Rumusan Masalah Desain Penelitian Pertimbangan Etika

4 rata-rata dalam satu tahun adalah 16 kasus baru yang datang ke Rumah Sehat Wahida Medan. Pada tahun 2014 menunjukkan adanya kecenderungan meningkat. Terlihat dalam rentang trimester pertama Januari – April sudah ada 14 penderita hipertensi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ”apakah ada pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan”.

1.3. Hipotesis

1.3.1. Hipotesis Nol Ho

Tidak ada pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

1.3.2. Hipotesis Alternatif Ha

Ada pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan.

1.4.2. Tujuan Khusus

1.4.2.1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara 5 1.4.2.2. Untuk mengidentifikasi nilai rata-rata, standar deviasi, minimum dan maximum tekanan darah responden sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah. 1.4.2.3. Untuk mengidentifikasi ada tidaknya penurunan nilai rata-rata tekanan darah responden sesudah dilakukan terapi hijamah. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Pendidikan Keperawatan Sebagai bahan referensi tambahan tentang terapi hijamah dalam menurunkan tekanan darah. 1.5.2. Pelayanan Keperawatan Sebagai umpan balik dalam meningkatkan pelayanan terhadap penderita hipertensi khususnya yang menggunakan terapi hijamah. Sebagai tambahan intervensi untuk menurunkan tekanan darah penderita. 1.5.3. Penelitian Keperawatan Dapat digunakan sebagai informasi awal untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh terapi hijamah terhadap penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi. Universitas Sumatera Utara 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

2.1.1. Definisi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg Mansjoer dkk, 1999. Tekanan darah blood pressure merupakan hasil pengukuran dari tekanan yang ditimbulkan oleh darah pada dinding arteri ketika darah yang berada di jantung akan dipompakan ke seluruh tubuh dengan hasil ukur sistolik dan diastolik. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi tekanan darah adalah tahanan perifer, curah jantung, volume darah, aliran balik vena, viskositas darah dan elastisitas dinding arteri. Ada dua jenis tekanan darah; tekanan sistolik yang menggambarkan tekanan tertinggi dalam ventrikel kiri pada waktu sistol, dan tekanan diastolic yang merupakan tekanan terendah ketika ventrikel terisi selama diastole. Kedua tekanan ini diukur secara tidak langsung dalam arteri braklialis dengan menggunakan stetoskop serta sphygmomanometer dengan merek riester dan pengukuran dilakukan dalam mm tekanan air raksa mmHg. Tekanan darah yang tipikal bagi dewasa muda adalah 12070 mmHg. Tekanan darah arteri dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tranduser tekanan arteri Christine, 2001. Universitas Sumatera Utara 7

2.1.2. Epidemiologi

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar seperempat jumlah penduduk di Indonesia tahun 2014 berkisar 253,6 juta jiwa menderita hipertensi dengan kisaran 31,7, lebih dari 80.3 juta penduduk Indonesia BPJS Kesehatan, 2014. Menurut Dewi 2013, Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal yaitu 14090 mmHg. Kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia. Prevalensi 6- 15 pada orang dewasa sebagai proses degeneratif, hipertensi hanya ditemukan pada golongan orang dewasa. Banyak penderita hipertensi di perkirakan sebesar 15 juta penduduk Indonesia yang control hanya 4. Terdapat 50 penderita hipertensi tidak menyadari dirinya sebagai penderita hipertensi. Terdiri dari 70 adalah hipertensi ringan dan 90 hipertensi esensial, hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.

2.1.3. Etiologi

Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan Universitas Sumatera Utara 8 oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi Levanita, 2011. Menurut Zuraidah, dkk 2012 faktor resiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain: 1. Obesitas kegemukan Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti daya pompa jantungdan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan berat badan normal. Obesitas atau kegemukan di mana berat badan mencapai indeks massa tubuh 27 berat badan kg dibagi kuadrat tinggi badan m juga merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana Universitas Sumatera Utara 9 terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di jaringan lemak tubuh, dan dapat mengakibatkan terjadinya beberapa penyakit. Parameter yang umum digunakan menentukan keadaan tersebut adalah indeks masa tubuh seseorang 25-29,9 kgm 2 . Obesitas terutama tipe sentralabdominal atau sering dihubungkan dengan beberapa keadaan seperti diabetes melitus, hiperlipidemia, penyakit jantung, hipertensi, penyakit hepatobiliar dan peningkatan resiko mortalitas dan morbiditas. Swedish Obese Study 1999 mendapatkan kejadian pada 13,6 populasi obesitas sedangkan Tromo study membuktikan adanya hubungan antara peningkatan indeks massa dengan peningkatan tekanan darah baiik pada laki-laki dan wanita. Peningkatan resiko ini juga sering dengan peningkatan waist hip-rasio WHR dan waist circumference dimana dikatakan resiko tinggi bila memiliki WHR ≥ 0,95 untuk laki-laki dan ≥ 0,85 untuk wanita, serta waistcircumference 102 cm untuk laki-laki dan 88 cm untuk wanita. Laki-laki memiliki resiko angka kejadian penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan adanya perbedaan distribusi lemak tubuh antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki distribusi lemak tubuh terutama pada daerah abdomen sedangkan pada wanita lebih banyak pada daerah gluteal dan femoral. Meskipun telah banyak yang dilakukan, akan tetapi patogenesis hipertensi pada obesitas masih belum jelas benar. Beberapa ahli berpendapat peranan faktor genetik sangat menentukan kejadian hipertensi pada obesitas, tetapi yang lainnya berpendapat bahwa faktor lingkungan mempunyai peranan Universitas Sumatera Utara 10 yang lebih utama. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan prevalensi obesitas dari tahun ke tahun tanpa adanya perubahan genetik, selain itu pada beberapa populasiras dengan genetik yang sama mempunyai angka prevalensi yang sangat berbeda. Mereka berkesimpulan walaupun faktor genetik berperan tetapi faktor lingkungan mempunyai andil yang sangat besar. Saat ini dugaan yang sangat mendasari timbulnya hipertensi pada obesitas berhubungan dengan hiperinsulinemia, resistensi insulin dan sleep apnea syndrome , akan tetapi pada tahun-tahun akhir ini terjadi pergeseran konsep, dimana dugaan terjadi perubahan neurohormonal yang mendasari kelainan ini. Hal ini mungkin disebabkan karena kemajuan pengertian tentang obesitas yang berkembang pada tahun-tahun terakhir ini dengan ditemukannya leptin. Perubahan berat badan juga merupakan salah satu faktor penting pada survival rate penderita hipertensi. Perubahan berat badan merupakan sebanyak 5 kg meningkat ataupun menurun pada kurun waktu 10-15 tahun akan meningkatkan angka mortalitas sebesar 1,5-2 kali lebih tinggi. Pada satu studi prosfektif-epidemiologi didapatkan angka mortalitas penyakit kardiovaskuler lebih rendah pada populasi dengan berat badan yang stabil selama kurun waktu tertentu. Pada obesitas biasanya sering didapatkan adanya fluktuasi peningkatan dan penurunan berat badan secara periodik akan meningkatkan resiko mortalitas pada obesitas. Universitas Sumatera Utara 11 2. Stres Diduga melalui aktivitas saraf simpatis saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatkan tekanan darah secara intermitten tidak menentu. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Menurut Arieska Ann Soenarta ,2008 dalam Zuraidah, dkk 2012 menyatakan bahwa stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung. Sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. 3. Keturunan genetik Apabila riwayat hipertensi didapati pada kedua orang tua, makan dugaan hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot satu sel telur apabila salah satunya adalah penderita hipertensi. Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot dari pada heterozigot berbeda sel telur. Seorang penderita mempunyai sifat genetik hipertensi primer essensial apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 Universitas Sumatera Utara 12 tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya. Orang-orang dengan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit tidak menular lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga dekat yang mempunyai faktor keturunan hipertensi, akan memepertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluuarga yang memiliki riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar 4 kali lipat. Dari data statistik terbukti bahwa seseorangmemiliki kemungkinan lebih besar mendapatkan penyakit tidak menular jika orang tuanya penderita PTM. Jika seorang dari orang tua memberi PTM, maka kemungkinan sepanjang hidup keturunannya mempunyai peluang 25 terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua mempunyai penyakit tidak menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60. 4. Jenis kelamin gender Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku yang tidak sehat merokok, kelebihan berat badan, depresi dan rendahnya stastus pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. Secara teoritis penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena penyakit hipertensi pada wanita meningkat seiring dengan bertambahnya usia, beban tugas sebagai Universitas Sumatera Utara 13 ibu rumah tangga apalagi ibu rumah tangga yang bekerja dengan tingakat stress yang tinggi.hipertensi essensial mulai terjadi seiring bertambahnya umur. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita 39 pria dan 31 wanita. Prevalensi hipertensi pada wanita sebesar 22-39 yang dimulai dari umur 50 sampai lebih dari 80 tahun, sedangkan pada wanita berumur kurang dari 85 tahun prevlensinya sebesar 22 dan meningkat sampai 52 pada wanita berumur lebih dari 85 tahun Trenkwalder P et al,2004 dalam Zuraidah dkk, 2012. 5. Usia Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit tidak menular tertentu seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dan lain-lain erat kaitannya dengan umur. Semakin tua seseorang maka semakin besar risiko terserang penyakit tersebut. Umur 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi dan penyakit DM. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 dengan kematian sekitar 50 diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan. Hipetensi dapat terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya biasa saja bila tekanan darah kita sedikit meningkat dengan bertambahnya usia. Ini sering disebabkan oleh Universitas Sumatera Utara 14 perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon. Hanya saja perubahan ini disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi. 6. Asupan garam Melalui peningktan volume plasma cairan tubuh dan tekanan darah yang akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik sistem perdarahan yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang terganggu. Arieska Ann Soenarta, 2008 dalam Zuraidah dkk, 2012 menyatakan bahwa Sodium adalah penyebab dari hipertensi essensial, asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Sodium secara eksperimental menunjukkan kemampuan untuk menstimulasi mekanisme vasopressor pada susunan syaraf pusat. 7. Gaya hidup yang kurang sehat Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang berolah raga dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa: - Pusing - Mudah marah - Telinga berdengung - Sukar tidur Universitas Sumatera Utara 15 - Sesak napas - Rasa berat di tengkuk - Mudah lelah - Mata berkunang-kunang - Mimisan jarang dilaporkan

2.1.4. Klasifikasi

Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali atau lebih pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan. Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut ESH-2007 Kategori Sistol mmHg Disatol mmHg Optimal 120 dan 80 Normal 120-129 danatau 80-84 Normal Tinggi 130-139 danatau 85-89 Hipertensi Derajat 1 140-159 danatau 90-99 Hipertensi Derajat 2 160-179 danatau 100-109 Hipertensi Derajat 3 ≥ 180 danatau ≥ 110 Hipertensi Sistolik Terisolasi ≥ 140 dan 90 Sumber : Bandira, 2009 Pedoman menurut ESH-2007 menetapkan stratifikasi risiko sebagai dasar rekomendasi pengobatan hipertensi. Stratifikasi risikopada ESH-2007 hampir sama dengan ESH-2003 diambil dari pedoman WHOISH-2003 dengan memasukkan kelompok normal dan normal tinggi di samping hipertensi derajat 1,2,dan 3.

2.1.5. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme ACE. ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, Universitas Sumatera Utara 16 renin diproduksi oleh ginjal akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik ADH dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus kelenjar pituitari dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh antidiuresis, sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl garam dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat Universitas Sumatera Utara 17 stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadangkadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun dengan meningkatnya curah jantung kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun dimana tahanan perifer meningkat kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun Levanita, 2011.

2.1.6. Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu terdapat pada tabel 2.4 dibawah ini: Tabel 2.2. Komplikasi Hipertensi Sistem organ Komplikasi Komplikasi Hipertensi Jantung Gagal jantung kongestif Angina pectoris Infark miokard Sistem saraf pusat Ensefalopati hipertensif Ginjal Gagal ginjal kronis Mata Retinopati hipertensif Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer Universitas Sumatera Utara 18 Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara Transient Ischemic Attack TIA Levanita, 2011.

2.1.7. Penatalaksanaan

Menurut Levanita 2011, tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah: 1. Target tekanan darah yatiu 14090 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah 13080 mmHg. 2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. 3. Menghambat laju penyakit ginjal. Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis seperti penjelasan dibawah ini. 1. Terapi Non Farmakologis a. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih. Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi. Universitas Sumatera Utara 19 b. Meningkatkan aktifitas fisik. Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50 daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak 3xhari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi. c. Mengurangi asupan natrium. Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh dokter. d. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelashari dapat meningkatkan risiko hipertensi. 2. Terapi Farmakologis Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi. Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan farmakologis, yaitu: a. Diuretika Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh melalui kencing. Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga daya pompa jantung lebih ringan. Diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara megurangi jumlah air dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah. Sehingga Universitas Sumatera Utara 20 tekanan darah secara perlahan-lahan mengalami penurunan karena hanya ada fluida yang sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan dengan sebelum menggunakan diuretik. Selain itu, jumlah garam di dinding pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan pembuluh darah membesar. Kondisi ini membantu tekanan darah menjadi normal kembali, misalnya : jenis thiazide Thiaz atau aldosteron antagonis. b. Beta Blocker Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Pemberian β-bloker tidak dianjurkan pada penderita gangguan pernapasan seperti asma bronkial karena pada pemberian β- bloker dapat mengkambat reseptor beta 2 di jantung lebih banyak dibandingkan reseptor beta 2 di tempat lain. Penghambatan beta 2 ini dapat membuka pembuluh darah dan saluran udara bronki yang menuju ke paru-paru. Sehingga penghambatan beta 2 dari aksi pembukaan ini dengan β-bloker dapat memperburuk penderita asma. c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium Antagonist Antagonis Kalsium adalah sekelompok obat yang berkerja mempengaruhi jalan masuk kalsium ke sel-sel dan mengendurkan otot- otot di dalam dinding pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan darah. Antagonis Kalsium bertindak sebagai vasodilator atau pelebar. Golongan obat ini Universitas Sumatera Utara 21 menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung kontraktilitas. Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah. d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor ACEI Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin- angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek enzim pengubah angiotensin angiotensin-converting enzym. Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.

2.2. Hijamah

2.2.1. Definisi

Hijamah adalah pengobatan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi. Nama lainnya adalah bekam, canduk, canthuk, kop, mambakan di Eropa dikenal dengan istilah “Cuping Therapeutic Method”. Dalam bahasa Mandarin disebut Pa Hou Kuan Kasmui, 2010. Kata “Hijamah” berasal dari bahasa Arab, dari kata Al hijmu yang berarti pekerjaan membekam. Al Hajjam berarti ahli hijamah. Al Hijmu berarti menghisap atau menyedot. Al Hajjam sama dengan Al Mashshah, yaitu tukang menghisap atau tukang menyedot. Sedangkan Al Mihjam atau Al Mihjamah merupakan gelas yang digunakan untuk menampung darah yang keluar dari kulit pasien, atau gelas untuk menghimpun darah hijamah Kasmui, 2010. Universitas Sumatera Utara 22 Kesimpulan definisi hijamah menurut bahasa adalah ungkapan tentang menghisap darah dan mengeluarkannya dari permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas hijamah, yang menyebabkan pemusatan dan penarikan darah di sana, lalu dilakukan penyayatan permukaan kulit dengan pisau bedah, guna untuk mengeluarkan darah Kasmui, 2010 Hijamah merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Yang dimaksud darah kotor adalah darah yang mengandung racun atau darah statis yang menyumbat peredaran darah, mengakibatkan sistem peredaran darah dalam tubuh tidak berjalan sebagaimana adanya, sehingga menyebabkan terganggunya kesehatan seseorang, baik fisik maupun mental Umar, 2013. Hijamah merupakan metode pengobatan Nabawi dengan cara mengeluarkan toksin dalam tubuh atau unsur-unsur yang tidak dikehendaki keberadaannya dalam tubuh, melalui torehan tipis di kulit Suhardi Syafa’ah, 2010.

2.2.2. Terapi Hijamah Untuk Pengobatan Hipertensi

Dalam terapi hijamah terdiri atas 5 jenis yaitu hijamah kering dry cupping, hijamah basa wet cupping, hijamah luncur sliding cupping, hijamah tarik, dan hijamah api. Terapi hijamah yang digunakan untuk pengobatan hipertensi di Rumah Sehat Wahida hanya digunakan 2 metode yaitu hijamah basah wet cupping dan hijamah luncur sliding cupping. Universitas Sumatera Utara 23

1. Hijamah Basah Wet Cupping

Permukaan kulit “dibuka” ditusuk-tusuk jarumditoreh, kemudian disedot untuk menarik darah yang tercampur toksin. Biasanya setelah dihijamah basah pasien akan merasa lega dan ringan badannya. Tata cara hijamah basah : a. Sebelum proses hijamah dilakukan sebaiknya terapis dan pasien yang akan dihijamah terlebih dahulu mengambil air wudhu, kemudian ukur tekanan darah. Selanjutnya lakukan pemijatan urut seluruh tubuh dengan minyak habbats atau but-but atau zaitun selama 5-10 menit, agar peredaran darah menjadi lancar dan pengeluaran toksid menjadi optimal. b. Lakukan tindakan desinfektan pada daerah yang akan di hijamah kemudian hisap vacum dengan gelas hijamah pada permukaan kulit yang sudah di desinfektan dan sudah ditentukan titik-titiknya. Lakukan pemompaan sebanyak 3-5 kali pompa atau di sesuai dengan ketahanan pasien, biarkan selama 3-5 menit untuk memberikan kekebalan pada kulit saat dilakukan penyayatan atau tusukan. Selama proses pemvacuman, pada daerah yang dihijamah akan terjadi penarikan kulit yang disebabkan tekanan di dalam vacum tinggi sehingga terjadi penumpukan toksin dan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh serta sumbatan-sumbatan yag ada pada pembuluh darah akan berkumpul menjadi satu di daerah yang divacum sehingga aliran darah dalam tubuh menjadi lancar. Kemudian akan menstimulasi secara kuat syaraf permukaan kulit akan merangsang pembentukan endorphin. Sedangkan rangsangan yang lainnya akan Universitas Sumatera Utara 24 merangsang syaraf aferen simpatik yang berefek menekan rasa nyeri anastesi alami.Pada system endokrin terjadi pengaruh pada system sentral melalui hypothalamus dan pituitary sehingga menghasilkan ACTH, TSH, FSH-LH, ADM. Sedangkan melalui system perifer langsung berefek pada organ untuk menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, thyroxin, adrenalin, corticotrophin, estrogen, progesteron, testosteron . Hormon- hormon inilah yang bekerja di tempat jauh dari yang dihijamah. c. Sebelum dilakukan penyayatan hendaknya terapis dan pasien membaca doa untuk kesehatan. Kemudian lepas gelas hijamah tersebut, basuh kulit dengan betadine untuk membersihkan permukaan kulit yang akan dihijamah dari kuman, lakukan penyayatan dengan lancet jarum pisau bedah, sayatan disesuaikan dengan diameter lingkaran gelas tersebut, lalu hisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk menyedot darah kotor. Hisap vacum sebanyak 3-5 kali pompa disesuaikan dengan ketahanan pasien dan biarkan selama 3-5 menit. d. Buang darah yang kotor pada cawan yang telah disiapkan, kemudian lakukan hijamah lagi pada tempat yang sama. Biarkan 2-3 menit, lakukan hal ini sampai 3 kali dan maksimal 5 kali hingga cairan plasma keluar. e. Setelah selesai bekas hijamah diberi anti septik minyak But-but, agar tidak terjadi infeksi dan agar luka cepat sembuh, anjurkan pasien untuk istirahat selam 10 menit kemudian ukur kembali tekanan darah serta berikan pendidikan tentang kesehatannya dan berikan air jahe atau air madu untuk memulihkan tenaga. Universitas Sumatera Utara 25 f. Hijamah dapat dilakukan tiap hari pada titik-titik yang berbeda-beda dan berikan jangka waktu 2-3 pekan untuk titik yang sama. Atau 4 pekan sekali melakukan hijamah.Sebaiknya dilakukan diagnosa sebelum hijamah agar dicapai suatu ketepatan dalam pengobatan dan tidak membahayakan pasien.

2. Hijamah Luncur Sliding Cupping

Untuk merangsang mikrosirkulasi darah kapiler dibawah kulit, disamping berguna untuk menarik angin. Biasa dilakukan pada langka awal sebelum dilakukan hijamah basah. Metode ini sebagai ganti kerokan yang dapat membahayakan kulit karena dapat merusak pori-pori. Tindakan ini bermanfaat untuk membuang angin pada tubuh, melemaskan otot-otot dan melancarkan peredaran darah. Cara hijamah luncur : a. Urut seluruh badan bagian belakang dengan menggunakan minyak secukupnya sebagai pelemasan. b. Hisapvacum dengan gelas hijamah pada permukaan kulit 1-3 kali pompa, kemudian gerakkan gelas hijamah tersebut dari arah bawah ke atas atau dari atas ke bawah dengan perlahan sampai tampak warna kemerahan. Hal ini cukup dilakukan 2-3 menit. c. Lepas gelas hijamah tersebut dan urut kembali dengan minyak selama 2-3 menit. Universitas Sumatera Utara 26

2.2.3. Manfaat Terapi Hijamah

Adapun manfaat dari terapi hijamah menurut Rahmadi 2012 adalah sebagai berikut ; a. Melancarkan peredaran darah dengan menghilangkan sumbatan dalam pembuluh darah. b. Menghilangkan zat sisa endapan pada sumbatan pembuluh darah kecil biasanya terdapat pada kulit, sisa endapan tersebut dapat menghambat arus pembuluh darah balik, endapan tersebut biasanya cholesterol, thrombus ataupun sisa metabolik dan toxin. c. Mencegah arterosclerosis dan kekakuan pembuluh darah. d. Merangsang pembentukan sel darah merah yang baru efek transfusi. e. Merangsang aktivitas sumsum tulang. f. Meningkatkan efektifitas penyampaian zat makanan dan oksigen ke semua sel karena terbentuknya sel darah merah yang baru. g. Mengurangi beban kerja limpa karena darah yang sudah tua tidak di metabolisme di limpa tapi dikeluarkan dengan hijamah. h. Merangsang sistem imun dengan keluarnya beberapa zat kimia tubuh seperti prostaglandin, tromboxan, leukotrien, prostasiklin. i. Mencegah timbulnya kanker dan penyakit infeksi. Menurut Kasmui 2010 dalam teknik pengobatan hijamah adalah suatu proses membuang darah kotor toksinracun yang berbahaya dari dalam tubuh melalui bawah permukaan kulit. Toksin adalah endapan racunzat kimia yang tidak bisa diurai oleh tubuh. Darah kotor adalah darah yang mengandung Universitas Sumatera Utara 27 toksinracun, atau darah statis yang menyumbat peredaran darah sehingga sistem peredaran darah tidak dapat berjalan lancar. Kondisi ini sedikit demi sedikit akan mengganggu kesehatan, baik fisik maupun mental. Akibatnya akan terasa lesu, murung, resa, linu, pusing, dan senantiasan merasa kurang sehat, cepat bosan, dan mudah naik pitam. Ditambah lagi dengan angin yang sulit dikeluarkan dari dalam tubuh, akibatnya tubuh akan mudah kena penyakit mulai dari yang akut seperti influenza sampai dengan penyakit degenerative semacam stroke, darah tinggi, kanker, kencing manis, bahkan sampai gangguan kejiwaan. Toksin dalam tubuh manusia dapat berasal dari : a. Pencemaran udarah b. Makanan siap saji fast food karena mengandung zat kimia yang tidak baik untuk tubuh seperti pengawet, pewarna, essence, penyedap rasa, dan sebagainya. c. Hasil pertanian seperti pestisidainsektisida, fungisida, herbisida d. Kebiasaan buruk bad habit seperti merokok, makan tidak teraturbersih, makan tidak seimbang, terlalu panas atau dingin, terlalu asam dan lain-lain. e. Obat-obatan kimia, karena mempunyai efek merusak organ atau mikroba yang normal dalam tubuh.

2.2.4. Waktu Paling Baik Untuk Melakukan Hijamah

Waktu paling baik untuk berhijamah adalah sekitar pukul 14.00 sd 15.00 dalam kitab Ibnu Sina karena waktu itu saluran darah mengembang sehingga toksin mudah dikeluarkan. Universitas Sumatera Utara 28 Tanggal terbaik untuk berhijamah adalah 17, 19 dan 21 bulan qomariyah. Apabila membutuhkan penanganan segera, uapkan pasien selama setengah jam baik menggunakan lampu TDP selama 20 menit, kemudian istirahatkan 10 menit baru dilakukan terapi hijamah. Lakukan bekam di ruangan hangat untuk menghindari demam karena sejuknya ruangan. Hari terbaik untuk hijamah adalah hari senin, selasa, dan kamis, sedangkan hari yang tidak disunnahkan adalah hari rabu, karena rabu merupakan hari dimana nabi Ayyub tertimpah malapetaka. Tidaklah timbul penyakit kusta dan lepra, kecuali pada hari rabu atau malam hari rabu dan waktu yang paling baik untuk hijamah adalah saat tengah hari yaitu selepas Zuhur Umar, 2013.

2.2.5. Titik-Titik Hijamah dan Manfaatnya

Adapun beberapa titik-titik hijamah dan manfaat hijamah terdapat pada tabel 2.5 berikut : Tabel 2.3. Titik-Titik Hijamah dan Manfaatnya Gejalah yang di rasakan Tanda-Tanda Tubuh Titik Hijamah Manfaat Penglihatan agak kabur Di lihat dari mata Di tengkuk Memperbaiki penglihatan Pusing, migraine, vertigo, daya ingat menurun Garis biru atau kehijauan pada telapak tangan Dua urat leher Melancarkan darah kebagian kepala Hipertensi, asam urat, kolesterol, sulit mengawal emosi Ruas ujung jari berwarnah lebih merah dan keras Kedua bahu Menormalkan tekanan darah dan kadar asam urat Berdebar-debar, mudah kaget, nafas pendek, mudah ngantuk, sulit tidur, dada kiri sakit bila di tekan Di telapak tangan, di perut, ibu jari ada urat berwarna kehijauan atau kebiruan Di punggung, di sebelah ke dua belikat Menormalkan kerja jantung dan pernafasan Sakit pinggang Ruas pangkal jari tangan terlihat Di punggung di bawah ruas Menormalkan fungsi ginjal Universitas Sumatera Utara 29 gemuk tulang iga Sumber: Umar, 2013. Menurut Suhardi Syafa’ah 2010, dari sekian banyak titik-titik hijamah hanya beberapa yang digunakan dalam pengobatan hipertensi yaitu : a. KHL1 Kaahilpunduk : posisi titik ini tepat berada di bawah tulang cervical ke 7. b. UN2 UN3 Akhdain : posisi ini tepat berada pada daerah urat di kedua sisi leher. c. UM Ummu Mughis : posisi ini tepat berada pada daerah puncak kepala. Menurut Susiyanto 2013 dengan menggunakan metode ODT untuk keluhan hipertensi adalah 9 point wajib, ditambah sensor saraf pusat. a. Kaahilpunduk : posisi titik ini tepat berada di bawah tulang cervical ke 7. b. Akhda’in : posisi ini tepat berada pada daerah urat di kedua sisi leher. c. Katifain : posisi ini tepat berada pada daerah bahu. d. Warik : posisi ini tepat berada pada daerah pinggang. e. UM Ummu Mughis : posisi ini tepat berada pada daerah puncak kepala. f. 2 titik tepat pada daerah skapula tulang belikat. Universitas Sumatera Utara 30

2.2.6. Kontra Indikasi Hijamah

Adapun kontra indikasi hijamah menurut Rahmadi 2012 yaitu : a. Kulit keriput b. Anemia c. Orang yang mengkonsumsi obat pengencer darah, seperti asam salisilat, warfarin dan heparin. d. Penyakit kulit kronis tempat penghijamahan. e. DM diabetes mellitus dengan GDS gula darah sewaktu 300 mgdl, khususnya di daerah neuropathy. f. Hipertensi maligna Systole 190. g. Kelainan darah seperti; Hemophilia, Leukemia, Malignan Enemia, Thrombositopenia h. Oedema anasarka. Menurut Mustika 2012 dalam pengantar buku berjudul Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis, cara kerja hijamah adalah di bawah kulit dan otot terdapat banyak titik syaraf. Titik-titik ini saling berhubungan antara organ tubuh satu dengan lainnya sehingga bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh yang sakit namun pada titik simpul syaraf terkait. Penghijamahan biasanya dilakukan pada permukaan kulit kutis, jaringan bawah kulit sub kutis jaringan ini akan “rusak”. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamine, bradiknin, slow reaction substance SRS serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare Universitas Sumatera Utara 31 reaction pada daerah yang dihijamah. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek relaksasi pelemasan otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Yang terpenting adalah dilepaskannya corticotrophin releasing factor CRF, serta releasing factors lainnya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH, corticotrophin dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel. Sedangkan golongan histamine yang ditimbulkannya mempunyai manfaat dalam proses reparasi perbaikan sel dan jaringan yang rusak, serta memacu pembentukan reticulo endothelial cell, yang akan meninggikan daya resistensi daya tahan dan imunitas kekebalan tubuh. Sistem imun ini terjadi melalui pembentukan interleukin dari sel karena faktor neural, peningkatan jumlah sel T karena peningkatan set-enkephalin, enkephalin dan endorphin yang merupakan mediator antara susunan sistem saraf pusat dan sistem imun, substansi P yang mempunyai fungsi parasimpatis dan sistem imun, serta peranan kelenjar pituitary dan hypothalamus anterior yang memproduksi CRF. Pada endokrin terjadi pengaruh pada sistem sentral melalui hypothalamus dan pituitary sehingga menghasilkan ACTH, TSH, FSH-LH, ADM. Sedangkan melalui sistem perifer langsung berefek pada organ untuk menghasilkan hormon- hormon insulin, thyroxin, testosteron. Hormon-hormon inilah yang akan bekerja sesuai dengan organ yang memproduksi hormon tersebut. Universitas Sumatera Utara 32 Pada penelitian yang dilakukan Nindar 2011 dalam Mustika masih dalam hubungan terapi hijamah dengan penurunan tekanan darah di klinik Al Hijamah Sleman Yogyakarta, didapatkan hubungan antara terapi hijamah dengan penurunan tekanan darah pada subyek yang menderita hipertensi, hal ini terbukti dengan terjadinya tren penurunan pada 20 subyek penelitian dengan tingkat kepercayaan 95 menghasilkan nilai p=0.000. Dari hasil penelitian Mustika 2012 dengan menggunakan desain pre eksperiment designs dengan model one group pretest posttest pada penderita hipertensi yang diperoleh secara accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan tensimeter digital dan lembar observasi. Hasil uji univariat menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi bekam 153,10 mmHg, dengan standar deviasi 21,361 mmHg, nilai minimum 132 mmHg, dan nilai maksimum 199 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistolik setelah terapi hijamah 143,75 mmHg, dengan standar deviasi 19,740 mmHg, nilai minimum 124 mmHg dan nilai maksimum 186 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum terapi hijamah 94,50 mmHg dengan standar deviasi 10,923 mmHg, nilai minimum 80 mmHg dan nilai maksimum 111 mmHg. Hasil uji Wilcoxon, terdapat pengaruh yang bermakna pada tekanan darah siastolik dan diastolic pasien hipertensi sebelum dan setelah terapi hijamah dengan nilai p 0,000 sistolik dan 0,003 diastolik dimana p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terapi hijamah dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Universitas Sumatera Utara 33 Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian Agustin 2010 dalam Mustika, dimana dari hasil penelitian menunjukkan terapi hijamah dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Universitas Sumatera Utara 34

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin di teliti Setiadi, 2012. Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah terdapat pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan. Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Defenisi Operasional Defenisi operasional adalah suatu defenisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefenisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain Eva, 2010. Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Sistol 140 Diastol 90 Terapi Hijamah Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Sistol 140 Diastol 90 Universitas Sumatera Utara 35 Adapun defenisi operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut : Tabel 3.2. Defenisi Operasional No. Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

1. Tekanan

darah Hasil pengamatan TD sistolik dan diastolik dari lembar medical record pasien sebelum dan sesudah dilakukan terapi Koesioner Interval Sistole: 130-190mmHg Diastole: 80-100mmHg

2. Hijamah

Metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit - - - Universitas Sumatera Utara 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan retrospektip yang bertujuan untuk menerangkan serta mendeskripsikan pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan yang dilaksanakan pada bulan Juni sd September 2014.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Hidayat, 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah medical record pasien hipertensi yang mendapatkan terapi hijamah dalam rentang tahun 2012-2014 dengan jumlah 63 responden yang berobat di Rumah Sehat Wahida Medan.

4.2.2. Sampel

Menurut Jansen 2013, Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili dari populasi. Adapun sampel penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi sebanyak 35 responden. Kriteria Inklusi: - Memiliki catatan medical record lengkap, yaitu tertulis hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah terapi hijamah. Universitas Sumatera Utara 37 - Tekanan darah diukur sebanyak 2 kali pre post Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari seluruh populasi yang menderita tekanan darah tinggi dan melakukan terapi hijamah yang tercatat dalam medical record Rumah Sehat Wahida Medan.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Tempat

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sehat Wahida Medan, sebab belum ada peneliti yang melakukan penelitian di Rumah Sehat Wahida Medan tentang pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

4.3.2. Waktu

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sd September 2014.

4.4. Pertimbangan Etika

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meminta surat pengantar penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang ditujukan ke tempat penelitian yaitu kepada Direktur Rumah Sehat Wahida Medan dengan menyerahkan surat pengantar dari instansi pendidikan untuk melakukan studi pendahuluan dan mendapatkan data untuk menyusun proposal penelitian. Sesudah diterima oleh pihak Rumah Sehat Wahida Medan, peneliti membuat surat persetujuan pada responden dan kemudian menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat penelitian, dan proses penelitian. Kemudian Universitas Sumatera Utara 38 melakukan observasi tekanan darah pasien sebelum dan sesudah dilakukan terapi hijamah dengan menekankan masalah etik meliputi : a. Informed Concent lembar persetujuan Lembar persetujuan diserahkan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian. Jika responden bersedia, maka mereka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. b. Anomity tanpa nama Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan memberikan nomor kode pada masing-masing lembar tersebut. c. Confidentiality kerahasiaan Kerahasiaan informasi responden akan dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5. Instrument Penelitian