Penambahan Buffer Size Pergerakan Random Waypoint

33 30 0.0602 22.6508 604.6222 0.1297 60 0.0793 23.5904 1108.6915 0.3097 180 0.1366 22.6853 3682.0671 1.2654 360 0.2073 22.7235 7946.7622 3.2571 1440 0.4986 22.4215 29688.8203 19.1090 1. Delivery Ratio. 2. Overhead Ratio. 3 Latency Average. 4 Average buffer Occupancy. Gambar 4. 9 grafik penambahan jumlah TTL pada protokol prophet dan epidemic. 10 20 30 40 50 60 2 5 3 0 6 0 1 8 0 3 6 0 1 4 4 0 O ve rh e ad R ati o TTL Menit Epidemic Prophet 0.2 0.4 0.6 0.8 1 2 5 3 0 6 0 1 8 0 3 6 0 1 4 4 0 De li ve ry R ati o TTL Menit Epidemic Prophet 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 2 5 3 0 6 0 1 8 0 3 6 0 1 4 4 0 Late n cy A ve rag e sec o n d s TTL Menit Epidemic Prophet 20 40 60 80 100 2 5 3 0 6 0 1 8 0 3 6 0 1 4 4 0 A ve rag e Buffe r O cc u p an cy TTL Menit Epidemic Prophet 34 Keterangan : a Nilai delivery ratio meningkat semakin baik performanya. b Nilai overhead ratio menurun semakin baik performanya. c Nilai latency average meningkat semakin buruk performanya. d Nilai buffer occupancy meningkat semakin buruk performanya. Penambahan TTL menentukan keberhasilan pesan dapat sampai ke tujuan. Semakin lama TTL yang dimiliki oleh pesan maka semakin tinggi kemungkinan pesan dapat mencapai tujuan, hal tersebut dapat terjadi karena pesan di drop oleh TTL semakin kecil. Dalam skenario penambahan TTL, ukuran buffer di set 60MB untuk meminimlkan pesan di drop karena buffer penuh. Pada pergerakan manusia prophet dapat bekerja lebih baik dibanding pergerakan random waypoint karena probabalitas pertemuan antar node lebih bervariasi, Gambar 4.9 menunjukan bahwa nilai delivery ratio dan latency average pada kedua protokol hampir seimbang. Nilai overhead ratio pada kedua protokol sama – sama turun disebabkan oleh jumlah copy pesan yang terbatas. Setiap pesan yang memiliki TTL lebih lama, maka node tidak akan lagi mengirim pesan yang sama karena node penerima masih memiliki pesan tersebut. Kinerja prophet bisa dikatan lebih baik karena dengan nilai delivery ratio hampir sama tapi dengan nilai overhead ratio cost yang lebih rendah sehingga konsumsi buffer lebih irit dibanding epidemic. Dengan penambahan TTL juga meningkatkan nilai latency average pada kedua protokol, hal ini di karenakan penambahan TTL membuat pesan memiliki umur masa hidup lebih panjang dalam proses pengiriman pesan dari source menuju destination . 35 Gambar 4. 10 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan TTL 20. Gambar 4. 11 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan TTL 60. Gambar 4.10 dan gambar 4.11 menunjukan bahwa belum ada konsumsi buffer pada setiap node, hanya terlihat node pengirim memiliki konsumsi buffer yang lebih tinggi dibandingakan dengan yang lain, oleh karena itu nilai probabilitas masih dalam angka 0.1 – 0.7. Pada pergerakan manusia menggunakan TTL 60 penyebaran pesan belum merata sehingga mengakibatkan nilai delivery ratio menjadi rendah. Kemungkinan pesan akan banyak di drop karena terbatasnya TTL. 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132333435 A v e rag e B uf fe r O cc up an cy pe r N o de Node TTL 20 Epidemic Prophet 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132333435 Ave rag e B u ff e r Occu p an cy P e r NOde Node TTL 60 Epidemic Prophet 36 Gambar 4. 12 grafik konsumsi buffer per node pada penambahan TTL 1440. Gambar 4.12 menunjukan peyebaran pesan sudah mulai merata, terlihat pada grafik diatas gambar 4.12 semua node memiliki konsumsi buffer kecuali node penerima, node tersebut selalu kosong karena setelah pesan sampai pada tujuan maka pesan langsung di drop. Komsumsi buffer protokol epidemic selalu lebih boros dibanding prophet baik pada pergerakan random waypoint maupun pergerakan manusia, dengan strategi penyampaian pesannya yang flooding based forwarding sehingga memungkinkan epidemic untuk mengirimkan pesan ke semua node asalkan node penerima belum memiliki salinan pesan yang di bawa node pengirim. Berbeda dengan prophet yang memiliki strategi penyampain terbatas, yang mengindikasikan bahwa pesan yang beredar bersifat unik dan belum tentu semua node memilikinya. Sehingga dalam penyampaian pesan prophet mempertimbangkan nilai delivery predictability untuk meminimalkan jumlah copy pesan dalam jaringan, dan juga tetap menjaga nilai delivery ratio dan latency. 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132333435 A ve rag e Buffe r O cc u p an cy P e r N O d e Node TTL 1440 Epidemic Prophet 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Keunggulan yang dimiliki protokol epdemic adalah mengoptimalkan tingkat pengiriman pesan dan meminimalkan latency, namun pola pengiriman flooding based forwarding menyebabkan copy pesan dalam jaringan menumpuk overhead. Sedangkan protokol prophet memiliiki keunggulan meminimalkan jumlah copy pesan, dengan mempertahankan nilai delivery ratio dan latency, namun pola penyampaian pesannya delivery predictability membutuhkan probabilitas pertemuan node yang bervariasi sehingga tidak optimal pada pergerakan random waypoint yang memiliki kriteria probabilitas pertemuan antar node hampir sama. Pada pergerakan manusia kinerja prophet lebih unggul dibanding epidemic karena dengan nilai delivery ratio dan latency yang hampir sama, tetapi dengan konsumsi buffer dan overhead cost lebih rendah daripada epidemic . Kinerja prophet lebih optimal pada pergerakan ini karena probabilitas pertemuan antar node bervariasi. Sedangkan pada pergerakan random waypoint, epidemic lebih unggul dibanding prophet karena strategi flooding based forwarding menghasilkan nilai delivery ratio dan latency lebih baik dibanding prophet walaupun dengan nilai overhead yang lebih tinggi.

5.2 Saran

Kinerja prophet mampu berjalan efektif pada pergerkan manusia, untuk penelitian yang dapat dilakukan selanjutnya, protokol pembanding bisa menggunakan protokol dengan kriteria yang sama dengan prophet misalnya BubleRap yang mepertimbangakan laju penyampaian pesanya.