9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori yang medukung penelitian ini. Adapun beberapa teori pendukung penelitian diuraikan di bawah ini.
2.1.1 Teori-teori yang mendukung
Teori belajar yang mendukung pendekatan saintifik yang sangat relevan ada tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget dan teori Vygotsky.
2.1.1.1 Teori Belajar Bruner
Teori  belajar  Bruner  disebut  juga  teori  belajar  penemuan.  Ada  empat  hal pokok berkaitan dengan teori belajar Brune Carin, 1975. Pertama, individu hanya
belajar  dengan  mengembangkan  pikirannya  apabila  ia  menggunakan  pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses  kognitif dalam proses  penemuan, siswa
memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan instrinsik.  Ketiga,  satu-satunya  cara  agar  seseorang  dapat  mempelajari  teknik-
teknik  dalam  melakukan  penemuan  adalah  ia  memiliki  kesempatan  untuk melakukan  penemuan.  Keempat,  dengan  melakukan  penemuan  maka  akan
memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif  yang  diperlukan  dalam  pembelajaran  menggunakan  metode  saintifik
Hosnan, 2014: 35. 2.1.1.2
Teori Belajar Piaget Anak  mengalami  perkembangan  kognitif  yang  bertahap.  Tingkat
perkembangan  kognitif  anak  menurut  Piaget  Susanto,  2013:  77  yaitu    periode berpikir  motorik  sensorik  yang  mulai  sejak  lahir  sampai  kira-kira  umur  2  tahun.
Periode berpikir praoperasional konkret dimulai kira-kira umur 2 tahun sampai 7 tahun. Periode berpikir operasional konkret dimulai kira-kira umur 7 tahun sampai
umur 11 tahun, periode berpikir operasional  formal dimulai sejak umur 11 tahun sampai dewasa.
Anak SD 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret di mana anak belajar  melalui  pengalaman  nyata  untuk  memahmai  hal-hal  yang  abstrak  seperti
konsep-konsep  matematika.  Pada  tahap  operasional  konkret,  siswa  sudah  mulai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Siswa juga sudah memiliki kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan
benda  yang  bervariasi  tingkatannya  Susanto,  2013:  77.  Selain  itu,  siswa  sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkret.
Pada tahap operasional konkret, siswa mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan  konservasi,  kemampuan  mengelompokkan  secara  memadai,
melakukan pengurutan  mengurutkan dari yang terkecil sampai paling besar dan sebaliknya,  dan  mengenai  konsep  angka.    Selama  tahap  ini,  proses  pemikiran
diarahkan  pada  kejadian  riil  yang  diamati  oleh  siswa  Hergenhahn    Matthew, 2008: 320. Dengan demikian, siswa dapat melakukan operasi pemecahan masalah
yang agak kompleks selama masalah itu konkret dan tidak abstrak. 2.1.1.3
Teori Belajar Vygotsky Seperti teori Piaget, Vygotsky juga merupakan teori konstruktivis. Vigotsky
menempatkan  lebih  banyak  penekanan  pada  lingkungan  social  sebgai  fasilitator perkembangan dan pembelajaran Tudge  Scrimsher dalam Schunk, 2012: 337.
Vigotsky menganggap bahwa lingkungan social sangat penting bagi pembelajaran. Interaksi-interaksi sosial mengubah atau mentrasformasi pengalaman-pengalaman
belajar.  Aktivitas  sosial  adalah  sebuah  fenomena  yang  membantu  menjelaskan perubahan-perubahan  dalam  pikiran  sadar  dan  membentuk  teori  psikologis  yang
manyatukan perilaku dan pikiran. Konsep pokok dalam teori Vigotsky adalah Zone of Proximal Development
ZPD atau zona pengembangan proksimal. ZPD adalah perbedaan antara apa yang dapat  dilakukan  sendiri  oleh  siswa  dana  pa  yang  dapat  mereka  lakukan  dengan
bantuan orang lain Schunk, 2012: 341. Interaksi orang dewasa guru dan teman sebaya dalam ZPD mendorong perkembangan kognitif. Tugas utama guru adalah
mengatur  lingkungan  pembelajaran  sehingga  siswa  dapat  membangun pengetahuannya.  Peran  guru  disini  adalah  menyajikan  sebuah  lingkungan  yang
mendukung,  bukan  menyajikan  penjelasan  materi  dan  menyediakan  jawabn- jawaban dari pertnayaan-pertnyaan.
Inti  teori  Vigotsky  yaitu  bahwa    fungsi-fungsi  mental  yang  lebih  tinggi memiliki  asal-usul  dalam  kehidupan  sosial  sejak  anak  berinteraksi  dengan  orang
dewasa yang memiliki pengalaman dalam masyarkat seperti orang tua, guru, orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
yang memiliki keahlian, teman sebaya dan sebagainya. Dalam padangan Vigotsky, budaya  dieksternalisasikan  dalam  kognisi  individual  dalam  perlengkapan  diri
mereka, yang tidak hanya hal-hal fisik dalam kebudayaan Mohamad Surya, 2015: 153.  Perubahan kognitif terjadi  dalam kawasan  perkembangan terdekat  melalui
interaksi  anak  dengan  orang  dewasa  melalui  berbagai  perlengkapan  nilai-nilai, keyakinan, dan budaya.
2.1.1.4 Belajar dan Pembelajaran
Pembelajaran adalah seperangkat proses internal setiap individu sebagai hasil  mentransformasi  stimulus  eksternal  dalam  lingkungan  individu.  Kondisi
eksternal  yang  diperlukan  dapat  berupa  rangsangan  yang  dapat  diterima  indera. Kondisi eksternal tersebut disebut dengan media dan sumber belajar Gagne dalam
Yao, 2015: 55. Belajar  adalah  perubahan  kemampuan  manusia  yang  terjadi  melalui
proses  pembelajaran  terus-menerus,  yang  bukan  hanya  disebabkan  oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila dengan stimulus pembelajaran dengan isi
ingatannya  mempengaruhi  siswa  sedemikian  rupa  sehingga  perilakunya  berubah dari  sebelum  pembelajaran  dengan  sesudah  mengalami  pembelajaran.  Belajar
dipengaruhi oleh faktor internal dalam diri siswa dan faktor eksternal lingkungan pembelajaran  yang  keduanya  saling  berinteraksi  Gagne  dalam  Yao,  2015:  55.
Kemampuan belajar dari Gagne dapat dijelaskan sebagai berikut. 1.
Keterampilan  intelektual.  Ini  adalah  kemampuan  murid  untuk  berinteraksi dengan  lingkungannya  masing-masing  melalui  penggunaan  tingkat
kompleksitas  abstraksi  konsep.  Terapkanlah  konsep  dan  peraturan  untuk mengatasi masalah dan ide-ide untuk menghasilkan produk atau memecahkan
masalah.  Kemampuan  tingkat  ini  meliputi:  asosiasi  mata  rantai menghubungkan  lambang  tertentu  dengan  fakta  tertentu,  diskriminasi
membedakan  lambang  tertentu  dengan  lambang  lain,  aturan  dan  konsep terdefinisi  mendefinisikan  pengertian  atau  prosedur  tetentu,  kaidah
mengkombinasikan  beberapa  konsep  dengan  cara  tertentu,  kaidah  lebih tinggi menggunakan beberapa kaidah dalam memecahkan masalah tertentu,
dan pemecahan masalah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Strategi kognisi. Ini adalah strategi pembelajaran yang menyebabkan murid
terampil  mengatur  proses  internal  seperti  perhatian,  belajar,  ingatan,  dan pikiran.  Strategi  kognisi  meliputi  strategi  menghafal,  strategi  elaborasi,
strategi pengaturan, strategi metakognisi, dan strategi afeksi. 3.
Informasi  verbal.  Ini  adalah  kemampuan  untuk  mengenal  dan  menyimpan nama,  istilah,  fakta,  dan  serangkaian  fakta  yang  merupakan  kumpulan
pengetahuan. 4.
Sikap. Ini adalah keadaan dalam diri murid yang memengaruhinya bertindak sebagai moderatoratas pilihan untuk bertindak. Sikap ini meliputi komponen
afeksi, kognisi, dan psikomotorik. Keterampilan  motorik.  Ini  adalah  keterampilan  mengorganisasikan
gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang lebih halus, mulus, teratur, dan tepat waktu.
2.1.1.5 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah  mengikuti  proses  belajar-mengajar  tentang  mata  pelajaran  tertentu
Supratiknya,  2012:  5.  Hasil  belajar  merupakan  terbangunnya  pengetahuan- pengetahuan  baru  melalui  interaksi  dengan  lingkungan.  Hasil  belajar  doperoleh
siswa secara aktif dan mandiri. Hasil  belajar  yang  diperoleh  melalui  proses  belajar  dapat  berupa
kemampuan  baru  sama  sekali  maupun  penyempurnaan  atau  pengembangandari suatu kemampuan yang telah dimilik Winkel, 2004: 61. Misalnya, seorang anak
belaajr  berenang  pada  waktu  ia  duduk  di  bangku  seklah  dasar  dnegan  mengikuti pelajaran  renang  yang  diselenggrakan  oleh  Sekolah.  Pada  waktu  menjadi  siswa
Sekolah Menengah Pertama, anak itu dapat mempelajari beberapa gaya berenang yang lain seperti gaya kupu-kupu
Kingsley membedakan hasil belajar siswa individu menajdi tiga jenis yaitu: 1 keterampilan dan kebiasaaan, 2 pengetahuan dan pengertian, 3 sikap dan
cita-cita. Setiap golongan bisa diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah Sudjana, 1989: 45, dalam Deni Kurniawan, 2014: 9.
2.1.2 IPA Ilmu Pengetahuan Alam
13
2.1.2.1 Pengertian
Ilmu pengetahuan alam IPA sering disebut dengan singkat sebagai sains. Sains
Inggris:  Science  berasal  dari  kata  latin  “scientia”  yang  berarti  1 pengetahuan tentang, atau tahu tentang; 2 pengetahuan, pengertian, faham yang
benar dan mendalam. Ilmu merujuk ke: 1 studi sistematis, 2 tubuh pengetahuan yang terorganisasi, dan 3 pengetahuan teoritis. Sains atau ilmu pengetahuan alam
adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu Surjani, 2010: 11-12. Ilmu pengetahuan alam atau Sains adalah kumpulan pengetahuan dan
cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu Stone, dalam Agus, 2003 : 11. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan.
H. W. Fowler mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang  berhubugan  dengan  gejala-gejala  kebendaan  dan  didasarkan  terutama  atas
pengamatan  dan  induksi.  Sedangkan  Nokes  di  dalam  bukunnya  “Science  in Education”  menyatakan  bahwa  IPA  adalah  pengetahuan  teoritis  yang  diperoleh
dengan metode khusus Ahmadi, 2002:1. Dengan  demikian,  IPA  merupakan  ilmu  pengetahuan  tentang  gejala  alam
yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
2.1.2.2 Hakekat IPA
1. IPA sebagai Proses
IPA  sebagai  proses  menyangkut  proses-proses  atau  cara  kerja  untuk memperoleh  hasil  produk.  Proses-proses  inilah  dikenal  sebagai  proses  ilmiah
yang  berupa  kegiatan  ilmiah  yang  disebut  sebagai  inkuiripenyelidikan  ilmiah. Secara sederhana Nyoman, 1985-1986 : 8 mendefinisikan inkuiri ilmiah sebagai
usaha  mencari  pengetahuan  dan  kebenaran.  Keterampilan  proses  IPA  adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan Iskandar, 1997: 5. Ditinjau dari
tingkat  kerumitan  dalam  penggunaannya,  keterampilan  proses  IPA  dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan :
a Proses Dasar Basic Skills
Observing  mengamati,  inferring  menarik  kesimpulan,  measuring mengukur,
communicating mengkomunikasikan,
classifying mengelompokkan, predicting memprediksi.
14
b Proses Terintegrasi Integrated Skills dalam Moejiono dan Dimyati, 1992 : 16
Controlling  variables  pengontrolan  variabel,  formulating  hypothesi menyusun  hipotesis,  defining  operationally  menentukan  operasionalnya,
eksperimen,  formulating  model  membuat  model,  dan  mengiterpretasikan data.
2. IPA sebagai Produk
Produk  IPA  adalah  semua  pengetahuan  tentang  gejala  alam  yang  telah dikumpulkan  melalui  observasi.  Produk  IPA  yaitu  :  Fakta  adalah  data  dari  hasil
observasi berulang-ulang yang telah diketahui kondisinya. Konsep adalah ide atau gagasan yang digeneralisasikan atau diabstrakkan dari pengalaman. Prinsip adalah
generalisasi atau abstraksi dari konsep-konsep yang berhubungan. Hukum adalah generalisasi  dari  konsep-konsep  yang  berhubungan,  yang  digunakan  untuk
menjelaskan banyak gejala. Teori adalah model yang abstrak yang dapat digunakan untuk menjelakan berlakunya prinsip dan hukum.
3. IPA sebagai Sikap
Selama melakukan metode ilmiah melalui proses observasi, eksperimentasi dan  berpikir  rasional  diperlukan  sikap  ilmiah  seperti  jujur,  objektif,  terbuka,
komunikatif, dan sebagainya agar mencari hasilproduk IPA yang benar. Sikap  ilmiah  adalah  sikap  tertentu  yang  diambil  dan  dikembangkan  oleh
ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan Iskandar, 2001: 11. Sikap-sikap ilmiah meliputi :
a.  Objektif  terhadap  fakta.  Artinya  menyatakan  segala  sesuatu  tidak  dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.
b.  Tidak  tergesa-gesa  mengambil  kesimpulan  bila  belum  cukup  data  yang mendukung kesimpulan itu.
c. Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri.
d. Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat. e. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditujukan oleh ilmuwan dalam bentuk cara
kerja  yag  didasarkan  pada  sikap  penuh  pertimbangan,  tidak  ceroboh,  selalu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan
f. Sikap ingin menyelidiki atau keingintauhan Curiosity yang tinggi.
2.1.2.3 Fungsi dan sifat IPA
Ilmu pengetahuan alam atau sains secara pragmatis dapat ditinjau menurut fungsi-fungsinya  Surjani,  2010:  12-14.  Ada  beberapa  fungsi  pokok  sains  yang
dikumpulkan dari pendapat para pelaku, pengguna, dan pemirsa sains yaitu: 1.
Sains membantu manusia berpikir dalam pola sistematis. Sains  sangat  membantu  kita  berpikir  lebih  sistematis,  terutama  dalam  hal
menghadapi  permasalahan  di  dunia  dan  menyangkut  alam.  Belajar  dengan gaya  sains,  manusia  menjadi  lebih  logis  dan  lebih  membebaskan  diri  dari
pikiran-pikiran  mengenaai  mistik  dalam  menghadapi  gejala  alam.  Manusia lebih  menempatkan  segala  sesuatu  ke  dalam  pikiran  menurut  struktur  yang
logis dan lebih objektif sehingga menghindarkan masalah-masalah yang tidak perlu
2. Sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain antar
gejala alam. Sains merupakan kumpulan pengetahuan mengenai alam, kita dapat dengan
mudah merujuk ke penjelasan alam untuk menjelaskan gejala-gejala alam di sekitar kita. Kemampuan sains untuk “menjelaskan” kemungkinan karena
sains mempunyai sifat-sifat utama: 1
Analitis, yaitu dapat meneliti satiap bagian dari objek dengan seksama dan terstruktur.
2 Logis,  dapat  dipikirkan  dan  diamati  dengan  sederhana  dan  masuk  akal,
yang memberikan serangkaian sebab akibat dalam proses-prosesnya. 3
Sistematis,  urutan  penjelasan  harus  ada  dan  sifatnya  logis  serta berhubungan  dengan  sebab  akibat  tadi.  Selain  itu,  penjelasan  masing-
masing  bagian  adalah  hasil  dari  pengelompokan  atau  klasifikasi berdasarkan pemikiran logis, tidak berlawanan satu sama lain namun dapat
pula saling menunjang dan melengkapi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
4 Kausatif,  menjelaskan  gejala  alam  berdasarkan  penyebab-penyebabnya.
Kalau air dipanaskan mendidih, mengapa kalau tekanan darah tinggi dan tidak  terkontrol  manusia  bisa  terkena  stroke  dan  sebagainya.  Dengan
demikian setiap hukum dala ilmu alam merumuskan sebab akibat ini. 5
Kuantitatif,  artinya  dapat  diukur  dan  apa  yang  dilaporkan  dalam  bentuk angka-angka  dapat  dipercaya  secara  statistika.  Angka-angka  maupun
besaran ini merupakan hasil pengukuran dengan metode-metode IPA. 3.
Sains  dapat  digunakan  untuk  meramalkan  gejala  alam  yang  akan  terjadi berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari.
Salah satu sifat IPA adalah kausatif. Jika ada hukum alam berarti gejala alam dapat dijamin akan mengikuti hukum alam tersebut.
4. Sains  digunakan  untuk  menguasai  alam  dan  mengendalikannya  demi
kepentingan manusia. Serangkaian  pengamatan  serius  mengenai  gejala  alam  dan  dengan  demikian
sifat-sifatnya  diketahui  manusia,  manusia  akan  berusaha  mengatur  dan mengendalikan  alam  dengan  tujuan  tertentu  yang  berkaitan  dengan
kepentingan manusia sendiri. 5.
Sains  digunakan  untuk  melestarikan  alam  karena  sumbangan  ilmunya mengenai alam.
Pengamatan dan analisis yang mendalam mengenai alam, ilmuwan akan tahu sampai  di  mana  alam  dapat  dimanfaatkan  dan  sampai  di  mana  alam  justru
dirusak oleh aktivitas manusia.
2.1.3 Pendekatan Saintifik
2.1.3.1 Pengertian
Pendekatan  saintifik  merupakan  kerangka  ilmiah  pembelajaran  yang diusung  oleh  kurikulum  2013.  Pendekatan  saintifik  diyakini  sebagai  titian  emas
perkembangan  dan  pengembangan  sikap,  keterampilan  dan  pengetahuan  peserta didik.
Pendekatan  saintifik  adalah  proses  pembelajaran  yang  dirancang  sedemikian rupa  agar  peserta  didik  secara  aktif  mengonstruk  konsep,  hukum  atau  prinsip
melalui tahapan-tahapan
mengamati untuk
mengidentifikasi masalah,
17
merumuskan  masalah,  mengajukan  atau  merumuskan  hipotesis,  mengumpulkan data  dengan  berbagai  teknik,  menganalisis  data,  menarik  kesimpulan  dan
mengkomunikasikan  konsep,  hukum  atau  prinsip  yang  “ditemukan”  Hosnan, 2014: 34.
2.1.3.2 Langkah-langkah
Langkah-langkah  pada  pendekatan  ilmiah  scientific  approach  dalam proses  pembelajaran  pada  Kurikulum  2013  untuk  semua  jenjang  dilaksanakan
dengan  menggunakan  pendekatan  ilmiah  saintifik,  meliputi  lima  langkah pembelajaran Hosnan, 2014: 37-81.
1. Mengamati Observing
Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang
mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode observasi, siswa akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa keingintahuannya tentang fenmena
dan rahasia alam yang senantiasa menantang. Metode observasi mengedepankan pengamatan  langsung  pada  objek  yang  akan  dipelajari  sehingga  siswa
mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa.
Mengamati  observing  adalah  kegiatan  studi  yang  disengaja  dan  sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan. Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa mengamati objek yang
akan dipelajari.  Kegiatan belajarnya adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat tanpa atau dengan alat.
2. Menanya Questioning
Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Bertanya  dalam  kegiatan  pembelajaran  merupakan  kegiatan  guru  untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Selain  itu, kegiatan  bertanya  juga  dilakukan  oleh  siswa  dengan  mengajukan  pertanyaan
tentang  informasi  yang  tidak  dipahami  dari  apa  yang  diamati  atau  pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari
pertanyaan  faktual  sampai  ke  pertanyaan  yang  bersifat  hipotetik.  Model PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pembelajaran questioning merupakan pengembangan dari metode pembelajaran tanya jawab.
3. Mencoba Experimenting
Eksperimenmencoba  dapat  didefinisikan  sebagai  kegiatan  terinci  yang direncanakan  untuk  menghasilkan  data  untuk  menjawab  suatu  masalah  atau
menguji  sesuati  hipotesis.  Eksperimen  atau  percobaan  yang  dilakukan  tidak selalu  harus  dilaksanakan  di  dalam  laboratorium,  tetapi  dapat  dilakukan  pada
alam  sekitar.  Dalam  proses  pembelajaran  dengan  menggunakan  metode eksperimen,  siswa  diberikan  kesempatan  untuk  mengalami  sendiri  atau
melakukan  sendiri,  mengikuti  suatu  proses,  mengamati  suatu  objek, menganalisis,  membuktikan  dn  menarik  kesimpulan  sendiri  mengenai  suatu
objek keadaan atau proses tertentu. 4.
Menalar associating Istilah
“menalar” associating dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan
bahwa  guru  dan  peserta  didik  merupakan  pelaku  aktif.  Menalar  associating adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil
kegiatan  mengumpulkaneksperimen  maupun  hasil  dari  Kegiatan  mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan menalar, yaitu proses berpikir
yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh  simpulan  berupa  pengetahuan.  Aktivitas  menalar  dalam  konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pda  teori  belajar  asosiasi  atau  pembelajaran  asosiatif.  Istilah  asosiasi  dalam
pembelajaran  merujuk  pada  kemampuan  mengelompokkan  beragam  ide  dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi
penggalan memori. 5.
Membentuk Jejaring Networking Model networked adalah model pembelajaran berupa kerja sama antara siswa
dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran  yang disukainya atau  yang diminatinya sehingga siswa
secara  tidak  langsung  mencari  tahu  dari  berbagai  sumber.  Networked  model merupakan  rancangan  kurikulum  yang  berfilosofi.  Jika  dilaksanakandalam
19
pembelajaran  akan  memberikan  bekal  kepada  siswa  untuk  mampu  memfilter memilih seluruh kegiatan belajar melalui kacamata keahlian dan kemampuan
membuat hubungan internal dan mampu memandu ke jaringan kerja eksternal dari para ahli di lapangan atau bidang-bidang terkait. Networked adalah kegiatan
siswa  untuk  membentuk  jejaring  pada  kelas.  Kegiatan  belajarnya  adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya. Dyer  dalam  Widoyoko,  2015:  53-72  mengembangkan  pendektan  saintifik
scientific    approach  dalam  pembelajaran  yang  memiliki  komponen  proses pembelajaran antara lain:
1. Mengamati observing
Observasi  adalah  menggunakan  panca  indera  untuk  memperoleh  informasi. Pengamatan  dapat  dilakukan  secara  kualitatif  atau  kuantitatif.  Pengamatan
kualitatif mengandalkan panca indera dan hasilnya dideskripsikan secara naratif. Sementara  itu,  pengamatan  kuantitatif  untuk  melihat  karakteristik  benda  pada
umumnya  menggunakan  alat  ukur  karena  dideskripsikan  menggunakan  angka. Data  yang  diamati  dalam  observasi  sebaiknya  merupakan  variabe,  yakni  dataa
yang  bervariasi  untuk  sebuah  karakteristik.  Variabel  yang  akan  diamati  dapat merupakan variabel terikat atau variabel bebas. Variabel terikat meruakan variabel
yang  dipengaruhi  oleh  variabel  bebas  yang  terkait,  sedangkan  variabel  bebas adalah variabel yang diubah dalam sebuah eksplorasi atau percobaan. Pengamatan
yang  dilakukan  tidak  terlepas  dari  keterampilan  lain,  seperti  melakukan pengelompokan  dan  membandingkan.  Kegiatan  mengamati  sebuah  fenomena
alam  atau  fenomena  social  dapat  ditugaskan  pada  siswa,  misalnya  mengamati tingkah laku hewan peliharaan, mengamati benda atau hewan apa saja yang ada
di sekitar rumah. Ketika melakukan suatu penyelidikan, diperlukan kemampuan mengamati  yang  lebih  teliti,  bahkan  mungkin  menggunakan  alat  ukur.
Pengamatan  yang  cermat  sangat  dibutuhan  untuk  dapat  menganaisis  suatu permasalahan atau fenomena.
2. Menanya questioning
Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pernyataan terkait dengan topik  yang akan  depelajari.  Aktivitas  belajar  ini  sangat  penting  untuk  meningkatkan
20
keingintahuan  curiosity  dalam  diri  siswa  dn  mengembangan  kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat. Guru perlu mengajukan pertanyaan salam
upaya  memotivasi  siswa  untuk  mengajukan  pertanyaan.  Salah  satu  cara  untuk melatih siswa dalam mengajukan pertanyaan adalah menggunakan metode inkuiri
Suchman.  Pertanyaan  yang  diajukan  dapat  menggiring  siswa  untuk  melakukan sebuah pengamatan yang lebih teliti. Pertanyaan tentang kondisi atau fenomena
alam  atau  fenomena  sosial  perlu  dikembangkan  dalam  proses  belajar  mengajar sehingga siswa memiliki keingintahuan  dan minat untuk belajar secara mandiri.
Aktivitas  belajar  yang  dapat  dilakukan  untuk  menjawab  pertanyaan  tersebut melibatkan proses  pengamatan  yang dipandu dengan menggunakan pertanyaan.
Pertanyaan  juga  dapat  diajukan  oleh  siswa  atau  setelah  mempelajari  sebuah konsep dalam kaitannya dengan aplikasi dari konsep yang dipelajari. Siswa perlu
dimotivasi untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan pengetahuan yang telah dipelajarinya. Kegiatan untuk mengaktifkan siswa untuk bertanya dapat dilakukan
dengan  berbagai  metode  atau  teknik,  misalnya  dengan  meminta  mereka merumuskan  beberapa  pertanyaan  yang  akan  digunakan  dalam  melakukan
pengumpulan data melalui kegiatan wawancara. 3.
Melakukan percobaan experimenting Belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam
melakukan  aktivitas  menyelidiki  fenomen  dalam  upaya  menjawab  suatu permasalahan.  Guru  perlu  mengarahkan  siswa  dalam  merencanaan  aktivitas,
melaksanakan  aktivitas,  dan  melaporkan  aktivitas  yang  telah  dilakukan.  Pada tahap  persiapan  pembelajaran,  guru  bertindak  sebagai  pengarah  atau  pengelola
kegiatan belajar dengan melakukan hal-hal antara lain: a.
Mengembangkan keingintahuan dan minat siswa dalam mempelajari topik kajian
b. Mengajukan pertanyaan atau membantu siswa mengembangkan pertanyaan
yang  relevan  dengan  topik  dan  harus  diselesaikan  dengan  melaksanakan kegiatan penyelidikan atau percobaan
c. Mengarahkan  pengembangan  rencana  penyelidikan  atau  percobaan  oleh
siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
d. Mendeskripsikan atau membantu siswa memilih atau mencari peralatan dan
bahan  yang  dibutuhkan  untuk  melaksanakan  kegiatan  penyelidikan  atau percobaan
e. Menyatakan lamanya waktu dan hasil yang diharapkan dengan pelaksanaan
kegiatan penyelidikanpercobaan Peran guru ketika siswa melaksanakan kegiatan penyelidikan adalah:
a. Memfasilitasi atau membantu siswa menggunakan bahan dan peralatan
b. Mendiskusikan ide dalam pelaksanaan penyelidikan yang menantang siswa
untuk berpikir kritis. Pada  tahap  akhir,  guru  perlu  melakukan  koordinasi  agar  siswa  dapat
menyampikan  hasil  penyelidikannya  kepada  teman  atau  kelompok  lain. Pada tahap ini tindakan guru adalah:
a. Mendorong siswa untuk berbagi hasil penyelidikan
b. Berdiskusi  dengan  siswa  atau  mengarahkan  mereka  dalam  membuat
kesimpulan atau “menemukan” konsep. Sebuah  percobaan  juga  dapat  dilakukan  untuk  memancing  minat  siswa
menyelidiki  fenomena  alam  yang  diamati  ketika  melakukan  percobaan,  tanpa dimulai  dengan  pengajuan  pertanyaan  terlebih  dahulu.  Pertanyaan  diajukan
ketika percobaan sedang dilakukan. 4.
Mengasosiasikanmengolah informasimenalar associating Kemampuan  mengolah  informasi  melalui  penalaran  dan  berpikir  rasional
merupakan  kompetensi  penting  yang  harus  dimiliki  oleh  siswa.  Informasi  yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk
menemukan  keterkaitan  satu  informasi  dengan  informasi  lainnya,  menemukan pola  dari  keterkaitan  informasi  dan  mengambil  berbagai  kesimpulan  dari  pola
yang ditemukan. Pengolahan informasi membutuhkan kemampuan logika ilmu menalar.  Menalar  adalah  aktivitas  mental  khusus  dalam  melakukan  inferensi.
Inferensi adalah menarik kesimpulan berdasarkan pendapat premis, data, fakta, atau informasi.
Dasar  pengolahan  informasi  berdasarkan  metode  ilmiah  adalah  melakukan penalaran secara empiris. Penalaran empiris didasarkan pada logika iduktif, yaitu
22
menalar  dari  hal  khusus  seperti  fakta,  data,  informasi,  pendapat  dari  pakar. Kesimpulan  dibuat  berdasarkan  bukti-bukti  empiris  tersebut.  Penalaran  yang
sering  dilakukan  adalah  penalaran  deduktif,  yakni  menggunakan  logika  maju berdasarkan observasi umum premis mayor ke observasi khusus atau pernyataan
premis minor yang mengarah pada kesimpulan khusus. Upaya  untuk  melatih  siswa  dalam  melakukan  penalaran  dapat  dilakukan
dengan meminta mereka untuk menganalisis data yang telah diperoleh sehingga mereka  dapat  menemukan  hubungan  antar  variabel,  atau  dapat  menjelaskan
tentang data berdasarkan teori  yang ada, menguji hipotesis yang telah diajukan, dan membuat kesimpulan.
5. Mencipta serta membentuk jejaring networking
Jaringan sangat dibutuhkan dalam belajar dari aneka sumber, mengembangkan diri,  dan  memperoleh  pekerjaan.  Kemampuan  untuk  membangun  jaringan  dan
berkomunikasi  perlu  dimiliki  oleh  siswa  karena  kompetensi  tersebut  sama pentingnya  dengan  pengetahuan,  keterampilan,  dan  pengalaman.  Bekerja  sama
dalam  sebuah  kelompok  merupakan  salah  satu  cara  membentuk  kemampuan siswa untuk dpat membangun jaringan dan berkomunikasi. Kompetensi penting
dalam  membangun  jaringan  adalah  keterampilan  intrapersonal,  keterampilan interpersonal,
dan keterampilan
organisasional sosial.
Keterampilan intrapersonal  terkait  dengan  kemampuan  seseorang  mengenal  keunikan  dirinya
dalam  memahami  dunia.  Keterampilan  interpersonal  adalah  kemampuan  untuk berhubungan  dengan  orang  lain.  Sedangkan  keterampilan  organisasional
keterampilan  sisial  adalah  kemampuan  untuk  berfungsi  dalam  struktur  sosial sebuah organisasi atau sistem sosial.
Keterampilan intrapersonal, interpersonal, dan organisasional merupakan soft skill yang sangat dibutuhkan untuk membangun jaringan agar dapat sukses dalam
kehidupan. Seorang siswa yang memiliki soft skill yang baik akan dapat menjalin kerja sama, mampu mengambil inisiatif, berani mengambi keputusan, dan gigih
dalam belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.1.4 Lembar Kerja Siswa LKS
2.1.4.1 Pengertian LKS  adalah  panduan  siswa  yang  digunakan  untuk  melakukan  kegiatan
penyelidikan  atau  pemecahan  masalah.  Lembar  kegiatan  siswa  dapat  berupa panduan  untuk  latihan  pengembangan  aspek  kognitif  maupun  panduan  untuk
pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Komponen-komponen LKS meliputi judul eksperimen, teori singkat
tentang  materi,  alat  dan  bahan,  prosedur  eksperimen,  dan  pengamatan  serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi Trianto, 2009: 222-223.
Lembar kerja siswa LKS merupakan panduan siswa yang biasa digunakan dalam kegiatan observasi, eksperimen, maupun demonstrasi untuk mempermudah
proses penyelidikan atau pemecahan suatu permasalahan Trianto, 2011. Lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang
akan  dilaksanakan  oleh  siswa  secara  aktif.  Kegiatan  tersebut  dapat  berupa pengamatan, eksperimen dan pengajuan pertanyaan Trianto, 2010: 243.
LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru  sebagai  fasilitator  dalam  kegiatan  pembelajaran.  LKS  yang  disusun  dapat
dirancang  dan  dikembangkan  sesuai  dengan  situasi  dan  kondisi  kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi Rohaeti, dkk., 2009.
2.1.4.2 Fungsi Fungsi LKS adalah 1 sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi pem-
belajaran yang efektif, 2 sebagai alat bantu untuk melengkapi proses pembelajaran supaya lebih menarik perhatian siswa, 3 untuk mem-percepat proses pembelajaran
dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru, 4  siswa  lebih  banyak  mela-kukan  kegiatan  belajar  sebab  tidak  hanya
mendengarkan  uraian  guru  tetapi  lebih  aktif  dalam  pembela-jaran,  5 menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa, dan 6
untuk memper-tinggi mutu pembelajaran, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan  tahan  lama,  sehingga  pelajaran  mem-punyai  nilai  tinggi  Sudjana,  dalam
Djamarah  Zain, 2000. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.1.4.3 Jenis-jenis LKS LKS  yang  disusun  dengan  materi  dan  tugas-tugas  tertentu  yang  dikemas
sedemikian  rupa  untuk  tujuan  tertentu.  Karena  adanya  perbedaan  maksud  dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing LKS tersebut, hal ini berakibat pada
jenis  LKS  yang  bermacam-macam  Prastowo,  2014:  271.  Lima  jenis  LKS  yang biasa digunakan oleh siswa di antarnya:
1 LKS penemuan membantu siswa menemukan suatu konsep Sesuai dengan
prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya.
2 LKS  yang  aplikatif-integratif  membantu  siswa  menerapka  dan
mengintergrasikan berbagai konsep yang telahditemukan 3
LKS yang penuntun berfungsi sebagai penutun belajar 4
LKS yang penguatan berfungsi sebagai penguatan 5
LKS yang praktikum berfungsi sebagai petunjuk praktikum
2.1.4.4 Langkah-langkah penyusunan LKS Langkah-langkah  penyusunan  LKS  ada  beberapa  langkah  yang  harus
diperhatikan, antara lain Prastowo, 2014: 275. 1
Melakukan Analisis Kurikulum Analisis kurikulum tematik merupakan langkah pertama dalam penyususnan
LKS.  Langkah  ini  dimaksudkan  untuk  menemukan  materi  pokok  dan pengalaman belajar yang memerlukan bahan ajar LKS.
2 Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui materi yang harus ditulis  dalam  LKS,  serta  melihat  sekuensi  atau  urutan  dari  LKS.  Sekuensi
berguna untuk menentukan prioritas penulisan materi. 3
Menentukan Judul-judul LKS Penentuan judul LKS dilakukan atas dasar tema sentral dan pokok bahasanya
diperoleh  dari  hasil  pemetaan  kompetensi  dasar,  materi  pokok  atau pengalaman belajar atara mata pelajaran.
4 Penulisan LKS
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menulis LKS, sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
a. Merumuskan indicator san pengalaman belajar antar mata pelajaran dari
tema sentral yang telah ditemukan. b.
Menentukan alat penilaian. Penilaian dapat dilakukan terhadap proses dan hasil  kerja  peserta  didik,  karena  pendekatan  yang  digunakan  adalah
kompetensi,  di  mana  penilaiannya  didasarkan  pada  penguasaan kompetensi,  maka  alat  penilaian  yang  cocok  dan  sesuai  adalah
menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan PAP. c.
Menyusun materi. Untuk menyusun materi LKS, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti isi, materi LKS dan tugas yang diberikan.
Pembuatan  materi  LKS  sangat  bergantung  pada  kompetensi  dasar  yang akan  dicapai.  Materi  LKS  dapat  berupa  informasi  pendukung,  yaitu
gambar umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat  diambil  dari  berbagai  sumber,  seperti  buku,  majalah,  internet  dan
jurnal hasil penelitian. Sumber-sumber tersebut dapat ditulis di dalam LKS sebagai  referensi  agar  peserta  didik  dapat  membaca  lebih  jauh  tentang
materi  tersebut.  Selain  itu,  tugas  harus  ditulis  secara  jelas  untuk mengurangi  pertanyaan-pertanyaan  yang  dapat  diajukan  oleh  peserta
didik. d.
Memperhatikan  struktur  LKS.  Langkah  terakhir  dalam  penyusunan  dan pengembangan LKS adalah memperhatikan struktur LKS.  LKS tersusun
atas enam komponen yaitu judul, petunjuk belajar , kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas  langkah-langkah kerja, serta
penilaian. Oleh karena itu, dalam  penyusunan LKS harus memuat keenam komponen inti agar menjadi sebuah LKS yang baik.
2.1.4.5 Manfaat LKS LKS  memiliki  berbagai  manfaat  Lismawati,  2010:  40.  Berikut  ini  akan
diuraikan manfaat dari LKS. Berikut ini akan diuraikan manfaat dari LKS. 1.
Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus.
26
2. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan
mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis.
3. Dapat  memaparkan  kata-kata,  angka-angka,  notasi  music,  gambar  dan
dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat. 4.
Secara  ekonomis  lebih  hemat  dibandingkan  dengan  media  pembelajaran yang lainnya.
2.1.5 Materi Gaya, gerak dan energi
2.1.5.1 Pengertian Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda. Gaya
dapat menimbulkan posisi, gerak, atau perubahan bentuk pada benda. 2.1.5.2 Macam-macam Gaya
Gaya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu 1. Gaya kontak adalah gaya yang bekerja langsung pada benda. Contohnya
adalah gaya otot, gaya pegas, dan gaya gesek. 2. Gaya nonkontak adalah gaya yang bekerja antara dua benda, tetapi kedua
benda  itu  tidak  bersentuhan  secara  langsung.  Contohnya  adalah  gaya magnet, gaya listrik, dan gaya gravitasi bumi.
Berikut di bawah ini pengertian dari macam-macam gaya. 1.
Gaya Gravitasi Gaya gravitasi adalah gaya  yang sangat kuat  yang membuat bumi tetap pada
porosnya. Karena gaya gravitasi bumi inilah isi dunia tidak terlempar ke udara. Gaya  gravitasi  akan  berpengaruh  terhadap  bentuk  dan  gerak  suatu  benda.
Semua benda yang dilemparkan ke udara pasti akan jatuh ke bumi. Pengaruh gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah.
2. Gaya Gesek
Gaya  gesek  adalah  gaya  yang  ditimbulkan  oleh  dua  benda  yang  saling bergesekkan
3. Gaya Tarik
Gaya  tarik  adalah  gaya  yang  diberikan  seseorang  kepada  benda  agar  benda dapat tertarik.
27
4. Gaya Dorong
Gaya dorong adalah gaya yang diberikan seseorang kepada benda agar benda itu dapat terlempar.
2.1.5.3 Gaya Mempengaruhi Bentuk Benda Bentuk  suatu  benda  dapat  berubah  jika  dikenai  gaya.  Perubahan  bentuk
tersebut bergantung pada besar kecilnya gaya. Beberapa contoh berikut menjelaskan bahwa gaya mengubah bentuk suatu benda.
Tanah  liat  merupakan  bahan  lunak  yang  dapat  digunakan  untuk  membuat berbagai  benda  seperti  pot  bunga,  genting,  dan  gelas.  Tanah  liat  dapat  berubah
bentuk menjadi berbagai benda karena mendapat gaya tekan dari jari-jari kita. Contoh  lainnya  adalah  mobil  yang  ditabrak  akan  berubah  bentuk.  Ketika
ditabrak,  mobil  mendapat  gaya  dorong  dari  mobil  lainnya  sehingga  bagian  mobil yang mendapat gaya dorong akan berubah bentuk menjadi penyok.
2.1.5.4 Gaya Memengaruhi Gerak Suatu Benda 1. Berbagai  Gerak  Benda
Benda  bergerak  berarti  benda  itu  bergeser  dari  tempat  semula.  Benda dapat bergerak  karena  adanya  gaya.  Gaya  adalah  bentuk  tarikan  dan  dorongan  yang
diberikan  pada  benda.  Hal  ini  dapat  menyebabkan    perpindahan  benda. Pengaruh
gaya terhadap benda yang bergerak akan dijelaskan sebagai berikut. Bermacam-macam gerakan benda,  misalnya bergeser, berputar, dan melayang. Kelereng yang kita dorong
akan bergerak menggelinding.  Meja  yang  kita  dorong  akan  bergerak  dengan  cara bergeser.  Benda-benda  tersebut  dapat  bergerak  karena  mendapatkan  gaya.  Gaya
dapat diberikan pada benda yang diam dan benda bergerak. 2. Gaya  Memengaruhi  Benda  Diam
Benda yang diam dapat bergerak karena mendapatkan gaya. Bola  yang  diam dapat  bergerak  saat  ditendang.  Pintu  yang  diam  dapat  bergerak  saat  kita  tarik.
Tidak semua benda akan bergerak ketika mendapatkan gaya. Seorang anak kecil tidak dapat  memindahkan lemari berukuran besar. Meskipun ia mendorong lemari
itu sekuat tenaga. Gaya untuk menggerakkan benda harus sebanding dengan berat benda.  Lemari  besar  dapat  bergerak  jika  didorong  beberapa  orang  dewasa.
Artinya, gaya yang besar dibutuhkan untuk menggerakkan benda berat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3. Gaya  Memengaruhi  Benda  Bergerak Besar  gaya  yang.  Benda  yang  bergerak  juga  dapat  dipengaruhi  oleh  gaya.
Kelereng yang menggelinding dapat berhenti saat ditahan dengan tangan. Benda yang bergerak  dapat  diam  ketika  mendapatkan  gaya.  Gaya  juga  dapat  membuat benda
bergerak  lebih  cepat.  Mobil  mogok  bergerak  lebih  cepat  jika  didorong  10  orang daripada  5  orang.  Benda  bergerak  juga  dapat  berubah  arah  dengan  adanya  gaya.
Dapatkah kamu menyebutkan contohnya? Dibutuhkan sebanding dengan berat benda yang akan digerakkan. Benda  bergerak dapat diam, dapat bergerak makin cepat,
atau berubaharah dengan adanya  gaya.
2.1.6 Karakteristik Siswa
Karakteristik peserta didiksiswa yang paing penting untuk diketahui adalah kemampuan  kognitif  intelektual,  minat,  perkembangan  bahasa,  dan  gaya
belajarnya. Guru perlu memperhatikan apakah siswa senang membaca gaya belajar membaca,  berdiskusi  gaya  belajar  auditori,  melihat  tayangan  gaya  belajar
visual,  atau  bergerak  gaya  belajar  kinestetik.  Jika  siswa  senang  berdiskusi, metode  belajar  kooperatif  atau  mencari  informasi  melalui  wawancara  dengan
narasumber  mungkin  akan  lebih  efektif.  Karakteristik  siswa  terkait  dengan perkembangan siswa yang mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial.
Sebagai contoh, perkembangan siswa kelas IV  untuk empat aspek tersebut adalah sebagai berikut Abdullah, 2015: 262-263.
2.1.6.1 Aspek fisik. Pertumbuhan otot besar, koordinasi, dan keseimbangan sudah
berkembang  sehingga  siswa  lebih  aktif  dan  kegiatan  belajar  sebaiknya melibatkan aktivitas fisik.
2.1.6.2 Aspek intelektual: siswa memiliki keterampilan akademik dan minat yang
berbeda,  masih  berpikir  konkret,  rentang  konsentrasi  bertambah, mengekspresikan perasaan melalui tulian, dan senang berbagi pikiran.
2.1.6.3 Aspek  emosional:  siswa  senang  mencontoh  orang  lain,  bersikap
menerima,  memperlihat  tanggung  jawab,  membandingkan  diri  sendiri dengan orang lain.
29
2.1.6.4 Aspek  sosial:  siswa  senang  berkelompok,  tidak  suka  dibandingkan,
memahami aturan dan konsekuensi dan memiliki rasa ingin tahu tentang diri sendiri.
Guru harus bijaksana dalam membuat perangkat pembelajaran berdasarkan karakteristik  siswa  tersebut,  misalnya  dalam  merencanakan  aktivitas  bergerak
dalam belajar, mengatur siswa untuk belajar berkelompok, dan merancang kegiatan menulis laporan atau hasil pengamatan.
Ciri-ciri  perkembangan  fisik  siswa  SD  pada  umumnya  ditandai  dengan pertumbuhan  fisik  yang  telah  mencapai  kematangan,  telah  mampu  mengontrol
tubuh dan keseimbangannya, secara umum siswa SD telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai
belajar  tentang  benar  dan  salah.  Sementara  itu,  perkembangan  intelektualnya ditunjukkan  dengan  kemampuannya  dalam  mengelompokkan  objek,  berminat
terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami  sebab  akibat  dan  berkembangnya  pemahaman  terhadap  ruang  dan
waktu Abdullah, 2015: 264. 2.2
Penelitian yang relevan Penelitian  terdahulu  yang  dapat  menunjukkan  bahwa  penelitian  ini  masih
relevan untuk dilaksanakan,  yakni  penelitian  yang dilakukan oleh  Mbetu  2016,
Mustofa 2013,
Pratiwi  2014, dan
Ningtyas 2015,
Edeltrudis 2012, dan Bulan 2012
.
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Mbetu  2016  bertujuan  untuk  menghasilkan produk  berupa  Lembar  Kerja  Siswa  menggunakan  pendekatan  saintifik  pada
subtema bermain di rumahh teman untuk siswa kelas II sekolah dasar. Berdasarkan hasil validasi dua pakar kurikulum SD 2013 menunjukkan skor 3,87 baik dan 4,00
baik, dua guru SD kelas II menghasilkan skor 3,44 baik dan 3,93 baik. Lembar kerja siswa tersebut memperoleh rerata skor 3,81 dengan kategori “baik”. Hal ini
menunjukkan  Lembar  Kerja  Siswa  menggunakan  Pendekatan  Saintifik  yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran
di kelas II sekolah dasar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Mustofa  2013  bertujuan  untuk mengembangkan  Lembar  Kerja  Siswa  Berbasis  Observasi  Pada  Taman  Sekolah
Sebagai Sumber Belajar Sain. Hasil penelitian ini menunjukan penilaian kelayakan LKS  oleh  pakar  materi  sebesar  90  sangat  layak,  pakar  desain  sebesar  96
sangat layak, dan guru sebesar 93,18 sangat layak. Hasil pengujian LKS pada kelas skala kecil kelas IVB menunjukan rata-rata aktivitas siswa sebesar 94,6 ,
siswa tuntas belajar sebanyak 90, dengan rata-rata nilai sebesar 7,08. Berdasarkan hasil penilaian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis observasi
taman  sekolah,  layak  untuk  digunakan  sebagai  bahan  ajar  sains  di  SDN  1 Tinjomoyo Semarang.
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Pratiwi  2014  bertujuan  untuk mengembangan  Lembar  Kerja  Siswa  Berbasis  Pendekatan  Scientific  pada  Tema
Berbagai  Pekerjaan  di  Kelas  IV.  Hasil  uji  coba  dalam  tahap  pengembangan menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang ditunjukkan oleh hasil validasi
ahli yang menunjukkan nilai 4,67, sedangkan keefektifan pembelajaran ditunjukkan dengan  penghitungan  normal  yang  menunjukkan  52,5  siswa  memperoleh  nilai
yang  cukup  efektif,  respon  siswa  terhadap  pembelajaran  adalah  positif  dengan 94,12 siswa menilai positif terhadap pelaksanaan pembelajaran, nilai kinerja dan
produk  ditunjukkan  dari  rata-rata  keseluruhan  penilaian  kinerja  dan  produk  dari setiap sekolah adalah 3,7 sehingga dapat dikategorikan baik. Kriteria kinerja dan
produk  siswa  yang  dinilai  dalam  penelitian  ini  meliputi  kegiatan  mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.
Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas 2015 bertujuan untuk mengetahui kualitas media LKS berbasis metode percobaan ditinjau dari aspek desain dan aspek
penyajian, mengetahui kualitas materi LKS berbasis metode percobaan ditinjau dari aspek  isi  dan  aspek  pembelajaran  berbasis  percobaan,  mengetahui  repon  siswa
terhadap LKS berbasis percobaan, mengetahui hasil nilai evaluasi dari kelas kontrol dan  kelas  eksperimen,  mengetahui  efektivitas  produk  LKS  IPA  berbasis  metode
percobaan pada pembelajaran di sekolah. Hasil penelitian pengembangan kualitas
media  ditinjau  dari  aspek  desain  menurut  ahli  materi  1  dan  ahli  materi  2 memperoleh skor 92 dan 90 dengan rata-rata skor 91 memiliki kriteria baik
sekali. Kualitas ahli media ditinjau dari aspek penyajian menurut ahli media 1 dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ahli media 2 memperoleh skor 89 dan 87 dengan rata-rata skor 88  dengan kriteria baik sekali. Hasil kualitas materi ditinjau dari aspek isi menurut ahli materi
1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92 dan 87 dengan rata-rata skor 89,5 memiliki  kriteria  baik  sekali.  Kualitas  materi  ditinjau  dari  aspek  pembelajaran
berbasis percobaan menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92 dan 85 dengan rata-rata skor 88,5 memiliki kriteria baik sekali. Rata-rata hasil
evaluasi  kelas  kontrol  memiliki  kriteria  cukup  yaitu  65,45  dan  rata-rata  hasil evaluasi kelas eksperimen memiliki kriteria baik sekali yaitu 85,96. Hasil dari uji
normalitas memperoleh nilai signifikansi 0,897 dan 0,797  0,05 data berdistribusi normal.  Hasil  uji  homogenitas  memperoleh  nilai  signifikansi  0,856    0,05  data
bersifat  homogen.  Hasil  uji  hipotesis  pada  uji  t  diperoleh  nilai  signifikansinya adalah  0,000    0,05.  Maka  dapat  disimpulkan  ada  perbedaan.  Kesimpulan  dari
penelitian  ini  adalah  bahwa  ada  perbedaan  nilai  antara  kelas  kontrol  dan  kelas eksperimen yang menggunakan LKS berbasis metode percobaan.
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Edeltrudis  2012  bertujuan  untuk mengembangkan  LKS  dengan  menggunakan  pendekatan  saintifik  pada
pembelajaran  hasil  penelitian  menunjukkan  bahawa  LKS  dengan  menggunakan pendekatan saintifik layak digunakan dengan validasi berpedoman pada 16 aspek
yaitu 1 kelengkapan unsur-unsur LKS, 2 rumusan petunjukinstruksi LKS, 3 rumusan  kegiatan  pembelajaran  dalam  LKS,  4  ketercapaian  indicatortujuan
pembelajaran  dalam  kegiatan  pembelajaran,  5  bahasa  yang  digunakan  dalam LKS, 6 tampilan LKS, 7 penggunaan kata Tanya mengapa dan bagaimana dalam
LKS, 8 menanya, 9 mengamati, 10 mencoba, 11 menganalisis, 12 menalar, 13  mengomunikasikan,  14    keterpaduan  antar  mata  pelajaran,  15  suasana
pembelajaran, dan 16 reflekasi. Hasil validasi dua ahli media LKS menghasilkan skor 3,93 baik dan 4,06 baik. Validasi dari dua guru kelas menghasilkan skor
4,12  baik  dan  3,93  baik.  LKS  menggunakan  pendekatan  saintifik  tersebut menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori
“baik”.  Hal  ini  menunjukkan  LKS  menggunakan  pendekatan  saintifik  yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalamkegiatan pembelajaran
di kelas II sekolah dasar dengan revisi yang sesuai saran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Penelitian yang dilakukan oleh Bulan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan  LKS  dengan  menggunakan  model  pembelajaran  berbasis
masalah.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  LKS  bergambar  layak  digunakan untuk pembelajaran materi cara menjaga kerukunan untuk kelas V sekolah dasar.
Hal  tersebut  ditunjukkan  oleh:  1  hasil  dari  penilaian  ahli  materi,  kualitas  LKS ditinjau dari identitas atau judul LKS, kompetensi dasar yang akan dicapai waktu
penyelesaian,  peralatan  atau  bahan  yang  dibutuhkan,  informasi  singkat,  langkah kerja,  tugas  yang  harus  dilakukan  laporan  yang  ahrus  dikerjakan,  masalah  yang
ditampilkan, aspek yang dikembangkan penguasaan EYD dan bagaimana tampilan dari
LKS tersebut termasuk dalam kategori “Baik” dengan rata-rata skor sebesar 3,8 dan 4,09 lembar kerja siswa layak untuk digunakan.
Gambar 2.1 Penelitian yang relevan Berdasarkan keenam penelitian terdahulu, peneliti menyimpulkan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengembangan LKS berbasis pendekatan  saintifik  masih  relevan  untuk  diteliti.  Perbedaan  penelitian  ini
dengan  penelitian  terdahulu  adalah  metode  atau  pendekatan  yang  digunakan. Pengembangan LKS berbasis Pendekatan Saintifik
Ningtyas 2015 LKS, Metode
Percobaan, IPA, Kelas V
Bulan 2012 LKS, Berbasis Masalah,
subtema cara menjaga kerukunan untuk kelas V
Edeltrudis 2012 LKS, Pendekatan
Saintifik, subtema hewan di sekitarku
untuk siswa kelas dua Mbetu 2016
LKS, Pendekatan Saintifik, Subtema
bermain di Rumah teman Kelas II
Pratiwi 2014 Pengembangan Lembar
Kerja Siswa Berbasis Pendekatan Saintifik
pada Tema Berbagai Pekerjaan di Kelas IV
Mustofa 2014 Pengembangan Lembar
Kerja Siswa Berbasis Observasi Pada Taman
Sekolah Sebagai Sumber Belajar Sain di
SDN 1 Tinjomoyo
33
Keunikan  yang  dimiliki  penelitian  ini  adalah  menggunakan  lima  tahapan pendekatan saintifik dan empat karakteristik umum LKS dalam setiap kegiatan
yang terdapat pada LKS. LKS ini juga dilengkapi dengan gambar dan petunjuk yang menuntun siswa pada kegiatan selanjutnya.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran  merupakan  usaha  yang  dilakukan  guru  dalam  mengelola kegiatan  belajar  dalam  mencapai  tujuan  pembelajaran.  Keterbatasan  media
pembelajaran,  yaitu  penggunaan  lembar  kegiatan  siswa  LKS  sebagai  sumber belajar, sarana pembelajaran yang belum sebanding dengan jumlah siswa sehingga
pembelajaran berpusat pada guru, berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini manjadi pertimbangan untuk mengembangkan pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran  yang  efektif  dan  terpadu  dilakukan  dengan  memperhatikan karakteristik siswa, standar dan tujuan pembelajaran, strategi, media dan kesesuaian
konteks  pembelajaran  serta  evaluasi  hasil  belajar  siswa.  Pengelolaan  strategi pembelajaran melalui pemilihan metode mengajar tertentu dalam mencapai tujuan
pembelajaran akan mempengaruhi media yang digunakan. Lembar  kerja  siswa  LKS  berbasis  pendekatan  saintifik  dapat  menjawab
kebutuhan guru dan siswa. Pendekatan saintifik sangat menekankan pada keaktifan siswa  dalam  lingkungan  belajar  yang  sudah  dirancang  sedemikian  rupa  dengan
memberikan  ruang  kepada  siswa  untuk  mengembangkan  kemampuannya  secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
untuk  mengidentifikasi  masalah,  merumuskan  masalah,  mengajukan  atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data,  menarik  kesimpulan  dan  mengkomunikasikan  konsep,  hukum  atau  prinsip yang “ditemukan”.
Berdasarkan  hasil  analisis  kebutuhan  yang  dilakukan  oleh  peneliti  di  SD Negeri  Perumnas  Condongcatur  telah  menggunakan  Kurikulum  2013,  guru
memiliki  kesulitan  dalam  menerapkan  pendekatan  saintifik  dalam  pembelajaran. Ketika  guru  bertanya  kepada  siswa,  sebagian  besar  siswa  diam  dan  tidak  dapat
menjawab  pertanyaan  dari  guru  dengan  tepat.  Keaktifan  siswa  dalam  mengikuti pembelajaran masih kurang terlihat, sehingga kegiatan belajar mengajar didominasi
34
oleh guru yang menjelaskan materi kepada siswa. Setelah guru menjelaskan materi, siswa diminta untuk mengerjakan soal yang terdapat di LKS. LKS yang digunakan
oleh  guru  dan  siswa  berupa  LKS  yang  biasa  digunakan  pada  umumnya,  LKS tersebut  masih  berisi  materi  dan  soal-soal  latihan  sehingga  mempermudah  siswa
mengerjakannya selain itu LKS masih kurang melibatkan siswa untuk aktif. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan LKS yang sesuai dengan Kurikulum 2013.
Berdasarkan  hal  tersebut,  peneliti  berusaha  mengembangkan  LKS menggunakan  pendektan  saintifik  yang  sesuai  dengan  Kurikulum  SD  2013  pada
materi daur hidup jenis makhluk hidup. Adapun tahapan kegiatan saintifik dalam LKS
tersebut adalah  mengamati,
menanya,  menalar,  mencoba,  dan mengomunikasikan.
2.4 Pertanyaan penelitian 2.4.1  Bagaimana  mengembangkan  Lembar  Kerja  Siswa  LKS    IPA  berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi? 2.4.2  Bagaimana  jika  langkah-langkah  pendekatan  saintifik  ditambahkan  pada
pengembangan Lembar Kerja Siswa LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi?
2.4.3  Bagaimana  kualitas  produk  Lembar  Kerja  Siswa  LKS  IPA  berbasis pendekatan  saintifik  untuk  siswa  kelas  IV  materi  gaya,  gerak  dan  energi
sampai pada uji coba terbatas? 2.4.4  Bagaimana  dampak  penggunaan  Lembar  Kerja  Siswa  LKS  IPA  berbasis
pendekatan  saintifik  untuk  siswa  kelas  IV  materi  gaya,  gerak  dan  energi terhadap proses belajar siswa?
2.4.5  Bagaimana  dampak  penggunaan  Lembar  Kerja  Siswa  LKS  IPA  berbasis pendekatan  saintifik  untuk  siswa  kelas  IV  materi  gaya,  gerak  dan  energi
terhadap hasil post test siswa? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III METODE PENELITIAN