9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori yang medukung penelitian ini. Adapun beberapa teori pendukung penelitian diuraikan di bawah ini.
2.1.1 Teori-teori yang mendukung
Teori belajar yang mendukung pendekatan saintifik yang sangat relevan ada tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget dan teori Vygotsky.
2.1.1.1 Teori Belajar Bruner
Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Brune Carin, 1975. Pertama, individu hanya
belajar dengan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa
memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan instrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-
teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan
memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik
Hosnan, 2014: 35. 2.1.1.2
Teori Belajar Piaget Anak mengalami perkembangan kognitif yang bertahap. Tingkat
perkembangan kognitif anak menurut Piaget Susanto, 2013: 77 yaitu periode berpikir motorik sensorik yang mulai sejak lahir sampai kira-kira umur 2 tahun.
Periode berpikir praoperasional konkret dimulai kira-kira umur 2 tahun sampai 7 tahun. Periode berpikir operasional konkret dimulai kira-kira umur 7 tahun sampai
umur 11 tahun, periode berpikir operasional formal dimulai sejak umur 11 tahun sampai dewasa.
Anak SD 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret di mana anak belajar melalui pengalaman nyata untuk memahmai hal-hal yang abstrak seperti
konsep-konsep matematika. Pada tahap operasional konkret, siswa sudah mulai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Siswa juga sudah memiliki kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan
benda yang bervariasi tingkatannya Susanto, 2013: 77. Selain itu, siswa sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkret.
Pada tahap operasional konkret, siswa mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan konservasi, kemampuan mengelompokkan secara memadai,
melakukan pengurutan mengurutkan dari yang terkecil sampai paling besar dan sebaliknya, dan mengenai konsep angka. Selama tahap ini, proses pemikiran
diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh siswa Hergenhahn Matthew, 2008: 320. Dengan demikian, siswa dapat melakukan operasi pemecahan masalah
yang agak kompleks selama masalah itu konkret dan tidak abstrak. 2.1.1.3
Teori Belajar Vygotsky Seperti teori Piaget, Vygotsky juga merupakan teori konstruktivis. Vigotsky
menempatkan lebih banyak penekanan pada lingkungan social sebgai fasilitator perkembangan dan pembelajaran Tudge Scrimsher dalam Schunk, 2012: 337.
Vigotsky menganggap bahwa lingkungan social sangat penting bagi pembelajaran. Interaksi-interaksi sosial mengubah atau mentrasformasi pengalaman-pengalaman
belajar. Aktivitas sosial adalah sebuah fenomena yang membantu menjelaskan perubahan-perubahan dalam pikiran sadar dan membentuk teori psikologis yang
manyatukan perilaku dan pikiran. Konsep pokok dalam teori Vigotsky adalah Zone of Proximal Development
ZPD atau zona pengembangan proksimal. ZPD adalah perbedaan antara apa yang dapat dilakukan sendiri oleh siswa dana pa yang dapat mereka lakukan dengan
bantuan orang lain Schunk, 2012: 341. Interaksi orang dewasa guru dan teman sebaya dalam ZPD mendorong perkembangan kognitif. Tugas utama guru adalah
mengatur lingkungan pembelajaran sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya. Peran guru disini adalah menyajikan sebuah lingkungan yang
mendukung, bukan menyajikan penjelasan materi dan menyediakan jawabn- jawaban dari pertnayaan-pertnyaan.
Inti teori Vigotsky yaitu bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi memiliki asal-usul dalam kehidupan sosial sejak anak berinteraksi dengan orang
dewasa yang memiliki pengalaman dalam masyarkat seperti orang tua, guru, orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
yang memiliki keahlian, teman sebaya dan sebagainya. Dalam padangan Vigotsky, budaya dieksternalisasikan dalam kognisi individual dalam perlengkapan diri
mereka, yang tidak hanya hal-hal fisik dalam kebudayaan Mohamad Surya, 2015: 153. Perubahan kognitif terjadi dalam kawasan perkembangan terdekat melalui
interaksi anak dengan orang dewasa melalui berbagai perlengkapan nilai-nilai, keyakinan, dan budaya.
2.1.1.4 Belajar dan Pembelajaran
Pembelajaran adalah seperangkat proses internal setiap individu sebagai hasil mentransformasi stimulus eksternal dalam lingkungan individu. Kondisi
eksternal yang diperlukan dapat berupa rangsangan yang dapat diterima indera. Kondisi eksternal tersebut disebut dengan media dan sumber belajar Gagne dalam
Yao, 2015: 55. Belajar adalah perubahan kemampuan manusia yang terjadi melalui
proses pembelajaran terus-menerus, yang bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila dengan stimulus pembelajaran dengan isi
ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perilakunya berubah dari sebelum pembelajaran dengan sesudah mengalami pembelajaran. Belajar
dipengaruhi oleh faktor internal dalam diri siswa dan faktor eksternal lingkungan pembelajaran yang keduanya saling berinteraksi Gagne dalam Yao, 2015: 55.
Kemampuan belajar dari Gagne dapat dijelaskan sebagai berikut. 1.
Keterampilan intelektual. Ini adalah kemampuan murid untuk berinteraksi dengan lingkungannya masing-masing melalui penggunaan tingkat
kompleksitas abstraksi konsep. Terapkanlah konsep dan peraturan untuk mengatasi masalah dan ide-ide untuk menghasilkan produk atau memecahkan
masalah. Kemampuan tingkat ini meliputi: asosiasi mata rantai menghubungkan lambang tertentu dengan fakta tertentu, diskriminasi
membedakan lambang tertentu dengan lambang lain, aturan dan konsep terdefinisi mendefinisikan pengertian atau prosedur tetentu, kaidah
mengkombinasikan beberapa konsep dengan cara tertentu, kaidah lebih tinggi menggunakan beberapa kaidah dalam memecahkan masalah tertentu,
dan pemecahan masalah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Strategi kognisi. Ini adalah strategi pembelajaran yang menyebabkan murid
terampil mengatur proses internal seperti perhatian, belajar, ingatan, dan pikiran. Strategi kognisi meliputi strategi menghafal, strategi elaborasi,
strategi pengaturan, strategi metakognisi, dan strategi afeksi. 3.
Informasi verbal. Ini adalah kemampuan untuk mengenal dan menyimpan nama, istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan
pengetahuan. 4.
Sikap. Ini adalah keadaan dalam diri murid yang memengaruhinya bertindak sebagai moderatoratas pilihan untuk bertindak. Sikap ini meliputi komponen
afeksi, kognisi, dan psikomotorik. Keterampilan motorik. Ini adalah keterampilan mengorganisasikan
gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang lebih halus, mulus, teratur, dan tepat waktu.
2.1.1.5 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu
Supratiknya, 2012: 5. Hasil belajar merupakan terbangunnya pengetahuan- pengetahuan baru melalui interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar doperoleh
siswa secara aktif dan mandiri. Hasil belajar yang diperoleh melalui proses belajar dapat berupa
kemampuan baru sama sekali maupun penyempurnaan atau pengembangandari suatu kemampuan yang telah dimilik Winkel, 2004: 61. Misalnya, seorang anak
belaajr berenang pada waktu ia duduk di bangku seklah dasar dnegan mengikuti pelajaran renang yang diselenggrakan oleh Sekolah. Pada waktu menjadi siswa
Sekolah Menengah Pertama, anak itu dapat mempelajari beberapa gaya berenang yang lain seperti gaya kupu-kupu
Kingsley membedakan hasil belajar siswa individu menajdi tiga jenis yaitu: 1 keterampilan dan kebiasaaan, 2 pengetahuan dan pengertian, 3 sikap dan
cita-cita. Setiap golongan bisa diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah Sudjana, 1989: 45, dalam Deni Kurniawan, 2014: 9.
2.1.2 IPA Ilmu Pengetahuan Alam
13
2.1.2.1 Pengertian
Ilmu pengetahuan alam IPA sering disebut dengan singkat sebagai sains. Sains
Inggris: Science berasal dari kata latin “scientia” yang berarti 1 pengetahuan tentang, atau tahu tentang; 2 pengetahuan, pengertian, faham yang
benar dan mendalam. Ilmu merujuk ke: 1 studi sistematis, 2 tubuh pengetahuan yang terorganisasi, dan 3 pengetahuan teoritis. Sains atau ilmu pengetahuan alam
adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu Surjani, 2010: 11-12. Ilmu pengetahuan alam atau Sains adalah kumpulan pengetahuan dan
cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu Stone, dalam Agus, 2003 : 11. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan.
H. W. Fowler mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubugan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes di dalam bukunnya “Science in Education” menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh
dengan metode khusus Ahmadi, 2002:1. Dengan demikian, IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam
yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
2.1.2.2 Hakekat IPA
1. IPA sebagai Proses
IPA sebagai proses menyangkut proses-proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil produk. Proses-proses inilah dikenal sebagai proses ilmiah
yang berupa kegiatan ilmiah yang disebut sebagai inkuiripenyelidikan ilmiah. Secara sederhana Nyoman, 1985-1986 : 8 mendefinisikan inkuiri ilmiah sebagai
usaha mencari pengetahuan dan kebenaran. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan Iskandar, 1997: 5. Ditinjau dari
tingkat kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan :
a Proses Dasar Basic Skills
Observing mengamati, inferring menarik kesimpulan, measuring mengukur,
communicating mengkomunikasikan,
classifying mengelompokkan, predicting memprediksi.
14
b Proses Terintegrasi Integrated Skills dalam Moejiono dan Dimyati, 1992 : 16
Controlling variables pengontrolan variabel, formulating hypothesi menyusun hipotesis, defining operationally menentukan operasionalnya,
eksperimen, formulating model membuat model, dan mengiterpretasikan data.
2. IPA sebagai Produk
Produk IPA adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah dikumpulkan melalui observasi. Produk IPA yaitu : Fakta adalah data dari hasil
observasi berulang-ulang yang telah diketahui kondisinya. Konsep adalah ide atau gagasan yang digeneralisasikan atau diabstrakkan dari pengalaman. Prinsip adalah
generalisasi atau abstraksi dari konsep-konsep yang berhubungan. Hukum adalah generalisasi dari konsep-konsep yang berhubungan, yang digunakan untuk
menjelaskan banyak gejala. Teori adalah model yang abstrak yang dapat digunakan untuk menjelakan berlakunya prinsip dan hukum.
3. IPA sebagai Sikap
Selama melakukan metode ilmiah melalui proses observasi, eksperimentasi dan berpikir rasional diperlukan sikap ilmiah seperti jujur, objektif, terbuka,
komunikatif, dan sebagainya agar mencari hasilproduk IPA yang benar. Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh
ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan Iskandar, 2001: 11. Sikap-sikap ilmiah meliputi :
a. Objektif terhadap fakta. Artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.
b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu.
c. Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri.
d. Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat. e. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditujukan oleh ilmuwan dalam bentuk cara
kerja yag didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan
f. Sikap ingin menyelidiki atau keingintauhan Curiosity yang tinggi.
2.1.2.3 Fungsi dan sifat IPA
Ilmu pengetahuan alam atau sains secara pragmatis dapat ditinjau menurut fungsi-fungsinya Surjani, 2010: 12-14. Ada beberapa fungsi pokok sains yang
dikumpulkan dari pendapat para pelaku, pengguna, dan pemirsa sains yaitu: 1.
Sains membantu manusia berpikir dalam pola sistematis. Sains sangat membantu kita berpikir lebih sistematis, terutama dalam hal
menghadapi permasalahan di dunia dan menyangkut alam. Belajar dengan gaya sains, manusia menjadi lebih logis dan lebih membebaskan diri dari
pikiran-pikiran mengenaai mistik dalam menghadapi gejala alam. Manusia lebih menempatkan segala sesuatu ke dalam pikiran menurut struktur yang
logis dan lebih objektif sehingga menghindarkan masalah-masalah yang tidak perlu
2. Sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain antar
gejala alam. Sains merupakan kumpulan pengetahuan mengenai alam, kita dapat dengan
mudah merujuk ke penjelasan alam untuk menjelaskan gejala-gejala alam di sekitar kita. Kemampuan sains untuk “menjelaskan” kemungkinan karena
sains mempunyai sifat-sifat utama: 1
Analitis, yaitu dapat meneliti satiap bagian dari objek dengan seksama dan terstruktur.
2 Logis, dapat dipikirkan dan diamati dengan sederhana dan masuk akal,
yang memberikan serangkaian sebab akibat dalam proses-prosesnya. 3
Sistematis, urutan penjelasan harus ada dan sifatnya logis serta berhubungan dengan sebab akibat tadi. Selain itu, penjelasan masing-
masing bagian adalah hasil dari pengelompokan atau klasifikasi berdasarkan pemikiran logis, tidak berlawanan satu sama lain namun dapat
pula saling menunjang dan melengkapi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
4 Kausatif, menjelaskan gejala alam berdasarkan penyebab-penyebabnya.
Kalau air dipanaskan mendidih, mengapa kalau tekanan darah tinggi dan tidak terkontrol manusia bisa terkena stroke dan sebagainya. Dengan
demikian setiap hukum dala ilmu alam merumuskan sebab akibat ini. 5
Kuantitatif, artinya dapat diukur dan apa yang dilaporkan dalam bentuk angka-angka dapat dipercaya secara statistika. Angka-angka maupun
besaran ini merupakan hasil pengukuran dengan metode-metode IPA. 3.
Sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari.
Salah satu sifat IPA adalah kausatif. Jika ada hukum alam berarti gejala alam dapat dijamin akan mengikuti hukum alam tersebut.
4. Sains digunakan untuk menguasai alam dan mengendalikannya demi
kepentingan manusia. Serangkaian pengamatan serius mengenai gejala alam dan dengan demikian
sifat-sifatnya diketahui manusia, manusia akan berusaha mengatur dan mengendalikan alam dengan tujuan tertentu yang berkaitan dengan
kepentingan manusia sendiri. 5.
Sains digunakan untuk melestarikan alam karena sumbangan ilmunya mengenai alam.
Pengamatan dan analisis yang mendalam mengenai alam, ilmuwan akan tahu sampai di mana alam dapat dimanfaatkan dan sampai di mana alam justru
dirusak oleh aktivitas manusia.
2.1.3 Pendekatan Saintifik
2.1.3.1 Pengertian
Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diusung oleh kurikulum 2013. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik.
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan
mengamati untuk
mengidentifikasi masalah,
17
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” Hosnan, 2014: 34.
2.1.3.2 Langkah-langkah
Langkah-langkah pada pendekatan ilmiah scientific approach dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan ilmiah saintifik, meliputi lima langkah pembelajaran Hosnan, 2014: 37-81.
1. Mengamati Observing
Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang
mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode observasi, siswa akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa keingintahuannya tentang fenmena
dan rahasia alam yang senantiasa menantang. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa
mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa.
Mengamati observing adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan. Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa mengamati objek yang
akan dipelajari. Kegiatan belajarnya adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat tanpa atau dengan alat.
2. Menanya Questioning
Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Bertanya dalam kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Selain itu, kegiatan bertanya juga dilakukan oleh siswa dengan mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Model PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pembelajaran questioning merupakan pengembangan dari metode pembelajaran tanya jawab.
3. Mencoba Experimenting
Eksperimenmencoba dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau
menguji sesuati hipotesis. Eksperimen atau percobaan yang dilakukan tidak selalu harus dilaksanakan di dalam laboratorium, tetapi dapat dilakukan pada
alam sekitar. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dn menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu
objek keadaan atau proses tertentu. 4.
Menalar associating Istilah
“menalar” associating dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan
bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Menalar associating adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkaneksperimen maupun hasil dari Kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan menalar, yaitu proses berpikir
yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pda teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi
penggalan memori. 5.
Membentuk Jejaring Networking Model networked adalah model pembelajaran berupa kerja sama antara siswa
dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa
secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Networked model merupakan rancangan kurikulum yang berfilosofi. Jika dilaksanakandalam
19
pembelajaran akan memberikan bekal kepada siswa untuk mampu memfilter memilih seluruh kegiatan belajar melalui kacamata keahlian dan kemampuan
membuat hubungan internal dan mampu memandu ke jaringan kerja eksternal dari para ahli di lapangan atau bidang-bidang terkait. Networked adalah kegiatan
siswa untuk membentuk jejaring pada kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya. Dyer dalam Widoyoko, 2015: 53-72 mengembangkan pendektan saintifik
scientific approach dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain:
1. Mengamati observing
Observasi adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi. Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif. Pengamatan
kualitatif mengandalkan panca indera dan hasilnya dideskripsikan secara naratif. Sementara itu, pengamatan kuantitatif untuk melihat karakteristik benda pada
umumnya menggunakan alat ukur karena dideskripsikan menggunakan angka. Data yang diamati dalam observasi sebaiknya merupakan variabe, yakni dataa
yang bervariasi untuk sebuah karakteristik. Variabel yang akan diamati dapat merupakan variabel terikat atau variabel bebas. Variabel terikat meruakan variabel
yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang terkait, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang diubah dalam sebuah eksplorasi atau percobaan. Pengamatan
yang dilakukan tidak terlepas dari keterampilan lain, seperti melakukan pengelompokan dan membandingkan. Kegiatan mengamati sebuah fenomena
alam atau fenomena social dapat ditugaskan pada siswa, misalnya mengamati tingkah laku hewan peliharaan, mengamati benda atau hewan apa saja yang ada
di sekitar rumah. Ketika melakukan suatu penyelidikan, diperlukan kemampuan mengamati yang lebih teliti, bahkan mungkin menggunakan alat ukur.
Pengamatan yang cermat sangat dibutuhan untuk dapat menganaisis suatu permasalahan atau fenomena.
2. Menanya questioning
Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pernyataan terkait dengan topik yang akan depelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan
20
keingintahuan curiosity dalam diri siswa dn mengembangan kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat. Guru perlu mengajukan pertanyaan salam
upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Salah satu cara untuk melatih siswa dalam mengajukan pertanyaan adalah menggunakan metode inkuiri
Suchman. Pertanyaan yang diajukan dapat menggiring siswa untuk melakukan sebuah pengamatan yang lebih teliti. Pertanyaan tentang kondisi atau fenomena
alam atau fenomena sosial perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa memiliki keingintahuan dan minat untuk belajar secara mandiri.
Aktivitas belajar yang dapat dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut melibatkan proses pengamatan yang dipandu dengan menggunakan pertanyaan.
Pertanyaan juga dapat diajukan oleh siswa atau setelah mempelajari sebuah konsep dalam kaitannya dengan aplikasi dari konsep yang dipelajari. Siswa perlu
dimotivasi untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan pengetahuan yang telah dipelajarinya. Kegiatan untuk mengaktifkan siswa untuk bertanya dapat dilakukan
dengan berbagai metode atau teknik, misalnya dengan meminta mereka merumuskan beberapa pertanyaan yang akan digunakan dalam melakukan
pengumpulan data melalui kegiatan wawancara. 3.
Melakukan percobaan experimenting Belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam
melakukan aktivitas menyelidiki fenomen dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Guru perlu mengarahkan siswa dalam merencanaan aktivitas,
melaksanakan aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan. Pada tahap persiapan pembelajaran, guru bertindak sebagai pengarah atau pengelola
kegiatan belajar dengan melakukan hal-hal antara lain: a.
Mengembangkan keingintahuan dan minat siswa dalam mempelajari topik kajian
b. Mengajukan pertanyaan atau membantu siswa mengembangkan pertanyaan
yang relevan dengan topik dan harus diselesaikan dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan atau percobaan
c. Mengarahkan pengembangan rencana penyelidikan atau percobaan oleh
siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
d. Mendeskripsikan atau membantu siswa memilih atau mencari peralatan dan
bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penyelidikan atau percobaan
e. Menyatakan lamanya waktu dan hasil yang diharapkan dengan pelaksanaan
kegiatan penyelidikanpercobaan Peran guru ketika siswa melaksanakan kegiatan penyelidikan adalah:
a. Memfasilitasi atau membantu siswa menggunakan bahan dan peralatan
b. Mendiskusikan ide dalam pelaksanaan penyelidikan yang menantang siswa
untuk berpikir kritis. Pada tahap akhir, guru perlu melakukan koordinasi agar siswa dapat
menyampikan hasil penyelidikannya kepada teman atau kelompok lain. Pada tahap ini tindakan guru adalah:
a. Mendorong siswa untuk berbagi hasil penyelidikan
b. Berdiskusi dengan siswa atau mengarahkan mereka dalam membuat
kesimpulan atau “menemukan” konsep. Sebuah percobaan juga dapat dilakukan untuk memancing minat siswa
menyelidiki fenomena alam yang diamati ketika melakukan percobaan, tanpa dimulai dengan pengajuan pertanyaan terlebih dahulu. Pertanyaan diajukan
ketika percobaan sedang dilakukan. 4.
Mengasosiasikanmengolah informasimenalar associating Kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional
merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk
menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola
yang ditemukan. Pengolahan informasi membutuhkan kemampuan logika ilmu menalar. Menalar adalah aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi.
Inferensi adalah menarik kesimpulan berdasarkan pendapat premis, data, fakta, atau informasi.
Dasar pengolahan informasi berdasarkan metode ilmiah adalah melakukan penalaran secara empiris. Penalaran empiris didasarkan pada logika iduktif, yaitu
22
menalar dari hal khusus seperti fakta, data, informasi, pendapat dari pakar. Kesimpulan dibuat berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut. Penalaran yang
sering dilakukan adalah penalaran deduktif, yakni menggunakan logika maju berdasarkan observasi umum premis mayor ke observasi khusus atau pernyataan
premis minor yang mengarah pada kesimpulan khusus. Upaya untuk melatih siswa dalam melakukan penalaran dapat dilakukan
dengan meminta mereka untuk menganalisis data yang telah diperoleh sehingga mereka dapat menemukan hubungan antar variabel, atau dapat menjelaskan
tentang data berdasarkan teori yang ada, menguji hipotesis yang telah diajukan, dan membuat kesimpulan.
5. Mencipta serta membentuk jejaring networking
Jaringan sangat dibutuhkan dalam belajar dari aneka sumber, mengembangkan diri, dan memperoleh pekerjaan. Kemampuan untuk membangun jaringan dan
berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Bekerja sama
dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk dpat membangun jaringan dan berkomunikasi. Kompetensi penting
dalam membangun jaringan adalah keterampilan intrapersonal, keterampilan interpersonal,
dan keterampilan
organisasional sosial.
Keterampilan intrapersonal terkait dengan kemampuan seseorang mengenal keunikan dirinya
dalam memahami dunia. Keterampilan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Sedangkan keterampilan organisasional
keterampilan sisial adalah kemampuan untuk berfungsi dalam struktur sosial sebuah organisasi atau sistem sosial.
Keterampilan intrapersonal, interpersonal, dan organisasional merupakan soft skill yang sangat dibutuhkan untuk membangun jaringan agar dapat sukses dalam
kehidupan. Seorang siswa yang memiliki soft skill yang baik akan dapat menjalin kerja sama, mampu mengambil inisiatif, berani mengambi keputusan, dan gigih
dalam belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.1.4 Lembar Kerja Siswa LKS
2.1.4.1 Pengertian LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan
penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk
pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Komponen-komponen LKS meliputi judul eksperimen, teori singkat
tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, dan pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi Trianto, 2009: 222-223.
Lembar kerja siswa LKS merupakan panduan siswa yang biasa digunakan dalam kegiatan observasi, eksperimen, maupun demonstrasi untuk mempermudah
proses penyelidikan atau pemecahan suatu permasalahan Trianto, 2011. Lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh siswa secara aktif. Kegiatan tersebut dapat berupa pengamatan, eksperimen dan pengajuan pertanyaan Trianto, 2010: 243.
LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat
dirancang dan dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi Rohaeti, dkk., 2009.
2.1.4.2 Fungsi Fungsi LKS adalah 1 sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi pem-
belajaran yang efektif, 2 sebagai alat bantu untuk melengkapi proses pembelajaran supaya lebih menarik perhatian siswa, 3 untuk mem-percepat proses pembelajaran
dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru, 4 siswa lebih banyak mela-kukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembela-jaran, 5 menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa, dan 6
untuk memper-tinggi mutu pembelajaran, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mem-punyai nilai tinggi Sudjana, dalam
Djamarah Zain, 2000. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.1.4.3 Jenis-jenis LKS LKS yang disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas
sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Karena adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing LKS tersebut, hal ini berakibat pada
jenis LKS yang bermacam-macam Prastowo, 2014: 271. Lima jenis LKS yang biasa digunakan oleh siswa di antarnya:
1 LKS penemuan membantu siswa menemukan suatu konsep Sesuai dengan
prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya.
2 LKS yang aplikatif-integratif membantu siswa menerapka dan
mengintergrasikan berbagai konsep yang telahditemukan 3
LKS yang penuntun berfungsi sebagai penutun belajar 4
LKS yang penguatan berfungsi sebagai penguatan 5
LKS yang praktikum berfungsi sebagai petunjuk praktikum
2.1.4.4 Langkah-langkah penyusunan LKS Langkah-langkah penyusunan LKS ada beberapa langkah yang harus
diperhatikan, antara lain Prastowo, 2014: 275. 1
Melakukan Analisis Kurikulum Analisis kurikulum tematik merupakan langkah pertama dalam penyususnan
LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menemukan materi pokok dan pengalaman belajar yang memerlukan bahan ajar LKS.
2 Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui materi yang harus ditulis dalam LKS, serta melihat sekuensi atau urutan dari LKS. Sekuensi
berguna untuk menentukan prioritas penulisan materi. 3
Menentukan Judul-judul LKS Penentuan judul LKS dilakukan atas dasar tema sentral dan pokok bahasanya
diperoleh dari hasil pemetaan kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar atara mata pelajaran.
4 Penulisan LKS
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menulis LKS, sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
a. Merumuskan indicator san pengalaman belajar antar mata pelajaran dari
tema sentral yang telah ditemukan. b.
Menentukan alat penilaian. Penilaian dapat dilakukan terhadap proses dan hasil kerja peserta didik, karena pendekatan yang digunakan adalah
kompetensi, di mana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah
menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan PAP. c.
Menyusun materi. Untuk menyusun materi LKS, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti isi, materi LKS dan tugas yang diberikan.
Pembuatan materi LKS sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu
gambar umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, internet dan
jurnal hasil penelitian. Sumber-sumber tersebut dapat ditulis di dalam LKS sebagai referensi agar peserta didik dapat membaca lebih jauh tentang
materi tersebut. Selain itu, tugas harus ditulis secara jelas untuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan oleh peserta
didik. d.
Memperhatikan struktur LKS. Langkah terakhir dalam penyusunan dan pengembangan LKS adalah memperhatikan struktur LKS. LKS tersusun
atas enam komponen yaitu judul, petunjuk belajar , kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas langkah-langkah kerja, serta
penilaian. Oleh karena itu, dalam penyusunan LKS harus memuat keenam komponen inti agar menjadi sebuah LKS yang baik.
2.1.4.5 Manfaat LKS LKS memiliki berbagai manfaat Lismawati, 2010: 40. Berikut ini akan
diuraikan manfaat dari LKS. Berikut ini akan diuraikan manfaat dari LKS. 1.
Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus.
26
2. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan
mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis.
3. Dapat memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi music, gambar dan
dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat. 4.
Secara ekonomis lebih hemat dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya.
2.1.5 Materi Gaya, gerak dan energi
2.1.5.1 Pengertian Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda. Gaya
dapat menimbulkan posisi, gerak, atau perubahan bentuk pada benda. 2.1.5.2 Macam-macam Gaya
Gaya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu 1. Gaya kontak adalah gaya yang bekerja langsung pada benda. Contohnya
adalah gaya otot, gaya pegas, dan gaya gesek. 2. Gaya nonkontak adalah gaya yang bekerja antara dua benda, tetapi kedua
benda itu tidak bersentuhan secara langsung. Contohnya adalah gaya magnet, gaya listrik, dan gaya gravitasi bumi.
Berikut di bawah ini pengertian dari macam-macam gaya. 1.
Gaya Gravitasi Gaya gravitasi adalah gaya yang sangat kuat yang membuat bumi tetap pada
porosnya. Karena gaya gravitasi bumi inilah isi dunia tidak terlempar ke udara. Gaya gravitasi akan berpengaruh terhadap bentuk dan gerak suatu benda.
Semua benda yang dilemparkan ke udara pasti akan jatuh ke bumi. Pengaruh gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah.
2. Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang saling bergesekkan
3. Gaya Tarik
Gaya tarik adalah gaya yang diberikan seseorang kepada benda agar benda dapat tertarik.
27
4. Gaya Dorong
Gaya dorong adalah gaya yang diberikan seseorang kepada benda agar benda itu dapat terlempar.
2.1.5.3 Gaya Mempengaruhi Bentuk Benda Bentuk suatu benda dapat berubah jika dikenai gaya. Perubahan bentuk
tersebut bergantung pada besar kecilnya gaya. Beberapa contoh berikut menjelaskan bahwa gaya mengubah bentuk suatu benda.
Tanah liat merupakan bahan lunak yang dapat digunakan untuk membuat berbagai benda seperti pot bunga, genting, dan gelas. Tanah liat dapat berubah
bentuk menjadi berbagai benda karena mendapat gaya tekan dari jari-jari kita. Contoh lainnya adalah mobil yang ditabrak akan berubah bentuk. Ketika
ditabrak, mobil mendapat gaya dorong dari mobil lainnya sehingga bagian mobil yang mendapat gaya dorong akan berubah bentuk menjadi penyok.
2.1.5.4 Gaya Memengaruhi Gerak Suatu Benda 1. Berbagai Gerak Benda
Benda bergerak berarti benda itu bergeser dari tempat semula. Benda dapat bergerak karena adanya gaya. Gaya adalah bentuk tarikan dan dorongan yang
diberikan pada benda. Hal ini dapat menyebabkan perpindahan benda. Pengaruh
gaya terhadap benda yang bergerak akan dijelaskan sebagai berikut. Bermacam-macam gerakan benda, misalnya bergeser, berputar, dan melayang. Kelereng yang kita dorong
akan bergerak menggelinding. Meja yang kita dorong akan bergerak dengan cara bergeser. Benda-benda tersebut dapat bergerak karena mendapatkan gaya. Gaya
dapat diberikan pada benda yang diam dan benda bergerak. 2. Gaya Memengaruhi Benda Diam
Benda yang diam dapat bergerak karena mendapatkan gaya. Bola yang diam dapat bergerak saat ditendang. Pintu yang diam dapat bergerak saat kita tarik.
Tidak semua benda akan bergerak ketika mendapatkan gaya. Seorang anak kecil tidak dapat memindahkan lemari berukuran besar. Meskipun ia mendorong lemari
itu sekuat tenaga. Gaya untuk menggerakkan benda harus sebanding dengan berat benda. Lemari besar dapat bergerak jika didorong beberapa orang dewasa.
Artinya, gaya yang besar dibutuhkan untuk menggerakkan benda berat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3. Gaya Memengaruhi Benda Bergerak Besar gaya yang. Benda yang bergerak juga dapat dipengaruhi oleh gaya.
Kelereng yang menggelinding dapat berhenti saat ditahan dengan tangan. Benda yang bergerak dapat diam ketika mendapatkan gaya. Gaya juga dapat membuat benda
bergerak lebih cepat. Mobil mogok bergerak lebih cepat jika didorong 10 orang daripada 5 orang. Benda bergerak juga dapat berubah arah dengan adanya gaya.
Dapatkah kamu menyebutkan contohnya? Dibutuhkan sebanding dengan berat benda yang akan digerakkan. Benda bergerak dapat diam, dapat bergerak makin cepat,
atau berubaharah dengan adanya gaya.
2.1.6 Karakteristik Siswa
Karakteristik peserta didiksiswa yang paing penting untuk diketahui adalah kemampuan kognitif intelektual, minat, perkembangan bahasa, dan gaya
belajarnya. Guru perlu memperhatikan apakah siswa senang membaca gaya belajar membaca, berdiskusi gaya belajar auditori, melihat tayangan gaya belajar
visual, atau bergerak gaya belajar kinestetik. Jika siswa senang berdiskusi, metode belajar kooperatif atau mencari informasi melalui wawancara dengan
narasumber mungkin akan lebih efektif. Karakteristik siswa terkait dengan perkembangan siswa yang mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial.
Sebagai contoh, perkembangan siswa kelas IV untuk empat aspek tersebut adalah sebagai berikut Abdullah, 2015: 262-263.
2.1.6.1 Aspek fisik. Pertumbuhan otot besar, koordinasi, dan keseimbangan sudah
berkembang sehingga siswa lebih aktif dan kegiatan belajar sebaiknya melibatkan aktivitas fisik.
2.1.6.2 Aspek intelektual: siswa memiliki keterampilan akademik dan minat yang
berbeda, masih berpikir konkret, rentang konsentrasi bertambah, mengekspresikan perasaan melalui tulian, dan senang berbagi pikiran.
2.1.6.3 Aspek emosional: siswa senang mencontoh orang lain, bersikap
menerima, memperlihat tanggung jawab, membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
29
2.1.6.4 Aspek sosial: siswa senang berkelompok, tidak suka dibandingkan,
memahami aturan dan konsekuensi dan memiliki rasa ingin tahu tentang diri sendiri.
Guru harus bijaksana dalam membuat perangkat pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa tersebut, misalnya dalam merencanakan aktivitas bergerak
dalam belajar, mengatur siswa untuk belajar berkelompok, dan merancang kegiatan menulis laporan atau hasil pengamatan.
Ciri-ciri perkembangan fisik siswa SD pada umumnya ditandai dengan pertumbuhan fisik yang telah mencapai kematangan, telah mampu mengontrol
tubuh dan keseimbangannya, secara umum siswa SD telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai
belajar tentang benar dan salah. Sementara itu, perkembangan intelektualnya ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mengelompokkan objek, berminat
terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan
waktu Abdullah, 2015: 264. 2.2
Penelitian yang relevan Penelitian terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa penelitian ini masih
relevan untuk dilaksanakan, yakni penelitian yang dilakukan oleh Mbetu 2016,
Mustofa 2013,
Pratiwi 2014, dan
Ningtyas 2015,
Edeltrudis 2012, dan Bulan 2012
.
Penelitian yang dilakukan oleh Mbetu 2016 bertujuan untuk menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada
subtema bermain di rumahh teman untuk siswa kelas II sekolah dasar. Berdasarkan hasil validasi dua pakar kurikulum SD 2013 menunjukkan skor 3,87 baik dan 4,00
baik, dua guru SD kelas II menghasilkan skor 3,44 baik dan 3,93 baik. Lembar kerja siswa tersebut memperoleh rerata skor 3,81 dengan kategori “baik”. Hal ini
menunjukkan Lembar Kerja Siswa menggunakan Pendekatan Saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran
di kelas II sekolah dasar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa 2013 bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa Berbasis Observasi Pada Taman Sekolah
Sebagai Sumber Belajar Sain. Hasil penelitian ini menunjukan penilaian kelayakan LKS oleh pakar materi sebesar 90 sangat layak, pakar desain sebesar 96
sangat layak, dan guru sebesar 93,18 sangat layak. Hasil pengujian LKS pada kelas skala kecil kelas IVB menunjukan rata-rata aktivitas siswa sebesar 94,6 ,
siswa tuntas belajar sebanyak 90, dengan rata-rata nilai sebesar 7,08. Berdasarkan hasil penilaian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis observasi
taman sekolah, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar sains di SDN 1 Tinjomoyo Semarang.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi 2014 bertujuan untuk mengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Pendekatan Scientific pada Tema
Berbagai Pekerjaan di Kelas IV. Hasil uji coba dalam tahap pengembangan menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang ditunjukkan oleh hasil validasi
ahli yang menunjukkan nilai 4,67, sedangkan keefektifan pembelajaran ditunjukkan dengan penghitungan normal yang menunjukkan 52,5 siswa memperoleh nilai
yang cukup efektif, respon siswa terhadap pembelajaran adalah positif dengan 94,12 siswa menilai positif terhadap pelaksanaan pembelajaran, nilai kinerja dan
produk ditunjukkan dari rata-rata keseluruhan penilaian kinerja dan produk dari setiap sekolah adalah 3,7 sehingga dapat dikategorikan baik. Kriteria kinerja dan
produk siswa yang dinilai dalam penelitian ini meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.
Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas 2015 bertujuan untuk mengetahui kualitas media LKS berbasis metode percobaan ditinjau dari aspek desain dan aspek
penyajian, mengetahui kualitas materi LKS berbasis metode percobaan ditinjau dari aspek isi dan aspek pembelajaran berbasis percobaan, mengetahui repon siswa
terhadap LKS berbasis percobaan, mengetahui hasil nilai evaluasi dari kelas kontrol dan kelas eksperimen, mengetahui efektivitas produk LKS IPA berbasis metode
percobaan pada pembelajaran di sekolah. Hasil penelitian pengembangan kualitas
media ditinjau dari aspek desain menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92 dan 90 dengan rata-rata skor 91 memiliki kriteria baik
sekali. Kualitas ahli media ditinjau dari aspek penyajian menurut ahli media 1 dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ahli media 2 memperoleh skor 89 dan 87 dengan rata-rata skor 88 dengan kriteria baik sekali. Hasil kualitas materi ditinjau dari aspek isi menurut ahli materi
1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92 dan 87 dengan rata-rata skor 89,5 memiliki kriteria baik sekali. Kualitas materi ditinjau dari aspek pembelajaran
berbasis percobaan menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92 dan 85 dengan rata-rata skor 88,5 memiliki kriteria baik sekali. Rata-rata hasil
evaluasi kelas kontrol memiliki kriteria cukup yaitu 65,45 dan rata-rata hasil evaluasi kelas eksperimen memiliki kriteria baik sekali yaitu 85,96. Hasil dari uji
normalitas memperoleh nilai signifikansi 0,897 dan 0,797 0,05 data berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas memperoleh nilai signifikansi 0,856 0,05 data
bersifat homogen. Hasil uji hipotesis pada uji t diperoleh nilai signifikansinya adalah 0,000 0,05. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa ada perbedaan nilai antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang menggunakan LKS berbasis metode percobaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Edeltrudis 2012 bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada
pembelajaran hasil penelitian menunjukkan bahawa LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik layak digunakan dengan validasi berpedoman pada 16 aspek
yaitu 1 kelengkapan unsur-unsur LKS, 2 rumusan petunjukinstruksi LKS, 3 rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, 4 ketercapaian indicatortujuan
pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, 5 bahasa yang digunakan dalam LKS, 6 tampilan LKS, 7 penggunaan kata Tanya mengapa dan bagaimana dalam
LKS, 8 menanya, 9 mengamati, 10 mencoba, 11 menganalisis, 12 menalar, 13 mengomunikasikan, 14 keterpaduan antar mata pelajaran, 15 suasana
pembelajaran, dan 16 reflekasi. Hasil validasi dua ahli media LKS menghasilkan skor 3,93 baik dan 4,06 baik. Validasi dari dua guru kelas menghasilkan skor
4,12 baik dan 3,93 baik. LKS menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori
“baik”. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalamkegiatan pembelajaran
di kelas II sekolah dasar dengan revisi yang sesuai saran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Penelitian yang dilakukan oleh Bulan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS bergambar layak digunakan untuk pembelajaran materi cara menjaga kerukunan untuk kelas V sekolah dasar.
Hal tersebut ditunjukkan oleh: 1 hasil dari penilaian ahli materi, kualitas LKS ditinjau dari identitas atau judul LKS, kompetensi dasar yang akan dicapai waktu
penyelesaian, peralatan atau bahan yang dibutuhkan, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan laporan yang ahrus dikerjakan, masalah yang
ditampilkan, aspek yang dikembangkan penguasaan EYD dan bagaimana tampilan dari
LKS tersebut termasuk dalam kategori “Baik” dengan rata-rata skor sebesar 3,8 dan 4,09 lembar kerja siswa layak untuk digunakan.
Gambar 2.1 Penelitian yang relevan Berdasarkan keenam penelitian terdahulu, peneliti menyimpulkan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengembangan LKS berbasis pendekatan saintifik masih relevan untuk diteliti. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah metode atau pendekatan yang digunakan. Pengembangan LKS berbasis Pendekatan Saintifik
Ningtyas 2015 LKS, Metode
Percobaan, IPA, Kelas V
Bulan 2012 LKS, Berbasis Masalah,
subtema cara menjaga kerukunan untuk kelas V
Edeltrudis 2012 LKS, Pendekatan
Saintifik, subtema hewan di sekitarku
untuk siswa kelas dua Mbetu 2016
LKS, Pendekatan Saintifik, Subtema
bermain di Rumah teman Kelas II
Pratiwi 2014 Pengembangan Lembar
Kerja Siswa Berbasis Pendekatan Saintifik
pada Tema Berbagai Pekerjaan di Kelas IV
Mustofa 2014 Pengembangan Lembar
Kerja Siswa Berbasis Observasi Pada Taman
Sekolah Sebagai Sumber Belajar Sain di
SDN 1 Tinjomoyo
33
Keunikan yang dimiliki penelitian ini adalah menggunakan lima tahapan pendekatan saintifik dan empat karakteristik umum LKS dalam setiap kegiatan
yang terdapat pada LKS. LKS ini juga dilengkapi dengan gambar dan petunjuk yang menuntun siswa pada kegiatan selanjutnya.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru dalam mengelola kegiatan belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keterbatasan media
pembelajaran, yaitu penggunaan lembar kegiatan siswa LKS sebagai sumber belajar, sarana pembelajaran yang belum sebanding dengan jumlah siswa sehingga
pembelajaran berpusat pada guru, berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini manjadi pertimbangan untuk mengembangkan pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran yang efektif dan terpadu dilakukan dengan memperhatikan karakteristik siswa, standar dan tujuan pembelajaran, strategi, media dan kesesuaian
konteks pembelajaran serta evaluasi hasil belajar siswa. Pengelolaan strategi pembelajaran melalui pemilihan metode mengajar tertentu dalam mencapai tujuan
pembelajaran akan mempengaruhi media yang digunakan. Lembar kerja siswa LKS berbasis pendekatan saintifik dapat menjawab
kebutuhan guru dan siswa. Pendekatan saintifik sangat menekankan pada keaktifan siswa dalam lingkungan belajar yang sudah dirancang sedemikian rupa dengan
memberikan ruang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri Perumnas Condongcatur telah menggunakan Kurikulum 2013, guru
memiliki kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Ketika guru bertanya kepada siswa, sebagian besar siswa diam dan tidak dapat
menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang terlihat, sehingga kegiatan belajar mengajar didominasi
34
oleh guru yang menjelaskan materi kepada siswa. Setelah guru menjelaskan materi, siswa diminta untuk mengerjakan soal yang terdapat di LKS. LKS yang digunakan
oleh guru dan siswa berupa LKS yang biasa digunakan pada umumnya, LKS tersebut masih berisi materi dan soal-soal latihan sehingga mempermudah siswa
mengerjakannya selain itu LKS masih kurang melibatkan siswa untuk aktif. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan LKS yang sesuai dengan Kurikulum 2013.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti berusaha mengembangkan LKS menggunakan pendektan saintifik yang sesuai dengan Kurikulum SD 2013 pada
materi daur hidup jenis makhluk hidup. Adapun tahapan kegiatan saintifik dalam LKS
tersebut adalah mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.
2.4 Pertanyaan penelitian 2.4.1 Bagaimana mengembangkan Lembar Kerja Siswa LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi? 2.4.2 Bagaimana jika langkah-langkah pendekatan saintifik ditambahkan pada
pengembangan Lembar Kerja Siswa LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi?
2.4.3 Bagaimana kualitas produk Lembar Kerja Siswa LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi
sampai pada uji coba terbatas? 2.4.4 Bagaimana dampak penggunaan Lembar Kerja Siswa LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi terhadap proses belajar siswa?
2.4.5 Bagaimana dampak penggunaan Lembar Kerja Siswa LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi
terhadap hasil post test siswa? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III METODE PENELITIAN