30
2.2.6. Kontra Indikasi Hijamah
Adapun kontra indikasi hijamah menurut Rahmadi 2012 yaitu : a.
Kulit keriput b.
Anemia c.
Orang yang mengkonsumsi obat pengencer darah, seperti asam salisilat, warfarin dan heparin.
d. Penyakit kulit kronis tempat penghijamahan.
e. DM diabetes mellitus dengan GDS gula darah sewaktu 300 mgdl,
khususnya di daerah neuropathy. f.
Hipertensi maligna Systole 190. g.
Kelainan darah seperti; Hemophilia, Leukemia, Malignan Enemia, Thrombositopenia
h. Oedema anasarka.
Menurut Mustika 2012 dalam pengantar buku berjudul Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis, cara kerja hijamah adalah di bawah kulit dan otot
terdapat banyak titik syaraf. Titik-titik ini saling berhubungan antara organ tubuh satu dengan lainnya sehingga bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh
yang sakit namun pada titik simpul syaraf terkait. Penghijamahan biasanya dilakukan pada permukaan kulit kutis, jaringan bawah kulit sub kutis jaringan
ini akan “rusak”. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin,
histamine, bradiknin, slow reaction substance SRS serta zat-zat lain yang belum
diketahui. Zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare
Universitas Sumatera Utara
31
reaction pada daerah yang dihijamah. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul
efek relaksasi pelemasan otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Yang terpenting adalah
dilepaskannya corticotrophin releasing factor CRF, serta releasing factors lainnya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya
ACTH, corticotrophin dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel.
Sedangkan golongan histamine yang ditimbulkannya mempunyai manfaat dalam proses reparasi perbaikan sel dan jaringan yang rusak, serta memacu
pembentukan reticulo endothelial cell, yang akan meninggikan daya resistensi daya tahan dan imunitas kekebalan tubuh. Sistem imun ini terjadi melalui
pembentukan interleukin dari sel karena faktor neural, peningkatan jumlah sel T karena peningkatan set-enkephalin, enkephalin dan endorphin yang merupakan
mediator antara susunan sistem saraf pusat dan sistem imun, substansi P yang mempunyai fungsi parasimpatis dan sistem imun, serta peranan kelenjar pituitary
dan hypothalamus anterior yang memproduksi CRF. Pada endokrin terjadi pengaruh pada sistem sentral melalui hypothalamus
dan pituitary sehingga menghasilkan ACTH, TSH, FSH-LH, ADM. Sedangkan melalui sistem perifer langsung berefek pada organ untuk menghasilkan hormon-
hormon insulin, thyroxin, testosteron. Hormon-hormon inilah yang akan bekerja
sesuai dengan organ yang memproduksi hormon tersebut.
Universitas Sumatera Utara
32
Pada penelitian yang dilakukan Nindar 2011 dalam Mustika masih dalam hubungan terapi hijamah dengan penurunan tekanan darah di klinik Al Hijamah
Sleman Yogyakarta, didapatkan hubungan antara terapi hijamah dengan penurunan tekanan darah pada subyek yang menderita hipertensi, hal ini terbukti
dengan terjadinya tren penurunan pada 20 subyek penelitian dengan tingkat kepercayaan 95 menghasilkan nilai p=0.000.
Dari hasil penelitian Mustika 2012 dengan menggunakan desain pre eksperiment designs
dengan model one group pretest posttest pada penderita hipertensi yang diperoleh secara accidental sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan tensimeter digital dan lembar observasi. Hasil uji univariat menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi bekam 153,10
mmHg, dengan standar deviasi 21,361 mmHg, nilai minimum 132 mmHg, dan nilai maksimum 199 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistolik setelah terapi
hijamah 143,75 mmHg, dengan standar deviasi 19,740 mmHg, nilai minimum 124 mmHg dan nilai maksimum 186 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah
diastolik sebelum terapi hijamah 94,50 mmHg dengan standar deviasi 10,923 mmHg, nilai minimum 80 mmHg dan nilai maksimum 111 mmHg. Hasil uji
Wilcoxon, terdapat pengaruh yang bermakna pada tekanan darah siastolik dan diastolic pasien hipertensi sebelum dan setelah terapi hijamah dengan nilai p
0,000 sistolik dan 0,003 diastolik dimana p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terapi hijamah dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
33
Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian Agustin 2010 dalam Mustika, dimana dari hasil penelitian menunjukkan terapi hijamah dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin di teliti
Setiadi, 2012. Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah terdapat pengaruh terapi hijamah terhadap tekanan darah pada penderita
tekanan darah tinggi di Rumah Sehat Wahida Medan.
Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2.
Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah suatu defenisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefenisikan atau
mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan
ditentukan kebenarannya oleh orang lain Eva, 2010. Tekanan Darah
Penderita Hipertensi. Sistol 140
Diastol 90 Terapi Hijamah
Penurunan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi. Sistol 140
Diastol 90
Universitas Sumatera Utara