Hubungan Penggunaan Sumber Informasi Kampanye Dan Partisipasi Politik (Kasus Pilpres 2014 Di Kabupaten Bogor)

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER INFORMASI
KAMPANYE DAN PARTISIPASI POLITIK
(Kasus Pilpres 2014 di Kecamatan Cibinong Bogor)

LAYUNG PARAMESTI MARTHA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Hubungan Penggunaan
Sumber Informasi Kampanye dan Partisipasi Politik (Kasus Pilpres 2014 di
Kecamatan Cibinong Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
mana pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2015
Layung Paramesti Martha
NIM I352114071

RINGKASAN

LAYUNG PARAMESTI MARTHA. Hubungan Penggunaan Sumber Informasi
Kampanye dan Partisipasi Politik (Kasus Pilpres 2014 di Kabupaten Bogor)
dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI.
Kampanye politik pilpres 2014 telah berlangsung dari tanggal 4 Juni s/d 5
Juli 2014 yang dilaksanakan oleh pasangan calon dan tim kampanye masingmasing. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana saluran
komunikasi baik media massa maupun media sosial (new media) menjadi sumber
informasi pilpres tahun 2014 dibandingkan dengan saluran komunikasi
antarpribadi, dan bagaimana tingkat penggunaan pemilih terhadap sumber
informasi selama kampanye dapat memengaruhi tingkat partisipasi politik
masyarakat Cibinong. Penelitian dilakukan pada bulan September – Oktober
2014, di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor dengan total 200 responden yang

tersebar di empat kelurahan diambil secara purposif berdasarkan empat batas
wilayah administratif. Hipotesis diuji dengan Korelasi rank Spearman. Hasil
koefisien korelasi menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa
partisipasi politik dalam hal keterlibatan dalam kampanye serta keterlibatan
mengawasi pemilu yang rendah, sementara keterlibatan dalam memberikan suara
yang cukup baik.
Dalam variabel karakteristik demografis pemilih, korelasi yang nyata
negatif yang ditemukan antara jenis kelamin dan keterlibatan dalam kampanye
dan antara lingkungan tempat tinggal dan keterlibatan keterlibatan dalam
kampanye. Sementara afiliasi politik berhubungan sangat nyata positif dengan
keterlibatan dalam kampanye dan keterlibatan memberikan suara. Sebaliknya,
variabel usia, pendapatan, dan pendidikan tidak memiliki hubungan dengan semua
dimensi kampanye keterlibatan. Sebagaimana dimensi karakteristik demografi
termasuk jenis kelamin, asal kelahiran, dan lingkungan tempat tinggal juga
memiliki korelasi sangat nyata negatif dengan penggunaan sumber informasi
kampanye.
Indikator dari jenis kelamin dan asal kelahiran memiliki korelasi negatif
yang sangat nyata dengan jumlah sumber penggunaan informasi. Indikator
kelahiran juga memiliki korelasi sangat nyata negatif dengan seringnya
mengakses sumber kampanye informasi kampanye. Afiliasi politik berkorelasi

nyata positif dengan jumlah penggunaan sumber informasi kampanye. Sementara,
penggunaan sumber informasi kampanye memiliki korelasi sangat nyata positif
dengan partisipasi politik dalam dimensi keterlibatan dalam kampanye,
pemungutan suara, dan pengawasan pemilu.
Kata Kunci: partisipasi politik, penggunaan sumber informasi, kampanye politik

SUMMARY

LAYUNG PARAMESTI MARTHA. Relationship between the Campaign Source
of Information Use and Political Participation (Case in Indonesian Presidental
Election 2014 at Sub-District of Cibinong Bogor). Supervisied by AMIRUDDIN
SALEH and PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI.

Indonesian presidential election campaigns had been held by the candidates
and the campaign team respectively from June, 4th-July, 5th 2014. This study was
aimed to know the extent of utilization of communication channels both mass
media and social media (new media) as source of information, compared with
interpersonal communication channel, and how the level of utilization of the
information sources by voters during the political campaign influenced the level
of political participation in Cibinong. This study had been conducted in

September-Oktober 2014 at Sub-District of Cibinong, Bogor Regency. A number
of 200 people were chosen as pemilihts by using purposive sampling technique.
The collected data were analyzed with Spearman’s Rank correlation test. Results
showed that political participation in the engagement of campaigns as well as the
surveillance were poor, while the participation in voting was quite good.
In the variable of demographic characteristics, a negative significant
correlation was found between sex and the campaign engagement and so between
the birthplace and campaign engagement. While political affiliation had a
positive significant correlation with campaign engagement and voting
engagement. On the contrary, the variable of age, income, and education had no
correlation with all dimensions of the campaigns engagement. In the variable of
demographic characteristic, a negative significant correlation also found between
sex, birthplace, and environment, with utilization of campaign source of
information. All dimensions of demographic characteristics including sex,
birthplace, and environment had a significant negative correlation with
utilization of campaign source of information use.
The indicator of sex and birthplace had a significant negative correlation
with the amount of source of information use. The indicator of birthplace also had
a significant negative correlation with the frequent of accessing campaign sources
of information. Political affiliation had a a positive correlation with amount of

source of information use. The utilization of campaign sources of information had
a significant positive correlation with political participation in the dimension of
the engagement in the campaign, voting, and surveillance for the election.
Keywords: political participation, source of information use, political campaign

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER INFORMASI
KAMPANYE DAN PARTISIPASI POLITIK
(Kasus Pilpres 2014 di Kecamatan Cibinong Bogor)


LAYUNG PARAMESTI MARTHA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Basita Ginting Sugihen, MA

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke
khadirat Allah SWT, karena atas hidayah dan petunjukNya, karya ilmiah berjudul
Hubungan Penggunaan Sumber Informasi Kampanye dan Partisipasi Politik

(Kasus Pilpres 2014 di Kecamatan Cibinong Bogor) ini berhasil diselesaikan.
Terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak
Dr Ir Amiruddin Saleh, MS dan Dr Ir Parlaungan Adil Rangkuti, MS selalu
komisi pembimbing yang telah dengan sabar memberi bimbingan, dorongan,
arahan dan masukan untuk penulis. Ucapan terima kasih juga dihaturkan kepada
Bapak Dr Ir Basita Ginting Sugihen, MA selaku penguji luar komisi yang telah
memberi koreksi dan saran untuk perbaikan tesis ini. Kemudian ucapan terima
kasih tak lupa penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Djuara P. Lubis yang telah
berkenan mendorong dan mengarahkan penulis, kepada Ibu Dr Krishnarini
Matindas MS atas bimbingan dan semangatnya, para sahabat Atika Rusli KMP
2011, Ezi Hendri KMP 2011, Amalia Dianah KMP 2012, Bapak Muslim
Unversitas Pakuan, Ibu Ratih Universitas Pakuan, Bapak Aldinsyah Boer STIE
Triguna, Ibu Lia dan Ibu Hetti di sekretariat KMP, para narasumber, informan dan
semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian tesis.
Ungkapan terima kasih atas limpahan doa, perkenan dan kasih sayang
penulis sampaikan kepada keluarga khususnya ibunda Retno Indro Estuti,
ayahanda Sukendra Martha, adik-adikku Lalita Paraduhita Martha dan Tawang
Amuhara dan anakku tercinta Kafi Alkhaira Martha. Serta tidak lupa ucapan
terima kasih tak terhingga untuk Muadz Mughni Mustofa, para kerabat dan
teman-teman seperjuangan di angkatan genap KMP 2011 dan KMP 2012 Sekolah

Pascasarjana IPB.
Sementara proses menuju ujian tesis, sebagian hasil penelitian dari tesis ini
telah disetujui untuk diterbitkan pada Jurnal KMP Forum Komunikasi
Pembangunan Indonesia (Forkapi) Edisi Februari Tahun 2015 Volume 13 No 2.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca, pemerhati bidang komunikasi politik,
komunikasi pembangunan dan penulis pada khususnya.

Bogor, November 2015

Layung Paramesti Martha

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Sumber-Sumber Informasi
Karakteristik Demografi Responden
Media Televisi dan Komunikasi Massa
Komunikasi Politik dan Strategi Komunikasi Pembangunan
Media Sosial sebagai Media Baru (New Media)
Komunikasi Massa dan Komunikasi Antarpribadi
Keterdedahan Informasi
Kampanye dan Strategi Pemasaran Politik
Teori Dampak dan Kegunaan (Uses and Effect)
Partisipasi Politik

Penelitian Terdahulu
3 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Kerangka Berpikir
Hipotesis Penelitian
4 METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Data dan Instrumentasi Penelitian
Definisi Operasional
Validitas dan Relialibilitas Instrumentasi
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Wilayah Penelitian
Partisipasi Politik
Keterlibatan dalam Kampanye
Keterlibatan Memberikan Suara
Keterlibatan Mengawasi Pemilu
Penggunaan Sumber Informasi Kampanye


1
1
5
7
7
9
9
11
14
16
18
20
23
25
27
30
34
40
40
43
43
44
44
45
46
46
51
54
54
55
55
57
58
60
62
64

Jumlah Sumber Informasi Kampanye
Frekuensi Mengakses Sumber Informasi Kampanye
Durasi Mengakses Sumber Informasi Kampanye
Hubungan Karakteristik Demografis Pemilih dengan Penggunaan
dengan Sumber Informasi Kampanye
Hubungan Karakteristik Demografis Pemilih dengan Partisipasi
Politik
Hubungan Penggunaan Sumber Informasi Kampanye dengan Partisipasi
Politik

65
66
68
69
71
74

6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

76
76
77

DAFTAR PUSTAKA

78

RIWAYAT HIDUP

94

DAFTAR TABEL
1 Jumlah sumber informasi kampanye, 2014
2 Frekuensi sumber informasi kampanye, 2014
3 Durasi mengakses sumber informasi kampanye, 2014
4 Partisipasi politik, 2014
5 Luas tanah dan penggunaan tanah Kecamatan Cibinong, 2014
6 Sebaran rataan skor dari peubah partisipasi politik, 2014
7 Sebaran rataan skor dari indikator keterlibatan dalam kampanye, 2014
8 Sebaran rataan skor dari indikator keterlibatan memberikan suara, 2014
9 Sebaran rataan skor dari indikator keterlibatan mengawasi pemilu, 2014
10 Sebaran rataan skor dari indikator jumlah sumber informasi
kampanye, 2014
11 Sebaran rataan skor dari indikator frekuensi mengakses sumber
informasi kampanye, 2014
12 Sebaran rataan skor dari indikator durasi mengakses sumber informasi
Kampanye, 2014
13 Hubungan karakteristik demografis dengan penggunaan sumber
informasi kampanye, 2014
14 Hubungan karakteristik demografis dengan partisipasi politik, 2014
15 Hubungan penggunaan sumber informasi kampanye dengan
partisipasi politik, 2014

48
49
50
51
56
58
58
61
63
65
67
68
70
72
74

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
2 Peta Administrasi Kecamatan Cibinong

42
89

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6

Kuesioner Penelitian
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Gambar 2 Peta Administrasi Kecamatan Cibinong
Karakteristik Demografis Pemilih
Penggunaan Sumber Informasi Kampanye
Tingkat Partisipasi Politik

84
85
89
90
91
93

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemilihan umum pesiden dan wakil presiden (pilpres) tahun 2014 adalah
wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk menciptakan pemerintahan yang
demokratis sesuai Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Berdasarkan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2014 Pasal 1, pemilihan
umum, selanjutnya disingkat pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan di dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden, selanjutnya disebut pemilu presiden dan wakil presiden (pilpres),
adalah pemilihan umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pilpres 2014 adalah momentum yang tepat untuk memperbaiki nasib
bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik dengan cara memilih
kepemimpinan baru. Pada tanggal 9 Juli 2014, masyarakat Indonesia telah
melaksanakan pemungutan suara dengan memilih presiden dan wakil presiden
periode 2014-2019 yang akan menggantikan Presiden dan Wakil Presiden RI ke
VI yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. Kedua pasang peserta
pilpres 2014 adalah pasangan calon nomor urut 1 yaitu Prabowo Subianto dan
Hatta Rajasa, sedangkan pasangan calon nomor urut 2 (dua) yaitu Joko Widodo
dan M. Jusuf Kalla. Menurut hasil rekapitulasi perhitungan suara, pasangan calon
dan tingkat partisipasi politik masyarakat Cibinong memperoleh peringkat
tertinggi se Kabupaten Bogor yaitu 82,22% di mana jumlah perolehan suara
pasangan calon nomor urut 1 mengungguli pasangan calon nomor urut 2 yaitu
107.445: 58.743 suara.
Proses demokrasi pilpres 2014 dilakukan melalui sosialisasi, publikasi, dan
pendidikan pemilih yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU),
KPU provinsi, KPU kabupaten/kota, dan instansi terkait. Kotler dan Roberto
mengartikan kampanye ialah sebuah upaya yang dikelola oleh satu kelompok
(agen perubahan) yang ditujukan untuk memersuasi target sasaran agar bisa
menerima, memodifikasi atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu
(Cangara 2009:284). Kampanye politik akan menjadi salah satu kegiatan yang
penting dilakukan oleh masing-masing kandidat sebagai sarana untuk membangun
citra (image) dan meyakinkan (beliefs) pemilih atas visi, misi, program kandidat
dan kompetensi serta legitimasinya (Suryatna 2007:19).
Relevan dengan hal tersebut, sumber informasi dalam mensosialisasikan
pilpres 2014 pada kelompok sasaran berasal dari media komunikasi baik media
massa maupun media sosial. Kampanye politik pilpres 2014 telah berlangsung
dari tanggal 4 Juni s/d 5 Juli 2014 yang dilaksanakan oleh pasangan calon dan tim
kampanye masing-masing. Menurut Mulyana (2014:243), salah satu pemanfaatan
teknologi komunikasi yang potensial adalah untuk memperlancar dan
mempercepat pemilihan umum (kampanye, perhitungan suara dan penyampaian
hasilnya). Sejalan dengan pernyataan Abugaza (2013:117) bahwa perubahan

1

2

teknologi dalam dunia internet telah membuka ruang komunikasi yang lebih
interaktif, yang semula hanya komunikasi satu arah menjadi komunikasi berbagai
arah. Fenomena maraknya penggunaan media sosial sebagai medium kampanye
lebih disukai karena murah, bersifat transparan dan mudah diakses sehingga
mendorong tingkat partisipasi politik masyarakat.
Zachry (2009:3) mengatakan bahwa model kampanye politik telah
digantikan oleh kehadiran media baru (new media). Pada pilpres 2014 ini,
pengumpulan media massa, parade, orasi politik, pemasangan atribut seperti
umbul-umbul, poster, spanduk, dan pengiklanan melalui media massa lainnya
terlihat lebih sepi karena masyarakat telah beralih pada kampanye dengan
menggunakan berbagai aplikasi media sosial seperti facebook, twitter, myspace,
whatsapp, blackberry message (BBM), path, instagram, line, blog (situs
blogspot.com), situs berita online (detik.com, okezone.com, kompas.com, dan
sejenisnya), forum online (kaskus.com, kompasiana.com, dan sejenisnya),
youtube, website dan lain-lain. Popularitas media sosial telah mengubah perspektif
bahwa media massa mempunyai kekuatan paling ampuh untuk menggerakkan
massa.
Media sosial kini telah menjadi tren dalam komunikasi pemasaran.
Kampanye politik dewasa ini telah menunjukkan adanya kesadaran baru bagi para
kandidat yang bersaing dalam pemilu tentang pentingnya pemasaran dalam
bidang perpolitikan. Keefektivan arus informasi politik melalui saluran-saluran
komunikasi yang melekat pada kehidupan masyarakat merupakan kerangka kajian
komunikasi pemasaran politik. Sayuti (2014:52) mengatakan bahwa keunikan dan
pentingnya sumbangan komunikasi pemasaran politik ini terletak pada kedudukan
strategi di dalam kampanye pemilihan umum memengaruhi tujuan, prioritasprioritas, kebijakan-kebijakan dan perilaku partai politik. Menurut Dilla, sebagai
sebuah pendekatan dan strategi, komunikasi pembangunan senantiasa
memerlukan perencanaan komunikasi yang baik. Para ahli umumnya melihat,
kajian komunikasi pembangunan menitikberatkan pada studi tentang efek
komunikasi sehingga memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang dalam
menganalisisnya (Dilla 2012:179).
Cibinong adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat yang melakukan proses demokratisasi politik masyarakatnya melalui pilpres
2014. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982, ibu kota
Kabupaten Bogor dipindahkan dan ditetapkan di salah satu kecamatan yaitu
Cibinong. Sejak tahun 1990 pusat kegiatan pemerintahan menempati Kantor
Pemerintahan di Cibinong. Sementara pusat pemerintahan Kecamatan Cibinong
berada di Kelurahan Cirimekar. Dari sisi demografi, total jumlah penduduk Jawa
Barat pada tahun 2010, Kabupaten Bogor adalah daerah yang memiliki populasi
tertinggi yaitu sebanyak 43.053.735 jiwa atau 11,08% dari total populasi
penduduk Jawa Barat. Kabupaten Bogor secara garis besar terdiri atas tiga
wilayah yaitu wilayah timur, barat, dan tengah meliputi 40 kecamatan, 410 desa
dan 16 kelurahan. Kabupaten Bogor mempunyai luas wilayah 2.071.21 km² dan
jumlah penduduk yang mencapai 4.771.932 jiwa (Kemenkeu 2012:7).
Wilayah Kecamatan Cibinong dibagi ke dalam empat batas administratif
yaitu wilayah utara, barat, selatan dan timur. Luas wilayah Kecamatan Cibinong
adalah 43,36 km, sedangkan Kecamatan Cibinong sendiri terbagi menjadi 12
kelurahan yaitu Pondok Rajeg, Karadenan, Harapan Jaya, Nanggewer, Nanggewer

3

Mekar, Cibinong, Pakansari, Tengah, Sukahati, Ciriung, Cirimekar dan Pabuaran.
Menurut Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dilansir oleh KPUD Kabupaten Bogor,
jumlah penduduk Kecamatan Cibinong yang dapat menggunakan hak pilihnya
mencapai 204.392 orang yang terdiri dari jumlah pemilih laki-laki 102.573 orang
dan pemilih perempuan 101.819 orang, yang disebar di 411 buah Tempat
Pemungutan Suara (TPS) (Pemkab Bogor 2014:40). Pemilihan Kecamatan
Cibinong sebagai lokasi penelitian dikarenakan kondisi daerahnya yang mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki dengan memanfaatkan kultur campuran
masyarakat Cibinong yang mempunyai karakteristik rural-urban. Sebagai ibukota
Kabupaten Bogor, Cibinong menjadi pusat kegiatan perdagangan, pemerintahan
dan pembangunan yang paling maju di Kabupaten Bogor. Begitu pesatnya
pemukiman dan perumahan penduduk yang terus bertambah, laju pertumbuhan
ekonomi dan usaha juga meningkat, berimbas pada akses informasi yang dicapai
dengan mudah di wilayah ini.
Permasalahannya, karakteristik masyarakat Cibinong tersebut mewakili
masyarakat Indonesia secara umum yang masih menganut budaya kolektif dan
paternalistik yang berarti bahwa nilai, harapan, cita-cita, pilihan, atau keputusan
individu masih sangat dipengaruhi oleh pemimpin kelompoknya. Menurut
Mulyana (2014:66), dalam masyarakat Amerika (yang menganut budaya
individualis) saja pilihan politiknya masih kuat dipengaruhi pilihan politik
keluarga, apalagi dalam masyarakat Indonesia yang menganut budaya kolektivis,
keseragaman mencoblos partai tertentu di kalangan keluarga, kerabat, komunitas
etnik atau agama tertentu, tidaklah mengherankan, khususnya di kalangan
masyarakat yang masih tradisional. Selanjutnya, Mulyana mengatakan, sebagian
rakyat Indonesia tampaknya tidak mudah dibujuk secara politik lewat media
massa. Kesetiaan mereka kepada partai politik lebih bersifat primordial alih-alih
merupakan pilihan rasional. Para calon presiden pun belum sepenuhnya
memanfaatkan seluruh perangkat teknologi komunikasi yang ada (termasuk media
sosial), untuk meningkatkan kredibilitas dan elektabilitas mereka (Mulyana
2014:110).
Terpaan media dan pergaulan sehari-hari jelas akan memengaruhi sikap
dan perilaku. Terpaan media akan lebih mudah diterima oleh orang yang biasa
menyesuaikan diri dengan hal-hal yang baru. Proses penerimaan pesan media
tergantung dari tingkat terpaan seseorang terhadap jenis media tertentu. Begitu
pun menurut Nurudin, pembujukan yang dilakukan orang lain berpengaruh
terhadap proses penerimaan pesan-pesan media massa (Nurudin 2007:233).
Sejalan dengan yang dikatakan Suryatna (2007:89), bahwa media massa berfungsi
sebagai perangkat politik yang mampu membentuk sikap, keyakinan politik dan
membentuk opini masyarakat. Media massa yang biasa digunakan dalam
kampanye politik adalah media cetak, media elektronik, media luar ruang
(outdoor) dan media format kecil. Sementara, terpaan media massa (media
exposure) adalah penggunaan media, baik jenis media cetak, audio maupun audio
visual, maupun kombinasi antar media dalam suatu kegiatan kampanye politik,
penyebaran informasi kampanye tidak hanya dilakukan melalui media massa,
tetapi juga komunikasi tatap muka seperti kampanye terbuka (rapat umum) dan
komunikasi antarpribadi.
Sanur (2014:18) meyakinkan bahwa tidak semua masyarakat bisa
dijangkau dengan media sosial. Televisi masih menjadi media yang paling banyak

4

dikonsumsi masyarakat. Bahkan dari hasil monitoring Yose Rizal, pendiri situs
politicalwave.com, diketahui bahwa calon presiden (capres) dan partai yang
paling banyak menghiasi layar televisi bukanlah capres yang paling populer di
media sosial. Oleh sebab itu, selain media sosial dan televisi, model kampanye
dengan cara tatap muka, dialog yang intens, silaturahmi yang terus-menerus tetap
disuka masyarakat, dan nampaknya akan terus menjadi model kampanye di masa
depan.
Penggunaan media sosial dan televisi sebagai media kampanye yang
paling sering dikonsumsi adalah kegiatan seseorang dalam mencari informasi
mengenai calon selama kampanye pilpres 2014. Sebagaimana hasil penelitian
Mcleod dan Chafee (dalam Wan Abas 2013:9) yang menunjukkan bahwa
komunikasi keluarga memengaruhi penggunaan media, termasuk televisi dengan
menekankan nilai keluarga dalam hal kepatuhan kepada kekuasaan. Sementara
Klapper (Johnson-Cartee & Copeland 2004:113-114) berargumen bahwa media
bekerja dalam suatu jaringan pengaruh dan kebanyakan pengaruh ini misalnya
keluarga, agama, teman-teman, pendidikan, jauh lebih penting dalam menciptakan
sikap, kepercayaan dan perilaku daripada media. Saluran komunikasi antarpribadi
(interpersonal) dianggap lebih memengaruhi khalayak pemilih karena komunikasi
antarpribadi terjadi dalam pergaulan sehari-hari melalui kontak langsung atau
tatap muka dengan keluarga, tetangga dan pemuka pendapat (opinion leader),
baik secara sengaja maupun tidak sengaja masih sering dilakukan pada masa
kampanye pilpres 2014 sehingga memungkinkan seseorang terkena pengaruh dari
komunikasi tersebut.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana saluran komunikasi
baik media massa maupun media sosial (new media) menjadi sumber informasi
pilpres 2014 dibandingkan dengan saluran komunikasi antarpribadi, dan
bagaimana tingkat penggunaan pemilih terhadap sumber informasi selama
kampanye dapat memengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat Cibinong.
Penggunaan terhadap media sosial dan saluran televisi (media massa) yang selama
ini gencar menayangkan informasi politik selama kampanye pilpres 2014, serta
intensitas komunikasi tradisional atau tatap muka, yaitu dengan keluarga, teman,
tetangga dan pemuka pendapat (opinion leader) dapat memengaruhi tingkat
partisipasi politik di Kecamatan Cibinong. Apabila komunikasi berjalan lancar,
wajar dan sehat, sistem politik akan mencapai tingkat kualitas responsif yang
tinggi terhadap perkembangan aspirasi dan masyarakat sesuai dengan tuntutan
zaman (Cangara 2009:17). Pengetahuan dan pemahaman tentang informasi
mengenai calon selama kampanye akan dapat menunjukkan sejauh mana tingkat
efektivitas penyelenggaraan kampanye pilpres 2014 secara langsung dalam
membangun kesadaran politik dan partisipasi masyarakat dalam menciptakan tata
kehidupan politik yang lebih demokratis dalam menuju terwujudnya suatu
pemerintahan yang baik (good governance) yang didukung dan dipercaya
masyarakat (Suryatna 2007:4).
Dari latar belakang di atas, penelitian difokuskan untuk mengetahui
bagaimana tingkat penggunaan sumber informasi meliputi saluran media massa
(televisi); media sosial meliputi facebook, twitter, blackberry message (BBM),
whatsApp, path, instagram, line, blog (situs blogspot.com), situs berita online
(detik.com, okezone.com, kompas.com dan sejenisnya), youtube, website; dan
penggunaan sumber informasi yang mengandalkan saluran komunikasi

5

antarpribadi di antaranya tatap muka dengan keluarga, teman, tetangga dan
pemuka pendapat (opinion leader) pada kampanye pilpres 2014 di Kecamatan
Cibinong? lalu sejauh mana penggunaan sumber informasi tersebut memengaruhi
partisipasi politik masyarakat Kecamatan Cibinong?
Perumusan Masalah
Dalam Peraturan KPU Nomor 21 Tahun 2014 tentang rekapitulasi hasil
pemilu presiden dan wakil presiden terpilih Tahun 2014, Pasal 42 menyebutkan
bahwa KPU/KIP kabupaten/kota mengumumkan rekapitulasi penghitungan suara
di tingkat website kabupaten/kota di tempat yang mudah diakses oleh masyarakat
dan/atau, sedangkan Pasal 28 menyebutkan bahwa PPK (Panitia Pemilihan
Kecamatan) mengumumkan rekapitulasi penghitungan suara di tingkat kecamatan
di tempat yang mudah diakses oleh masyarakat. Sejauh ini, Pasal 5 Peraturan
KPU Nomor 4 Tahun 2014 tentang tahapan, program dan jadwal penyelenggaraan
pilpres Tahun 2014 sudah dilaksanakan.
Proses rekapitulasi hasil perhitungan suara di Panitia Pemungutan Suara
(PPS) di tingkat desa/kelurahan telah dilaksanakan tanggal 10-12 Juli 2014,
penyampaian berita acara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat
kecamatan kepada KPU kabupaten/kota sudah dilaksanakan tanggal 13-15 Juli
2014. Sementara KPU kabupaten/kota melakukan rekapitulasi hasil perhitungan
suara dan penyusunan berita acara dan pengumuman salinan sertifikat tanggal 1617 Juli 2014, hingga penetapan hasil pemilu secara nasional sudah digelar tanggal
21-22 Juli 2014.
Materi kampanye yang meliputi visi, misi dan program pasangan calon
kemudian disebarluaskan dalam metode kampanye yang tercantum dalam Pasal
15 Peraturan KPU Nomor 16 Tahun 2014 di antaranya; (a) pertemuan terbatas; (b)
tatap muka dan dialog; (c) penyebaran melalui media massa cetak dan media
elektronik; (d) penyiaran melalui radio dan/atau televisi; (e) penyebaran bahan
kampanye kepada umum; (f) pemasangan alat peraga di tempat kampanye dan di
tempat lain yang ditentukan oleh KPU; (g) debat pasangan calon tentang materi
kampanye pasangan calon; dan kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan metode kampanye yang diatur oleh undang-undang tersebut,
dapat disimpulkan bahwa media komunikasi baik cetak maupun elektronik serta
media antarpribadi seperti pertemuan tatap muka, rapat umum dan kegiatan
lainnya berkontribusi secara aktif dalam pembangunan nasional, khususnya pada
pilpres 2014. Pemerintah menyadari berbagai bentuk media komunikasi dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi kampanye sehingga
diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku seseorang dalam pemilu. Seperti
yang dikatakan Cangara (2009:380) dalam teori komunikasi, media massa seperti
televisi, radio dan surat kabar memiliki kekuatan yang sangat besar dalam
mengubah image, wawasan dan persesi penerima, sementara komunikasi
antarpribadi dan kelompok memiliki kekuatan untuk mengubah perilaku khalayak
sasaran. Namun, penelitian terbaru mengatakan, model kampanye Obama melalui
media sosial, telah membangunkan wilayah bawah sadar kita untuk mampu
memaksimalkan media sosial ini. Tidak ketinggalan pilkada DKI Jakarta yang

6

dimenangi Jokowi telah dibantu oleh pemaksimalan media sosial sebagai salah
satu metode kampanye (Abugaza 2013:117).
Di Indonesia, belum banyak penelitian serius mengenai peran media
kontemporer seperti media baru (new media) dalam komunikasi pembangunan.
Oleh karena itu, penelitian yang mengangkat kasus pilpres 2014 di Kecamatan
Cibinong ini penting, mengingat Cibinong adalah ibu kota Kabupaten Bogor yang
mengalami pertumbuhan pembangunan yang cukup pesat dan paling maju
dibandingkan kecamatan lainnya. Pendekatan komunikasi pembangunan dinilai
memiliki peran strategis dalam proses penyebaran informasi secara merata dan
usaha perubahan perilaku dengan memanfaatkan media komunikasi seperti media
massa dan media sosial serta peran komunikasi antarpribadi di Kecamatan
Cibinong. Namun, karakteristik masyarakat Cibinong masih menganut paham
paternalistik di mana pendapat tokoh masyarakat dan pemuka pendapat (opinion
leader) dapat memengaruhi pilihan politik seseorang. Budaya kolektivis juga
masih melekat pada masyarakat Cibinong yang masih tergolong primordial, di
mana pilihan politik sering kali memiliki keseragaman dengan pilihan politik
keluarga, teman atau tetangga. Menurut Mulyana (2014:134), tidak mungkin
menerapkan suatu strategi diseminasi informasi bersifat seragam (nasional) di
semua daerah di Indonesia. Diperlukan modifikasi dan cara penyebaran informasi
yang sesuai dengan karakteristik budaya masyarakat yang bersangkutan, termasuk
kepemilikan media dan tingkat ekonominya.
Sumber informasi kampanye utama yang masih banyak diminati adalah
media massa yaitu televisi karena sifatnya yang serempak dan massif. Kehadiran
media baru (new media) semakin melengkapi kebutuhan informasi kampanye
melalui berbagai aplikasi media sosial seperti facebook, twitter, blog (situs
blogspot.com), situs berita online (detik.com, okezone.com, kompas.com, dan
sejenisnya), forum online (kaskus.com, kompasiana.com, dan sejenisnya),
youtube, website dan televisi. Sementara sumber informasi lainnya menggunakan
saluran komunikasi antarpribadi meliputi tatap muka dengan orang tua, pasangan
(suami atau isteri), teman, pemuka pendapat (opinion leader) dan tim sukses calon
pada kampanye pilpres 2014. Tujuan penggunaan sumber informasi kampanye
yang melibatkan berbagai saluran komunikasi tersebut adalah untuk
menyosialisasikan pentingnya keikutsertaan rakyat dalam pilpres 2014 sehingga
dapat mendongkrak tingkat partisipasi politik di Kecamatan Cibinong. Penelitian
ini ingin mengetahui sejauh mana media komunikasi yaitu media massa dan
media sosial menjadi sumber informasi pilpres 2014 dibandingkan dengan
komunikasi antarpribadi, dan sejauh mana penggunaan media tersebut
memengaruhi tingkat partisipasi politik di Kecamatan Cibinong. Penelitian
berjudul Hubungan Penggunaan Sumber Informasi Kampanye dan Partisipasi
Politik (Kasus Pilpres 2014 di Kecamatan Cibinong) diharapkan menjadi
rekomendasi bagi pemerintah untuk memperbaiki sosialisasi undang undang
pilpres pada pemilu selanjutnya. Berdasarkan paparan di atas, beberapa rumusan
masalah di antaranya sebagai berikut:
1. Sejauh mana partisipasi politik masyarakat Kecamatan Cibinong pada pilpres
2014?
2. Sejauh mana pola penggunaan sumber informasi kampanye politik digunakan
secara optimal pada pilpres 2014 di Kecamatan Cibinong?

7

3.
4.
5.

Sejauh mana hubungan karakteristik demografis pemilih dengan penggunaan
sumber informasi kampanye pada pilpres 2014 di Kecamatan Cibinong?
Sejauh mana hubungan karakteristik demografis pemilih dengan partisipasi
politik masyarakat Kecamatan Cibinong pada pilpres 2014?
Sejauh mana hubungan penggunaan sumber informasi kampanye dengan
partisipasi politik masyarakat Kecamatan Cibinong pada pilpres 2014?
Tujuan Penelitian

Penelitian penggunaan sumber informasi kampanye oleh pemilih pada
kasus kampanye pilpres 2014 di Kecamatan Cibinong menggunakan model uses
and effects (kegunaan dan dampak) berkaitan dengan media exposure (terpaan
media) karena mengacu pada kegiatan menggunakan media. Penelitian uses and
effects merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratifications dan teori
tradisional tentang efek. Model ini banyak ditemukan pada riset mengenai
pengaruh atau efek media terhadap khalayak. Pola keterdedahan terhadap sumber
informasi bukan hanya kegiatan mengakses sumber informasi tapi apakah
seseorang itu benar-benar terbuka terhadap pesan atau isi dari sumber informasi
kampanye baik media massa, media sosial maupun komunikasi antarpribadi.
Penggunaan sumber informasi kampanye tentunya berkaitan dengan
tingkat partisipasi politik. Melimpahnya berbagai sumber informasi kampanye
bergantung pada kemampuan media dalam memersuasi dan seberapa besar
khalayak yang menjadi pengguna aktif sumber informasi tersebut. Kuatnya
pengaruh media dalam menyosialisasikan pilpres 2014 akan menentukan seberapa
besar dukungan masyarakat yang diukur dari tingkat partisipasi politik.
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan penelitian
adalah:
1. Menganalisis tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan Cibinong pada
pilpres 2014.
2. Menganalisis pola penggunaan sumber informasi kampanye politik pada
pilpres 2014 di Kecamatan Cibinong.
3. Menganalisis hubungan karakteristik demografis pemilih dengan penggunaan
sumber informasi kampanye pada pilpres 2014 di Kecamatan Cibinong.
4. Menganalisis hubungan karakteristik demografis pemilih dengan partisipasi
politik masyarakat Kecamatan Cibinong pada pilpres 2014.
5. Menganalisis hubungan pola penggunaan sumber informasi kampanye
dengan partisipasi politik masyarakat Kecamatan Cibinong pada pilpres 2014.
Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan judul penelitian di atas, maka kegunaan penelitian
terbagi menjadi manfaat praktis dan manfaat teoritis, antara lain:
1.
Secara Praktis
a. Bagi Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kabupaten Bogor:
Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi yang dijadikan
rekomendasi untuk menetapkan kebijakan pemerintah dan peraturan
penyelenggaraan pemilu lima tahun mendatang.
b. Bagi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bogor:

8

2.

Penelitian ini diharapkan dapat mengurai permasalahan teknis dan
nonteknis dalam penyelenggaraan pemilu di Kabupaten Bogor. Di
samping itu, hasil penelitian dapat menjadi bahan evaluasi dan
rekomendasi dalam melakukan kegiatan sosialisasi Undang-Undang
Pilpres di Kabupaten Bogor Tahun 2014 dengan tujuan meningkatkan
partisipasi politik pemilih.
c. Bagi tim sukses partai politik atau calon:
Hasil penelitian diharapkan dapat membantu mengumpulkan informasi
dan memberi masukan dalam hal stategi dan langkah-langkah yang perlu
diambil oleh partai atau calon dalam mencapai tujuan yaitu
memenangkan pemilu serta merangkul pihak-pihak yang turut
menentukan dalam pemberian suara.
d. Bagi kalangan akademisi:
Penelitian diharapkan dapat menjadi referensi, masukan dan menambah
keilmuan komunikasi politik khususnya berhubungan dengan
pentingnya pemanfaatan sumber informasi selama kampanye politik
dalam pelaksanaan pemilu. Hasil penelitian ini dapat berguna untuk
mempelajari riset kampanye untuk Ilmu Pemasaran Politik.
Secara Teoritis
a. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan sebagai pengembangan Ilmu
Komunikasi yang dapat menambah wawasan keilmuan di bidang
Komunikasi Politik maupun Komunikasi Massa serta dapat mencapai
tujuan yang dikehendaki.
b. Sebagai bahan bacaan yang memiliki informasi bermanfaat bagi
siapapun yang ingin menekuni ilmu komunikasi politik yang
berhubungan dengan media massa atau riset teori uses and effect. Selain
itu, hasil penelitian dapat digunakan untuk melengkapi bahan pustaka
dari disiplin Ilmu Komunikasi Pembangunan.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini dipaparkan beberapa konsep yang menjadi tinjauan
pustaka di antaranya, sumber-sumber informasi, karakteristik demografis pemilih,
media televisi dan komunikasi massa, komunikasi politik dan strategi komunikasi
pembangunan, media sosial sebagai media baru (new media), komunikasi massa
dan komunikasi antarpribadi, keterdedahan informasi, kampanye, dan strategi
pemasaran politik, teori dampak dan kegunaan (uses and effect), dan tingkat
partisipasi politik. Berikut pemaparan masing-masing sub-bab bagian tinjauan
pustaka.
Sumber- Sumber Informasi
Setiap komunikasi manusia terdiri dari serangkaian sistem yang digabung
menjadi rantai. Sistem ini diartikan sebagai segala bagian dari rantai informasi
yang bisa terwujud di satu keadaan atau lebih atau di mana satu kejadian atau
lebih bisa terjadi. Sistem komunikasi bisa berupa kabel telepon, udara, atau saraf
penglihatan manusia. Sistem tidak hanya meliputi saluran informasi tetapi juga
sumber, pengirim (transmitter), penerima dan sasaran. Dari sudut pandang teori
informasi, komunikasi terjadi ketika dua sistem yang sesuai yang digabungkan
melalui satu atau lebih sistem yang tidak berhubungan, mempunyai keadaan yang
serupa sebagai akibat dari transfer sinyal melalui sebuah rantai (Schramm
1955:132).
Informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang. Proses intelektual
adalah mengolah/memroses stimulus, yang masuk ke dalam diri individu melalui
panca indera, kemudian diteruskan ke otak/pusat syaraf untuk diolah/diproses
dengan pengetahuan, selera dan iman yang dimiliki seseorang. Setelah mengalami
pemrosesan, stimulus itu dapat dimengerti sebagai informasi. Informasi ini bisa
diingat di otak, bila dikomunikasikan kepada individu/khalayak, maka akan
berubah menjadi pesan (Wiryanto 2006:29).
Sementara, pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang
dalam bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam
serangkaian makna. Kemampuan manusia menciptakan simbol membuktikan
manusia telah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, mulai dari
simbol yang sederhana seperti bunyi, isyarat, dan warna sampai pada simbolsimbol yang dimodifikasi dalam bentuk sinyal-sinyal melalui gelombang udara
dan cahaya, seperti radio, televisi, telegram, telex, dan satelit (Cangara 2009:317).
Dengan demikian, semua pesan adalah informasi. Namun, tidak semua informasi
adalah pesan.
Pada dasarnya, setiap manusia memerlukan informasi untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kualitas dari suatu informasi, menurut Syukri tergantung
dari tiga hal, yaitu informasi harus akurat, tepat pada waktunya, dan relevan.
akurat berarti suatu informas harus bebas dari kesalahan-kesalahan, dan tidak
menyesatkan, yang berarti harus jelas mencerminkan maksudnya. Relevan berarti
informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Selain informasi
dikatakan bernilai, apabila manfaatnya lebih efektif dibanding biaya
penggunaannya (Syukri 2011:81).

9

10

Di antara banyak kebutuhan manusia, kebutuhan yang paling mencolok
peningkatannya adalah kebutuhan akan informasi. Oleh karena itu, pemilihan
sumber informasi menentukan seseorang terhadap pemenuhan kebutuhannya. Di
samping itu, pemilihan sumber informasi seseorang juga didasarkan pada pola
kebiasaan. Meyers et al. (2006) dalam Novianto (2012:21) menyatakan bahwa
pola kebiasaan diartikan bila di masa lalu sebuah sumber informasi dapat
memenuhi kebutuhan seseorang, maka ia akan cenderung menggunakan sumber
informasi tersebut untuk waktu selanjutnya. Leckie et al. (1996) dan Ishak (2006)
dalam Novianto (2012:21) menambahkan bahwa pengetahuan seseorang tentang
sumber informasi (awareness of information sources) yang akan digunakan,
seperti kecepatan akses (accessibility), kualitas (quality), ketepatan waktu
(timeliness), kepercayaan (trustworthiness), kebiasaan (familiarty) dan
keberhasilan sebelumnya (previous success) akan berdampak lansung pada
pelaksanaan pencarian informasi (information is sought), sehingga hal inilah yang
mendorong seseorang untuk memilih media yang tepat sebagai sumber informasi
bagi pemenuhan kebutuhannya.
Menurut Cangara (2009:327), sifat informasi dapat dibedakan atas dua
macam, yakni informasi yang bersifat aktual dan informasi yang bersifat umum.
Informasi yang bersifat aktual ditandai dengan kebaruan atas kejadian informasi
itu, sementara berita yang bersifat umum digolongkan dalam kategori publikasi,
misalnya berita tentang pelaksanaan seminar strategi politik yang dihadiri ketua
umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dianggap sebagai berita umum atau berita
tentang kunjungan duta besar ke Universitas. Dalam komunikasi politik, informasi
sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan, misalnya peta kekuatan lawan,
peta wilayah daerah potensi pemilih, dan peta wilayah di mana partai kurang
mendapat dukungan.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik menyatakan informasi sebagai keterangan, pernyataan, gagasan, dan tandatanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik maupun
non-elektronik. Dengan demikian pemahaman tentang informasi politik mengacu
pada definisi tersebut dengan menekankan pada konten politik.
Jika kita mengevaluasi teori informasi menurut kriteria yang diberikan,
teori informasi akan memungkinkan orang untuk mengatur, menyusun, dan
menghubungkan data dan menunjukkan kesamaan dan hubungan yang
sebelumnya tidak terlihat. Teori informasi bersifat heuristik, dalam arti ia
membimbing kita menuju fakta dan metode baru dan tidak dikenali sebelumnya.
Teori informasi cukup umum untuk mengorganisir material jumlah yang besar,
yang sebagian besar bersifat strategis atau penting bagi periset komunikasi
(Severin & Tankard 2011:75).
Menurut Hapsari (2012:11), media komunikasi yang dimaksud dapat
dikategorikan dalam dua bagian, yakni media umum dan media massa. Media
umum ialah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contoh
telepon, handphone, telegram, OHP, LCD proyektor, dan sebagainya. Media
massa menurut Nurudin (2007:5) antara lain televisi, radio, internet, majalah,
koran, tabloid, buku dan film (film bioskop dan bukan negatif film yang
dihasilkan kamera).

11

Pada model aspek kebutuhan media yang coba digambarkan oleh Nurudin
(2007:194), dapat dijelaskan bahwa kebutuhan individu menentukan beragam
pilihan atas media yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhannya, yang dalam
hal ini bisa berupa pemenuhan kebutuhan yang non-media dan pemenuhan
kebutuhan dengan media. Sumber pemuas kebutuhan yang berhubungan dengan
non-media di antaranya komunikasi interpersonal seperti peneguhan kontak
dengan keluarga dan teman-teman, sedangkan penggunaan media massa terbagi
menjadi jenis-jenis media seperti televisi, radio, majalah, film; isi media; konteks
sosal dan terpaan media.
Dari tinjauan di atas, dapat diketahui bahwa informasi merupakan sistem
yang terintegrasi dari hasil pengolahan stimulus dengan pengetahuan untuk dapat
dimengerti manusia. Meskipun tidak semua informasi dapat dikomunikasikan
menjadi pesan, namun transfer informasi memiliki peran penting dalam penelitian
komunikasi politik di mana masyarakat memperoleh informasi dari berbagai
sumber baik media massa, media sosial (new media) maupun media antarpribadi
yang berasal dari komunikasi tatap muka secara langsung (komunikasi
antarpribadi). Dalam hubungannya dengan informasi politik yang dapat diterima
oleh khalayak tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pemilu, sumber
informasi memiliki peran penting. Sumber informasi yang berasal dari media
massa dan media sosial menyebarkan informasi secara massif dan cepat.
Sementara, sumber informasi interpersonal mengandalkan komunikasi
antarpribadi, meskipun kecepatan jangkauannya lebih lambat namun kekuatan
informasi yang disampaikan pada komunikasi antarpribadi jauh lebih kuat.
Banyak fakta mengungkapkan bahwa informasi interpersonal lebih memiliki
pengaruh yang lebih kuat pada masyarakat umum terutama pada isu-isu tertentu
yang membuat masyarakat menjadi terancam.
Karakteristik Demografi Pemilih
Karakteristik adalah ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak
ataupun merasakan. Setiap pemilih merupakan individu dalam masyarakat yang
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Karakterstik demografis pemilih adalah ciri khas yang diyakini di dalam diri
pemilih berdasarkan aspek demografi. Venus (2012:126) menjelaskan, dalam
bahasa yang sederhana segmentasi dapat diartikan sebagai pengelompokkan
khalayak ke dalam kategori-kategori tertentu berdasarkan ciri-ciri umum yang
dimiliki baik secara geografi, demografi maupun psikografi. Dari aspek demografi
khalayak umumnya dikelompokkan berdasarkan karakteristik sosial ekonomi
seperti usia, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, ukuran keluarga
hingga status sosial ekonomi mereka.
Sejalan dengan pendapat Rakhmat (2002:66) bahwa anteseden meliputi
peubah individual yang terdiri dari data demografi seperti usia, jenis kelamin dan
faktor-faktor psikologi komunikan, seperti peubah lingkungan seperti organisasi,
sistem sosial, dan struktur sosial. Menurut Putra (2012:14), anteseden merupakan
karakteristik dari khalayak pengguna media. Anteseden meliputi peubah
individual yang terdiri dari data demografi seperti usia, jenis kelamin dan

12

organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. komponen anteseden terdiri dari
komponen individu, termasuk data demografi dan peubah lingkungan.
Mengenai sifat, karakteristik dan keinginan masyarakat yang menjadi
target sasaran kampanye, Cangara (2009:314) melihat dari tiga aspek, yakni (1)
aspek sosiodemografik; (2) aspek profil psikologi; dan (3) aspek karakteristik
perilaku masyarakat. Untuk membuat peta tentang target sasaran (khalayak),
Kotler dalam Cangara (2009:314) mengajukan enam hal yang perlu dipetakan,
yakni (1) demografi; (2) kondisi ekonomi; (3) kondisi fisik misalnya lokasi,
perumahan dan jalan raya; (4) teknologi yang tersedia, misalnya jaringan
telekomunikasi, mobilitas transportasi; (5) partai politik yang dianut masyarakat;
dan (6) kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Dengan riset, dapat diketahui
target atau peta wilayah khalayak, keinginan, sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai
yang mereka pegang. Dalam konteks politik, data tentang daerah sasaran sangat
penting karena bisa memberi informasi untuk dijadikan acuan dalam menetapkan
langkah-langkah kampanye, terutama dalam kaitannya dengan strategi,
pendekatan, tema, penyusunan pesan, dan pemilihan media yang tepat.
Terkait dengan perilaku politik, perbedaan-perbedaan besar dalam hal
keyakinan politik dari orang-orang pada kelompok umur yang berbeda dengan
kelas sosial, pendidikan, agama dan kelompok etnis yang berbeda telah menjadi
perhatian dari banyak survei pendapat. Usia yang berbeda dan pengalamanpengalaman hidup yang berhubungan dengan umur tersebut memengaruhi
perilaku politik seseorang.
Lipset (2007:126) menambahkan, aktivitas-aktivitas yang diarahkan oleh
pekerjaan ini memengaruhi kemampuan individu untuk terlibat dalam aktivitas
politik. Partisipasi rendah di kalangan masyarakat paling miskin sebagian karena
perjuangan untuk hidup yang hanya sedikit energi mereka untuk “berinvestasi”
dalam aktivitas politik, yang hasilnya tidaklah pasti. Seperti yang dikemukakan
oleh seorang sosiolog, ketersediaan waktu yang lebih sedikit dalam politik
mencerminkan isolasi yang lebih dalam dari perhatian dan aktivitas di luar
keluarga.
Hal ini menunjukkan, mobilitas, baik tempat tinggal, sosial, atau
pekerjaan, juga memberikan kontribusi menurunkan tingkat keterlibatan dalam
politik karena berbagai jenis mobilitas mengurangi sejauh mana individu terlihat
di dalam berbagai bentuk aktivitas. Mobilitas juga meningkatkan kemungkinan
bahwa mereka yang mengalaminya akan terkena tekanan-tekanan politik yang
sangat berarti.
Aspek demografis lainnya adalah jenis kelamin yang menentukan tingkat
partisipasi politik dalam suatu masyarakat. Perbedaan jenis kelamin dalam
pemberian suara mencerminkan keterlibatan laki-laki dan wanita dalam aktivitas
politik. Tingkat pemberian suara di kalangan wanita yang universal barangkali
sebagian karena gagasan tradisional tentang “tempat wanita” sebagai hanya di
rumah.
Menurut Lipset (2007:136), asumsi tekanan yang saling bertentangan juga
bisa membantu menjelaskan perbedaan tingkat pemberian suara antara pria dan
wanita. Terdapat banyak bukti bahwa wanita di sebagian masyarakat lebih
konservatif dan lebih religius dibandingkan pria, dengan perbedaan paling kentara
di kalangan kelas buruh. Perbedaan nilai menurut jenis kelamin barangkali terjadi
karena perbedaan dalam pengalaman hidup. Suami lebih terkena, baik di tempat

13

kerja maupun dalam aktivitas di luar waktu kerja, oleh nilai-nilai berbeda di
masyarakat. Wanita, terutama ibu rumah tangga, berhubungan hanya dengan
sedikit orang dengan pengetahuan luas secara politik dari latar belakang dan
kepentingan yang sama sehingga karenanya wanita lebih berpeluang untuk
mempertahankan nilai-nilai konservatif yang telah dimiliki.
Sementara, wanita dari kelas buruh, karenanya mendapatkan tekanan dari
pandangan-pandangan yang berbeda, yakni dari nilai-nilai lebih liberal dari kelas
sosial yang menjadi orientasi mereka, nilai-nilai yang dibawa pulang oleh suami
mereka dari tempat kerja, dan tekanan dari elemen-elemen yang lebih konservatif
dari pengalaman hidup mereka. Berada di bawah tekanan saling bertentangan
yang lebih banyak daripada yang mengenai suami mereka membuat para

Dokumen yang terkait

Representasi Makna Ibu Dalam Iklan Kampanye Politik (Kajian Semiotika Iklan Kampanye Politik Pilpres 2014 Aburizal Bakrie Versi “Untuk Ibu” Di Tvone)

0 6 140

Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

1 28 174

PERILAKU POLITIK ELIT PARTAI GOLKAR DI MEDAN DALAM PILPRES 2014.

0 7 24

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

0 1 39

Mencuri Start Kampanye Pilpres.

0 0 2

HUBUNGAN TERPAAN IKLAN CALON PRESIDEN PRABOWO-HATTA DI TELEVISI DENGAN PARTISIPASI POLITIK DALAM PILPRES 2014 (Study Korelasi Hubungan Terpaan Iklan Calon Presiden Prabowo-Hatta Versi Garuda Di Dadaku di Televisi Dengan Partisipasi Politik Dalam Pilpres 2

0 0 101

PENCARIAN INFORMASI DAN PARTISIPASI POLITIK (Hubungan Sumber Informasi Tentang Pilkada Serentak 2015 dan Jenis Kelamin dengan Partisipasi Politik Di Kalangan Mahasiswa FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Angkatan 2014 dan 2015).

0 0 16

Pilpres dan Arah Kebijakan Polugri Indon

0 0 2

1 KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SURAKARTA DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK PADA PILPRES TAHUN 2014 DI KOTA SURAKARTA

0 0 8

HUBUNGAN TERPAAN IKLAN CALON PRESIDEN PRABOWO-HATTA DI TELEVISI DENGAN PARTISIPASI POLITIK DALAM PILPRES 2014 (Study Korelasi Hubungan Terpaan Iklan Calon Presiden Prabowo-Hatta Versi Garuda Di Dadaku di Televisi Dengan Partisipasi Politik Dalam Pilpres 2

0 0 21