Kebermaknaan hidup para janda (studi deskriptif pada para janda di Paroki Baciro)
KEBERMAKNAAN HIDUP PARA JANDA
(Studi Deskriptif pada Para Janda di Paroki Baciro)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Terezina Das Neves
131114001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(2)
i
KEBERMAKNAAN HIDUP PARA JANDA
(Studi Deskriptif pada Para Janda di Paroki Baciro)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Terezina Das Neves
131114001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(3)
(4)
(5)
iv
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya. (Mrk : -44)
Kebahagiaan adalah ganjaran dari usaha
menjalankan kegiatan-kegiatan yang bermakna. (Viktor Frankl)
(6)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Tuhan Yesus yang selalu setia menemani dan memberkati saya dalam menulis skripsi
Sr. M. Aquina pemimpin profinsi beserta staf dewan propinsi St. Yusuf Pringsewu Lampung
Para suster Propinsi St. Yusuf Pringsewu Lampung
Sr. M. Anita dan para suster komunitas St. Maria Yogyakarta
Para Dosen dan Staf prodi Bimbingan dan Konseling
Untuk teman-teman BK angkatan 2013 yang selalu memberikan bantuan dan dukungan kepada saya lewat apa saja yang saya butuhkan.
(7)
(8)
(9)
viii ABSTRAK
KEBERMAKNAAN HIDUP PARA JANDA
(Studi Deskriptif pada para janda di Paroki Baciro)
Terezina Das neves Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kebermaknaan hidup para janda di Paroki Baciro terlebih pada, (1) seberapa positif kebermaknaan hidup para janda di Paroki Baciro dan (2) mendeskripsikan hal-hal apa saja kebermaknaan hidup para janda di Paroki Baciro teridentifikasi kurang positif. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey. Subjek penelitian ini adalah para janda di Paroki Baciro. Jumlah para janda yang diteliti adalah 40 dengan masa menjanda 8 tahun, 6 tahun, 5 tahun, 4 tahun, 3 tahun, 2 tahun, dan 1 tahun.
Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan melakukan purposive sampling, teknik pengambilan sample dengan tidak random,
tidak berdasarkan daerah ataupun tidak berdasarkan strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif. Selanjutnya validitas dan reliabilitas menggunakan uji korelasi pearson product Moment dan Spearman Brown
hasilnya 0,873. Masuk dalam kategori tinggi.
Kuesioner kebermaknaan hidup para janda terdiri dari 40 item berdasarkan 6 aspek kebermaknaan hidup para janda, yaitu: 1) makna hidup; 2) kepuasan hidup; 3) kebebasan hidup berkehendak; 4) sikap terhadap kematian; 5) pikiran tentang cara hidup baik; 6) kepantasan hidup. Kuesioner yang digunakan peneliti merupakan kuesioner tertutup. Data yang dihasilkan kemudian dikategorikan dengan teknik kategorisasi berdasarkan kriteria azwar. Kategorisasi disusun berdasarkan distribusi normal dengan model kategorisasi lima tingkat yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Hasil pengukuran validitas kuesioner dari 40 item yang yang disi oleh para janda item valid 40. Koefisien reliabilitas kebermaknaan hidup para janda sebesar 0,873 dan termasuk dalam kategori tinggi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa 4 orang janda (10%) memiliki tingkat kebermaknaan hidup sangat tinggi, 25 orang janda (62,5%) memiliki kebermaknaan hidup tinggi, 11 orang janda (27,5%) memiliki kebermaknaan hidup sedang.
(10)
ix ABSTRACT
THE MEANINGFUL LIFE OF WIDOW
(Descriptive Study of Widow in Baciro Parish)
Terezina Das Neves Sanata Dharma University
2017
This descriptive research using survey method. The data were collected with questionnaires by purposive sampling models, unscramble sampling technique. It wasn’t based on region or based on strata, but it was based on the existence of consideration which focus on certain purpose. Data analysis techniques use descriptive statistics. Furthermore, the validity and reliability using correlation test pearson product Moment and Spearman Brown result 0.873, that was included on the high category.
The purpose of this research is to describe the meaningfulness of widows' life in Baciro Parish, especially on (1) how positive the widowhood of widows in Baciro parish and (2) to describe what significance the less positive identified of widow life in the Baciro Parish. This research was descriptive research using survey method. The subjects of this study is widows in Baciro Parish. It was of was 40 widows with a widow period of 8 years, 6 years, 5 years, 4 years, 3 years, 2 years, and 1 year.
The questionnaire consists of 40 items based on the six aspects of meaningful life of widows : 1) the meaning of life; 2) life satisfaction; 3) the freedom of life of will; 4) attitude toward death; 5) thoughts on how to had a good life; 6) the merit of life. This is a closed questionnaire. The data result categorized based on the criteria of azwar. Categorization is arranged based on the normal distribution with the five-level categorization model that is very high, high, medium, low, very low. The results of the questionnaire validity measurements of 40 items that were checked by the widows of 40 items valid. The reliability coefficient of widowhood meaningfulness of 0.873 and included in the high category.
The results of this research show that 4 widows (10%) have a high level of meaningfulness of life, 25 widows (62,5%) have high meaning of life, 11 widows (27,5%) have meaningful life.
(11)
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
naungan kasih-Nya, penulisan tugas akhir dengan judul “Kebermaknaan Hidup
Para Janda” (Studi Deskriptif pada Para Janda di Paroki Baciro) dapat
terselesaikan. Selama menulis tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa begitu
banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan
mendukung setiap proses yang penulis jalani. Oleh sebab itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling, sekaligus dosen pembimbing tugas akhir.
3. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas
bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.
4. Mas Moko selaku petugas sekretariat Program Studi yang senantiasa ramah
dan sabar melayani administrasi selama penulis menempuh studi.
5. Sr. M. Aquina, FSGM pemimpin Provinsi dan Staf Dewan Provinsi St. Yusuf
Pringsewu Lampung, yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan
pada penulis untuk mengikuti studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Pastor dan Dewan Paroki Baciro yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melakukan penelitian pada para janda di Paroki Baciro.
7. Sr. M. Anita dan Para Suster St. Maria Yogyakarta, yang telah memberikan
perhatian kepada peneliti lewat doa, bantuan, perhatian serta dukungannya
(12)
xi
8. Para Suster Propinsi St. Yusup pringsewu, yang telah memberikan doa dan
dukungan kepada penulis selama melaksanakan tugas studi.
9. Untuk Pricillia Eka Diah Sabu Lazar yang senantiasa setia dan bijaksana
dalam membantu penulis mengatur tata bahasa yang baku hingga akhirnya
bisa dibaca dan dimengerti oleh dosen terlebih dosen yang membimbing
dalam penulisan skripsi ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada keluarga Saudari Eka yang telah memberikan kasih dan cintanya untuk
saya selama proses akhir penulisan skripsi. Semoga Tuhan melimpahkan
berkat-Nya untuk keluarga besar.
10.Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2013, atas
cinta, dukungan, bantuan, sikap rela berkorban dan perhatiannya kepada
penulis selama penelitian.
11.Untuk semua sahabat dan kenalan yang telah membantu dengan berbagai
caranya selama ada di lapangan. Trimakasih untuk kerelaan dan
pengorbanannya bagi peneliti, semoga senantiasa diberkati Tuhan.
Semoga Skripsi ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan
inspirasi dan pengembangan. Akhir kata, marilah kita memulai, sebab sampai saat
ini kita belum berbuat apa-apa.
Yogyakarta, 23 April 2017
Penulis
(13)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
1. Manfaat Teoritis ... 6
(14)
xiii
a. Bagi para janda ... 7
b. Bagi pengurus Paroki Baciro ... 7
c. Bagi peneliti lain ... 7
G. Definisi Istilah ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Hakikat Kebermaknaan Hidup ... 10
1. Pengertian Kebermaknaan Hidup ... 10
2. Aspek-aspek Kebermaknaan Hidup ... 11
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Kebermaknaan Hidup ... 15
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebermaknaan Hidup ... 16
5. Tantangan Mengembangkan Kebermaknaan Hidup ... 18
6. Upaya-upaya Membangun Kebermaknaan Hidup ... 19
B. Hakikat Hidup Menjanda ... 21
1. Pengertian Janda ... 21
2. Faktor-faktor Penyebab Suami Lebih Cepat Meninggal ... 21
3. Perubahan yang Dialami Para Janda ... 23
4. Tantangan Kehidupan Menjanda ... 26
5. Dampak Sosial, Psikologis, Emosional, Ekonomis, Spiritual Hidup Menjanda ... 26
a. Dampak Sosial ... 26
b. Dampak Psikologis ... 27
c. Dampak Emosional ... 27
d. Dampak Ekonomis ... 28
e. Dampak Spiritual ... 28
6. Periodesasi Janda yang Merasa Kehilangan Suami dalam Berbagai Kategori ... 29
a. Janda Awal ... 29
b. Janda Menengah ... 29
c. Janda yang Sudah Lama ditinggal Suami ... 30
7. Kebermaknaan Hidup di Kalangan Janda ... 30
(15)
xiv
D. Kerangka Berpikir ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
C. Subjek Penelitian ... 34
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen ... 35
1. Teknik Pengumpulan Data ... 35
2. Instrumen ... 36
a. Kuesioner ... 36
b. Format Pernyataan ... 37
c. Penentuan Skor ... 38
E. Validitas Kuesioner ... 40
1. Uji Validitas ... 40
2. Reliabilitas Kuesioner ... 42
F. Teknik Analisis Data ... 44
1. Menentukan Skor dan Pengolahan Data ... 44
2. Menentukan Kategori ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Hasil Penelitian ... 47
1. Tingkat Kebermakanaan Hidup Para Janda di Paroki Baciro ... 47
2. Hasil Identifikasi Aspek atau Hal-hal yang Kurang Positif dalam Kebermaknaan Hidup Para Janda di Paroki Baciro ... 49
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50
1. Tingkat Kebermaknaan Hidup Para Janda di Paroki Baciro ... 50
2. Identifikasi Aspek Kebermaknaan Hidup Para Janda yang Kurang Positif ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 56
(16)
xv
2. Bagi Para Janda ... 57 3. Bagi Peneliti Lain ... 57
(17)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Upaya Membantu Seseorang yang Kehilangan Orang Tercinta ... 20
Tabel 3.1. Data Subyek Penelitian ... 34
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Kebermaknaan Hidup ... 39
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas ... 41
Tabel 3.4. Kategori Reliability Statistics Guilford ... 43
Tabel 3.5. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... 43
Tabel 3.6. Norma Kategori Tingkat Kebermaknaan Hidup ... 45
Tabel 3.7. Norma Kategorisasi Tingkat Kebermaknaan Hidup Para Janda ... 46
Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat Kebermaknaan Hidup Para Janda di Paroki Baciro ... 47
Tabel 4.2. Perhitungan Rata-rata Skor Tiap Butir Kuesioner dan Butir-butir yang terindikasi rendah ... 49
(18)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Grafik Gambaran Tingkat Kebermaknaan Hidup Para Janda di
Paroki Baciro ... 48
Gambar 4.2. Detail Gambaran Tingkat Kebrmaknaan Para Janda di Paroki
(19)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Kebermaknaan Hidpup Para Janda ... 62
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Hidup ... 65
Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kebermaknaan Hidup ... 69
Lampiran 4. Tabulasi Data Tingkat Kebermaknaan Hidup Para Janda di Paroki
Baciro ... 70
Lampiran 5. Tabulasi Data Identifikasi Item Kuesioner Kebermaknaan Hidup
(20)
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
definisi istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Cita-cita setiap pasangan yang menikah adalah membina rumah tangga
yang bahagia dan harmonis. Seiringnya waktu, muncul berbagai masalah
yang dihadapi dalam hidup, terlebih dalam menyatukan segala pikiran dan
perasaan kedua pribadi tersebut. Bagi beberapa keluarga yang peneliti temui,
tidak berat untuk saling menyesuaikan diri, dengan catatan adanya
keterbukaan untuk saling memahami dan mengerti segala kelemahan dan
kelebihan satu sama lain. Pada umumnya mereka yang menikah mempunyai
harapan akan masa depan yang indah dan bahagia. Bahagia dalam arti untuk
memperjuangkan dan mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam keluarga.
Secara khusus, dalam penelitian ini, Peneliti menyoroti realita
kehidupan janda. Berdasarkan hasil pendataan dari Badan Pusat Statistik
(BPS, 2010) dijelaskan bahwa ada 11.168.460 (5,8%) penduduk Indonesia
berstatus janda, dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia sebanyak
191.709.144 jiwa. Selanjutnya di DIY dan Jateng terdapat 1.801.120 (6,7%)
perempuan berstatus janda dari jumlah keseluruhan penduduk 26.842.005
jiwa. Realita ini tentu tidak mudah terlintas pada benak dua pribadi yang
menjadi sepasang suami istri yang mengalami peristiwa cerai akibat kematian
(21)
benar-benar dialami oleh seorang janda, apalagi mereka yang masih memiliki
tanggung jawab untuk hidup dan berjuang serta terus memperjuangkan
kehidupan keluarga kecilnya secara khusus.
Realita di atas membuktikan bahwa tidak selamanya kebahagiaan
pasangan suami istri harus dibuktikan dengan hidup bersama. Hal ini
dikarenakan harapan hidup, peristiwa hidup dan dinamika hidup setiap orang
secara khusus pasangan suami istri tidak selalu sesuai dengan prediksi. Lebih
dalam peneliti ingin memaparkan potret perubahan psikologis seorang istri
setelah terjadi situasi kedukaan (suami meninggal). Hal ini selaras dengan
pernyataan Santrock (2006) bahwa tidak seorangpun sanggup membayangkan
akan ditinggal meninggal oleh orang yang terdekat (pasangan hidup).
Berdasarkan fakta yang peneliti temui ketika berjumpa dengan seorang
janda pada tanggal 27 November 2016 di Paroki Baciro, dijelaskan bahwa ia
telah menjanda selama lima tahun. Suaminya meninggal disaat kedua
anaknya masih kecil. Kedukaan mendalam yang ia rasakan justru karena
peristiwa kematian sang suami yang begitu mendadak akibat serangan
jantung. Duka janda tersebut semakin memuncak ketika melihat putrinya
selalu mencari dan menyebut ayahnya dalam tangisan.
Kutipan kisah di atas sekali lagi menjelaskan bahwa hidup sebagai
janda tidak mudah, apalagi negative stereotype mengenai seorang janda.
Janda yang kerap kali disebut sebagai perusak rumah tangga orang, tidak
hanya sampai disitu, bahkan aksesibilitas di rumahnya sendiripun masih sulit.
(22)
setempat memberikan komentar ketika seorang janda hendak menjalin relasi
dengan orang lain atau masyarakat pada umumnya. Selanjutnya ada pula
janda yang memalsukan identitasnya demi mencari nafkah. Janda yang
notabene beragama katolik tersebut terpaksa menggunakan jilbab ketika
berjualan di pasar. Hal ini dilakukannya agar pembeli yang mayoritas muslim
merasa nyaman membeli dagangannya. “Kalau tidak berjilbab, nanti dikatain
warungnya orang kafir, jadi tidak akan lagu dagangan saya”, jelas janda
tersebut. Fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat dewasa inilah yang
notabene menjadikan kedudukan psychology well being janda semakin
terhimpit.
Suardiman (2011), memaparkan bahwa perasaan sedih yang dialami
oleh setiap istri setelah kematian pasangan biasanya akan kembali dan
menghilang seperti sebuah siklus. Perasaan kaget, mati rasa, dan rasa
ketidakpercayaan lama-kelamaan akan memudar, hingga akhirnya berubah
menjadi perasaan yang lebih baik. Walaupun demikian, tetap bukan hal yang
mudah bagi seorang janda untuk dapat menjalani kehidupannya seperti dulu
saat masih hidup bersama pasangannya. Selaras dengan pernyataan
Suardiman, peneliti meyakini bahwa janda mampu menjalani dinamika hidup
sebagai sebuah siklus yang harus dilewati setiap istri yang ditinggal
pasangannya.
Frankl (2006) meyakini bahwa makna hidup (the meaning of life) dan
kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi
(23)
life). Hal serupa juga diungkapkan oleh Bastaman (2007), bahwa mereka
yang berhasil memenuhi pandangan optimis akan mengalami hidup yang
bermakna, dan ganjaran dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan,
sedangkan mereka yang tidak berhasil memenuhi motivasi ini akan
mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya
tidak bermakna.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa terdapat satu faktor
tunggal yang menjadi inti dari keseluruhan fenomena yang ditemui oleh
peneliti yakni kebermaknaan hidup. Menemukan makna hidup dan
menetapkan tujuan hidup merupakan upaya untuk mengembangkan hidup
yang bermakna. Hasrat untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama
setiap orang yang selalu mendambakan hidup yang bahagia (Bastaman 2007).
Tantangan membuat hidup bermakna dirasakan sebagai sesuatu yang sulit
dan berat bagi seorang janda lebih-lebih yang belum lama ditinggal mati
suaminya.
Penelitian ini secara khusus ditujukan kepada janda-janda di Paroki
Baciro Yogyakarta yang menjanda akibat ditinggal mati suami (cerai mati).
Alasan peneliti menggunakan kawasan Paroki Baciro sebagai area untuk
mencari data penelitian adalah karena mudahnya birokrasi yang dapat
dijangkau. Selain mengenal Pastor Paroki Baciro, peneliti juga cukup mudah
memahami peta persebaran janda di Paroki Baciro berdasarkan informasi
(24)
Bertolak dari berbagai paparan diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian yang berjudul “KEBERMAKNAAN HIDUP PARA JANDA DI PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA”
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, teridentifikasi berbagai
masalah berkaitan dengan kebermaknaan hidup para janda di Paroki Baciro
sebagai berikut:
1. Sebagian besar janda di Paroki Baciro mengalami kesedihan yang
mendalam ketika suaminya meninggal.
2. Sebagian besar janda di Paroki Baciro merasa kehilangan makna hidup
setelah kematian suaminya.
3. Beberapa janda di Paroki Baciro merasa tidak mampu mengembangkan
ekonomi keluarga.
4. Sebagian janda mengalami kesulitan untuk mendampingi anak-anaknya.
5. Para janda semakin mencemaskan masa depan anak-anaknya.
6. Beberapa janda di Paroki Baciro mengalami kesulitan menyesuaikan diri
dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
7. Setelah menjadi janda, secara emosional para janda di Paroki Baciro
kehilangan dukungan orang yang dekat secara intim dengannya.
8. Sebagian istri mengalami kesulitan untuk mendefinisikan dirinya
sebagai seorang janda.
9. Banyak janda di paroki Baciro merasakan kesepian.
(25)
11. Beberapa janda di Paroki Baciro mengalami goncangan emosi yang
mendalam dan perasaan kehilangan, serta keharusan untuk mengatur
rumah tangganya seorang diri.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini fokus kajian diarahkan untuk menjawab masalah
yang teridentifikasi, khususnya mengenai perasaan sedih serta hilangnya
kebermaknaan hidup beberapa janda di Paroki Baciro. Fokus peneliti terdapat
pada pengkajian kebermaknaan hidup janda di Paroki Baciro.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Seberapa positif kebermaknaan hidup para janda di Paroki Baciro?
2. Dalam hal-hal apa saja kebermaknaan hidup para janda di paroki Baciro
teridentifikasi kurang positif?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui tingkat kebermaknaan hidup para janda di Paroki Baciro.
2. Mengidentifikasi hal-hal yang kurang bermakna dalam hidup para janda
di Paroki Baciro
F. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan pengetahuan
(26)
keluarga dan memperkaya teori-teori bimbingan pribadi sosial, terlebih
tentang kebermaknaan hidup.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para janda.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu para janda untuk
memiliki pemahaman tentang kebermaknaan hidup yang lebih positif
mengenai dirinya
b. Bagi pengurus Paroki Baciro.
Pengurus Paroki diharapkan mengetahui dan memperhatikan
sehingga dapat merangkul para janda untuk ikut terlibat dalam
kegiatan gereja dan turut memperhatikan perjuangan hidup mereka
dalam lingkungan sekitarnya.
c. Bagi peneliti lain.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dan inspirasi untuk mengkaji lebih dalam mengenai
kekuatan para janda dalam menghadapi masalah dan keberaniannya
memaknai setiap masalah dalam kehidupannya dengan lebih baik.
G. Definisi Istilah
Adapun definisi istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Kebermaknaan hidup adalah adanya hasrat untuk hidup bermakna demi
kebahagian, penghayatan, penyesuaian diri yang mendukung
pengembangan pribadi dan harga diri individu. Kebermaknaan hidup
(27)
lainnya, yang menggambarkan hasrat yang paling mendasar dari setiap
manusia yaitu hasrat untuk hidup bermakna.
2. Janda adalah sebutan atau status bagi seorang wanita (istri) yang tidak
bersuami lagi karena ditinggal mati suami atau karena cerai.
3. Paroki adalah komunitas umat beriman kristiani yang dibentuk secara
tetap dalam Gereja partikular, yang reksa pastoralnya, dibawah otoritas
Uskup Diosesan, dipercayakan kepada pastor paroki sebagai gembalanya
sendiri. Dapat disimpulkan bahwa paroki adalah tempat berkumpulnya
umat Kristiani lebih tepat juga dapat dikatakan sebagai komunitas umat
beriman Kristiani.
4. Pastor Paroki ialah gembala parokinya sendiri yang diserahkan kepada
dirinya dan menunaikan reksa pastoral komunitas yang dipercayakan
kepadanya dibawah otoritas Uskup Diosesan yang dipanggil mengambil
bagian dalam pelayanan kristus. (Kan.519:171).
5. Paroki Kristus Raja-Baciro merupakan pemekaran dari paroki St.
Antonius Kotabaru termasuk di dalam wilayah rayon kota dari kevikepan
daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut teritorial wilayahnya paroki
Kristus Raja Baciro berbatasan dengan beberapa Paroki, yakni sebelah
utara berbatasan dengan Paroki St.Yohanes Rasul pringwulung dan
Paroki St. Maria Asumpta Babarsari, sebelah timur berbatasan dengan
Paroki St. Michael pangkalan, sebelah selatan berbatasan dengan Paroki
St. Yusuf Bintaran dan Paroki St. Paulus Pringgolayan dan sebelah barat
(28)
kota , teritori Baciro juga meliputi Kabupaten Bantul dan Kabupaten
Sleman. Alamat Gereja Kristus Raja Baciro berada di Jalan Melati
(29)
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan hakikat kebermaknaan hidup, hakikat kehidupan
menjanda, hasil penelitian relevan, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
A. Hakikat Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup
Pengertian kebermaknaan adalah proses mencapai kebebasan
kehendak dalam diri setiap orang yang dianggap penting dan berharga
(Frankl 2007). Menurut KBBI (2008) kebermaknaan adalah proses untuk
menjadikan sesuatu hal itu berarti dan bernilai.
Pengertian hidup menurut KBBI (2008) adalah masih terus ada,
bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya. Bastaman (2007),
memaparkan bahwa hidup merupakan suatu yang dianggap penting,
benar dan didambakan oleh setiap mahluk hidup sebagai sebuah
anugerah. Makna hidup merupakan sesuatu yang unik dan khusus,
artinya ia hanya bisa dipenuhi oleh orang yang bersangkutan Frankl
(2004). Selanjutnya Frankl juga memaparkan bahwa hidup dapat
ditemukan dalam setiap keadaan, tidak saja dalam keadaan normal dan
menyenangkan, tetapi juga dalam penderitaan, seperti dalam keadaan
sakit, bersalah, dan kematian.
Kebermaknaan hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting
dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga
(30)
menjelaskan bahwa, kebermaknaan hidup tidak dapat ditemukan dalam
rumusan-rumusan yang diberikan oleh orang lain akan tetapi hidup akan
mempunyai arti jika orang tersebut mampu menghayati hidupnya sendiri.
Berdasarkan teori yang dipaparkan tersebut dapat disimpulkan
bahwa kebermaknaan hidup merupakan suatu hasrat yang terdiri dari
sekelumit harapan manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Dengan demikian terdapat aspek nilai atau komponen-komponen yang
perlu diperhatikan oleh manusia untuk mencapai hidup yang bermakna.
2. Aspek-aspek Kebermaknaan Hidup
Menurut Crumbaugh & Mahollick (dalam Koeswara, 1992)
terdapat enam aspek dalam kebermakanaan hidup.
a. Makna Hidup
Makna hidup adalah segala sesuatu yang dianggap penting dan
berharga bagi seseorang, dan memberi nilai khusus, serta dapat
dijadikan sebagai tujuan hidup bagi individu tersebut. Bastaman
(2007:45), menguraikan bahwa makna hidup adalah hal-hal yang
dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus
bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan
(the purpose in life). Orang akan merasa bahagia bila hal ini dapat
dipenuhi. Menemukan makna hidup dan menetapkan tujuan hidup
merupakan upaya untuk mengembangkan hidup yang bermakna.
(31)
orang yang selalu mendambakan kehidupan yang bahagia dan
bermakna.
b. Kepuasan Hidup
Kepuasan hidup adalah penilaian seseorang terhadap hidup yang
dijalaninya, sejauh mana ia mampu menikmati dan merasakan
kepuasan dalam hidup dan segala aktivitas yang dilakukannya.
c. Kebebasan Hidup
Kebebasan hidup adalah sikap bebas dalam berkehendak atas
kondisi-kondisi yang terjadi dalam kehidupan, Kebebasan ini adalah
kebebasan berkehendak yang senantiasa harus dilakukan dengan
penuh tanggung jawab (responsibility)
d. Sikap terhadap Kematian
Sikap terhadap kematian adalah pandangan dan kesiapan seseorang
terhadap kematian yang akan dihadapi oleh setiap manusia.
e. Kepantasan Hidup
Kepantasan hidup adalah penilaian seseorang terhadap hidupnya,
sejauh mana ia merasa bahwa apa yang telah ia alami dalam hidup
adalah sebagai sesuatu yang wajar.
f. Pikiran tentang Cara Hidup yang Baik.
Nietzsche (dalam Bastaman 2007:60), mengatakan bahwa dasar dari
pentingnya kesadaran seseorang terhadap makna dan tujuan
hidupnya adalah pikirannya. Selanjutnya Frankl (2004) memaparkan
(32)
1) Manusia merupakan kesatuan utuh dimensi-dimensi ragawi,
kejiwaan, dan spiritual. Unitas bio-psikospiritual atau lebih
lengkap lagi Frankl menyebutnya sebagai “Unitas bio-psiko-sosiokultural-spiritual,” mengingat bahwa manusia senantiasa hidup dalam lingkungan sosial budaya tertentu (keluarga,
kerabat, lingkungan kerja, dan pendidikan, masyarakat) yang
juga sangat manjadi pengaruh mempengaruhi dalam
perkembangan hidup. Dalam diri seseorang terdapat roh dan
jiwa yang senantiasa menggerakkan orang untuk hidup bersama
dengan orang lain dalam lingkungan sosial sekitarnya dengan
baik.
2) Frankl mengajarkan juga bahwa selain dimensi spiritual,
disamping dimensi ragawi dan kejiwaan yang satu sama lainnya
terintegrasi dan tak terpisahkan, Frankl melihat bahwa betapa
pentingnya dimensi spiritual dan menganggap bahwa eksistensi
manusia ditandai oleh tiga hal yaitu kerohanian (spirituality),
kebebasan (freedom), dan tanggung jawab (responsibility).
Artinya, bahwa manusia itu memiliki sumber daya rohaniah
yang luhur di atas kesadaran akal, memiliki kebebasan untuk
melakukan hal-hal yang terbaik bagi dirinya, dan bertanggung
jawab sepenuhnya atas apa yang telah dilakukannya.
3) Dimensi noetik membuat manusia mampu melakukan
(33)
diri dengan kelemahan dan kelebihan yang ada dalam dirinya
dan mampu merefleksikannya, dan melihat baik buruknya diri.
Dengan melihat kelemahan dan kelebihannya, diharapkan
manusia mampu bangkit untuk keluar dari dirinya dan dengan
demikian mampu juga melihat makna hidup dalam peristiwa
hidupnya. Inilah yang membedakan antara manusia dengan
hewan. Hanya manusia yang memiliki hati nurani, kesadaran
diri dan penyesalan serta perbaikan diri.
4) Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta
senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam
lingkungan sosial-budaya serta mampu mengolah lingkungan
fisik sekitarnya. Inilah yang membedakan manusia dengan
hewan, sekalipun hewan dapat terbuka dan berinteraksi dengan
lingkungan, tetapi tidak dapat mengolahnya.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam diri
manusia ada dimensi rohani, yaitu spiritual, kejiwaan, dan kerohanian.
Ketiga hal itu tidak dapat dipisahkan dan hal inilah yang mendorong
setiap orang untuk hidup baik merefleksikan diri, melihat kelemahan dan
kelebihan diri, dan terbuka terhadap kehidupan orang lain. Pada akhirnya
setiap pribadi mampu berkembang dan memiliki hidup yang bermakna.
Dengan demikian semakin nyata bahwa setiap pribadi manusia
membutuhkan hidup yang bermakna, bahagia, puas dan mendambakan
(34)
tersebut tergantung pada penghayatan iman dan hidup setiap pribadi
tersebut. Setiap pribadi memiliki hasrat untuk hidup bahagia, namun itu
semua kembali pada bagaimana masing-masing pribadi memaknai dan
memandang segala peristiwa hidupnya agar menjadi lebih bermakna.
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Kebermaknaan Hidup
Bastaman (2007) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan gambaran yang
lebih jelas, perlu dipahami beberapa sifat khusus dari makna hidup
sebagai berikut.
a. Makna hidup itu sifatnya unik, pribadi-pribadi dan temporer, artinya
apa yang dianggap berarti oleh seseorang belum tentu juga berarti
bagi orang lain. Mungkin pula apa yang dianggap penting dan
bermakna pada saat ini bagi seseorang, belum tentu sama
bermaknanya bagi orang itu pada saat lain.
b. Makna hidup adalah spesifik dan nyata, dalam arti makna hidup
dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan sehari-hari.
c. Mengingat keunikan dan kekhususannya itu, maka makna hidup
tidak dapat diberikan oleh siapapun, melainkan harus dicari, dijaga,
dan ditemukan oleh diri sendiri.
d. Makna hidup adalah memberi pedoman dan arah terhadap
kegiatan-kegiatan kita, sehingga makna hidup itu seakan-akan “menantang” kita untuk memenuhinya. Dalam hal ini begitu makna hidup
(35)
untuk melaksanakan dan memenuhinya, serta kegiatan-kegiatan kita
pun menjadi lebih terarah kepada pemenuhan itu.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebermaknaan Hidup
Bastaman (1997) menyebutkan beberapa faktor pengaruh kebermaknaan
hidup yang terdiri dari:
a. Faktor Eksternal
1) Sarana dan prasarana
Berbagai macam fasilitas yang ada yang lebih bersifat fisik yang
nantinya dapat membantu dalam proses pelaksanaan pekerjaan
yang dapat menunjang kelancarannya.
2) Aturan dan norma
Adanya aturan dan norma yang baku yang telah disepakati
bersama dapat memberikan ikatan secara hukum yang sah dan
dapat memberikan arahan yang lebih jelas tentang perilaku
kehidupan.
3) Suasana dan kondisi lingkungan
Keadaan lingkungan tempat individu tinggal yang nantinya juga
dapat memberikan dukungan pada pemenuhan makna kehidupan
individu.
b. Faktor Internal.
Bastaman (2007:47) makna hidup tidak hanya diperoleh ketika
mengalami suasana yang menyenangkan namun makna hidup itu
(36)
melihat makna dibalik penderitaan itu. Hal ini dapat dilihat dari
ketiga nilai yaitu sebagai berikut :
1) Nilai-nilai kreatif (Creative values)
Bekerja dan berkarya serta melaksanakan tugas dengan
keterlibatan dan tanggung jawab penuh pada pekerjaan.
Sebenarnya pekerjaan hanyalah sarana yang dapat memberikan
kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan makna
hidup. Makna hidup bukan terletak pada pekerjaan melainkan
pada sikap dan cara kerja yang mencerminkan keterlibatan
pribadi pada pekerjaannya.
2) Nilai-nilai penghayatan (Experiential values)
Meyakini dan menghayati akan kebenaran, kebajikan,
keindahan, keadilan, keimanan, dan nilai-nilai lain yang
dianggap berharga. Dalam hal ini cinta kasih merupakan nilai
yang sangat penting dalam mengembangkan hidup yang
bermakna. Mencintai seseorang berarti menerima sepenuhnya
keadaan seseorang yang dicintai seperti apa adanya serta
sungguh-sungguh memahami kepribadiannya dengan penuh
pengertian. Melalui jalan mengasihi dan dikasihi, seseorang
akan merasakan hidupnya sarat akan pengalaman bermakna.
3) Nilai-nilai bersikap (Attitudional values)
Menerima dengan tabah dan mengambil sikap yang tetap
(37)
berbagai upaya dilakukan secara optimal tetapi tak berhasil
mengatasinya. Mengingat peristiwa yang tragis tak dapat
dielakkan lagi, maka sikap menghadapinyalah yang perlu
diubah. Dengan mengubah sikap diharapkan beban mental
akibat musibah menjadi berkurang. Penderitaan dapat
memberikan makna apabila penderita mampu mengatasinya
dengan baik. Optimisme dalam menghadapi musibah ini tersirat
dalam ungkapan-ungkapan seperti "makna dalam derita
"(meaning in suffering) dan " hikmah dalam musibah" (blessing
in disguise). Manusia secara hakiki mampu menemukan makna
hidup melalui penghayatan agama. Bastaman (2007:45)
mengatakan bahwa makna hidup terdapat dalam kehidupan itu
sendiri.
5. Tantangan Mengembangkan Kebermaknaan Hidup
Bastaman (2007:106), memaparkan bahwa makna hidup terdapat dalam
hidup itu sendiri, baik dalam kondisi susah maupun senang, lebih-lebih
manusia memiliki kemampuan untuk memilih dan menentukan mana
yang baik bagi dirinya dan mana yang tidak baik atau sesuai dengan
dirinya. Pada kenyataannya banyak hal yang sulit diraih dalam
memperoleh kehidupan yang bermakna, karena seringkali mengalami
penderitaan. Penderitaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
(38)
yang bersumber dari sakit dan penyakit, salah dan dosa, serta kematian
dan ditinggal mati.
6. Upaya-upaya Membangun Kebermaknaan Hidup
Menurut Bastaman (2007: 106) Logoterapi adalah salah satu upaya yang
merupakn corak dalam ilmu psikologi/ psikiatri yang dapat digunakan
sebagai upaya penyembuhan. Lebih dalam Frankl (2004) menjelaskan
beberapa teknik pratikal sebagai berikut yang juga merupakn upaya
membangun kebermaknaan hidup.
a. Paradoxical Intention
Teknik ini pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil
jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap (to take a
stand) terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan.
b. Dereflection
Teknik ini digunakan untuk memanfaatkan kemampuan trasendensi
diri pada setiap manusia dewasa. Artinya kemampuan untuk
membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak
nyaman untuk kemudian memperhatikan hal lain yang lebih postif
dan bermanfaat.
c. Medical Ministry
Pendekatan ini memanfatakan kemampuan yang digunakan untuk
mengambil sikap terhadap kondisi diri dan lingkungan yang tidak
(39)
dari nilai-nilai bersikap (attudinal values) sebagai salah satu makna
hidup.
d. Existential Analysis/ Logoterapi
Metode ini digunakan untuk noogenik (konflik yang muncul bukan
karena dorongan dan naluri manusia, tetapi muncul karena
masalah-masalah kehidupan) dan mengalami kehampaan hidup untuk
menemukan sendiri makna hidupnya dan menemukan tujuan
hidupnya.
Peneliti juga mengutip upaya dari NMHA (National Mental Health
Assosiation) yang dijelaskan pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Upaya Membantu Seseorang yang Telah Kehilangan Orang Tercinta
Saran dari profesional kesehatan mental ini memungkinkan kamu untuk membantu seseorang yang kamu tahu melalui proses berduka:
Berbagi Kesedihan.
Membiarkan atau mendorong orang yang berduka untuk berbicara tentang perasaan kehilangan dan berbagi kenangan dari orang yang telah meninggal.
Jangan menawarkan kenyamanan yang palsu.
Mengatakan hal-hal seperti “itu semua untuk yang terbaik” atau “kamu akan dapat mengatasinya dengan berjalannya waktu”itu tidak menolong. Sebaliknya, ekspresikanlah turut berduka---dan menyediakan waktu untuk mendengarkan.
Menawarkan bantuan praktis.
Menjaga bayi, memasak, dan menjalankan tugas sehari-hari adalah cara untuk membantu seseorang yang berduka.
Bersabarlah.
Makan waktu lama untuk pulih dari kehilangan orang yang dicintai. Jadilah orang yang ada untuk diajak bicara dan mendengarkan.
Sarankan bantuan Profesional bila diperlukan.
Jangan ragu untuk merekomendasikan bantuan professional ketika tampak seseorang mengalami duka terlalu banyak untuk diatasi senidiri.
Dari berbagai teori yang dijelaskan di atas dapat disimpulka oleh
peneliti bahwa kunci utama dalam memperoleh kebermaknaan hidup
(40)
upaya-upaya yang ada hanya membantu tuntuk memampukan pribadi
tersebut menyadari, menerima, hingga sampai pada tujuan hidup yang
bermakna.
B. Hakikat Kehidupan Menjanda 1. Pengertian Janda
Retnoningsih (dalam KBBI; 2006) mengatakan bahwa janda adalah
wanita yang telah bercerai atau ditinggal mati suaminya. Selanjutnya
Munir (2009) menjelaskan bahwa janda berarti wanita yang tidak
bersuami lagi baik karena cerai maupun karena ditinggal mati oleh
suaminya. Menurut Ruth (dalam Berk 2007: 618) menjadi janda artinya
menjadi seseorang yang kehilangan peran dalam mengidentifikasi
keberadaannya semula sebagai seorang istri dan orang tua.
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa janda
berarti seorang wanita yang telah lama hidup bersama dalam perkawinan
dan kemudian ditinggal mati suami atau karena cerai. Artinya, terjadi
suatu perubahan peran dalam kehidupan seorang istri.
2. Faktor-faktor penyebab suami lebih cepat meninggal
Kirkwood (2001) menjelaskan beberapa hal yang menyebabkan suami
atau pria cenderung meninggal terlebih dahulu. Berikut faktor-faktor
penyebabnya:
a. Perilaku agresif dan membahayakan
Sudah banyak kasus pria yang mati muda di usia 12-30 tahun karena
(41)
lebih sering kebut-kebutan ketimbang wanita yang cari aman dengan
menyetir pelan. Pria juga berkenalan dengan rokok dan
minum-minuman keras di usia yang lebih muda. Belum lagi pemakaian
dopping berupa narkoba karena pria tak mampu menghalau stres
ketimbang wanita. Perilaku bunuh diri juga lebih banyak ditemukan
pada pria ketimbang wanita karena alasan depresi.
b. Pria susah hidup sehat
Pria cenderung memanjakan diri dalam kebiasaan merusak seperti
merokok, minum-minum dan dopping di usia masih muda
dibandingkan wanita. Kebiasaan seperti ini memberikan berbagai
risiko kesehatan dan penyakit ke tubuh.
c. Makan berlebihan
Fakta mengungkap pria makan lebih banyak ketimbang wanita. Pria
juga lebih banyak makan daging yang berkontribusi pada tingginya
kolesterol. Dampak kolesterol yang tinggi adalah terkena penyakit
kardiovaskular seperti jantung dan stroke di kemudian hari.
d. Hormon seks
Wanita mengalami menopause dan berhentinya produksi hormon
estrogen dan menurunnya hormon seks lainnya. Sebaliknya pria terus
memproduksi hormon testosteron sepanjang hidupnya yang tidak
menguntungkan saat mereka tua. Perubahan genetik wanita ini
dipercaya ilmuwan memberikan perlindungan kematian pada kaum
(42)
e. Malas tes kesehatan
Sebagian besar pria pasti menolak jika diminta untuk melakukan tes
kesehatan. Selain karena masalah ego atau percaya diri yang
berlebihan, pria selalu enggan ke dokter jika tidak ada sesuatu yang
besar terjadi dalam tubuhnya.
Selain beberapa fator di atas Berk (2012) juga menjelaskan bahwa janda
merasa tidak siap menerima peristiwa suami meninggal secara mendadak
karena peperangan, kecelakaan, sakit jantung dan bencana alam hal ini
dapat menimbulkan traumatis pada janda yang merasa tidak siap
menerima kejadian ini. Dengan demikian seorang janda membutuhkan
waktu lama dalam proses pemulihan.
3. Perubahan yang dialami para janda
Hurlock (1996) mengungkapkan bahwa janda akan mengalami
berbagai persoalan yang muncul ketika suami meninggal yang secara
umum di gambarkan sebagi berikut:
a. Perubahan Psikologis
Janda cenderung tidak stabil serta mengalamai unidentify (identitas
yang kabur). Selanjutnya dinyatakan bahwa seorang istri yang
menjadi janda memiliki kondisi psikologis yang memprihatinkan
akibat ketergantungannya kepada identitas suaminya.
b. Perubahan Ekonomi
Beberapa janda mempunyai situasi keuangan yang lebih baik dari
(43)
terjadi tidak pada semua janda. Kenyataan di luar secara umum
menjelaskan bahwa janda justru selalu berada dalam lingkungan
ekonomi yang jauh lebih buruk. Artinya, kehidupan ekonomi para
janda lebih baik ketika ada peran suami dalam hidupnya, kecuali
suaminya telah mempersiapkan konsekuensi hidup dengan berbagai
upaya, seperti asuransi atau tabungan masa depan. Perubahan yang
cukup memprihatinkan ini tentu menjadi bukti keterpurukan seorang
janda dala berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya, terlebih
kebutuhan keluarga atau anak-anak mereka.
c. Perubahan Sosial
Seorang janda akan segera menemukan peristiwa dimana tidak ada
tempat untuknya ketika berada di antara pasangan yang menikah.
Namun, sudah cukup banyak komunitas-komunitas yang menangani
masalah perubahan sosial bagi seorang janda. Beberapa kasus
perubahan sosial muncul karena kemampuan ekonomi yang rendah,
yang mengakibatkan seorang janda tidak dapat berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan sosial di masyarakat.
d. Perubahan dalam Keluarga
Setelah suaminya meninggal dengan sendirinya seorang janda harus
menjalankan peran ganda bagi anak-anaknya, baik itu sebagai ayah
maupun sebagai seorang ibu. Selain itu, janda juga dibebankan
sebagai kepala keluarga, yakni posisi yang semula dijalankan oleh
(44)
yang berhubungan dengan keluarga dari besar dari suami, khususnya
bagi anggota keluarga yang tidak menyukai atau menyetujui
hubungan antara janda dan almarhum suaminya semasa hidup.
e. Perubahan Praktis
Janda secara otomatis akan menjalankan atau mengelola rutinitas
rumah tangga sendiri. Artinya, rutinitas bersama suami, berubah
menjadi rutinitas yang harus dikerjakan seorang diri. Contoh praktis
yang mudah kita jumpai di lapangan ialah seorang janda yang rela
naik kea tap rumah untuk memperbaiki genteng yang bocor.
f. Perubahan Seksual
Perubahan seksual, biasanya dikaitkan dengan kebutuhan biologis
manusia. Janda dalam statusnya yang masih memiliki tanggung
jawab seorang anak, mengalami kesulitan-kesulitan dalam
menghadapi situasi diri untuk memenuhi kebutuhan seksualnya.
Secara khusus mereka yang menjadi janda di usia yang masih
produktif.
g. Perubahan Papan atau Tempat Tinggal
Tempat tinggal menjadi sesuatu yang crusial jika status ekonomi
seorang janda masuk dalam kategori menengah ke bawah. Artinya,
kebanyakan janda akan memilih untuk menjual atau pindah dari
huniannya ke rumah yang lebih kecil.
(45)
4. Tantangan Kehidupan Menjanda
Suardiman (2010) menjelaskan kesulitan yang dialami oleh para
janda yang ditemui di lapangan pada umumnya ada pada kesedihan,
kesepian dan banyak juga yang mengatakan bahwa dengan hidup
menjanda yang dialami, ia harus bekerja sendiri untuk mencukupi
kebutuhan hidup keluarga. Selanjutnya Papalia (2001) menegaskan
hambatan yang dialami oleh para janda pada umumnya terkait pada rasa
sedih yang mendalam akan sepeninggalan suaminya.
Tantangan lain yang harus dilalui janda ada pada proses
menyesuaikan diri untuk menjadi orangtua tunggal, dimana ia harus
menjadi penentu dalam setiap keputusan di keluarga kecilnya.
Tantangan besar selanjutnya yang biasanya sulit dan selalu dialami oleh
janda adalah untuk menghadapi kenyataan bahwa ia harus menjadi tulang
punggung bagi keluarganya, namun jika mereka menghadapi peristiwa
traumatis ini dengan optimis dan keyakinan diri untuk mampu melewati
setiap kesulitannya (Lund, Caserta, 2001)
5. Dampak Sosial, Psikologis, Emosional, Ekonomis, Spiritual Hidup Menjanda
a. Dampak Sosial
Janda akan mengalami ketimpangan sosial, keluarga dan
teman-teman biasanya selalu berada di dekatnya hanya pada awal setelah
kematian suami, namun setelah itu mereka akan kembali ke
(46)
sosial yang sering muncul juga terjadi pada hubungan antar teman
maupun kenalannya. Seorang janda sering merasa dilupakan dalan
satu kegiatan sosial karena statusnya yang dianggap sebagai
ancamana oleh para istri yang takut suaminya direbut oleh janda i
(Freeman, 2004).
b. Dampak Psikologis
Suardiman (2011) menjelaskan bahwa dampak psikologis seorang
janda muncul pada reaksi yang sangat kuat dari awal rasa dukacita
yang secara berangsur-angsur dialami. Contohnya adalah sikap apatis
atau tanpa gairah, kekesalan, dan depresi. Ketidakstabilan ini
menimbulkan perasaan yang didominasi oleh citra kegagalan atau
kesia-siaan. Keadaan lain yang merupakan dampak psikologis juga
dialami oleh seorang janda yang masih sering berbicara kepada
suaminya yang telah meninggal, terkadang hal ini dianggap sebagai
hal yang tidak masuk akal oleh sebagian orang. Artinya janda
tersebut dianggap terganggu jiwanya secara emosional.
c. Dampak Emosional
Barrow (1996) mengungkapkan dampak emosional janda setelah
kehilangan suaminya adalah kehilangan dukungan dan pelayanan dari
orang yang dekat secara intim dengannya. Selain itu, ada beberapa
janda yang merasakan simtom atau gejala terakhir dari penyakit
suaminya, ada yang mengenakan pakaian suaminya agar merasa
(47)
laiinya masih ada yang tetap memasak dan mengatur meja makan
untuk suaminya (Heinemann dalam Nock, 1987).
d. Dampak Ekonomis
Hungerford (2001) menjelaskan bahwa masalah praktis yang
kemudian menimbulkan problematika adalah masalah finansial. Janda
yang suaminya merupakan pencari nafkah utama atau tulang
punggung keluarga mungkin akan mengalami kesulitan ekonomi atau
jatuh dalam kemiskinan. Janda sepeninggal suaminya akan
dihadapkan oleh masalah keuangan, masalah ini biasanya terjadi
akibat perencanaan hidup di awal pernikahan yang kurang matang
(Conides dan Kalis, dalam Aiken 1993)
e. Dampak spritualitas
Supratiknya (2003) mengungkapkan bahwa setiap manusia, dalam hal
ini janda dapat menderita hingga suatu titik tertentu. Janda dapat
menanggung sedemikian banyak kesengsaraan dan dapat
menghilangkan kesedihan tersebut dengan proses. Ini suatu hal yang
wajar, ada suatu kebutuhan jiwa untuk bersedih, berduka atas
hilangnya seseorang yang tercinta. Selanjutnya Disraeli (dalam
Mancuso, 1997) memaparkan bahwa pengolahan semangat hidup
sangat menentukkan pembentukkan budaya positif dalam diri seorang
janda. Namun yang perlu ditekankan adalah adanya suatu proses
(48)
mendalam saat ini; kesetiaan pada kesedihan adalah kesalahan besar
sepanjang hidup.
6. Periodesasi Janda yang merasa kehilangan suami dalam berbagai kategori.
a. Janda awal
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menemukan ada beberapa
janda yang sudah 1-3 tahun ditinggal mati suami. Suardiman (2011)
menjelaskan bahwa janda baru ditinggal meninggal suami, Pada
umumnya merasakan kehilangan makna hidup dan di dominasi oleh
kegagalan dan kesia-siaan, hingga merasa hidupnya tak berarti.
b. Janda menengah
Kategori ini pada umumnya ditemukan oleh peneliti di lapangan.
Janda yang masuk pada kategori ini adalah mereka yang sudah 4-6
tahun ditinggal mati suami. Suardiman (2011) menjelaskan bahwa
janda menengah, pada umumnya mereka sedikit demi sedikit mulai
menyadari dan menerima. Kesedihan dan dukacita masih tetap
dirasakan tetapi sudah mulai ringan dan frekuensinya makin lama
makin menurun. Artinya perasaan sedih, karena suami meninggal
lama kelamaan perasaan itu berangsur-angsur hilang. Papalia (2001)
menjelaskan bahwa janda memiliki tingkat peningkatan depresi,
biasanya diawal kurang lebih lima tahun pertama setelah suaminya
meninggal. Artinya wanita mengalami depresi setelah suami
(49)
dan banyak yang masih terus membayangkan bahwa suami mereka
masih disekitar mereka.
c. Janda yang sudah lama ditinggal mati suami
Janda pada kategori ini adalah mereka yang sudah lebih dari 7
hingga 12 tahun ditinggal mati suaminya. Pada umumnya kondisi
mereka akan menjadi pulih seperti biasanya setelah satu tahun,
Suardiman (2011).
7. Kebermaknaan Hidup di Kalangan Janda
Bastaman (2007) menjelaskan bahwa kebermaknaan hidup seorang
janda dapat ditemukan dalam berbagai situasi, ini semua tentu hanya
dapat ditemukan oleh mereka yang berusaha untuk optimis dalam proses
hidupnya. Selanjutnya Hernowo (dalam Hastjarto, 2006) mengutarakan
pula bahwa kebermaknaan hidup bagi seorang janda dapat memunculkan
perasaan bangga, bahagia, hal ini tentu didasari oleh penerimaan diri
secara utuh atas berlangsungnya proses alami kehidupan setiap orang.
Pada umumnya mereka menyadari bahwa tidak mudah bagi mereka
untuk bisa dengan cepat memaknai hidup , semua butuh proses hingga
menerima diri sebagai janda. Namun mereka berusaha untuk bangkit dan
melihat anak-anak yang membutuhkan kehadiran ibu untuk melanjutkan
hidup tanpa seorang ayah.
C. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian terdahulu mengenai kebermaknaan hidup janda (Melati, 2013)
(50)
menjadi tantangan dan merupakan fenomena yang cukup sukar untuk
dilakukan oleh pelakunya, yakni janda. Sukar karena terdapat gejolak dalam
proses penyesuaian diri sehingga masih banyak aspek-aspek dalam
kebermaknaan hidup yang luput dalam proses atau dinamika hidup janda.
Guna menindak lanjuti hasil temuan terdahulu, peneliti kemudian
melakukan penelitian terkait kebermaknaan hidup para janda dengan titik
fokus pada beberapa aspek yang selama ini masih luput. Artinya janda masih
belum sampai pada tataran penerimaan yang utuh setelah peristiwa dukacita
Herastuti (2006) dalam penelitian deskriptifnya juga menunjukkan bahwa
proses penyesuaian diri pada janda dapat dilihat pada empat tahap yakni,
respon awal, kecemasan dan ketakutan, proses kontrol diri, dan
penyembuhan.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Setyowati (2014) mengenai
hal serupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebermaknaan hidup adalah
perasaan syukur dalam setiap peristiwa hidup baik dalam kondisi yang
menyenangkan maupun yang menyedihkan. Artinya makna hidup yang
dialami oleh setiap janda tidak selalu sama, dalam tahap maupun proses
pencapaiannya. Namun dengan menjalani kehidupan dan menerima kondisi
kehidupan sekarang dengan rasa syukur dapat dijadikan modal awal untuk
melanjutkan fase hidup pasca kematian suami.
D. Kerangka Berpikir
Kelahiran, kehidupan dan kematian merupakan garis yang tidak dapat
(51)
dilalui oleh manusia sebagai makhluk hidup. Setelah dilahirkan dan menjalani
dinamika kehidupan, manusia dalam hal ini janda, hendaknya dapat
menerima pula kenyataan mengenai kematian, secara khusus kematian
pasangan hidup.
Realita lapangan yang menunjukkan keprihatinan sebagian janda
kemudian diangkat sebagai suatu pembelajaran yang harapannya dapat
digunakan untuk membantu kaum janda dalam proses penerimaan hidup
sehingga menjadi lebih berarti. Perspektif psikologis memiliki peranan besar
dalam kontrol kehidupan para janda. Rupanya banyak janda yang mengalami
krisis dalam diri karena masih terus diliputi oleh penolakan akan kenyataan
yang ada bahwa suaminya telah meninggal.
Penolakan yang berujung pada rasa sedih yang mendalam ini kemudian
menjadi akumulasi problematika yang disadari dan juga tidak disadari oleh
para janda sendiri. Dengan demikian kebermaknaan hidup dapat dengan
mudah dicapai apabila perubahan baik dalam tataran kognisi maupun afeksi
diperjuangkan oleh yang bersangkutan, dalam hal ini para janda.
Kehidupan
Kelahiran Dinamika Hidup
Hidup Bahagia
Penolakan Kematian
Penerimaan (Motivasi untuk
bangkit dari keadaan Kebermaknaan
(52)
33 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan jenis penelitian, metode penelitian, subjek
penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan teknik
analisis data.
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan metode
survey. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang
lebih menyeluruh mengenai kondisi yang sedang terjadi pada saat ini.
Furchan (2005: 415-418) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode
survey dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data
yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Menurut
Arikunto (2010:3) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan
untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain.
Penelitian deskriptif ini adalah penelitian yang paling sederhana
dibandingkan dengan penelitian yang lainnya. Karena peneliti disini tidak
mengubah atau menambah atau memanipulasi suatu objek tertentu melainkan
peneliti memaparkan apa yang terjadi dilapangan dalam bentuk laporan
penelitian. Penelitian deskriptif dengan metode survei dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kebermaknaan hidup para
janda di Paroki Baciro Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Paroki Baciro Yogyakarta pada bulan
(53)
C. Subjek Penelitian
Sugiyono (2013: 117) mengatakan populasi adalah seluruh wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian hari ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah sampel dari populasi janda
di Paroki Baciro. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Purposive sampling menurut Sugiyono (2010)
merupakan teknik dalam menentukan sample dengan beberapa pertimbangan
tertentu. Arikunto (2006) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah
teknik pengambilan sample dengan tidak random, tidak berdasarkan daerah
ataupun tidak berdasarkan strata, melainkan berdasarkan atas adanya
pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu. Kesimpulanya adalah
purposive sampling adalah teknik untuk mengambil sample dengan Subjek
penelitian dijelaskan secara rinci dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1
Data Subyek Penelitian Masa/
Usia (tahun)
45 44 43 42 41 40 38 37 36 35 34 33 30
Jumlah Sampel Berdasarkan Masa
8 1 1 2
6 1 1 2
5 3 1 1 1 1 1 1 9
4 1 1 1 2 1 1 3 1 11
3 1 1 1 1 1 2 7
2 1 1 1 1 1 1 6
(54)
D. Metode Pengumpulan dan Instrumen
1. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan
utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Adapun tahap-tahap
yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini sebagai
berikut.
a. Tahap persiapan
1) Menganalisis enam aspek kebermaknaan hidup.
2) Mempersiapkan instrumen penelitian.
3) Konsultasi kepada ahli, yakni Dr. Gendon Barus, M. Si.
b. Tahap pelaksanaan
1) Bertemu dengan pastor paroki Baciro Yogyakarta perihal
perizinan penelitian.
2) Mengumpulkan data janda melalui secretariat paroki Baciro.
3) Konfirmasi jumlah pasti janda di setiap lingkungan.
4) Melakukan survey dengan wawancara singkat terkait dengan
pengalaman hidup setiap janda.
5) Pemberian kuesioner kebermaknaan hidup pada 40 janda selama
kurang lebih 45 hari .
c. Tahap akhir
1) Mengumpulkan data yang sudah diperoleh.
(55)
3) Mengolah data hasil penelitian.
4) Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.
5) Menarik kesimpulan.
2. Instrumen
Valentin (dalam Giesbrecht, 2016) menjelaskan bahwa penelitian
yang bersifat semi-kuantitatif merupakan pendekatan terbaik dalam
melakukan asesmen agar hasil penilaian dapat bersifat objektif dan
seimbang. Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa metode dekriptif
adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dengan penjelasan
sebagai berikut.
a. Kuesioner
Menurut Umar (1998) teknik kuesioner merupakan suatu
pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar
pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan
memberikan respon atas daftar pertanyaan daftar. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kusioner kebermaknaan hidup
para janda di Paroki Baciro Yogyakarta. Kuesioner yang digunakan
peneliti merupakan kuesioner tertutup dengan tipe skala Likert yang
disertai dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S),
(56)
Menurut Sugiyono (2010:134) skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Instrumen dalam penelitian ini
adalah skala untuk mengukur kebermaknaan hidup para janda dalam
bentuk kuesioner. Kuesioner ini semula disusun oleh Sr.M. Paulis
FSGM untuk rencana penelitinya, namun tidak digunakan lebih
lanjut. Peneliti melakukan modifikasi dalam kuesioner
kebermaknaan hidup.
Kuesioner yang digunakan peneliti disusun berdasarkan
aspek-aspek kebermaknaan hidup. Menurut Crumbaugh & Mahollick
(dalam Koeswara, 1992) aspek kebermaknaan hidup terdiri dari
makna hidup, kepuasaan hidup, kebebasan hidup, sikap terhadap
kematian, kepantasan hidup dan pikiran tentang cara hidup yang
baik. Berdasarkan aspek kebermaknaan hidup ditemukan beberapa
indikator, yang kemudian dikembangkan menjadi butir-butir item
dalam kuesioner. Peneliti kemudian menyusun kuesioner, kuesioner
terdiri dari 40 item dengan 29 item favorable (item positif) dan 11
item unfavorable (item negatif).
b. Format Pernyataan
Format pernyataan yang digunakan bersifat tertutup dengan
empat alternatif jawaban yang disediakan peneliti ada empat yaitu
“sangat setuju” (ss), “setuju” (s) “kurang setuju” (ks) “tidak setuju”
(57)
c. Penentuan Skor
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat
diberi skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan dengan
dua perbedaan. Pertam, untuk pernyataan yang bersifat positif
(favorable) terhadap aspek kebermaknaan hidup , jawaban “sangat setuju” (ss) diberi skor 4, “setuju” (s) diberi skor 3, “tidak setuju (ts)
diberi skor 2, dan “Kurang setuju” (ks) diberi skor.
Selanjutnya untuk pernyataan yang bersifat negatif
(unfavorable) terhadap aspek kebermaknaan hidup, jawaban “sangat
setuju” (ss)diberi skor 1, “setuju” (s) diberi skor 2, ”kurang setuju” (ks) diberi skor 3, ”tidak setuju” (ts) diberi skor 4. Subjek diminta untuk memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang
disediakan peneliti pada setiap pernyataan, dengan cara memberikan
tanda (√) pada kolom alternatif jawaban. Setelah itu jawaban -jawaban tersebut diberi skor, dimana skor yang diperoleh pada setiap
jawaban pernyataan akan diakumulasi guna mengungkap bagaimana
para janda itu memaknai hidup mereka. Semakin tinggi skor total
pada item-item yang bersifat favorable, maka semakin tinggi pula
kebermaknaan hidup para janda. Sebaliknya semakin tinggi skor
total pada item-item yang bersifat unfavorable, maka semakin
rendah nilai kebermaknaan hidup.
Penyusunan kuesioner kebermaknaan hidup para janda diawali
(58)
Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner Kebermaknaan Hidup
No Aspek Indikator No Item positif No Item negatif
1
Memiliki makna hidup
a. Memiliki segala sesuatu yang dianggap penting dan
berharga 1, 2, 3, 4 8, 9 b. Memiliki kemampuan
untuk memberi nilai khusus dan dijadikan tujuan dalam hidup
5, 6, 7 15, 16
2
Memiliki kepuasan hidup
a. Mampu menilai secara positif terhadap hidup yang
dijalaninya 10, 11 - b. Mampu menikmati dan
merasakan kepuasan dalam hidup semua dan segala aktivitas yang dilakukan
12, 13, 14 17
3
Memiliki kebebasan hidup
a. Memiliki kemampuan untuk mengendalikan
perasaannya 18, 19, 20 - b. Mampu memanfaatkan
kebebasan yang dimiliki dengan penuh tanggung jawab
21, 22 23
4
Sikap terhadap kematian
a. Memiliki pandangan yang
positif terhadap kematian 24, 25 27 b. Mampu melakukan hal-hal
yang baik (perbuatan amal
kasih) 26 28, 29
5
Pikiran tentang cara hidup yang baik
a. Memiliki pemikiran yang
logis 30 31
b. Mampu menghargai
kehidupan 32 35
c. Bertindak dengan kesadaran
33, 34 -
6
Kepantasan hidup
a. Mampu memberi penilaian terhadap apa yang dialami
adalah sesuatu yang wajar 36, 37 - b. Mampu merasakan
(59)
E. Validitas Kuesioner
Menurut Sugiyono (2013:363) uji keabsahan data dalam penelitian sering
ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Arikunto (1999) menjelaskan bahwa validitas merupakan suatu
ukuran yang menunjukkan keandalan dan kesahan suatu alat ukur. Jika
instrumen dinyatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Oleh karena perlu
dilakukan uji validitas dalam proses penelitian ini. Peneliti menggunakan
uji terpakai untuk melihat validitas pada kuesioner kebermaknaan hidup
para janda.
Dalam uji terpakai digunakan validitas butir dengan taraf
signifikansi 0,05 dengan N 40 orang. Dari 40 butir soal yang diuji, semua
terbukti valid. Dengan demikian peneliti menggunakan 40 butir soal yang
valid dalam proses penelitian yang sesungguhnya. Teknik uji yang
digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan skor-skor item terhadap
skor-skor total melalui pendekatan analisis korelasi Pearson Product
Moment dengan rumus sebagai berikut
Keterangan
: koefisien korelasi : skor total
(60)
Pemeriksaan konsistensi internal dalam uji menggunakan
program komputer SPSS. Disana sudah tersedia nilai probabilitas
(Probability values) maka penentuan keterpenuhan indeks
konsistensi internal ditetapkan berdasarkan Pv itu, yaitu : Pv yang
< 0,05 dianggap memenuhi; apabila Pv > 0,05 item tersebut tidak
memenuhi konsistensi internal, maka di drop atau dianggap gugur.
Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas
No Aspek Indikator Item valid Item gugur
1. Memiliki makna hidup
a. Memiliki segala sesuatu yang dianggap penting dan berharga
b. Memiliki kemampuan untuk memberi nilai khusus dan dijadikan tujuan dalam hidup
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 15, 16
-
2. Memiliki kepuasan hidup
a. Mampu menilai secara positif terhadap hidup yang dijalaninya
b. Mampu menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup semua dan segala aktivitas yang dilakukan
10, 11, 12,
13, 14, 17 -
3. Memilik kebebasan hidup
a. Memiliki kemampuan untuk mengendalikan perasaannya b. Mampu memanfaatkan kebebasan
yang dimiliki dengan penuh tanggung jawab
18, 19, 20, 21, 22, 23
-
4. Sikap terhadap kematian
a. Memiliki pandangan yang positif terhadap kematian
b. Mampu melakukan perbuatan amal kasih
24, 25, 26,
27, 28, 29 -
5. Pikiran cara hidup yang baik
a. Memiliki pemikiran yang logis b. Mampu menghargai kehidupan c. Bertindak dengan kesadaran
30, 31, 32, 33, 34, 35
-
6. Kepantasan hidup
a. Mampu memberi penilaian terhadap apa yang dialami adalah sesuatu yang wajar
b. Mampu merasakan penerimaan orang lain
36, 37, 38, 39, 40
(61)
2. Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas merupakan derajat konsistensi dan stabilitas data atau
temuan dari sebuah penelitian. Sugiyono (2013:268) mengatakan bahwa
suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam
obyek yang sama menghasilkan data yang sama ,atau peneliti sama
dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok
data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.
Reliabilitas juga menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen
dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke
waktu (Nugiyantoro, 2009:341). Jadi kata kunci untuk syarat kualifikasi
suatu instrumen pengukur adalah konsistensi, keajegan atau tidak
berubah-ubah. Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner konsep diri
menggunakan program komputer SPSS versi 16.0 dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi skor item gasal dan skor item genap
dengan menggunakan teknik 37 Split Half. Hasil perhitungan korelasi
Product Moment gasal genap kemudian dikoreksi dengan formula
Spearman-Brown sebagai berikut.
=
Keterangan :
= Koefisien reliabiitas seluruh item
(62)
Hasil perhitungan reliabilitas menggunakan SPSS versi 16.0 dilihat
kedalam kriteria Gulilford (Masidjo, 1995:209) pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kriteria Guilford
Melalui kriteria tersebut, hasil reliabilitas kuesioner kebermaknaan hidup
para janda tersaji dalam tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas
Dari hasil empirik yang diberikan kepada para janda di paroki Baciro pada
bulan Februari-Maret 2017 dengan subjek (N) 40 janda, diperoleh
perhitungan koefisen reliabilitas Spearmen Brown kebermaknaan hidup
sebesar 0,873. Berdasarkan peninjauan terhadap hasil perhitungan
koefisien reliabilitas pada kriteria Guilford, dapat disimpulkan bahwa
koefisien reliabilitas instrument masuk dalam kategori tinggi.
Kriteria Kualifikasi
0,91-1,00 Sangat tinggi 0,71-0,90 Tinggi 0,41-0,70 Sedang 0,21-0,40 Rendah Negatif-0,20 Sangat rendah
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value .821 N of Items 20a
Part 2 Value .824
N of Items 20b Total N of Items 40 Correlation Between Forms .774 Spearman-Brown Coefficient Equal Length .873 Unequal Length .873 Guttman Split-Half Coefficient .873
(1)
No.Item Parameter Hasil Hitung Keputusan 12 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .485** .001 40 Valid 13 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .596** .000 40 Valid 14 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .662** .000 40 Valid 15 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .448** .002 40 Valid 16 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .387** .007 40 Valid 17 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .578** .000 40 Valid 18 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .311* .025 40 Valid 19 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .269* .047 40 Valid 20 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .459** .001 40 Valid 21 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .547** .000 40 Valid 22 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .500** .001 40 Valid 23 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .448** .002 40 Valid
(2)
67
No.Item Parameter Hasil Hitung Keputusan
24 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .583** .000 40 Valid 25 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .541** .000 40 Valid 26 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .379** .008 40 Valid 27 Pearson Correlation Sig. (1-tailed)
N .412
** .004 40 Valid 28 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .473** .001 40 Valid 29 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .442** .002 40 Valid 30 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .293* .033 40 Valid 31 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .384** .007 40 Valid 32 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .503** .000 40 Valid 33 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .632** .000 40 Valid 34 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N .318* .023 40 Valid
(3)
No.Item Parameter Hasil Hitung Keputusan
35
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
.309* .026
40
Valid
36
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
.506** .000
40
Valid
37
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
.543** .000
40
Valid
38
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
.560** .000
40
Valid
39
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
.434** .003
40
Valid
40
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed) N
.442**
.002 40
(4)
69
Lampiran 3. Uji Reliabilitas Kebermaknaan Hidup
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value .821
N of Items 20a
Part 2 Value .824
N of Items 20b
Total N of Items 40
Correlation Between Forms .774
Spearman-Brown Coefficient Equal Length .873
Unequal Length .873
Guttman Split-Half Coefficient .873
Kuesioner terdiri dari 40 item, berdasarkan output hasil hitungdiketahui ditemukan nilai Alpha sebesar 0,873. Selanjutnya peneliti meninjau dengan menggunakan tabel kategorisasi Guilford, hasil uji reliabilita statistik item-item dalam kuesioner kebermaknaan hidup para janda (0,873) masuk dalam reliabilitas tinggi.
(5)
5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 150 SANGAT TINGGI 6 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 124 SEDANG 7 3 3 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 2 4 2 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 2 2 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 131 TINGGI 8 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 122 SEDANG 9 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 115 SEDANG 10 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 3 4 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 124 SEDANG 11 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 2 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 2 142 TINGGI 12 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 152 SANGAT TINGGI 13 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 126 SEDANG 14 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 145 TINGGI 15 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 2 3 4 4 3 4 4 137 TINGGI 16 3 3 3 3 4 3 4 2 1 3 3 3 3 3 4 3 1 2 4 4 4 4 1 4 4 4 4 2 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 125 SEDANG 17 3 3 3 3 3 3 4 1 2 4 3 4 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 4 3 3 3 2 4 4 1 4 3 1 3 1 3 3 1 3 3 111 SEDANG 18 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 1 4 3 3 4 2 4 4 4 4 3 143 TINGGI 19 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 122 SEDANG 20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 2 4 4 4 4 1 3 4 4 1 1 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 139 TINGGI 21 3 3 3 4 4 4 3 1 4 3 3 4 3 3 2 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 132 TINGGI 22 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 1 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 4 4 4 2 2 3 4 3 3 3 130 TINGGI 23 4 4 3 3 3 4 4 1 4 4 3 4 3 4 4 4 1 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 137 TINGGI 24 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 126 SEDANG 25 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 154 SANGAT TINGGI 26 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 148 TINGGI 27 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 143 TINGGI 28 2 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 112 SEDANG 29 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 2 4 2 3 2 4 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 126 SEDANG 30 4 4 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4 4 3 1 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 140 TINGGI 31 4 3 3 4 3 4 3 2 1 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 138 TINGGI 32 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 144 TINGGI 33 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 4 3 3 2 4 2 3 3 2 3 3 4 1 4 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 113 SEDANG 34 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 4 1 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 144 TINGGI 35 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 4 3 4 123 SEDANG 36 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4 145 TINGGI 37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 146 TINGGI 38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 156 SANGAT TINGGI 39 3 3 3 4 3 4 3 2 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4 136 TINGGI 40 4 3 4 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 143 TINGGI
(6)
Lampiran 5. Tabulasi Data Identifikasai Item Kuesioner Kebermaknaan Hidup
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4
3 4 3 4 4 3 4 4 1 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4
4 2 4 4 4 4 4 4 2 1 4 3 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3 4
5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4
6 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3
7 3 3 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 2 4 2 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 2 2 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4
8 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3
9 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
10 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 3 4 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3
11 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 2 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 2
12 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
13 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
14 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4
15 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 2 3 4 4 3 4 4
16 3 3 3 3 4 3 4 2 1 3 3 3 3 3 4 3 1 2 4 4 4 4 1 4 4 4 4 2 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4
17 3 3 3 3 3 3 4 1 2 4 3 4 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 4 3 3 3 2 4 4 1 4 3 1 3 1 3 3 1 3 3
18 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 1 4 3 3 4 2 4 4 4 4 3
19 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 2 2 4 4 4 4 1 3 4 4 1 1 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4
21 3 3 3 4 4 4 3 1 4 3 3 4 3 3 2 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4
22 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 1 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 4 4 4 2 2 3 4 3 3 3
23 4 4 3 3 3 4 4 1 4 4 3 4 3 4 4 4 1 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4
24 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3
25 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4
26 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4
27 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4
28 2 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
29 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 2 4 2 3 2 4 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4
30 4 4 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4 4 3 1 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4
31 4 3 3 4 3 4 3 2 1 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
32 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4
33 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 4 3 3 2 4 2 3 3 2 3 3 4 1 4 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4
34 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 4 1 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4
35 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 4 3 4
36 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4
37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
39 3 3 3 4 3 4 3 2 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4
40 4 3 4 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
∑ 135 140 147 152 143 152 146 107 128 146 137 152 135 137 134 144 112 128 134 122 139 139 145 143 150 133 132 117 108 109 147 138 136 127 119 145 144 126 136 147
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Ket