METODE PENELITIAN Pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi gaya, gerak, dan energi.

35

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab tiga ini akan dipaparkan bahasan mengenai 1 jenis penelitian, 2 setting penelitian, 3 rencana penelitian, 4 prosedur penelitian, 5 teknik pengumpulan data, 6 instrument penelitian, 7 triangulasi, dan 8 teknik analisis data. 3.1 Jenis penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian Research and Development RD. Sukmadinata 2008: 164 menjelaskan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. 3.2 Setting Penelitian Setting penelitian membahas mengenai objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian. 3.2.1 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas IV C tahun ajaran 20162017. Sekelompok siswa tersebut berjumlah enam siswa yang terdiri dari tiga laki-laki dan tiga perempuan. Siswa tersebut dipilih berdasarkan pada perolehan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, perolehan nilai sedang, dan perolehan nilai di atas KKM. 3.2.2 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa LKS berbasis pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA materi gaya, gerak, dan energi. Penelitian ini mengembangkan LKS untuk mempelajari materi gaya, gerak, dan energi yang berisi panduan pembelajaran dengan lima tahapan pendekatan saintifik, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan. 3.2.3 Lokasi Penelitian Penelitian R and D ini dilaksanakan di SD Negeri Perumnas Condongcatur sebagai sampel uji coba lapangan terbatas yang beralamat di Jalan Flamboyan No.11, Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa 36 Yogyakarta 55283. Peneliti memilih sekolah ini sebagai sampel karena secara umum prestasi siswa di bidang akademik cukup baik, nilai akreditasi sekolah “A”. Selain itu, lokasi sekolah yang berada di kawasan Yogyakarta. Alasan selanjutnya adalah kemampuan siswa yang beragam dan karakteristik siswa yang berbeda-beda, misalnya saja nilai siswa yang berbeda satu dengan yang lain. 3.2.4 Waktu Penelitian Penelitian R and D dilaksanakan mulai bulan Juli 2016 hingga Desember 2016. Secara keseluruhan, penelitian ini berlangsung selama kurang lebih enam bulan. 3.3 Rancangan Penelitian Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk LKS dalam penelitian R and D ini, peneliti mengadopsi model yang dikembangkan oleh Dick Carey 2003 dalam Setyosari, 2013: 230 – 235. Terdapat sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan tersebut yaitu: 1 analisis kebutuhan dan tujuan, 2 analisis pembelajaran, 3 analisis pembelajaran dan konteks, 4 merumuskan tujuan performansi, 5 mengembangkan instrumen, 6 mengembangkan strategi pembelajaran, 7 mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, 8 merancang dan melakukan evaluasi formatif, 9 melakukan revisi, dan 10 evaluasi sumatif. Penelitian R and D yang akan dilakukan adalah pengembangan LKS IPA berbsis pendekatan saintifik pada daur hidup makhluk hidup. Langkah pengembangan LKS ini mengikuti langkah penelitian yang dikembangkan oleh Dick Carey. Penelitian ini dibatasi hanya sampai pada evaluasi sumatif dan menghasilkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. 37 Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Dick Carey Dari langkah-langkah tersebut di atas, berikut penjelasan setiap tahap pada penelitian R and D Dick Carey. 1. Analisis kebutuhan dan tujuan Melakukan analisis kebutuhan untuk menetukan tujuan program atau produk yang akan dikembangkan. Kegiatan analisis kebutuhan ini peneliti mengidentifikasi kebutuhan prioritas yang segera dipenuhi. Dengan menguji kebutuhan, peneliti akan mengetahui adanya suatu keadaan yang seharusnya ada dan keadaan nyata dilapangan yang sebenarnya. Dengan cara melihat kesenjangan yang terjadi, peneliti mencoba menawarkan suatu alternative pemecahan dengan cara mengembangkan suatu produk atau desain tertentu. 2. Analisis pembelajaran Langkah berikutnya, peneliti melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup keterampilan, proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal- hal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt need”, perlu di identifikasi dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau desain yang ingin dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi suatu produk atau desain yang akan dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri. Merumuskan tujuan khusus Analisis kebutuhan dan tujuan Evaluasi Sumatif Merancang dan melakukan evaluasi formatif Analisis pembelajaran Mengemban- gkan strategi pembelajaran Mengembang- kan dan memilih bahan pembelajaran Mengem- bangkan instrumen Melakuka n revisi Analisis pembelajaran dan konteks 38 3. Analisis pembelajaran dan konteks Analisis ini bisa dilakukan secara bersamaan dengan analisis pembelajaran, atau dilakukan setelah analisis pembelajaran. Menganalisis pembelajaran dan konteks, yang mancakup kemampuan, sikap, dan karakteristik awal pembelajaran dalam latar pembelajaran, juga termasuk karakteristik latar pembelajaran tersebut dimana pengetahuan dan keterampilan baru akan digunakan. Langkah 2 dan 3 dapat dilakukan baik secara berurutan, atau secara bersamaan. 4. Merumuskan tujuan performansi Merumuskan tujuan performansi atau unjuk kerja dilakukan setelah analisis- analisis pembelajaran dan konteks. Merumuskan tujuan unjuk kerja ini dilakukan dengan cara menjabarkan tujuan umum kedalam tujuan yang lebih spesifik yang berupa rumusan tujuan unjuk kerja, atau operasional. Gambaran rumusan operasional ini mencerminkan tujuan khusus program atau produk, prosedur yang dikembangkan. 5. Mengembangkan instrumen Langkah berikutnya adalah mengembangkan instrument assessment, yang secara langsung berkaitan dengan tujuan khusus, operasional sebagaimana yang dikemukakan di depan. Tugas mengembangkan instrumen ini menjadi sangat penting. Instrumen dalam hal ini bisa berkaitan langsung dengan tujuan operasional yang ingin dicapai berdasarkan indikator-indikator tertentu, dan juga instrument untuk mengukur perangkat produk atau desain yang dikembangkan. Instrumen yang berkaitan dengan tujuan khusus berupa tes hasil belajar, sedangkan instrumen yang berkaitan dengan perangkat produk atau desain yang dikembangkan dapat berupa kuesioner atau daftar cek. 6. Mengembangkan strategi pembelajaran Mengembangkan strategi pembelajaran, yang secara spesifik untuk membantu pembelajaran mencapai tujuan khusus. Strategi pembelajaran tertentu yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan dinyatakan secara eksplisit oleh peneliti. Strategi pembelajaran yang dirancang ini juga berkaitan dengan produk atau desain yang ingin dikembangkan. 7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran 39 Langkah ini merupakan kegiatannyata yang dilakukan oleh peneliti. Pengembangan dan pemilihan bahan pembelajaran, yang dalam hal ini dapat berupa bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajar, dan media lain yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan. Produk atau desain yang dikembangkan berdasarkan tipe, jenis, dan model tertentu perlu diberikan argument atau alasan mengapa memilih dan mengembangkan berdasarkan tipe atau model tersebut. 8. Merancang dan melakukan evaluasi formatif Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan oleh peneliti selama proses, prosedur, program, atau produk yang dikembangkan. Evaluasi formatif ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan maksud untuk mendukung proses peningkatan efektifitas. Dick Carey merekomendasikans uatu proses evaluasi formatif yang terdiri atas tiga langkah: 1 Uji coba prototipe bahan secara perorangan one – to – one – try out; uji coba perorangan ini dilakukan untuk memperoleh masukan awal tentang produk atau rancangan tertentu. Uji coba perorangan dilakukan kepada subjek 1-3 orang. Setelah dilakukan uji coba perorangan, produk atau rancangan direvisi. 2 Uji coba kelompok kecil small group try out. Uji coba ini melibatkan subjek yang terdiri atas 6 - 8 subjek. Hasil uji coba kelompok kecil ini dipakai untuk melakukan revisi produk atau rancangan. 3 Uji coba lapangan field try out. Uji coba lapangan ini yang melibatkan subjek dalam kelas yang lebih besar yang melibatkan 15-30 subjek. Selama uji coba ini peneliti melakukan observasi dan wawancara. Dengan demikian, peneliti melakukan pendekatan kualitatif disamping data kuantitatif hasil tes skala sikap, rubric dan sebagainya. Hasil validasi dari merancang dan melakukan evaluasi formatif ini kemudian dipakai untuk melakukan revisi. 9. Melakukan revisi Revisi dilakukan terhadap proses pembelajaran, prosedur, program atau produk dikaitkan dengan langkah-langkah sebelumnya. Revisi dilakukan terhadap tujuh langkah pertama yaitu tujuan umum pembelajaran, analisis pembelajaran, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 perilaku awal, tujuan unjuk kerja atau performansi, butir tes, strategi pembelajaran, dan bahan-bahan pembelajaran. 10. Evaluasi sumatif Evaluasi sumatif dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan tingkat efektifitas produk, program, proses secara keseluruhan dibandingkan dengan program lain. Keperluan pengembangan ini biasanya peneliti hanya menggunakan sampai pada langkah ke Sembilan, yaitu evaluasi formatif dimana rancangan, proses, program sudah dianggap selesai. Akan tetapi, untuk keperluan uji efektifitas rancangan, prose, program secara menyeluruh diperlukan uji atau evaluasi secara eksternal. Demikian diperoleh tingkat efesiensi, efektifitas, dan daya tarik rancangan, proses dan program secara menyeluruh. 3.4 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang peneliti gunakan mengadopsi langkah-langkah penelitian dan pengembangan dari Dick Carey. Langkah-langkah prosedur pengmbangan tersebut akan dijelaskan dalam bagan di bawah ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan LANGKAH I Analisis kebutuhan Analisis pembelajaran Analisis siswa Merumuskan tujuan LANGKAH II LANGKAH III Mengembangkan instrumen Rubrik penilaian ahli validasi instrumen Pretest Posttest LANGKAH IV Mengembangkan strategi Mengembangkan LKS LANGKAH V LANGKAH VI Evaluasi Formatif Uji coba lapangan terbatas Penilaian ahli Dosen IPA Guru SD Siswa Kelas IV SD LANGKAH VII Revisi Sesuai dengan komentar dari ahli Evaluasi Sumatif Persentase Peningkatan Posttest Pretest LANGKAH VIII 42 3.4.1 Analisis Kebutuhan Pada tahap pertama, peneliti melakukan dua analisis kebutuhan yang terdiri dari analisis siswa dan analisis pembelajaran. Berikut penjelasan dari kedua analisis tersebut. 3.4.1.1 Analisis Pembelajaran Setelah melakukan analisis siswa, peneliti melakukan analisis pembelajaran berdasarkan observasi yang dilakukan pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur. Saat peneliti melakukan observasi, ternyata guru tidak menggunakan LKS dalam mendukung proses pembelajaran, melainkan guru lebih dominan menggunakan buku siswa dan cenderung ceramah di kelas. Selain itu, guru juga terpaku pada power point yang ditampilkan di layar LCD dan guru hanya membaca materi yang telah dituliskannya di power point tersebut. Kemudian, guru tidak mengajak siswa aktif melakukan suatu kegiatan, melainkan guru hanya meminta siswa untuk mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang telah disampaikan oleh guru. Paparan mengenai hasil analisis siswa dan analisis pembelajaran tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan. 3.4.1.2 Analisis Siswa Peneliti melakukan analisis siswa berdasarkan observasi yang dilakukan pada pembelajaran IPA kelas IV SDN Perumnas Condongcatur. Observasi dilaksanakan pada tanggal 25 juli 2016. Hasil yang diperoleh melalui observasi tersebut adalah ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, banyak dari siswa yang tidak memperhatikan dengan baik dan cenderung berbicara dengan temannya. Selain itu, tidak ada keaktifan yang muncul saat guru bertanya mengenai materi yang disampaikan. Siswa cenderung diam saja dan hanya mengangguk-anggukan kepala ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menjelaskan kembali materi yang disampaikan. Kemudian, ada siswa yang meletakkan kepalanya di atas meja, karena merasa materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru membosankan dan sulit untuk dipahami. Hal ini, dapat dibuktikan ketika guru bertanya kepada siswa, sebagian besar siswa diam dan tidak bisa menjawab ketika ditunjuk dan jawaban yang disampaikan kurang tepat. 43 3.4.2 Merumuskan Tujuan Khusus Pada tahap kedua, peneliti merumuskan tujuan khusus berdasarkan empat karakteristik LKS berbasis pendekatan saintifik sebagai berikut 1 mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran; 2 mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat; 3 mengarahkan siswa untuk membangun konsepnya secara mandiri; dan 4 mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik yaitu lain mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Berdasarkan empat tujuan LKS menjadi pedoman bagi peneliti dalam penyusunan LKS. 3.4.3 Mengembangkan Instrumen Pada tahap ketiga, peneliti melakukan pengembangkan instrumen dengan cara merumuskan soal pretest dan posttest, dan membuat rubrik penilaian ahli validasi instrumen. Pengujian soal pretest dan posttest dilakukan pada uji coba lapangan terbatas di SDN Perumnas Condongcatur. Pretest dilakukan sebelum menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk mengetahui kondisi awal siswa. Posttest dilakukan di akhir setelah menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk mengetahui kemampuan yang diperoleh siswa. Peneliti menyusun dan mengembangkan tes berdasarkan Kompetensi Dasar KD 3.3 Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui pengamatan serta mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari . . Peneliti mengembangkan KD tersebut menjadi dua indikator. Kedua indikator tersebut dikembangkan menjadi 20 soal tipe pilihan ganda. 3.4.4 Mengembangkan Strategi Pada tahap empat, peneliti mengembangkan strategi. Strategi pada hal ini berkaitan dengan isi LKS yang dibuat peneliti. Adapun isi dari LKS yaitu 1 peneliti membuat pemetaan Kompetensi Inti KI, Kompetensi Dasar KD, indikator, dan tujuan kegiatan. Pada setiap kegiatan LKS terdapat lima tahapan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. 44 3.4.5 Mengembangkan LKS Pada tahap kelima, peneliti mengembangkan LKS. Pengembangan tersebut berdasarkan pemetaan KI dan KD yang telah dilakukan pada tahap pengembangan strategi. Selain itu, peneliti juga menggunakan lima tahapan pendekatan saintifik. LKS dikembangkan dengan gambar yang menarik siswa untuk membaca dan mengerjakan setiap kegiatan dalam LKS. 3.4.6 Evaluasi Formatif Pada tahap keenam, setelah produk LKS selesai dibuat, kemudian peneliti membuat rubrik penilaian untuk validasi produk. Peneliti memilih dua ahli yaitu ahli IPA dan guru SD. Setelah ahli memberikan validasi kepada produk LKS dan dinyatakan layak untuk diujicobakan, maka langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan uji coba lapangan terbatas kepada enam siswa kelas IV SDN Perumnas Condongcatur. 3.4.7 Revisi Pada tahap ketujuh, peneliti melakukan revisi produk LKS berdasarkan komentar dari ahli validasi dan hasil wawancara terhadap siswa setelah menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. 3.4.8 Evaluasi Sumatif Pada tahap kedelapan, peneliti melakukan pengolahan data berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas kepada enam siswa kelas IV SDN Perumnas Condongcatur. Pengolahan data tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan pretest dan posttest, serta mengetahui keefektifan penggunaan LKS. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan strategi atau cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitiannya. Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh data seperti yang dimaksudkan tersebut, dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan angket atau kuesioner. 45 3.5.1 Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun buatan, untuk mencapai tujuan tertentu Arifin, 2011: 231. Observasi dilaksanakan pada pembelajaraan di kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur. Aspek yang diobservasi ketika pembelajaran di keas IV adalah penggunaan LKS dan pembelajaran yang dilakukan guru. 3.5.2 Wawancara Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara interviewer dengan responden atau orang yang terinterviu interviewee dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang langsung dari sumbernya tentang berbagai gejala sosial, baik yang terpendam latent maupun tampak. Wawancara merupakan alat yang sangat baik untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi serta prroyeksi seseorang terhadap masa depannya Widoyoko, 2012: 40. Wawancara atau interviu memiliki dasar penggunaan yang sama dengan angket, yaitu mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri self report dari responden atau setidak-tidaknya pada pengetahuan, keyakinan, maupun sikap pribadi responden. Penggunaan wawancara sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian didasarkan pada anggapan Hadi, 1984: 157: 1 Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 2 Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3 Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti Fungsi wawancara pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam tiga golongan besar, yaitu 1 sebagai metode primer, 2 sebagai metode pelengkap, dan 3 sebagai kriterium Hadi, 1984: 193. Wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar. Wawancara bisa direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Melalui wawancara, data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dan wawancara bebas tak berstruktur. Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban yang telah dibuat. Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yakni a tahap awal pelaksanaan wawancara b penggunaan pertanyaan, dan c pencatatan hasil wawancara. Tahap awal wawancara bertujuan untuk mengondisikan situasi wawancara seperti, pengakraban sehingga siswa tidak merasa takut dan terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan benar atau jujur. Kemudian pertanyaan diajukan secara bertahap dan sistematis berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Tahap terakhir adalah mencatat hasil wawancara. Hasil wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga supaya tidak lupa. Pada wawancara terbuka kita perlu mencatat pokok-pokok isi jawaban siswa pada lembar sendiri, sedangkan pada wawancara terstruktur, kita tinggal memberikan tanda pada alternatif jawaban siswa pada lembar sendiri. 3.5.3 Kuesioner Kuesioner atau angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara interviu dalam bentuk langsung yang mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-reports, atau pengetahuan, keyakinan pribadi Sutrisno Hadi, 2015: 217. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden Widoyoko, 2015: 33. Kuesioner atau angket mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri self report dari responden, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan, keyakinan, maupun sikap pribadi responden. Pada umumnya angket mempunyai dua fungsi, yaitu deskripsi dan pengukuran. Fungsi deskripsi maksudnya adalah informasi yang diperoleh melalui angket dapat memberikan gambaran deskripsi tentang karakteristik dari individu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 atau sekelompok responden. Penggambaran unsur-unsur itu mempunyai beberapa tujuan, misalnya peneliti dapat memperoleh keterangan tentang tingkah laku individu atau kelompok responden tertentu. Sedangkan fungsi pengukuran, maksudnya berdasarkan respon yang diberikan oleh responden, peneliti dapat mengukur variabel-variabel individual atau kelompok tertentu Widoyoko, 2015: 35. Kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis tergantung pada sudut pandangnya. Peneliti menggunakan jenis kuesioner yang dibedakan dari cara menjawabnya, kuesioner dibedakan menjdi dua, yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang bisa dijawab direspon secara bebas oleh responden. Sedangkan kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang jumlah item dan alternatif jawaban maupun responnya sudah ditentukan, responden tinggal memilihnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya Widoyoko, 2015: 36. 3.5.4 Tes Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Karakteristik objek dapat berupa keterampilan, pengetahuan, bakat, minat, baik yang dimiliki oleh individu maupun kelompok Widoyoko, 2015: 50. Tes merupakan bagian tersempit dari penilaian. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau pernyataan Djemari, dalam Widoyoko, 2015: 57. Tes juga dapat diartikan sebagai sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemapuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes Widoyoko, 2015: 57. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes prestasi achievement test yang berupa pretest dan posttest yang berbentuk pilihan ganda. Tes prestasi , yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian maupun kompetensi seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari sesuatu hal sesuai dengan yang akan diteskan Widoyoko, 2015: 51. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 3.6 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan dat penelitian dengan cara melakukan pengukuran. Instrumen penelitian merupakan pedoman tertulis tentang wawancara, pengamatan, atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden Gulo dalam Widoyoko, 2015: 51. 3.6.1 Pedoman Observasi Observasi dilaksanakan pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur dan penerapan pendekatan saintifik serta penggunaan LKS IPA. Aspek yang diobservasi ketika pembelajaran IPA kelas IV adalah ketersediaan LKS IPA, pelaksanaan lima tahapan pendekatan saintifik, dan partisipasi siswa. Peneliti mencatat hal-hal yang berkaitan dengan aspek yang diobservasi setiap rentang waktu tertentu. Kisi-kisi pedoman observasi pembelajaran IPA kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Observasi Pembelajaran IPA No Kisi-kisi Observasi Objek yang diamati 1 Ketersediaan LKS IPA untuk mengajar Sudah adanya LKS IPA yang digunakan guru untuk mengajar 2 Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mengikuti 5 tahapan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA Siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti 5 tahapan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA 3 Partisipasi siswa dalam mengikuti praktikum IPA Siswa kurang aktif dalam mengikuti praktikum IPA dan guru cenderung ceramah Pedoman observasi telah divalidasi oeh guru SD. Uji validitas pada instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk Sugiyono, 2014: 170. Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen Widoyoko, 2012: 145. Karena itu, pedoman observasi tersebut diuji dengan uji validitas konstruk. Selan itu, peneliti juga menggunakan pendapat para ahli expert judgement untuk meminta pendapat tentang instrumen yang telah disusun. Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil rerata skor validasi pedoman observasi. Hasil validasi pedoman observasi dapat dilihat pada lampiran 4.1 49 3.6.2 Pedoman Wawancara Pedoman wawancara berisi tentang uraian tentang data yang akan diungkap yang biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan agar proses wawancara berjalan dengan baik. Wawancara ditujukan kepada kepala sekolah, guru kelas IV, dan siswa kelas IV di SD Negeri Perumnas Condongcatur. 3.6.2.1 Wawancara Kepala Sekolah Pengumpulan data melalui wawancara yang pertama ditujukan kepada kepala SDN Perumnas Condongcatur. Teknik wawancara yang dipilih adalah teknik wawancara terencana-tidak terstruktur sehingga peneliti hanya menyusun rencara wawancara, tetapi tidak menggunakan format dengan urutan yang baku Yusuf, 2014: 377. Adapun rencana wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara kepada Kepala Sekolah No. Topik Pertanyaan 1. Informasi berkaitan dengan sekolah: a. Kurikulum yang digunakan di sekolah b. Jumlah siswa kelas IV 2. Ketersiaan LKS di Sekolah a. LKS yang sudah ada di sekolah b. LKS yang pernah dikembangkan oleh guru di sekolah c. Pengadaan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik di sekolah 3. Penggunaan LKS IPA dalam pembelajaran 4. Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan LKS Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, peneliti mendapatkan informasi bahwa di sekolah tersebut telah menggunakan Kurikulum 2013. Ketersediaan LKS pada setiap mata pelajaran juga sudah lengkap, namun LKS yang digunakan yaitu LKS yang berisi materi dan soal-soal. Selain itu LKS yang dgunakan belum memuat tahapan pendekatan saintifik. 3.6.2.2 Wawancara Guru Kelas IV Kegiatan wawancara yang kedua ditujukan kepada Guru kelas IV. Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara terencana-terstruktur. 50 Adapun pedoman wawancara yag sudah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data di bawah ini. Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman wawancara kepada Guru No. Topik Pertanyaan No. Pertanyaan 1. Pemahaman guru tentang pendekatan saintifik 1 dan 2 2. Pelaksanaan lima tahapan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran 3 dan 4 3. Kesulitan yang dihadapi guru dalam implementasi pendekatan saintifik 5 4. Kesulitan siswa mengikuti lima langkah pendekatan saintifik 6 5. Manfaat bagi siswa setelah menerapkan pendekatan saintifik 7 Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV, peneliti mendapatkan informasi tentang pendekatan yang digunakan pada setiap pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPA. Pemahman guru mengenai pendekatan saintifik masih kurang, pada proses pembelajaran guru belum menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik secara keseluruhan. 3.6.2.3 Wawancara Siswa kelas IV Selain wawancara kepada kepala sekolah dan guru kelas IV, kegiatan wawancara juga ditujukan kepada siswa kelas IV untuk mengetahui LKS yang diperlukan oleh siswa seperti apa. Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan pedoman wawancara yang sudah disusun seperti di bawah ini. Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman wawancara kepada siswa kelas IV No. Topik Pertanyaan No. Pertanyaan 1. Warna dan gambar yang disukai 1,2, dan 3 2. Jenis LKS yang disukai 4 3. LKS dapat membantu siswa memahami materi 5 4. Ukuran huruf pada LKS 6 5. Penggunaan bahasa dan petunjuk dalam LKS 7 dan 8 Dari hasil wawancara siswa kelas IV, peneliti mendapatkan informasi mengenai LKS yang disukai oleh siswa. Secara keseluruhan siswa menyukai LKS 51 yang berwarna, bergambar, serta kegiatan-kegiatan yang menuntun siswa untuk melakukan percobaan. Selain itu, siswa juga menyukai LKS yang divariasi denga bentuk huruf yang menarik dan berukuran sedang tidak terlalu kecil, sert bahasa yang mudah dipahami. Pedoman wawancara tersebut telah divalidasi oleh guru SD dan para ahli expert judgment. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji Validitas pada instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk Sugiyono, 2014: 170. Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen Widoyoko, 2012: 145. Karena itu, pedoman wawancara tersebut diuji dengan uji validitas konstruk. Selan itu, peneliti juga menggunakan pendapat para ahli expert judgement untuk meminta pendapat tentang instrumen yang telah disusun. Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh guru SD dan ahli, diperoleh hasil rerata skor validasi pedoman wawancara. Hasil validasi pedoman wawancara guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran 4.5 dan lampiran 4.7. 3.6.3 Kuesioner Kuesioner berisi tentang uraian tentang data yang akan diungkap yang biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan agar proses wawancara berjalan dengan baik. Berikut di bawah ini tabel pedoman kuesioner siswa dan guru. 3.6.3.1 Kuesioner analisis kebutuhan Kuesioner yang digunakan adalah bentuk kuesioner tertutup dan terbuka. Responden dapat menjawab pertanyaan secara bebas pada bentuk kuesioner terbuka. Peneliti menentukan reesponden dalam analisis kebutuhan yaitu guru dan seluruh siswa kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur. Hasil kuesioner digunakan sebagai pertimbangan untuk membuat desaain LKS yang dikembangkan. Berikut kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan siswa dan guru. Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Terbuka untuk Guru No Indikator No.item 1 Pendekatanmetodestrategi pembelajaran IPA 1 2 Kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA 2 3 Pengertian pendekatan saintifik 3 4 Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA 4, 5, 6, dan 7 5 Kesulitan Implementasi pendekatan saintifik 8 52 Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Tertutup untuk Guru No Indikator No.item 1 Pentingnya penggunaan media LKS 1 2 Karakkteristik LKS 2, 3, 4, 5, dan 6 3 Kebutuhan LKS dengan berbasis pendekatan saintifik 7 Tabel 3.7 Kisi-kisi kuesioner terbuka untuk Siswa No Indikator No.item 1 Pentingnya penggunaan media LKS 1 2 Karakkteristik LKS 2, 3, 4, 5, dan 6 3 Kebutuhan LKS dengan berbasis pendekatan saintifik 7 Tabel 3.8 Kisi-kisi kuesioner tertutup untuk Siswa No Indikator No.item 1 Penerapan langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, dan 16 3.6.3.2 Kuesioner Validasi Produk Peneliti menyusun kuesioner validasi produk berdaarkan pada empat aspek yang dinilai dalam pengembangan produk. Validasi produk dengan kuesioner dilakukan untuk mengetahui kelayakan LKS yang dikembangkan. Kuesioner validasi produk berupa kuesioner tertutup dengan pilihan jawaban berskala likert. Rentang skala yang disediakan yaitu 1-4 dengan jawaban skala 1 sangat kurang baik, 2 kurang baik, 3 baik, 4 sangat baik. Kuesioner validasi produk diisi oleh ahli yaitu ahli pembelajaran IPA dan guru kelas IV SD N Perumnas Condongcatur. Kuesioner berisi pernyataan yang berjumlah 35 butir. Kisi-kisi kuesioner validasi produk oleh ahli disajikan dalam tabel 3.9. Tabel 3.9 Kisi-kisi Validasi Produk No. Aspek yang dinilai No.item A. Aspek konten atau isi 1, 2, 3 ,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 B. Aspek tampilan 1, 2, 3 ,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 C. Aspek bahasa 1, 2, 3, 4, 5 D. Aspek penggunaan dan penyajian 1, 2, 3 ,4, 5, 6, dan 7 Kuesioner analisis kebutuhan dan kuesioner validasi produk tersebut divalidasi oleh beberapa ahli yaitu, guru kelas IV SD penelitian, dan ahli 53 pembelajaran IPA. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji Validitas pada instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk Sugiyono, 2014: 170. Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen Widoyoko, 2012: 145. Karena itu, kuesioner tersebut diuji dengan uji validitas konstruk. Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil rerata skor validasi kuesioner analisis kebutuhan dan rerata skor validasi produk. Hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada lampiran 4.9, sedangkan untuk siswa dapat dilihat pada lampiran 4.10. Hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 4.13. 3.6.4 Soal Tes Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. Soal-soal dibuat berdasarkan materi gaya, gerak, dan energi sesuai dengan kompetensi dasar 3.3 Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui pengamatan serta mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kisi-kisi instrumen tes diuraikan pada tabel di bawah ini. Tabel 3.10 Kisi-kisi Instrumen Tes Pilihan Ganda Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Butir Soal 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar, melihat, membaca dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain 3.3 Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui pengamatan serta mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 3.3.2 Mengkategorikan fenomena atau peristiwa berdasarkan gaya yang terjadi di dalamnya. 1, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20 3.3.1 Menjelaskan tentang pengaruh suatu gaya terhadap gerak benda dengan energi di dalamnya. 2, 3, 4 6, 14, 16, 18 Instrumen tes yang telah dibuat kemudian diuji validitasnya. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi dengan data yang dilaporkan oleh peneliti Sugiyono, 2014: 361. Validitas dilakukan untuk menjamin adanya kesesuaian antara alat ukur dengan keadaan yang akan diukur Purwanto, 2007: 54 124. Alat ukur atau instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur Widoyoko, 2015: 141. 3.7 Triangulasi Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi digunakan untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan Sugiyono, 2014: 327-328. Triangulasi dibedakan menjadi dua macam yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik adalah menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk memperoleh data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber adalah penggunaan teknik pengumpulan data yang sama untuk memperoleh data dari sumber yang berbeda- beda Sugiyono, 2014: 327. Data yang sudah dikumpulkan melalui triangulasi data selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kesimpulan yang akurat.analisis data secara kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data pada periode tertentu Sugiyono, 2011: 335. Misalnya, pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai pada tahap tertentu, sehingga diperoleh data yang dianggap kredibel. Triangulasi teknik digunakan untuk memperoleh data analisis kebutuhan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam triangulasi adalah observasi, wawancara dan kuesioner. Analisis kebutuhan dilakukan pada tahap awal untuk mengumpulkan data terkait ketersediaan dan penggunaan LKS dalam pembelajaran IPA di kelas IV. Bagan 3. Adalah Gambar 3.3 triangulasi teknik. Gambar 3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan Berdasarkan Gambar 3.3 peneliti memperoleh data analisis kebutuhan melalui teknik observasi, wawancara, dan kuesioner. Data yang diperoleh melalui Kuesioner Wawancara Observasi 55 triangulasi teknik tersebut digunakan sebagai pertimbangan peneliti dalam mengembangkan LKS dengan melihat kebutuhan siswa dan guru. Selain triangulasi teknik, peneliti juga menggunakan triangulasi sumber. Peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk menganalisis data hasil wawancara berdasarkan tiga sumber data. Gambar 3.4 merupakan bagan triangulasi sumber data wawancara. Gambar 3.4 Triangulasi Sumber Data Wawancara Berdasarkan bagan di atas, peneliti melakukan wawancara kepada tiga sumber yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa. 3.8 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul dari seluruh responden atau sumber lain. Mellui pengumpulan data diperoleh data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif adalah data yang menunjukkan kuaitas atau mutu sesuatu yang ada, baik keadaan, proses, peristiwakejadian, dan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata Widoyoko, 2015: 18. Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka yang diperoleh dari hasil pengukuran Widoyoko, 2015: 21. Dalam penelitian ini diperoleh data kuantitatif dari validasi pedoman wawancara, validasi pedoman observasi, validasi kuesioner analisis kebutuhan, validasi kuesioner hasil produk, uji keterbacaan soal tes, serta pretest dan posttest melalui uji coba terbatas. Selain itu juga diperoleh data kualitatif yang diperoleh dari beberapa hasil seperti hasil validasi kuesioner, hasil observasi, hasil wawancara, hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, dan hasil validasi produk LKS oleh ahli. Data kuantitatif dan kualitatif tersebut kemudian dianalisis. Berikut adalah pembahasan teknik analisis dari data kuantitatif dan data kualitatif. Kepala Sekolah Guru Siswa 56 3.8.1 Analisis Data Kuantitatif Anaisis data kuantitatif yang pertama dilakukan dengan menggunakan skala Likert 1-4. Skala ini digunakan dalam berbagai instrumen penelitian. Setiap skala dilengkapi dengan kriteria yang semakin memudahkan penilai dalam memberikan penilaian. Setiap instrumen penelitian memiliki kriteria yang berbeda-beda dalam pedoman penilaiannya. Kriteria tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan dari penilaian. Berikut adalah instrumen penilaian dan skala beserta kriterianya. Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada instrumen nontes yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan dan kuesioner validasi produk adalah sebagai berikut. Nilai 4 : Instrumen sudah layak digunakan tanpa diperbaiki. Nilai 3 : Instrumen sudah layak digunakan namun perlu diperbaiki. Nilai 2 : Instrumen kurang layak digunakan dan perlu diperbaiki. Nilai 1 : Instrumen tidak layak digunakan. Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji validitas konstruk soal tes adalah sebagai berikut. Nilai 4 : Soal sesuai dengan indikator, kalimat baku dan jelas, tidak dan perlu diberbaiki. Nilai 3 : Soal sesuai dengan indikator, kalimat baku namun kurang jelas dan perlu diperbaiki. Nilai 2 : Soal kurang sesuai dengan indikator, kalimat baku namun kurang jelas dan perlu diperbaiki. Nilai 1 : Soal tidak sesuai dengan indikator, kalimat tidak baku dan kurang jelas serta tidak layak digunakan. Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validitas isi instrumen soal tes adalah sebagai berikut. Nilai 4 : Sudah sesuai dan tidak perlu diperbaiki. Nilai 3 : Sudah sesuai, namun perlu diperbaiki. Nilai 2 : Kurang sesuai dan perlu diperbaiki. Nilai 1 : Tidak sesuai. Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validasi produk oleh ahli. Nilai 4 : LKS IPA sangat sesuai dengan pernyataan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 Nilai 3 : LKS IPA sesuai dengan pernyataan, namun terdapat kekurangan. Nilai 2 : LKS IPA kurang sesuai dengan pernyataan sehingga perlu diperbaiki. Nilai 1 : LKS IPA tidak sesuai dengan pernyataan sehingga kurang layak untuk digunakan. Skala dan kriteria untuk pedoman penilaia kuesioner tanggapan mengenai LKS oleh siswa. Nilai 4 : Sangat setuju Nilai 3 : Setuju Nilai 2 : Tidak setuju Nilai 1 : Sangat tidak setuju Hasil yang diperoleh dari penilaian dengan menggunakan skla Likert 1-4 kemudian dihitung untuk memperoleh rerata penilaian. Rerata penilaian dihitung dengan rumus 3.1. Gambar 3.5 Rumus perhitungan rerata hasil penilaian dengan skala Likert Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut, diperoleh rerata nilai. Rerata nilai tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengn acuan dari Widoyoko 2014: 144. Tabel 3.11 adalah tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif menurut Widoyoko, Tabel 3.11 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Interval Skor Kategori 3,26-4,00 Sangat Baik 2,51-3,25 Baik 1,76-2,50 Kurang 1,00-1,75 Sangat Kurang Interval skor tersebut juga dapat menunjukkan validtidaknya suatu instrumen. Berikut adalah kategorisasi hasil skor validasi istrumen oleh ahli yang dituangkan dalam tabel 3.12. � ℎ = ∑ � ℎ ∑ 58 Tabel 3.12 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen Interval Skor Kategori Bobot 3,26-4,00 Sangat Baik Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan. 2,51-3,25 Baik Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan. 1,76-2,50 Kurang Keseluruhan instrumen kurang layak digunakan. 1,00-1,75 Sangat Kurang Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan. Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rerata skor lebih besar dari 2,50. Nilai terdapat pada rentang skor 3 katgori baik yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan. Sebaliknya, apabila rerata skor yang diperoleh lebih kecil dari 2,50, maka instrumen tersebut dapat dikatakan tidak valid. Analisis data kuantitatif yang selanjutnya dilkukan untuk menghitung persentase jawaban kuesioner. Persentase dihitung dengan menggunakan rumus dari Supratiknya, 2012: 128. Rumus perhitungan persentase jawaban kuesioner adalah Gambar 3.6. Gambar 3.6 Rumus perhitungan persentase jawaban pada kuesioner Dalam penelitian ini, juga digunakan tes. Tes berupa pretest dan posttest. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan LKS IPA melalui uji coba terbatas. Tipe soal yang digunakan adalah pilihan ganda. Skor untuk jawaban yang benar adalah 1 dan skor untuk jawaban yang salah adalah 0. Nilai pretest dan posttest dihitung dengan rumus pada Gambar 3.7. Gambar 3.7 Rumus Perhitungan Nilai Pretest dan Posttest 3.8.2 Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif yang pertama dilakukan pada pengolahan hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Langkah-langkah yang dilakukan � = ∑ � ∑ ℎ � = ∑ � ∑ 59 adalah sebagai berikut. Pertama, peneliti membuat kode-kode dan tema secara kualitatif. Kedua, peneliti menghitung berapa kali kode dan tema tersebut muncul dalam data teks. Ketiga, peneliti membandingkan dengan data kuantitatif yang ada Creswell, 2012: 328-329. Selanjutnya analisis dilakukan pada teknik wawancara dan observasi. Data yang dihasilkan dari kegiatan wawancara diolah dengan langkah sebagai berikut Poerwandari dalam Supratiknya, 2012: 117. Pertama, membaca transkrip wawancaraobservasi yang sudah disusun secara berulang-ulang dan dengan pemahaman yang baik. Kedua, menemukan kata kunci atau tea, dan hasilnya ditulis di kolom sebelah kanan. Ketiga, membuat catatan lain berisi interpretasi atau kesimpulan sementara. Keempat, mengumpulkan kata kunci dan tema-tema dari daftar yang telah dibuat. Langkah selanjutnya, data yang diperoleh diolah dengan teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan menggabungkan data yang diperoleh dari tiga sumber yaitu Kepala Sekolah, Guru, dan siswa. Selain itu, triangulasi dilakukan pada teknik wawancara, observasi, dan kuesioner. Dengan demikin, diperoleh data yang semakin lengkap. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN