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, MAcc, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Agusni Pasaribu MBA, Ak selaku dosen pembanding/penguji I dan Bapak Drs. Rustam selaku dosen pembanding/penguji II yang telah membantu penulis melalui masukan yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu yang sangat berguna dan mendidik penulis selama di bangku perkuliahan.

6. Kedua orangtuaku yang kucintai dan kusayangi Alm. M. Sinaga (walaupun engkau telah tiada...,teladanmu akan selalu kupegang dalam hidupku) dan E. Purba. Terimakasih yang sebesar-besarnya buat cinta, kasih sayang, materi dan segalanya yang telah diberikan dalam hidupku. Semoga aku bisa menjadi anak membanggakan hati orangtua.

7. Adik-adikku yang tercinta (Ria, Dedi, Hotma dan Wiwiek) yang telah menjadi sumber inspirasiku untuk terus berjuang mengerjakan skripsi ini hingga selesai.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.

Akhir kata, penulis dengan kerendahan hati sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini dan berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi semua pihak yang berkepentingan, serta bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi. Terima Kasih


(5)

Medan, 25 Agustus 2008 Penulis,

Marselina Sinaga NIM : 040503147


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi baik parsial maupun simultan berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas pada industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dengan jumlah sampel sebanyak 18 perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdafatar di Bursa Efek Jakarta selama periode 2004-2006. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah

data eksternal, yang diperoleh dari situs

dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, perputaran modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas. Perputaran aktiva operasi secara partial berpengaruh signifikan. Secara simultan, perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas pada industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Nilai Adjusted R Square adalah 0,198 mengindikasikan bahwa 19,8% perubahan dalam rentabilitas dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya 80,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi

Kata Kunci : Perputaran Modal Kerja, Perputaran Aktiva Operasi dan Rentabilitas


(7)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence of capital working turnover and operating assets turnover, either partially or simultaneously toward rentability in automotive and components industry on Jakarta Stocks Exchange.

This research is classified as causal research with 18 automotive and components listed in Jakarta Stocks Exchange during 2004 to 2006. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes external data,

those are taken from the websit

collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in multiple regresioan analyze.

The result of this research show that, partially working capital turnover and operating assets turnover unsignificantly influence toward rentability. Operating assets turnover partially significantly influence toward rentabiliy. Simultaneously working capital turnover and operating assets turnover significantly influence toward rentability. Adjusted R Square that shows value 0,198 indicates that 19,8% turning in rentability can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the remainder 52,9% detemined by other factors which not include in this research.

Keyword : Working Capital Turnover, Operating Assets Turnover and Rentability.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Perumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian... D.. Manfaat Masalah ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Modal Kerja ... 1. Pengertian Modal Kerja ... 2. Jenis Modal Kerja ... 3. Manajemen Modal Kerja ... 4. Pentingnya Modal Kerja... 5. Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja ... 6. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja...

i ii v vi vii x xi xii 1 6 7 7 8 8 10 11 11 13 14


(9)

7. Rasio Perputaran Modal Kerja ... B. Perputaran Aktiva Operasi ... C. .Rentabilitas ... D. Analisis Laporan Keuangan ... E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... F. Kerangka Konseptual ... F. Hipotesis Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ... B. Populasi dan Sampel Penelitian... C. Variabel Penelitian... D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... E. Prosedur Pengambilan Data ... G. Metode Analisis Data ... 1. Pengujian Asumsi Klasik ... a. Uji Normalitas ... b. Uji Multikolinieritas... c. Uji Autokorelasi ... d. Uji Heterokedastisitas ... 2. Pengujian Hipotesis ... BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian ... 1. Data Penelitian ...

15 16 18 22 24 26 28 29 29 30 32 33 33 33 33 34 35 36 36 38 38


(10)

2. Statistik Deskriptif ... 3. Pengujian Asumsi Klasik ... a. Uji Normalitas ... b. Uji Multikolinearitas ... c. Uji Autokorelasi... d. Uji Heteroskedastisitas ... 4. Analisis Regresi ... 5. Pengujian Hipotesis ... a. Uji-t ... b. Uji-F ... B. Pembahasan Hasil Analisis Penelitian ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ... C. Keterbatasan Penelitian ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

38 39 40 45 46 47 49 50 51 54 55

58 59 59 60 63


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10

Daftar Sampel Perusahaan... Waktu Penelitian ...

Descriptive Statistic ...

Hasil Uji Normalitas (1)

One-Sample Kolmogorov SmirnovTest sebelum data outlier

ditiadakan ...

Casewise Diagnotics

Hasil Uji Normalitas (1)

One-Sample Kolmogorov SmirnovTest setelah data outlier

ditiadakan ... Hasil Uji Multikolinieritas... Hasil Uji Autokorelasi ... Hasil Analisis Regresi ...

Model Summary ... Hasil Uji t ... Hasil Uji F ...

30 32 38 40 41 42 45 46 49 51 52 54


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3

Kerangka Konseptual Penelitian. ... Histogram. ... Grafik Normal Plot... Hasil Uji Heteroskedastisitas ...

27 43 44 48


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13

Daftar Sampel Perusahaan Otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta 2004-2006 ...

Tabulasi Hasil Rasio Rentabilitas Sampel Penelitian ... Tabulasi Hasil Working Capital Turnover Sampel Penelitian ... Tabulasi Hasil Operating Assets Turnover Sampel Penelitian ...

Descriptive Statistic ...

Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Test sebelum dan setelah data outlier ditiadakan ... Histogram sebelum dan setelah data outlier ditiadakan... Grafik Normal Plot sebelum dan setelah data outlier

ditiadakan ...

Hasil Uji Multikolinearitas dan Hasil Uji Autokorelasi... Hasil Uji Heteroskedastisitas ... Hasil Uji t dan Hasil Uji F (ANOVA) ... Tabel t Signifikansi 5% ... Tabel F dengan Signifikansi 5% ...

63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi baik parsial maupun simultan berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas pada industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dengan jumlah sampel sebanyak 18 perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdafatar di Bursa Efek Jakarta selama periode 2004-2006. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah

data eksternal, yang diperoleh dari situs

dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, perputaran modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas. Perputaran aktiva operasi secara partial berpengaruh signifikan. Secara simultan, perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas pada industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Nilai Adjusted R Square adalah 0,198 mengindikasikan bahwa 19,8% perubahan dalam rentabilitas dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya 80,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi

Kata Kunci : Perputaran Modal Kerja, Perputaran Aktiva Operasi dan Rentabilitas


(15)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence of capital working turnover and operating assets turnover, either partially or simultaneously toward rentability in automotive and components industry on Jakarta Stocks Exchange.

This research is classified as causal research with 18 automotive and components listed in Jakarta Stocks Exchange during 2004 to 2006. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes external data,

those are taken from the websit

collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in multiple regresioan analyze.

The result of this research show that, partially working capital turnover and operating assets turnover unsignificantly influence toward rentability. Operating assets turnover partially significantly influence toward rentabiliy. Simultaneously working capital turnover and operating assets turnover significantly influence toward rentability. Adjusted R Square that shows value 0,198 indicates that 19,8% turning in rentability can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the remainder 52,9% detemined by other factors which not include in this research.

Keyword : Working Capital Turnover, Operating Assets Turnover and Rentability.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi yang melanda dunia saat ini, menuntut para pelaku ekonomi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan yang terjadi, agar mampu bersaing di pasar global. Sebuah perusahaan apabila ingin tetap hidup dan tumbuh berkembang, harus menerapkan sistem manajemen yang efektif dalam mengelola kegiatan operasionalnya. Pengelolaan ini berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya yang ada dalam perusahaan adalah berupa aktiva, utang dan modal. Secara historis, kinerja perusahaan seringkali diukur dari besar kecilnya laba yang dihasilkan. Laba juga menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Sebagian besar sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tertanam dalam modal kerja. Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari ( Sawir, 2005:129). Modal kerja perusahaan memegang peranan yang penting karena merupakan suatu jumlah yang dapat digunakan untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti untuk uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji karyawan, membayar hutang dan biaya-biaya lainnya.


(17)

Pengelolaan modal kerja sangat menentukan posisi keuangan perusahaan sehingga dalam setiap penggunaan modal kerja dapat mencapai tujuan yang diharapkan perusahaan, apabila terdapat keseimbangan dalam hal penyediaan dan penggunaan modal kerja tersebut. Modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan akan menimbulkan kerugian atau hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba karena perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya. Sebaliknya modal kerja yang jumlahnya terlalu besar dari yang dibutuhkan akan mengakibatkan terjadinya dana menganggur, sehingga tidak efisien dalam penggunaan dana.

Modal kerja mengindentifikasikan besarnya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan setelah diperkirakan untuk memenuhi keseluruhan hutang lancarnya selama satu periode operasi. Besarnya aktiva lancar yang mengindentifikasikan bahwa perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang baik atau sebaliknya. Modal kerja juga menggambarkan kemampuan memperoleh laba melalui pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan operasi. Kemampuan menghasilkan laba akan dapat ditingkatkan apabila perusahaan mampu mengelola modal kerja dengan tepat.

Perusahaan memerlukan sejumlah aktiva usaha untuk menghasilkan penjualan yang telah ditargetkan. Pendayagunaan aktiva usaha dalam menghasilkan penjualan dapat diukur dengan menggunakan rasio operating assets turnover. Rasio operating assets turnover diukur dengan membandingkan antara penjualan dengan aktiva yang digunakan. Ratio ini merupakan ukuran seberapa jauh aktiva telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali operating assets berputar dalam suatu periode tertentu, biasanya satu


(18)

kali. Semakin cepat perputaran operating assets perusahaan berarti semakin efisien penggunaan operating assets perusahaantersebut.

Rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rentabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan rasio rentabilitas yaitu dengan membandingkan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Laba perusahaan yang tinggi belum tentu menunjukkan rentabilitas yang tinggi, akan tetapi rentabilitas yang tinggi sudah dapat dipastikan bahwa laba yang dihasilkan tinggi. Hantaman krisis ekonomi tahun 1998 membuat perusahaan harus memangkas produksi besar-besaran. Data Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) menyebutkan, pemanfaatan kapasitas produksi komponen tahun 1998 hanya 30% saja. Namun dari tahun ke tahun perkembangan industri komponen di dalam negeri semakin marak, ditandai dengan tren pertumbuhan otomotif roda dua maupun empat yang meningkat ditambah dengan strategi baru pemain otomotif dunia untuk menjadikan Asia sebagai basis industri mereka. Hal itu mendorong permintaan akan jenis komponen yang beragam juga semakin tinggi sehingga membuka peluang yang tidak kecil, khususnya di sektor kendaraan roda dua.

Menteri Perindustrian Fahmi Idris juga menegaskan bahwa perkembangan pasar dalam negeri mengalami pertumbuhan yang positif dan kegiatan ekspor produk otomotif termasuk komponennya mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Ia mencatat tahun 2005 angka produksi mencapai 500.701 unit atau


(19)

meningkat 18,62 persen di banding tahun 2004 yang hanya mencapai 422.000 unit. Ekspor CBU (ekspor kendaraan utuh) tercatat meningkat dari 9.572 unit tahun 2004, menjadi 17.805 unit pada tahun 2005. Demikian juga dengan CKD (kendaraan rakitan) dari 65.845 di 2004, naik menjadi 103.370 pada tahun 2005.

Peluang bisnis pada sektor industri otomotif di pasar Asia Tenggara dimanfaatkan sebaik mungkin oleh PT Astra Daihatsu. Hal ini terbukti pada tanggal 5 Februari 2008, Menperin melepas ekspor perdana kendaraan niaga Daihatsu “Grand Max” dalam keadaan utuh (CBU) ke Jepang. Ekspor kendaraan jenis niaga itu akan dilakukan secara berkala setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan pabrik Toyota Motor Company. Keberhasilan PT Astra Daihatsu Motor menembus pasar Jepang merupakan suatu prestasi luar biasa dan patut diberikan apresiasi karena ekspor dalam keadaan utuh ke Jepang baru pertama kali dilakukan sejak Indonesia mengembangkan industri otomotif. Jepang dikenal sangat ketat dalam hal kualitas produk apapun yang akan dipasarkan ke Jepang, apalagi kendaraan jenis niaga ini dibeli oleh Toyota yang merupakan salah satu raksasa otomotif dunia, sehingga jika produk ini diterima oleh publik Jepang maka peluang kendaraan niaga buatan Indonesia ini akan sangat besar untuk bisa menembus pasar di berbagai negara.

Keberhasilan PT Astra Daihatsu ini, diharapkan diikuti oleh perusahaan-perusahaan yang lain yang bergerak dalam industri otomotif dan komponennya sehingga dapat meningkatkan volume penjualan baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor. Peningkatan volume penjualan ini maka akan mempengaruhi perputaran modal kerja dan perputaran dari aktiva perusahaan.


(20)

Perputaran modal kerja dan perputaran aktiva perusahaan pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Yuliafitri, Koesmawan dan Amilin (2005), meneliti analisis pengaruh efektivitas modal kerja dan operating assets turnover terhadap tingkat rentabilitas pada sektor industri dasar dan kimia yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, menyatakan bahwa pengujian secara parsial perputaran modal kerja dan operating assets turnoner tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas. Namun perputaran modal kerja dan

operating assets turnover akan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat rentabilitas apabila keduanya berfungsi bersamaan.

Nera Astari (2007), meneliti analisis hubungan manajemen moda kerja terhadap kemampulabaan pada PT. Pupuk Sriwijaya Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratio receivable turnover, working capital turnover memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba perusahaan. Current ratio tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampulabaan perusahaan.

Mariance Sitanggang (2006), meneliti analisis hubungan rasio aktivitas terhadap kemampuan memperoleh laba pada PD. Aneka Industri dan Jasa Medan. Hasil penelitian menunjukkan rasio perputaran persediaan, rasio perputaran total aktiva dan periode perputaran persediaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba. Rasio perputaran piutang dan periode


(21)

rata-rata pengumpulan piutang tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba.

Muhammad Kamel (2004), meneliti pengaruh kebijakan modal kerja terhadap rentabilitas pada Perusahaan Rokok yang Go-Publik di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan rasio cara pembelanjaan modal kerja, perubahan rasio lancar, perubahan tingkat perputaran modal kerja dan perubahan rasio jumlah aktiva lancar berpengaruh terhadap perubahan profitabilitas.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah perputaran modal kerja berpengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta?

2. Apakah perputaran aktiva operasi berpengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta?

3. Apakah perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi berpengaruh secara simultan terhadap rentabilitas pada perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta?


(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. untuk mengetahui apakah perputaran modal kerja berpengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta,

2. untuk mengetahui apakah perputaran aktiva operasi berpengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta,

3. untuk mengetahui apakah perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi berpengaruh secara simultan terhadap rentabilitas pada perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila suatu saat diminta pendapat atau diminta masukan mengenai pengaruh perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi terhadap tingkat rentabilitas perusahaan terbuka,

b. bagi perusahaan, sebagai dasar perimbangan dan masukan bagi pihak perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya,

c. bagi peneliti lainnya, sebagai bahan masukan dan sumber informasi dalam melakukan peneitian selanjutnya sehingga hasilnya dapat lebih baik dari penelitian terdahulu.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Modal Kerja

1. Pengertian Modal Kerja

Menurut Sawir (2005:129), ”modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Menurut Weston dan Brigham (1990) dalam Sawir (2005:129), ”modal kerja adalah investasi perusahaan di dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), piutang dagang, dan persediaan”.

Burton A. Kolb (1983) dalam Sawir (2005:129) menyatakan “modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek atau lancar, termasuk di dalamnya kas, sekuritas, piutang, persediaan, dan dalam beberapa perusahaan, biaya dibayar di muka”.

Menurut Riyanto (2001:57), terdapat tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu :

a. Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian,


(24)

modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor (gross working capital).

b. Konsep Kualitatif

Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, atau disebut sebagai modal kerja bersih (net working capital).

c. Konsep Fungsional

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk manghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang.

Menurut Wilford J. Eiteman dan J.H. Holtz (1963) dalam Sawir (2005:131), “modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut”.


(25)

2. Jenis-jenis Modal Kerja

Modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu sebagai berikut:

a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam :

1) modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya,

2) modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

b. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara :

1) modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim,

2) modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konyungtur,

3) modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).


(26)

3. Manajemen Modal Kerja

Menurut Sawir (2005:133) ”manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan”. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja neto yang layak dan menjamin tingkat likuiditas perusahaan.

Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah : a. memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga

tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut,

b. meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar, c. pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana

dari sumber hutang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.

4. Pentingnya Modal Kerja

Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga mengakibatkan adanya dana menganggur (idle fund), karena dana tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan


(27)

pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas.

Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain:

a. melindungi perusahaan tehadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar,

b. memungkinkan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya,

c. menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi,

d. memugkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya,

e. memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya,

f. memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa yang dibutuhkan.


(28)

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Penentuan modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

a. Sifat dan tipe perusahaan

Modal Kerja dari suatu perusahaan jasa relatif lebih kecil daripada kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Sebaliknya perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan dalam operasinya sehari-hari. Perusahaan yang memproduksi barang membutuhkan modal kerja relatif lebih besar daripada perusahaan dagang.

b. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang tersebut, maka akan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Selain itu, harga pokok per satuan barang yang semakin besar juga akan membutuhkan modal kerja makin besar pula.

c. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan

Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang harus disediakan untuk diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan.


(29)

d. Syarat penjualan

Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang.

e. Tingkat perputaran persediaan

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah.

6. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Apabila sumber modal kerja lebih besar daripada penggunaan, berarti ada kenaikan modal kerja. Sebaliknya apabila penggunaan lebih besar daripada sumber, berarti penurunan modal kerja.

Sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah:

a. adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham,

b. ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi,

c. ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya.

Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut:

1) berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan,


(30)

2) pembayaran utang-utang jangka panjang,

3) adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.

7. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Antara penjualan dengan modal kerja terdapat hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik investasi persediaan dan piutang juga meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efisiensi penggunaan modal kerja, penganalisa dapat menggunakan perputaran modal kerja (working capital turnover). Working Capital Turnover (WCT) yaitu rasio yang memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Riyanto (2001:335) merumuskan formula untuk menghitung Working Capital Turnover (WCT) sebagai berikut :

s liabilitie current

assets Current

Sales WCT

− =

Jika rasio perputaran modal kerja tinggi akan mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional, sedangkan apabila rasio ini rendah menunjukkan likuiditas yang tinggi.

Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang atau dapat juga menggambarkan tidak


(31)

piutang yang tinggi. Tidak cukupnya modal kerja mungkin disebabkan banyaknya hutang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum persediaan dan piutang dapat diubah menjadi uang kas. Perputaran modal kerja yang rendah dapat disebabkan karena besarnya modal kerja netto, rendahnya tingkat perputaran persediaan dan piutang atau tingginya saldo kas dan investasi modal kerja dalam bentuk surat-surat berharga.

B. Perputaran Aktiva Operasi (Operating Assets Turnover)

Menurut Riyanto (2001:37), “operating assets turnover adalah kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu”. Munawir (2004: 88), menyatakan bahwa “operating assets turnover merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut”. Rasio perputaran aktiva operasi merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali operating assets berputar dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.

Wild (2005:21) menjelaskan defenisi aktiva operasi sebagai berikut :

Aktivitas investasi mengacu pada perolehan dan pemeliharaan investasi dengan tujuan menjual produk dan menyediakan jasa, dan untuk tujuan menginvestasikan kelebihan kas. Investasi dalam tanah, bangunan, peralatan, hak legal (paten, lisensi,hak cipta), persediaan, modal manusia (manajer dan karyawan), sistem informasi, dan aktiva sejenis adalah untuk menjalankan operasi bisnis perusahaan. Aktiva-aktiva ini disebut sebagai aktiva operasi (operating assets).

Menurut Munawir (2004:87), yang dimaksud dengan “operating assets


(32)

digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan”.

Perputaran aktiva operasi diukur dengan rasio yang menghubungkan antara penjualan dengan aktiva yang digunakan. Perputaran aktiva operasi (Operating assets turnover) merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi (operating assets) terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut. Menurut Riyanto (2001:38) Operating Assets Turnover (OAT) dapat dihitung dengan menggunakan formula:

Assets Operating

Sales OAT =

Rasio perputaran aktiva operasi merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali operating assets berputar dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Kemungkinan turunnya penjualan akan mempengaruhi rasio ini. Operating assets turnover diharapkan akan semakin baik yang berarti pemakaian lebih efisien. Tingkat perputaran aktiva operasi selama periode tertentu ditentukan oleh dua faktor yaitu net sales dan operating assets. Dengan jumlah

operating assets tertentu, makin besarnya jumlah penjualan selama periode tertentu mengakibatkan makin tinggi perputarannya. Apabila dihubungkan dengan profit margin yang tetap dan operating assets turnover yang semakin tinggi, maka akan menghasilkan rentabilitas yang makin tinggi.

Menurut Riyanto (2001:40), usaha untuk mempertinggi operating assets turnover dapat dilakukan dengan cara menambah modal usaha (operating assets)


(33)

besarnya. Selain itu, dapat dilakukan dengan mengurangi penjualan sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan operating assets sebesar-besarnya.

C. Rentabilitas

Menurut Munawir (2004:86), “rentabilitas atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”. Riyanto (2001:35), mengemukakan bahwa “rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut”.

Modal perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri) dan dari para kreditur (modal asing). Sehubungan dengan adanya sumber modal tersebut, maka rentabilitas suatu perusahaan dapat dihitung dengan dua cara: yaitu (1) perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) yang disebut dengan rentabilitas ekonomi dan (2) perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik perusahaan tersebut, yang disebut rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha.

Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital/assets). Dengan demikian modal yang ditanamkan perusahaan dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek (kecuali perusahaan-perusahaan kredit) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.


(34)

Demikian juga dengan laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasinya perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian maka yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya deviden, kupon dan lain-lain) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.

Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belum merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain dengan menghitung rentabilitasnya.

Menurut Bambang Riyanto (2001:37), bahwa tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi ditentukan oleh dua faktor, yaitu :

1. Profit margin

Profit margin yaitu tingkat keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dalam satu periode. Profit margin menggambarkan tingkat pendapatan atau penjualan yang diperoleh dari operasi perusahaan, dapat dicari dengan rumus :

Profit margin = x100%

Sales Net

Income Operating

Net

Besar kecilnya profit margin ditentukan oleh dua faktor yaitu net sales dan laba usaha (net operating income). Besar kecilnya laba usaha atau net


(35)

operating income tergantung pada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expense).

2. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha)

Turnover of operating assets yaitu tingkat perputaran usaha dalam satu periode, biasanya satu tahun, berapa kali perputaran aktiva usaha dalam satu tahun. Turnover of operating assets mengukur sampai seberapa jauh perputaran aktiva dipakai dalam perusahaan yang menunjukkan berapa kali

operating assets berputar dalam suatu periode, dapat dihitung dengan rumus :

Turnover of operating assets = x kali Assets

Operating Net

Sales Net

1

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan sales, sedangkan operating assets turnover

dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin dan operating assets turnover

menentukan tinggi rendahnya earning power / rentabilitas ekonomis. Oleh karena itu, makin tingginya tingkat profit margin atau operating assets turnover masing-masing atau kedua-duanya akan mengakibatkan naiknya earning power. Menurut Riyanto (2001: 38), hubungan antara “profit margin” atau “operating assets turnover” dengan earning power dapat digambarkan sebagai berikut :


(36)

Assets Operating

Net

Income Operating

Net Assets

Operating Net

Sales Net x

Sales Net

Income Operating

Net =

Beberapa cara untuk meningkatkan rentabilitas ekonomi antara lain sebagai berikut (Riyanto, 2001:39) :

a. menaikkan profit margin yaitu dengan jalan menambah biaya usaha

(operating expenses) sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan

sales sebesar-besarnya, atau dengan kata lain, tambahan sales harus lebih besar daripada tambahan operating expenses. Pengertian menaikkan tingkat penjualan ini dapat berarti memperbesar pendapatan dari penjualan dengan cara :

1) memperbesar volume penjualan unit pada tingkat harga penjualan tertentu, atau

2) menaikkan harga penjualan per unit produk pada luas penjualan dalam unit tertentu.

b. menaikkan profit margin dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan operating expenses yang sebesar-besarnya,

c. menaikkan turnover of operating assets dengan menambah modal usaha

(operating assets) sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan

sales yang sebesar-besarnya,

d. menaikkan turnover of operating assets dengan mengurangi sales sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan operating assets


(37)

D. Analisis Laporan Keuangan

Dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007:1) mengenai Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 7, dijelaskan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya,sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Dalam SAK (IAI, 2007:3) disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah: para pemilik perusahaan, manager perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor dan pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomosili, buruh serta pihak-pihak lainnya.

Menurut Harahap (2004: 190) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan sebagai :

Analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.


(38)

Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan : 1. perbandingan internal, yaitu membandingkan rasio pada saat ini dengan rasio

pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama,

2. perbandingan eksternal dan membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama.

Secara garis besar ada 4 jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan yaitu :

a. rasio likuiditas ( liquidity ratio), yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. Rasio yang bisa digunakan untuk mengukur likuiditas, yaitu current ratio, quick ratio, cash ratio, dan net working capital.

b. rasio aktivitas (activity ratio) atau dikenal juga sebagai rasio efisiensi, yaitu rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset-asetnya. Rasio aktivitas yang umum digunakan adalah average collection period, inventory turnover, fixed asset turnover, dan total asset turnover, dan working capital turnover

c. rasio leverage finansial (financial leverage ratio), yaitu rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang (pinjaman).


(39)

Rasio yang umum dipakai antara lain adalah debt ratio, debt to equity ratio, time interest earned ratio dll

d. rasio keuntungan (profitability ratio) atau rentabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Rasio profitabilitas ynag sering digunakan, yaitu

gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, return on investment dan return on equity.

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Indri Yuliafitri, Koesmawan, dan Amilin(2005)

Judul Penelitian adalah Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan

Operating Assets Turnover terhadap Tingkat Rentabilitas pada Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Tercatat di bursa Efek Jakarta. Berdasarkan pengujian terhadap 48 sampel perusahaan yang bergerak di sektor industri dasar dan kimia yang diobservasi selama 3 tahun yaitu mulai dari tahun 2001 sampai 2003 maka diperoleh kesimpulan bahwa efektivitas modal kerja dan operating assets turnover secara individu tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas perusahaan. Secara simultan, efektivitas modal kerja dan operating assets turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas.

2. Penelitian Nera Astari (2007)

Judul penelitian adalah Analisis Hubungan Manajemen Modal Kerja terhadap Kemampulabaan pada PT. Pupuk Sriwijaya Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratio receivable turnover, working capital turnover memiliki


(40)

hubungan yang positif dan signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba perusahaan. Current ratio tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampulabaan perusahaan.

3. Penelitian Mariance Sitanggang (2006)

Judul penelitian adalah Analisis Hubungan Rasio Aktivitas terhadap Kemampuan Memperoleh Laba pada PD. Aneka Industri dan Jasa Medan. Hasil penelitian menunjukkan rasio perputaran persediaan, rasio perputaran total aktiva dan periode perputaran persediaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai korelasi

Spearmannya (rs hitung) > rs tabel, dengan tingkat signifikansinya lebih besar dari 5% (α=5%) dan nilai t hitung yang lebih besar dari nilai t tabel. Rasio perputaran piutang dan periode rata-rata pengumpulan piutang tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba. Hal ini dapat dilihat dari nilai

Spearman rho lebih kecil dari rs tabel, t hitung < t tabel dan nilai signifikansinya yang lebih besar dari α=5%.

4. Muhammad Kamel (2004)

Judul penelitian adalah Pengaruh Kebijakan Modal Kerja terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Rokok yang Go-Publik di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan rasio cara pembelanjaan modal kerja, perubahan rasio lancar, perubahan tingkat perputaran modal kerja dan perubahan rasio jumlah aktiva lancar berpengaruh terhadap perubahan profitabilitas. Variabel perubahan tingkat perputaran modal kerja merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang positif, dimana t hitung > t tabel (5,43 > 2,06). Variabel


(41)

perubahan tingkat perputaran modal kerja juga merupakan variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap perubahan profitabilitas ditunjukkan dengan nilai

unstandarized coefisien = 0,81.

F. Kerangka Konseptual

Sawir (2005:129) mendefinisikan modal kerja sebagai keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Menurut konsep fungsional, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut (Djarwanto, 2001:88).

Antara penjualan dengan modal kerja terdapat hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik, investasi dalam persediaan dan piutang juga meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efisiensi penggunaan modal kerja, penganalisa menggunakan perputaran modal kerja (working capital turnover),

yaitu rasio antara penjualan dengan modal kerja. Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan neto yang diperoleh dari setiap rupiah modal kerja (Djawarto, 2001:140). Efektivitas modal kerja mempengaruhi tingkat penjualan perusahaan dan akhirnya akan mempengaruhi perputaran dari operating assets (Riyanto, 2001:62).

Perputaran aktiva operasi diukur dengan rasio yang menghubungkan antara penjualan dengan aktiva yang digunakan. Kemungkinan turunnya penjualan akan


(42)

mempengaruhi rasio perputaran aktiva operasi. Operating assets turnover diharapkan akan semakin baik yang berarti pemakaian lebih efisien. Tingkat perputaran aktiva operasi selama periode tertentu ditentukan oleh dua faktor yaitu

net sales dan operating assets. Dengan jumlah operating assets tertentu, makin besarnya jumlah penjualan selama periode tertentu mengakibatkan makin tinggi perputarannya. Apabila dihubungkan dengan profit margin yang tetap dan semakin tinggi operating assets turnover makin akan menghasilkan rentabilitas yang tinggi.

Perputaran total aktiva yang semakin cepat berarti semakin efisien penggunaan total aktiva perusahaan tersebut. Volume penjualan yang dicapai akan mempengaruhi perputaran modal kerja dan juga akan mempengaruhi perputaran aktiva perusahaan. Perputaran modal kerja dan perputaran aktiva pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kemampuan perusahaan menghasilkan laba (Keown, 2004:194)

Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Disusun Penulis, 2008

Perputaran Aktiva Operasi (X2)

Rentabilitas (Y) Perputaran Modal


(43)

G. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini:

1. perputaran modal kerja berpengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, 2. perputaran aktiva operasi berpengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan

industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, 3. perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi berpengaruh secara

simultan terhadap rentabilitas pada perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan kausal, berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya tahu bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel variabel lainnya (Umar, 2001:63). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal kerja, operating assets turnover sebagai variabel bebas, dan rentabilitas sebagai variabel terikat.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri otomotif dan komponennya terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jumlah sampel yang ada adalah 18 perusahaan. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu dengan pertimbangan (judgement sampling) (Jogiyanto, 2004:79).

Adapun yang menjadi kriteria berupa pertimbangan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEJ pada tahun 2004-2006,

2. perusahaan tersebut tidak didelisting pada tahun 2004-2006,

3. perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited


(45)

Berdasarkan kriteria yang dikemukakan diatas, maka diperoleh 18 perusahaan otomotif dan komponennya yang memenuhi kriteria penelitian. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Daftar Sampel Perusahaan

No Kode Nama Emiten

1 ASII PT Astra International Tbk 2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk

3 BRAM PT Indo Kordsa Tbk

4 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk

5 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk

6 HEXA PT Hexindo Adiperkasa Tbk

7 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk

8 INDS PT Indospring Tbk

9 INTA PT Intraco Penta Tbk 10 LPIN PT MultinPrima Sejahtera 11 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk

12 NIPS PT Nipress Tbk

13 PRAS PT Prima Alloy Stell Tbk 14 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 15 SQMI PT Allbond Makmur Usaha Tbk 16 SUGI PT Sugi Samapersada Tbk 17 TURI PT Tunas Ridean Tbk 18 UNTR PT United Tractor Tbk Sumber : www. idx.co.id, Penulis, 2008

C. Variabel Penelitian 1. Klasifikasi Variabel

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal kerja dan perputaran aktiva operasi (operating assets turnover).


(46)

b. Variabel terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat rentabilitas.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjelasan-penjelasan variabel yang telah dipilih. Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

a. Variabel independen (X1) 1) Modal Kerja

Working Capital Turnover (WCT) yaitu rasio yang memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Riyanto (2001:335) merumuskan formula untuk menghitung Working Capital Turnover (WCT) sebagai berikut :

s liabilitie current

assets Current

Sales Net WCT

− =

2) Perputaran Aktiva Operasi (Operating Assets Turnover)

Perputaran Aktiva Operasi (Operating Assets Turnover) ditunjukkan dengan membandingkan antara penjualan dengan assets yang digunakan dalam operasi perusahaan. Menurut Riyanto (2001:38) Operating Assets Turnover (OAT) dapat dihitung dengan menggunakan formula:

Assets Operating Net

Sales Net OAT =


(47)

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir,2004:33). Menurut Riyanto (2001:38), dapat diukur dengan formula :

Rentabilitas = Profit margin x Operating assets turnover Profit margin = Net operating income

Net sales

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang diakses melalui situs

Waktu penelitian yang direncanakan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Waktu Penelitian

Tahapan penelitian Maret April Mei Juni Juli Agustus Pengajuan judul x

Penyelesaian proposal x x

Pengumpulan data x x x

Seminar proposal x

Penulisan laporan x x x

Penyelesaian laporan x x


(48)

E. Prosedur Pengambilan Data

Data yang diperoleh dengan cara mendapatkannya dari luar perusahaan, yang disebut data eksternal (Umar, 2001:70). Prosedur pengambilan data dilakukan dengan dua tahap yaitu : tahap pertama melalui studi pustaka yang dilakukan dengan mempelajari jurnal akuntansi, literatur maupun buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Tahap kedua adalah dengan mengumpulkan data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang bergerak pada industri otomotif dan komponennya yang dipublikasikan dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan cara mendownload dari

situs

F. Metode dan Teknik Analisis Data

Metode dan teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik yang menggunakan software statistik.

Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Pengujian Asumsi Klasik

Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik seperti normalitas data, autokorelasi, heteroskedastisitas dan asumsi-asumsi klasik lainnya. Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005:110).


(49)

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji analisis statistik.

1) Analisis grafik

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan kesimpulan:

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

• Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Ghozali, 2005:112)

2) Analisis Statistik

Untuk menentukan uji ini, didasarkan pada Kolmogorov_smirnov Godness of Fit Test terhadap model yang diuji (Ghozali, 2005:114). Pedoman untuk pengambilan keputusannya didasarka pada:

• Apabila nilai signikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data normal.

• Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka distribusi data tidak normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi relasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari:


(50)

1. nilai tolerence dan lawannya, 2. Variance Inflatin Factor (VIF).

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerence mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerence). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau sama dengan VIF > 10 (Ghozali, 2005:91).

Cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi jika terjadi multikolineritas adalah dengan mengeluarkan salah satu variabel bebas yang memiliki korelasi yang tinggi dari model regresi dan indentifikasi variabel lainnya untuk membantu prediksi.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya

time series. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi diantaranya adalah dengan Uji Durbin Watson pada buku stastistik relevan. Namun secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut:

• Angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi positif

• Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi

• Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. (Santoso, 2002:219)


(51)

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjasi heteroskedastisitas.

Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya. Dasar analisis:

• Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

• Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005:105)

2. Pengujian Hipotesis a. Uji F (F-test)

Uji ini dilakukan untuk menilai pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Hipotesa yang akan diuji adalah sebagai berikut : H0 : b1=b2=0

Artinya, tidak semua variabel independen berpengaruh simultan. H0 : b1≠b2≠0


(52)

Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung dengan F tabel dengan ketentuan:

Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima b. Uji t (T-test)

Uji dilakukan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki rata-rata yang sama atau tidak sama secara signifikan. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel ketentuan sebagai berikut:

Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima Jika thitung > ttabel, maka Ha diterima

Data dianalisis dengan model regresi berganda sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana:

Y = variabel dependen (tingkat rentabilitas) a = konstanta

X1 = Variabel dependen 1 (perputaran modal kerja) X2 = Variabel dependen 2 (perputaran aktiva operasi) b1 = koefisien regresi perputaran modal kerja

b2 = koefisien regresi perputaran aktiva operasi e = error


(53)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian 1. Data Penelitian

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri otomotif dan komponennya, yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Daftar nama emiten yang telah ditentukan ada sebanyak 18 sampel yang dapat dilihat pada lampiran I.

2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimun, nilai rata-rata serta standar deviasi data yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 4.1

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

RENTABILITAS 53 -2.88 20.68 6.3763 5.89074

PERPUTARAN MODAL

KERJA 53 -102.67 623.44 24.9180 100.30293

PERPUTARAN AKTIVA

OPERASI 53 .06 2.16 1.0125 .44659

Valid N (listwise) 53

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2008

Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa :

a) variabel rentabilitas (Y) memiliki sampel (N) sebanyak 53, dengan nilai minimum (terkecil) -2,88, nilai maksimum (terbesar) 20,68 dan mean (nilai


(54)

rata-rata) 6,3763. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 5,89074,

b) variabel perputaran modal kerja memiliki sampel (N) sebanyak 53, dengan nilai minimum (terkecil) -102,67, nilai maksimum (terbesar) 623,44 dan mean (nilai rata-rata) 24,9180. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 100,30293,

c) variabel perputaran aktiva operasi memiliki sampel (N) sebanyak 53, dengan nilai minimum (terkecil) 0,06, nilai maksimum (terbesar) 2,16 dan mean (nilai rata-rata) 1,0125. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 0,44659,

d) jumlah sampel yang ada sebanyak 53, setelah dikeluarkan 1 buah data oulier.

3. Pengujian Asumsi Klasik

Salah satu satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE). Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik. Menurut Ghozali (2005:123) asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah:

• Berdistibusi normal.

Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna.

Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi.

Homoskedastisitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.


(55)

a. Uji Normalitas

Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak, dengan membuat hipotesis sebagai berikut:

H0 : data residua l terdistribusi normal HA : data residual terdistribusi tidak normal

Santoso (2002:34) memberikan pedoman pengambilan keputusan untuk data-data yang mendekati atau telah terdistribusi secara normal.

1) Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data normal.

2) Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, mkaa distribusi data tidak normal.

Adapun hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov adalah seperti yang ditampilkan dalam tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas (1)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 54

Normal Parameters(a,b) Mean .0000000

Std. Deviation 5.97144237

Most Extreme Differences Absolute .098

Positive .097

Negative -.098

Kolmogorov-Smirnov Z .717

Asymp. Sig. (2-tailed) .682


(56)

Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov seperti yang terdapat dalam tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp.Sig.(2-tailed) Kolmogorov-Smirnov adalah 0,682, karena 0,682 > 0,05 maka H0 diterima dan data berdistribusi normal. Namun ternyata ditemukan sebuah data outlier yaitu pada observasi No.32 (PT Multistrada Arah Sarana Tbk), dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Casewise Diagnosticsa

-3.619 -17.42 4.6054 -22.02981 Case Number

32

Std. Residual

RENTABI LITAS

Predicted

Value Residual

Dependent Variable: RENTABILITAS a.

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2008

Menurut Erlina dan (2007:106), “data oulier adalah data yang secara nyata berbeda dengan data-data yang lainnya.” Data oulier bias terjadi karena beberapa sebab yaitu:

• Kesalahan dalam pemasukan data.

• Kesalahan dalam pengambilan sampel.

• Memang ada data ekstrim yang tidak bisa dihindari keberadaannya.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi data yang outlier

yaitu:

• Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya.

• Lakukan trimming, yaitu membuang data outlier.

• Lakukan winsorising, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai tertentu.


(57)

Munculnya outlier pada observasi 32 tentunya akan mengganggu estimasi koefisien regresi, yang dapat berakibat tidak tepatnya model dibutuhkan. Oleh karena itu, penulis dalam penelitian ini melakukan cara treatment yaitu dengan melakukan trimming yaitu membuang data outlier, sehingga model akan diestimasi berdasarkan 53 observasi.

Setelah observasi No.32 dikeluarkan dan dilakukan pengolahan data, ternyata tidak didapatkan kembali data outlier dan hasil uji statistik dengan model

Kolmogorov-Smirnov yang baru adalah: Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas (1)

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2008

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik dengan model

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai Asymp.Sig (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 ( > 0,05) yaitu sebesar 0,497 maka H0 diterima dan data berdistribusi normal.

53 .0000000 5.17314555 .114 .114 -.064 .829 .497 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(58)

Karena secara keseluruhan data telah terdistribusi secara normal, maka dapat dilakukan pengujian asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini ditampilkan grafik histogram dan plot data sebagai berikut:

-3-2-10123 Regression Standardized Residual

0

24

6

810

12

Frequency

Mean = 7.56E-16 Std. Dev. = 0.981 N = 53 Dependent Variable: RENTABILITAS Histogram

Gambar 4.1 Histogram Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2008

Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng ke kanan. Hal ini juga didukung dengan hasil uji normalitas dengan


(59)

0.00.20.40.60.81.0 0.0 0.2 0.40.6 0.8 1.0

Expected Cum Prob

Dependent Variable: RENTABILITAS Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.2 Grafik Normal Plot Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2008

Menurut Ghozali (2005:112), pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan data yang telah terdistribusi normal. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data (titik) menyebar di sekitar dan mendekati garis diagonal. Hal ini sejalan dengan hasil pengujian dengan menggunakan histogram bahwa data telah terdistribusi normal.


(60)

b. Uji Multikolinieritas

Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari:

1. nilai tolerence dan lawannya, 2. Variance Inflatin Factor (VIF).

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerence mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerence). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau sama dengan VIF > 10 (Ghozali, 2005:91).

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients

Model Unstandarized

Coefficients

Standarized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std.

Error

Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

Perputaran Modal Kerja Perputaran Aktiva Operasi

.034 .004 6.158 1.811 .007 1.644 0.073 .467 .019 .585 3.747 .985 .561 .000 .993 .993 1.007 1.007 a. Dependent Variable : RENTABILITAS

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2008

Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinieritas. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkannya dengan nilai Tolerence dan VIF. Masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai Tolerence yang lebih besar dari 0,10 yaitu 0,993. Jika dilihat dari VIFnya, bahwa masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 yaitu sebesar 1,007. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas dalam variabel bebasnya.


(61)

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya

time series. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi diantaranya adalah dengan Uji Durbin Watson pada buku stastistik relevan. Namun secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut:

• Angka D-W dibawah –2 berarti ada autokorelasi positif

• Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi

• Angka D-Wdi atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. (Santoso, 2002:219)

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

.478a .229 .198 5.27559 .996

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), PERPUTARAN AKTIVA OPERASI, MODAL KERJA a.

Dependent Variable: RENTABILITAS b.

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2008

Tabel 4.6 menunjukkan hasil autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan hasil pengujiannya dapat bahwa tidak terjadi autokorelasi antar kesalahan pengganggu antar periode. Hal ini dilihat dari nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar 0,996. Angka tersebut berada diantara -2 dan 2, artinya bahwa angka DW lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari 2 (-2 < 0,996 < 2). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.


(62)

d. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2005:105) menyatakan “uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas”. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali (2005:105) adalah sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi gejala heteroskedastisitas atau tidak dengan cara mengamati penyebaran titik-titik pada grafik.


(63)

-4Regression Standardized Predicted Value-2024

-3

-2

-10

1

2

3

Regressi

on Student

ized Residual

Dependent Variable: RENTABILITAS Scatterplot

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2008

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model ini layak dipakai untuk memprediksi rentabilitas industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta berdasarkan masukan variabel independen yaitu modal kerja dan perputaran aktiva operasi.


(64)

4. Analisis Regresi

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimstor (BLUE) dan layak untuk dilakukan analisis statistik selanjutnya, yaitu melakukan pengujian hipotesis.

Adapun hasil pengolahan data dengan analisis regresi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Coefficients

Model Unstandarized

Coefficients

Standarized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std.

Error

Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

Perputaran Modal Kerja Perputaran Aktiva Operasi

.034 .004 6.158 1.811 .007 1.644 0.073 .467 .019 .585 3.747 .985 .561 .000 .993 .993 1.007 1.007 a. Dependent Variable : RENTABILITAS

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2008

Berdasarkan tabel koefisien regresi di atas, pada kolom Unstandardized Coefficients bagian B diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y= 0,034 + 0,004 (X1) + 6,158 (X2) + e Dimana:

Y = Rentabilitas

X1 = Perputaran Modal Kerja X2 = Perputaran Aktiva Operasi e = Tingkat kesalahan pengganggu


(1)

Grafik Normal Plot sebelum data

outlier

ditiadakan

0.00.20.4Observed Cum Prob0.60.81.0 0.00.20.40.60.8 1.0

Expected C

um Prob

Dependent Variable: RENTABILITAS

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Grafik Normal Plot sesudah data

outlier

ditiadakan

0.00.20.40.60.81.0

Observed Cum Prob

0.00.2 0.40.60.8 1.0

Expected Cum Prob

Dependent Variable: RENTABILITAS

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(2)

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficients

Model Unstandarized

Coefficients

Standarized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics B Std.

Error

Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

Perputaran Modal Kerja Perputaran Aktiva Operasi

.034 .004 6.158

1.811 .007 1.644

0.073 .467

.019 .585 3.747

.985 .561 .000

.993 .993

1.007 1.007 c. Dependent Variable : RENTABILITAS

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summarry

Mode l

R R Square Adjusted

R Square

Sdt. Error of The Estimate

Durbin_Watson

1 .478a .229 .198 5.2759 .996

a.Predictors : (Constant), PERPUTARAN AKTIVA OPERASI,PERPUTARAN MODALKERJA b.Dependent Variable: RENTABILITAS


(3)

Scatterplot

Hasil Uji Heterokedastisitas

-4-2024

Regression Standardized Predicted Value

-3

-2-1

012

3

Regressi

on Studentized Residual

Dependent Variable: RENTABILITAS

Scatterplot


(4)

Hasil Uji t

Coefficients

Model Unstandarized

Coefficients

Standarized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

Perputaran Modal Kerja Perputaran Aktiva Operasi .034 .004 6.158 1.811 .007 1.644 0.073 .467 .019 .585 3.747 .985 .561 .000 .993 .993 1.007 1.007 d. Dependent Variable : RENTABILITAS

Hasil Uji F (ANOVA)

ANOVAb

412.849 2 206.424 7.417 .002a

1391.595 50 27.832

1804.444 52 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), PERPUTARAN AKTIVA OPERASI, MODAL KERJA a.

Dependent Variable: RENTABILITAS b.


(5)

Tabel t Signifikansi 5 %

df t tabel df t tabel df t tabel df t tabel

1 12.7052 26 2.0555 51 2.0076 76 1.9917

2 4.3027 27 2.0518 52 2.0066 77 1.9913

3 3.1824 28 2.0484 53 2.0057 78 1.9908

4 2.7764 29 2.0452 54 2.0049 79 1.9905

5 2.5706 30 2.0423 55 2.0040 80 1.9901

6 2.4469 31 2.0395 56 2.0032 81 1.9897

7 2.3646 32 2.0369 57 2.0025 82 1.9893

8 2.3060 33 2.0345 58 2.0017 83 1.9890

9 2.2622 34 2.0322 59 2.0010 84 1.9886

10 2.2281 35 2.0301 60 2.0030 85 1.9883

11 2.2010 36 2.0281 61 1.9996 86 1.9879

12 2.1788 37 2.0262 62 1.9990 87 1.9876

13 2.1604 38 2.0244 63 1.9983 88 1.9873

14 2.1448 39 2.0227 64 1.9977 89 1.9870

15 2.1314 40 2.0211 65 1.9971 90 1.9867

16 2.1199 41 2.0195 66 1.9966 91 1.9864

17 2.1098 42 2.0181 67 1.9960 92 1.9861

18 2.1009 43 2.0167 68 1.9955 93 1.9858

19 2.0930 44 2.0154 69 1.9949 94 1.9855

20 2.0860 45 2.0141 70 1.9944 95 1.9853

21 2.0796 46 2.0129 71 1.9939 96 1.9850

22 2.0739 47 2.0117 72 1.9935 97 1.9847

23 2.0687 48 2.0106 73 1.9930 98 1.9845

24 2.0639 49 2.0096 74 1.9925 99 1.9842

25 2.0595 50 2.0086 75 1.9921 100 1.9840


(6)

Tabel F dengan signifikansi 5 %

1 2 3 4 5 6 8 10 15

1 161.448 199.5 215.707 224.583 230.162 233.986 238.883 241.882 245.95

2 18.513 19.164 19.164 19.247 19.296 19.330 19.371 19.396 19.429

3 10.128 9.552 9.177 9.117 9.013 8.941 8.845 8.786 8.703

4 7.709 6.944 6.591 6.388 6.256 6.163 6.041 5.964 5.858

5 6.608 5.786 5.409 5.192 5.050 4.950 4.818 4.735 4.619

6 5.987 5.143 4.757 5.534 4.387 4.284 4.147 4.060 3.938

7 5.591 4.737 4.347 4.120 3.972 3.866 3.726 3.637 3.511

8 5.318 4.459 4.066 3.938 3.687 3.581 3.438 3.347 3.218

9 5.117 4.256 3.863 3.633 3.482 3.374 3.230 3.137 3.006

10 4.965 4.103 3.708 3.478 3.326 3.217 3.072 2.978 2.845

11 4.844 3.982 3.587 3.357 3.204 3.095 2.948 2.854 2.719

12 3.259 3.259 3.490 3.490 3.490 3.490 3.490 3.885 3.885

13 4.667 3.806 3.411 3.179 3.025 2.915 2.767 2.671 2.533

14 4.600 3.739 3.344 3.112 2.958 2.848 2.699 2.602 2.463

15 4.543 3.682 3.287 3.056 2.901 2.790 2.641 2.544 2.403

16 4.494 3.634 3.239 3.007 2.852 2.741 2.591 2.494 2.352

17 4.451 3.592 3.197 2.965 2.810 2.699 2.548 2.45 2.308

18 4.414 3.555 3.160 2.928 2.773 2.661 2.510 2.412 2.269

19 4.381 3.522 3.127 2.895 2.740 2.628 2.477 2.378 2.234

20 4.351 3.493 3.098 2.866 2.711 2.599 2.447 2.348 2.203

21 4.325 3.467 3.072 2.840 2.685 2.573 2.420 2.321 2.176

22 4.301 3.443 3.049 2.817 2.611 2.549 2.397 2.297 2.151

23 4.279 3.422 3.028 2.796 2.640 2.528 2.375 2.275 2.120

24 4.260 3.403 3.009 2.776 2.621 2.508 2.355 2.255 2.108

25 4.242 3.385 2.991 2.759 2.603 2.490 2.337 2.236 2.089

26 4.225 3.369 2.975 2.743 2.587 2.474 2.321 2.220 2.075

27 4.210 3.354 2.960 2.728 2.572 2.459 2.305 2.204 2.056

28 4.196 3.340 2.947 2.714 2.558 2.445 2.291 2.190 2.041

29 4.183 3.328 2.934 2.701 2.545 2.432 2.278 2.177 2.027

30 4.171 3.316 2.922 2.690 2.534 2.421 2.266 2.165 2.015

40 4.085 3.232 2.839 2.606 2.449 2.336 2.180 2.077 1.924

50 4.034 3.183 2.790 2.557 2.400 2.286 2.130 2.026 1.871

60 4.001 3.150 2.758 2.525 2.368 2.254 2.097 1.993 1.836


Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Modal dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Industri Tekstil dan Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 81 86

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Return Spread Terhadap Likuiditas Perusahaan Otomotif Dan Komponennya Yang Terdaftar Di BEI

10 166 80

Pengaruh Perputaran Piutang Usaha Dan Perputaran Persediaan Terhadap Tingkat Rentabilitas Perusahaan Otomotif Dan Komponennya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 38 81

Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Solvabilitas Terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 1

ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA,PERPUTARAN TOTAL AKTIVA DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 3 23

PENGARUH MODAL KERJA, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

4 3 106

PENGARUH MODAL KERJA, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 3 118

PENGARUH MODAL KERJA, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 2 25

PENGARUH MODAL KERJA, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 16

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN PERPUTARAN TOTAL AKTIVA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014

0 1 15