Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN MAHASISWI AKADEMI KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT TENTANGPERILAKU HIDUP

BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh

NIM:121021049

R O H A N I

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN MAHASISWI AKADEMI KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT TENTANG PERILAKU HIDUP

BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

NIM: 121021049

R O H A N I

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

(4)

v ABSTRAK

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di institusi pendidikan adalah upaya untuk memberdayakan siswi, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan institusi pendidikan yang sehat dan keadaan kesehatan tubuh yang berhubungan dengan gaya hidup seseorang. Penerapan PHBS yaitu kebersihan pribadi, tidak merokok, olahraga teratur, makan buah dan sayur setiap hari, mencuci tangan dengan air bersi dan sabun, jamban, air bersih, tempat sampah dan saluran pembuangan akhir limbah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat tentang perilaku hidup bersih dan sehat Tahun 2015.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross-sectional bertujuan untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat tentang perilaku hidup bersih dan sehat Tahun 2015. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi kebidanan tingkat I, II dan III.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan terhadap PHBS adalah baik sebanyak 41 orang (82%), sikap terhadap PHBS adalah baik sebanyak 29 orang (58,0%) dan tindakan terhadap PHBS adalah kurang baik sebanyak 29 orang (58,0%), hasil menunjukan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan tindakan PHBS (p>0,271), dan terdapat hubungan antara sikap dan tindakan terhadap PHBS (p<0,002).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi ukuran tentang perlaku hidup bersih dan sehat dalam masyarakat, dan dijadikan panduan untuk usaha dan strategi yang lebih efektif dalam mendidik masyarakat dan mahasiswi dapat meningkatkan PHBS individu maupun orang disekitarnya agar terhindar dari keluhan-keluhan penyakit.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan mahasiswi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.


(5)

vi ABSTRACT

Clean and Healthy Behavior in educational institutions is an attempt to empower students, teachers and the public school environmentin order to know, willing and able to practice PHBS and play an active rolein creating healthy educational institutions and the state of health of the body associated with a person's lifestyle. Application of PHBS that personal hygiene, not smoking, exercising regularly, eatingfruits and vegetables everyday, wash your hands with water and soap insisted, latrines, clean water, trashand sewagedrain send.

This study aims to determine the correlation between knowledge and attitudes with practice Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat about clean and healthy behavior 2015.

This research is descriptive analytic cross-sectional design to identify the correlation between knowledge and attitude with Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat about clean and healthy behavior 2015. The sample used in this study is midwifery student level I, II and III.

The results showed that the level of knowledge of good PHBS are as many as 41people (82%), attitudes toward PHBS are good as much as 29 people (58.0%) and action against PHBS is unfavorableas much as 29 people (58.0%), results shows that there is no relation between knowledge with practice PHBS (p>0.271), and there is a relation ship between attitudes and practice against PHBS (p <0.002).

The result is expected to reflect the level of knowledge and application of the clean and healthy lifestyle within the community, and as a guide to plan more effective strategies and approach in educating the public in general and the studentis to in crease PHBS individuals and those a round them in order to a void complaints of illness.


(6)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rohani

Tempat Lahir : Bagan Batu

Tanggal Lahir : 22 November 1990

Suku Bangsa : Melayu

Agama : Islam

Nama Ayah : M. Noor

Suku Bangsa Ayah : Melayu

Nama Ibu : Rismawati

Suku Bangsa Ibu : Batak

Alamat Rumah : Jl. Jend Sudirman Bagan Batu, Kec. Bagan Sinembah Kab. Rokan Hilir Provinsi Riau

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Negeri 005 bagan batu/ 1996-2002 2. SLTP/Tamat tahun : SMP Negeri 1 bagan batu/ 2002-2005 3. SLTA/Tamat tahun : SMA S Pembagunan bagan batu/ 2005-2008 4. Akademi/Tamat tahun : Akademi Kebidanan PemKab Langkat Stabat 5. Lama studi di FKM USU : 2012-2015 Fakultas Kesehatan Lingkungan

Riwayat Pekerjaan


(7)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadiran ALLAH SWT yang telah limpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015”.

Dalam kesemapatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan dalam penulisan skripsi, kepada :

1. Dr. Drs Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.kes selaku Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi penulis selama melaksanakan perkuliahan.

3. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah meluangkan waktu dan kebijaksanaan memberikan bimbingan, kritik dan saran kepeda penulis.

4. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran.

5. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi di Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Direktris Akademi Kesehatan Pemerintah Langkat dan seluruh staff Hj. Sudariyati, SST, M.Kes yang yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.


(8)

ix

7. Ayahanda M. Noor dan Ibunda Rismawati selaku orang tua penulis yang tidak hanya berkorban dalam materi tapi banyak mendukung dalam segi moril.

8. Nurhusna, Muhammad Idris dan Humairah selaku adik tersayang yang selalu memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Temen-temen saya Cinta yolanda sari, Am,Keb, SKM, Sarah ardillah, Amd, Keb, SKM, Siti sri maga yanti Am,Keb, SKM, Regina putri Am,Keb, SKM, Ika maulina Am,Keb, SKM, Windha ramadhani Am,Keb, SKM, Elvira Am,Keb, SKM, Dian Am,Keb, SKM.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat terbatasnya kemampuan dan kurangnya pengalaman yang penulisan memiliki. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapakan kritikan dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi seluruh mahasiswa FKM USU dan umumnya bagi pembaca sekalian. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, Mei 2015 Penulis R o h a n i


(9)

x DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Perilaku ... 6

2.1.1 Konsep Perilaku ... 6

2.1.2 Perilaku Kesehatan ... 9

2.1.3 Bentuk-Bentuk Perilau ... 10

2.1.4 Determinan Perilaku ... 15

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 16

2.2.1 Tujuan Peningkatan PHBS ... 17

2.2.2 Manfaat PHBS ... 18

2.2.3 Konsep Tatanan ... 18

2.2.4 PHBS di Berbagai Tatanan ... 19

2.2.5 Strategi PHBS ... 19

2.2.6 Indikator PHBS ... 21

2.3 PHBS Tatanan Institusi Pendidkan ... 23

2.4 Manfaat PHBS Bagi Institusi Pendidikan ... 24

2.5 Penerapan PHBS di Institusi Pendidikan... 24

2.5.1 Indikator Perilaku ... 24

2.5.2 Indikator Lingkungan ... 30

2.6 Kerangka Konsep ... 33

2.7 Hipotesa Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 34

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.2.1 Lokasi ... 34

3.2.2 Waktu Penelitian ... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 34


(10)

xi

3.3.2 Sampel ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4.1 Data Primer ... 36

3.4.2 Data Sekunder ... 36

3.5 Definisi operasional ... 36

3.6 Aspek Pengukuran ... 37

3.6.1 Pengetahuan ... 37

3.6.2 Sikap ... 37

3.6.3 Tindakan ... 39

3.7 Pengumpulan Data ... 39

3.8 Analisa Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1 Gambaran Umum Akademi Kesehatan Pemerintah Langkat ... 42

4.1.1 Demografi ... 42

4.1.2 Sarana dan Prasarana ... 42

4.2 Analisis Univariat ... 43

4.2.1 Gambaran Pengetahuan Mahasiswi Tentang PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat ... 43

4.2.2 Gambaran Sikap Mahasiswi Tentang PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat ... 46

4.2.3 Gambaran Tindakan Mahasiswi Tentang PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat ... 49

4.3 Analisis Bivariat ... 52

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Terhadap PHBS di Akadem Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tahun 2015 ... 52

BAB V PEMBAHASAN ... 53

5.1 Hubungan Pengetahuan Mahasiswi dengan Tindakan Terhadap Mahasiswi Tentang PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat ... 53

5.2 Hubungan Sikap Mahasiswi dengan Tindakan Terhadap Mahasiswi Tentang PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat ... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 58

6.1 Kesimpulan ... 58

6.2 Saran ... 59


(11)

xii LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner ... 61

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian... 69

Lampiran 3 Surat Balasan Pelaksanaan Penelitian ... 70

Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian ... 71

Lampiran 5 Master Data... 72

Lampiran 6 Hasil Analisis Univariat dan Bivariat ... 78


(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Besar Sampel Setiap Kelas di Asrama Akademi Kesehatan

Pemerintah Kabupaten Langkat ... 36 Tabel 4.1 Jumlah Fasilitas di Asrama Akademi Kesehatan

Pemerintah Kabupaten Langkat Tahun 2015 ... 42 Tabel 4.2 Distribusi Mahasiswi Berdasarkan Pengetahuan Tentang

PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten

Langkat ... 43 Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Mahasiswi Tentang PHBS di Akademi

Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat... 44 Tabel 4.4 Distribusi Mahasiswi Berdasarkan Sikap Tentang

PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten

Langkat ... 46 Tabel 4.5 Distribusi Sikap Mahasiswi Tentang PHBS di Akademi

Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat... 47 Tabel 4.6 Distribusi Mahasiswi Berdasarkan Tindakan Tentang

PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten

Langkat ... 50 Tabel 4.7 Distribusi Tindakan Mahasiswi Tentang PHBS di Akademi

Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat... 50 Tabel 4.8 Hubungan Faktor Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan

Mahasiswi Terhadap PHBS di Akademi Kesehatan


(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR


(14)

v ABSTRAK

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di institusi pendidikan adalah upaya untuk memberdayakan siswi, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan institusi pendidikan yang sehat dan keadaan kesehatan tubuh yang berhubungan dengan gaya hidup seseorang. Penerapan PHBS yaitu kebersihan pribadi, tidak merokok, olahraga teratur, makan buah dan sayur setiap hari, mencuci tangan dengan air bersi dan sabun, jamban, air bersih, tempat sampah dan saluran pembuangan akhir limbah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat tentang perilaku hidup bersih dan sehat Tahun 2015.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross-sectional bertujuan untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat tentang perilaku hidup bersih dan sehat Tahun 2015. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi kebidanan tingkat I, II dan III.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan terhadap PHBS adalah baik sebanyak 41 orang (82%), sikap terhadap PHBS adalah baik sebanyak 29 orang (58,0%) dan tindakan terhadap PHBS adalah kurang baik sebanyak 29 orang (58,0%), hasil menunjukan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan tindakan PHBS (p>0,271), dan terdapat hubungan antara sikap dan tindakan terhadap PHBS (p<0,002).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi ukuran tentang perlaku hidup bersih dan sehat dalam masyarakat, dan dijadikan panduan untuk usaha dan strategi yang lebih efektif dalam mendidik masyarakat dan mahasiswi dapat meningkatkan PHBS individu maupun orang disekitarnya agar terhindar dari keluhan-keluhan penyakit.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan mahasiswi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.


(15)

vi ABSTRACT

Clean and Healthy Behavior in educational institutions is an attempt to empower students, teachers and the public school environmentin order to know, willing and able to practice PHBS and play an active rolein creating healthy educational institutions and the state of health of the body associated with a person's lifestyle. Application of PHBS that personal hygiene, not smoking, exercising regularly, eatingfruits and vegetables everyday, wash your hands with water and soap insisted, latrines, clean water, trashand sewagedrain send.

This study aims to determine the correlation between knowledge and attitudes with practice Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat about clean and healthy behavior 2015.

This research is descriptive analytic cross-sectional design to identify the correlation between knowledge and attitude with Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat about clean and healthy behavior 2015. The sample used in this study is midwifery student level I, II and III.

The results showed that the level of knowledge of good PHBS are as many as 41people (82%), attitudes toward PHBS are good as much as 29 people (58.0%) and action against PHBS is unfavorableas much as 29 people (58.0%), results shows that there is no relation between knowledge with practice PHBS (p>0.271), and there is a relation ship between attitudes and practice against PHBS (p <0.002).

The result is expected to reflect the level of knowledge and application of the clean and healthy lifestyle within the community, and as a guide to plan more effective strategies and approach in educating the public in general and the studentis to in crease PHBS individuals and those a round them in order to a void complaints of illness.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem Pemberdayaan Masyarakat. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat di tetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” (PHBS 2010). Visi PHBS 2010 adalah keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka mencegah timbulnya penyakit, menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan, memanfaatkan pelayanan kesehatan, serta mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes RI, 2011).

Keadaan kesehatan tubuh sangat berhubungan dengan gaya hidup seseorang. Kebiasaan-kebiasaan tertentu dapat menicu dan meningkatkan resiko kejadian sesuatu penyakit, sebagai contoh kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko kejadian kanker paru, kanker mulut, kanker nasofaring, serta impotensi pada perokok tersebut. Kabiasaan makan yang buruk seperti memakan makanan yang manis, berlemak, tinggi kalori serta tinggi kandungan natriumnya dapat


(17)

2

meningkatkan resiko kejadian diabetes melitus, hipertensi, arterosklerosis serta penyakit jantung koroner. Sementara itu, kebiasaan berolah raga pula dapat mengurangi resiko terjadinya obesitas, osteoporosis dan penyakit jantung dan kebiasaan macuci tangan dapat mengurangi penularan penyakit-penyakit infeksi.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelurga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), melalui pendekatan pimpinan (advocasy), bina suasana (social suport) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) (Dinkes Prov.Sumut, 2012).

Pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dikelompokkan menjadi 5 tatanan yaitu tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat kerja dan tempat umum. Dari beberapa tatanan PHBS tersebut, rumah tangga merupakan tatanan awal dari pelaksanaan PHBS karena rumat tangga merupakan kelompok masyarakat terkecil yang paling dekat dengan individu, oleh karena itu hendaknya pelaksanaan PHBS di tatanan rumah tangga

mendapat perhatian besar agar dapat berjalan maksimal. PHBS memiliki 7 indikator perilaku dan 3 indikator lingkungan. Indikator perilaku terdiri dari

tidak merokok di dalam rumah, makan buah serta sayur setiap hari, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penimbangan bayi dan balita, mecuci tangan

pakai sabun, memberikan ASI Eklusif dan melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit secara rutin. Indikator lingkungan meliputi jamban keluarga, air bersih


(18)

3

dan memberantas jentik nyamuk. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di institusi pendidikan adalah upaya untuk memberdayakan siswi, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan institusi pendidikan yang sehat (Depkes RI, 2011).

Hasil penelitian dari Sitinjak (2010) mengatakan hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare yaitu pendidiakn ibu berhubungan dengan kejadian diere (p=0,013), menggunakan air bersih (p=0,017), menggunakan jamban (p=0,004) dan perilaku cuci tanggan sabun (p=0,000). Perilaku cuci tangan pakai sabun disebabkan kurangnya pengawasan dan didikan ibu terhadap anak sehingga anak tersebut langsung memekan makanan dengan tangan kotor tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

Menurut Mufidah (2007) hubungan perilaku pola hidup sehat mahasiswa dengan hasil bahwa tingkat pengetahuan tehadap pola hidup sehat baik, sikap terhadap pola hidup sehat baik namun tidak dengan tindakan perilaku pola hidup sehatn yang kurang baik di kalangan mahasiswi dengan tindakan mahasiswa yang kurang melakukan kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan tindakan mahasiswa yang kurang berolahraga disebabkan oleh faktor pengurusan waktu yang tidak baik sehingga kesibukan belajar dijadikan faktor penghalang untuk olahraga secara rutin.

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 menyajikan data bahwa baru 64,41% sarana yang telah dibina kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi pendidikan (67,52%), tempat kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas


(19)

4

kesehatan (77,02%) dan sarana lain (62,26%). Pencapaian pada tahun 2014 PHBS dapat tercapai, tentu diperlukan upaya–upaya untuk pembinaan PHBS di semua tatanan lain (Depkes RI, 2009).

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, pencapaian perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2008 (62,45 %), tahun 2010 (62,71 %), tahun 2011 (53,09 %), tahun 2012 (54,30 %), strategi perilaku hidup bersih dan sehat memfokuskan pada lima program prioritas yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (P2PTM) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

Program-program yang berdasarkan perilaku hidup bersih dan sehat banyak dijalankan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kepentingannya. Penelitian-penelitian yang telah dijalankan menunjukkan peningkatan pengetahuan ini tidak terjadi seiring dengan tindakan maka bagaimana pengetahuan dan tindakan kalangan mahasiswi akademi kesehatan yang merupakan kelompok yang telah diberi berbagai aspek pengetahuan tentang kesehatan dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalah di atas maka perumusan masalah yang dapat dikembangkan adalah bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Langkat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tahun 2015.


(20)

5 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Langkat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tentang perilaku hidup bersih dan sehat

b. Mengetahui sikap mahasiswi tentang perilaku hidup bersih dan sehat c. Mengetahui aplikasi perilaku hidup bersih dan sehat oleh mahasiswi dalam

kehidupan sehari-hari

d. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan mahasiswi tentang perilaku hidup bersih dan sehat


(21)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku

2.1.1 Konsep Perilaku

Perilaku adalah respon/reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya sendiri (Ali, 2010), menurut Skinner (1938) dikutip Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa perilaku merupakan respon terhadap stimulasi yang diterima dari luar. Oleh karena itu ada stimulasi tersebut, maka akan terjadi perilaku pada organisme tersebut yang merupakan respon, sehingga teori ini dinamakan “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respon yang relatif tetap.

2. Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulasi ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku Tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert), respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih


(22)

7

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain, maka disebut covert behaviour atau

unobservable behaviour.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah diamati atau dilihat, maka disebut overt behaviour.

Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang perilaku (Machfoedz dan Suryani, 2007) :

1. Teori Naluri (Instinc Theory)

Menurut McDougall perilaku itu disebabkan oleh naluri. Naluri merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan dan naluri akan mengalami perubahan karena pengalaman. Pendapat McDougall ini mendapatkan tanggapan yang cukup tajam dari F. Allport yang menerbitkan buku Psikologi Sosial pada tahun 1942, yang berpendapat bahwa perilaku manusia itu disebabkan oleh banyak faktor, termasuk orang-orang yang ada disekitarnya dengan perilakunya

2. Teori Dorongan (Drive Theory)

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu.


(23)

Dorongan-8

dorongan ini berkaitann dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme ini mempunyai kebutuhan dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut, oleh karena itu menurut Hull disebut juga teori drive reduction.

3. Teori Intensif (Incentive Theory)

Dengan intensif akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku. Insentif atau disebut juga reinforcement ada yang positif dan negatif.

Reinforcement positif adalah yang berkaitan dengan hadiah atau

award, sedangakan reinforcement negatif adalah yang berkaitan dengan sanksi sehingga dapat mengahambat organisme dalam berperilaku, ini berarti perilaku timbul karena adanya insentif atau

reinforcement.

4. Teori Atribusi

Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah perilaku tersebut disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap dsb) atau keadaan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider dan teori ini menyangkut lapangan psikologi sosial. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi interna, tetapi juga dapat atribusi eksternal.


(24)

9 2.1.2 Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku dari skinner pada pembahasan sebelumnya, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Maka perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan mejadi tiga kelompok, yaitu:

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit dan usaha untuk penyembuhan. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari tiga aspek, yaitu:

a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat.

c. Perilaku gizi (makanan dan minuman).

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Tindakan atau perilaku ini mulai dari megobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.


(25)

10 3. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang (organisme) merespons lingkungan terhadap stimulus yang diterima, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya, dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan seseorang dalam mengelola lingkungannya sehingga tidak menyebabkan sakit baik bagi diri sendiri maupun anggota keluarga yang lain serta masyarakat sekitar. Misalnya, bagimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

2.1.3 Bentuk-Bentuk Perilaku

Benyamin Bloom membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: a). Perilaku kongnitif (kesadaran, pengetahuan), b).Afektif (emosi), c). Psikomotor (gerakan, tindakan). Menurut Kihajar Dewantoro membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: a). Cepta (peri akal), b). Rasa ( peri rasa), c). Karsa (peri tindak). Menurut Ahli-ahli lain a). Knowledge (pengetahuan), b). Attitude (sikap), c). Practice (tindakan) ( Ali, 2002).


(26)

11

Perkembangannya untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni: 1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

a. Proses Adopsi Perilaku

Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), seperti yang dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest,yakni orang tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, yakni orang mulai mencoba perilaku baru.

5. Adaption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.


(27)

12

b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengatahuan yang tercakup di dalam doamain kognitif mempunyai 6 tingkatan : (Notoatmodjo, 2012)

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajri sebelumnya.

2. Memehami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


(28)

13 6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

2. Sikap (attitude)

Menurut L.L Thurston, sikap sebagai tindakan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologis. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Menurut Notoatmodjo (2012) sikap dibedakan atas beberapa tindakan : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang tinggi.


(29)

14

Menurut Allport (1954) bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu : 1. Keyakinan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

2. Kepercayaan, ide, konsep terhadap suatu konsep. 3. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dalam pembentukan sikap , pengetahuan, berfikir, keyakina dan emosional memegang peranan yang sangat penting (Notoatmodjo, 2012).

3. Praktek atau tindakan (Practice)

Suatu sikap belum pasti akan dilakukan dalam bentuk tindakan (overt behavior). Bahwa untuk menunjukkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapatkan konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lain-lain.

Tingkat-tingkat praktek : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.


(30)

15 2. Respons Terpimpin (Guided Responses)

Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupkan indiktor prektek tingkat dua. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasianya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.

2.1.4 Determinan Perilaku

Menurut Lawrence Green (1980), seperti yang dikutip Notoatmodjo (2012), perilaku ditentekan oleh 3 faktor utama, yaitu:

1. Faktor presisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap


(31)

16

seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan. Misalnya perilaku ibu untuk memeriksakan kehamilannya akan dipermudah apabila ibu tersebut tahu apa manfaat periksa hamil, tahu siapa dan dimana periksa hamil tersebut dilakukan.

2. Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, saran atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Misalnya, untuk terjadinya perilaku ibu periksa hamil, maka diperlukan bidan atau dokter, fasilitas periksa hamil seperti puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu dan sebagainya.

3. Faktor penguat (reinforcing factors)

Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sering terjadi bahwa masyarakat sudah tahu manfaat keluarga berencana (ber-KB) dan juga telah tersedia di lingkungannya fasilitas pelayanan KB, tetapi mereka belum ikut KB karena alasan yang sederhana.

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Menurut Permenkes RI No.2269/MENKES/PER/XI/2011 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan harus


(32)

17

dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolahan air minum dan makanan yang memenuhi syarat, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan lain-lain.

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakam salah satu program prioritas pemerintah melalui puskesmas dan menjadi sasaran luaran dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, seperti yang disebutkan pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 (Kemenkes, 2011). Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna. Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat yang berhungan dengan PHBS.

Kaitan perilaku tentang kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran, yang membuat individu, keluarga dan masyarakat mampu menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat (Maryunani, 2013).


(33)

18 2.2.1 Tujuan Peningkatan PHBS

Membudayanya perilaku hidup bersih dan sehat bagi perorangan, keluarga/kelompok, masyarakat umum, meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Depkes, 2011).

2.2.2 Manfaat PHBS

Promkes Depkes RI (2006) menjelaskan beberapa manfaat akan diperoleh apabila menerapkan PHBS dalam kehidupan, yaitu :

1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.

3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Jaminan Pemeliharan Kesehatan, Pondok Bersalin Desa (Polindes) dan lain-lain.

2.2.3 Konsep Tatanan

Tatanan adalah suatu tempat dimana manusia secara aktif memanipulasi lingkungan, sehingga menciptakan dan sekaligus juga mengatasi masalah-masalahnya dibidang kesehatan, maka pembinaan PHBS harus disesuaikan untuk masing-masing tatanan. Adanya lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Pembinaan PHBS dilakukan melalui pendekatan tatanan,


(34)

19

karena setiap orang hidup dalam tatanannya yang saling mempengaruhi dan menimbulkan interaksi yang dinamis antarberbagai pribadi dalam tatanannya, sehingga dapat memacu peningkatan perilaku positif antar anggota dalam tatanan tersebut untuk mementau, menilai dan mengukur tingkat kemajuan tatanan agar lebih mudah dibandingkan dengan perorangan (Depkes, 2011).

2.2.4 PHBS di Berbagai Tatanan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat mencakup semua perilaku yang harus dipraktikkan di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatn ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi dan pemeliharaan kesehatan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat sasaran dikelompokan dalam lima tatanan, yaitu:

1. Tatanan Rumah Tangga

2. Tatanan Institusi Pendidikan (sekolah, madrasah, dsb) 3. Tatanan Institusi Kesehatan (puskesmas, RS, klinik bersalin) 4. Tatanan Tempat Kerja (kantor, pabrik, tempat usaha)

5. Tatanan Tempat (tempat ibadah, pasar, tempat rekreasi, dsb) 2.2.5 Strategi Perilaku hidup Bersih dan Sehat

Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS, yaitu:


(35)

20 1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attiude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).

2. Bina Suasana (Social Support)

Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada. Oleh karena itu untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok dan pendekatan masyarakat umum.

3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencan untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu :


(36)

21

a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

2.2.6 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktifitas pokok yang telah sesuai dengan dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Mengacu pada pengertian perilaku sehat, indikator ditetapka berdasarkan area wilayah (Depkes RI, 2011).

1. Indikator Nasional

Ditetapkan 3 indikator, yaitu:

a. Presentase penduduk tidak merokok.

b. Presentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan. c. Presentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga.

Alasan dipilihnya ke tiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan regional (Mega Country Health Promotion Network Healthy Asean Life Styles), seperti merokok telah menjadi issue global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung, kanker paru-paru juga disinyalir menjadi entry point untuk narkoba. Pola makanan yang buruk akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan menjadikan generasi yang lemah/generasi yang hilang dikemudian hari. Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil akan melahirkan bayi yang kurang sehat, bagi usia produksi akan mengakibatkan


(37)

22

metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit seperti jantung, paru-paru dan lain-lain.

2. Indikator PHBS di tiap tatanan

Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di lima, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan sarana kesehatan, tatanan tempat kerja dan tatanan tempat-tempat umum. Berikut adalah indikator ditiap tatanan:

Tatanan Indikator Perilaku Indikator Lingkungan Rumah

Tangga

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberikan ASI Ekslusif 3. Menimbang bayi dan balita

4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

5. Makan buah dan sayur setiap hari 6. Melakukan aktifitas fisik setiap hari 7. Tidak merokok di dalam rumah

1. Air bersih

2. Jamban sehat / keluarga 3. Memberantas jentik nyamuk

Institusi Pendidikan

1. Kebersihan pribadi 2. Tidak merokok 3. Olahraga teratur

4. Makan buah dan sayur setiap hari 5. Mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun

1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL

Sarana Kesehatan

1. Tidak merokok

2. Kebersihan lingkungan 3. Kebersihan kamar mandi

1.Ada jamban 2.Ada air bersih 3.Ada tempat sampah 4.Ada SPAL

5.Ada IPAL (RS) 6.Ventilasi

7.Tempat cuci tangan 8.Ada pencegahan serangga Tempat

Kerja

1. Menggunakan alat pelindung

2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok

3. Olahraga teratur 4. Bebas NAPZA 5. Kebersihan

6. Ada asuransi kesehatan

1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL

5. Ventilasi 6. Pencahayaan

7. Ada K3 ( Kesehatan Keselamatan Kerja)


(38)

23

8. Ada kantin

9. Terbebas dari bahan berbahaya

10. Ada klinik

Tempat-tempat Umum

1. Kebersihan jamban 2. Kabersihan lingkungan

1.Ada jamban 2.Ada air bersih 3.Ada tempat sampah 4.Ada SPAL

5.Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)

Sumber: (Depkes, 2011)

2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Institusi Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di institusi pendidikan adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru dan masyarakat lingkungan institusi pendidikan agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang diprektikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2011)

Hidup bersih dan sehat adalah dambaan setiap manusia, karena semua kegiatan dan aktivitas manusia di dunia ini sangat bergantung pada kebersihan dan kesehatan. Sebagai contoh apabila seorang tidak bersih dalam merawat tubuhnya, maka kesehatannya akan terganggu dan akan mengakibatkan terserang penyakit (Maryunani, 2013).


(39)

24

2.4 Manfaat PHBS Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan yang menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari akan mendapat manfaat sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit 2. Meningkatkan semangat belajar

3. Meningkatkan produktivitas belajar 4. Menurunkan angka absensi karena sakit

5. Meningkatkan semangat belajar siswi berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan

6. Menurunkan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orang tua 7. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat.

2.5 Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Intitusi Pendidikan 2.5.1 Indikator Perilaku

1. Kebersihan Pribadi

a. Memelihara rambut agar bersih dan rapi

Kebersihan rambut berguna untuk melindungi kepala dan memberikan keindahan, rambut yang bersih tidak akan menjadi sarang kutu, ketombe dan sangat mudah kotor. Adapun pemeliharaan rambut dapat dilakukan dengan cara : Mencuci rambut dan memangkas atau memotong rambut.

b. Memakai pakaian bersih dan rapi

Kebersihan pakaian berguna untuk melindungi kulit dari kotoran yang berasal dari luar seperti debu, lumpur dan mencegah masuknya bibit penyakit. Pemeliharaan pakaian sudah tentu pakaian yang dipakai seseorang harus


(40)

25

bersih maka pakaian hendaknya diganti setelah selesai mandi atau bila basah, baik terkena air maupun terkena keringat. Pakaian yang bersih adalah pakaian yang dicuci dan kadang ada perlu di seterika, kalau tidak bisa langsung dicuci pakaian yang basah jangan ditumpuk sebaiknya baju digantung untuk mencegah tumbuhnya jamur (karena jamur akan tumbuh subur ditempat yang lembab). Setelah dicuci baju di setrika dengan baik dan rapi hendaknya mencuci pakaian dengan air bersih dan sabun cuci/deterjen yang dapat menghilangkan kotoran perlu diingat bahwa menjemur pakaian dengan sinar matahari dapat membunuh hama penyakit.

c. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih

Kuku mempunyai fungsi dan peranan yang amat penting dalam kehidupan kita, kuku yang kotor dapat menjadi sarang berbagai kuman penyakit. Ciri-ciri kuku yang baik yaitu kuku harus tumbuh dengan baik, kuat, bersih dan halus. Tidak membiarkan kuku terlalu panjang.

2. Tidak merokok

Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya diantaranya :

a. Nikotin adalah suatu bahan adikdif, bahan yang dapat membuat orang menjadi ketagihan, menimbulkan ketergantungan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah.


(41)

26

b. Tar adalah kumpulan dari ratusan atau ribuan bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, tar mengandung bahan-bahan karsinogendapat menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan pemicu kanker c. CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen

sehingga sel-sel tubuh akan mati(Aditama, 2011).

Wanita muda sering termotivasi untuk merokok karena keinginan untu mengekalkan bentuk tubuh yang menarik serta kelihatan ‘gaul’ daripada mencegah kejadian penyakit pada usia lanjut. Walaupun perokok mempunyai keinginan untuk berhenti merokok, terdapat berbagai alasan dan pengaruh yang terus menjebak mereka seperti pengaruh dari teman, pengiklanan dan lain-lain (Hanlon, 2006).

3. Olahraga teratur

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan kualitas hidup. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan fungsional jasmani, rohani dan sosial. Olahraga yang dapat dilakukan seperti jalan cepat atau jalan lambat (jogging), senam aerobik, senam pernafasan dan lain-lain (Maryunani, 2012).

Olahraga merupakan aktivitas tubuh yang dapat meningkatkan atau mengembalikan kondisi fisiologis dan kesehatan tubuh. Olahraga teratur dapat meningkatkan respon sistem imun dan mencegah kejadian penyakit-penyakit seperti penyakit jantung, diabetes melitus tipe 2 dan obesitas. Selain itu dengan berolahraga juga dapat meningkatkan kesehatan mental, mencegah depresi,


(42)

27

membantu meningkatkan rasa percaya diri serta membuat bentuk tubuh menjadi menarik (Depkes, 2009).

olahraga yang teratur telah terbukti dapat mencegah dan mengurangi penyakit-penyakit kronis dan mengancam nyawa seperti hipertensi, obesitas, penyakit jantung, diabetes tipe 2, insomnia dan depresi. Berdasarkan penelitian olahraga yang teratur oleh seorang individu yang sehat akan menyebabkan pelepasan sejenis opioid narural tubuh yaitu endorfin yang menyebabkan euforia dan meningkatkan hormon pertumbuhan dan testosteton (Santoso, 2009).

4. Makan buah dan sayur setiap hari

Untuk menunjang aktivitas tubuh, manusia perlu makan, selain untuk mengembalikan energi yang terpakai makan juga untuk memenuhi kebutuhan akan protein, mineral dan vitamin. Pola makan tidak sehat ini akan mempengaruhi kesehatan tubuh mulai dari yang ringan seperti gangguan sistem pencernaan hingga berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes dan penyakit jantung (Siswono, 2003).

Makan makanan bergizi berarti mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang sehingga dapat memelihara kesehatan tubuh, namun tidak berlebihan. Mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran setiap hari. Makan buah dan sayur setiap hari sangat penting, kerena mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh dan mengandung serat yang tinggi.


(43)

28

Makanan seimbang yang dimaksud adalah haruslah memiliki kandungan zat gizi yang meliputi karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, lemak dan serat. Oleh karena itu enting untuk diketahui bahwa untuk hidup yang lebih sehat makanlah makanan dari berbagai jenis dan sumber. Makan secara teratur dan kurangilah pengambilan makanan yang tinggi kandungan gula, garam dan lemak (Siswono, 2003).

Manfaat vitamin yang ada didalam sayur dan buah a. Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata b. Vitamin D untuk ksehatan tulang

c. Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda d. Vitamin K untuk pembekuan darah

e. Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi f. Vitamin B mencegah penyakit beri-beri

g. Vitamin B12 meningkatkan nafsu makan

5. Kebiasaan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Mencuci tangan adalah tindakan membersihkan tangan dengan atau tanpa air, cairan lain dan sabun dengan tujuan membersihkan tangan daripada kotoran dan mikroorganisme. Tujuan tindakan mencuci tangan adalah untuk membersihkan tangan dari patogen (termasuk bakteri dan virus) dan zat-zat kimiawi yang dapat membahayakan dan mengancam kesehatan. Kebiasaan ini harus diterapkan kepaa seluruh masyarakat karena tindakan paling efektif untuk mencegah penyebaran patogen adalah dengan mencuci tangan dengan benar. Mencuci tangan tidak dapat mencegah penyakit yang bersifat droplet


(44)

29

dan airborne seperti campak, influenza dan tuberkulosis. Jenis penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan cara mencuci tangan adalah infeksi yang ditularkan secara fekal-oral serta kontak fisik, Selain menggunakan air dan sabun, tindakan mencuci tangan juga boleh dilakukan dengan menggunakan alkohol yang juga efektif membunuh patogen–patogen tertentu (Pusat Informasi Penyakit Infeksi, 2005).

Langkah-langkah mencuci tangan yang benar

a. Basahi tangan dengan air dibawah kran atau air mengalir.

b. Ambil sabun secukupnya untuk seluruh tangan. Jenis sabun yang lebih baik digunakan adalah sabun yang mengandung antiseptik.

c. Gosokkan kedua telapak tangan sampai ke ujung jari.

d. Telapak tangan menggosok punggung tangan kiri dan sebaliknya dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri, lakukan sebaliknya.

e. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci, usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan gerakan berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.

f. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan ke depan dan berputar, lakukan sebaliknya.

g. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar, lakukan pula untuk tangan kiri.

h. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir lalu keringkan tangan dengan handuk atau tisu(CDC, 2010).


(45)

30 2.5.2 Indikator Lingkungan

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenihi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor laingkungan yang mempunyai derajat kesehatan manusia (Azwar, 1995).

Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah. 1. Menggunakan jamban bersih dan sehat

Jamban adalah suatu ruang yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia.Kotoran manusia merupakan masalah yang sangat penting. Pembuangan tinja tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah menjadi sumber penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah terjangkit seperti tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan sebagainya (Chandra, 2007).

Jamban harus memenuhi syarat kesehatan seperti

a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter).

b. Tidak berbau

c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. d. Tidak mencemari tanah sekitar.

e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan. f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.


(46)

31 g. Penerangan dan ventilasi yang cukup.

h. Lantai kedap air dan luas ruangan maemadai. i. Tersedia air, sabun dan alat pembersih.

2. Menggunakan air bersih

Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari. Air bersih baik secara fisik tidak berwarna harus bening/jernih. Air tidak keruh harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainya. Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau dan tidak pahit harus bebas dari bahan kimia beracun. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang. Air bersih bermanfaat bagi tubuh supaya terhindar dari gangguan penyakit Diare, Kolera, Thypus, Kecacingan, Penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan (Proverawati, 2012).

Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar itu terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan dari air, untuk anak anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Air dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan antara lain: diminum, masak, mandi, mencuci dan pertanian. Menurut WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan dinegara-negara berkembang termasuk indonesia, tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Notoatmodjo, 2012).

Menjaga kebersihan sumber air bersih merupakan hal yang penting. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit


(47)

32

10 meter. Sumber mata air harus dilindung dari pencemaran. Air yang sehat harus mempunyai persyartan sebagai berikut:

1. Syarat fisik adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya, tidak keruh, bebas dari lumpur, samah busa. 2. Syarat bakteriologis adalah air untuk keperluan minum yang sehat harus

bebas dari segala bakteri.

3. Syarat kimia (Maryunani, 2013). 3. Membuang sampah ke tempat sampah

Sampah merupakan salah satu penyebab tidak seimbangnya lingkungan hidup. Sampah jika dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Potensi bahaya yang ditimbulkan oleh sampah dapat menyebabkan penyakit diare, kolera, tyfus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan sumber air bersih. Penyakit DBD dapat meningkat dengan cepat. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik, non-organik dan sampah bahan berbahaya (Proverawati, 2012).

Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat juga sabagai media bagi kehidupan vektor penyakit yang dapat mengganggu kesehatan. Pembuangan sampah yang terbuka dapat menyebarkan penyakit seperti penyakit kulit, jamur dan penyakit kontak langsung, kontaminasi makanan dan minuman maupun melalui udara yang bersumber pada sampah. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan


(48)

33

dibuang ke tempat penampungan sementara, bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara di timbun atau dibakar (Widyastuti, 2005). 4. Adanya SPAL ( Sarana Pengelolahan Air Limbah)

Limbah cair dapat berasal dari kamar mandi, peturasan, cucian barang/bahan dari dapur, limbah cair yang bersal dari WC/jamban. Limbah cair tersebut harus dikelola, karena bila dibuang sembarangan akan membuat lingkungan kotor, berbau dan mengurangi estetika dan kebersihan lingkungan, menjadi tempat perkembang biakan bibit penyakit seperti DBD, disentri, thypus dan lain-lain.

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep 2.7 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan mahasiswi Akademi Kebidanan Pemkab Langkat Stabat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

- Tingkat pengetahuan - Sikap

Tindakan mahasiswi tentang perilaku hidup


(49)

34 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan menggunakan deskriptif analitik dengan desain cross-sectional study yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitiaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Lokasi ini dilakukan pada asrama Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat yang berada di Kelurahan Kuala Binge Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian lapangan dilakukan pada Januari-April 2015. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh penghuni asrama Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat (Notoatmodjo, 2010).

3.3.2 Sampel

Simple dalam penelitian ini adalah sebagian yang diambil diseluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Cara pengambilan sampel yaitu dengan cara simple random sampling yaitu tehnik pengambilan sampel


(50)

35

dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada didalam anggota populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (sejenis), pengambilannya dapat dilakukan dengan lotere atau undian (Riduwan, 2010).

Banyaknya sampel dapat dicari dengan rumus Lameshow (1997) sebagai berikut:

� =��1− ����(1− ��) +�1− ����(1− ��) (�� − ��)²²

� =�1,96�0,51(1−0,51) + 0,84�0,71(1−0,71)

(0,71−0,51)²²

� =�0,98 + 0,38

0,04 �²

� =1,8496

0,04

� = 46,24 = 50 sampel

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah Keterangan :

n = besar sampel minimum

Z1-α = nilai Z pada derajat kemaknaan 95% = 1,96 Po = proporsi kejadian sebelumnya 51,9% = 0,51 Pa = proporsi yang diharapkan 71,9% = 0,71%

Pa-Po = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi dipopulasi 20% = 0,2


(51)

36

Tabel 3.1 Besar Sampel Setiap Kelas di Asrama Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat

Kelas Jumlah Populasi Besar Sampel

Kelas 1 80 20

Kelas 2 90 20

Kelas 3 92 10

Jumlah 262 50

3.4 Metode Pengumpilan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan mahasiswi yang terpilih dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah di sediakan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor tata usaha akademi kesehatan pemerintah kabupaten langkat.

3.5 Definisi Operasional

1. Tingkat pengetahuan adalah derajat pemahanan respondent terhadap perilaku hidup bersih dan sehat yang mencakupi 9 aspek yang dibagi atas 2 indikator. Indikator perilaku yaitu kebersihan pribadi, tidak merokok, olahraga teratur, makan buah dan sayur setiap hari, mencuci tangan dengan air dan sabun. Indikator lingkungan ada jamban, ada air bersih, ada tempat sampah, dan ada SPAL

2. Sikap adalah persepsi dan tanggapan terhadap kepentingan aplikasi PHBS dalam kebiasaan sehari-hari untuk mencapai dan memelihara derajat kesehatan yang optimal.


(52)

37

3. Tindakan adalah aplikasi dalam bentuk perlakuan dan kebiasaan sehari-hari oleh respondent yang dilihat dari aspek indikator perilaku yaitu kebersihan pribadi, tidak merokok, olahraga teratur, makan buah dan sayur setiap hari dan mencuci tangan dengan air besih dan sabun.

3.6 Aspek Pengukuran

Untuk mempermudah melakukan penilaian, maka diperlukan suatu cara pengukuran variabel secara berikut:

3.6.1 Pengetahuan

Variabel pengetahuan terdiri dari 22 pertanyaan. Variabel pengetahuan diukur dengan menggunakan skala Guttman nilai 1 : memilih jawaban benar, nilai 0 : memilih jawaban salah atau tidak menjawab pertanyaan. Pengukuran pengetahuan berupa pertanyaan tertutup pilihan jawaban a,b dan c. Dari hasil penelitian diatas diperoleh maka pengetahuan responden tertinggi bernilai 22. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut: (Pratomo, 1986)

1. Baik : 76%-100% jika total skor jawaban 17-22 2. Cukup baik : 40%-75% jika total skor jawaban 9-16 3. Kurang baik : 0-39% jika total skor jawaban 0-8 3.6.2 Sikap

Pengukuran tentang sikap berupa pernyataan tertutup dengan pilihan jawaban responden memilih jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya. Variabel sikap menggunakan skala Likert dengan mengukur melalui 20 pertanyaan dengan item jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak


(53)

38

setuju (Hidayat, 2009). Berdasarkan hasil penelitian diatas diperoleh skor jawaban responden tertinggi 80.

Dimana pernyataan sikap terdiri dari pernyataan positif dan negatif dengan penilaian sebagai berikut :

a. Untuk pernyataan positif (Favorable) untuk pertanyaan nomor (1,2,4,6,7,9.10,11,14,15,18,19) diberi skor:

Nilai 4 : Jawaban sangat setuju (SS) Nilai 3 : Jawaban setuju (S)

Nilai 2 : Jawaban tidak setuju (TS)

Nilai 1 : Jawaban sangat tidak setuju (STS)

b. Untuk pernyataan negatif (Unfavorable) untuk pertanyaan nomor (2,3,5,8,12,13,16,17,20) diberi skor:

Nilai 1 : Jawaban sangat setuju (SS) Nilai 2 : Jawaban setuju (S)

Nilai 3 : Jawaban tidak setuju (TS)

Nilai 4 : Jawaban sangat tidak setuju (STS)

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka ukuran tindakan responden menurut Pratomo (1990) adalah seperti berikut:

1. Baik : 76%-100% jika total skor jawaban 70-80 2. Cukup baik : 40%-75% jika total skor jawaban 60-69 3. Kurang baik : 0-39% jika total skor jawaban 40-59


(54)

39 3.6.3 Tindakan

Pengukuran tindakan menggunakan kuesioner dengan skala Ordinal yang terdiri dari 15 pertanyaan. Bentuk pertanyaan adalah tertutup dengan 3 pilihan jawaban yaitu ‘ya’, ‘kadang’ dan ‘tidak’ tergantung kebiasaan masing-masing respondent. Bagi setiap jawaban ‘ya’ akan di beri nilai 2, pertanyaan yang dijawab dengan ‘kadang’ deberi nilai 1 dan pertanyaan yang di jawab dengan ‘tidak’ diberi nilai 0. Nilai maksimal diberikan jika semua pertanyaan dijawab dengan dengan ‘ya’ adalah 30.

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka ukuran tindakan responden menurut Pratomo (1990) adalah seperti berikut:

1. Baik : 76%-100% jika total skor jawaban 21-30 2. Cukup baik : 40%-75% jika total skor jawaban 11-20 3. Kurang baik : 0-39% jika total skor jawaban 0-10 3.7 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing (pemeriksaan data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkapan atau terdapat keluhan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.


(55)

40 2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual.

3. Entry (memasukkan data)

Data yang akan dimasukkan yakni jawaban-jwaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau “software” computer.

4. Cleaning (pembersihan)

Cleaning atau pembersihan data yang artinya semua data dari setiap sumber data atau respon dan selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebgainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

3.8 Analisa Data

Dalam penelitian ini mengguankan analisis data secara akurat. 1. Analisis Univariat

Bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan ada 2 variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari tingkat pengetahuan dan sikap. Variabel dependen yaitu tindakan mahasiswi terhadap PHBS(Notoatmodjo, 2010).


(56)

41 2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel x dan variabel y. Uji analisis untuk mengetahui signifikansi-nya (derajat sebagai hasil atau nilai yang tidak dapat terjadi karena peluang, tetapi dapat dihubungkan dengan penyebab atau pengaruh khusus) untuk data nominal dan ordinal dapat digunakan uji chi-square.


(57)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat 4.1.1 Demografi

Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat terletak di Jl. T. Putra Aziz No. 2 Stabat Kelurahan Kuala Binge Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara yang terletak di lingkungan kantor Bupati Langkat dan Pemerintahan Kabupaten Langkat.

Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat memiliki program studi D – III Keperawatan dan D – III Kebidanan, Terakreditas B Status Kepemilikan PEMKAB Langkat PERDA No. 2 Tahun 2015.

4.1.2 Sarana dan Prasarana

Tabel 4.1 Jumlah Fasilitas di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tahun 2015

No. Fasilitas Jumlah

1. Ruang pimpinan 1

2. Ruang perkantoran administrasi 1

3. Ruang dosen 2

4. Ruang perpustakaan dan ruang baca 1

5. Ruang kuliah 12

6. Laboratorium kebidanan dan keperawatan 10

7. Laboratorium komputer dan bahasa 1

8. Laboratorium fisika kesehatan 1

9. Laboratorium bio medik 1

10 Gedung aula 1

11. Musholla 1

12. Lapangan olahraga 1

13. Air minum RO 1

14. Ruang asrama putra 3

15. Ruang asrama putri 10

16. Ruang makan 1


(58)

43 4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi yang dilihat berdasarkan variabel yang diteliti yaitu variabel pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 4.2.1 Gambaran Pengetahuan Mahasiswi Tentang PHBS di Akademi

Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat

Penelitian dilakukan terhadap 50 mahasiswi di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat, maka diperoleh distribusi frekuensi mahasiswi berdasarkan tingkat pengetahuan mahasiswi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Mahasiswi Berdasarkan Pengetahuan Tentang PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat

Pengetahuan Jumlah %

Baik dan Cukup baik 41 82,0

Kurang baik 9 18,0

Total 50 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas mahasiswi memiliki pengetahuan yang baik tentang PHBS yaitu sebesar 82,0%, namun masih ditemukan mahasiswi yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 18,0%.

Pengetahuan mahasiswi dapat dilihat pada distribusi jawaban mahasiswi terhadap pertanyaan tentang pengetahuan yang dapat dilihat pada Tabel 4.3


(59)

44

Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Mahasiswi Tentang PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat

No. Item Jawaban Benar Salah

Jlh % Jlh % 1 PHBS adalah upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga dan masyarakat untuk dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

36 72,0 14 28,0

2 Komponen-komponen PHBS adalah

kebersihan pribadi, tidak merokok, olahraga teratur, makan buah dan sayur setiap hari, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, jamban, air bersih, tempat sampah serta SPAL.

24 48,0 26 52,0

3 Kesehatan pribadi adalah kesehatan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat membina keluarga dan masyarakat yang sehat semua kegiatan/aktivitas manusia.

40 80,0 10 20,0

4 Akibat apabila seseorang kurang memperdulikan kesehatan pribadi adalah kesehatannya akan terganggu dan akan mengakibatkan terserang penyakit.

24 48,0 26 52,0

5 Yang dapat dihubungkan dengan rokok adalah menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin.

45 90,0 5 10,0

6 Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok.

39 78,0 11 22,0 7 Olahraga teratur adalah 20 menit setiap

sesi, 3 kali seminggu.

31 62,0 19 38,0 8 Penyakit-penyakit yang dapat dicegah

dengan berolahraga secara teratur adalah penyakit jantung dan kardiovaskuler, DM tipe 2 dan obesitas.

29 58,0 21 42,0

9 Efek olahraga teratur adalah meningkatkan fungsi fisiologis tubuh.

22 44,0 28 56,0 10 Makanan seimbang adalah makanan yang

dikonsumsi setiap individu untuk memenuhi kebutuhan selama satu hari dan mengandung zat gizi sesuai kebutuhan yang bersangkutan baik jumlah maupun jenis zat gizi.


(60)

45 Tabel 4.3 Lanjutan

No. Item Jawaban Benar Salah

Jlh % Jlh % 11 Makanan yang sesuai dengan piramida

makanan seimbang adalah makanan yang memiliki kandungan gizi yang meliputi karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, lemak dan serat untuk memenuhi kebutuhan selama satu hari.

23 46,0 27 54,0

12 Pola makan sehat adalah memakan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, lemak dan serat sesuai dengan porsi masing-masing.

39 78,0 11 22,0

13 Makanan siap saji tidak baik untuk kesehatan karena mengandung tinggi pengawet dan garam.

33 66,0 17 34,0

14 Cara mencuci tangan yang benar adalah menggunakan sabun dan air mengalir.

30 60,0 20 40,0 15 Mencuci tangan adalah pada saat sebelum

dan sesudah makan, sebelum menyediakan makanan, selepas memegang hewan, sesudah buang air besar dan kecil.

30 60,0 20 40,0

16 Mencuci tangan sebaiknya dengan air bersih dan sabun karena dapat membunuh dan mencegah penularan penyakit.

34 68,0 16 32,0

17 Jenis jamban yang memenuhi syarat adalah septic tank dengan leher angsa.

35 70,0 15 30,0 18 Syarat jamban sehat adalah tidak

mencemari sumber air, tidak berbau, kotoran tidak dapat di jamah oleh serangga dan tikus.

29 58,0 21 42,0

19 Air bersih yang memenuhi syarat fisik kesehatan adalah tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh dan tidak berbau.

35 70,0 15 30,0

20 Sebaiknya jarak minimal sumber air dengan sumber pencemaran (jamban, air kotor, lubang sampah) adalah 8-10 meter.

27 54,0 23 46,0

21 Tempat sampah yang memenuhi syarat adalah mudah di bersihkan, kedap air, memiliki penutup.

34 68,0 16 32,0

22 Fungsi dari SPAL adalah agar limbah cair dapat dikelola dengan baik, karena bila dibuang sembarangan akan membuat lingkungan kotor, berbau dan mengurangi estetika.


(61)

46

Hasil penelitian pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebesar 52,0% mahasiswi tidak tahu bahwa komponen-komponen PHBS adalah kebersihan pribadi, tidak merokok, olahraga teratur, makan buah dan sayur setiap hari, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, jamban, air bersih, tempat sampah serta SPAL, sebesar 52,0% mahasiswi tidak tahu bahwa akibat apabila seseorang kurang memperdulikan kesehatan pribadi adalah kesehatannya akan terganggu dan akan mengakibatkan terserang penyakit, sebesar 56,0% mahasiswi tidak tahu bahwa efek olahraga teratur adalah meningkatkan fungsi fisiologis tubuh, dan sebesar 54,0% mahasiswi tidak tahu bahwa makanan yang sesuai dengan piramida makanan seimbang adalah makanan yang memiliki kandungan gizi yang meliputi karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, lemak dan serat untuk memenuhi kebutuhan selama satu hari.

4.2.2 Gambaran Sikap Mahasiswi Tentang PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat

Penelitian dilakukan terhadap 50 mahasiswi di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat, maka diperoleh distribusi frekuensi mahasiswi berdasarkan sikap mahasiswi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Mahasiswi Berdasarkan Sikap Tentang PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat

Sikap Jumlah %

Baik dan Cukup baik 29 58,0

Kurang baik 21 42,0


(62)

47

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa mayoritas mahasiswi memiliki sikap baik tentang PHBS yaitu sebesar 58,0% dan hanya 42,0% yang memiliki sikap kurang baik terhadap PHBS.

Sikap mahasiswi dapat dilihat pada distribusi jawaban mahasiswi terhadap pertanyaan tentang sikap yang dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi Sikap Mahasiswi Tentang PHBS di Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat

No. Sikap

Jawaban

SS S TS STS

Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

1 Setiap orang harus

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

37 74,0 13 26,0 - - - -

2 Lingkungan asrama harus terus dipelihara agar selalu bersih dan nyaman.

35 70,0 15 30,0 - - - -

3 Mencuci tangan dapat membantu mencegah terjadinya penyakit jantung.

18 36,0 14 28,0 12 24,0 6 12,0

4 Mandi sebaiknya

dilakukan minimal 2x sehari.

16 32,0 8 16,0 25 50,0 1 2,0

5 Merokok dapat menambah pergaulan dan sudah menjadi trend dikalangan anak muda.

- - 11 22,0 19 38,0 20 40,0

6 Perokok pasif resiko penyakit dari pada perokok aktif.

22 44,0 14 28,0 14 28,0 - -

7 Olahraga merupakan

aktivitas tubuh yang dapat meningkatkan atau mengembalikan kondisi fisiologis dan kesehatan tubuh.

11 22,0 19 38,0 12 24,0 8 16,0

8 Melakukan aktivitas

seperti menyapu dan mengepel sama seperti melakukan olahraga.


(63)

48 Tabel 4.5 Lanjutan

No. Sikap

Jawaban

SS S TS STS

Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % 9 Pola makan yang sehat

adalah pola makan yang sesuai dengan piramida makanan seimbang.

25 50,0 25 50,0 - - - -

10 Pola makan yang buruk akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan.

26 52,0 24 48,0 - - - -

11 7 langkah mencuci tangan adalah cara yang efektif untuk memastikan tangan benar-benar bersih dan bebas kuman.

37 74,0 11 22,0 2 4,0 - -

12 Sebelum makan tidak perlu mencuci tangan dengan sabun.

20 40,0 5 10,0 25 50,0 - -

13 Jamban cemplung

digunakan untuk daerah pasang surut.

1 2,0 13 26,0 12 24,0 24 48,0

14 Perilaku seseorang yang BAB tidak di jamban atau di sembarang tempat dapat menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan.

28 56,0 19 38,0 3 6,0 - -

15 Air bersih bermanfaat bagi tubuh supaya terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit.

41 82,0 9 18,0 - - - -

16 Menggunakan zat-zat kimia seperti gas chloor, kaporit dapat dilakukan untuk membuat air jernih.

8 16,0 18 36,0 2 4,0 22 44,0

17 Cara pembuangan sampah biasanya di bakar.

- - - - 18 36,0 32 64,0 18 Tempat sampah sebaiknya

kedap air, mudah dibersihkan dan memiliki penutup.


(64)

49 Tabel 4.5 Lanjutan

No. Sikap

Jawaban

SS S TS STS

Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

19 Tersedianya tempat

sampah yang terpilah antara sampah antara sampah organik, non-organik dan sampah bahan berbahaya.

6 12,0 7 14,0 29 58,0 8 16,0

20 SPAL sebaiknya terbuka agar mudah dibersihkan.

18 36,0 10 20,0 12 24,0 10 20,0

Hasil penelitian pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa masih ditemukan mahasiswa yang setuju bahwa merokok dapat menambah pergaulan dan sudah menjadi trend di kalangan anak muda sebesar 22,0%, sebesar 28,0% mahasiswa tidak peduli bahwa perokok pasif beresiko penyakit dari pada perokok aktif, sebesar 40,0% mahasiswa tidak peduli bahwa olahraga merupakan aktivitas tubuh yang dapat meningkatkan atau mengembalikan kondisi fisiologis dan kesehatan tubuh, sebesar 50,0% mahasiswa menganggap bahwa melakukan aktivitas seperti menyapu dan mengepel sama seperti melakukan olahraga, sebesar 50,0% mahasiswa merasa bahwa tidak perlu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, sebesar 72,0% mahasiswa menyebutkan bahwa jamban cemplung digunakan untuk daerah pasang surut, sebesar 36,0% tidak peduli bahwa tempat sampah sebaiknya kedap air, mudah dibersihkan dan memiliki penutup, sebesar 74,0% mahasiswa merasa tidak perlu ada tempat sampah terpilah antara sampah organik, non-organik dan sampah bahan berbahaya dan sebesar 56,0% tidak peduli bahwa SPAL sebaiknya terbuka agar mudah dibersihkan.


(1)

Tersedia tempat sampah.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 50 100.0 100.0 100.0

Selalu membuang sampah ke tempat sampah.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kadang 30 60.0 60.0 60.0

Ya 20 40.0 40.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Selalu menjaga membersihkan lingkungan sekitar.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 1 2.0 2.0 2.0

Kadang 30 60.0 60.0 62.0

Ya 19 38.0 38.0 100.0


(2)

Crosstabs

Pengetahuan * Tindakan

Crosstab

Tindakan

Total Baik Kurang baik

Pengetahuan Baik Count 19 22 41

% within Pengetahuan

46.3% 53.7% 100.0%

% within Tindakan 90.5% 75.9% 82.0%

% of Total 38.0% 44.0% 82.0%

Kurang baik Count 2 7 9

% within Pengetahuan

22.2% 77.8% 100.0%

% within Tindakan 9.5% 24.1% 18.0%

% of Total 4.0% 14.0% 18.0%

Total Count 21 29 50

% within Pengetahuan

42.0% 58.0% 100.0%

% within Tindakan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 42.0% 58.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 1.762a 1 .184 .271 .171

Continuity Correctionb .911 1 .340

Likelihood Ratio 1.876 1 .171 .271 .171

Fisher's Exact Test .271 .171

Linear-by-Linear Association

1.727c 1 .189 .271 .171 .131


(3)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan (Baik / Kurang baik)

3.023 .559 16.334

For cohort Tindakan = Baik

2.085 .588 7.395

For cohort Tindakan = Kurang baik

.690 .440 1.082

N of Valid Cases 50

Sikap * Tindakan

Crosstab

Tindakan

Total Baik Kurang baik

Sikap Baik Count 18 11 29

% within Sikap 62.1% 37.9% 100.0%

% within Tindakan

85.7% 37.9% 58.0%

% of Total 36.0% 22.0% 58.0%

Kurang baik Count 3 18 21

% within Sikap 14.3% 85.7% 100.0%

% within Tindakan

14.3% 62.1% 42.0%

% of Total 6.0% 36.0% 42.0%

Total Count 21 29 50

% within Sikap 42.0% 58.0% 100.0%

% within Tindakan

100.0% 100.0% 100.0%


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 11.416a 1 .001 .001 .001

Continuity Correctionb 9.539 1 .002

Likelihood Ratio 12.308 1 .000 .001 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association

11.188c 1 .001 .001 .001 .001

N of Valid Cases 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,82. b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 3,345.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sikap (Baik / Kurang baik)

9.818 2.340 41.194

For cohort Tindakan = Baik

4.345 1.467 12.866

For cohort Tindakan = Kurang baik

.443 .269 .728


(5)

LAMPIRAN 6

FOTO WAWANCARA MAHASISWI AKADEMI KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT


(6)

Dokumen yang terkait

Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

10 151 130

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Tahun 2012

2 75 63

Hubungan Pengetahuan dan Sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011

13 117 114

Hubungan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada Keluarga Di Desa Simalingkar Kecamatan Pancurbatu

3 49 85

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Anak-anak Di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2009

4 47 107

Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

7 84 63

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Kartasu

0 7 11

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT ) Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pengetahuan Kader Tentang Phbs Dengan Kelengkapan Pengisian Form Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs)Di P

1 4 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

0 1 28

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

0 0 13