Indentifikasi aspek kebermaknaan hidup janda yang kurang positif

2. Indentifikasi aspek kebermaknaan hidup janda yang kurang positif

Melalui proses analisis rupanya perubahan-perubahan yang terjadi pasca ditinggal suami, mempengaruhi kehidupan seseorang dalam memaknai hidupnya. Setiap aspek yang telah di paparkan pada sub bab sebelumnya menunjukkan bahwa dari 40 item yang dibagikan, terdapat 11 item dengan skor terbawah kategori sedang, yakni item 8, 9, 17, 18, 20, 28, 29, 30, 34, 35, 38. Kesebelas item tersebut tersebar di seluruh aspek, namun yang cukup dominan dan perlu diperhatikan adalah beberapa item pada aspek lima yakni mengenai pikiran tentang cara hidup yang baik. Rupanya dari enam 6 aspek kebermaknaan hidup, aspek ini adalah aspek yang masih teridentifikasi sangat kurang. Artinya masih banyak janda yang belum memiliki pandangan cara hidup yang baik sepeninggal suaminya. Konkritnya adalah hal-hal mengenai kesiapam para janda untuk mempersiapkan masa depan. Mereka masih merasa dirinya tidak mampu dan selalu berpikir kehidupannya menjadi tidak berarti tanpa kehadiran suami. Selain itu janda mengalami krisis motivasi dalam dirinya. Biasanya hal ini dialami oleh janda yang secara keseluruhan cukup bergantung pada suami. Selanjutnya teridentifikasi pula bahwa janda menjadi pribadi yang cukup skeptis atau ragu-ragu dalam kehidupan sosialnya. Tak heran jika hal ini ditemukan dalam kehidupan sosial janda, bahwasannya sterotype yang sudah ada di masyarakat mempengaruhi sebagian dari aksesibilitas janda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagai janda yang mengalami dukacita setiap pribadi tentu memiliki beragam perasaan atau respon yang berbeda. Namun berdasarkan fakta di lapangan, nampak harapan atau usaha sebagian besar janda untuk bangkit dari peristiwa kedukaan yang dialami, sehingga pada akhirnya mereka dapat menemukan kebermaknaan hidupnya dan sampai pada tujuan hidup yang bahagia. Selanjutnya peristiwa ditinggal suami rupanya menjadi beban yang cukup berat, kareana merasa berat ada beberapa janda yang cenderung memiliki rencana untuk menemukan pasangan hidup lagi, namun hal ini tidak berlaku pada semua janda yang ditemui oleh peneliti. Pemikiran semacam ini tentu didasari oleh perasaan yang masih belum seutuhnya bisa menerima kenyataan akan kematian suami. Dalam hal ini selaras dengan pendapat Suardiman 2011 memaparkan bahwa menjanda merupakan masa yang paling menekan dalam proses hidup stressful. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan , kesimpulan dan saran terhadap hasil penelitian

A. Kesimpulan

Berikut adalah kesimpulan dan hasil pembahasan penelitian. 1. Kebermaknaan hidup para janda di Paroki Baciro, tergolong sangat tinggi yakni sebanyak empat 4 janda atau 10 berhasil memaknai hidupnya dengan sangat baik. Selanjutnya terdapat dua puluh tiga 23 atau 57,5 janda yang memiliki tingkat kebermaknaan hidup tinggi dan tiga belas 13 atau 32,5 janda yang memiliki tingkat kebermaknaan hidup sedang. 2. Terindentifikasi masih ada 27,5 hal-hal yang merupakan aspek kebermaknaan hidup yang teridentifikasi kurang positif. Artinya masih ada sebelas 11 hal yang perlu diperjuangkan dengan lebih optimal oleh para janda untuk menemukan makna hidupnya selepas ditinggal suami. 3. Berdasarkan temuan pada poin sebelumnya, nampak bahwa perjuangan untuk mencapai kehidupan bermakna masih terus diperjuangkan oleh para janda, khususnya janda di Paroki Baciro. Proses perjuangan ini tentu tidak luput dari dinamika kehidupan yang harus diolah dengan bijaksana.

B. Saran

Berikut ini dikemukakan beberapa saran yang sesuai dengan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Bagi para pengurus paroki. Pengurus paroki diharapkan mengetahui dan memperhatikan para janda sehingga dapat merangkul mereka untuk ikut terlibat dalam kegiatan