Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Persalinan

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa tingkat II tentang persalinan dan bayi baru lahir di Akademi Kebidanan SehatMedan Tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tingkat II tentang persalinan dan bayi baru lahir di Akademi Kebidanan SehatMedan tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan mahasiswa tingkat II tentang persalinan di Akademi Kebidanan Sehat Medan b. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan mahasiswa tingkat II tentang bayi baru lahirdi Akademi Kebidanan Sehat Medan

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Sebagai wahana mengaplikasikan ilmu yang penulis peroleh di bangku perkuliahan, khususnya dalam mata kuliah metodologi penelitian. 2. Bagi Responden Memberikan informasi guna menambah pengetahuan mahasiswa tentang persalinan dan bayi baru lahir. 3. Bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Sehat Medan Penelitian dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan profesi tenaga pengajar. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

1. Pengertian Persalinan adalah rangkaian proses berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta Varney, 2004, hlm. 672. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan plasenta yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan kekuatan sendiri Sulistyawati dan Nugraheny, 2010, hlm. 4 Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta dan membrane dari Rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu Rohani dkk, 2011, hlm.2. Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan Wiknjosastro, 2010. Universitas Sumatera Utara Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny 2010, hlm. 7 tahapan persalinan ada 4 kala yaitu dalam persalinan terdapat 4 kala yaitu: 1 kala I Pembukaan; 2 kala II Pengeluaran Janin; 3 kala III Pelepasan Plasenta dan kala IV Observasi. Menurut Wiknjosastro 2008 persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi pembukaan servik serta pengeluaran janin dan plasenta di uterus ibu. Sebagai bidan ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk : a. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran. b. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalianan dan kelahiran. c. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi. d. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi. e. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko. f. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit. g. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat. h. Pemberian ASI sedini mungkin. Menurut Varney 2007, hlm.753 mekanisme persalinan untuk janin yang mulai persalinan dalam posisi LOA, LOT, LOP, ROA, ROT, atau ROP dan dilahirkan dalam posisi oksiput anterior sebagai berikut: a. Engagement terjadi untuk posisi LOT dan ROT dengan sutura sagitalis janin dalam diameter biparietal transversum pada pintu atas panggul. Untuk posisi LOA, ROA, LOP, dan ROP, engagement kepala janin terjadi dengan sutura sagitalis berada dalam satu diameter oblik pelvis diameter Universitas Sumatera Utara oblik kanan untuk posisi LOA dan ROP dan diameter oblik kiri untuk posisi ROA dan LOP. Dengan demikian, diameter biparietal dalam diameter oblik pelvis berlawanan dari diameter tempat sutura sagitalis yang digunakan sebagai penanda janin, yang menentukan diameter obliktempat kepala janin ketika masuk ke pelvis. b. Penurunan terjadi secara lengkap. c. Fleksi mengganti diameter suboksipitobregatik untuk diameter yang masuk ke pintu atas panggul. d. Rotasi interna terjadi: kepal janin berotasi 45 derajat ke posisi oksiput posterior dalam diameter anteroposterior pelvis ibu. e. Pelahiran kepala dengan ekstensi. f. Restitusi: kepala janin berotasi 45 derajat ke posisi LOP atau ROA, bergantung pada apakah rotasi internal berasal dari posisi LOP atau ROP. g. Rotasi eksterna: kepala janin berotasi 45 derajat ke posisi LOT atau ROT. h. Pelahiran bahu dan tubuh dengan fleksi lateral melalui sumbu Carus. 2. Jenis Persalinan Menurut Rohani dkk 2011, hlm.3 persalianan ada 4 jenis yaitu: a. Persalinan spontan adalah bila seluruh persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. b. Persalinan buatan adalah bila persalinan berlangsung dengan bantu tenaga dari luar. c. Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang. Universitas Sumatera Utara 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan Menurut Rohani dkk 2011, hlm. 16-28 ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu: a. Power TenagaKekuatan Kekutan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot- otot perut, kontraksi diagfragma, aksi dari ligament. Kekuatan power yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga. b. Passage Jalan Lahir Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. c. Passenger Janin dan Plasenta Cara penumpang passanger atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Menurut Sulistyawati dan Nugraheni 2010, hlm. 7 tanda-tanda masuk dalam persalinan adalah terjadinya his karakter persalinan dari his persalinan yaitu: 1 Pengeluaran Cairan 2 Pinggang terasa sakit menjalar ke depan. 3 Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar 4 Terjadi perubahan pada serviks 5 Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka kekurangannya Universitas Sumatera Utara 6 Pengeluaran lendir dan darah penandaan persalinan Dengan adanya his persalinan, terjadinya perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan yang menyebabkan selaput lender yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas sehingga terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tindakan tertentu, misalnya vakum atau section caesaria. 4. Proses Dalam Persalinan a. Kala I Pembukaan Menurut Rohani dkk 2011, hlm. 5 inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar.Darah berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm pembukaan lengkap. Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten 8 jam dimana serviks membuka sampai 3 cm dan aktif 7 jam dimana serviks membuka antara 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada pemulaan his, kala pembukaan berlangsung tidk begitu kuat sehingga parturient ibu yang sedang bersalin masi dapat berjalan-jalan. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pad multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan Kunve Friedman, diperhitungkan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan Universitas Sumatera Utara perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan Sulasetyawati dan Nugraheny, 2010, hlm. 7. Menurut Friedmen, fase percepatan memulai fase persalinan dan mengarah ke fase lengkung maksimal adalah waktu ketika pembukaan serviks terjadi paling cepat dan meningkat dari tiga sampai empat sentimeter sampai sekitar 8 sentimeter. Pada kondisi normal kecepatan pembukaan konstanta, rata-rata tiga sentimeter per jam, dengan kecepatan maksimal tidak lebih dari 1,2 sentimeter per jam pada nulipara. Pada multipara, kecepatan rata-rata pembukaan selama fase lengkung maksimal 5,7 sentimeter per jam. Fase perlambatan adalah fase aktif. Selama waktu ini, kecepatan pembukaan melambat dan serviks mencapai pembukaan 8 sampai 10 sentimeter sementara penurunan mencapai kecepatan maksimum penurunan rata-rata nulipara adalah 1,6 sentimeter per jam dan normalnya paling sedikit 1,0 sentimeter per jam. Pada multipara, kecepatan penurunan rata-rata 5,4 sentimeter per jam, dengan kecepatan minimal 2,1 sentimeter per jam Varney, 2004, hlm. 679. Menurut Sulistyawati dan Nugraheny 2010, hal. 75 asuhan-asuhan kebidanan pada kala Iyaitu: 1 pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf; 2 pemantauan terus-menerus vital sign; 3 pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi; 4 pemberian hidrasi bagi pasien; 5 menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan posisi dan ambulansi; 6 mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman; 7 memfasilitasi dukungan keluarga. b. Kala II Pengeluaran Janin Kala II mulai bila pembukaan serviks lengkap.Umumnya pada akhir kala I atau pembukaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah sendiri. Bila ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan.Kadang- Universitas Sumatera Utara kadang pada permulaan kala II wanita tersebut mau muntah atau muntah diertai rasa ingin mengedan kuat. His akan lebih timbul sering dan merupakan tenaga pendorong janin pula. Di samping itu his, wanita tersebut harus dipimpin meneran pada waktu ada his .Di luar ada his denyut jantung janin harus diawasi Wiknjosastro, 1999, hlm.194. Menurut Wiknjosastro 2008, hlm.77 gejala dan tanda kala II persalinan adalah: a ibu merasa ingin meneran bersamaan adanya kontraksi; b ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum danatau vaginanya; c vulva-vagina dan sfingter ani membuka; d meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah. 1 Penatalaksanaan Fisiologis Kala II Penatalaksanaan didasarkan pada prinsip bahwa kala II merupakan peristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya intervensi.Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu meneran sesuai dorongan alamiahnya dan beristirahat di antara dua kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat mengubah posisinya, biarkan ibu mengeluarkan suara selama persalianan dan proses kelahiran berlangsung. Ibu akan meneran tanpa henti selama 10 detik atau lebih, tiga sampai empat kaliperkontraksi Sagady, 1995. Meneran dengan cara ini dikenal sebagai meneran dengan tenggorokan terkatup atau valsava manuver. Meneran dengan cara ini berhubungan dengan kejadian menurunnya DJJ dan rendahnya APGAR. 2 Asuhan Kala II Persalinan Menurut Rohani dkk 2011, hlm. 150 asuhan kala II persalinan merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu pelaksanaan asuhan kala I persalinan, yaitu sebagai berikut: a evaluasi kontinu kesejahteraan ibu; b evaluasi kontinu kesejahteraan janin; c evaluasi kontinu kemajuan persalinan; d perawatan tubuh Universitas Sumatera Utara wanita; e asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya beserta keluarga; f persiapan persalinan; g penatalaksanaan kelahiran; h pembuatan keputusan untuk penatalaksanaan kala II persalinan. c. Kala III Pengeluaran Plasenta Partus kala III disebut pula kala uri.Kala III ini, seperti dijelaskan tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II. Kelainan dalam memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan.Kala uri dimulai sejak dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap. Terdapat dua tingkat pada kelahiran plasenta yaitu: 1 melepasnya plasenta dari implantasi pada dinding uterus; 2 pegeluaran plasenta dari kavum uteri Wiknjosastro, 1999, hlm. 198. Menurut Sulistyawati dan Nugraheny 2010, hlm. 8 lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut: a Uterus mulai membentuk bundar; b Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim; c Tali pusat bertambah panjang; d Terjadi perdarahan. 1 Perubahan Fisiologis Kala III Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah. Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian terlepasdari dinding uterus. Setelah lepass, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina Rohani dkk, 2011, hlm. 8. Universitas Sumatera Utara 2 Penatalaksanaan Fisiologis Kala III Penatalaksanaan aktif didefinisikan sebagai pemberian oksitosin segera setalah lahir bahu anterior, mengklem tali pusat segera setelah pelahiran bayi, menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta Varney, 2007, hlm. 827. Menurut Wiknjosastro 2008 langkah pertama penatalaksanaan kala III pelepasan plasenta adalah: a Mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu. b Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, tanpa melakukan masase. Bila plasenta belum lepas tunggu hingga uterus bekontraksi. c Apabila uterus bekontraksi maka tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan. d Setelah plasenta lepas anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. e Lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung. f Karena selaput ketuban mudah sobek, pegang plasenta dengan keua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terilinmenjadi satu. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban. Universitas Sumatera Utara 3 Asuhan Persalinan Kala III Menurut Sulistyawati dan Nugraheny asuhan kala III persalinan adalah sebagai berikut: a memberikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya; b lakukan manajemen aktif kala III; c pantau kontraksi uterus; d berikan dukungan mental pada pasien; e berika informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan pendamping agar proses pelahiran plasenta lancer; f jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah perineum d. Kala IV Observasi Setelah plasenta lahir lakukan ransangan taktil masase uterus yang bertujuan untuk meransang uterus berkontraksi baik dan kuat. Lakukan evaluasi tiggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.Kemudian perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum. Lakukan evaluasi keadaan umum ibu dan dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV Wiknjosastro, 2008, hlm. 110. Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny 2010 kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: a Tingkat kesadaran pasien b Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. c Kontraksi uterus Universitas Sumatera Utara d Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc. 1 Asuhan Kala IV Persalinan Menurut Rohani dkk 2011, hlm. 234 secara umum asuhan kala IV persalinan adalah: a Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. b Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2. c Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi. d Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering. e Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu posisi yang nyaman. f Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. g Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk memberikan ASI h Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan. i Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi. Universitas Sumatera Utara

B. Bayi Baru Lahir