menjadi tantangan dan merupakan fenomena yang cukup sukar untuk dilakukan oleh pelakunya, yakni janda. Sukar karena terdapat gejolak dalam
proses penyesuaian diri sehingga masih banyak aspek-aspek dalam kebermaknaan hidup yang luput dalam proses atau dinamika hidup janda.
Guna menindak lanjuti hasil temuan terdahulu, peneliti kemudian melakukan penelitian terkait kebermaknaan hidup para janda dengan titik
fokus pada beberapa aspek yang selama ini masih luput. Artinya janda masih belum sampai pada tataran penerimaan yang utuh setelah peristiwa dukacita
Herastuti 2006 dalam penelitian deskriptifnya juga menunjukkan bahwa proses penyesuaian diri pada janda dapat dilihat pada empat tahap yakni,
respon awal, kecemasan dan ketakutan, proses kontrol diri, dan penyembuhan.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Setyowati 2014 mengenai hal serupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebermaknaan hidup adalah
perasaan syukur dalam setiap peristiwa hidup baik dalam kondisi yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Artinya makna hidup yang
dialami oleh setiap janda tidak selalu sama, dalam tahap maupun proses pencapaiannya. Namun dengan menjalani kehidupan dan menerima kondisi
kehidupan sekarang dengan rasa syukur dapat dijadikan modal awal untuk melanjutkan fase hidup pasca kematian suami.
D. Kerangka Berpikir
Kelahiran, kehidupan dan kematian merupakan garis yang tidak dapat dielak oleh manusia. Artinya, hal ini merupakan proses yang memang harus
dilalui oleh manusia sebagai makhluk hidup. Setelah dilahirkan dan menjalani dinamika kehidupan, manusia dalam hal ini janda, hendaknya dapat
menerima pula kenyataan mengenai kematian, secara khusus kematian pasangan hidup.
Realita lapangan yang menunjukkan keprihatinan sebagian janda kemudian diangkat sebagai suatu pembelajaran yang harapannya dapat
digunakan untuk membantu kaum janda dalam proses penerimaan hidup sehingga menjadi lebih berarti. Perspektif psikologis memiliki peranan besar
dalam kontrol kehidupan para janda. Rupanya banyak janda yang mengalami krisis dalam diri karena masih terus diliputi oleh penolakan akan kenyataan
yang ada bahwa suaminya telah meninggal. Penolakan yang berujung pada rasa sedih yang mendalam ini kemudian
menjadi akumulasi problematika yang disadari dan juga tidak disadari oleh para janda sendiri. Dengan demikian kebermaknaan hidup dapat dengan
mudah dicapai apabila perubahan baik dalam tataran kognisi maupun afeksi diperjuangkan oleh yang bersangkutan, dalam hal ini para janda.
Kehidupan
Kelahiran Dinamika Hidup
Hidup Bahagia Penolakan
Kematian
Penerimaan Motivasi untuk
bangkit dari keadaan
Kebermaknaan
33
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan jenis penelitian, metode penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan teknik
analisis data. A.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan metode survey. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang
lebih menyeluruh mengenai kondisi yang sedang terjadi pada saat ini. Furchan 2005: 415-418 mengatakan penelitian deskriptif dengan metode
survey dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Menurut
Arikunto 2010:3 penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain.
Penelitian deskriptif ini adalah penelitian yang paling sederhana dibandingkan dengan penelitian yang lainnya. Karena peneliti disini tidak
mengubah atau menambah atau memanipulasi suatu objek tertentu melainkan peneliti memaparkan apa yang terjadi dilapangan dalam bentuk laporan
penelitian. Penelitian deskriptif dengan metode survei dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kebermaknaan hidup para
janda di Paroki Baciro Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Paroki Baciro Yogyakarta pada bulan
Februari-Maret 2017.