4
rata-rata dalam satu tahun adalah 16 kasus baru yang datang ke Rumah Sehat Wahida Medan. Pada tahun 2014 menunjukkan adanya kecenderungan
meningkat. Terlihat dalam rentang trimester pertama Januari – April sudah ada 14 penderita hipertensi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ”apakah ada pengaruh terapi hijamah terhadap
tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan”.
1.3. Hipotesis
1.3.1. Hipotesis Nol Ho
Tidak ada pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.
1.3.2. Hipotesis Alternatif Ha
Ada pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan.
1.4.2. Tujuan Khusus
1.4.2.1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
5
1.4.2.2. Untuk mengidentifikasi nilai rata-rata, standar deviasi, minimum dan
maximum tekanan darah responden sebelum dan sesudah dilakukan terapi
hijamah.
1.4.2.3. Untuk mengidentifikasi ada tidaknya penurunan nilai rata-rata tekanan
darah responden sesudah dilakukan terapi hijamah. 1.5.
Manfaat Penelitian
1.5.1. Pendidikan Keperawatan
Sebagai bahan referensi tambahan tentang terapi hijamah dalam menurunkan tekanan darah.
1.5.2. Pelayanan Keperawatan
Sebagai umpan balik dalam meningkatkan pelayanan terhadap penderita hipertensi khususnya yang menggunakan terapi hijamah.
Sebagai tambahan intervensi untuk menurunkan tekanan darah penderita. 1.5.3.
Penelitian Keperawatan Dapat digunakan sebagai informasi awal untuk pengembangan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh terapi hijamah terhadap penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1. Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg Mansjoer dkk, 1999.
Tekanan darah blood pressure merupakan hasil pengukuran dari tekanan yang ditimbulkan oleh darah pada dinding arteri ketika darah yang berada di
jantung akan dipompakan ke seluruh tubuh dengan hasil ukur sistolik dan diastolik. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi tekanan darah adalah tahanan
perifer, curah jantung, volume darah, aliran balik vena, viskositas darah dan elastisitas dinding arteri. Ada dua jenis tekanan darah; tekanan sistolik yang
menggambarkan tekanan tertinggi dalam ventrikel kiri pada waktu sistol, dan tekanan diastolic yang merupakan tekanan terendah ketika ventrikel terisi selama
diastole. Kedua tekanan ini diukur secara tidak langsung dalam arteri braklialis dengan menggunakan stetoskop serta sphygmomanometer dengan merek riester
dan pengukuran dilakukan dalam mm tekanan air raksa mmHg. Tekanan darah yang tipikal bagi dewasa muda adalah 12070 mmHg. Tekanan darah arteri dapat
diukur secara langsung dengan menggunakan tranduser tekanan arteri Christine, 2001.
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.2. Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit
jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di
Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar seperempat jumlah penduduk di Indonesia tahun 2014 berkisar 253,6 juta jiwa menderita hipertensi dengan kisaran
31,7, lebih dari 80.3 juta penduduk Indonesia BPJS Kesehatan, 2014. Menurut Dewi 2013, Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah
yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal yaitu 14090 mmHg. Kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia. Prevalensi 6-
15 pada orang dewasa sebagai proses degeneratif, hipertensi hanya ditemukan pada golongan orang dewasa. Banyak penderita hipertensi di perkirakan sebesar
15 juta penduduk Indonesia yang control hanya 4. Terdapat 50 penderita hipertensi tidak menyadari dirinya sebagai penderita hipertensi. Terdiri dari 70
adalah hipertensi ringan dan 90 hipertensi esensial, hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
2.1.3. Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini
disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan
Universitas Sumatera Utara
8
oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling
umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.
Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi Levanita, 2011.
Menurut Zuraidah, dkk 2012 faktor resiko terjadinya hipertensi, adalah
antara lain:
1. Obesitas kegemukan
Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti daya pompa
jantungdan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan berat badan normal.
Obesitas atau kegemukan di mana berat badan mencapai indeks massa tubuh 27 berat badan kg dibagi kuadrat tinggi badan m juga merupakan
salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume
darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau
normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana
Universitas Sumatera Utara
9
terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di jaringan lemak tubuh, dan dapat mengakibatkan terjadinya beberapa penyakit. Parameter yang umum
digunakan menentukan keadaan tersebut adalah indeks masa tubuh seseorang 25-29,9 kgm
2
. Obesitas terutama tipe sentralabdominal atau sering dihubungkan dengan
beberapa keadaan seperti diabetes melitus, hiperlipidemia, penyakit jantung, hipertensi, penyakit hepatobiliar dan peningkatan resiko mortalitas dan
morbiditas. Swedish Obese Study 1999 mendapatkan kejadian pada 13,6 populasi obesitas sedangkan Tromo study membuktikan adanya hubungan
antara peningkatan indeks massa dengan peningkatan tekanan darah baiik pada laki-laki dan wanita. Peningkatan resiko ini juga sering dengan
peningkatan waist hip-rasio WHR dan waist circumference dimana dikatakan resiko tinggi bila memiliki WHR
≥ 0,95 untuk laki-laki dan ≥ 0,85 untuk wanita, serta waistcircumference 102 cm untuk laki-laki dan
88 cm untuk wanita. Laki-laki memiliki resiko angka kejadian penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan distribusi lemak tubuh antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki distribusi lemak tubuh terutama pada daerah abdomen sedangkan
pada wanita lebih banyak pada daerah gluteal dan femoral. Meskipun telah banyak yang dilakukan, akan tetapi patogenesis hipertensi
pada obesitas masih belum jelas benar. Beberapa ahli berpendapat peranan faktor genetik sangat menentukan kejadian hipertensi pada obesitas, tetapi
yang lainnya berpendapat bahwa faktor lingkungan mempunyai peranan
Universitas Sumatera Utara
10
yang lebih utama. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan prevalensi obesitas dari tahun ke tahun tanpa adanya perubahan genetik,
selain itu pada beberapa populasiras dengan genetik yang sama mempunyai angka prevalensi yang sangat berbeda. Mereka berkesimpulan walaupun
faktor genetik berperan tetapi faktor lingkungan mempunyai andil yang sangat besar. Saat ini dugaan yang sangat mendasari timbulnya hipertensi
pada obesitas berhubungan dengan hiperinsulinemia, resistensi insulin dan sleep apnea syndrome
, akan tetapi pada tahun-tahun akhir ini terjadi pergeseran konsep, dimana dugaan terjadi perubahan neurohormonal yang
mendasari kelainan ini. Hal ini mungkin disebabkan karena kemajuan pengertian tentang obesitas yang berkembang pada tahun-tahun terakhir ini
dengan ditemukannya leptin. Perubahan berat badan juga merupakan salah satu faktor penting pada
survival rate penderita hipertensi. Perubahan berat badan merupakan
sebanyak 5 kg meningkat ataupun menurun pada kurun waktu 10-15 tahun akan meningkatkan angka mortalitas sebesar 1,5-2 kali lebih tinggi. Pada
satu studi prosfektif-epidemiologi didapatkan angka mortalitas penyakit kardiovaskuler lebih rendah pada populasi dengan berat badan yang stabil
selama kurun waktu tertentu. Pada obesitas biasanya sering didapatkan adanya fluktuasi peningkatan dan penurunan berat badan secara periodik
akan meningkatkan resiko mortalitas pada obesitas.
Universitas Sumatera Utara
11
2. Stres
Diduga melalui aktivitas saraf simpatis saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan
meningkatkan tekanan darah secara intermitten tidak menentu. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap
tinggi. Menurut Arieska Ann Soenarta ,2008 dalam Zuraidah, dkk 2012
menyatakan bahwa stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung. Sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf
simpatetik. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
3. Keturunan genetik
Apabila riwayat hipertensi didapati pada kedua orang tua, makan dugaan hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar
monozigot satu sel telur apabila salah satunya adalah penderita hipertensi. Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot dari pada heterozigot berbeda sel telur. Seorang penderita
mempunyai sifat genetik hipertensi primer essensial apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50
Universitas Sumatera Utara
12
tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya. Orang-orang dengan riwayat keluarga yang mempunyai
penyakit tidak menular lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga dekat yang mempunyai faktor keturunan hipertensi, akan
memepertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluuarga yang memiliki riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar 4
kali lipat. Dari data statistik terbukti bahwa seseorangmemiliki kemungkinan lebih
besar mendapatkan penyakit tidak menular jika orang tuanya penderita PTM. Jika seorang dari orang tua memberi PTM, maka kemungkinan
sepanjang hidup keturunannya mempunyai peluang 25 terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua mempunyai penyakit tidak menular maka
kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60. 4.
Jenis kelamin gender Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku yang tidak
sehat merokok, kelebihan berat badan, depresi dan rendahnya stastus pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhungan dengan pekerjaan, seperti
perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. Secara teoritis penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena penyakit hipertensi pada wanita meningkat seiring dengan bertambahnya usia, beban tugas sebagai
Universitas Sumatera Utara
13
ibu rumah tangga apalagi ibu rumah tangga yang bekerja dengan tingakat stress yang tinggi.hipertensi essensial mulai terjadi seiring bertambahnya
umur. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita 39 pria dan 31 wanita. Prevalensi hipertensi pada
wanita sebesar 22-39 yang dimulai dari umur 50 sampai lebih dari 80 tahun, sedangkan pada wanita berumur kurang dari 85 tahun prevlensinya
sebesar 22 dan meningkat sampai 52 pada wanita berumur lebih dari 85 tahun Trenkwalder P et al,2004 dalam Zuraidah dkk, 2012.
5. Usia
Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit tidak menular tertentu seperti
penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dan lain-lain erat kaitannya dengan umur. Semakin tua seseorang maka semakin besar risiko terserang
penyakit tersebut. Umur 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi dan penyakit DM. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi
lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 dengan kematian sekitar 50 diatas umur 60 tahun. Arteri
kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang
pada umur lima puluhan dan enam puluhan. Hipetensi dapat terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada
usia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya biasa saja bila tekanan darah kita sedikit meningkat dengan bertambahnya usia. Ini sering disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
14
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon. Hanya saja perubahan ini disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya
hipertensi. 6.
Asupan garam Melalui peningktan volume plasma cairan tubuh dan tekanan darah yang
akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik sistem perdarahan yang normal. Pada
hipertensi essensial mekanisme inilah yang terganggu. Arieska Ann Soenarta, 2008 dalam Zuraidah dkk, 2012 menyatakan
bahwa Sodium adalah penyebab dari hipertensi essensial, asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon
natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Sodium secara eksperimental menunjukkan kemampuan untuk menstimulasi
mekanisme vasopressor pada susunan syaraf pusat. 7.
Gaya hidup yang kurang sehat Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun
kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang berolah raga dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah.
Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa: -
Pusing -
Mudah marah -
Telinga berdengung -
Sukar tidur
Universitas Sumatera Utara
15
- Sesak napas
- Rasa berat di tengkuk
- Mudah lelah
- Mata berkunang-kunang
- Mimisan jarang dilaporkan
2.1.4. Klasifikasi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali atau lebih pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan.
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut ESH-2007 Kategori
Sistol mmHg Disatol mmHg
Optimal 120 dan
80
Normal 120-129 danatau
80-84
Normal Tinggi 130-139 danatau
85-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 danatau
90-99
Hipertensi Derajat 2
160-179 danatau 100-109
Hipertensi Derajat 3
≥ 180 danatau ≥ 110
Hipertensi Sistolik Terisolasi
≥ 140 dan 90
Sumber : Bandira, 2009 Pedoman menurut ESH-2007 menetapkan stratifikasi risiko sebagai dasar
rekomendasi pengobatan hipertensi. Stratifikasi risikopada ESH-2007 hampir sama dengan ESH-2003 diambil dari pedoman WHOISH-2003 dengan
memasukkan kelompok normal dan normal tinggi di samping hipertensi derajat 1,2,dan 3.
2.1.5. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme ACE. ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon,
Universitas Sumatera Utara
16
renin diproduksi oleh ginjal akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
ADH dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus kelenjar pituitari dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh antidiuresis, sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl garam dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume
sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu
oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat
Universitas Sumatera Utara
17
stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadangkadang
muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi,
dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat.
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun dengan meningkatnya curah jantung kemudian menjadi hipertensi dini
pada pasien umur 20-40 tahun dimana tahanan perifer meningkat kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi
dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun Levanita, 2011.
2.1.6. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Dengan pendekatan
sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu terdapat pada tabel 2.4 dibawah ini:
Tabel 2.2. Komplikasi Hipertensi Sistem organ Komplikasi
Komplikasi Hipertensi
Jantung Gagal jantung kongestif
Angina pectoris Infark miokard
Sistem saraf pusat Ensefalopati hipertensif
Ginjal Gagal ginjal kronis
Mata Retinopati hipertensif
Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer
Universitas Sumatera Utara
18
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada
otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah
proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara Transient Ischemic Attack
TIA Levanita, 2011.
2.1.7. Penatalaksanaan
Menurut Levanita 2011, tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah: 1.
Target tekanan darah yatiu 14090 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah
13080 mmHg. 2.
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. 3.
Menghambat laju penyakit ginjal. Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis seperti
penjelasan dibawah ini. 1.
Terapi Non Farmakologis a.
Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih. Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap
tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
19
b. Meningkatkan aktifitas fisik.
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50 daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit
sebanyak 3xhari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi. c.
Mengurangi asupan natrium. Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian
obat anti hipertensi oleh dokter. d.
Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelashari dapat meningkatkan risiko
hipertensi. 2.
Terapi Farmakologis Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi dengan
menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi. Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan
farmakologis, yaitu: a.
Diuretika Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
melalui kencing. Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga daya pompa jantung lebih ringan. Diuretik
menurunkan tekanan darah dengan cara megurangi jumlah air dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
20
tekanan darah secara perlahan-lahan mengalami penurunan karena hanya ada fluida yang sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan dengan
sebelum menggunakan diuretik. Selain itu, jumlah garam di dinding pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan pembuluh darah
membesar. Kondisi ini membantu tekanan darah menjadi normal kembali, misalnya : jenis thiazide Thiaz atau aldosteron antagonis.
b.
Beta Blocker Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma
bronkial. Pemberian β-bloker tidak dianjurkan pada penderita
gangguan pernapasan seperti asma bronkial karena pada pemberian β-
bloker dapat mengkambat reseptor beta 2 di jantung lebih banyak dibandingkan reseptor beta 2 di tempat lain. Penghambatan beta 2 ini
dapat membuka pembuluh darah dan saluran udara bronki yang menuju ke paru-paru. Sehingga penghambatan beta 2 dari aksi
pembukaan ini dengan β-bloker dapat memperburuk penderita asma.
c.
Calcium Chanel Blocker atau Calcium Antagonist
Antagonis Kalsium adalah sekelompok obat yang berkerja mempengaruhi jalan masuk kalsium ke sel-sel dan mengendurkan otot-
otot di dalam dinding pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan darah. Antagonis
Kalsium bertindak sebagai vasodilator atau pelebar. Golongan obat ini
Universitas Sumatera Utara
21
menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung kontraktilitas. Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor ACEI
Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin- angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek enzim
pengubah angiotensin angiotensin-converting enzym. Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh darah dan menurunkan
tekanan darah.
2.2. Hijamah
2.2.1. Definisi
Hijamah adalah pengobatan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi. Nama lainnya adalah bekam, canduk, canthuk, kop, mambakan di Eropa
dikenal dengan istilah “Cuping Therapeutic Method”. Dalam bahasa Mandarin disebut Pa Hou Kuan Kasmui, 2010.
Kata “Hijamah” berasal dari bahasa Arab, dari kata Al hijmu yang berarti pekerjaan membekam. Al Hajjam berarti ahli hijamah. Al Hijmu berarti
menghisap atau menyedot. Al Hajjam sama dengan Al Mashshah, yaitu tukang menghisap atau tukang menyedot. Sedangkan Al Mihjam atau Al Mihjamah
merupakan gelas yang digunakan untuk menampung darah yang keluar dari kulit pasien, atau gelas untuk menghimpun darah hijamah Kasmui, 2010.
Universitas Sumatera Utara
22
Kesimpulan definisi hijamah menurut bahasa adalah ungkapan tentang menghisap darah dan mengeluarkannya dari permukaan kulit, yang kemudian
ditampung di dalam gelas hijamah, yang menyebabkan pemusatan dan penarikan darah di sana, lalu dilakukan penyayatan permukaan kulit dengan pisau bedah,
guna untuk mengeluarkan darah Kasmui, 2010 Hijamah merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah
kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Yang dimaksud darah kotor adalah darah yang mengandung racun atau darah statis yang menyumbat
peredaran darah, mengakibatkan sistem peredaran darah dalam tubuh tidak berjalan sebagaimana adanya, sehingga menyebabkan terganggunya kesehatan
seseorang, baik fisik maupun mental Umar, 2013. Hijamah merupakan metode pengobatan Nabawi dengan cara mengeluarkan
toksin dalam tubuh atau unsur-unsur yang tidak dikehendaki keberadaannya dalam tubuh, melalui torehan tipis di kulit Suhardi Syafa’ah, 2010.
2.2.2. Terapi Hijamah Untuk Pengobatan Hipertensi
Dalam terapi hijamah terdiri atas 5 jenis yaitu hijamah kering dry cupping, hijamah basa wet cupping, hijamah luncur sliding cupping, hijamah tarik, dan
hijamah api. Terapi hijamah yang digunakan untuk pengobatan hipertensi di Rumah
Sehat Wahida hanya digunakan 2 metode yaitu hijamah basah wet cupping dan hijamah luncur sliding cupping.
Universitas Sumatera Utara
23
1. Hijamah Basah Wet Cupping
Permukaan kulit “dibuka” ditusuk-tusuk jarumditoreh, kemudian disedot untuk menarik darah yang tercampur toksin. Biasanya setelah dihijamah basah
pasien akan merasa lega dan ringan badannya. Tata cara hijamah basah :
a.
Sebelum proses hijamah dilakukan sebaiknya terapis dan pasien yang akan dihijamah terlebih dahulu mengambil air wudhu, kemudian ukur tekanan
darah. Selanjutnya lakukan pemijatan urut seluruh tubuh dengan minyak habbats atau but-but atau zaitun selama 5-10 menit, agar peredaran darah
menjadi lancar dan pengeluaran toksid menjadi optimal.
b.
Lakukan tindakan desinfektan pada daerah yang akan di hijamah kemudian hisap vacum dengan gelas hijamah pada permukaan kulit yang
sudah di desinfektan dan sudah ditentukan titik-titiknya. Lakukan pemompaan sebanyak 3-5 kali pompa atau di sesuai dengan ketahanan
pasien, biarkan selama 3-5 menit untuk memberikan kekebalan pada kulit saat dilakukan penyayatan atau tusukan. Selama proses pemvacuman, pada
daerah yang dihijamah akan terjadi penarikan kulit yang disebabkan tekanan di dalam vacum tinggi sehingga terjadi penumpukan toksin dan
zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh serta sumbatan-sumbatan yag ada pada pembuluh darah akan berkumpul menjadi satu di daerah yang
divacum sehingga aliran darah dalam tubuh menjadi lancar. Kemudian akan menstimulasi secara kuat syaraf permukaan kulit akan merangsang
pembentukan endorphin. Sedangkan rangsangan yang lainnya akan
Universitas Sumatera Utara
24
merangsang syaraf aferen simpatik yang berefek menekan rasa nyeri anastesi alami.Pada system endokrin terjadi pengaruh pada system
sentral melalui hypothalamus dan pituitary sehingga menghasilkan ACTH, TSH, FSH-LH, ADM. Sedangkan melalui system perifer langsung berefek
pada organ untuk menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, thyroxin, adrenalin, corticotrophin, estrogen, progesteron, testosteron
. Hormon- hormon inilah yang bekerja di tempat jauh dari yang dihijamah.
c.
Sebelum dilakukan penyayatan hendaknya terapis dan pasien membaca doa untuk kesehatan. Kemudian lepas gelas hijamah tersebut, basuh kulit
dengan betadine untuk membersihkan permukaan kulit yang akan dihijamah dari kuman, lakukan penyayatan dengan lancet jarum pisau
bedah, sayatan disesuaikan dengan diameter lingkaran gelas tersebut, lalu hisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk menyedot darah kotor.
Hisap vacum sebanyak 3-5 kali pompa disesuaikan dengan ketahanan pasien dan biarkan selama 3-5 menit.
d.
Buang darah yang kotor pada cawan yang telah disiapkan, kemudian lakukan hijamah lagi pada tempat yang sama. Biarkan 2-3 menit, lakukan
hal ini sampai 3 kali dan maksimal 5 kali hingga cairan plasma keluar.
e.
Setelah selesai bekas hijamah diberi anti septik minyak But-but, agar tidak terjadi infeksi dan agar luka cepat sembuh, anjurkan pasien untuk
istirahat selam 10 menit kemudian ukur kembali tekanan darah serta berikan pendidikan tentang kesehatannya dan berikan air jahe atau air
madu untuk memulihkan tenaga.
Universitas Sumatera Utara
25
f.
Hijamah dapat dilakukan tiap hari pada titik-titik yang berbeda-beda dan berikan jangka waktu 2-3 pekan untuk titik yang sama. Atau 4 pekan
sekali melakukan hijamah.Sebaiknya dilakukan diagnosa sebelum hijamah agar dicapai suatu ketepatan dalam pengobatan dan tidak membahayakan
pasien.
2. Hijamah Luncur Sliding Cupping
Untuk merangsang mikrosirkulasi darah kapiler dibawah kulit, disamping berguna untuk menarik angin. Biasa dilakukan pada langka awal sebelum
dilakukan hijamah basah. Metode ini sebagai ganti kerokan yang dapat membahayakan kulit karena
dapat merusak pori-pori. Tindakan ini bermanfaat untuk membuang angin pada tubuh, melemaskan otot-otot dan melancarkan peredaran darah.
Cara hijamah luncur :
a.
Urut seluruh badan bagian belakang dengan menggunakan minyak secukupnya sebagai pelemasan.
b.
Hisapvacum dengan gelas hijamah pada permukaan kulit 1-3 kali pompa, kemudian gerakkan gelas hijamah tersebut dari arah bawah ke atas atau dari
atas ke bawah dengan perlahan sampai tampak warna kemerahan. Hal ini cukup dilakukan 2-3 menit.
c.
Lepas gelas hijamah tersebut dan urut kembali dengan minyak selama 2-3 menit.
Universitas Sumatera Utara
26
2.2.3. Manfaat Terapi Hijamah
Adapun manfaat dari terapi hijamah menurut Rahmadi 2012 adalah sebagai berikut ;
a. Melancarkan peredaran darah dengan menghilangkan sumbatan dalam
pembuluh darah. b.
Menghilangkan zat sisa endapan pada sumbatan pembuluh darah kecil biasanya terdapat pada kulit, sisa endapan tersebut dapat menghambat arus
pembuluh darah balik, endapan tersebut biasanya cholesterol, thrombus ataupun sisa metabolik dan toxin.
c. Mencegah arterosclerosis dan kekakuan pembuluh darah.
d. Merangsang pembentukan sel darah merah yang baru efek transfusi.
e. Merangsang aktivitas sumsum tulang.
f. Meningkatkan efektifitas penyampaian zat makanan dan oksigen ke semua
sel karena terbentuknya sel darah merah yang baru. g.
Mengurangi beban kerja limpa karena darah yang sudah tua tidak di metabolisme di limpa tapi dikeluarkan dengan hijamah.
h. Merangsang sistem imun dengan keluarnya beberapa zat kimia tubuh seperti
prostaglandin, tromboxan, leukotrien, prostasiklin. i.
Mencegah timbulnya kanker dan penyakit infeksi. Menurut Kasmui 2010 dalam teknik pengobatan hijamah adalah suatu
proses membuang darah kotor toksinracun yang berbahaya dari dalam tubuh melalui bawah permukaan kulit. Toksin adalah endapan racunzat kimia yang
tidak bisa diurai oleh tubuh. Darah kotor adalah darah yang mengandung
Universitas Sumatera Utara
27
toksinracun, atau darah statis yang menyumbat peredaran darah sehingga sistem peredaran darah tidak dapat berjalan lancar. Kondisi ini sedikit demi sedikit akan
mengganggu kesehatan, baik fisik maupun mental. Akibatnya akan terasa lesu, murung, resa, linu, pusing, dan senantiasan merasa kurang sehat, cepat bosan, dan
mudah naik pitam. Ditambah lagi dengan angin yang sulit dikeluarkan dari dalam tubuh, akibatnya tubuh akan mudah kena penyakit mulai dari yang akut seperti
influenza sampai dengan penyakit degenerative semacam stroke, darah tinggi, kanker, kencing manis, bahkan sampai gangguan kejiwaan.
Toksin dalam tubuh manusia dapat berasal dari : a.
Pencemaran udarah b.
Makanan siap saji fast food karena mengandung zat kimia yang tidak baik untuk tubuh seperti pengawet, pewarna, essence, penyedap rasa, dan
sebagainya. c.
Hasil pertanian seperti pestisidainsektisida, fungisida, herbisida d.
Kebiasaan buruk bad habit seperti merokok, makan tidak teraturbersih, makan tidak seimbang, terlalu panas atau dingin, terlalu asam dan lain-lain.
e. Obat-obatan kimia, karena mempunyai efek merusak organ atau mikroba
yang normal dalam tubuh.
2.2.4. Waktu Paling Baik Untuk Melakukan Hijamah
Waktu paling baik untuk berhijamah adalah sekitar pukul 14.00 sd 15.00 dalam kitab Ibnu Sina karena waktu itu saluran darah mengembang sehingga
toksin mudah dikeluarkan.
Universitas Sumatera Utara
28
Tanggal terbaik untuk berhijamah adalah 17, 19 dan 21 bulan qomariyah. Apabila membutuhkan penanganan segera, uapkan pasien selama setengah jam
baik menggunakan lampu TDP selama 20 menit, kemudian istirahatkan 10 menit baru dilakukan terapi hijamah. Lakukan bekam di ruangan hangat untuk
menghindari demam karena sejuknya ruangan. Hari terbaik untuk hijamah adalah hari senin, selasa, dan kamis, sedangkan
hari yang tidak disunnahkan adalah hari rabu, karena rabu merupakan hari dimana nabi Ayyub tertimpah malapetaka. Tidaklah timbul penyakit kusta dan lepra,
kecuali pada hari rabu atau malam hari rabu dan waktu yang paling baik untuk hijamah adalah saat tengah hari yaitu selepas Zuhur Umar, 2013.
2.2.5. Titik-Titik Hijamah dan Manfaatnya
Adapun beberapa titik-titik hijamah dan manfaat hijamah terdapat pada tabel 2.5 berikut :
Tabel 2.3. Titik-Titik Hijamah dan Manfaatnya Gejalah yang di
rasakan Tanda-Tanda
Tubuh Titik
Hijamah Manfaat
Penglihatan agak kabur
Di lihat dari mata Di tengkuk
Memperbaiki penglihatan
Pusing, migraine, vertigo, daya ingat
menurun Garis biru atau
kehijauan pada telapak tangan
Dua urat leher Melancarkan darah kebagian kepala
Hipertensi, asam urat, kolesterol, sulit
mengawal emosi Ruas ujung jari
berwarnah lebih merah dan keras
Kedua bahu Menormalkan
tekanan darah dan kadar asam urat
Berdebar-debar, mudah kaget, nafas
pendek, mudah ngantuk, sulit tidur,
dada kiri sakit bila di tekan
Di telapak tangan, di perut, ibu jari
ada urat berwarna kehijauan atau
kebiruan Di punggung,
di sebelah ke dua belikat
Menormalkan kerja jantung dan
pernafasan
Sakit pinggang Ruas pangkal jari
tangan terlihat Di punggung
di bawah ruas Menormalkan
fungsi ginjal
Universitas Sumatera Utara
29
gemuk tulang iga
Sumber: Umar, 2013. Menurut Suhardi Syafa’ah 2010, dari sekian banyak titik-titik hijamah
hanya beberapa yang digunakan dalam pengobatan hipertensi yaitu : a.
KHL1 Kaahilpunduk : posisi titik ini tepat berada di bawah tulang cervical ke 7.
b. UN2 UN3 Akhdain : posisi ini tepat berada pada daerah urat di
kedua sisi leher. c.
UM Ummu Mughis : posisi ini tepat berada pada daerah puncak
kepala. Menurut Susiyanto 2013 dengan menggunakan metode ODT untuk
keluhan hipertensi adalah 9 point wajib, ditambah sensor saraf pusat. a.
Kaahilpunduk : posisi titik ini tepat berada di bawah tulang
cervical ke 7. b.
Akhda’in : posisi ini tepat berada pada daerah urat di
kedua sisi leher. c.
Katifain : posisi ini tepat berada pada daerah bahu.
d. Warik
: posisi ini tepat berada pada daerah pinggang. e.
UM Ummu Mughis : posisi ini tepat berada pada daerah puncak
kepala. f.
2 titik tepat pada daerah skapula tulang belikat.
Universitas Sumatera Utara
30
2.2.6. Kontra Indikasi Hijamah
Adapun kontra indikasi hijamah menurut Rahmadi 2012 yaitu : a.
Kulit keriput b.
Anemia c.
Orang yang mengkonsumsi obat pengencer darah, seperti asam salisilat, warfarin dan heparin.
d. Penyakit kulit kronis tempat penghijamahan.
e. DM diabetes mellitus dengan GDS gula darah sewaktu 300 mgdl,
khususnya di daerah neuropathy. f.
Hipertensi maligna Systole 190. g.
Kelainan darah seperti; Hemophilia, Leukemia, Malignan Enemia, Thrombositopenia
h. Oedema anasarka.
Menurut Mustika 2012 dalam pengantar buku berjudul Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis, cara kerja hijamah adalah di bawah kulit dan otot
terdapat banyak titik syaraf. Titik-titik ini saling berhubungan antara organ tubuh satu dengan lainnya sehingga bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh
yang sakit namun pada titik simpul syaraf terkait. Penghijamahan biasanya dilakukan pada permukaan kulit kutis, jaringan bawah kulit sub kutis jaringan
ini akan “rusak”. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin,
histamine, bradiknin, slow reaction substance SRS serta zat-zat lain yang belum
diketahui. Zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare
Universitas Sumatera Utara
31
reaction pada daerah yang dihijamah. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul
efek relaksasi pelemasan otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Yang terpenting adalah
dilepaskannya corticotrophin releasing factor CRF, serta releasing factors lainnya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya
ACTH, corticotrophin dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel.
Sedangkan golongan histamine yang ditimbulkannya mempunyai manfaat dalam proses reparasi perbaikan sel dan jaringan yang rusak, serta memacu
pembentukan reticulo endothelial cell, yang akan meninggikan daya resistensi daya tahan dan imunitas kekebalan tubuh. Sistem imun ini terjadi melalui
pembentukan interleukin dari sel karena faktor neural, peningkatan jumlah sel T karena peningkatan set-enkephalin, enkephalin dan endorphin yang merupakan
mediator antara susunan sistem saraf pusat dan sistem imun, substansi P yang mempunyai fungsi parasimpatis dan sistem imun, serta peranan kelenjar pituitary
dan hypothalamus anterior yang memproduksi CRF. Pada endokrin terjadi pengaruh pada sistem sentral melalui hypothalamus
dan pituitary sehingga menghasilkan ACTH, TSH, FSH-LH, ADM. Sedangkan melalui sistem perifer langsung berefek pada organ untuk menghasilkan hormon-
hormon insulin, thyroxin, testosteron. Hormon-hormon inilah yang akan bekerja
sesuai dengan organ yang memproduksi hormon tersebut.
Universitas Sumatera Utara
32
Pada penelitian yang dilakukan Nindar 2011 dalam Mustika masih dalam hubungan terapi hijamah dengan penurunan tekanan darah di klinik Al Hijamah
Sleman Yogyakarta, didapatkan hubungan antara terapi hijamah dengan penurunan tekanan darah pada subyek yang menderita hipertensi, hal ini terbukti
dengan terjadinya tren penurunan pada 20 subyek penelitian dengan tingkat kepercayaan 95 menghasilkan nilai p=0.000.
Dari hasil penelitian Mustika 2012 dengan menggunakan desain pre eksperiment designs
dengan model one group pretest posttest pada penderita hipertensi yang diperoleh secara accidental sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan tensimeter digital dan lembar observasi. Hasil uji univariat menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi bekam 153,10
mmHg, dengan standar deviasi 21,361 mmHg, nilai minimum 132 mmHg, dan nilai maksimum 199 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistolik setelah terapi
hijamah 143,75 mmHg, dengan standar deviasi 19,740 mmHg, nilai minimum 124 mmHg dan nilai maksimum 186 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah
diastolik sebelum terapi hijamah 94,50 mmHg dengan standar deviasi 10,923 mmHg, nilai minimum 80 mmHg dan nilai maksimum 111 mmHg. Hasil uji
Wilcoxon, terdapat pengaruh yang bermakna pada tekanan darah siastolik dan diastolic pasien hipertensi sebelum dan setelah terapi hijamah dengan nilai p
0,000 sistolik dan 0,003 diastolik dimana p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terapi hijamah dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
33
Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian Agustin 2010 dalam Mustika, dimana dari hasil penelitian menunjukkan terapi hijamah dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin di teliti
Setiadi, 2012. Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah terdapat pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita
tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan.
Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2.
Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah suatu defenisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefenisikan atau
mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan
ditentukan kebenarannya oleh orang lain Eva, 2010. Tekanan Darah
Penderita Hipertensi. Sistol 140
Diastol 90 Terapi Hijamah
Penurunan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi. Sistol 140
Diastol 90
Universitas Sumatera Utara
35
Adapun defenisi operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2. Defenisi Operasional No.
Variabel Defenisi
Operasional Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
1. Tekanan
darah Hasil pengamatan
TD sistolik dan diastolik dari
lembar medical
record pasien
sebelum dan sesudah dilakukan
terapi Koesioner
Interval Sistole: 130-190mmHg
Diastole: 80-100mmHg
2. Hijamah
Metode pengobatan
dengan cara mengeluarkan
darah kotor dari dalam tubuh
melalui permukaan kulit
- -
-
Universitas Sumatera Utara
36
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan retrospektip
yang bertujuan untuk menerangkan serta mendeskripsikan pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di
Rumah Sehat Wahida Medan yang dilaksanakan pada bulan Juni sd September 2014.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Hidayat, 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah medical record pasien hipertensi yang
mendapatkan terapi hijamah dalam rentang tahun 2012-2014 dengan jumlah 63 responden yang berobat di Rumah Sehat Wahida Medan.
4.2.2. Sampel
Menurut Jansen 2013, Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili dari populasi. Adapun sampel penelitian ini
berdasarkan kriteria inklusi sebanyak 35 responden. Kriteria Inklusi:
- Memiliki catatan medical record lengkap, yaitu tertulis hasil pengukuran
tekanan darah sebelum dan sesudah terapi hijamah.
Universitas Sumatera Utara
37
- Tekanan darah diukur sebanyak 2 kali pre post
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari seluruh populasi yang menderita tekanan darah
tinggi dan melakukan terapi hijamah yang tercatat dalam medical record Rumah Sehat Wahida Medan.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.3.1. Tempat
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sehat Wahida Medan, sebab belum ada
peneliti yang melakukan penelitian di Rumah Sehat Wahida Medan tentang pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah
tinggi.
4.3.2. Waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sd September 2014.
4.4. Pertimbangan Etika
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meminta surat pengantar penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang
ditujukan ke tempat penelitian yaitu kepada Direktur Rumah Sehat Wahida Medan dengan menyerahkan surat pengantar dari instansi pendidikan untuk
melakukan studi pendahuluan dan mendapatkan data untuk menyusun proposal penelitian. Sesudah diterima oleh pihak Rumah Sehat Wahida Medan, peneliti
membuat surat persetujuan pada responden dan kemudian menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat penelitian, dan proses penelitian. Kemudian
Universitas Sumatera Utara
38
melakukan observasi tekanan darah pasien sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah dengan menekankan masalah etik meliputi :
a. Informed Concent
lembar persetujuan Lembar persetujuan diserahkan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian. Jika responden bersedia, maka
mereka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
hak-haknya. b.
Anomity tanpa nama
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan memberikan nomor
kode pada masing-masing lembar tersebut. c.
Confidentiality kerahasiaan
Kerahasiaan informasi responden akan dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
4.5. Instrument Penelitian