Pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi "Nyadran"" dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

(1)

Rakasiwi, Andro Kurniawan. (2016). Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Nyadran dalam Kontek Pendidikan Karakter Kebangsaan. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Upacara nyadran memiliki potensi sebagai salah satu dari tradisi Jawa yang masih kerap dilakukan oleh masyarakat Jawa satu bulan sebelum puasa (bulan Ruwah). Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil kuesioner yang dibagikan pada 20 anak menunjukan bahwa 78% anak tidak mengetahui tatacara pelaksanaan upacara nyadran dan 82% anak memerlukan buku yang berisi informasi tentang upacara nyadran. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian pengembangan untuk menyusun prototipe buku cerita anak tentang nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

Prototipe buku cerita anak ini menggunakan enam langkah pengembangan dari sepuluh langkah R&D meliputi: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validitas desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan prototipe buku cerita anak yang berisi tentang tatacara pelaksanaan upacara nyadran. Prototipe divalidasi oleh seorang ahli psikologi pendidikan dengan skor 3.3 yang berarti “sangat baik”. Prototipe buku cerita berisi tentang penjelasan arti dari upacara nyadran, tatacara upacara nyadran, dan nilai-nilai yang erkandung dalam upacara tersebut yang ada kaitannya dengan karakter kebangsaan.

Ujicoba terbatas dilakukan peneliti di SD Kanisius Kentheng yang beralamatkan di Kentheng, Kembang, Nanggulan, Kulonprogo kepada 10 anak berumur 9-11 tahun. dari hasil rekap kuesioner ujicoba, peneliti mendapatkan data 95.6% anak mengerti tatacara upacara nyadran mengandung nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.

Kata Kunci: penelitian dan pengembangan, prototipe buku cerita anak, tradisi nyadran, pendidikan karakter kebangsaan.


(2)

ABSTRACT

Rakasiwi, Andro Kurniawan. (2016). Children Book Prototype Development About Nyadran Tradition Focusing on National Character Education. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education Study Program. Sanata Dharma University. The existing potential is nyadran ceremony is one of the Javanese tradition that is still often done by the Java community one month before Lent (Ruwah month). The problem that research get from questionnaires distributed to 20 children showed that 78% of children do not know the procedure for the nyadran ceremony and 82% of children need books that contain information about the nyadran ceremony. Therefore, researchers do research to develop a prototype development of a children's book about nyadran in the context of national character education.

The prototype of this children's story book using the six-step development include: 1) the potential and problems, 2) collection of data, 3) the design of the product, 4) the validity of the design, 5) revision of the design, 6) product trials. The purpose of this study is to develop a prototype of a children's book that contains procedures shall nyadran ceremony. The prototype validated by an expert in educational psychology with a score of 3.3, which means "very good". Prototype story book contains explanations of the meaning of the nyadran ceremony, nyadran ceremonial procedures, and values contained in the ceremony were nothing to do with national character.

Product testing was carried out to 10 children in Kanisius Kenteng elementary school that addresses at Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo. The result of general reflection showed that 95,6% the children had already understood the values within nyadran tradition.

Keyword: research and development, children book prototype, nyadran tradition, national character education.


(3)

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK

TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Andro Kurniawan Rakasiwi NIM: 121134077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(4)

i

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK

TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Andro Kurniawan Rakasiwi NIM: 121134077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji dan syukur yang sebesar-besarnya saya panjatkan atas selesainya skripsi ini. banyak pihak yang turut membantu dan mendukung secara langsung maupun secara tidak langsung dalam proses pembuatan skripsi ini, untuk itu dengan senang hati saya persembahkan skripsi ini kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu memberikan karunia Roh Kudus berupa kekuatan, kesabaran, kesehatan, dan selalu melimpahkan kasih-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini. 2. Kedua orang tua yang saya cintai dan sayangi, Bapak Hribertus Parjio dan Ibu Valentina Minarsih, S.Pd yang dengan tulus mencintai dan menyayangi saya, selalu memberikan semangat, dorongan, nasihat, doa, bimbingan, dan berjuang tanpa pamrih untuk mempersiapkan masa depan saya.

3. Kakek dan nenek yang saya cintai dan sayangi, Bapak Atmowinurejo dan Ibu Ngatinem, yang selalu memberikan nasihat dan dorongan semangat kepada saya.

4. Maria Septi Hayuadhine, wanita yang dapat menjadi teman, sahabat, kakak, dan konsultan dari setiap masalah yang saya hadapi.

5. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat bagi saya.

6. Teman-teman satu payung, yang selalu saling mendukung, saling berbagi pengalaman, dan keceriaan selama proses pembuatan skripsi ini.

7. Taman-teman satu angkatan PGSD 2012 dan teman-teman satu kelas yang sudah memberikan dorongan, dukungan, saling berbagi, saling menghibur selama berproses di Universitas Sanata Dharma.


(8)

v

MOTTO

“Banyak hal yang seringkali tampak mustahil, kita baru yakin apabila kita mengerjakan semuanya dengan niat dan

baik”

(Andro Kurniawan Rakasiwi)

“Lakukan yang ternaik hari ini untuk sebagai jaminan di masa yang akan datang”

(Mattew Tuck)

“Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri akan apa yang telah kita miliki, tetapi menyesali akan apa yang belum kita

capai” (Schopenhauer)


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Juli 2016 Peneliti,


(10)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Andro Kurniawan Rakasiwi

Nomor Mahasiswa : 121134077

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 23 Juli 2016 Yang menyatakan,


(11)

viii ABSTRAK

Rakasiwi, Andro Kurniawan. (2016). Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Nyadran dalam Kontek Pendidikan Karakter Kebangsaan. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Upacara nyadran memiliki potensi sebagai salah satu dari tradisi Jawa yang masih kerap dilakukan oleh masyarakat Jawa satu bulan sebelum puasa (bulan Ruwah). Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil kuesioner yang dibagikan pada 20 anak menunjukan bahwa 78% anak tidak mengetahui tatacara pelaksanaan upacara nyadran dan 82% anak memerlukan buku yang berisi informasi tentang upacara nyadran. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian pengembangan untuk menyusun prototipe buku cerita anak tentang nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

Prototipe buku cerita anak ini menggunakan enam langkah pengembangan dari sepuluh langkah R&D meliputi: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validitas desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan prototipe buku cerita anak yang berisi tentang tatacara pelaksanaan upacara nyadran. Prototipe divalidasi oleh seorang ahli psikologi pendidikan dengan skor 3.3 yang berarti “sangat baik”. Prototipe buku cerita berisi tentang penjelasan arti dari upacara nyadran, tatacara upacara nyadran, dan nilai-nilai yang erkandung dalam upacara tersebut yang ada kaitannya dengan karakter kebangsaan.

Ujicoba terbatas dilakukan peneliti di SD Kanisius Kentheng yang beralamatkan di Kentheng, Kembang, Nanggulan, Kulonprogo kepada 10 anak berumur 9-11 tahun. dari hasil rekap kuesioner ujicoba, peneliti mendapatkan data 95.6% anak mengerti tatacara upacara nyadran mengandung nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.

Kata Kunci: penelitian dan pengembangan, prototipe buku cerita anak, tradisi nyadran, pendidikan karakter kebangsaan.


(12)

ix ABSTRACT

Rakasiwi, Andro Kurniawan. (2016). Children Book Prototype Development About Nyadran Tradition Focusing on National Character Education. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education Study Program. Sanata Dharma University.

The existing potential is nyadran ceremony is one of the Javanese tradition that is still often done by the Java community one month before Lent (Ruwah month). The problem that research get from questionnaires distributed to 20 children showed that 78% of children do not know the procedure for the nyadran ceremony and 82% of children need books that contain information about the nyadran ceremony. Therefore, researchers do research to develop a prototype development of a children's book about nyadran in the context of national character education.

The prototype of this children's story book using the six-step development include: 1) the potential and problems, 2) collection of data, 3) the design of the product, 4) the validity of the design, 5) revision of the design, 6) product trials. The purpose of this study is to develop a prototype of a children's book that contains procedures shall nyadran ceremony. The prototype validated by an expert in educational psychology with a score of 3.3, which means "very good". Prototype story book contains explanations of the meaning of the nyadran ceremony, nyadran ceremonial procedures, and values contained in the ceremony were nothing to do with national character.

Product testing was carried out to 10 children in Kanisius Kenteng elementary school that addresses at Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo. The result of general reflection showed that 95,6% the children had already understood the values within nyadran tradition.

Keyword: research and development, children book prototype, nyadran tradition, national character education.


(13)

x PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, karunia, dan kasih-Nya yang berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA

ANAK TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN.” Penyusun skripsi ini menjadi

salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Atas peran tersebut, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti,S.Si, M. Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krisandi, SS.,M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD. 4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum selaku dosen pembimbing I yang

telah membimbing dan mendampingi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

5. Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mendampingi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

6. Emanuel Sulistya Asmara, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kenteng yang telah memberikan ijin untuk melakukan uji coba produk serta dukungan selama proses pelaksanaan penelitian di SD tersebut. 7. Para dosen selaku ahli yang telah memberikan kontribusi dalam

penelitian ini.

8. Para siswa siswi SD Kanisius Kenteng, khususnya siswa siswi kelas 4 yang telah bekerja sama dengan baik selama proses penelitian.

9. Kedua orang tuaku, Heribertus Parjio dan Valentina Minarsih yang selalu mendukung dalam bentuk apapun.


(14)

xi

11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari jika penelitian ini masih banyak kekurangan. Peneliti berharap, semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 23 Juli 2016 Peneliti,


(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .. ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PRA KATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ...xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Pentlitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Spesifikasi Produk ... 5

1.6Definisi Opeasional ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ...………...…….... 8

2.1 Kajian Teori ... ……… 8

2.1.1 Tradisi Jawa ... 8

2.1.1.1 Arti Tradisi Jawa ... 8

2.1.1.2 Macam-Macam Tradisi Jawa... 9

2.1.2 Nyadran ... 12

2.1.2.1Tujuan Upacara Nyadran ... 12

2.1.2.2Tatacara Upacara Nyadran ... 13

2.1.2.3Nilai-Nilai Nyadran ... 15

2.1.2.4 Perlengkapan Upacara Nyadran ... 15

2.1.3Pendidikan Karakter Kebangsaan ... 16

2.1.3.1Pengertian Karakter ... 16

2.1.3.2Karaker Kebangsaan ... 17

2.1.3.3Pendidikan Karakter Kebangsaan ... 19

2.1.4 Buku Cerita Anak ... 21

2.1.4.1Hakekat buku Cerita Anak ... 21

2.1.4.2Tujuan Buku Cerita Anak ... 21

2.1.4.3Macam-macam Bentuk Buku Cerita Anak ... 22


(16)

xiii

2.1.5.1Psikologi Perkembangan Anak ... 23

2.1.5.2 Tugas Perkembangan Anak Usia 9-10 ... 25

2.2 Penelitian yang Relevan ... 26

2.3 Kerangka Berpikir ... 30

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ………...…... 32

3.1Jenis Penelitian …. ... 32

3.2Setting Penelitian …. ... 33

3.2.1 Tempat penelitian ... 33

3.2.2 Subjek Penelitian ... 33

3.2.3 Objek Penelitian ... 33

3.2.4Waktu Penelitian ... 33

3.3 Prosedur Pengembangan ... 33

3.3.1 Potensi dan Masalah ... 36

3.3.2 Pengumpulan Data ... 36

3.3.3 Desain Produk ... 36

3.3.4 Validasi Desain ... 37

3.3.5 Revisi Desain ... 37

3.3.6 Uji Coba Produk ... 37

3.4 Uji Coba Produk ... 38

3.5 Instrumen Penelitian ... 39

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.7 Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1 Proses Pengembangan ... 44

4.1.1.1 Potensi dan Masalah ... 44

4.1.1.2 Pengumpulan Data ... 45

4.1.1.3 Desain Produk ... 48

4.1.1.4 Validasi Desain ... 50

4.1.1.5 Revisi Desain ... 52

4.1.1.6 Uji Coba Produk ... 52

4.1.2. Deskripsi Kualitas Prototipe ... 54

4.2 Pembahasan ... 56

4.3 Kelebihan dan Kekurangan ... 59

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Keterbatasan ... 59

5.3 Saran ... 59


(17)

xiv

LAMPIRAN ... 61 CURRICULUM VITAE ... 105


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ... 40

Tabel 3.2 Kisi-Kisi lembar Kuesioner Pra Penelitian ... 41

Tabel 3.3 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 43

Tabel 3.4 Hasil Interval Skala 1-4... 43

Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Kebutuhan Anak... 46

Tabel 4.2 Hasil Validasi Prototipe oleh Ahli Psikologi ... 51

Tabel 4.4 Saran Validator Ahi Psikologi ... 52


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map dan Penelitian yang Relevan ... 29

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono ... 35

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 36

Gambar 4.1 Sketsa awal ... 49

Gambar 4.2 Perbaikan oleh ahli lukis dan grafis ... .50


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

a. Pedoman Wawancara...66 b. Hasil wawancara...67 Lampiran 2

a. Kisi-kisi Kuesioner Pra Penelitian...68 Lampiran 3

a. Kuesioner Uji Coba Produk...69 Lampiran 4

a. Surat Ijin Pra Penelitian di SD Negeri Tegalrejo 2...83 b. Surat Ijin Uji Coba Produk di SD Kanisius Kenteng...84 Lampiran 5

a. Hasil Refleksi Anak...85 b. Foto Kegiatan Penelitian ...86


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional.

1.1.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan tradisi, salah satunya adalah tradisi Jawa. Tradisi Jawa merupakan salah satu hasil budaya Jawa yang sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya, karena upacara adat Jawa merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya, dengan dilestarikannya suatu tradisi, maka generasi penerus bisa mengetahui warisan budaya luhur (Sunjata, 2013:73). Upacara tradisi dalam masyarakat Jawa contohnya ruwatan, nyadran, sekaten, nglarung, suro, bekakak, dan lain-lain. Dari sekian banyak upacara tradisi tersebut, masing-masing memiliki maksud dan tujuan yang berbeda-beda, bagitupun juga tatacara dari maisng-masing upacara tradisi yang juga berbeda-beda. Namun, kebanyakan dari upacara tradisi yang ada dalam masyarakat Jawa bertujuan untuk mengucapkan syukur kepada sang Pencipta.

Dari sekian banyak tradisi yang ada dalam masyarakat Jawa, peneliti mengangkat salah satu upacara tradisi yaitu nyadran. Nyadran adalah upacara adat yang bertujuan untuk mendoakan dan menghormati arwah leluhur. Upacara nyadran dilaksanakan pada bulan ruwah dalam kalender Jawa atau sebelum menjelang bulan Puasa (Herwati, 2010: 25). Upacara nyadran ini dilaksanakan


(22)

2

tidak dalam satu hari, namun dilaksanakan dalam beberapa tahap. Tahap pertama diawali dengan besik atau kegiatan membersihkan makam yang dilakukan di makam leluhur atau sanak saudara, besik dilaksanakan secara serempak oleh warga masyarakat. Rangkaian upacara nyadran yang selanjutnya adalah kenduri yang dilaksanakan satu hari setelah acara besik, kenduri ini dilaksanakan di salah satu rumah yang dianggap sebagai sesepuh dusun ataupun juga dilaksanakan di pemakaman. Dalam melaksanakan kenduri ini, masing-masing warga menyiapkan makanan yang telah ditentukan sebelumnya, makanan yang dibawa beraneka ragam, ada yang berupa jajanan pasar, buah-buahan, nasi kenduri, dan lain-lain. Makanan yang menjadi cirikhas dalam tradisi ini adalah apem, ketan, kolak, ingkung dan tumpeng. Makanan yang dibawa oleh warga selanjutnya didoakan oleh sesepuh desa dan dimakan bersama-sama.

Upacara nyadran merupakan tradisi yang erat dengan budaya Jawa, namun berdasarkan hasil pengamatan, peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan buku yang berisi cerita maupun penjelasan mengenai upacara nyadran. Kesulitan peneliti dalam mendapatkan buku ini dikarenakan masyarakat Jawa merupakan masyarakat dengan budaya “tutur” (budaya mulut ke mulut), sehingga sulit menemukan buku yang berisi penjelasan maupun cerita terkait upacara nyadran.

Peneliti melihat bahwa di dalam tradisi nyadran terkandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang menjadi acuan bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila yang juga berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan. Pendidikan karakter kebangsaan adalah sebuah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia yang terencana guna mewujudkan suasana pemberdayaan potensi dan


(23)

pembudayaan peserta didik guna pembangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang khas–baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 28). Olah hati merupakan segala sesuatau yang berkaitan dengan ketaqwaan terhadap Tuhan, hal ini ditunjukan dengan berdoa guna memohon pengampunan atas semua dosa-dosa para leluhur. Olah raga/kinestetika merupakan segala kegiatan yang berkaita dengan aktifitas fisik, hal ini terlihat saat kegiatan membersihkan makam (besik), masyarakat secara bergotong royong dan saling kooperatif. Olah rasa ditunjukan saat bekerjasama dalam membersihkan lingkungan makam (besik) dan mengandung nilai saling menghargai dan menghormati orang yang lebih tua dengan bersilahturahmi(Bakdan).

Upacara nyadran memiliki nilai-nilai karakter kebangsaan dan digunakan sebagai sarana penghormatan terhadap arwah leluhur, namun dewasa ini, banyak anak-anak yang kurang memahami dan belum mengerti tentang upacara nyadran. Dari hasil wawancara kepada empat anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, didapatkan data bahwa tiga anak yang diwawancarai tidak mengetahui sama sekali mengenai upacara nyadran, sedangkan satu anak yang lain mengetahui upacara nyadran merupakan upacara yang bertujuan untuk membersihkan makam. Untuk memperkuat data peneliti menyebarkan kuesioner guna memperoleh data pemahaman anak mengenai upacara nyadran. Kuesioner disebarkan di SD Kanisius Kenteng yang beralamatkan di Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulonprogo. Kuesioner disebarkan kepada 20 anak kelas 4 pada tanggal 19 November 2015.


(24)

4

Berdasarkan penyebaran kuesioner tersebut diperoleh hasil bahwa sebanyak 60% siswa tidak mengetahui upacara nyadran, 78% siswa tidak mengetahui tatacara pelaksanaan upacara nyadran, dan sebanyak 82% siswa membutuhkan buku yang berkaitan dengan upacara nyadran.

Berdasarkan data di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan yang berupa prototipe buku cerita bergambar. Jenis penelitian ini merupakan Research and Development (R&D) dengan judul: “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Nyadran dalam Konteks Kerakter Kebangsaan”. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dan produk berupa prototipe buku cerita anak dengan tema nyadran.

Belum pernah ada produk berupa buku cerita bergambar mengenai upacara tradisi nyadran. Peneliti membuat produk yang berupa prototipe ini dengan tujuan memperkenalkan anak pada upacara tradisi atau budaya nyadran sebagai salah satu sarana untuk melakukan penghormatan dan doa pada arwah leluhur.

1.2.Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti fokus terhadap rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran dalam konteks karakter kebangsaan?

1.2.2. Bagaimana kualitas prototipe dapat membantu anak mengerti tatacara upacara nyadran mengandung nilai pendidikan karakter kebangsaan?


(25)

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1. Mengetahui prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran dalam konteks karakter kebangsaan.

1.3.2. Mendeskripsikan kualitas prototipe yang dapat membantu anak mengerti tatacara upacara nyadran mengandung nilai pendidikan karakter kebangsaan.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1. Bagi anak

Anak dapat memahami makna tradisi nyadran berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan. Anak dapat ikut ambil bagian dalam melaksanakan upacara tradisi nyadran.

1.4.2. Bagi peneliti

Membantu peneliti melakukan penelitian pengembangan dan membuat produk dalam upaya pelestarian tradisi nyadran.

1.4.3. Bagi masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa tetap melaksanakan upacara nyadran untuk pelestarian budaya dan sarana mendoakkan arwah para leluhur.

1.5.Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1.5.1. Produk berupa buku cerita berjudul nyadran.


(26)

6

1.5.2. Buku cerita terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, 20 gambar berwarna yang berisi tiga kegiatan utama upacara nyadran (besik, kenduri, dan bakdan), pertanyaan refleksi untuk megatahui seberapa jauh pamahaman anak terkait tatacara upacara nyadran, daftar pustaka, glosarium, dan biografi penulis.

1.5.3. Kata pengantar dalam prototipe berisi penjelasan tentang tahapan tradisi nyadran yang terdiri dari tiga kegiatan utama (besik, kendurenan, bakdan). 1.5.4. Adanya refleksi di akhir buku untuk menggali pemahaman anak setelah

membaca buku cerita tersebut

1.6.Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1.6.1. Prototipe

Prototipe adalah produk sederhana berupa sebuah buku yang belum dicetak dan dipublikasikan secara luas, produk ini juga belum didaftarkan secara resmi sehingga sang penulis belum memiliki hak cipta atas produk dan karya tulis yang dia buat

1.6.2. Anak usia 9-11 tahun

Anak dalam tahap operasional konkret dan dalam masa bermain dan mengeksplor seluruh kemmpuannya melalui kegiatan-kegiatann yang menarik perhatian.


(27)

Sebuah buku yang berisikan cerita mengenai suatu hal yang didalamnya memuat gambar yang menarik untuk anak-anak.

1.6.4. Nyadran

Nyadran adalah rangkaian upacara adat yang sudah menjadi tradisi masyarakat jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan puasa dan bertujuan menghormati dan mendoakan leluhur yang telah meninggal.

1.6.5. Pendidikan karakter kebangsaan

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas, baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.


(28)

8 BAB II LANDASAN TEORI

Peneliti akan membahas mengenai landasan teoritis, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis pada bab II ini. Keempat hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

2.1.Kajian Teori

Landasan teoritis merupakan acuan yang digunakan peneliti dalam membuat prototipe buku cerita dan mewarnai tentang tradisi nyadran. Teori-teori yang digunakan merupakan definisi dan hasil analisa pakar yang telah ahli dibidangnya. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

2.1.1.Tradisi Jawa

Tradisi Jawa ini akan menguraikan tentang arti tradisi Jawa, macam-macam tradisi Jawa, ruwatan.

2.1.1.1. Arti tradisi Jawa

Tradisi merupakan sebuah kebiasaan yang diturunkan dari nenek moyang, yang selanjutnya dijalankan oleh masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:645). Sejalan dengan itu, tradisi merupakan kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang sampai sekarang dijalankan oleh masyarakat, tradisi merupakan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:1208). Tradisi juga dikenal dengan upacara adat. Upacara adat merupakan sebuah hasil budaya


(29)

yang sampai sekarang masih dipertahankan dan diberdayakan secara turun-temurun, karena upacara adat merupakan kegiatan pewarisan niai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya, warisan budaya leluhur akan diketahui generasi muda apabila terus dilestarikan (Sunjata, 2013:73). Sependapat dengan itu, upacara adat merupakan suatu bentuk kegiatan sosial yang melibatkan seluruh warga masyarakat dengan tujuan bersyukur dan mencari keselamatan secara bersama-sama (Soepanto dalam Sunjata, 2013:76). Upacara adat juga merupakan salah satu budaya yang sampai saat ini masih dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya, selain itu upacara adat juga merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari generasi kegenerasi selanjutnya atau secara turun temurun (Sulistyobudi, Sulistyobudi, dkk, dan Sujarno, 2013:73).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tradisi atau upacara adat merupakan sebuah sarana guna mengucapkan syukur kepada Tuhan dan memohon keselamatan kepada-Nya. Pada umumnya, tradisi atau upacara adat Jawa bertujuan untuk mengucap syukur kepada Tuhan yang dilakukan dengan tatacara tertentu yang mengandung nilai luhur.

2.1.1.2. Macam-macam tradisi Jawa

Jawa sangat kaya akan tradisinya berikut ini merupakan beberapa tradisi yang ada di Jawa:

1. Ruwatan

Ruwatan berasal dari kata lukat yang memiliki arti menghapus, membebaskan, dan membersihkan (Herawati, 2010;2). Ruwatan berasal dari kata ruwat, rumuwat, atau mengruwat yang memiliki arti menghapus kutukan, kemalangan, dan terbebas


(30)

10

dari hal-hal yang tidak baik (Subalidinata dalam Sulistyobudi, dkk, 2013:4). Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ruwatan adalah sebuah upacara tradisi masyarakat Jawa yang telah dilaksanakan secara turun temurun guna membebaskan seseorang dari pengaruh jahat atau marabahaya.

Tradisi ruwatan yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari marabahaya dilaksanakan dalam beberapa langkah atau tata cara sebagai berikut, 1) siraman atau memandikan orang yang diruwat sebagai tanda dibersihkannya orang tersebut dari segala yang jahat, 2) pertunjukan wayang kulit dengan lakon Murwakala sebgai acara inti dalam tradisi ruwatan, 3) acara srah-srahan yang dilaksanakan dengan memotong rambut orang yang diruwat, 4) tirakatan yang dilaksanakan oleh sanak saudara dan masyarakat yang turut ambil bagian dalam melaksanakan upacara tradisi ruwatan. Sebagai salah satu tradisi yang masih berjalan, ruwatan juga memiliki nilai-nilai luhur yang terdapat di dalamnya, beberapa diantaranya adalah gotong royong yang terlihat pada saat semua masyarakat bekerjasama dalam mempersiapkan segala sesuatu terkait upacara ruwatan, dan juga nilai spiritual manakala orang yang diruwat dimohonkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar terhindar dari segala marabahaya dalam hidupnya (Sulistyobudi, dkk, 2013:51-58).

2. Nyadran

Upacara tradisi nyadran merupakan rangkaian kegiatan adat yang dilakukan oleh msyarakat Jawa guna menghormati arwah leluhur yang telah meninggal dunia (Herawati, 2010:25). Upacara tradisi nyadran dilaksanakan pada bulan Ruwah dalam kalender Jawa atau sebelum bulan puasa. Tujuan dari tradisi nyadran ialah


(31)

mendoakan para leluhur yang telah meninggal agar dihapuskan segala dosa-dosanya. Terdapat beberapa rangkaian kegiatan dalam melaksanakan upacara tradisi nyadran: 1) besik yang dilaksanakan di area pemakaman, besik adalah kegiatan membersihkan makam dengan menggunakan cangkul, sabit, sapu, dan lain sebagainya. 2) kenduri yang dilaksanakan di makam ataupun di rumah salah satu tetua adat. 3) silaturahmi yang dilaksanakan guna memohon maaf bagi orang yang lebih muda kepada yang lebih tua.

3. Nglarung

Upacara tradisi nglarung merupakan salah satu tradisi Jawa yang dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas hasil panen laut yang diberikan. Selain itu upacara tradisi nglarung juga merupakan sarana persembahan kepada penguasa laut selatan Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul (Sulistyobudi, Sunjata, dkk; 2013: 89). Tata pelaksanaan upacara tradisi ngalrung melibatkan banyak pihak, mulai dari nelayan, masyarakat sekitar pesisir pantai, hingga abdi dalem kraton. Tata pelaksanaan upacara tradisi ngalrung adalah sebagai berikut: 1) menyiapkan segala sesaji yang terdiri ari makanan (salah satunya tumpeng dan sego golong yang melambangkan ppengharapan) yang nantinya akan dibawa menuju laut guna dipersembahkan kepada penguasa laut Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul. Sesaji dibawa menuju tempat yang telah disediakan. 3) sambutan dari beberapa pihak terkait upacara tradisi ruwatan sebagai sarana memanjatkan puji dan syukur dan doa agar upacara berjalan dengan lancar. 4) membagikan sego wuduk kepada semua tamu yang hadir. 5) doa yang dipimpin oleh tetua adat yang selanjutnya dilanjutkan dengan melarung sesaji


(32)

12

ke laut. 6) setelah doa selesai, semua sesaji dilarung ke laut dengan harapan panen laut akan tetap melimpah dan kelestarian laut tetap terjaga.

Terdapat banyak nilai-nilai luhur yang terkandung dalam upacara tradisi nglarung, diantaranya adalah nilai gotong royong yang terlihat ketika seluruh masyarakat secara bergotong royong membersihkan area pesisir pantai, memasang tarub, dan pada saat msyarakat mendorong perahu berisi sesaji untuk dilarung (Sulistyobudi, dkk, 2013:110). Upacara tradisi nglarung berkaitan erat dengan nilai spiritual yaitu sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hasil dan segala rahmatnya yang telah dilimpahkan, selain itu juga untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani hidup (Sulistyobudi, dkk, 2013:111).

Dari ketiga upacara tersebut, peneliti akan membahas mengenai upacara nyadran sebagai salah satu hasil budaya yang masih dipertahankan sampai sekarang.

2.1.2.Nyadran

Pada bagian ini akan dibahas tentang tujuan upacara nyadran, tata upacara dalam nyadran, perlengkapan yang ada dalam upacara nyadran, dan nilai-nilai yang terkandung dalam upacara nyadran.

2.1.2.1. Tadisi Nyadran

Upacara tradisi nyadran merupakan rangkaian upacara adat yang telah menjadi tradisi masyarakat Jawa yang dilaksanakan bulan Ruwah sebelum bulan puasa (Harwati, 2010: 25). Upacara nyadran dilaksanakan atau dibuka pada tanggal 15


(33)

suwah (pembukaan nyadran), 17 ruwah (sadranan pitulasan), 21 Ruwah (sadranan selikuran), 23 suwah (sadranan telulikuran), dan yang terakhir tanggal 25 suwah (sadranan selawean). Upacara nyadran dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan terhadap arwah leluhur yang telah meninggal (Herawati, 2013: 25). Sejalan dengan pendapat tersebut, tujuan dari upacara nyadran adalah untuk mengingatkan manusia akan kematian sehingga manusia dapat menyehatkan jiwa dan kesadaran manusia karena adanya kekuatan psikologis untuk meneguhkan kembali jati diri dan identitas kita sebagai manusia (Prasetyo, 2010: 6).

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa upacara nyadran merupakan upacara adat yang dilaksanakan untuk mendoakan arwah para leluhur agar diampuni segala dosanya, dengan adanya upacara nyadran kita juga diingatkan untuk lebih menghargai hidup sebelum pada akhirnya kita dihadapkan kepada kematian. Upacara nyadran juga menjadi sarana pengenalan leluhur dan sanak keluarga yang telah meninggal kepada generasi berikutnya sehingga tercipta persaudaraan dan kerukunan antar sanak keluarga.

2.1.2.2. Tata Cara

Upacara nyadran diawali dengan acara besik, yaitu kegiatan membersihkan makam leluhur dan sanak keluarga di pemakaman dengan menggunakan cangkul, sabit, sapu, dan lain sebagainya, besik dilaksanakan secara serempak oleh masyarakat secara gotong royong. Setelah selesai melaksanakan besik, masing-masing keluarga yang melakukan ziarah kubur berdoa di depan makam leluhur ataupun sanak keluarga dengan permohonan agar segala dosa dari para leluhur diampuni oleh Sang Pencipta. Seusai berdoa, keluarga yang melakukan ziarah


(34)

14

makan menaburkan bunga di atas makam leluhur, bunga yang ditaburkan terdiri dari bunga kanthil, mawar, dan melati. Tabur bunga ini dilakukan sebagai tanda penghormatan terhadap arwah leluhur karena masyarakat Jawa mempercayai bahwa arwah orang yang telah meninggal akan senang bila diberikan wewangian. Seusai semua acara yang dilaksanakan di area pemakaman terlakasana acaranya yang selanjutnya adalah kenduri. Kenduri dilaksanakan satu hari setelah acara besik, kenduri bisa dilaksanakan di area pemakaman ataupun di rumah salah satu warga yang dianggap sesepuh desa. Kenduri merupakan acara bertukar makanan yang dibawa masyarakat dari rumah masing-masing. Makanan yang dibawa oleh masyarakat beraneka macam seperti jajanan pasar, buah-buahan, sayur masak, dan lain sebagainya. Setelah seluruh masyarakat hadir dan mengumpulkan makanan, acara selanjutnya adalah doa yang dipimpin oleh sesepuh desa, doa dilaksanakan secara kushyuk dengan permohonan agar yang telah meninggal diterima di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan selalu diberikan rahmad dan kerukunan. Yang menjadi acara puncak dalam pelaksanaan upacara radisi nyadran ialah silaturahmi yang dilaksanakan dengan saling berjabat tangan, silaturahmi dilakukan oleh orang muda kepada yang lebih tua guna memnta maaf atas semua kesalahan yang pernah dilakukan (Herawati, 2013: 25).

2.1.2.3. Nilai-nilai Nyadran

Upacara nyadran memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya. Mulai dari nilai gotong royong yang terlihat dalam acara besik ketika semua masyarakat saling tolong menolong dalam membersihkan area makam. Dengan adanya gotong royong tersebut, besik makam juga memuat nilai kebersamaan


(35)

dalam menjalankannya. Nilai yang lain adalah ketaqwaan terhadap Sang pencipta yang terlihat ketika masyarakat berdoa dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan adanya nyadran, masyarakat juga diingatkan untuk lebih menghargai orang yang telah meninggal dunia dengan cara mendoakan dan merawat makamnya. Nilai yang lain adalah peduli dan saling berbagi yang dapat kita lihat dalam acara kenduri, dimana masyarakat membawa makanan sesuai dengan kemampuan ekonom masing-masing keluarga yang nantinya akan dibagiakan atau saling ditukarkan dengan yang lainnya.

2.1.2.4. Perlengkapan upacara nyadran

Banyak perlengkapan yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan upacara tradisi nyadran, berikut adalah perlengkapan dalam upacara tradisi nyadran (Hutari, 2009;22): kemenyan dan bunga tabur yang terdiri dari bunga melati, kanthil, kenanga, dan mawar yang melambangkan keharuman doa yang keluar dari hati yang tulus dan bau yang harum juga memiliki makna kemuliaan. Selanjutnya adalah sego tumpeng yang dibuat dari nasi putih dan dibentuk kerucut (gunungan) yang melambangkan sebuah pengharapan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya permohonan masyarakat terkabul. Ingkung (ayam yang dimasak secara utuh) yang melambangkan manusia ketika masih bayi belum memiliki kesalahan dan juga melambangkan kepasrahan kepada Sang Pencipta. Pisang raja yang melambangkan suatu harapan supaya kelak dapat hidup dengan bahagia. Jajanan pasar yang terdiri dari bermacam-macam makanan yang diberli di pasar, jajanan pasar memiliki makna agar warga masyarakat desa Wijirejo selalu memperoleh berkah dari Tuhan sehingga hidupnya selalu mendapatkan kelimpahan dan rejeki yang lancar. Yang


(36)

16

selanjutnya adalah makanan yang menjadi ciri khas dalam upacara tradisi nyadran yaitu ketan, kolak, dan apem. Ketan berasal dari bahasa arab khotaan yang berarti kesalahan, kolak yang berasal dari kata qala yang berarti mengucapkan, dan aapem yang berasal dari kata aquwam yang berarti ampun. Ketan, kolak dan apem ini merupakan satu-kesatuan yang bermakna permohonan ampun apabila manusia memiliki kesalahan terhadap sesamanya.

2.1.3.Pendidikan Karakter Kebangsaan

Pendidikan karakter kebangsaan ini akan membahas tentang pengertian dari karakter, karakter kebangsaan, dan pendidikan karakter kebangsaan.

2.1.3.1. Pengertian dari karakter

Karakter Kata “karakter” yang dalam bahasa Inggris character, berasal dari istilah Yunani character dari kata charassein yang berarti membuat tajam atau membuat dalam (Kurniawan 2013:28). Sejalan dengan itu, karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk dapat hidup dan bekerjasama, bak dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang memiliki karakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan mepertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat (Suyanto dalam Kurniawan, 2013:28). Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan pebuatan berdasarkan norma-norma dan adat istiadat yang ada. Karakter dalam diri seseorang akan terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang diambil dalam


(37)

menanggapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Pada akhirnya, karakter ini akan menempel dalam diri seseorang dan sering orang yang bersangkutan tidak menyadari karakternya. Orang lain biasanya lebih mudah untuk menilai karakter seseorang. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah nilai dari watak yang dimiliki seseorang dan tertanam dalam diri seseorang, namun banyak orang yang tidak menyadari akan karakter yang dia miliki.

2.1.3.2. Karakter kebangsaan

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas, baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 07). Berlandaskan filsafat Pancaila, karakter kebangsaan berarti bahwa setiap aspek karakter harus didasari dengan nilai-nilai yang ada di dalam kelima sila Pancasila, berikut adalah keterangan lebih lanjut (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:20-21):


(38)

18

Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain dapat saling menghormati dan saling bekerjasama dengan umat agama lain, tidak memaksakan agama dan kepercayaan orang lain.

2. Bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab

Karakter kemanusiaan seseorang tercermin dalam persamaan derajat, hak dan kewajiban, saling mencintai, tenggang rasa, saling menghormati, saling bekerjasama dan bergotong royong dengan orang lain, dan lain sebagainya. 3. Bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa

Karakter kebagsaan seseorang tercermin dalam sikap persatuan, kesatuan, dan kepentingan bersama, rela berkorban demi bangsa dan negara, menjunjung tinggi bangsa Indonesia, dan lain sebagainya.

4. Bangsa yang demokratis menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia Karakter kerakyatan seseorang tercermin dalam perilaku yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain dan kepentingan negara, tidak memaksakan kehendak orang lain, mengutamakan musyawarah bersama dan memutuskan pendapat secara bersama demi kepentingan bersama, dan lain-lain.

5. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan

Karakter keadilan sosial seseorang tercermin dalam perbuatan yang mencerminkan sikap gotong royong, adil, menghormati hak-hak orang lain, dan lain sebagainya.


(39)

Pendidikan karakter kebangsaan merupakan usaha sadar dan terencana guna mewujudkan proses pemberdayaan dan pembudayaan potensi pesrta didik untuk membangun karakter pribadi berupa kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 28). Pendidikan karakter kebangsaan dapat membentuk individu-individu yang berkarakter yang dimaknai dalam empat bagian yaitu olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Berikut penjelasan lebih lanjut menganai keempat bagian tersebut (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:22).

1. Karakter yang bersumber dari olah hati

Olah hati adalah kemampuan hidup manusia yang bersumber dari hati untuk mengelola aspek-aspek spiritual yang membentuk karakter manusia (Yaumi, 2014:53). Karakter yang bersumber dari olah hati adalah sebagai berikut: beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.

2. Karakter yang bersumber dari olah pikir

Olah pikir adalah berkaitan dengan otak, pikiran, dan cipta (Yaumi, 2014:45). Karakter yang bersumber dari olah pikir diantaranya adalah sebagai berikut: cerdas, kritis, kreatif, inovativ, ingin tahu, produktif, berorientasi iptek, dan reflektif.


(40)

20

Olah raga merupakan suatu bentuk akivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh atau jasmani (Yaumi, 2014:56). Karakter yang bersumber dari olah raga diantaranya adalah bersih dan sehat, sportif, tangguh, handal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.

4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa

Olah rasa lebih cenderung pada emosional, empati, perasaan moral (Yaumi, 2014:50).karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa adalah sebagai berikut: kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmoplit (mendunia), mengutamankan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

Karakter yang terkandung dalam upacara nyadran diantaranya adalah olah hati yang nampak dalam acara doa di depan makam dan pada saat acara kenduri dengan permohonan agar segala dosa dari yang telah meninggal diampuni dan ditempatkan di sisi-Nya, beroda merupakan salah satu bentuk ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Olah pikir berkenaan dengan rasa ingin tahu dan berpikir kritis, hal tersebut ditunjukkan ketika seorang anak bertanya tentang arti dari upacara nyadran. Olah raga/kinestetika yang terlihat dalam upacara besik dimana masyarakat membersihkan area makam dengan menggunakan cangkul, sabit, sapu, dan lain-lain. Olah rasa dan karsa meliputi gotong royong dan kebersamaan yang terlihat di dalam acara besik, dimana semua masyarakat salig tolong menolong dalam membersihkan area pemakaman.


(41)

2.1.4.Buku Cerita Anak

Buku cerita anak akan membahas tentang hakekat buku cerita anak, tujuan buku cerita anak, macam-macam buku cerita anak.

2.1.4.1. Hakekat buku cerita anak

Cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak, dan bukan merupakan cerita tentang anak (Hardjana, 2006:2). Yang menjadi tokoh dalam cerita anak tidak harus terdiri dari anak, melainkan apa dan siapa saja dapat dijadikan sebagai tokoh dalam sebuah cerita. Sejalan dengan pendapat tersebut cerita anak adalah cerita yang ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak. Jika cerita adalah pengalaman sehari-hari, maka pengalaman itu harus ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak. Jika cerita adalah gambaran sehari-hari, maka gambaran kehidupan itu harus ditulis dengan sudut pandang anak (Kurniawan, 2013:18). Dari kedua pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa cerita anak merupakan cerita dengan sudut pandang anak dan menggambarkan kehidupan sehari-hari dan ditujukan untuk anak-anak.

2.1.4.2. Tujuan buku cerita anak

Buku cerita merupakan sebuah media yang baik bagi anak untuk memenuhi rasa ingin tahu yang tumbuh dalam diri anak. Terdapat beberapa tujuan dibuatnya buku cerita anak sebagai sarana fasilitas untuk menumbuh kembangkan rasa ingin tahu anak. Beberapa tujuan tersebut diataranya, buku cerita dapat dijadikan inspirasi bagi anak, cerita dapat menumbuhkembangkan apresiasi kultural, cerita dapat memperluas pengetahuan anak, atau cerita hanya dapat menimbulkan keenangan dalam diri anak (Raines, 1999:1).


(42)

22

2.1.4.3. Macam-macam bentuk buku cerita anak

Bentuk cerita dibagi menjadi dua, yaitu yaitu buku cerita fiksi dan buku cerita nonfiksi. Dalam mengarang cerita untuk anak-anak dapat dengan bentuk buku cerita pendek, novelet, dan novel (roman). Dalam imu kesusastraan ketiga bentuk cerita tersebut disebut fiksi. Kata fiksi sendiri berasal dari bahasa Inggris fiction yang berarti membentuk, membuat, mengadakan, dan menciptakan (Tarian dalam Hardjana, 2006:4). Cerita fiksi juga disebut cerita khayalan atau rekaan, ini dikarenaakan cerita fiksi ini semula tidak ada kemudian sengaja dibuat, dibentuk, diadakan, dan diciptakan menjadi ada.

Bentuk cerita yang selanjutnya adalah cerita nonfiksi, cerita nonfiksi merupakan lawan arti dari cerita fiksi, cerita nonfiksi merupakan sebuah cerita yang sesuai dengan kenyataan. Tujuan dari cerita nonfiksi adalah untuk menuliskan sebuah sejarah, biografi, cerita perjalanan guna menciptakan kembali segala sesuatu yang telah terjadi secara aktual (Hardjana, 2006:5). Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa cerita memiliki 2 bentuk, yaitu cerita fiksi adalah cerita realitas atau yang dapat terjadi, sedangkan cerita nonfiksi adalah aktualitas atau yang sebenarnya terjadi.

2.1.5.Anak Usia 9-11 Tahun

Anak usia 9-11 tahun akan membahas lebih lanjut tentang psikologi perkembangan anak dan tugas perkembangan anak.


(43)

2.1.5.1. Psikologi perkembangan anak

Anak memiliki tahap perkembangan sesuai dengan usia mereka, dan berikut adalah tahap perkembangan anak menurut Piaget:

Tabel 2.1. tahap perkembangan anak menurut Piaget.

Tahap Perkiraan Usia

Periode Sensorimotor Lahir - 2 tahun Periode Pra-operasional 2 - 7 tahun Periode Operasional

Konkret

7 - 11 tahun Periode Operasional Formal 11 - 15 tahun

Berdasarkan pendapat tersebut, anak usia 9-10 tahun termasuk dalam tahap operasional konkret. Tahap ini ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis (Anggota IKAPI, 2001:69). Anak mulai dapat memecahkan suatu masalah dengan menggunakan pemikiran yang logis. Tahap opersional konkret ditandai dengan adanya sisten operasi berdasarkan kenyataan atau konkret. Berikut adalah ciri-ciri pemikiran konkret (Anggota IKAPI, 2001:77-86):

1. Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh

Pada tahap ini anak menggambarkan semua kejadian yang dia alamami, menggambarkan semua yang ada dalam pikiran dan pengalaman yang anak jumpai sehari-hari.


(44)

24

Pada tahap ini anak cenderung melihat objek dengan menyeluruh, disinilah aanak mulai melihat suatu persoalan dari sudut pandang yang luas dan tidak meihat persoalan dari satu sudut pandang saja.

3. Serasi

Pada tahap ini anak dapat menyusun segala sesuatu mulai dari ukurannya, misalnya besar kecil benda. Pada tahap operasional konkret ini anak dapat menyusun benda mulai dari kecil ke besar dan sebaliknya agar terihat lebih serasi.

4. Klasifikasi

Pada tahapan ini anak mulai dapat mengelompokkan dan menyatukan suatu objek sesuai dengan kesamaannya. Misalnya jika anak diberikan 5 benda yang berbentuk lingkaran yang memiliki ukuran sama dan berwarna merah, dengan 5 lima benda yang berbentuk segitiga dengan ukuran yang sama dan berwarna kuning. Benda-benda tersebut diletakkan secara acak, maka anak umur 7-11 tahun akan mengelompokkan benda tersebut sesuai dengan bentuk dan warnannya.

5. Kausalitas

Pada tahap ini, anak sudah lebih luas dan mendalam melihat sebab dan suatu kejadian. Tahap ini anak akan cenderung lebih banyak bertanya tentang mengapa bisa terjadi seperti itu, dan juga anak lebih suka meneliti terjadinya berbagai macam hal.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahap operasional konkret anak mulai dapat berpikir secara menyeluruh dan memiiki pandangan yang


(45)

luas. Pemikiran anak dalam banyak hal sudah teratur dan terarah karena anak sudah dapat berpikir secara serasi, anak dapat mengklasifikasikan suatu objek dengan lebih baik, selain itu anak juga sudah bisa membuat kesimpulan sendiri, dan konsep bilangan anak sudah lebih lengkap.

2.1.5.2. Tugas perkembangan anak usia 9-11 tahun

Pada masa bayi dan kanak-kanak banyak dihabiskan di dalam rumah bersama dengan keuarga, pada masa anak-anak berusia 6-11 tahun, waktu mereka akan lebih banyak dihabiskan di sekolah dan lingkungan sekitar (Hartinah, 2011:46). Beberapa tugas perkebangan yang dituntut pada masa ini adalah:

1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Pada masa ini, anak senang sekali bermain, oleh karena itu diperlukan keterampilan fisik seperti melempar, menangkap, berenang, dan lain-lain.

2. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebgai individu yang sedang berkembang. Pada masa ini anak-anak dituntut mengenal diri dan mengharrgai diri mereka sendiri, hal ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kesehatan tubuh, kebersihan tubuh, berolahraga, serta memiliki sikap yang tepat terhadap lawan jenis.

3. Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini, anak dituntut untuk dapat bekerjasama, serta menjalin hubunan baik dengan teman sebaya. 4. Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau wanita. Anak

dituntut melakukan peranan-peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya. 5. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar, yaitu membaca, menulis, dan berhitung. Untuk dapat menyelesaikan semua tugas


(46)

26

di sekolah dan menunjang keberlanjutan pendidikannya, anak dituntut untuk dapat membaca, menulis, dan berhitung.

6. Pengembangan konsep-konsep dilakukan setiap hari agar dapat menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan.

7. Pengembangan moral, nilai, dan hati nurani. Pada masa ini anak-anak diuntut untuk menghargai segala kegiatan yang sesuai dengan moral. Pada masa ini jugalah pemikiran anak, nilai-nilai hidup, dan segala pertimbangan didasarkan atas kata hati.

8. Memiliki kemerdekaan pribadi. Pada masa ini, amak diharapkan mampu memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan pada tergantung pada orang dewasa.

2.2.Penelitian yang Relevan

Penelitian yang terkait dengan buku cerita anak tentang upacara tradisi nyadran dalam konteks pendidikan karakter bangsa masih sedikit untuk dijadikan sumber hasil penelitian yang relevan. Berikut merupakan hasil penelitian yang relevan yang bersangkutan dengan buku cerita anak tentang tradisi dalam kontek pendidikan karakter.

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Parmadi (2013) dengan judul jurnal “Upacara Tradisi Nyadran di Desa Bulusan Kecamatan Karangdowo Kabupaten klaten (Kajian Makna Simbolik dan Nilai Reigius)”. Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan atar belakang dan prosesi tradisi nyadran di dusun Karangdowo, mendeskripsikan makna simbolik dar tradisi nyadran, dan


(47)

mendeskripsikan nilai religius yang terkandung di dalam upacara tradisi nyadran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data berupa informan, tempat, peristiwa, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik analisis data model interaktif. Hasil penelitian ini adalah upacara tradisi nyadran di Desa Bulusan Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten memiliki latar belakang sejarah berupa cerita lisan asal mula Desa Bulusan. Upacara tradisi nyadran memiliki rangkaian prosesi acara berupa membersihkan desa dan makam, tabur bunga, malam tirakatan, kenduri rumah, kenduri bangsal makam, dan kenduri pelataran rumah. Ketiga, makna simbolik yang terdapat dalam acara nyadran yang terdapat di upacara tradisi nyadran pada umumnya berupa pesan-pesan bagi kehidupan masyarakat

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Sutrisno (2015) dengan judul jurnal “Pengembangan Protipe Buku Delapan Permainan Tradisional Jawa untuk Membangun Karakter Anak”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengembangkan prototipe buku delapan permainan tradisional Jawa untuk membangun karakter anak. Masalah yang didapatkan oleh peneliti dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada 50 anak yang dilakukan di Desa Minggir 3 ,Yogyakarta dan di Dusun Sejati Dukuh, Mertoyudan adalah terdapat 86% anak lebih tertarik pada permainan elektronik dan hanya 14% anak yang masih mengenal permainan tradisional Jawa.


(48)

28

Penelitian yang ketiga dilakuka oleh Dany (2016), dengan judul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Nyadran dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan prototipe buku cerita anak mengenai tradisi nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan (R&D). Prosedur penelitian yang dilakukan adalah analisis potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, dan revisi desain, dan ujicoba produk. Data awal dalam penelitian ini adalah data kualitatif dari hasil penyebaran kuesioner kepada anak guna memperoleh pemahaman anak mengenai tradisi nyadran. Pengumpulan data pada penelitian ini berupa angket guna yang dibagikan seusai ujicoba produk yang dilaksanakan bersama siswa sekolah dasar. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut adalah prototipe buku cerita anak mengenai tradisi nyadran. Bacaan disertai dengan gambar ilustrasi yang diberi warna yang menarik. Bacaan yang dikembangkan mengandung nilai-nilai karakter kebangsaan.

Berdasarkan peneitian di atas, peneliti belum menemukan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran dalam konteks pendidikan karakter. Penelitian di atas masih terbatas pada penjelasan tentang tujuan dari buku cerita, penjelasan tentang tradisi nyadran itu sendiri, dan juga penjelasan tentang pendidikan karakter bagi anak. Ketiga penelitian yang relevan tersebut belum saling berkaitan. Oleh karena itu, peneliti


(49)

akan mengembangkan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

Gambar 2.1 Literatur Map dan Penelitian yang Relevan

2.3.Kerangka Berpikir

Karakter merupakan watah atau ciri khas yang ada dalam diri seseorang dan sangat berpengaruh untuk setiap orang. Karakter bersumber dari empat olah Marcelina Felix Sari Budi Sutrisno (2015)

Pengembangan Prototipe Buku Delapan

Permainan Tradisional Jawa untuk

Membangun Karakter Anak

Dalam penelitian ini dapat peneliti

menyimpulkan bahwa dengan delapan

permainan tradisional Jawa. Anak-anak dapat dilatih untuk bersikap jujur, teliti, sportif, mau bekerjasama, pantang menyerah, kreatif, dan teliti.

Parmadi (2013)

Ruwatan: Upacara tradisi guna membersihkan makam dan desa dilanjutkan kenduri dan tirakatan. nyadran mengandung nilai luhur seperti toleransi dan membina toleransi. Penelitian ini membahas tentang tradisi

nyadran terkait kajian simbolik dan makna religius.

Heribertus Dany (2016)

Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Nyadran dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan.

Penelitian ini mengembangkan prototipe buku cerita anak mengenai nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan. Buku ini mengandung pesan moral selain itu buku cerita ini juga disertai dengan gambar dan warna yang menarik.

Andro Kurniawan Rakasiwi (2015)

Pengembangan Prototipe

Buku Cerita Anak Tentang

Tradisi Nyadran Dalam

Konteks Pendidikan


(50)

30

yaitu, 1)olah pikir yang memuat nilai cerdas, kritis dan rasa ingin tahu; 2) olah hati yang memuat jujur, tertib, adil, berempati, tanggung jawab, dan bersahabat; 3) olah raga/kinetetika yang memuat nilai bersih, sehat, tangguh handal gigih, kompetitif, dan sportif; 4) olah rasa dan karsa yang memuat nilai gotong royong, toleransi, kebersamaan, ramah, hormat, dan peduli.

Keempat karakter berserta semua nilai yang termuat di dalamnya dapat ditanamkan pada diri anak sejak usia dini. Masa sekolah menjadi masa yang efektif untuk dapat menanamkan dan menumbuhkembangkan karakter dalam diri anak. Buku cerita bisa menjadi salah satu media yang dapat dikembangkan untuk menumbuhan karakter pada diri anak. Salah satu buku cerita yang dapat menanamkan pendidikan karakter pada anak adalah dengan menggunakan buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran. Tradisi nyadran merupakan sebuah tradisi yang telah turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat Jawa. Tradisi ini sering disebut ziarah kubur dan bertujuan untuk menghormati dan mendoakan arwah leluhur yang telah meninggal dunia.

Namun pada jaman sekarang upacara tradisi nyadran sudah jarang dilaksanakan oleh masyarakat, sehingga banyak anak-anak yang tidak mengetahui tentang tradisi nyadran.

Upacara tradisi nyadran memiliki nilai-nilai yang dapat membentuk karakter dalam diri anak-anak. beberapa karakter tersebut diantaranya beriman dan bertaqwa kepada Sang Pencipta, nilai gotong royong, kebersamaan, solidaritas, dan lain sebaginya. Akibat dari lunturnya kebudayaan ini akan berdampak buruh bagi generasi berikutnya. Upacara tradisi yang di dalamnya


(51)

memuat nilai-nilai luhur akan mulai terlupakan, selain itu anak-anak akan tidak mengenal upacra tradisi yang ada dalam masyarakatnya. Bermula dari keprihatinan tersebut, maka peneliti mengembangkan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran dalam konteks pendidikan karakter. Buku cerita tersebut diharapkan mampu membentuk karakter melaui nilai-nilai yang ada dalam upacara tradisi nyadran.

2.4.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan teori di atas, maka pertanyaan penelitian adalah:

1. Bagaimana prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang upacara nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan. 2. Bagaimana kualitas prototipe dapat membantu anak mengerti tatacara


(52)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III dalam metode penelitian ini akan membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, uji coba produk, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, jadwal penelitian.

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah R & D (Research and Development) yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan penelitian dan pengembangan. R&D (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu (Sugiyono, 2010:297). Sejalan dengan pendapat tersebut, R&D (Research and Development) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertangungjawabkan (Syaodih, 2008:164). Berdasarkan dua pendapaat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Research and Development jenis penelitian yang menghasilkn dan mengembangkan suatu produk tertentu dengan cara yang sistematis.

Penelitian ini disebut penelitian pengembangan dikarenakan peneliti mengembangkan suatu produk berupa prototipe pengembangan buku cerita bergambar yang berkaitan dengan tradisi “nyadran” untuk anak 9-10 tahun dalam konteks pendidikan karakterdi sekolah dasar.


(53)

3.2Setting Penelitian

Setting penelitian ini akan membahas tetntang tempat penelitian, subjek penelitian, objek penelitian dan waktu penelitian.

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini diawali dengan wawancara terhadap tiga narasumber dari dusun Ngaranan, Sendangrejo, Minggir, Sleman. Selanjutnya adalah penyebaran kuesioner di SD Kanisius Kenteng yang beralamatkan di Dusun Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulonprogo.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek uji penelitian yang akan diteliti adalah anak usia 9-11 tahun. 3.2.3 Objek Penelitian

Objek ini adalah prototipe pengembangan buku cerita anak tentang tradisi nyadran untuk anak usia 9-11 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu selama delapan bulan. Terhitung mulai dari bulan Juni 2015 sampai bulan Februari 2016.

3.3Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian ini menggunakan tahapan penelitian Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2010: 409). Prosedur pengembangan menurut Sugiyono ini dilakukan melalui sepuluh langkah prosedur pengembangan, tahap (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain


(54)

34

produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) ujicoba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi masal. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono ditunjukkan pada bagan berikut:

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono

Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan 7 prosedur yang ada dalam buku Sugiyono dikarenakan keterbatasannya waktu, tenaga, dan biaya yang tidak memungkinkan peneliti melakukan semua langkah yang ada. Peneliti hanya menggunakan 7 langkah tersebut diantaranya adalah (1) potensi dan masalah, (2) pengumulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, sehingga dapat menghasilkan produk prototipe pengembangan buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

Potensi dan Masalah Pengumpula n Data Desain Produk Revisi Desain Validasi Desain Uji coba Produk Revisi Produk Ujicoba Pemakaian Revisi Produk Produksi Masal


(55)

Prosedur penelitian dan pengembangan akan dijelaskan dalam gambar bagan berikut ini:

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Digunakan Oleh Peneliti

Tahap I Potensi dan Masalah

Tahap II Pengumpulan Data Tahap III Desain Produk Tahap IV Validasi Desain Tahap V Revisi Desain Tahap VI Uji Coba Produk

Prototipe Pengembangan Buku Cerita Anak tentang Tradisi Ruwatan dalam Konteks Pendidikan Kebangsaan

 Analisis Kebutuhan Anak

 Wawancara

 Pembagian Lembar Kuesioner Pra

Penelitian

 Menentukan Gambar Tradisi Ruwatan

 Membuat Sketsa

 Merancang Prototipe Buku Cerita

Bergambar

 Validasi oleh ahli

 Pengumpulan Kritik dan Saran Ahli


(56)

36

3.3.1 Potensi dan Masalah

Penelitian ini berangkat dari adanya potensi dan masalah yang ditemukan peneliti melalui analisis kebutuhan anak di Yogyakarta. Analisis kebutuhan anak dilakukan dengan membagikan lembar kuisioner. Tujuan dari pembagian kuisioner ini adalah untuk mengetahui pemahaman anak usia 9-11 tahun mengenai tradisi nyadran dan apakah siswa membutuhkan sebuah buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran dalam meningkatkan pengembangan karakter. Maka buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran ini disusun dan dikembangkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan konteks pendidikan karakter kebangsaan. 3.3.2 Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, peneliti membagikan kuesioner kepada anak SD usia 9-11 tahun. Angket dibagikan kepada anak kelas 4 SD Kanisius Kenteng yang beralamatkan di Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulonprogo. Pengumpulan data dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui bentuk perencanaan cerita bergambar yang akan dibuat, sehingga menghasilkan produk yang dapat membantu pemahaman anak-anak di SD Kanisius Kenteng terhadap tradisi nyadran.

3.3.3 Desain Produk

Desain produk berupa prototype buku cerita bergambar mengenai tradisi nyadran, buku cerita ini berisi ilustrasi gambar dan ceritta mengenai tatacara upacara tradisi nyadran. Desain produk ini diawali dengan membuat sebuah cerita yang berkaitan dengan upacara tradisi nyadran, membuat sketsa dari cerita yang telah dibuat mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam tadisi nyadran, seperti besik, berdoa di makam, tabur bunga, dan juga kenduri. Pada tahap ini,


(57)

peneliti merancang dan menyusun prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran agar gambar-gambar yang terkandung di dalam buku tersebut dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap tradisi nyadran. Peneliti mendesain prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran untuk anak 9-11 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

3.3.4 Validasi Desain

Produk berupa prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran untuk anak usia 9-11 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan yang sudah dibuat, perlu divalidasi oleh ahli terlebih dahulu sebelum diuji cobakan. Validasi akan dilakukan oleh satu ahli psikologi anak. Validasi dilakukan dengan cara memberikan desain produk dan lembar kuesioner pada ahli.

3.3.5 Revisi Desain

Berdasarkan hasil validasi, peneliti melakukan revisi desain produk berupa buku cerita bergambar. Kritik dan saran dari ahli psikologi dapat digunakan sebagai landasan untuk memperbaiki desain produk.

3.3.6 Uji coba Produk

Uji coba produk dilakukan setelah prototype direvisi dan siap untuk diujicobakan. Uji coba produk dilaksanakan terhadap siswa yang berumur 9-11 tahun, langkah ini dilaksanakan terhadap siswa kelas 4 di SD Kanisius Kenteng yang berjumlah 20 siswa. Tujuan dari uji coba produk ini adalah untuk mengetahui apakah buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran ini benar-benar memiliki kualitas dan keefektifan untuk membantu pemahaman anak mengenai tradisi nyadran.


(58)

38

3.4Uji Coba Produk

Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data guna mengetahui kualitas buku cerita bergambar yang telah dibuat oleh peneliti. Data yang dari hasil uji coba produk digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan produk buku cerita bergambar. Dengan uji coba produk, prototipebuku cerita bergambar yang diteliti dan dikembangkan benar-benar telah teruji secara empiris. Uji coba dilakukan setelah divalidasi oleh pakar atau ahli yaitu ahli Bahasa Indonesia. Kegiatan uji coba lapangan dilakukan pada anak yang berusia 9-11 tahun di SD Kanisius Kenteng.

3.5Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam dan sosial yang diamati (Sugiyono, 2012: 148). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan 2 cara yaitu teknik wawancara tidak terstruktur dan kuesioner. Dalam sub bab ini akan dijelaskan instrumen yang digunakan dalam penelitian.

1. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah suatu bentuk wawancara yang tidak disusun sebelumnyadan menggunakan metode yang fleksibel (Yaumi, 2014; 108). Wawancara tidak testruktur dilakukan guna memperoleh data awal mengenai upacara tradisi “nyadran”. Berikut merupakan beberapa contoh


(59)

pertanyaan yang diajukan kepada narasumber yang disajikan dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1. Contoh pertanyaan wawancara tidak terstruktur

No Pertanyaan

1. Apa yang anda ketahui mengenai upacara tradisi

nyadran?

2. Menurut pendapat anda, apakah tujuan dari upacara

tradisi nyadran?

3. Menurut pendapat anda, apa ang harus disiapkan dalam

melaksanakan upacara tradisi nyadran? 2. Kuesioner

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang perlu dijawab oleh responden yang disertai dengan pilihan jawaban yang sudah tersedia agar responden dapat secara langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut (Kartikowidi, 2010: 243). Kuesioner yang dibagikan berupa anaisis kebutuhan anak mengenai upacara tradisi nyadran. Hasil kuesioner digunakan sebagai acuan dalam merancang prototipe buku cerita bergambar mengenai tradisi nyadran. Selain itu, kuesioner dirancang berdasarkan nilai karakter kebangsaan yang bersumber dari olah rasa dan karsa (kebersamaan dan gotong royong), olah hati (berdoa dan bersyukur) yang termuat dalam nilai-nilai yang terdapat pada upacara tradisi nyadran. Berikut merupakan kisi-kisi kuesioner untuk anak yang disajikan dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2. kisi-kisi kuesioner

No Aspek Nomor


(60)

40

1. Definisi

nyadran

1 1. Upacara tradisi nyadran adalah rangkaian

upacara adat yang sudah menjadi tradisi masyarakat jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan puasa.

2. Tujuan

nyadran

pada umumnya

2 dan 3 1. Tujuan tradisi nyadran adalah mengingatkan

pada kematian, hidup hanya mampir minum, dan kuburan adalah rumah masa depan kita yang sesungguhnya.

2. Nyadran menggambarkan betapa penting kita belajar untuk akrab dengan kematian dan juga bisa menyehatkan jiwa dan kesadaran kita.

3.

Kegiatan-kegiatan pada tradisi

nyadran

4, 5, 6 dan 7 1. Tradisi nyadran diawali dengan acara Besik, yaitu kegiatan membersihkan makam dengan sapu, cangkul, atau dengan alat yang lain secara bersama-sama/gotong royong (olah raga dan olah rasa)

2. Kegiatan dilanjutkan dengan menabur bunga dan berdoa (olah hati)

3. Acara selanjutnya adalah Kendurenan,

merupakan acara bertukar makanan yang dibawa dari rumah masing-masing dan berdoa secara bersama-sama. (olah fikir, olah hati, dan olah rasa)

4. Acara terakhir dalam upacara nyadran adalah

Bakdan. Bahdan yaitu acara bersilahturahmi yang dilakukan anak muda kepada orang tua (olah rasa)

4. Upaya

mengenal kan budaya Jawa buku cerita

8 dan 9 1. Perlu buku yang berisi penjelasan tentang

nyadran.

2. Buku tentang nyadran sebaiknya berupa buku

cerita bergambar.

Saran atau komentar:

Kuesioner pra-penelitian yang diberikan kepada 20 anak di SD Kanisius Kenteng pada tanggal 26 November 2015. Lembar kuesioner tersebut telah divalidasi dengan teknik expert judgement (oleh ahli). Peneliti juga menyusun


(61)

instrumen yang sama seperti istrumen pra-penelitian untuk validasi produk yang dikembangkan. Adapun kisi-kisi dan kuisioner yang digunakan pada pra-penelitian maupun sesudah uji coba adalah kisi-kisi dan kuesioner untuk anak.

3.6Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti berupa uji coba produk buku cerita bergambar dan pembagian kuesioner. Hasil pengumpulan data pada penelitian ini berupa kuantitatif yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada 20 anak. Teknik pembagian kuesioner atau angket bertujuan untuk membantu peneliti dalam melakukan revisi terhadap pengembangan buku cerita bergambar tentang tradisi “nyadran”. Data atau informasi yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan anak terhadap pentingnya menjaga dan melestarikan tradisi nyadran.

3.7Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh peneliti dianalisis secara kulitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yang didapat berupa kritik dan saran yang dikemukakan oleh ahli psikologi untuk memperbaiki prototipe pengembangan buku cerita. Selain itu diperoleh komentar terhadap kuesioner yang disebarkan. Adapun komentar tersebut diperoleh dari komentar para ahli yang akan memberikan masukan terhadap kelayakan buku cerita yang sudah disusun oleh peneliti. Jumlah item pada kuesioner tersebut adalah 10 item. Data dianalisis sebagai dasar untuk mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan.


(62)

42

Data kuantitatif berupa skor yang diberikan oleh para ahli. Data dianalisis oleh peneliti sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengetahui kelayakan suatu produk. Data kuantitatif diperoleh melalui instrumen penelitian berupa lembar kuesioner. Pedoman penskoran yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan nilai 1-4. Hasil dari lembar kuesioner berupa data kuantitatif tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengan menggunaknaan instrumen skala lima seperti tabel berikut ini (Widoyoko, 2009:238)

Penyusunan tabel klasifikasi menggunakan aturan yang sama dengan dasar jumlah skor responden, yaitu dicari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval.

Skor tertinggi (ideal) = 4 (Sangat Baik) Skor terendah = 1 (Sangat Tidak Baik)

Jumlah kelas = 4 (sangat tidak baik sampai sangat baik) Jarak interval = (4-1)/4 = 0,75 (rentang skor)

Hasil interval sangat baik, baik, tidak baik, sangat tidak baik adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Hasil Interval Skala 1-4

Rerata Skor Klasifikasi

>3,25 s/d 4 Sangat Baik

>2,5 s/d 3,25 Baik

>1,75 s/d 2,5 Tidak Baik

1,0 s/d 1,75 Sangat Tidak Baik

Hasil dari instrumen pra penelitian yang sudah divalidasi oleh ahli Sejarah yaitu 3,24 dan ahli IPA yaitu 3,14, menunjukkan bahwa kuesioner pra penelitian


(63)

termasuk dalam rentang sangat baik dan baik sehingga dapat digunakan untuk memperoleh data kebutuhan anak. Kuesioner pra penelitian yang sudah divalidasi kemudian disebarkan pada anak yang berjumlah 20 anak.

Berdasarkan hasil dari penyebaran kuesioner pra penelitian, diperoleh data sebanyak 76% anak belum mengerti arti dari nyadran, sebanyak 85% anak juga belum mengetahui kegiatan-kegiatan yang ada di dalam tradisi nyadran, dan sebanyak 85% anak memerlukan buku cerita yang berisi penjelasan tentang tradisi ruwatan agar mereka dapat lebih memahami tentang tradisi nyadran.


(64)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini berisi tentang hasil penelitian yang terdiri dari : 1) Penjelasan proses prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang nyadran; 2) kualitas prototipe buku cerita anak tentang nyadran; 3) pembahasan.

4.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini membahas tentang proses pengembangan mulai dari awal yaitu melihat masalah yang ada sampai akhir yaitu produk yang sudah jadi.

4.1.1. Proses Pengembangan

Penelitian ini menggunakan tujuh tahap penelitian pengembangan menurut Sugiyono yang telah dimodifikasi (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) ujicoba produk. 4.1.1.1. Potensi dan Masalah

Tahap pertama penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti adalah mengidentifikasi masalah yang terkait dengan tradisi Jawa yang lambat laun semakin luntur seiring perkembangan jaman. Peneliti melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada anak berusia 9-10 tahun guna memperoleh data terkait pemahaman mereka mengenai upacara nyadran.

Peneliti melakukan wawancara terhadap 5 narasumber, 3 narasumber adalah anak-anak dengan usia 9-10 tahun, dan 2 narasumber selanjutnya adalah


(65)

anak-anak dengan usia 9-10 tahun, dan 2 narasumber selanjutnya adalah sesepuh di dusun Ngaranan. Pada saat melakukan wawancara dengan 3 narasumber yang merupakan anak-anak Sekolah dasar deengan usia 9-10 tahun menunjukan bahwa mereka tidak mengetahui dan memahami upacara nyadran. Wawancara yang dilakukan dengan 2 sesepuh desa Ngaranan menunjukan bahwa beliau memahami dan mengetahui upacara nyadran adalah sebuah tradisi dan sarana untuk mendoakan dan menghormati arwah leluhur. Dari hasil wawancara dengan 3 anak berusia 9-10 tahun, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar anak jaman sekarang kurang memahami bahkan tidak mengerti mengenai tradisi yang berada di lingkungan sekitarnya terkhusus upacara nyadran yang merupakan salah satu dari upacara tradisi di masyarakat Jawa. Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan pengamatan dan merasa kesulitan dalam mendapatkan buku yang berkaitan dengan upacara nyadran.

Hasil wawancara dan pengamatan yang didapat peneliti selanjutnya dijadikan acuan untuk menyusun kuesioner kebutuhan anak. Kuesioner ini selanjutnya disebarkan di SD Kanisius Kenteng yang beralamatkan di Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulonprogo yang dilaksanakan pada tanggal 28 November 2015. Penyebaran kuesioner dilaksanaan pada siswa kelas 4 yang berjumlah 20 siswa. Hasil kuesioner menunjukan bahwa 78% siswa belum memahami mengenai pengertian, tujuan, dan tatacara pelaksanaan upacara nyadran.

Berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa upacara nyadran yang mempunyai nilai-nilai luhur dan


(66)

46

bisa dijadikan sarana untuk pengembangan karakter anak, lambat laun mulai terlupakan dan hilang.

4.1.1.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner. Wawancara dilaksanakan dengan 3 naramsumber yang merupakan anak berusia 9-10 tahun. Pertanyaan yanng diajukan kepada narsumber diantaranya (1) apa yang kamu ketahui tentang tradisi nyadran? (2) kapan upacara tradisi nyadran dilaksanakan? (3) apa tujuan upacara tradisi nyadran? (4) apa sajakah yang harus dipersiapkan dalam melaksanakan dalam melaksanakan upacara tradisi nyadran? Dari empat pertanyaan yang diajukan, peneliti mendapatkan hasil bahwa 3 anak berusia 9-10 tahun tersebut tidak memahami dan mengetahui arti, waktu pelaksanaan, tujuan, dan apa saja yang harus dipersiapkan dalam upacara tradisi nyadran.

Pengumpulan data tahap kedua dilakukan dengan menyebarkan kuesioner di SD Kanisius Kenteng yang dilaksanakan pada tanggal 28 November 2015. Dari penyebaran tersebut didapatkan total 20 anak kelas empat Sekolah dasar dengan usia 9-10 tahun sebagai pengisi kuesioner. Kuesioner tersebut menyangkut beberapa aspek diantarannya (1) definisi nyadran, (2) tujuan nyadran pada umumnya, (3) kegiatan-kegiatan dalam tradisi nyadaran, (4) upaya mengenalkan budaya Jawa melalui buku cerita. Dari keempat aspek tersebut dibuatlah 9 pernyataan guna mendapatakan data pemahaman anak mengenai tradisi nyadran. Berikut merupakan daftar pernyataan beserta hasil kuesioner yang disajikan dalam tabel oleh peneliti.


(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran 5a


(5)

Lampiran 4b

Foto Kegiatan Penelitian

Kondisi Kelas ketika Anak sedang Membaca Buku Tradisi Ruwatan


(6)