Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance): Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Eva Musyarofah NIM: 1111082000040

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Eva Musyarofah NIM: 1111082000040

Di Bawah Bimbingan

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, 24 Maret 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Eva Musyarofah

2. NIM : 1111082000040 3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul : Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eva Musyarofah NIM : 1111082000040 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya

4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eva Musyarofah Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl Lahir : Tangerang, 29 Mei 1993 Agama : Islam

Alamat : Jl. PLN Pondok Aren Rt. 02 Rw 01 No.22, Pondok Karya, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten. 15225.

Telepon : 085838554689

Email : evamusyarofa@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Negeri 06 Pesanggrahan Petang Tahun 1999-2005 2. SMP Negeri 177 Jakarta Tahun 2005-2008 3. SMK Negeri 6 Jakarta Tahun 2008-2011 4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2011-2016

Jakarta

LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah : M. Nuh

Ibu : Jamilah Anak ke : 1 (satu)

Alamat : Jl. PLN Pondok Aren Rt. 02 Rw 01 No.22, Pondok Karya, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten. 15225.


(7)

THE EFFECT OF FINANCIAL DERIVATIVES, LEVERAGE AND FIRM SIZE ON TAX AVOIDANCE

ABSTRACT

This research aims to analyze and obtain empirical evidence about the effects of financial derivatives, leverage and firm size to tax avoidance. The independent variables used are financial derivatives, leverage and firm size. The dependent variable used is tax avoidance.

The research population was non financing companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during 2012-2014 period. Sampel was collected by purposive sampling method. Total 13 non financing companies were taken as

study’s sample. Analysis method of this research used multiple regression.

The result of this research showed that financial derivatives, leverage and firm size are have effects on tax avoidance.


(8)

PENGARUH DERIVATIF KEUANGAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (TAX

AVOIDANCE)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak. Variabel independen yang digunakan adalah derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan. Variabel dependen yang digunakan adalah penghindaran pajak (tax avoidance).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012-2014. Sampel dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Jumlah perusahaan yang yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 13 perusahaan. Metode analisis penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (taxavoidance).


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul: “Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di BEI Pada Tahun 2012-2014)”, ini disusun sebagaimana salah satu pemenuhan syarat kelulusan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Proses penyusunan skripsi ini disesuaikan dengan teori dan tinjauan pustaka yang ada, dan penerapannya dilakukan dengan menelaah berbagai literatur yang berhubungan dengan pengaruh derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Dan tidak lupa pula penulis sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada terhingga, yang tiada henti memberikan dukungan, motivasi, dan doa hingga penulis dapat berada ditahapan ini. Semoga Allah melimpahkan kasih sayangnya kepada kalian.

2. Adik-adikku tercinta, Vivi Aulia, Ahmad Fakhri dan Syamsul Fajri yang selalu memberikan motivasi dan doa kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk ilmu yang bapak berikan selama ini.

7. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan segenap waktunya, mencurahkan perhatiannya dan


(10)

memberikan banyak sekali ilmu yang sangat berpengaruh dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak atas semua saran yang ibu berikan selama proses penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan baik.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

9. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis. 10. Sahabat-sahabatku Hilda, Hani, dan Vicky terimaksih atas doa, dukungan

nasihat, motivasi selama ini kepada penulis.

11. Sahabat-sahabatku “ciwi-ciwi” Lala, Liliek, Pipit, Mpit, Najmi, Vania dan Ratri terimakasih atas doa, motivasi kepada penulis.

12. Seluruh teman-teman Akuntansi B 2011, terimakasih atas kenangan, doa dan semangatnya selama ini.

13. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penulis ingin mempersembahkan skripsi ini bagi semua pihak yang menaruh perhatian bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya bidang penelitian di Indonesia dengan harapan akan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Jakarta, 2 Maret 2016


(11)

DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

Halaman Judul ………. i

Lembar Pengesahan Skripsi ……… ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ………. iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi……….. iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ………. v

Daftar Riwayat Hidup ………. vi

ABSTRACT ………. vii

ABSTRAK ……… viii

Kata Pengantar ………. ix

Daftar Isi ……… xi

Daftar Tabel ……….. xiv

Daftar Gambar ……….. xv

Daftar Lampiran ……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Perumusan Masalah ……… 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 12

A. Tinjauan Literatur ……….. 12


(12)

3. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) ………. 23

4. Derivatif Keuangan ………. 25

5. Leverage ……….. 29

6. Ukuran Perusahaan ………. 31

B. Penelitian Terdahulu ………. 33

C. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis ……… 38

D. Kerangka Pemikiran ………. 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. 44

A. Ruang Lingkup Penelitian ………. 44

B. Metode Penentuan Sampel ……… 44

C. Metode Pengumpulan Data ………... 45

D. Metode Analisis Data ………. 45

1. Uji Statistik Deskriptif ……….. 45

2. Uji Asumsi Klasik ………. 46

3. Uji Hipotesis Penelitian ……… 49

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ………. 53

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……… 57

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ……….. 57

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ………. 59

1. Hasil Uji Deskriptif ………. 60

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ………. 61

3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ………. 67


(13)

BAB V PENUTUP ………... 76

A. Kesimpulan ……… 76

B. Saran ……….. 77

DAFTAR PUSTAKA ……… 78


(14)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1.1 Realisasi Penerimaan Negara 2012-2014 ………. 3

1.2 Kasus Penghindaran Pajak ……… 6

2.1 Penelitian Terdahulu ……… 34

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ……… 56

4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ……… 58

4.2 Daftar Nama Perusahaan ………. 59

4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ……… 60

4.4 Hasil Uji Normalitas (Uji Kolomogorov-Smirnov) ………. 63

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ……….. 64

4.6 Hasil Uji Autokorelasi (Durbin-Watson) ……… 65

4.7 Hasil Uji Heteroskedstisitas (Uji Park) ………... 66

4.8 Hasil Pengujian Koefisien Determinan ……… 67

4.9 Hasil Uji Statistik F ………. 68


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitan ………. 42 4.1 Hasil Uji Normalitas ( Uji Grafik Normal Plot) ……….. 62


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman

1. Data Sampel ……….. 82


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang diselenggarakan secara terus-menerus dan berkesinambungan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan nasional dalam suatu Negara diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara bersama-sama agar pembangunan nasional tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan dan sukses, sehingga dapat terciptanya masyarakat yang adil dan makmur seperti yang ada dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Dalam hal ini pemerintah memegang peran yang sangat penting dalam merealisasikan pembangunan nasional yang sudah direncanakan, namun pemerintah juga tidak bisa merealisasikan pembangunan nasional itu tanpa adanya dukungan berupa dana yang terutama berasal dari penerimaan dalam negeri yang berasal dari penerimaan migas dan non migas.

Penerimaan dalam negeri yang berasal dari non migas yang terus ditingkatkan penerimaannya oleh pemerintah adalah penerimaan dari sektor pajak. Menurut Soemitro (2003:1) pajak merupakan iuran wajib bagi seluruh rakyat yang harus dibayarkan kepada kas Negara menurut ketentuan undang-undang yang berlaku sehingga dapat dipaksakan dan tanpa adanya imbal jasa (kontrasepsi) secara langsung, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum Negara (Suminarsasi, 2011).


(18)

Sistem pemungutan pajak merupakan salah satu elemen penting yang menunjang keberhasilan pemungutan pajak suatu negara. Secara umum terdapat tiga sistem pemungutan pajak, yaitu official assessment system, self assessment system, dan withholding system. Seiring dengan berjalannya waktu, sejak adanya reformasi di bidang pajak tahun 1983, Indonesia mulai menerapkan self assessment system. Dalam sistem ini, wajib pajak dituntut untuk berperan aktif, mulai dari mendaftar diri sebagai wajib pajak, mengisi SPT (Surat Pemberitahuan), menghitung besarnya pajak yang terutang, dan menyetorkan kewajibannya. Sedangkan aparatur perpajakan berperan sebagai pembina, pembimbing, dan pengawas pelaksanaan kewajiban yang dilakukan oleh wajib pajak. Oleh karena itu, sistem ini akan berjalan dengan baik apabila masyarakat memiliki tingkat kesadaran perpajakan secara sukarela (voluntary tax compliance) yang tinggi (Suminarsasi, 2011).

Fakta di lapangan menunjukkan dengan fenomena di mana sampai saat ini pendapatan pemerintah dari sektor pajak belumlah maksimal, seperti yang terjadi pada tahun 2014, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memaparkan bahwa hampir semua jenis penerimaan perpajakan lebih rendah dari target. Direktorat Jendral Pajak (DJP) hanya mampu mengumpulkan penerimaan pajak sebesar Rp 1.146,9 triliun atau 92% dari target Rp 1.246,1 triliun di APBNP 2014 (kemenkeu.go.id). Jumlah penerimaan negara yang berasal dari perpajakan sesuai dengan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik dari tahun 2012-2014 dimuat dalam tabel 1.1 berikut ini:


(19)

Tabel 1.1

Realisasi Penerimaan Negara 2012-2014 (Dalam Miliar Rupiah)

Sumber: www.bps.go.id

Dari uraian angka tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa negara dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak perlu mengoptimalkan penerimaan pajaknya demi percepatan pembangunan Nasional. Namun upaya untuk mengoptimalkan penerimaan pajak ini mengalami banyak kendala, salah satunya adalah adanya aktivitas penghindaran pajak atau biasa disebut tax avoidance (Swingly & Sukartha, 2015).

Penghindaran pajak atau biasa disebut tax avoidance adalah upaya penghindaran pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan yang dilakukan wajib pajak dengan cara berusaha mengurangi jumlah pajaknya dengan mencari kelemahan peraturan (loopholes) (Hutagoal, 2007 dalam Dewi & Jati, 2014). Xynas, 2011 dalam Budiman & Setiyono, 2012 membedakan deinisi penghindaran pajak (Tax Avoidance) dengan penggelapan pajak (Tax Evasion) yaitu Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi pajak yang bersifat legal (Lawful), sedangkan penggelapan pajak (Tax Evasion) adalah usaha untuk mengurangi pajak yang bersifat tidak legal (Unlawful).

Tax avoidance yang dilakukan ini dikatakan tidak bertentangan dengan peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan karena dianggap praktik

Sumber Penerimaan 2012 % 2013 % 2014 %

Penerimaan

Perpajakan 980,500 73.6 1,148,300 76.7 1,146,900 74.2 Penerimaan Bukan

Pajak 351,800 26.4 349,200 23.3 398,700 25.8 Jumlah/Total 1,332,300 100 1,497,500 100 1,545,600 100


(20)

yang berhubungan dengan tax avoidance ini lebih memanfaatkan celah-celah dalam undang-undang perpajakan tersebut yang akan memengaruhi penerimaan negara dari sektor pajak (Mangoting, 1999 dalam Dewi & Jati, 2014). Oleh karenanya persoalan penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit dan unik. Di satu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tetapi di sisi yang lain penghindaran pajak tidak diinginkan. Dalam konteks pemerintah Indonesia, telah dibuat berbagai aturan guna mencegah adanya penghindaran pajak. Salah satu aturan tersebut misalnya menurut perdirjen No. PER-43/PJ/2010 terkait transfer pricing, yakni tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Budiman dan Setiyono, 2012).

Salah satu faktor yang menentukan terjadinya penghindaran pajak atau tax avoidance adalah derivatif keuangan. Hal itu dikarenakan peraturan pajak di Indonesia atas transaksi derivatif ini masih sangat lemah dan seringkali diperdebatkan. Ketidakjelasan dari peraturan pajak atas transaksi derivatif juga dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. Hal ini tentunya dapat merugikan penerimaan Negara, khususnya penerimaan dari sektor pajak. Sudah saatnya pemerintah Indonesia menjaga penerimaan pajak dari kerugian dervatif untuk tujuan spekulasi yang tidak ada kaitannya dengan usaha, yaitu dengan cara mengadopsi peraturan pajak atas transaksi derivatif yang lebih baik dari Negara lainnya (Darussalam & Septriadi, 2009 dalam Oktavia & Martani, 2013).


(21)

Penggunaan derivatif keuangan oleh perusahaan juga erat kaitannya dengan praktik manajemen laba. Studi mengenai penggunaan derivatif keuangan sebagai alat manajemen laba telah berkembang pesat, namun studi mengenai penggunaan derivatif sebagai alat penghindaran pajak masih sangat langka, padahal dervatif keuangan dapat dipergunakan sebagai alat peghindaran pajak (Oktavia dan Martani, 2013; Donohoe, 2012; Raskolnikov, 2011). Penelitian Donohoe (2012) yang menggunakan sampel perusahaan di Amerika Serikat merupakan salah satu studi yang menguji dan membuktikan bahwa derivatif keuangan dapat dipergunakan sebgai penghindaran pajak. Menurut Donohoe (2012), penggunaan derivatif keuangan sebagai alat penghindaran pajak didorong oleh ambiguitas dalam peraturan pajak atas transaksi derivatif. Ambiguitas inilah yang dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai celah untuk melakukan penghindaran pajak dengan menggunakan derivatif. Namun demikian meskipun Donohoe (2012) berhasil membuktikan bahwa derivatif keuangan dapat digunakan sebagai alat penghindaran pajak, hasil penelitiannya belum tentu dapat digeneralisasi pada konteks Negara lainnya yang memiliki sistem yang berbeda, misalnya Indonesia (Oktavia & Martani, 2013).

Selain derivatif keuangan, salah satu faktor yang juga bisa dijadikan sebagai alat penghindaran pajak adalah leverage. Menurut Suyanto & Supramono (2012) perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan menimbulkan beban tetap (fixed rate return) yang disebut dengan bunga. Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena


(22)

insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan.

Faktor lainnya yang juga menjadi faktor penentu dalam penghindaran pajak (tax avoidance) adalah ukuran perusahaan. Menurut Hormati (2009) dalam Dewi & Jati (2014) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai skala atau nilai yang dapat mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam kategori besar atau kecil berdasarkan total asset, log size, dan sebagainya. Semakin besar total asset mengindikasikan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran perusahaannya maka transaksi yang diakukan akan semakin kompleks. Jadi hal itu memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi (Rego, 2003 dalam Dewi & Jati, 2014).

Kasus-kasus mengenai penghindaran pajak yang pernah dilakukan perusahaan global dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabel 1.2

Kasus Penghindaran Pajak

No,. Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan

1. HSBC (2015) Sejumlah orang mempergunakan kerahasiaan bank untuk memiliki rekening yang tidak diumumkan. Raksasa perbankan HSBC membantu klien dunia menghindar pembayaran pajak ratusan juta poundsterling. Banyak orang menggunakannya untuk menyembunyikan uang kontan dari petugas pajak. HSBC menghadapi penyelidikan dugaan tindakan kejahatan di Amerika Serikat, Prancis, Belgia dan Argentina. Bersambung ke halaman berikutnya


(23)

Tabel 1.2 (Lanjutan) Kasus Penghindaran Pajak

No,. Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan

2. IKEA (2016) IKEA dituduh menghindari pajak dengan nilai mencapai 1 miliar euro atau setara dengan 1,1 miliar dollar AS. Hal tersebut dilakukan IKEA pada kurun waktu 2009 hingga 2014.

IKEA dituduh memindahkan dana dari gerainya di seluruh Eropa ke anak perusahaannya di Belanda. Dengan demikian, mereka akan terbebas dari pajak di Linhtenstein atau Luxembourg. Estimasi pajak yang dihindari IKEA menyebabkan hilangnya pemasukan pajak di Jerman senilai 35 juta euro atau 39 juta dollar AS, 24 juta euro atau 26 juta dollar AS di Prancis dan 11,6 miliar euro atau 13 juta dollar AS di Inggris. Sejumlah negara seperti Swedia, spanyol dan Belgia diprediksi kehilangan pemasukan pajak dengan kisaran 7.5 juta euro hingga 10 juta euro (8.5 juta dollar AS hingga 11.2 juta dollar AS).

3. Starbucks (2011) Menyatakan rugi sebesar 112 juta poundsterling selama tahun 2008-2010 dan tidak membayar PPh badan 2011. Dalam laporan ke investor, starbucks menyatakan bahwa omset selama tahun 2008-2010, senilai 1,2 miliar poundsterling (Rp 18 triliun). Membuat laporan keuangan seolah rugi yaitu dengan cara:

1. Membayar Royalti Offshore licensing atas desain, resep dan logo ke cabangnya di Belanda.

2. Membayar bunga utang sangat tinggi di mana utang tersebut justru digunakan untuk ekspansi kedai kopi di negara lain.

3. Membeli bahan baku dari cabangnya di Swiss. Walaupun pengiriman barangnya langsung dari negara produsen dan tidak masuk ke Swiss.


(24)

Tabel 1.2 (Lanjutan) Kasus Penghindaran Pajak

No,. Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan 4. Perusahaan

Investment Banking dari Amerika Serikat (2012)

Agar pembayaran bonus tidak terdeteksi, karyawan perusahaan investment banking cabang Inggris diminta mengajukan permohonan pinjaman lunak ke investasi banking cabang Amerika Serikat dengan dalih pinjaman lunak, karyawan investasi banking cabang Inggris tidak harus membayar pajak penghasilan. Atas hal tersebut, perusahaan investment banking cabang Inggris didenda 500 juta poundsterling (Rp 7.5 triliun)

5. Apple Inc (2012) Menyembunyikan uang pendapatan senilai US$ 11 Miliar di negara-negara yang mendapat keringanan pajak (tax haven) antara lain Virginia Island, Irlandia dan Luxembourg. Sehingga pajak yangdibayarkan kecil.

Diolah dari berbagai sumber.

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui pengaruh dari derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Karena masih sedikit penelitian yang membahas tentang pengaruh derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) dan juga banyaknya penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan baik di Indonesia maupun di luar negeri. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Aktivitas Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)”.


(25)

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Budiman & Setiyono (2012) dan Oktavia & Martani (2013). Adapun perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:

1. Variabel pengguna derivatif keuangan (user), sales growth, net operating loss, risiko perusahaan, capital intensity, return on assets tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena pada beberapa penelitian sebelumnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan seperti pada penelitian Hanum & Zulaikha (2013), Swingly & Sukartha (2015), Sabrina & Soepriyatno (2012), dan juga penelitian Oktavia & Martani (2013).

2. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 sementara pada penelitian sebelumnya dilakukan pada periode 2009-2012.

3. Untuk memudahkan penelitian, pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan rumus Cash Effective Tax Rate, karena rumus ini lebih banyak digunakan dibanding rumus lainnya seperti Book Tax Difference dan ETR differential.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumya, maka dalam penelitian ini dirumuskan rumusan maslaah sebagai berikut: 1. Apakah Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan secara

simultan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance)? 2. Apakah penggunaan derivatif keuangan berpengaruh terhadap


(26)

3. Apakah leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance)?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atau hal-hal sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis secara simultan pengaruh derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

b. Untuk menganalisis pengaruh penggunaan derivatif keuangan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

c. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

d. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kontribusi Teoritis

Manfaat penelitian yang diharapkan untuk kontribusi teoritis antara lain adalah sebagai berikut:


(27)

1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.

2) Masyarakat, sebagai sarana informasi untuk menambah pengetahuan akuntansi.

3) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai topik ini.

b. Kontribusi Praktis

1) Bagi pembuat kebijakan perpajakan, agar dapat lebih memperhatikan hal-hal yang bisa digunakan oleh perusahaan yang dapat mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak.

2) Bagi perusahaan, agar perusahaan dapat meningkatkan kinerja dan lebih meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. 3) Bagi pemerintah, sebagai tambahan informasi mengenai


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Tinjauan Umum Tentang Pajak a. Pengertian Pajak

Pengertian pajak sesuai Pasal 1 angka 1 UU KUP menyebutkan bahwa:

“ Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendaatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara dan sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.”

Menurut Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undnag-undang yang berlaku dan dapat dipaksakan dan tanpa adanya timbal jasa (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara (Suminarsasi, 2011:1)

Dapat disimpulkan secara garis besar dalam definisi pajak terkandung unsur yaitu:

1) Kontribusi wajib (membayar utang) 2) Terutang oleh orang atau badan 3) Sifatnya memakasa

4) Diatur melalui undang-undang 5) Tidak ada balas jasa secara langsung


(29)

6) Digunakan untuk keperluan negara

7) Untuk kemakmuran rakyat (Murtopo, 2013:3) b. Fungsi Pajak

Menurut Rahayu (2010:25-30) fungsi pajak adalah kegunaan pokok, manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum. Umumnya dikenal dengan 2 macam fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend. 1) Fungsi Budgetair

Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal (fiscal function), yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Pajak berfungsi sebagai alat untuk memasukkan uang dari sektor swasta (rakyat) ke dalam kas negara atau anggaran negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan fungsi inilah pemerintah sebagai pihak yang membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan melakukan upaya pemungutan pajak dari penduduknya.

2) Fungsi Regulerend

Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Merupakan fungsi lain dari pajak sebagai fungsi budgetair.


(30)

Di samping usaha untuk memasukkan uang untuk kegunaan kas negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah untuk ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta. Fungsi regulerend juga disebut fungsi tambahan, karena fungsi regulerend ini hanya sebagai tambahan atas fungsi utama pajak yaitu fungsi budgetair.

Menurut Resmi (2009:3) fungsi pajak dalam masyarakat suatu negara terbagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu:

a) Fungsi Budgetair (sumber dana bagi pemerintah) fungsi ini bertujuan untuk memasukkan penerimaan uang untuk kas negara sebanyak-banyaknya antara lain mengisi Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan, sehingga posisi anggaran pendapatan dan pengeluaran yang berimbang tercapai. b) Fungsi Regulerend (mengatur) adalah fungsi pajak yang secara tidak langsung dapat mengatur dan menggerakkan perkembangan sarana perekonomian nasional yang produktif. Adanya pertumbuhan perekonomian yang demikian maka akan dapat menumbuhkan objek pajak dan subjek pajak yang baru yang lebih banyak lagi, sehingga basis pajak lebih meningkat lagi. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi regulerend adalah:


(31)

i. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang mewah. Semakin mewah suatu barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah)

ii. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan: dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan konstribusi (membyar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan.

iii. Tarif pajak ekspor sebesar 0%, dimaksudkan agar para pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa Negara.

iv. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan hasil barang industry tertentu, seperti industry semen, rokok, baja, dan lain-lain: dimaksudkan agar terdapat penekanan terhadap produksi tersebut karena dpaat menggangu lingkungan atau polusi (membahayakan kesehatan)

v. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi: dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi di Indonesia.


(32)

vi. Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia. c. Jenis-jenis Pajak

Menurut Murtopo (2011:3-4)secara umum pajak yang diberlakukan di Indonesia dapat dibedakan dan diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Menurut sifatnya

a) Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan oleh pihak lain dan menjadi beban langsung WP yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh)

b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 2) Menurut sasaran/objeknya

Pembagian pajak menurut sasaran atau objeknya dimaksudkan pembedaan berdasarkan ciri-ciri prinsip:

a) Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifya, dalam arti memperhatikan keadaan diri WP. Contoh: Pph

b) Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasar pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan di WP. Contoh: PPN, PBB, BM


(33)

a) Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah pusat. Contoh: PPh, PPN

b) Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah daerah. Contoh: pajak reklame, Pajak hiburan, Pajak Hotel Menurut Pudyamoko (2009: 9) pajak dapat dikelompokkan menggunakan kriteria tertentu. Pajak dapat dilihat dari segi administratif juridis, titik-tolak pungutannya, berdasarkan sfatnya dan dapat pula dibedakan berdasarkan kewenangan pemungutannya.

1) Berdasarkan Administratif Yuridis

Penggolongan pajak dari sisi administrasi yuridis menghasilkan apa yang dikenal sebagai pajak langsung dan tidak langsung. Suatu jenis pajak dikatakan sebagai pajak langsung apabila dipungut secara periodik. Jadi berulang-ulang tidak hanya satu kali pungut, dengan menggunakan penetapan sebagai dasar dan kohir. Sebagai contoh, misalnya Pajak Penghasilan (PPh). Pajak penghasilan dipungut secara periodik setiap tahun atau setiap masa pajak, di mana pemungutannya menggunakan penetapan lewat SPT. Adapun pajak tidak langsung dipungut secara insidental (tidak berulang-ulang) dan tidak menggunakan kohir.jadi pajak tidak langsung hanya dipungut sesekali ketika terpenuhi tatbestand seperti yang dikehendaki oleh ketentuan undang-undang. Contoh pajak tidak


(34)

langsung adalah Bea Materai atau Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang dan Jasa.

2) Berdasarkan Titik-Tolak Pungutannya

Pembedaan pajak dengan menggunakan dasar titik-tolak pungutan akan menghasilkan dua jenis pajak yakni pajak subjektif dan objektif.

a) Pajak subektif adalah pajak yang pengenaannya berpangkal pada diri orang/badan yang dikenai pajak (wajib pajak). Pajak subjektif dimulai dengan menetapkan orangnya, baru kemudian mencari syarat-syarat objeknya. Jadi dalam hal ini yang diperhatikan pertama kali adalah subjeknya.

b) Pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya berpangkal pada objek yang dikenai pajak, dan untuk mengenakan pajaknya harus dicari subjeknya. Jadi dalam hal ini pertama-tama harus dilihat objeknya yang selain daripada benda dapat pula berupa keadaan, peristiwa atau perbuatan, yakni yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya (orang atau badan) yang bersangkutan langsung tanpa mempersoalkan apakah subjek itu sendiri berada di Indonesia atau tidak.


(35)

Pembagian pajak berdasarkan sifatnya akan memunculkan apa yang disebut pajak bersifat pribadi (persoonlijk) dan pajak kebendaan (zakelijk).

a) Pajak yang bersifat pribadi (persoonlijk), atau juga dapat disebut bersifat perorangan adalah pajak yang dalam penetapannya memperhatikan keadaan diri sendiri serta keluarga wajib pajak. Dalam penentuan besarnya utang pajak, keadaan dan kemampua wajib pajak harus diperhatikan seperti status wajib pajak (kawin/belum), jumlah tanggungan dan sebagainya.

b) Pajak yang bersifat kebendaan (zakelijk) adalah pajak yang dipungut tanpa memperhatikan diri dan keadaan si wajib pajak. Pajak yang bersifat kebendaan ini umunya merupakan pajak tidak langsung.

4) Berdasarkan Kewenangan Pemungutannya

Dengan mendasarkan pada kewenangan pemungutannya, pajak dapat digolongkan menjadi dua, yakni pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat (pajak pusat) dan pajak yang dipungut oleh pemerintsah daerah (pajak daerah).

a) Pajak Pusat, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah pusat. Tergolong jenis pajak ini antara lain Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang dan Jasa (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM), Bea Materai dan Cukai.


(36)

b) Pajak Daerah, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah daerah, baik pada pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota.

2. Perencanaan Pajak (Tax Planning)

a. Definisi Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Menurut Mangoting (1999) tax planning didefinisikan sebagai proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinakan oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Pardiat (2009) perencanaan pajak (tax planning) merupakan usaha untuk memperkecil pembayaran pajak ke tahun-tahun berikutnya tanpa melanggar ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, dengan cara memilih metode yang cepat, memanfaatkan fasilias perpajakan atau stimulus perpajakan dan memanfaatkan celah-celah undang-undang perpajakan.

Menurut Soemitro (1988) dalam Kurniasih & Sari (2013) tax planning adalah suatu perencanaan pajak yang dilakukan oleh seorang tax planner untuk wajib pajak tertentu baik perorangan, badan atau suatu usaha dengan menerapkan perturan perundang-undangan pajak secara legal dan terhadap suatu keadaan atau perbuatan yang melanggar atau


(37)

bertentangan dengan undang-undang sehingga wajib pajak membayar pajak seringan-ringannya atau sama sekali tidak membayar pajak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak (tax planning) adalah usaha yang dilakukan untuk meminimalkan atau menghilangkan beban pajak dengan memanfaatkan celah-celah undang-undang perpajakan tanpa melanggar hukum.

b. Tujuan Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Tujuan tax planning menurut Mangoting (1999) secara lebih khusus ditujukan untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1) Menghilangkan atau menghapus pajak sama sekali

2) Menghilangkan atau menghapus pajak dalam tahun berjalan 3) Menunda pengakuan penghasilan

4) Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain

5) Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan membentuk badan usaha baru

6) Menghindari pengenaan pajak ganda

7) Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau membentuk, mempercepat atau memperbanyak pengurangan pajak. c. Manfaat Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Manfaat perencanaan pajak (Tax Planning) menurut Mangoting (1999) adalah sebagai berikut:

1) Penghematan kas keluar, karena pajak yang merupakan unsur biaya dapat dikurangi.


(38)

2) Mengatur aliran kas, karena dengan perencanaan pajak yang matang dapat diestimasi kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat.

d. Strategi dalam Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Menurut Sophar Lumbantoruan (1996) dalam Mangoting (1999) ada beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekan wajib pajak untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar yaitu:

1) Pergeseran pajak (shifting) ialah pemindahan atau mentransfer beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian orang atau badan yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak menanggungnya.

2) Kapitalisasi ialah pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli.

3) Transformasi ialah cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya.

4) Tax Evasion ialah penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan.

5) Tax avoidance ialah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang ada.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa ada strategi-strategi yang bisa diambil oleh wajib pajak –terutama badan, dalam usahanya


(39)

melaksanakan tax planning dengan tujuan mengatur atau dengan kata lain meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. Di antara strategi-strategi tersebut ada yang legal maupun illegal. Untuk strategi-strategi-strategi-strategi atau cara-cara yang legal –sesuai dengan aturan undang-undang yang berlaku, biasanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur dalam undang-undang atau dalam hal ini memanfaatkan celah-celah yag ada dalam undang-undang perpajakan (loopholes) (Mangoting, 1999).

3. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Menurut Murtopo (2011: 7) Penghindaran diri dari pajak (Tax Avoidance) dilakukan dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan untuk dikenakan pajak. Penghindaran yang dilakukan WP masih dalam kerangka peraturan perpajakan.

Menurut Mardiasmo (2003), penghindaran pajak (Tax Avoidance) adalah salah satu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang ada. Senada dengan Mardiasmo (2003), menurut Heru (1997) dalam Budiman & Setiyono (2012) penghindaran pajak adalah usaha pengurangan pajak, namun tetap mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun menunda pajak yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku.

Hanlon & Heitzman (2010) dalam Carolina et al. (2014) menyatakan bahwa tax avoidance merupakan rangkaian aktivitas perencanaan pajak


(40)

dengan tujuan mengurangi jumlah pajak secara eksplisit. Menurut Kurniasih & Sari (2013) Tax Avoidance bukan pelanggaran undang-undang perpajakan karena usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimumkan atau meringankan beban pajak dilakukan dengan cara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak. Suandy (2011) dalam Carolina et al. (2014) menyatakan bahwa penghindaran pajak adalah rekayasa transaksi perpajakan (tax affairs) yang masih berada dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful).

Definisi penghindaran pajak di atas menunjukkan bahwa penghindaran pajak merupakan upaya pengurangan atau penghematan pajak sepanjang hal ini dimungkinkan oleh peraturan yang ada. Contoh penghindaran pajak adalah dengan cara mengarahkan transaksi pada transaksi yang bukan merupakan objek pajak ataupun mengarahkan transaksi yang menghasilkan biaya yang diperkenankan oleh undang-undang sebagai penghasilan kena pajak (Carolina et al, 2014).

Adapun cara perusahaan melakukan penghindaran pajak menurut Merks (2007) dalam Kurniasih & Sari (2013) adalah sebagai berikut:

a. Memindahkan subjek pajak dan atau objek pajak ke Negara-negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning)

b. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang paling rendah (formal tax planning)


(41)

c. Ketentuan anti avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping dan controlled foreign corporation (Specific Anti Avoidance Rule), serta transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti Avoidance Rule).

4. Derivatif Keuangan a. Pengertian Derivatif

Efek derivtaif merupakan Efek turunan dari Efek “utama” baik yang

bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan

langsung dari Efek “utama” maupun turunan selanjutnya. Derivatif

merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja asset lain. Asset lain ini disebut sebgai Underlying Assets.

Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara 2 (dua) atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual asset/komoditas yang dijadikan sebgaai objek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjua dan pihak pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari objek yang diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market.

Derivatif yang ada di bursa efek adalah derivatif keuangan (financial derivative). Derivatif keuangan merupakan instrument derivatif, di mana variabel-variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks


(42)

obligasi, mata uang (currency), tingkat suku bunga dan instrument-instrumen keuangan lainnnya (www.idx.co.id).

b. Jenis Derivatif

Derivatif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: (1) opsi (option); (2) future dan forward; dan (3) swap (Donohoe, 2015; Ryan, 2007; Strong, 2005)

1) Opsi

Opsi (option) menurut Brigham (2001) adalah kontrak atau perjanjian yang memberi hak kepada pemegangnya untuk membeli (call option) atau menjual (put option) suatu aktiva dengan harga yang ditentukan terlebih dahulu dalam periode waktu tertentu. 2) Future dan Forward

Kontrak forward (forward contract) adalah perjanjian di mana salah satu pihak setuju untuk membeli komoditas dengan harga tertentu pada tanggal tertentu di masa depan sementara pihak lainnya setuju untuk melakukan penjualan itu. Barang-barang memang telah benar-benar diserahkan dalam kontrak forward. Jika kedua belah pihak secara keuangan kurang kuat, ada bahaya bahwa salah satu pihak tidak bisa memnuhi kontrak, khususnya jika harga komoditas itu berubah drastis setelah perjanjian tercapai.

Kontrak future (Future contract) adalah serupa dengan kontrak forward, tetapi ada tiga perbedaan penting: (1) kontrak future


(43)

serta kerugian dicatat dan harus disediakan uang untuk menutup kerugian. Hal ini sangat mengurangi resiko tidak dapat memenuhi kontrak yang ada pada kontrak forward. (2) dalam kontrak future, penyerahan fisik aktiva yang mendasari sebenarnya tidak pernah terjadi˗kedua pihak hanya membayar tunai perbedaan antara harga menurut kontrak dan harga aktual pada tangga jatuh tempo. (3) kontrak future pada dasarnya merupakan instrument standarisasi yang diperdagangkan di bursa, sementara kontrak forward umumnya dibuat khusus, melalui negosiasi antara kedua pihak, dan tidak diperdagangkan sesudah ditandatangani. (Brigham, 2001) 3) Swap

Swap sesuai yang tersirat dalam namanya adalah dua pihak yang setuju menukarkan sesuatu, umumnya kewajiban untuk melakukan aliran pembayaran tertentu. Kebanyakan swap ini melibatkan baik pembayaran bunga maupun mata uang (Brigham, 2001).

c. Perlakuan Pajak atas Transaksi Derivatif di Indonesia

Menurut Oktavia dan Martani (2013:3-4) pada awalnya pajak atas transaksi derivatif ini tidak diatur dalam aturan setingkat undang-undang, tetapi diatur dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak dan Surat Direktur Jendral Pajak. Namun, seiring dengan perkembangan penggunan derivatif serta diberlakukannya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pajak atas transaksi derivatif


(44)

bersifat final (sesuai dengan pasal 4 ayat 2) atas penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, serta transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka yang Diperdagangkan di Bursa. Peraturan Pemerintah (PP) ini mengatur bahwa penghasilan dari transaksi derivatif berpa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa, dikenai PPh final sebesar 2,5% dari margin awal.

Penerbitan PP No. 17 tahun 2009 ini ditentang oleh Asosiasi Pialang Berjangka dan Ikatan Perusahaan Pedagang Berjangka Indonesia (Agustian, 2009 dalam Oktavia dan Martani, 2013). Sebagai bentuk penolakan terhadap PP No. 17 Tahun 2009, mereka mengajukan uji material ke Mahkamah Agung terkait dengan PP tersebut. Menurut Agustian (2009 dalam Oktavia dan Martani, 2013) alasan penolakan terhadap PP No. 17 Tahun 2009 tersebut antara lain:

1) PP ini dianggap sangat merugikan karena membebankan Pajak Penghasilan yang sangat besar, yaitu 2,5% dari margin awal. 2) Dasar pengenaan Pajak Penghasilan dari margin awal adalah tidak

tepat secara hukum, karena margin hanyalah jaminan untuk bertransaksi dan bukan merupakan objek dari pajak penghasilan.


(45)

3) Pembebanan tarif PPh final sebesar 2,5% dari margin awal sangat diskriminatif dan berpotensi mematikan industry berjangka di Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari pengajuan uji material ini, Mahkamah Agung kemudian memberikan putusan nomor 22 P/HUM/2009 yang menyatakan mengabulkan hak uji materiil pemohon, sehingga diterbitkanlah PP Nomor 31 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa PP Nomor 17 Tahun 2009 dicabut dan tidak berlaku lagi (Agustian, 2009 dalam Oktavia dan Martani, 2013). Dengan demikian, sampai detik ini kepastian hukum perpajakan atas transaksi derivatif masih belum jelas (Oktavia dan Martani, 2013)

5. Leverage

Perusahaan umumnya menggunakan baik pendanaan utang maupun ekuitas. Kreditor biasanya tidak mau memberikan dana tanpa perlindungan dari pendanaan ekuitas. Leverage keuangan mengacu pada jumlah pendanaan utang dalam struktur modal suatu perusahaan. Perusahaan dengan leverage keuangan disebut memperdagangkan ekuitas (trading on the equity). Hal ini menunjukkan perusahaan menggunakan modal ekuitas sebagai dasar pinjaman untuk mendapatkan kelebihan pengembalian (Subramanyam & Wild).

Menurut Budiman dan Setiyono (2012) leverage merupakan sumber pendanaan perusahaan eksternal dari hutang, hutang yang dimaksud di sini adalah hutang jangka panjang. Menurut Kasmir (2011) dalam Carolina et


(46)

al. (2014) leverage menunjukkan sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Hal ini berarti leverage akan menunjukkan perbandingan sumber pembiayaan yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya, antara menggunakan uang dengan menggunakan modal sendiri. Menurut Suyanto & Supramono (2012) perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan menimbulkan beban tetap (fixed rate return) yang disebut dengan bunga. Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan.

Menurut Adelina (2012) dalam Darmawan dan Sukartha (2014) leverage (struktur utang) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya utang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai bisnis operasinya. Penambahan jumlah utang akan mengakibatkan munculnya beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Komponen beban bunga akan mengurangi laba sebelum kena pajak perusahaan, sehingga beban pajak yang harus dibayar perusahaan akan berkurang.

Leverage dapat diukur melalui rasio utang. Rasio utang akan menunjukkan proporsi pendanaan perushaan yang dibiayai dengan utang. Rasio ini dihitung dengan memembandingkan total utang dengan total aktiva. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal perusahaan. Semakin tinggi leverage sebuah perusahaan


(47)

berarti semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan tersebut kepada krediturnya (Kasmir, 2011 dalam Carolina et al., 2014)

Akibat utama penggunaan dana pinjaman (utang jangka panjang) meyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap berupa bunga atas pembayaran utang. Penggunaan dana yang menyebabkan beban tetap ini dapat mengurangi pendapatan kena pajak perusahaan melalui pembebanan bunga utang sebagai biaya. Pembebanan bunga utang tersebut dapat dipergunakan untuk mengurangi beban pajak, sehingga penggunaan utang akan memberikan manfaat pajak bagi perusahaan (Carolina et al., 2014). 6. Ukuran Perusahaan

Menurut Hormati (2009) dalam Dewi & Jati (2014) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai skala atau nilai yang dapat mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam kategori besar atau kecil berdasarkan total asset, log size, dan sebagainya. Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawati (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan perusahaan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total asset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan. Ukuran perusahaan umumnya dibagi dalam 3 kategori, yaitu large firm, medium firm, dan small firm (Kurniasih dan Sari, 2013:3). Penentuan ukuran perusahaan didasarkan kepada total asset perusahaan. Semakin besar total asset maka menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu yang relative panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan


(48)

lebih mampu dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan dengan total asset yang kecil (Ngadiman & Puspitasari, 2014).

Menurut Indriani (2005) dalam Rachmawati dan Triatmoko (2007) tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aktiva, semakin besar total aktiva menunjukkan bahwa perusahaan semakin baik dalam jangka waktu relatif panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dibanding dengan perusahaan dengan total kativa yang kecil (Kurniasih dan Sari, 2013:3). Semakin besar total asset mengindikasikan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran perusahaannya maka transaksi yang diakukan akan semakin kompleks. Jadi hal itu memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi (Rego, 2003 dalam Dewi & Jati, 2014).

Semakin besar ukuran perusahaan, akan lebih mempertimbangkan risiko dalam hal mengelola beban pajaknya. Perusahaan yang termasuk dalam perusahaan besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki skala yang lebih kecil untuk melakukan pengelolaan pajak. Sumber daya manusia yang ahli dalm perpajakan diperlukan agar dalam pengelolaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dapat maksimal untuk menekan beban pajak perusahaan. Perusahaan berskala kecil tidak dapat optimal dalam mengelola beban pajaknya dikarenakan kekurangan ahli dalam perpajakan (Nicodeme, 2007


(49)

dalam Darmadi, 2013). Banyaknya sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan berskala besar maka akan semakin besar biaya pajak yang dapat dikelola oleh perusahaan (Darmawan dan Sukartha, 2014).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang terkait dengan derivatif keuangan, leverage, ukuran perusahaan dan penghindaran pajak (tax avoidance) pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain. Peneliti akan menyampaikan beberapa penelitian sebagai dasar acuan untuk mendukung hipotesis. Penelitian terdahulu diuraikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:


(50)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Oktavia dan Dwi Martani (2013) Tingkat Pengungkapan Dan Penggunaan Derivatif Keuangan Dalam Aktivitas Penghindaran Pajak Penggunaan Derivatif Keuangan dan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Tingkat Pengungkapan Derivatif Keuangan Penggunaan derivatif keuangan berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

2. Judi Budiman dan Setiyono (2012)

Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Penghindaran Pajak (tax avoidance)

Variabel control yaitu Sales Growth, Net operating Loss

Risiko Perusahaan berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

3. Scott D. Dyreng, Michelle Hanlon dan Edward L. Maydew (2009)

The Effects of Executives on Corporate Tax Avoidance

Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Eksekutif Perusahaan

Eksekutif perusahaan berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)


(51)

Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu

Bersambung ke halaman berikutnya No Penelitian

(Tahun)

Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

4. Ni Nyoman Kristiana Dewi dan I Ketut Jati (2014)

Pengaruh Karakter Eksekutif,

Karakteristik Perusahaan Dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Tax Avoidance Di Bursa Efek Indonesia

Ukuran

Perusahaan dan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Risiko Perusahaan, Multinational Company, Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Kualitas Audit, Komite Audit

Risiko perusahaan, kualitas audit dan komite audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance)

5. Tommy Kurniasih dan Maria M. Sari (2013)

Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate

Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax Avoidance

Leverage, Ukuran

Perusahaan dan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Return On Assets, Komposisi Komisaris Independen, Keberadaan Komite Audit dan Kompensasi Rugi Fiskal

Return On Assets,Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)


(52)

Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu

Bersambung ke halaman berikutnya No Penelitian

(Tahun)

Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

6. Krisnata Dwi Suyanto dan Supramono (2012)

Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen dan Manajemen Laba terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan

Leverage dan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Likuiditas, Komisaris Independen dan Manajemen Laba

Leverage, komisaris independen, dan manajemen laba berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

7. Ngadiman dan Christiany Puspitasari (2014)

Pengaruh Leverage, Kepemilikan

Institusional dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada

Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012

Leverage, Ukuran

Perusahaan dan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Kepemilikan Institusional

Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)


(53)

Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu

Sumber: Jurnal-jurnal referensi No Penelitian

(Tahun)

Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

8. Calvin

Swingly dan I Made Sukartha (2015) Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan,

Leverage dan Sales Growth pada Tax Avoidance

Ukuran Perusahaan, Leverage dan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Karakter Eksekutif, Komite Audit dan Sales Growth

Karakter Eksekutif, Ukuran Perusahaan dan leverage berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

9. Christine Harrington and Walter Smith (2012)

Tax Avoidance and Corporate Capital Structure

Leverage dan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Issue of Debt Debt berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

10. I Gede Hendy Darmawan dan I Made Sukartha (2014) Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Leverage, Return On Assets dan Ukuran Perusahaan pada penghindaran pajak

Leverage dan Ukuran

Perusahaan dan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Corporate Governance dan Return On Assets

Corporate Governance, Return On Assets dan Ukuran

Perusahaan berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)


(54)

C. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis

1. Dervatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan secara simultan berpengaruuh dengan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Hasil penelitian Oktavia dan Martani (2013) menunjukkan bahwa adanya pengaruh penggunaan derivatif keuangan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Sementara hasil penelitian Swingly dan Sukartha (2015), Suyanto dan Supramono (2012) dan Nagadiman dan Puspitasari (2014) menunjukkan adanya pengaruh dari variabel leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa variabel derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

2. Derivatif Keuangan dengan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Menurut penelitian Donohoe (2012), derivatif keuangan dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan sebagai alat penghindaran pajak. Adanya ketidakjelasan definisi spekulatif atau tidaknya suatu transaksi derivatif dimanfaatkan perusahaan untuk menggunakan derivatif keuangan sebagai alat penghindaran pajak (Oktavia dan Martani, 2013). Menurut Darussalam dan Karyadi (2012) dalam Oktavia dan Martani (2013) definisi ini tidak ditemukan dalam peraturan perpajakan di Indonesia, meskipun


(55)

dalam penjelasan pasal 6 ayat 1 huruf a dalam UU PPh telah disebutkan

bahwa: “Untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memlihara penghasilan yang merupakan objek pajak”. Padahal, untuk menentukan apakah suatu rugi derivatif itu bersifat deductible atau non-deductible, diperlukan suatu definisi yang jelas dalam aturan perpajakan mengenai spekulatif atau tidaknya suatu transaksi derivatif. Oleh karena itu, perlu diuji lebih lanjut mengenai hubungan antara tingkat penghindaran pajak dengan tingkat penggunaan derivatif keuangan. Penelitian ini menggunakan net fair value of derivative instrument sebagai proksi penggunaan derivatif keuangan (Oktavia, 2013)

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Penggunaan derivatif keuangan berpengaruh terhadap penghindaran

pajak (tax avoidance).

3. Leverage dengan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan menimbulkan beban tetap yang disebut bunga. Semakin besar utang maka laba kena pajak akan lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi akan lebih memilih untuk berutang agar mengurangi pajak. Dengan


(56)

sengajanya perusahaan berutang untuk mengurangi beban pajak (Suyanto dan Supramono, 2012).

Secara logika, semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan maka nilai CETR akan semakin rendah (Richadson & Lanis, 2007 dalam Kurniasih & Sari, 2013).

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) 4. Ukuran Perusahaan dengan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Menurut Rego (2003) dalam Dewi dan Jati (2014) semakin besar ukuran perusahaannya, maka transaksi yang dilakukan akan semakin kompleks. Jadi hal itu memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi.

Menurut Richardson dan Lanis (2007) dalam Kurniasih dan Sari (2013) bahwa semakin besar perusahaan maka akan semakin rendah CETR yang dimilikinya, hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih mampu menggunakan sumber daya yang dimulikinya untuk membuat suatu perencanaan pajak yang baik (political power theory). Namun perusahaan tidak selalu dapat menggunakan power yang dimilikinya untuk melakukan perencanaan pajak karena adanya batasan berupa kemungkinan menjadi


(57)

sorotan dan sasaran dari keputusan regulator –political cost theory (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Kurniasih dan Sari, 2013).

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax


(58)

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka secara skematis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

Bersambung pada halaman selanjutnya

Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Basis Teori: Teori Perpajakan, Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan

Variabel Independen Variabel Dependen

Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

(Y)

Ukuran Perusahaan (X3)

Leverage (X2) Derivatif Keuangan


(59)

Gambar 2.1 (lanjutan) Model Analisis: Regresi Liner Berganda

Alat Analisis:

 Statistik Deskriptif

 Uji Asumsi Klasik

 Uji Hipotesis

Hasil Pengujian dan Pembahasan


(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari variabel independen yang dalam penelitian ini adalah Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap variabel dependen yaitu Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan go public yang bergerak dalam sektor non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 sampai 2014.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode pemilihan sampel pada penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan beberapa kriteria tertentu yang telah ditentukan. Kriteria-kriteria dari perusahaan tersebut ialah:

1. Merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang non keuangan.

2. Perusahaan go public atau yang telah terdaftar di BEI sebelum tahun 2012. 3. Tidak mengalami kerugian selama periode 2012 sampai 2014.

4. Perusahaan melakukan transaksi derivatif dan melaporkan nilai wajarnya selama periode 2012 sampai 2014 berturut-turut.

5. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan dan laporan keuangan dengan lengkap.


(61)

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumenter, karena data yang dikumpulkan berupa data sekunder. Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder disini menggunakan data runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan dan data antar ruang (cross section). Data yang digunakan berupa laporan keuangan tahunan perusahaan periode 2012 sampai 2014. Data tersebut diperoleh dari melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia di http://www.idx.co.id. Selain itu juga dilakukan penelusuran berbagai jurnal, karya ilmiah, artikel, dan berbagai buku referensi sebagai sumber data dan acuan dalam penelitian ini. Dalam memperoleh data-data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan statistik deskripif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtois dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2000:19).


(62)

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedaktisitas.

a. Uji Normalitas Data

Menurut Ghozali (2000:177) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen (bebas) mempunyai konstribusi atau tidak. Penelitian yang menggunakan metode yang lebih handal untuk menguji data mempunyai distribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat Normal Probability Plot. Model regresi yang baik adalah data distribusi normal atau mendekati normal, untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2009).

Uji normaitas dengan grafik dapat menyesatkan. Oleh karena itu, uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik nonparametrik Kolomogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:


(63)

H0: Data residual berdistribusi normal HA: Data residual berdistribusi tidak normal

Jika signifikansi < 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal atau H0 ditolak.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antar variabel independen dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya suatu masalah multikolinearitas dalam model regresi, peneliti dapat menggunakan nilai VIF (Variance Infaltion Factor) dan Tolerance, seperti berikut ini:

1) Jika nilai Tolerance di bawah 0.1 dan nilai VIF di atas 10, maka model regresi mengalami masalah multikolinearitas.

2) Jika nilai Tolerance di atas 0.1 dan nilai VIF di bawah 10, maka model regresi tidak mengalami masalah multikolinearitas. (Ghozali, 2009: 95)

c. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem korelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama


(64)

lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penggangu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut (time series) karena “gangguan” pada

seorang individu/kelompok cenderung memengaruhi “gangguan” pada

individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2009: 99). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokolerasi.

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson (DW test), di mana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW), di mana secara umum dapat diambil kesimpulan:

1) Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2) Angka DW di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. 3) Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif (Santoso,

2014:194).

d. Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau jika tidak terjadi heteroskedastisitas.


(65)

Pada saat mendeteksi ada tidaknya heteroskedaktisitas dapat ditentukan dengan melihat grafik Plot (scatterplot) antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika Grafik plot menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serat titik-titik meneyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedaktisitas (Ghozali, 2009: 125).

Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil. Uji statistik yang digunakan adalah uji Park. Uji heteroskedastisitas juga dapat diketahui dari nilai signifikan korelasi Park antara masing-masing variabel indipenden dengan residualnya.

Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka tidak terdapat heteroskedastisitas dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka

terdapat heteroskedastisitas. 3. Uji Hipotesis Penelitian

a. Uji Persamaan Linier Berganda

Metode yang digunakan penelii adalah regresi linier berganda. Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,...Xn) dengan variabel dependen (Y). Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi


(66)

besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004:163). Model ini digunakan untuk menguji apakah ada hubungan sebab akibat antara kedua variabel untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. adapun rumus yang digunakan:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Dimana:

Y = Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) X1 = Derivatif Keuangan

X2 = Leverage

X3 = Ukuran Perusahaan

β = Bilangan Kostanta (harga Y, bila X=0) e = error

Pengujian hipotesis dilakukan melalui: 1) Koefisien Determinan (Adjusted R2)

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai (Adjusted R2) mempunyai interval antara 0 dan

1. Jika nilai Adjusted R2bernilai besar (mendeteksi 1) berarti

variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika (Adjusted R2) bernilai kecil berarti kemampuan variabel


(1)

No Tahun Kode Perusahaan

Total Kewajiban

Jangka Panjang Total Aset Lev Sze

1 2012 ASGR 64,916 1,239,927 0.05 14.03

2 2012 ASII 38,282 182,274 0.21 12.11

3 2012 CASS 196,245,555 795,015,458 0.25 20.49

4 2012 ITMG 51,786 1,451,343 0.04 14.19

5 2012 LPKR 9,919,981,871,127 24,869,295,733,093 0.40 30.84

6 2012 PGAS 1,080,620,917 3,908,162,319 0.28 22.09

7 2012 RUIS 333,728,577,922 1,171,261,207,723 0.28 27.79

8 2012 SMAR 3,809,473 16,247,395 0.23 16.60

9 2012 SMDM 165,220,585 2,637,664,776 0.06 21.69

10 2012 SMSM 165,224 1,565,184 0.11 14.26

11 2012 TBIG 7,890,076 14,317,483 0.55 16.48

12 2012 UNTR 6,672,912 50,300,633 0.13 17.73

13 2012 UNVR 480,718 11,339,111 0.04 16.24

14 2013 ASGR 47,958 1,451,020 0.03 14.19

15 2013 ASII 36,667 213,994 0.17 12.27

16 2013 CASS 192,431,075 916,593,561 0.21 20.64

17 2013 ITMG 53,611 1,326,756 0.04 14.10

18 2013 LPKR 12,281,225,413,069 31,300,362,430,266 0.39 31.07

19 2013 PGAS 760,734,933 4,318,010,538 0.18 22.19

20 2013 RUIS 370,887,017,949 1,277,942,893,245 0.29 27.88

21 2013 SMAR 4,614,664 18,381,114 0.25 16.73

22 2013 SMDM 211,673,755 2,950,314,446 0.07 21.81

23 2013 SMSM 171,303 1,712,710 0.10 14.35

24 2013 TBIG 10,674,250 18,719,211 0.57 16.75

25 2013 UNTR 7,152,682 57,362,244 0.12 17.86

26 2013 UNVR 674,076 12,703,468 0.05 16.36

27 2014 ASGR 59,473 1,633,339 0.04 14.31

28 2014 ASII 42,182 236,029 0.18 12.37

29 2014 CASS 243,691,371 1,085,460,356 0.22 20.81

30 2014 ITMG 44,554 1,307,348 0.03 14.08

31 2014 LPKR 14,389,379,227,138 37,761,220,693,695 0.38 31.26

32 2014 PGAS 2,161,809,828 6,215,496,359 0.35 22.55

33 2014 RUIS 225,286,369,485 1,264,142,659,644 0.18 27.87

34 2014 SMAR 4,349,920 21,292,993 0.20 16.87

35 2014 SMDM 329,874,877 3,156,290,546 0.10 21.87

36 2014 SMSM 65,758 1,749,395 0.04 14.37

37 2014 TBIG 8,778,951 22,034,082 0.40 16.91

38 2014 UNTR 5,417,481 60,292,031 0.09 17.91


(2)

No Tahun Kode Perusahaan

Pembayaran Pajak

Laba Sebelum Pajak

Tax Avoidance

1 2012 ASGR 55,698 226,890 0.25

2 2012 ASII 5,156 27,898 0.18

3 2012 CASS 63,127,902 252,556,208 0.25

4 2012 ITMG 159,066 591,109 0.27

5 2012 LPKR 254,241,267,447 1,577,088,286,385 0.16

6 2012 PGAS 233,051,777 1,148,308,027 0.20

7 2012 RUIS 19,232,888,518 48,226,597,997 0.40

8 2012 SMAR 730,525 2,882,834 0.25

9 2012 SMDM 11,243,078 57,562,764 0.20

10 2012 SMSM 82,758 369,688 0.22

11 2012 TBIG -14,167 913,248 -0.02

12 2012 UNTR 1,693,413 7,446,755 0.23

13 2012 UNVR 1,627,620 6,466,765 0.25

14 2013 ASGR 69,382 278,388 0.25

15 2013 ASII 5,226 27,523 0.19

16 2013 CASS 93,025,646 343,042,742 0.27

17 2013 ITMG 90,464 295,445 0.31

18 2013 LPKR 332,339,012,284 1,924,830,226,980 0.17

19 2013 PGAS 227,838,102 1,065,739,975 0.21

20 2013 RUIS 26,727,442,868 56,362,930,594 0.47

21 2013 SMAR 311,424 1,204,196 0.26

22 2013 SMDM 15,882,120 42,353,329 0.37

23 2013 SMSM 108,442 461,143 0.24

24 2013 TBIG -174,148 1,177,376 -0.15

25 2013 UNTR 1,788,559 6,857,337 0.26

26 2013 UNVR 1,806,183 7,158,808 0.25

27 2014 ASGR 80,442 340,663 0.24

28 2014 ASII 5,227 27,352 0.19

29 2014 CASS 104,854,455 374,614,540 0.28

30 2014 ITMG 61,812 262,030 0.24

31 2014 LPKR 559,762,631,282 3,694,978,541,909 0.15

32 2014 PGAS 231,093,948 978,765,428 0.24

33 2014 RUIS 22,208,701,966 77,914,196,902 0.29

34 2014 SMAR 487,421 1,962,076 0.25

35 2014 SMDM 17,379,342 61,418,891 0.28

36 2014 SMSM 119,683 541,150 0.22

37 2014 TBIG 58,459 1,430,563 0.04

38 2014 UNTR 1,781,888 6,621,858 0.27


(3)

LAMPIRAN 2


(4)

Hasil Uji Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation DER 39 .0001 .0671 .010388 .0164505 LEV 39 .03 .57 .1895 .14439 SZE 39 12.11 31.26 18.9336 5.46348 TAX 39 -.15 .47 .2280 .10178 Valid N (listwise) 39

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) .141 .033 4.263 .000

DER -3.209 .788 -.519 -4.072 .000 .499 2.003 LEV -.316 .098 -.448 -3.220 .003 .418 2.390 SZE .010 .002 .510 4.994 .000 .776 1.289 a. Dependent Variable: TAX

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Park)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -7.797 1.314 -5.931 .000 DER -40.802 31.267 -.304 -1.305 .200 LEV 3.601 3.891 .236 .926 .361 SZE .007 .076 .018 .098 .922 a. Dependent Variable: LNRES2


(5)

Hasil Uji Normalitas (Uji Kolomogorv-Smirnov)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 39

Normal Parametersa,b

Mean .0000000 Std. Deviation .05417454 Most Extreme

Differences

Absolute .112 Positive .112 Negative -.093 Kolmogorov-Smirnov Z .700 Asymp. Sig. (2-tailed) .711 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


(6)

Hasil Uji Koefisien (Adjusted R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson 1 .847a .717 .692 .05645 1.810

a. Predictors: (Constant), SZE, DER, LEV b. Dependent Variable: TAX

Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .141 .033 4.263 .000 DER -3.209 .788 -.519 -4.072 .000 LEV -.316 .098 -.448 -3.220 .003 SZE .010 .002 .510 4.994 .000 a. Dependent Variable: TAX

Hasil Uji Statistik F

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression .282 3 .094 29.516 .000b

Residual .112 35 .003 Total .394 38 a. Dependent Variable: TAX


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 50 99

Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Logam Dan Sejenisnya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 60 83

Pengaruh Leverage Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 68 77

Pengaruh Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan, Dengan Leverage Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

22 210 59

Pengaruh Corporate Governance Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sustainability Report: Studi Empiris Pada Perusahaan Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

0 16 114

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Kebutuhan Pendanaan Eksternal, Leverage Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pemilihan Auditor Eksternal: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2012-2014

7 35 110

Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance): Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

8 44 106

Pengaruh Perputaran Kas Dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

4 57 109

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 2 22

Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Logam Dan Sejenisnya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11