Tradisi Thedak Siten Jawa dalam Pengembangan Karakter

(1)

31

Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

TRADISI THEDAK SITEN JAWA DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER

Andi Wete Polili

Mahasiswa Program Doktor Linguistik FIB USU wetepolili_andi@yahoo.com

Abstrak

Manusia adalah mahluk yang berbudaya, karena kebudayaan merupakan pendorong didalam tingkah laku manusia dalam hidupnya. Nilai-nilai luhur dari kebudayaan inilah yang telah di wariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya melalui berbagai adat istiadat yang khusus.Tradisi tedak siten merupakan rangkaian upacara kelahiran adat Jawa. Upacara tedak siten menggambarkan perjalanan hidup seseorang, berawal dari masih di dalam lindungan orang tua sepenuhnya (dikurung di kandang ayam), kemudian ketika dia sudah mulai bisa memobilitas dirinya sendiri (berjalan di atas juwadah), dia akan mulai berjalan meniti tangga kehidupan (naik tangga) dan memilih jalan hidupnya sendiri (mengambil barang untuk dipilih). Karena begitu tinggi makna dan nilai yang dikadung oleh tradisi tersebut maka penulis tertarik untuk memaparkan tradisi ini. Kata Kunci: Tradisi, Thedak Siten

PENDAHULUAN

Berkaitan dengan hal di atas, setiap kelompok masyarakat pada umumnya mempunyai konsep tersendiri. Pada berbagai kebudayaan ada beberapa upacara khusus yang sering dilakukan untuk mencegahadanya perubahan kehidupan yang merupakan saat-saat penuh bahaya, baik bahaya yang nyata maupun gaib.

Di dalam kebudayaan Jawa juga mengenal upacara-upacara kehidupan, yaitu mulai dari upacara masa hamil, upacara kelahiran, upacara perkawinan, hingga upacara kematian yang harus dilaksanakan. Pelaksanaan upacara-upacara tersebut bagi masyarakat Jawa pada dasarnya untuk memenuhi krenteg dan karep (niat dan kehendak). Salah satu upacara yang di lakukan oleh masyarakat Jawa ketika memasuki babak baru dalam tingkat kehidupannya adalah upacara yang berkenaan dengan kelahiran seorang anak.

Pengharapan tinggi terhadap seorang anak (terutama anak pertama) merupakan kebahagian tersendiri. Untuk itu setelah anak tersebut lahir selalu ada upacara-upacara yang di lakukan sebagai usaha penjagaan terhadap anak, di antaranya adalah upacara ketika anak menginjakan tanah untuk yang pertama kalinya atau yang sering disebut dengan upacara Tedhak Siten. Upacara Tedhak Siten adalah suatu acara memperkenalkan anak untuk pertama kalinya pada bumi atau tanah dengan maksud anak tersebut mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupannya kelak.


(2)

32 PEMBAHASAN

Tradisi Adat Jawa Tedak Siten

Apabila seorang anak sudah berumur tujuh atau delapan bulan biasanya diadakan upacara tedak siten. Tedak Siten sendiri berasal dari kata Tedak yang berarti menapakkan kaki atau langkah, dan Siten yang berasal dari kata siti berarti tanah. Maka, Tedak Siten adalah turun ke tanah. Tradisi Tedak Siten ini merupakan upacara memperkenalkan anak untuk pertama kalinya pada tanah/bumi, dengan maksud anak tersebut mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupan. Ritual ini menggambarkan kesiapan seorang anak (bayi) untuk menghadapi kehidupannya.

Pada umumnya upacara dilangsungkan pada pagi hari di halaman rumah. Pada upacara ini kehadiran orang tua dan keluarga adalah sangat penting untuk memberikan doa kepada anak. Tedak Siten juga sebagai bentuk pengharapan orang tua terhadap buah hatinya agar si anak kelak siap dan sukses menjalani kehidupan yang penuh dengan rintangan dan hambatan dengan bimbingan orang tuanya. Ritual ini sekaligus sebagai wujud penghormatan terhadap siti (bumi) yang memberi banyak hal dalam kehidupan manusia.

Dalam hal ini, kita dapat melihat salah satu contoh penerapan upacara Tedak Siten ini pada anak laki-laki dari keluarga bapak Zulkarnain Depari dan Ibu Melianne Meliawaty. Mereka membuat sebuah prosesi Tedak Siten untuk anak mereka yang bernama Zahra Putri Zulkarnain Depari dan Zahaira Putri Zulkarnain Depari. Acara ini berlangsung di jalan Gunung Sibayak, no 39, Binjai.

1) Perlengkapan yang perlu dipersiapkan:  Sesaji pada upacara ini yang terdiri dari :

nasi tumpeng dengan sayur mayur - jenang merah dan putih

- jenang boro-boro - jajan pasar lengkap

Juwadah (uli) tujuh macam warna yaitu merah, putih, hitam, kuning, biru, jambon (jingga), ungu.

Sekar (bunga) setaman yang ditempatkan dalam bokor besar dan tanah.  Tangga yang dibuat dari batang tebu merah hati.

 Sangkar ayam (kurungan ayam) yang dihiasi janur kuning atau kertas hias warna-warni.  Padi, kapas, sekar telon (tiga macam bunga misalnya melati, mawar dan kenanga).  Beras kuning, berbagai lembaran uang.

 Bermacam-macam barang berharga (seperti gelang, kalung, peniti dan lain-lain).

 Barang yang bermanfaat (misalnya buku, alat-alat tulis dan sebagainya) yang dimasukkan ke dalam Sangkar.


(3)

33

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014 2) Pelaksanaan Upacara:

1. Dititah

Foto diatas diambil oleh seorang mahasiswa Universitas Negeri Medan bernama Melissa Citrawati yang berumur 20 tahun pada tanggal 11 September 2011 pada pelaksanaan tradisi Tedak Siten dari Zahra Putri Zulkarnain dan Zahaira Putri Zulkarnain di Binjai,

pada saat prosesi “Dititah”.

Pada tahap ini, anak dibimbing berjalan (dititah) dengan kaki menginjak-injak juwadah (uli) yang berjumlah tujuh warna. Artinya agar kelak setelah dewasa selalu ingat tanah airnya. Adapun pada tahap pertama ini, orang tua dari anak tersebut harus mengucapkan beberapa mantra, seperti:

Monggo, bapae gantosan kalian ibue nitah putrane melampah-melampah midak wajik, engkang werno-werno”.

2. Naek Tebu Wulung

Kemudian anak tersebut dinaikkan ke tangga yang terbuat dari tebu wulung (merah hati).

Artinya agar ia mendapat kehidupan sukses dan dinamis setahap demi setahap. Adapun pada tahap kedua ini, orang tua dari anak tersebut harus mengucapkan beberapa mantra, seperti:

Sak sampunipun lajeng nitah putrane mingkah dipun damel sakeng tebu”. 3. Masuk ke kurungan ayam

Foto diatas diambil oleh seorang mahasiswa Universitas Negeri Medan bernama Melissa Citrawati yang berumur 20 tahun pada tanggal 11 September 2011 pada

pelaksanaan tradisi Tedak Siten dari Zahra Putri Zulkarnain dan Zahaira Putri Zulkarnain di Binjai, pada saat prosesi “masuk ke kurungan ayam”


(4)

34

Selanjutnya pada tahap ini, anak dimasukkan ke dalam kurungan ayam bila anak tidak mau masuk maka perlu di temani ibu atau pengasuhnya. Di dalam kurungan telah dimasukkan berisi padi, gelang, cincin, alat-alat tulis, kapas, wayang kulit dan mainan. Kemudian orang tua dan keluarga menanti sampai bayi tersebut mengambil benda yang dipilihnya. Benda yang pertama kali diambil sang bayi akan melambangkan kehidupannya kelak. Adapun pada tahap ketiga ini, orang tua dari anak tersebut harus mengucapkan beberapa mantra, seperti:

“Sak sampunipun dilajengngaken mlebek putrane dipun lebet taken woten kurungan pitek”.

4. Pilih benda kesayangan

Foto diatas diambil oleh seorang mahasiswa Universitas Negeri Medan bernama Melissa Citrawati yang berumur 20 tahun pada tanggal 11 September 2011 pada

pelaksanaan tradisi Tedak Siten dari Zahra Putri Zulkarnain dan Zahaira Putri Zulkarnain di Binjai, pada saat prosesi “pilih benda kesayangan”.

Setelah anak itu mengambil salah satu benda misalnya gelang emas, pertanda kelak akan menjadi orang kaya, apabila mengambil alat-alat tulis pertanda akan menjadi pegawai kantor atau orang pandai. kalau si anak mengambil mainan pesawat kelat si anak akan menjadi pilot. Kemudian pada tahap keempat ini, orang tua dari anak tersebut harus mengucapkan beberapa mantra, seperti:

Sak niki maosdungo kagem putrane pun sepados putranipun dados tiang engkang sae kagem bongso ugi nagari ugi agami”.

5. Rebut rerecehan

Setelah selesai, beras kuning dan bermacam-macam uang logam ditaburkan. Para undangan saling berebut uang yang merupakan tambahan acara yang meyemarakkan suasana.

6. Mandi air kembang

Kemudian anak dimandikan dengan air bunga setaman dengan maksud membawa nama harum keluarga di kemudian hari dan bertujuan agar ia dapat menjalani kehidupan yang bersih dan lurus.


(5)

35

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

7. Pakaian baru

Foto diatas diambil oleh seorang mahasiswa Universitas Negeri Medan bernama Melissa Citrawati yang berumur 20 tahun pada tanggal 11 September 2011 pada

pelaksanaan tradisi Tedak Siten dari Zahra Putri Zulkarnain dan Zahaira Putri Zulkarnain di Binjai, pada saat prosesi “pakaian baru”.

Setelah mandi, anak dikenakan pakaian baru yang bagus agar sedap dan menyenangkan orang tua dan para undangan.

8. Relaksasi

Foto diatas diambil oleh seorang mahasiswa Universitas Negeri Medan bernama Melissa Citrawati yang berumur 20 tahun pada tanggal 11 September 2011 pada

pelaksanaan tradisi Tedak Siten dari Zahra Putri Zulkarnain dan Zahaira Putri Zulkarnain di Binjai, pada saat prosesi “relaksasi”.

Setelah berpakaian anak didudukkan pada tikar atau karpet dan didekatkan pada barang-barang yang tadi diletakkan didalam kurungan.

9. Kur-kur

Agar anak mau mengambil barang-barang tadi maka bapak atau ibu anak itu memberi aba-aba dengan suara “kur-kur” seperti memanggil ayam disertai dengan menaburi beras kuning dan uang logam serta barang berharga disekitar anak


(6)

36 3) Makna perlengkapan yang dipakai:

1. Tangga “tebu” arti dalam bahasa Jawa “anteping kalbu” yaitu ketetapan hati dalam mengejar cita-cita agar mudah tercapai. Maknanya adalah agar sang anak mantap menjalani kehidupannya kelak yang diharapkan kian lama kian tinggi , baik usia, karier, jabatan, rohani dan pendidikannya.

2. “Juwadah” (uli) tujuh macam warna agar dapat menanggulangi berbagai kesulitan. Tujuh warna melambangkan unsur-unsur kehidupan di dunia ini yang kelak akan dilalui oleh anak. Merah perlambang berani, Putih itu Suci, Hijau itu Alam semesta, Biru itu Langit, Kuning itu cahaya, Jingga itu Matahari dan Coklat itu melambangkan bumi.

3. Kurungan ayam dimaksudkan agar anak dapat masuk ke dalam masyarakat luas dengan baik dan mematuhi segala peraturan dan adat istiadat setempat. Kenapa ayam yang dipilih? Karena ayam itu mempunyai kemampuan survivalnya tinggi. Bisa cari makan dimana saja bahkan juga mengajarkan untuk mencari makan kepada anak-anaknya, jadi mereka punya sifat mengajarkan kemandirian tidak seperti burung misalnya yang selalu „menyuapi‟ saja.

Tradisi tedak siten merupakan rangkaian upacara kelahiran adat Jawa. Upacara tedak siten menggambarkan perjalanan hidup seseorang, berawal dari masih di dalam lindungan orang tua sepenuhnya (dikurung di kandang ayam), kemudian ketika dia sudah mulai bisa memobilitas dirinya sendiri (berjalan di atas juwadah), dia akan mulai berjalan meniti tangga kehidupan (naik tangga) dan memilih jalan hidupnya sendiri (mengambil barang untuk dipilih).

KESIMPULAN

Tradisi tedak siten merupakan rangkaian upacara kelahiran adat Jawa. Upacara tedak siten menggambarkan perjalanan hidup seseorang, berawal dari masih di dalam lindungan orang tua sepenuhnya (dikurung di kandang ayam), kemudian ketika dia sudah mulai bisa memobilitas dirinya sendiri (berjalan di atas juwadah), dia akan mulai berjalan meniti tangga kehidupan (naik tangga) dan memilih jalan hidupnya sendiri (mengambil barang untuk dipilih).

Acara adat seperti ini seharusnya tetap dilestarikan,agar adat yang sudah ada sejak dahulu tidak menghilang ditelan zaman. Dikarenakan,banyaknya pengaruh budaya yang datang dari luar. Apalagi pada saat sekarang ini. Upacara adat tradisional ini sudah jarang ditemui yang melaksanakannya. Padahal,upacara adat tradisional ini memiliki makna yang penting untuk sang anak dan juga orang tua. Sang anak diajarkan untuk mengenal bumi yang akan ia pijak. Sehingga dia tidak menjadi anak yang sombong. Dia harus tau dari mana dia berasal dan dimana tempat ia tinggal dan menjalankan kehidupannya.


(7)

37

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

Oleh sebab itu,kita harus tetap melestarikannya. Agar upacara tradisional ini tetap ada dan bukan hanya sebagai sejarah di masa lampau.

ISTILAH-ISTILAH 1. Tedak :menapakkan kaki atau langkah. 2. Siten : tanah

3. Tumpeng : nasi ketan yang berwarna kuning dan dibentuk kerucut. 4. Jenang : tepung ketan yang dimasak dengan gula merah.

5. Juwadah : tape 6. Sekar : bunga

7. sekar telon : tiga macam bunga misalnya melati, mawar dan kenanga. 8. Bokor : sejenis pot bunga/ mangkok besar.

9. Tebu wulung : tebu berwarna merah hati.

10. Anteping kalbu : ketetapan hati dalam mengejar cita-cita agar mudah tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Artnculture.ilmci.com/upacara-adat-jawa Fradhika-virgantara.blogspot.com Javacultures.com

http://denmasdeni.blogspot.com/2009/04/tedhak-siten-tradisi-mengenalkan-jati.html www.anneahira.com/upacara-adat-jawa-tedhak-siten

Nara Sumber:

1. Nama : Cicik Midayanti Umur : 43 tahun

Alamat : Jl. Keramat no. 37 Lubuk Pakam 2. Nama : Zulkarnain Depari

Umur : 38 tahun

Alamat : Jl. Gunung Sibayak no. 39 Binjai 3. Nama : Melianne Melawati

Umur : 34 tahun

Alamat : Jl. Gunung Sibayak no. 39 Binjai 4. Nama : Melissa Citrawati

Umur : 20 tahun Alamat : Binjai


(8)

(9)

(1)

34

Selanjutnya pada tahap ini, anak dimasukkan ke dalam kurungan ayam bila anak tidak mau masuk maka perlu di temani ibu atau pengasuhnya. Di dalam kurungan telah dimasukkan berisi padi, gelang, cincin, alat-alat tulis, kapas, wayang kulit dan mainan. Kemudian orang tua dan keluarga menanti sampai bayi tersebut mengambil benda yang dipilihnya. Benda yang pertama kali diambil sang bayi akan melambangkan kehidupannya kelak. Adapun pada tahap ketiga ini, orang tua dari anak tersebut harus mengucapkan beberapa mantra, seperti:

“Sak sampunipun dilajengngaken mlebek putrane dipun lebet taken woten kurungan pitek”.

4. Pilih benda kesayangan

Foto diatas diambil oleh seorang mahasiswa Universitas Negeri Medan bernama Melissa Citrawati yang berumur 20 tahun pada tanggal 11 September 2011 pada

pelaksanaan tradisi Tedak Siten dari Zahra Putri Zulkarnain dan Zahaira Putri Zulkarnain di Binjai, pada saat prosesi “pilih benda kesayangan”.

Setelah anak itu mengambil salah satu benda misalnya gelang emas, pertanda kelak akan menjadi orang kaya, apabila mengambil alat-alat tulis pertanda akan menjadi pegawai kantor atau orang pandai. kalau si anak mengambil mainan pesawat kelat si anak akan menjadi pilot. Kemudian pada tahap keempat ini, orang tua dari anak tersebut harus mengucapkan beberapa mantra, seperti:

Sak niki maosdungo kagem putrane pun sepados putranipun dados tiang engkang sae kagem bongso ugi nagari ugi agami”.

5. Rebut rerecehan

Setelah selesai, beras kuning dan bermacam-macam uang logam ditaburkan. Para undangan saling berebut uang yang merupakan tambahan acara yang meyemarakkan suasana.

6. Mandi air kembang

Kemudian anak dimandikan dengan air bunga setaman dengan maksud membawa nama harum keluarga di kemudian hari dan bertujuan agar ia dapat menjalani kehidupan yang bersih dan lurus.


(2)

35

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

7. Pakaian baru

Foto diatas diambil oleh seorang mahasiswa Universitas Negeri Medan bernama Melissa Citrawati yang berumur 20 tahun pada tanggal 11 September 2011 pada

pelaksanaan tradisi Tedak Siten dari Zahra Putri Zulkarnain dan Zahaira Putri Zulkarnain di Binjai, pada saat prosesi “pakaian baru”.

Setelah mandi, anak dikenakan pakaian baru yang bagus agar sedap dan menyenangkan orang tua dan para undangan.

8. Relaksasi

Foto diatas diambil oleh seorang mahasiswa Universitas Negeri Medan bernama Melissa Citrawati yang berumur 20 tahun pada tanggal 11 September 2011 pada

pelaksanaan tradisi Tedak Siten dari Zahra Putri Zulkarnain dan Zahaira Putri Zulkarnain di Binjai, pada saat prosesi “relaksasi”.

Setelah berpakaian anak didudukkan pada tikar atau karpet dan didekatkan pada barang-barang yang tadi diletakkan didalam kurungan.

9. Kur-kur

Agar anak mau mengambil barang-barang tadi maka bapak atau ibu anak itu memberi aba-aba dengan suara “kur-kur” seperti memanggil ayam disertai dengan menaburi beras kuning dan uang logam serta barang berharga disekitar anak


(3)

36 3) Makna perlengkapan yang dipakai:

1. Tangga “tebu” arti dalam bahasa Jawa “anteping kalbu” yaitu ketetapan hati dalam mengejar cita-cita agar mudah tercapai. Maknanya adalah agar sang anak mantap menjalani kehidupannya kelak yang diharapkan kian lama kian tinggi , baik usia, karier, jabatan, rohani dan pendidikannya.

2. “Juwadah” (uli) tujuh macam warna agar dapat menanggulangi berbagai kesulitan. Tujuh warna melambangkan unsur-unsur kehidupan di dunia ini yang kelak akan dilalui oleh anak. Merah perlambang berani, Putih itu Suci, Hijau itu Alam semesta, Biru itu Langit, Kuning itu cahaya, Jingga itu Matahari dan Coklat itu melambangkan bumi.

3. Kurungan ayam dimaksudkan agar anak dapat masuk ke dalam masyarakat luas dengan baik dan mematuhi segala peraturan dan adat istiadat setempat. Kenapa ayam yang dipilih? Karena ayam itu mempunyai kemampuan survivalnya tinggi. Bisa cari makan dimana saja bahkan juga mengajarkan untuk mencari makan kepada anak-anaknya, jadi mereka punya sifat mengajarkan kemandirian tidak seperti burung misalnya yang selalu „menyuapi‟ saja.

Tradisi tedak siten merupakan rangkaian upacara kelahiran adat Jawa. Upacara tedak siten menggambarkan perjalanan hidup seseorang, berawal dari masih di dalam lindungan orang tua sepenuhnya (dikurung di kandang ayam), kemudian ketika dia sudah mulai bisa memobilitas dirinya sendiri (berjalan di atas juwadah), dia akan mulai berjalan meniti tangga kehidupan (naik tangga) dan memilih jalan hidupnya sendiri (mengambil barang untuk dipilih).

KESIMPULAN

Tradisi tedak siten merupakan rangkaian upacara kelahiran adat Jawa. Upacara tedak siten menggambarkan perjalanan hidup seseorang, berawal dari masih di dalam lindungan orang tua sepenuhnya (dikurung di kandang ayam), kemudian ketika dia sudah mulai bisa memobilitas dirinya sendiri (berjalan di atas juwadah), dia akan mulai berjalan meniti tangga kehidupan (naik tangga) dan memilih jalan hidupnya sendiri (mengambil barang untuk dipilih).

Acara adat seperti ini seharusnya tetap dilestarikan,agar adat yang sudah ada sejak dahulu tidak menghilang ditelan zaman. Dikarenakan,banyaknya pengaruh budaya yang datang dari luar. Apalagi pada saat sekarang ini. Upacara adat tradisional ini sudah jarang ditemui yang melaksanakannya. Padahal,upacara adat tradisional ini memiliki makna yang penting untuk sang anak dan juga orang tua. Sang anak diajarkan untuk mengenal bumi yang akan ia pijak. Sehingga dia tidak menjadi anak yang sombong. Dia harus tau dari mana dia berasal dan dimana tempat ia tinggal dan menjalankan kehidupannya.


(4)

37

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014 Oleh sebab itu,kita harus tetap melestarikannya. Agar upacara tradisional ini tetap ada dan bukan hanya sebagai sejarah di masa lampau.

ISTILAH-ISTILAH

1. Tedak : menapakkan kaki atau langkah.

2. Siten : tanah

3. Tumpeng : nasi ketan yang berwarna kuning dan dibentuk kerucut.

4. Jenang : tepung ketan yang dimasak dengan gula merah.

5. Juwadah : tape

6. Sekar : bunga

7. sekar telon : tiga macam bunga misalnya melati, mawar dan kenanga.

8. Bokor : sejenis pot bunga/ mangkok besar.

9. Tebu wulung : tebu berwarna merah hati.

10. Anteping kalbu : ketetapan hati dalam mengejar cita-cita agar mudah tercapai.

DAFTAR PUSTAKA Artnculture.ilmci.com/upacara-adat-jawa Fradhika-virgantara.blogspot.com Javacultures.com http://denmasdeni.blogspot.com/2009/04/tedhak-siten-tradisi-mengenalkan-jati.html www.anneahira.com/upacara-adat-jawa-tedhak-siten Nara Sumber:

1. Nama : Cicik Midayanti Umur : 43 tahun

Alamat : Jl. Keramat no. 37 Lubuk Pakam 2. Nama : Zulkarnain Depari

Umur : 38 tahun

Alamat : Jl. Gunung Sibayak no. 39 Binjai 3. Nama : Melianne Melawati

Umur : 34 tahun

Alamat : Jl. Gunung Sibayak no. 39 Binjai

4. Nama : Melissa Citrawati Umur : 20 tahun


(5)

(6)