Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Kloaka Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus Atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae}

ABSTRAK
MUHAMMAD FAJAR. Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Kloaka Imago
Betina Ulat Sutera Liar Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae). Dibimbing
oleh USAMAH AFIFF dan DAMIANA RITA EKASTUTI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri pada kloaka ulat
sutera liar Attacus atlas menggunakan metode yang umum. Sampel yang telah
disiapkan diambil menggunakan ose dan dibiakan ke dalam agar darah dan
MacConkey Agar (MCA) dengan tehnik goresan T. Koloni yang tumbuh pada
agar darah dan MCA dibiakkan kembali ke trypticase soy agar (TSA). Identifikasi
bakteri dilakukan dengan media identifikasi yakni indol, Simmon’s citrate Agar,
TSIA, Oksidase, Urea, Voges Proskauer (VP) dan kaldu gula-gula (glukosa,
sukrosa, manitol, maltosa, dan laktosa). Pada sampel imago tersebut terdapat 3
genus bakteri yakni Bacillus sp., Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp.
Kata Kunci : A. atlas, bakteri, kloaka, identifikasi

ABSTRACT
MUHAMMAD FAJAR. Isolation and Identification Bacteria of Female Cloaca
Imago Wild Silkworm Attacus atlas L.(Lepidoptera: Saturniidae). Supervised by
USAMAH AFIFF and DAMIANA RITA EKASTUTI.
This study aimed to identify bacteria in the cloaca of wild silkworms Attacus
atlas using common methods. Samples that have been prepared are taken using

the ose and planted into the blood agar and MacConkey Agar (MCA) with T
streaking. Each form colonies growing on blood agar and MCA were subculture
onto trypticase soy agar (TSA). Identification of bacteria used media
identification i.e. indole, Simmon's citrate Agar, TSIA, Oxidase, Urea, Voges
proskauer (VP) and broth of karbohidrat (glucose, sucrose, maltose, manitol and
lactose). The results showed that on the imagoes there were 3 genera of bacteria
such as Bacillus sp., Aeromonas sp., and Pseudomonas sp..
Keywords: A. atlas, bacteria, cloaca, identification

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA KLOAKA
IMAGO BETINA ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas L.
(Lepidoptera: Saturniidae)

MUHAMMAD FAJAR

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DANSUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudulIsolasi dan Identifikasi
Bakteri pada Kloaka Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus atlas L. (Lepidoptera:
Saturniidae) adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015

Muhammad Fajar
NIM B04100164

ABSTRAK
MUHAMMAD FAJAR. Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Kloaka Imago
Betina Ulat Sutera Liar Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae). Dibimbing
oleh USAMAH AFIFF dan DAMIANA RITA EKASTUTI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri pada kloaka ulat
sutera liar Attacus atlas menggunakan metode yang umum. Sampel yang telah
disiapkan diambil menggunakan ose dan dibiakan ke dalam agar darah dan
MacConkey Agar (MCA) dengan tehnik goresan T. Koloni yang tumbuh pada
agar darah dan MCA dibiakkan kembali ke trypticase soy agar (TSA). Identifikasi
bakteri dilakukan dengan media identifikasi yakni indol, Simmon’s citrate Agar,
TSIA, Oksidase, Urea, Voges Proskauer (VP) dan kaldu gula-gula (glukosa,
sukrosa, manitol, maltosa, dan laktosa). Pada sampel imago tersebut terdapat 3
genus bakteri yakni Bacillus sp., Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp.
Kata Kunci : A. atlas, bakteri, kloaka, identifikasi

ABSTRACT
MUHAMMAD FAJAR. Isolation and Identification Bacteria of Female Cloaca
Imago Wild Silkworm Attacus atlas L.(Lepidoptera: Saturniidae). Supervised by
USAMAH AFIFF and DAMIANA RITA EKASTUTI.
This study aimed to identify bacteria in the cloaca of wild silkworms Attacus
atlas using common methods. Samples that have been prepared are taken using
the ose and planted into the blood agar and MacConkey Agar (MCA) with T
streaking. Each form colonies growing on blood agar and MCA were subculture
onto trypticase soy agar (TSA). Identification of bacteria used media

identification i.e. indole, Simmon's citrate Agar, TSIA, Oxidase, Urea, Voges
proskauer (VP) and broth of karbohidrat (glucose, sucrose, maltose, manitol and
lactose). The results showed that on the imagoes there were 3 genera of bacteria
such as Bacillus sp., Aeromonas sp., and Pseudomonas sp..
Keywords: A. atlas, bacteria, cloaca, identification

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA KLOAKA
IMAGO BETINA ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas L.
(Lepidoptera: Saturniidae)

MUHAMMAD FAJAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

Judul Skripsi: Isolasi dan Identiikasi Bakteri pada Kloaka Imago Betina Ulat
Sutera Liar Attacus Atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae}
Nama

: Muhammad Fajar

NIM

: B04100164

Disetujui oleh

Drh Usamah Afiff, MSc
Pembimbing I

Tanggal Lulus:


.1 4 JAN 2015

Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS, AIF
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah
identifikasi bakteri, dengan judul Identifikasi Bakteri pada Kloaka Imago betina
Ulat Sutera Liar Attacus atlasL.(Lepidoptera : Saturniidae).
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan teruntuk Bapak Syahruddin dan
Mama Nurrahmah atas doa yang tak henti mengalir serta teruntuk Fauzan, Faisal,
Om Hadi dan Acil Maris yang senantiasa memberi dukungan. Terima kasih
penulis ucapkan pula kepada Bapak Drh Usamah Afiff, MSc dan Ibu Dr Drh
Damiana Rita Ekastuti MS. AIF selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Nursam dari perkebunan teh PTPN VIII
Panleujar kabupaten Purwakarta provinsi Jawa Barat, yang telah membantu
selama pengumpulan bahan penelitian Serta, Pak Ismed yang membantu dalam
menyiapkan bahan penelitian. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih

kepada sahabat yang selalu mendukung saya yakni Hairiah Latief, Bagus
Satriawan, Marwani Dianty, Diana Asriastita, Haryati Istiqomah, Windy Alvianty
serta sahabat lemes yakni Mas Abid, Mbak Intan, Gambreng, Tri, Dince, Novan
dan Kukuh serta kepada Rahmad Arsy dan Andra sebagai sahabat seperjuangan
dalam penelitian yang penulis jalani. Tak lupa teruntuk Deviana Novitasari yang
selalu membantu dan mendoakan penulis selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015
Muhammad Fajar

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas)
Bakteri
Bakteri pada Ulat Sutera Bombyx mori

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Prosedur Penelitian
Identifikasi Bakteri
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Bakteri
Pewarnaan Gram
Identifikasi Bakteri
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

14
14

DAFTAR PUSTAKA

14


1
1
1
2
3
4
4
4
5
7
7
8
10
11

DAFTAR TABEL
1 Identifikasi bakteri pada ulat sutera B. mori yang sakit
2 Hasil pengamatan morfologi koloni yang tumbuh pada media Agar
darah

3 Hasil pengamatan morfologi koloni yang tumbuh pada media Mac
Conkey Agar (MCA)
4 Hasil pengamatan morfologi koloni dari agar darah ke trypticase soy
agar (TSA)
5 Hasil pengamatan morfologi koloni dari macconkey agar (MCA)
ketrypticase soy agar (TSA)
6 Hasil pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari agar darah
7 Hasil pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari MCA
8 Hasil uji Indol, TSIA, Oksidase, Urea, Sitrat dan VP
9 Hasil uji kaldu gula-gula

4
8
8
9
9
10
10
11
12


DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Siklus hidup Attacus atlas
Diagram alir identifikasi bakteri Gram positif
Diagram alir identifikasi bakteri Gram negatif
Koloni hemolitik pada media Agar darah
Koloni yang terbentuk pada media MCA
Uji Oksidase
Uji TSIA
Uji Urea
Uji Indol
Uji Sitrat
Uji VP
Uji Gula-gula
Aeromonas sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x

2
6
7
8
9
12
12
13
13
14
14
15
16

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang diapit oleh dua benua yakni benua Asia
dan Australia serta diantara 2 samudra yakni Samudera Pasifik dan Hindia. Selain
itu, Indonesia juga terletak pada 60 LU, 110 LS, 97-1410 BT. Indonesia menjadi
negara yang berbasis pertanian karena letak yang sangat strategis dan memiliki
kesuburan tanah yang tinggi. Selain itu, lingkungan tropis membuat banyak flora
dan fauna dapat hidup dengan baik di Indonesia. Salah satu hasil pertanian yang
memiliki nilai jual tinggi adalah sutera. Menurut Riskomar (2000), permintaan
dan harga sutera yang berasal dari ulat sutera liar lebih tinggi dibandingkan sutera
biasa. Hal ini karena memiliki warna benang sutera yang menarik yaitu cokelat
keemasan, lebih mengkilat, dan harga jual kokon yang tinggi (Rianto 2009). Salah
satu ulat sutera liar yang mulai banyak dibudidayakan adalah Attacus atlas (A.
atlas).
Keindahan serta keunggulan yang dimiliki sutera yang berasal dari Attacus
atlas menyebabkan permintaan terhadap sutera tersebut cukup tinggi sehingga
kebutuhan kokon pun menjadi ikut meningkat sedangkan produksi kokon belum
banyak. Saat ini kebanyakan kokon A. atlas diambil dari alam, jika hal ini di
lakukan terus menerus akan menyebabkan kelangkaan ulat sutera liar A. atlas. Di
alam tingkat keberhasilan budidaya A. atlas masih rendah. Hal ini dikarenakan
perubahan lingkungan yang tidak menentu (anomali cuaca) serta pengaruh
predator, parasite,dan faktor penyebab lainnya (Rianto 2009), sehingga diperlukan
pembudidayaan yang tepat agar kelangkaan tersebut dapat dihindari dan dapat
meningkatkan nilai ekonomi.
Dewasa ini banyak penyakit dari hewan liar yang muncul dan menjadi
outbreak di dunia seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), ebola, dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Hal ini harus diwaspadai
keberadaannya karena ditakutkan zoonosis ke manusia dan hewan lainnya. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengamatan keberadaan bakteri pada A. atlas agar
dapat diketahui jenis bakteri dan sifatnya sehingga dapat dilakukan pencegahan
penularan ke manusia atau ke hewan lainnya.Kloaka merupakan salah satu bagian
tubuh yang penting karena dalam reproduksi A. atlas kloaka akan menjadi saluran
utama untuk mengeluarkan telur, apabila kloaka terkontaminasi maka akan ikut
mengkontaminasi telur tersebut. Telur yang terkontaminasi akan mempengaruhi
perkembangan telur selanjutnya dan dapat membahayakan pembudidayanya.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bakteri yang terdapat dalam
kloakaimago betina ulat sutera liar Attacus atlas.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi
mengenai bakteri yang terdapat pada kloaka imago betina ulat sutera liar Attacus
atlas.

TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas)

Pengembangan pemanfaatan ulat sutera liar dimulai tahun 1995 di
Yogyakarta. Salah satu yang yang telah dimanfaatkan adalah Attacus atlas.
Taksonomi A. atlas menurut Peigler (1989), sebagai berikut:
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Saturniidae
: Attacus
: Attacus atlas

Attacus atlas merupakan serangga dari ordo Lepidoptera yang ukuran
tubuhnya besar, sehingga sering disebut kupu-kupu gajah (si rama-rama). Attacus
atlas merupakan serangga nokturnal yang tersebar hampir diseluruh Indonesia
karena memiliki adaptasi lingkungan tropis yang cukup baik (Awan 2007). A.
atlas merupakan serangga yang poikiloterm dimana suhu tubuhnya berfluktuasi
sesuai dengan suhu lingkungan sehingga fluktuasi suhu dan kelembaban sangat
menentukan keberhasilan hidup larva selama pemeliharaan. Kelembaban dan
aliran udara juga mempengaruhi suhu tubuhnya. Bila tidak ada aliran udara diatas
tempat pemeliharaan, suhu tubuh ulat akan meningkat sejalan dengan
meningkatnya suhu lingkungan (Mulyani 2008).
Attacus atlas adalah serangga holometabola yang melewati stadia telur,
larva, pupa dan imago (Triplehorn & Johnson 2005). Menurut Peigler (1989),
siklus hidup A. atlas tersaji pada Gambar 1

Gambar 1 Siklus hidup Attacus atlas (sumber: Peigler 1989)

3
Berdasarkan siklus tersebut pada instar I berlangsung selama 4–6 hari
ditandai dengan kepala berwarna hitam, lalu pada instar II terjadi selama 4–6 hari
mulai ditutupi serbuk putih, instar III sampai instar IV selama 4–6 hari. Pada
instar ini terjadi perubahan berupa munculnya warna merah di bagian lateral
segmen tubuhnya, instar V berlangsung selama 7–8 hari dengan perubahan bentuk
tubuh yang mulai gemuk. Pada instar enam terjadi selama 10–12 hari merupakan
fase instar terlama karena larva mulai memasuki stadium pupa dan akan
membentuk kokon yang berbeda dengan fase lain. Fase pupa terjadi selama 20–26
hari selanjutnya akan muncul imago(Peigler 1989).

Bakteri
Bakteri berkembang biak dengan membelah diri dan hanya dapat dilihat
menggunakan mikroskop. Bakteri mempunyai beberapa organel yang dapat
melaksanakan beberapa fungsi hidup (Waluyo 2004).Spesies bakteri dapat
dibedakan berdasarkan morfologi (bentuk), komposisi kimia (umumnya dideteksi
dengan reaksi biokimia), kebutuhan nutrisi, aktivitas biokimia, dan sumber energi
(sinar matahari atau bahan kimia) (Pratiwi 2008).
Dinding sel bakteri yang kaku dapat mempertahankan bentuknya dan
melindungi sel dari perubahan tekanan osmotik antara sel dengan lingkungannya.
Dinding sel bakteri Gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal dan
membran sel, sementara dinding sel bakteri Gram negatif memiliki tiga lapisan:
membran dalam, membran luar dan lapisan peptidoglikan yang lebih tipis. Bakteri
merupakan organisme prokariot yaitu memiliki kromosom tunggal dan tidak
memiliki nukleus. Untuk mengemas kromosom di dalam sel, DNA menggulung
(coil dan supercoil); suatu proses yang diperantarai oleh sistem enzim DNA girase.
Ribosom bakteri berbeda dengan ribosom eukariot, menjadikannya target untuk
terapi antibakteri. Bakteri juga mengandung DNA tambahan dalam bentuk
plasmid (Gillespie 2008).
Menurut Gillespie (2008) bakteri diklasifikasikan berdasarkan bentuknya:
kokus berbentuk sferis, bacillus berbentuk panjang dan tipis, dengan kokobasilus
diantara bentuk keduanya dan ada juga bacillus berbentuk melengkung dan spiral
dengan panjang lengkungan yang berbeda. Menurut Pratiwi (2008) bentuk-bentuk
bakteri yaitu bulat (tunggal: coccus, jamak: cocci), batang atau silinder (tunggal:
bacillus, jamak: bacilli), dan spiral yaitu berbentuk batang melengkung atau
melingkar-lingkar.
Kokus Gram positif dibagi menjadi dua kelompok utama: stafilokokus
(katalase positif), contoh patogen utamanya yaitu Staphylococcus aureus dan
Streptokokus (katalase negatif), contoh patogen utamanya yaitu Streptococcus
pyrogenes. Kokus Gram negatif meliputi Neisseria meningitides, sedangkan
Kokobasilus Gram negatif meliputi patogen saluran nafas Haemophilus dan
Bordetella, agen zoonotik seperti Brucella dan Pasteurella (Gillespie 2008).
Bacillus Gram positif dibagi menjadi bacillus yang membentuk spora dan
bacillus yang tidak membentuk spora. Kelompok yang membentuk spora dibagi
menjadi organisme aerob (Bacillus) dan organisme anaerob (Clostridium).
Bacillus bakteri Gram negatif meliputi keluarga bakteri fakultatif
Enterobacteriaceae yang merupakan bagian dari flora normal pada manusia dan

4
hewan dan dapat ditemukan di lingkungan. Termasuk dalam kelompok ini yaitu
Salmonella, Shigella, Escherichia, Proteus danYersinia (Gillespie 2008).

Bakteri pada Ulat Sutera Bombyx mori
Sebagai perbandingan, terdapat penelitian yang memaparkan beberapa
koloni bakteri dari ulat sutera Bombyx mori yang berhasil diisolasi dan
diidentifikasi ditabulasi dalam Tabel1.
Tabel 1. Identifikasi bakteri pada ulat sutera Bombyx mori yang sakit (Sakthivel et
al. 2012)
No
1
2
3
4
5
6
7

Bakteri
Bacillus subtilis
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Pseudomonas fluorescence
Bacillus cereus
Klebsiella cloacae

Bombyx mori merupakan salah satu jenis ulat sutera yang juga
memberikan keuntungan ekonomis karena mampu menghasilkan benang
sutera. Ulat sutera memiliki bentuk tubuh yang berwarna putih. Ulat sutera dapat
melakukan molting (berganti kulit) pada saat memasuki instar baru. Larva ulat
sutera mempunyai tanduk anal yang pendek dan memakan daun murbei (Morus
sp.) (Borror 1992).

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan Oktober
2014. Pemeliharaan ulat sutera liar Attacus atlas dilaksanakan di Laboratorium
Metabolisme Bagian Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pengamatan dan
identifikasi bakteri dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Bagian
Mikrobiologi Medis Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah imago ulat sutera liar
Attacus atlas sejumlah 5 ekor, akuades steril, media untuk mengisolasi bakteri

5
yakni agar darah, MacConkey Agar (MCA) dan trypticase soy agar (TSA). Media
untuk mengidentifikasi bakteri yakni Indol, Triple Sugar Iron Agar (TSIA),
Oksidase, Urea, Simmon’s citrate Agar, Voges-proskauer (VP) dan kaldu gulagula (glukosa, sukrosa, manitol, maltosa, dan laktosa). Bahan-bahan untuk
pewarnaan Gram yakni kristal violet, lugol, aseton alkohol, safranin, dan alkohol
70%.
Alat yang digunakan pada penelitian kali ini adalah kandang kasa berukuran
50 cm x 50 cm x 50 cm, alat bedah minor seperti pinset, gunting dan scalpel, ose,
needel, korek api, cawan petri, pipet, mikropipet, pembakar bunsen, inkubator,
tabung reaksi, botol kaca 5 ml, tabung evendorf, mikroskop cahaya, pensil, kertas
label, lemari pendingin dan kamera.

Prosedur Penelitian
Pengambilan dan penyimpanan kokon
Pengambilan kokon ulat sutera Attacus atlas dilakukan diperkebunan teh
PTPN VIII Panleujar kabupaten Purwakarta provinsi Jawa Barat. Kokon dibawa
ke Lab. Metabolisme kemudian disimpan dalam kandang kasa berukuran 50 cm X
50 cm X 50 cm. Pemisahan antara kokon betina dan jantan dilakukan dengan cara
membuka kokon dan melihat bakal antena pada pupa, antena yang besar akan
menjadi imago jantan, sedangkan antena yang kecil akan menjadi imago betina.
Pengambilan kloaka
Sampel diambil dari 5 ekor imago betina A. atlas. Imago betina A. atlas
dimasukkan ke dalam freezer selama 60 menit agar imago mati. Dilakukan
nekropsi pada imago menggunakan alat bedah minor yang sebelumnya telah
disterilkan. Pengambilan kloaka dilakukan menggunakan pinset steril lalu
dimasukkan ke dalam botol kaca yang berisi aquades steril 2 ml.
Isolasi bakteri
Sampel yang telah disiapkan diambil menggunakan ose dan dibiakkan ke
dalam agar darah dan MacConkey Agar (MCA) dengan tehnik goresan T. Agar
yang telah diinokulasi dengan sampel dimasukkan ke dalam inkubator selama 24
jam dengan suhu 370C. Setelah itu, koloni yang tumbuh dilakukan pengamatan
dan pencatatan koloninya. Setiap bentuk koloni berbeda yang terpisah dibiakkan
kembali ke agar miring trypticase soy agar (TSA) dan diberikan label agar tidak
terjadi kekeliruan. Agar miring yang telah dibiakkan dimasukkan ke dalam
inkubator selama 24 jam dengan suhu 370C.
Pewarnaan Gram
Koloni yang tumbuh pada media agar miring diwarnai dengan pewarnaan
Gram untuk melihat morfologi, sifat Gram, dan kemurniannya. Kaca objek
dibersihkan menggunakan alkohol kemudian dikeringkan dengan cara didekatkan
api bunsen. Kemudian, kaca objek ditetesi dengan aquades diatasnya. Ose dibakar
terlebih dahulu sampai berwarna merah, didinginkan sejenak lalu masukkan
kedalam tabung kaca berisi isolat bakteri kemudian tempelkan ose ke aquades
pada kaca objek. Aquades dihomogenkan perlahan dengan cara membentuk
lingkaran biarkan sejenak kemudian difiksasi dengan api bunsen dan diletakkan di

6
atas rak kaca objek. Ditetesi kristal violet dan didiamkan selama satu menit.
Dicuci dengan aquades. Ditetesi lagi dengan lugol pada kaca objek dan didiamkan
selama satu menit dan dicuci dengan aquades. Kemudian, ditetesi dengan larutan
pemucat (aseton alkohol)selama 10 detik, kemudian dicuci lagi dengan aquades.
Terakhir, ditetesi dengan safranin selama 10-20 detik lalu dicuci dengan aquades
hingga bersih. Dikeringkan kaca objek dengan kertas saring lalu diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 1000x dengan bantuan minyak emersi dan
ditentukan sifat Gramnya. Bakteri Gram positif akan berwarna ungu sedangkan
bakteri Gram negatif akan terlihat berwarna merah. Jika koloni bakteri yang
terlihat belum murni, maka dilakukan kembali isolasi pada agar darah maupun
MCA dengan goresan T. Apabila hasil dari pewarnaan Gram tidak meyakinkan,
dapat dilakukan Uji KOH 3% untuk menentukan sifat Gramnya. Jika pada hasil
uji terlihat massa gelatin berupa benang-benang halus ketika diangkat
menggunakan ose artinya sampel merupakan bakteri Gram negatif. Identifikasi
Gram positif dan Gram negatif dapat dilihat dari Gambar 2 dan Gambar 3.
Bakteri
Gram
positif

Batang

kokus
Katalase
Negatif

Katalase
positif

Streptoc
occus sp.
α-hemolitik

Microco
ccaceae
-hemolitik

-hemolitik

Uji
Glukosa
Mikroaer
olitik

(+)

(-)

Tanam ke
MSA

kuning
(fermentasi)
Stapylococcus
aureus

Micrococcaceae

Staphylococcus
epidermidis

Anaaero
b

Aerob

Merah
(tidak
fermentasi
Batang
kecil tidak
membent
uk spora

Batang
besar
memben
tuk spora

Clostridium

Bacillus

Tahan
asam
Mycobacterium

Tidak
tahan
asam
Listeris
Erysopelothrix
Corynebacteriu
m
Lactobacillus

Gambar 2 Diagram identifikasi bakteri Gram positif (Bergey dan Breed 1994; Lay 1994)

7

Bakteri Gram
Negatif

Batang

Kokus

Uji oksidase

(+)

(-)

Nonenterobakteriaceaae

Enterobakteriaceae

Neisseria

MacConkey Agar

Pewarnaan Zielhl
Neelsen

Pseudomonas
Aeromonas
Vibrio

Laktosa positif

Laktosa
Negatif

TSIA
Indol
Sitrat
MRVP
Fermentasi Karbohidrat

Gambar 3 Diagram identifikasi bakteri Gram negatif (Bergey dan Breed 1994; Lay 1994)

Identifikasi bakteri
Isolat dikeluarkan dari lemari pendingin dan dihangatkan dulu dalam
inkubator selama beberapa menit. Ose dibakar terlebih dahulu pada api bunsen
sampai terlihat merah, didinginkan beberapa saat lalu disentuhkan dengan isolat
yang telah disiapkan kemudian ditanam ke setiap media identifikasi seperti indol,
tripel sugar iron agar (TSIA), oksidase, urea, Simmon’s citrate agar, vogesproskauer (VP) serta kaldu gula-gula yang terdiri atas glukosa, sukrosa, manitol,
maltosa dan laktosa Setelah itu, dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam
pada suhu 370C.

Analisis Data
Analisis data menggunakan metode deskripsi.

8
HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi Bakteri
Sampel ditanam ke dalam media agar darah atau Blood agar (BA) dan
MacConkeyAgar (MCA) dengan goresan T dan dimasukkan ke dalam inkubator
selama 24 jam dengan suhu 370C. Setelah inokulasi, dilakukan pengamatan
makroskopik pada Agar darah dan MCA dari 5 sampel yang digunakan. Hasilnya
terdapat beberapa koloni berbeda dari setiap sampel yang disajikan pada Tabel 2
dan Tabel 3.
Tabel 2 Hasil pengamatan morfologi koloni yang tumbuh pada media Agar darah
Parameter
Ukuran
Bentuk
Permukaa
n
Aspek

Tepi
Elevasi
Warna
Hemolisis

A.1
Sedang
Bulat
Tidak
halus
Tidak
mengkil
at
Tepi
kasar
Cembun
g
Krem

B.1
Sedang
Bulat
Tidak
halus
Tidak
mengkil
at
Tepi rata
Cembun
g
Krem
-

B.2
Sedang
Bulat
Tidak
halus
Tidak
mengkil
at
Tepi
kasar
Cembun
g
Krem

Agar Darah
C.2
D.1
Sedang
Sedang
Bulat
Bulat
Tidak
Tidak
halus
halus
Tidak
Tidak
mengkil
mengkil
at
at
Tepi
Tepi rata
kasar
Cembun
Cembun
Cembun
g
g
g
Krem
Krem
Krem
-

C.1
Sedang
Bulat
Tidak
halus
Tidak
mengkil
at
Tepi rata

D.2
Sedang
Bulat
Tidak
halus
Tidak
mengkil
at
Tepi
kasar
Cembun
g
Krem

E.1
Sedang
Bulat
Tidak
halus
Tidak
mengkil
at
Tepi rata
Cembun
g
Krem
-

E.2
Sedang
Bulat
Tidak
halus
Tidak
mengkil
at
Tepi
kasar
Cembun
g
Krem

Sampel pertama hanya ditemukan 1 bentuk koloni. Pada Sampel kedua
sampai kelima terdapat dua koloni berbeda. Perbedaan terdapat pada parameter
hemolisis, dimana terdapat koloni yang menghasilkan hemolisis dan koloni
yang tidak menghasilkan hemolisis. -hemolisis di media menampilkan lingkaran
jernih yang jelas di sekitar koloni bakteri karena lisisnya seluruh sel darah merah
(Difco Manual1984).

Gambar 4 Koloni

hemolitik pada media Agar darah

9
Tabel 3 Hasil pengamatan morfologi koloni yang tumbuh pada media Mac ConkeyAgar
(MCA)
Parameter
Ukuran
Bentuk
Permukaa
n
Aspek
Tepi
Elevasi
Warna

Hemolisis

MCA
A.1
Sedang
Bulat

B.1
Sedang
Bulat

C.1
Sedang
Bulat

C.2
Sedang
Bulat

C.3
Sedang
Bulat

D.1
Sedang
Bulat

D.2
Sedang
Bulat

E.1
Sedang
Bulat

E.2
Sedang
Bulat

halus

halus

halus

halus

halus

halus

halus

halus

halus

mengkil
at
Tepi rata

mengkil
at
Tepi rata

mengkil
at
Tepi rata

mengkil
at
Tepi rata

mengkil
at
Tepi rata

mengkil
at
Tepi rata

mengkil
at
Tepi rata

mengkil
at
Tepi rata

mengkil
at
Tepi rata

Cembun
g
Pink
(Tepi
Putih)
-

Cembun
g
Pink
(Tepi
Putih)
-

Cembun
g
Merah

Cembun
g
Pink
(Tepi
Putih)
-

Cembun
g
Putih

Cembun
g
Merah

Cembun
g
Merah

-

-

Cembun
g
Pink
(Tepi
Putih)
-

Cembun
g
Pink
(Tepi
Putih)
-

-

-

Inokulasi pada media MCA terdapat beberapa koloni yang berbeda. Pada
sampel 1 dan 2 hanya terdapat 1 koloni. Sampel 3 terdapat 3 koloni dengan
perbedaan parameter warna koloni yaitu merah, pinkdengan tepi putih dan putih.
Sampel 4 dan 5 terdapat 2 koloni berbeda dengan perbedaan parameter warna
yaitu merah dan pink dengan tepi putih.

Gambar 5 Koloni yang terbentuk pada media MCA

Setiap koloni yang tumbuh pada media agar darah maupun MCA di
biakkan kembali ke agar miring TSA sebagai biakan murni isolat. Agar miring
yang telah diinokulasi dimasukkan kedalam inkubator selama 24 jam pada suhu
37°C. TSAberfungsi sebagai salah satu media yang umum digunakan dalam
prosedur bakteriologi seperti untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan
untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni(Dwidjoseputro 1994). Lay
(1994) menyatakan bahwa biakkan murni merupakan biakan yang hanya
mengandung satu jenis bakteri.Hasil pengamatan makroskopis disajikan pada
Tabel 4 dan Tabel 5. Untuk mengetahui kemurnian yang dari isolat yang ditanam
pada TSA dilakukan pengamatan secara makroskopis pada sifat pertumbuhannya
dan pengamatan secara makroskopis.

10
Tabel 4 Hasil pengamatan dari agar darah ke TSA
Parameter
Jumlah
Pertumbuhan
Warna
Sifat tembus
cahaya

A.1
Subur

B.1
Subur

B.2
Subur

C.1
Subur

Agar Darah
C.2
Subur

D.1
Subur

D.2
Subur

E.1
Subur

E.2
Subur

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Krem
Opaque

MCA
C.3
D.1
Subur
Subur

D.2
Subur

E.1
Subur

E.2
Subur

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Tabel 5 Hasil pengamatan dari MCA ke TSA
Morfologi
Koloni
Jumlah
Pertumbuhan
Warna
Sifat tembus
cahaya

A.1
Subur

B.1
Subur

C.1
Subur

C.2
Subur

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Krem
Opaque

Penanaman koloni ke media agar miring TSA baik dari koloni agar darah
maupun dari MCA menghasilkan pertumbuhan yang subur dan seragam.

Pewarnaan Gram
Koloni yang telah tumbuh pada media agar miring dilakukan pewarnaan
Gram untuk melihat bentuk, susunan dan sifat Gram. Pewarnaan Gram dilakukan
pada setiap koloni dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
Bakteri Gram positif akan terlihat berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif
berwarna merah (Lay 1994). Hasil pengamatan mikroskopis pada setiap koloni
dengan pewarnaan Gram disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari agar darah
Morfologi
Koloni
Bentuk
Susunan
Gram
Spora

A.1
Batang
Halus
Tunggal
Negatif

B.1
Batang

B.2
Batang

C.1
Batang

BA
C.2
Batang

D.1
Batang

D.2
Batang

Berantai
Positif
+

Berantai
Positif
+

Berantai
Positif
+

Berantai
Positif
+

Berantai
Positif
+

Berantai
Positif
+

E.1
Batang
Halus
Tunggal
Negatif

E.2
Batang
Berantai
Positif
+

Dari pengamatan mikroskopis terdapat dua morfologi yang berbeda yakni
batang dan batang halus. Dua bakteri gram negatif yakni A.1 dan E.1 memiliki
susunan tunggal, sedangkan bakteri Gram Positif yakni B.1, B.2, C.1, C.2, C.3,
D.1, D.2, dan E.2 memiliki susunan berantai.
Tujuh sampel yang menghasilkan Gram positif dan memperlihatkan
bentuk batang dan berspora pada pengamatan mikroskopis. Berdasarkan diagram
alir identifikasi bakteri oleh Bergey dan Breed (1994); Lay (1994), dapat
disimpulkan 7 sampel tersebut merupakan genus Bacillus sp.. Menurut Wongsa
dan Werukhamkul (2007), Bacillus sp. merupakan bakteri berbentuk batang,
bersifat Gram Positif. Bacillus sp.juga menghasilkan spora yang merupakan ciri
khas bakteri ini.
Bacillus sp. yang teridenfikasi pada kloaka imago A. atlasdiduga berasal
dari lingkungan yaitu tanah karena menurut Pelczar dan Chan(1986),Bacillus sp.

11
dapat dijumpai di tanah dan di air. Pada penelitian Anand et al. (2010), Bacillus
sp. di temukan pada larva instar ke lima dan merupakan flora normal pada
Bombyx mori. Bakteri yang terdapat pada tahap larva ini diduga bertahan dan
menyebar dalam tubuh A. atlas hingga imago karena menurut Keynan dan Sandler
(1983), Bacillus sp. mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap faktor kimia dan
fisika, seperti suhu ekstrim, alkohol, dan sebagainya.
Dari pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari MCA di
dapatkan 2 bentuk morfologi yakni batang halus dan batang yang didominasi
bentuk batang. Susunan tidak terdapat perbedaan yakni tunggal. Sifat Gram juga
tidak terdapat perbedaan yakni negatif karena media MCA menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif (Lay 1994). Hasil pengamatan mikroskopis
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil pengamatan mikroskopis pada koloni yang berasal dari MCA
Morfologi
Koloni
Bentuk
Susunan
Gram

A.1
Batang
Halus
Tunggal
Negatif

B.1
Batang

C.1
Batang

C.2
Batang

MCA
C.3
D.1
Batang
Batang

D.2
Batang

E.1
Batang

E.2
Batang

Tunggal
Negatif

Tunggal
Negatif

Tunggal
Negatif

Tunggal
Negatif

Tunggal
Negatif

Tunggal
Negatif

Tunggal
Negatif

Tunggal
Negatif

Identifikasi Bakteri
Lima koloni yang berbeda pada pengamatan makroskopis maupun
mikroskopis dipilih untuk selanjutnya dilakukan identifikasi bakteri menggunakan
uji biokimia. Uji biokimia hanya dilakukan pada isolat yang bersifat Gram negatif.
Lima koloni yang dipilih yakni 2 sampel berasal dari agar darah yang
menghasilkan hemolisis (A.1) dan yang tidak mengalami hemolisis (E.1). 3
sampel lainnya berasal dari MCA yaitu koloni yang berwarna merah (C.1), pink
dengan tepi putih (C.2) dan putih (C.3).
Tabel 8 Hasil uji Indol, TSIA, Oksidase, Urea, Sitrat dan VP
Koloni
A.1
(BA)
E.1
(BA)
C.1
(MCA)
C.2
(MCA)
C.3
(MCA)

Indol

Motilitas

TSIA
Butt
Gas
Asam
+

Oksidase

Urea

Sitrat

VP

H2S
-

+

-

+

-

-

-

Slant
Asam

-

-

Asam

Asam

+

-

+

-

+

-

-

-

Basa

Basa

+

-

+

-

+

+

-

-

Basa

Basa

+

-

+

-

+

+

-

-

Basa

Basa

+

-

+

-

+

+

Uji biokimia yang pertama dilakukan yakni uji Oksidase yang berfungsi
untuk mengetahui ada tidaknya enzim oksidase (MacFaddin2000). Selain itu, uji
oksidase berfungsi untuk membedakan bakteri Enterobactericeae jika hasilnya
negatif dan non-Enterobactericeaejika hasilnya positif (Bergey dan Breed 1994).
Isolat yang telah diuji oksidase menghasilkan hasil positif pada semua sampel.
Hal ini menjelaskan bahwa bakteri yang terdapat pada sampel termasuk dalam
famili
Enterobactericeae.
Selanjutnya,
untuk
membedakan
famili

12
Enterobactericeaedilakukan uji lain yaitu uji TSIA, uji Indol, uji Sitrat, uji Urea
dan fermentasi karbohidrat serta uji VP sebagai tambahan (Lay 1994).

Gambar 6 Uji Oksidase

Uji TSIA berperan untuk melihat kemampuan bakteri dalam memfermentasi
karbohidrat serta kemampuan menghasilkan H2S dan gas (MacFaddin2000). Hasil
uji TSIA dapat dilihat pada Tabel 7. Uji TSIA dari 2 isolat yakni isolat A.1 dan
E.1 menghasilkan slant asam dan butt asam dengan gas positif dan tidak
menghasilkan H2S. Hasil tersebut mengarah pada 8 bakteri yakni Aeromonas sp.,
E. Coli, Klebsiella pneumoniae, Citrobacter intermedius, Proteus rettgeri,
Serratia sp. dan Erwinia herbicola(Jang et al 1976). Uji TSIA pada 3 isolat (C.1,
C.2, dan C.3) lainnya menghasilkan slant basa dan butt basa dengan gas positif
dan tidak menghasilkan H2S. Hasil ini mengarah pada 5 genus bakteri yakni
Alcaligenes sp., Bordetella sp., Pseudomonas sp., Flavobacterium sp. dan
Chromobacterium sp (Jang et al. 1976).

Gambar 7 Uji TSIA

Uji biokimia selanjutnya yakni uji urea. Uji urea bertujuan untuk melihat
kemampuan bakteri dalam mengurai urea menggunakan enzim urease
(MacFaddin2000). Semua isolat yang diuji urea menghasilkan hasil negatif. Dari

13
hasil ini, isolat A.1 dan E.1 mengarah pada Aeromonas sp. dan E. Coli (Jang et al
1976). Isolat C.1, C.2 dan C.3 mengarah pada Alcaligenes sp., Pseudomonas sp.,
Flavobacterium sp. dan Chromobacterium sp. (Jang et al. 1976).

Gambar 8 Uji Urea

Setelah uji Urea, dilakukan uji indol berfungsi untuk melihat kemampuan
bakteri dalam memecah asam amino tryptophan menggunakan enzim
tryptophanase (Isenberg dan Sundheim 1958). Hasil uji indol dapat dilihat pada
tabel 7. Hasil negatif dari uji indol pada isolat A.1 dan E.1 mengarah pada
Aeromonas sp. (Jang et al 1976). Hasil negatif juga ditemukan pada isolat C.1,
C.2 dan C.3 yang mengarah pada Alcaligenes sp., Pseudomonas sp. dan
Chromobacterium sp. (Jang et al. 1976).

Gambar 9. Uji Indol

Uji Sitrat berfungsi untuk mendeteksi kemampuan bakteri dalam
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon tunggal dan energi (MacFaddin2000).
Uji sitrat menghasilkan hasil positif pada semua isolat. Isolat A.1 dan E.1 masih
mengarah Aeromonas sp. sedangkan isolat C.1, C.2 dan C.3 mengarah ke genus
Pseudomonas sp. (Jang et al. 1976).

14

Gambar 10 Uji Sitrat

Uji VP merupakan uji tambahan yang dilakukan. Uji ini dilakukan untuk
mendeteksi adanya butylene glycol yang diproduksi bakteri(Madigan dan
Martinko2008). Menurut Spring (2009), isolat A.1 dan E.1 menghasilkan hasil
negatif mengarah ke genus Aeromonas sp.. Pada sampel C.1, C.2 dan C.3
menghasilkan hasil positif pada uji VP yang mengarah pada genus Pseudomonas
sp.

Gambar 11 Uji VP

Uji gula-gula untuk mendeteksi kemampuan bakteri dalam memfermentasi
karbohidrat (Volk dan Wheeler 1993). Hasil uji fermentasi karbohidrat dapat
dilihat pada tabel 8. Isolat A1 dan E.1 mampu memfermentasikan semua uji dan
memperlihatkan adanya gas pada tabung durham namun pada isolat C.1, C.2 dan
C.3 yang diuji hanya mampu memfermentasi sukrosa, glukosa, maltosa dan
manitol serta terbentuk gas pada tabung durham, sedangkan uji laktosa tidak
terfermentasi tetapi terbentuk gas.

15
Tabel 9 Hasil uji kaldu gula-gula
Koloni
A.1
(BA)
E.1
(BA)
C.1
(MCA)
C.2
(MCA)
C.3
(MCA)

Sukrosa
Asam/Gas

Laktosa
Asam/Gas

Uji Karbohidrat
Glukosa
Asam/Gas

Manitol
Asam/Gas

Maltosa
Asam/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Basa/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Basa/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Basa/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Asam/Gas

Gambar 12 Hasil uji kaldu gula-gula

Berdasarkan hasil semua uji biokimia dapat disimpulkan bahwa isolat A.1
dan E.1 mengarah pada genus Aeromonas sp.. Isolat C.1, C.2 dan C.3 mengarah
pada genus Pseudomonas sp.. Aeromonas sp. merupakan bakteri gram negatif,
berbentuk batang dan bersifat non-spora. Bakteri ini termasuk dalam famili
Vibrionaceae (Popoff 1984). Bakteri Aeromonas sp. yang berhasil diisolasi dan
diidentifikasi pada kloaka ulat sutera liar A. atlas berasal dari lingkungan sekitar.
Hal ini karena daerah Purwakarta merupakan salah satu daerah yang telah
tercemar bakteri Aeromonas sp. (BKIPM 2011). Bakteri ini merupakan salah satu
flora normal pada saluran pencernan Bombyx mori yang berfungsi sebagai
pendegradasi polysakarida (Anand et al. 2010). Bakteri ini dapat menyebabkan
diare dan cellulitis jika terinfeksi pada manusia (Janda dan Duffey 1988). Akan
tetapi, kemampuan Aeromonas sp. menyebabkan penyakit dipengaruhi oleh
jumlah paparan, usia, imunokompetensi, dosis infeksi dan faktor virulensi yang
menginfeksi organisme (Nichols et al. 1996).

16

Gambar 13 Aeromonas sp., pewarnaan Gram, perbesaran objektif 100x

Genus Pseudomonas sp. merupakan bakteri Gram negatif. Bakteri ini
berbentuk batang dan memiliki flagella yang berperan dalam patogenisitasnya
(Arwiyanto et al. 2007). Pseudomonas sp. yang berhasil disolasi dan diidentifikasi
berasal dari lingkungan sekitar karena bakteri ini banyak ditemukan di lingkungan
seperti air, tanah, dan tanaman (Palleroni 1992, Schroth et al. 1992).Berdasarkan
penelitian Sakthivel et al. (2012), Pseudomonas sp. juga ditemukan pada ulat
sutera spesies lain yakni Bombyx mori. Selain itu, pada penelitian Anand et al.
(2010), juga menemukan bakteri Pseudomonas sp. pada saluran pencernaan
Bombyx mori.
Pseudomonas sp. merupakan bakteri yang patogen karena dapat
menginfeksi saluran pernafasan, saluran pencernaan dan kornea (Driscoll et al.
2007). Kemampuan Pseudomonas sp. menyerang jaringan tergantung pada
produksi enzim dan toksin yang merusak barier fisik dan sel-sel inang serta serta
resistensi terhadap fagositosis dan pertahanan kekebalan tubuh inang (Kipnis et al.
2006).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Isolasi dan identifikasi bakteri pada kloaka imago betina ulat sutera liar A.
atlas mendapat 3 genus bakteri yakni Bacillus sp., Aeromonas sp. dan
Pseudomonas sp.
Saran
Penelitian berikutnya diharapkan dapat melakukan uji yang lebih spesifik
terhadap bakteri pada kloaka imago betina ulat sutera liar A. atlas, sehingga dapat
diketahui jenis bakteri hingga tahap spesies. Dengan penelitian ini disarankan
dalam budidaya agar melakukan desinfeksi terlebih dahulu pada telur-telur yang
diproduksi untuk mencegah terjadinya penularan bakteri yang terdapat pada
imago.

17
DAFTAR PUSTAKA
Anand AAP, Vennison SJ, Sankar SG, Prabhu DIG, Vasan PT, Raghuraman T,
Geoffrey CJ, Vendan SE. 2010. Isolation and characterization of bacteria
from the gut of Bombyx mori that degrade cellulose, xylan, pectin, and
starch and their impact on digestion. Journal of Insect Science 10:107.
Arnaut RI., Vauterin L, De Vos P, Massart D.L, Devriese L.A, De Zutter L, Van
Hoof J. 1999. A numerical taxonomic study of the Pseudomonas flora
isolated from poultry meat. J Appl Microbiol. 87: 15-28.
Arwiyanto T, Maryudani YMS, Azizah NA. 2007. Sifat-sifat fenotipik
Pseudomonas fluoresen, agensia pengendalian hayati penyakit lincat pada
tembakau temanggung. Biodiversita. 8:147-151.
Awan A. 2007. Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera:
Saturniidae) dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional [disertasi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Bergey DH, Breed RS. 1994. Identification flow charts Bergey’s manual of
determinative bacteriology. [internet]. [diunduh 1 september 2014].
Tersedia
pada:
http://www.uiweb.uidaho.edu/micro_biology/
250/IDFlowcharts.pdf.
BKIPM [Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu]. 2011. Stasiun karantina
ikan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan kelas II Cirebon.
[internet].
[diunduh
1
September
2014].
Tersedia
pada :http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipm/profil/upt/37.0/Stasiun%20Kara
ntina%20Ikan%20Kelas%20II%20Cirebon.html.
Borror. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta (ID) : Gajah Mada Pr.
Brooks,GF. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Pertama. Jakarta (ID): Salemba
Medika
Buchanan RE, Gibbons. 2006. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology.
Baltimore (US): Woverly.
Difco M. 1984. Dehydrated culture media and reagents for microbiology, 10th
ed.Detroit (US): Difco Laboratories.
Driscoll JA, Brody SL, Kollef MH. 2007. The epidemiology, pathogenesis and
treatment of Pseudomonas aeruginosa infections. Drugs. 67(3):351-68
Dwidjoseputro D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID) : Djambatan.
Fischetti AV, RP Novick, JJ Ferreti, DA Portnoy,JI Rood. 2000. GramPositife.
Washington (US): ASM Pr
Gillespie, Stephen, Kathleen Bamford. 2008. At a Glance Mikrobiologi Medis dan
Infeksi Edisi Ketiga. Jakarta (ID) : Erlangga
Isenberg H. D., and L. H. Sundheim. 1958. Indole reactions in bacteria. J.
Bacteriol. 75:682–690.
Janda JM, Duffey PS (1988). Mesophilic aeromonads in human disease: current
taxonomy, laboratory identification, and infectious disease spectrum.
Reviews in Infectious Diseases, 10:980–987.
Jang SS, Biberstein EL, Hirsh DC. 1976. A Manual of Vetrinary Clinical
Bacteriology and Miology. Davis (US) : Univercity of California
Jawetz E, JL Melnick, EA Adelberg, GF Brooks, JS Butel, LN Ornston,
1995.Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20. SanFrancisco (US) : University of
California,

18
Keynan, A. and N. Sandler 1983. The Bacterial Spore, vol 2. (Hurst, A. and
Gould, G. W., eds). New York (US) : Academic Press.
Kipnis E, Sawa T, Wiener-Kronish J.2006.Targeting mechanisms of pseudomonas
aeruginosa pathogenesis. Médecine et maladies infectieuses. 36: 78–91.
Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta (ID): Raja Grafindo
Persada.
MacFaddin JF.2000. Biochemical Tests for the Identification of Medical Bacteria,
3rd ed.Philadelphia (US) : Lippincott Williams & Wilkins.
Madigan, M. T., and J. M. Martinko. 2008. Brock biology of microorganisms,
12th ed. New Jersey (US) : Benjamin Cummings, Upper Saddle River.
Mulyani N. 2008. Biologi Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) Dengan Pakan
Daun Kaliki (Ricinus communis L.) dan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
di Laboratorium [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Nichols GL et al. 1996. Health Significance of Bacteria in Distribution Systems
Review of Aeromonas. London (UK) : Water Industry Research Ltd
(Report DW-02/A).
Palleroni NJ. 1992. Present situation of the taxonomy of aerobic pseudomonads.
Di dalam:E. Galli, S. Silver, and B. Witholt, editor. Pseudomonas
Molecular Biology and Biotechnology. Washington (DC): ASM Press.
Peigler RS. 1989. A Revision of The Indo-Australian Genus Attacus. California
(US): The Lepidoptera Researc Foundation, Inc.
Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta (ID) : Erlangga
Pelczar MJ, ECSChan. 1986. Microbiology.New York (US) :MC Graw Hill Book
Company.
Popoff M. 1984. Genus III Aeromonas Kluyver and van Niel 1936 398AL. In:
Krieg NR, Holt JG, eds. Bergey’s manual of systematic bacteriology, Vol.
1.Baltimore (US) : Williams & Wilkins: 545–548.
Purves Bill, Sadava D. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition. Sinauer
Associates Inc. New York.
Rianto F. 2009. Performa reproduksi imago Attacus atlas L. yang berasal dari
perkebunan teh Purwakarta [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Riskomar D. β000. Soleh:”Kesulitan Bahan Baku untuk Memenuhi Pesanan
Barang”. Mitra Bisnis. Minggu III April 2000 hal 8 kolom 1-4.
Sakthivel S, Angaleswari C, Mahalingam PU. 2012. Isolation and identification of
bacteria responsible for flacherie in silkworms. Adv Appl Sci Res. 3:40664068
Schroth M, D C Hildebrand, N. Panopoulos. 1992. Phytopathogenic
pseudomonads and plant-associated pseudomonads. Di dalam:A. Balows,
H G. Trüper, M. Dworkin, W. Harder, and K.-H. Schleifer, Editor. Ney
York (US) The Prokaryotes, 2nd ed. Springer-Verlag. New York (US),
NY. 3:3104–3131.
Singleton, Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology
3rd Edition.England (UK) J Wiley.
Smith
Keary PF.
1988.Genetic Elements
in
Escherichia
coli,
MacmillanMolecular biology series. London (UK), p. 1-9, 49-54

19
Spring. 2009. Microbiology 20 Biochemical Unknown. [internet]. [diunduh 6
September
2014].
Tersedia
pada:
http://www.lamission.
edu/lifesciences/Steven/Biochemical%20Unknown%20guidelines.pdf
Tay L, KT Goh, SETan. 2008. An Outbreak of Bacillus cereusfood poisoning.
Singapore Medical Journal.23(04):214-217.
Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. Borror and Delong’s Introduction to the Study
of Insect. Seventh Edition. USA: Tomson Brooks/Cole.
Vecchi
E
D,
L
Dargo.
2006.
Lactobacillus
sporogenes
or
Bacilluscoagulans:Misidentification or Mislabelling?. International
Journal of Probiotics and Prebiotics. 3(1):3-10.
Volk and Wheleer. 1993. Analisis Praktikum Mikrobiologi Umum untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta (ID) : UGM Press.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang (ID) : Universitas
Muhammadiyah Press : Malang
Wongsa P, P Werukhamkul. 2007. Product Development and Technical
Service, Biosolution International. Thailand : Bangkadi Industrial Park
134/4.

20
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Januari 1993 dari ayah bernama
Syahruddin dan ibu bernama Nurrahmah di Sanggatta, Kabupaten Kutai Timur,
Kalimantan Timur. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Penulis
menyelesaikan sekolah dasar di SD Negeri 001 Sangatta Selatan dan lulus pada
tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan ke SMP YPPSB (Yayasan Pendidikan
Prima Swarga Bara) dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan sekolah
menengah atas di SMA Negeri 1 Sangatta Selatan dan lulus pada tahun 2010.
Penulis diterima sebagai mahasiawa Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Beasiswa Utusan Daerah (BUD).
Selama kegiatan perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi yakni
Himpunan Minat Profesi Satwa Liar sekaligus anggota divisi Kominfo tahun
2012/2013, Badan Eksekutif Mahasiswa FKH IPB sebagai kepala depatemen
Budaya, Olahraga dan Seni (BOS) taun 2013/1014.

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang diapit oleh dua benua yakni benua Asia
dan Australia serta diantara 2 samudra yakni Samudera Pasifik dan Hindia. Selain
itu, Indonesia juga terletak pada 60 LU, 110 LS, 97-1410 BT. Indonesia menjadi
negara yang berbasis pertanian karena letak yang sangat strategis dan memiliki
kesuburan tanah yang tinggi. Selain itu, lingkungan tropis membuat banyak flora
dan fauna dapat hidup dengan baik di Indonesia. Salah satu hasil pertanian yang
memiliki nilai jual tinggi adalah sutera. Menurut Riskomar (2000), permintaan
dan harga sutera yang berasal dari ulat sutera liar lebih tinggi dibandingkan sutera
biasa. Hal ini karena memiliki warna benang sutera yang menarik yaitu cokelat
keemasan, lebih mengkilat, dan harga jual kokon yang tinggi (Rianto 2009). Salah
satu ulat sutera liar yang mulai banyak dibudidayakan adalah Attacus atlas (A.
atlas).
Keindahan serta keunggulan yang dimiliki sutera yang berasal dari Attacus
atlas menyebabkan permintaan terhadap sutera tersebut cukup tinggi sehingga
kebutuhan kokon pun menjadi ikut meningkat sedangkan produksi kokon belum
banyak. Saat ini kebanyakan kokon A. atlas diambil dari alam, jika hal ini di
lakukan terus menerus akan menyebabkan kelangkaan ulat sutera liar A. atlas. Di
alam tingkat keberhasilan budidaya A. atlas masih rendah. Hal ini dikarenakan
perubahan lingkungan yang tidak menentu (anomali cuaca) serta pengaruh
predator, parasite,dan faktor penyebab lainnya (Rianto 2009), sehingga diperlukan
pembudidayaan yang tepat agar kelangkaan tersebut dapat dihindari dan dapat
meningkatkan nilai ekonomi.
Dewasa ini banyak penyakit dari hewan liar yang muncul dan menjadi
outbreak di dunia seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), ebola, dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Hal ini harus diwaspadai
keberadaannya karena ditakutkan zoonosis ke manusia dan hewan lainnya. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengamatan keberadaan bakteri pada A. atlas agar
dapat diketahui jenis bakteri dan sifatnya sehingga dapat dilakukan pencegahan
penularan ke manusia atau ke hewan lainnya.Kloaka merupakan salah satu bagian
tubuh yang penting karena dalam reproduksi A. atlas kloaka akan menjadi saluran
utama untuk mengeluarkan telur, apabila kloaka terkontaminasi maka akan ikut
mengkontaminasi telur tersebut. Telur yang terkontaminasi akan mempengaruhi
perkembangan telur selanjutnya dan dapat membahayakan pembudidayanya.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bakteri yang terdapat dalam
kloakaimago betina ulat sutera liar Attacus atlas.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi
mengenai bakteri yang terdapat pada kloaka imago betina ulat sutera liar Attacus
atlas.

TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas)

Pengembangan pemanfaatan ulat sutera liar dimulai tahun 1995 di
Yogyakarta. Salah satu yang yang telah dimanfaatkan adalah Attacus atlas.
Taksonomi A. atlas menurut Peigler (1989), sebagai berikut:
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Saturniidae
: Attacus
: Attacus atlas

Attacus atlas merupakan serangga dari ordo Lepidoptera yang ukuran
tubuhnya besar, sehingga sering disebut kupu-kupu gajah (si rama-rama). Attacus
atlas merupakan serangga nokturnal yang tersebar hampir diseluruh Indonesia
karena memiliki adaptasi lingkungan tropis yang cukup baik (Awan 2007). A.
atlas merupakan serangga yang poikiloterm dimana suhu tubuhnya berfluktuasi
sesuai dengan suhu lingkungan sehingga fluktuasi suhu dan kelembaban sangat
menentukan keberhasilan hidup larva selama pemeliharaan. Kelembaban dan
aliran udara juga mempengaruhi suhu tubuhnya. Bila tidak ada aliran udara diatas
tempat pemeliharaan, suhu tubuh ulat akan meningkat sejalan dengan
meningkatnya suhu lingkungan (Mulyani 2008).
Attacus atlas adalah serangga holometabola yang melewati stadia telur,
larva, pupa dan imago (Triplehorn & Johnson 2005). Menurut Peigler (1989),
siklus hidup A. atlas tersaji pada Gambar 1

Gambar 1 Siklus hidup Attacus atlas (sumber: Peigler 1989)

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi
mengenai bakteri yang terdapat pada kloaka imago betina ulat sutera liar Attacus
atlas.

TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas)

Pengembangan pemanfaatan ulat sutera liar dimulai tahun 1995 di
Yogyakarta. Salah satu yang yang telah dimanfaatkan adalah Attacus atlas.
Taksonomi A. at

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus alba Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

1 55 65

Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus cathayana Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

1 72 79

Efisiensi Konsumsi Pakan Dan Laju Respirasi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera: Bombicidae) Yang Diberi Daun Murbei (Morus sp.) Yang Mengandung Vitamin B1 (TIAMIN)

4 76 78

Pengendalian Ulat Daun Plutella xylostella (Lepidoptera: Plutellidae ) dan Ulat Krop Crocodolomia binotafis (Lepidoptera: Pyralidae) dengan jamur Beauveria bassiana Pada Tanaman Kubis

0 25 143

Isolasi Dan Identifikasi Berbagai Bakteri Patogen

11 130 29

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ulat Sutera (Bombyx mori L.) 2.1.1. Klasifikasi Ulat Sutera (Bombyx mori L.) - Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus cathayana Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

0 2 10

Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus cathayana Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ulat Sutera (Bombyx mori L.) - Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus alba Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

0 1 10

Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus alba Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

0 0 11

Efisiensi Konsumsi Pakan Dan Laju Respirasi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera: Bombicidae) Yang Diberi Daun Murbei (Morus sp.) Yang Mengandung Vitamin B1 (TIAMIN)

0 0 35