20
dengan undang-undang yang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin
dan pengeluaran pembangunan dan bila ada sisa surplus akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah.
2 Fungsi Mengatur regulerend
Fungsi  mengatur  regulerend  adalah  suatu  fungsi  bahwa  pajak-  pajak tersebut akan digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan- tujuan
tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan. 3
Fungsi Demokrasi Fungsi  demokrasi  dari  pajak  adalah  suatu  fungsi  yang  merupakan  salah
satu  penjelmaan  atau  wujud  sistem  gotong  royong  termasuk  kegiatan pemerintahan dan penggunaan demi kesejahteraan masyarakat.
4 Fungsi Redistribusi
Fungsi  redistribusi  yaitu  fungsi  yang  lebih  menekankan  pada  unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat.
2.1.4  Sistem Pemungutan Pajak
Menurut  Wirawan  B.  Ilyas  dan  Richard  Burton  2007:22,  sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi empat yaitu :
1 Official  assessment  system  adalah  suatu  sistem  pemungutan  pajak  yang
memberi  wewenang  kepada  pemungut  pajak  fiskus  untuk  menentukan besarnya pajak yang harus dibayar pajak yang terutang oleh seseorang.
21
2 Semi self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak  yang
memberi  wewenang  pada  fiskus  dan  wajib  pajak  untuk  menentukan besarnya pajak yang terutang.
3 Self  assessment  system  adalah  suatu  sistem  pemungutan  pajak  yang
memberikan  wewenang  penuh  kepada  wajib  pajak  untuk  menghitung, memperhitungkan,  menyetorkan  dan  melaporkan  sendiri  besarnya  pajak
yang terutang. 4
Withholding  system  adalah  suatu  sistem  pemungutan  pajak  yang memberikan  wewenang  pada  pihak  ketiga  untuk  memotongmemungut
besarnya pajak yang terutang. Pihak ketiga yang telah ditentukan tersebut selanjutnya menyetor dan melaporkan kepada fiskus.
Pelaksanaan official assessment system telah berakhir pada tahun 1967 yaitu dengan  dikeluarkannya  Undang-  undang  Nomor  8  Tahun  1967.  Tahun  1967
sampai  dengan  1983  masih  menggunakan  semi  self  assessment  system  dan witholding  system  secara  penuh  dalam  sistem  pemungutan  pajak  Indonesia  yaitu
dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan UU KUP yang mulai berjalan pada 1 Januari
1984.
2.1.5  Pengertian Tindakan Penghindaran Pajak
Definisi  pajak  menjelaskan  bahwa  pajak  memiliki  peran  penting  dalam membantu  mendanai  penyelenggaraan  pemerintahan.  Meskipun  pajak  memiliki
manfaat  sangat  besar  bagi  negara,  rupanya  tak  serta  merta  wajib  pajak  dengan
22
suka rela membayar pajaknya. Hal ini disebabkan oleh ciri khas pajak yang tidak memberikan imbal jasa atau kontra-prestasi langsung kepada pembayar pajak.
Pada  dasarnya  tidak  ada  seorang  pun  yang  suka  rela  membayar  pajak sehingga  wajib  pajak  selalu  berusaha  meringankan  beban  pajaknya  melalui
beberapa  cara  penghindaran  pajak  seperti  tax  planning  dan  tax  evasion  Mills, Erickso dan Maydew, 2008 dalam Nurul Farida et al 2014. Tax evasion adalah
upaya  penghindaran  pajak  secara  ilegal  seperti  pembayaran  pajak  dengan  cek kosong  ataupun  pembukuan  ganda  double  book  keeping.  Sedangkan  tax
planning  adalah  upaya  penghindaran  pajak  melalui  cara  yang  legal  namun menyalahi esensi dari undang-undang perpajakan.
Pemberian  kewenangan  kepada  wajib  pajak  dalam  menghitung  sendiri kewajiban  pajaknya  melalui  pemberlakuan  self  assessment  system  ini  memiliki
konsekuensi,  yaitu  petugas  pajak  khususnya  yang  berkaitan  langsung  dengan penggalian  potensi  memiliki  tanggung  jawab  lebih  besar  dalam  mengurangi
praktik penghindaran pajak. Hal yang perlu dilakukan aparat pajak adalah dengan melakukan pengawasan dan pemeriksaan yang lebih ketat. Salah satu hal penting
yang  harus  selalu  diawasi  oleh  petugas  pajak  adalah  laporan  keuangan  wajib pajak.
Heber  2010  dalam  Mulyani  2013,  mendefinisikan  penghindaran  pajak sebagai  upaya  wajib  pajak  dalam  memanfaatkan  peluang-peluang  loopholes
yang  ada  dalam  undang-undang  perpajakan,  sehingga  wajib  pajak  membayar pajak lebih rendah dari seharusnya.
23
Slemrod  dan  Yitzhaki  2012  dalam  Puspita  2014,  karakteristik  yang membedakan  penghindaran  pajak  dari  penggelapan  pajak  tax  evasion  adalah
legalitasnya.  Sehingga  disimpulkan  bahwa  penggelapan  pajak  adalah  tindakan yang  ilegal  atau  menyalahi  peraturan  yang  berlaku.  Sedangkan  penghindaran
pajak  tidak  melanggar  pertauran  yang  berlaku,  atau  legal,  namun  menyalahi maksud sebenarnya dari peraturan yang ada. Hanlon dan Heitzman 2010 dalam
Puspita  2014  mengatakan  bahwa  tidak  ada  definisi  penghindaran  pajak  yang dapat diterima secara universal.
Penghindaran  pajak  sering  diasosiasikan  sebagai  suatu  rangkaian  strategi perencanaan  pajak.  Semakin  banyak  celah  peraturan  yang  dimanfaatkan,  maka
semakin  agresif  penghindaran  pajaknya  yang  dilakukan  perusahaan.  Selanjutnya penelitian ini akan menggunakan istilah penghindaran pajak untuk mendefinisikan
upaya perusahaan meminimalkan beban pajaknya secara luas. Peneliti  mengalami  kesulitan  dalam  mengukur  penghindaran  pajak  secara
langsung.  Hal  ini  disebabkan  segala  informasi  perpajakan  seperti  data pembayaran,  surat  pemberitahuan  pajak  masa  maupun  tahunan  sifatnya  rahasia.
Dengan  keterbatasan  tersebut  maka  peneliti  melakukan  pengukuran  atas penghindaran  pajak  menggunakan  pendekatan  tidak  langsung  yakni  melalui
laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan. Penghindaran  pajak  dalam  penelitian  ini  diukur  menggunakan  proksi
effective  tax  rate  ETR.  Frank  et  al  2009  menggunakan  proksi  ETR  untuk mengukur tingkat penghindaran pajak dalam penelitiannya karena dianggap dapat
merefleksikan  perbedaan  tetap  antara  perhitungan  laba  buku  dengan  laba  fiskal.
24
Selain  ETR,  penghindaran  pajak  juga  dapat  diproksikan  dengan  Book  Tax Difference BTD. Hubungan antara ETR dan BTD berkebalikan. Pada perusahaan
dengan tingkat penghindaran pajak  yang agresif, BTD cenderung tinggi dan ETR cenderung rendah.
Effective  tax  rate  ETR  mengukur  pembayaran  pajak  penghasilan perusahaan  sebagai  persentase  dari  keuntungan  ekonominya  laba  bersih
komersial. Ketika perusahaan melakukan penghindaran pajak melalui pengalihan pendapatan  ke  luar  negeri  agar  terbebas  dari  pajak,  mengakui  depresiasi  asset
lebih cepat  dari penurunan aktual, atau mengklaim  kredit pajak untuk  pembelian usaha  tertentu,  maka  saat  itu  penghasilan  kena  pajak  akan  jauh  berada  di  bawah
keuntungan  ekonomi  laba  sebelum  pajak.  Hal  ini  menyebabkan  Effective  tax rate  ETR perusahaan berada di bawah tingkat pajak menurut hukum Statutory
Tax Rate. Semakin jauh Effective tax rate ETR suatu perusahaan dari Statutory Tax Rate, semakin banyak celah peraturan  yang  dimanfaatkan perusahaan, maka
semakin  agresif  penghindaran  pajak  yang  dilakukan  perusahaan.  Hal  ini menjadikan  ETR  sebagai  proksi  yang  sering  digunakan  dalam  mengukur  tingkat
penghindaran pajak. Hanlon  dan  Heitzman  2010  dalam  penelitiannya  mengatakan  bahwa
karakteristik  perusahaan  telah  sering  dikaitkan  secara  empiris  sebagai  faktor determinan  dari  tindakan  penghindaran  pajak.  Pada  tahun  2014,  Amy  Fontanela
dan  Dwi  Martani  mengukur  karakteristik  perusahaan  melalui  lima  faktor determinan  penghindaran  pajak  yang  terdiri  dari  likuiditas  Current  Ratio,
leverage  Debt  to  Equity  Ratio,  profitabilitas  Return  On  Asset,  ukuran
25
perusahaan  Assets,  dan  kualitas  laba  Earning  Quality.  Kemudian  pada  tahun 2015  muncul  penelitian  terbaru  oleh  Amanda  Nguyen  dari  Australia  yang
membuktikan bahwa beban iklan juga merupakan faktor determinan penghindaran pajak perusahaan.
2.1.6  Pengertian Karakteristik Perusahaan