11 menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana
pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau. DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola
untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air,
ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.
Kebutuhan akan air bagi kehidupan manusia secara langsung atau tidak langsung makin meningkat. Untuk meningkatkan ketersediaan air permukaan perlu ada
tindakan yaitu dengan memperbaiki kondisi Daerah Aliran Sungai DAS yang sudah memburuk menjadi hijau kembali dengan membuat storage di permukaan
dalam bentuk waduk.
2.3 Jaringan Irigasi
Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang
membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib dan teratur dan dibuang kesaluran pembuangan. Istilah irigasi diartikan suatu bidang pembinaan
atas air dari sumber – sumber air, termasuk kekayaan alam hewani yang terkandung didalamnya, baik yang alamiah maupun yang diusahakan manusia.
Pengairan selanjutnya diartikan sebagai pemanfaatan serta pengaturan air dan sumber – sumber air yang meliputi irigasi, pengembangan daerah rawa,
pengendalian banjir, serta usaha perbaikan sungai, waduk dan pengaturan penyediaan air minum, air perkotaan dan air industri.
Universitas Sumatera Utara
12 Jaringan Irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Jaringan utama adalah
jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan
pelengkapnya. Jaringan tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air di dalam petak tersier yang terdiri dari saluran pembawa
yang disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut saluran kuarter dan saluran pembuang berikut, saluran turutan serta bangunan pelengkapnya,
termasuk jaringan irigasi pompa yang luas areal pelayanannya disamakan dengan areal tersier.
Dari segi konstruksi jaringan irigasi, Pasandaran 1991 mengklasifikasikan sistem irigasi menjadi empat jenis yaitu :
1. Irigasi Sederhana Adalah sistem Irigasi yang sitem konstruksinya tidak menggunakan alat ukur atau
pintu-pintu masih sangat sederhana dan pada umumnya dimulai dari bangunan utama sampai dengan saluran tersier masih sangat sederhana dan sebahagian asli
dari bangunan alam, sehingga efisiensinya rendah. 2. Irigasi Setengah Teknis
Adalah sistem Irigasi dengan sistem konstruksi pintu pengatur dan alat pengukur pada bangunan pengambilan head work saja, sehingga air hanya teratut dan
terukur pada bangunan pengambilan saja dengan demikian efesiensinya sedang. 3. Irigasi Teknis
Universitas Sumatera Utara
13 Adalah sistem irigasi yang dilengkapi dengan alat pengatur dan pengukur air pada
bangunan pengambilan, bangunan bagi dan bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan efesiensinya tinggi.
4. Irigasi Teknis Maju Adalah sistem irigasi yang airnya dapat diatur dan terukurpada seluruh jaringan
dan diharapkan efisiensinya sangat tinggi. Petak irigasi adalah petak lahan yang memperoleh air irigasi. Petak tersier
adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan dan mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama. Petak tersier terdiri dari beberapa petak
kuarter masing – masing seluas 8 sampai dengan 15 hektar.
Tabel 2.1 Klasifikasi Irigasi KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI
Teknis Semiteknis
Sederhana 1.
Bangunan utama Bangunan
permanen Bangunan permanent
atau semi permanen Bangunan
sementara
2. Kemampuan
bangunan dalam mengukur
mengatur debit baik
sedang Jelek
3. Jaringan saluran
Saluran irigasi dan pembuang terpisah
Saluran irigasi dan pembuang tidak
sepenuhnya terpisah Saluran irigasi
dan pembuang jadi satu
4. Petak tersier
Dikembangkan sepenuhnya
Belum dikembangkan atau densitas
bangunan tersier jarang
Belum ada jaringan
terpisah yang dikembangkan
5. Efisiensi secara
keseluruhan 50 – 60
40 – 50 40
Universitas Sumatera Utara
14 6.
Ukuran Tak ada batasan
Sampai 2.000 ha Tak lebih dari
500 ha Sumber:Direktorat Jendral Pengairan, Standart Perencanaan Irigasi KP-01:1986
2.4 Analisa Hidrologi 2.4.1 Curah Hujan Rata – Rata