Pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

(1)

ABSTRAK

Hayuadhine, Maria Septi. (2016). Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Ruwatan dalam Kontek Pendidikan Karakter Kebangsaan. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian pengembangan ini berawal dari adanya potensi dan masalah yang terkait dengan tradisi ruwatan. Potensinya adalah dengan adanya tardisi ruwatan dapat membangun karakter anak. Masalah yang didapatkan oleh peneliti dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada 20 anak adalah kurang memahami arti dari tradisi ruwatan, kurang memahami tatacara pelaksanaan tradisi ruwatan, dan memerlukan buku cerita tentang tradisi ruwatan. Oleh karena itu, peneliti terdorong melakukan penelitian pengembangan berupa prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

Prototipe buku cerita anak ini menggunakan enam langkah pengembangan meliputi: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validitas desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan. Prototipe buku cerita anak berisi 18 gambar yang mencerminkan tradisi ruwatan. Ada empat kegiatan dalam tradisi ruwatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter diantaranya adalah nilai gotong royong (olah rasa dan karsa), nilai reflektif (olah pikir), nilai bersyukur (olah hati), dan nilai berdaya tahan dan tangguh (olah raga). Prototipe divalidasi oleh ahli bahasa dengan skor 3,3 (rentang 1-4). Sehingga dikategotrikan “sangat baik”.

Uji coba produk diujikan pada 10 anak di SD Kanisius Kenteng. Hasil dari refleksi menunjukkan 96,7% anak sudah memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ruwatan.

Kata Kunci: penelitian dan pengembangan, prototipe buku cerita anak, tradisi ruwatan, pendidikan karakter kebangsaan.


(2)

ABSTRACT

Hayuadhine, Maria Septi. (2016). Children Book Prototype Development About Ruwatan Tradition Focusing on National Character Education. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education Study Program. Sanata Dharma University.

This particular development research emerged from potential and problems that come with ruwatan tradition. This tradition has potential for developing children’s characters. From the questionnaires that had been distributed to 20 participants, the problems found were the lack of understanding about ruwatan tradition, its ceremonial procession, and the needs of its book. Therefore, the researcher was encouraged to conduct a development research on children book prototype about ruwatan tradition that focuses on national character education.

This children book prototype was elaborated using six development stages which were: 1) potential and problems, 2) data gathering, 3) product design, 4) design validity, 5) design revision, 6) product testing. The purpose of this research was developing the children book prototype related to ruwatan tradition in national character education. This prototype consisted of 18 different stories about ruwatan tradition. There were four activities in ruwatan tradition that adopted the values of character education which were cooperation value (the feeling and the will), reflective value (thought), gratitude value (conscience), and endurance value (physical exercise). The prototype was validated by language expert with the score of 3,3 out of 4. Therefore, it was categorized as “very good”.

Product testing was carried out to 10 children in Kanisius Kenteng elementary school. The result of general reflection showed that 96,7% the children had already understood the values within ruwatan tradition.

Keyword: research and development, children book prototype, ruwatan tradition, national character education.


(3)

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK

TENTANG TRADISI RUWATAN DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Maria Septi Hayuadhine

NIM: 121134066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(4)

i

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK

TENTANG TRADISI RUWATAN DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Maria Septi Hayuadhine NIM. 121134066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur yang tak terhingga peneliti panjatkan atas selesainya skripsi ini. Banyak pihak yang turut mendukung baik langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan skripsi ini, untuk itu dengan senang hati saya persembahkan skripsi ini kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu memberikan kekuatan, kesabaran, kesehatan, dan selalu melimpahkan kasih-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua yang saya cintai dan sayangi, Bapak Tarcicius Suwardi Wardi Siwantara dan Ibu Maria Magdalena Sulasmi yang dengan tulus mencintai dan menyayangi saya, selalu memberikan dorongan, nasihat, doa, bimbingan, dan berjuang tanpa pamrih untuk kebahagiaan anak-anaknya.

3. Adik yang saya kasihi, Agustina Dina Dinanti yang sudah memberikan penghiburan dikala sedang gundah gulana.

4. Andro Kurniawan Rakasiwi, kekasih yang dapat menjadi teman, sahabat, kakak, dan konsultan dari setiap masalah yang saya hadapi.

5. Keluarga besar Parto Ribut dan Karnomo, yang selalu memberikan dukungan, kekuatan, dan doa.

6. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat bagi saya.

7. Teman-teman satu payung, yang selalu saling mendukung, saling berbagi pengalaman, dan keceriaan selama proses pembuatan skripsi ini.

8. Taman-teman satu angkatan PGSD 2012 dan teman-teman satu kelas yang sudah memberikan dorongan, dukungan, saling berbagi, saling menghibur selama berproses di Universitas Sanata Dharma.


(8)

v

MOTTO

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.”

~Aristoteles~

"Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya

dengan baik." ~Evelyn Underhill~

"Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh,

bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu."

~Marcus Aurelius~

“Peluang tidak datang begitu saja tetapi bisa diciptakan.” ~Maria Magdalena Sulasmi~


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Februari 2016 Peneliti,


(10)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Septi Hayuadhine

Nomor Mahasiswa : 121134066

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TRADISI RUWATAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempubilkasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 25 Februari 2016 Yang menyatakan


(11)

viii ABSTRAK

Hayuadhine, Maria Septi. (2016). Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Ruwatan dalam Kontek Pendidikan Karakter Kebangsaan. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian pengembangan ini berawal dari adanya potensi dan masalah yang terkait dengan tradisi ruwatan. Potensinya adalah dengan adanya tardisi ruwatan dapat membangun karakter anak. Masalah yang didapatkan oleh peneliti dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada 20 anak adalah kurang memahami arti dari tradisi ruwatan, kurang memahami tatacara pelaksanaan tradisi ruwatan, dan memerlukan buku cerita tentang tradisi ruwatan. Oleh karena itu, peneliti terdorong melakukan penelitian pengembangan berupa prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

Prototipe buku cerita anak ini menggunakan enam langkah pengembangan meliputi: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validitas desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan. Prototipe buku cerita anak berisi 18 gambar yang mencerminkan tradisi ruwatan. Ada empat kegiatan dalam tradisi ruwatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter diantaranya adalah nilai gotong royong (olah rasa dan karsa), nilai reflektif (olah pikir), nilai bersyukur (olah hati), dan nilai berdaya tahan dan tangguh (olah raga). Prototipe divalidasi oleh ahli bahasa dengan skor 3,3 (rentang 1-4). Sehingga dikategotrikan “sangat baik”.

Uji coba produk diujikan pada 10 anak di SD Kanisius Kenteng. Hasil dari refleksi menunjukkan 96,7% anak sudah memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ruwatan.

Kata Kunci: penelitian dan pengembangan, prototipe buku cerita anak, tradisi ruwatan, pendidikan karakter kebangsaan.


(12)

ix ABSTRACT

Hayuadhine, Maria Septi. (2016). Children Book Prototype Development About Ruwatan Tradition Focusing on National Character Education. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education Study Program. Sanata Dharma University.

This particular development research emerged from potential and problems that come with ruwatan tradition. This tradition has potential for developing children’s characters. From the questionnaires that had been distributed to 20 participants, the problems found were the lack of understanding about ruwatan tradition, its ceremonial procession, and the needs of its book. Therefore, the researcher was encouraged to conduct a development research on children book prototype about ruwatan tradition that focuses on national character education.

This children book prototype was elaborated using six development stages which were: 1) potential and problems, 2) data gathering, 3) product design, 4) design validity, 5) design revision, 6) product testing. The purpose of this research was developing the children book prototype related to ruwatan tradition in national character education. This prototype consisted of 18 different stories about ruwatan tradition. There were four activities in ruwatan tradition that adopted the values of character education which were cooperation value (the feeling and the will), reflective value (thought), gratitude value (conscience), and endurance value (physical exercise). The prototype was validated by language expert with the score of 3,3 out of 4. Therefore, it was categorized as “very good”.

Product testing was carried out to 10 children in Kanisius Kenteng elementary school. The result of general reflection showed that 96,7% the children had already understood the values within ruwatan tradition.

Keyword: research and development, children book prototype, ruwatan tradition, national character education.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, karunia, dan kasih-Nya yang berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengembangan PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TRADISI RUWATAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN. Penyusun skripsi ini menjadi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Atas peran tersebut, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan mendampingi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

5. Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mendampingi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Sukawit, M.A. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Tegalrejo 2 yang telah memberikan ijin serta dukungan selama proses pelaksanaan penelitian di SD tersebut.


(14)

xi

7. Emanuel Sulistya Asmara, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kenteng yang telah memberikan ijin untuk melakukan uji coba produk serta dukungan selama proses pelaksanaan penelitian di SD tersebut.

8. Para dosen selaku ahli yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian ini.

9. Para siswa siswi SD Negeri Tegalrejo 2 dan SD Kanisius Kenteng, khususnya siswa siswi kelas 4 yang telah bekerja sama dengan baik selama proses penelitian.

10. Kedua orang tua, Tarcicius Suwardi Wardi Siswantara dan Maria Magdalena Sulasmi yang selalu mendukung dalam bentuk apapun.

11. Keluarga besar Parto Ribut dan Karnomo yang selalu memberi dukungan dan doa.

12. Teman-teman kolaboratif yaitu: Laras, Ayu, Reni, Siti, Nike, Ambar, Vinta, Tyas, Dian, Andro, Dani, dan Wahyu yang telah sama-sama berjuang.

Peneliti juga menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan. Penelitia berharap, hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 25 Februari 2016 Peneliti,


(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRAC ... ix

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Spesifikasi Produk ... 6

1.6. Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1. Kajian Teori ... 8

2.1.1. Tradisi Jawa ... 8

2.1.1.1.Pengertian Tradisi Jawa ... 8

2.1.1.2.Macam-Macam Tradisi Jawa ... 9

2.1.2. Ruwatan ... 12

2.1.2.1.Pengertian Ruwatan ... 12

2.1.2.2.Tujuan Upacara Ruwatan ... 12

2.1.2.3.Golongan Sukerta ... 13

2.1.2.4.Tata Upacara Ruwatan ... 14

2.1.2.5.Perlengkapan Upacara Ruwatan ... 15

2.1.2.6.Nilai-Nilai dalam Ruwatan ... 17

2.1.3. Pendidikan Karakter Kebangsaan ... 18

2.1.3.1.Pengertian Karakter ... 19

2.1.3.2.Karakter Kebangsaan ... 19

2.1.3.3.Pendidikan Karakter Kebangsaan ... 21

2.1.3.4.Pendidikan Karakter dalam Tradisi Ruwatan ... 23

2.1.4. Buku Cerita Anak ... 23

2.1.4.1.Pengertian Buku Cerita Anak ... 24

2.1.4.2.Tujuan Buku Cerita Anak ... 24


(16)

xiii

2.1.5. Literasi Anak ... 26

2.1.6. Anak Usia 9-11 Tahun ... 27

2.1.6.1.Psikologi Perkembangan Anak ... 28

2.1.6.2.Tugas Perkembangan Anak Usia 9-11 Tahun ... 30

2.2. Penelitian yang Relevan ... 31

2.3. Kerangka Berpikir ... 34

2.4. Pertanyaan Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Jenis Penelitian ... 37

3.2. Setting Penelitian ... 37

3.2.1. Tempat Penelitian ... 37

3.2.2. Subjek Penelitian ... 38

3.2.3. Objek Penelitian ... 38

3.2.4. Waktu Penelitian ... 38

3.3. Prosedur Pengembangan ... 38

3.3.1. Potensi dan Masalah ... 41

3.3.2. Pengumpulan Data ... 41

3.3.3. Desain Produk ... 42

3.3.4. Validasi desain ... 42

3.3.5. Revisi Desain ... 42

3.3.6. Uji Coba Produk ... 42

3.4. Uji Coba Produk ... 43

3.5. Instrumen Penelitian ... 43

3.5.1. Kisi-Kisi Lembar Wawancara ... 43

3.5.2. Kisi-Kisi Lembar Kuesioner ... 44

3.5.3. Validator Kuesioner Pra Penelitian ... 44

3.5.4. Kuesioner Anak Pra Penelitian ... 46

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.7. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1. Hasil Penelitian ... 51

4.1.1. Proses Pengembangan ... 51

4.1.1.1. Potensi dan Masalah ... 51

4.1.1.2. Pengumpulan Data ... 53

4.1.1.3. Desain Produk ... 56

4.1.1.4. Validasi Desain ... 59

4.1.1.5. Revisi Desain ... 60

4.1.1.6. Uji Coba Produk ... 62

4.1.2. Manfaat Prototipe Buku Cerita Anak ... 64

4.2. Pembahasan ... 66

4.3. Kelebihan dan Kelemahan Prototipe ... 71

BAB V PENUTUP ... 72

5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 72

5.3. Saran ... 72


(17)

xiv

LAMPIRAN ... 75 CURRICULUM VITAE ... 112


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ... 44

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Kuesioner Pra Penelitian ... 44

Tabel 3.3 Hasil Validasi Kuesioner Pra Penelitian oleh Ahli ... 44

Tabel 3.4 Kuesioner Anak Pra Penelitian ... 46

Tabel 3.5 Hasil Interval Skala 1-4 ... 49

Tabel 4.1 Hasil Wawancara ... 54

Tabel 4.2 Hasil Rekap Kuesioner Anak Pra Penelitian ... 54

Tabel 4.3 Hasil Validasi Prototipe oleh Ahli Bahasa Indonesia ... 59

Tabel 4.4 Saran Validator Ahli Bahasa Indonesia dan Revisi ... 60


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Literatur Map dan Penelitian yang Relevan ... 34

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono ... 39

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 40

Gambar 4.1 Sketsa Awal ... 57

Gambar 4.2 Perbaikan oleh Ahli Desain Grafis ... 58

Gambar 4.3 Anak-Anak sedang Membaca ... 64

Gambar 4.4 Gambar-Gambar Yang Ada di Dalam Buku Cerita ... 67

Gambar 4.5 Hasil Refleksi anak ... 69


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 ... 75

a. Pedoman Wawancara ... 75

b. Hasil Wawancara ... 76

Lampiran 2 ... 77

a. Kisi-kisi Kuesioner Pra Penelitian ... 77

b. Validasi Kuesioner Pra Penelitian ... 78

c. Kuesioner Anak Pra Penelitian ... 84

d. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Anak Pra Penelitian ... 93

Lampiran 3 ... 94

a. Validasi Prototipe Ahli Bahasa ... 94

b. Kuesioner Uji Coba Produk ... 97

c. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Uji Coba Produk ... 104

Lampiran 4 ... 105

a. Surat Ijin Pra Penelitian di SD Negeri Tegalrejo 2 ... 105

b. Surat Ijin Uji Coba Produk di SD Kanisius Kenteng ... 106

c. Surat Sudah Melakukan Pra Penelitian di SD Negeri Tegalrejo 2 ... 107

d. Surat Sudah Melakukan Uji Coba Produk di SD Kanisius Kenteng ... 108

Lampiran 5 ... 109

a. Hasil Refleksi Anak ... 109

b. Foto Kegiatan Penelitian ... 110

Lampiran 6 ... 112


(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional.

1.1.Latar Belakang Masalah

Tradisi adalah kebiasaan yang diturunkan oleh nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat sampai sekarang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:645). Tradisi Jawa merupakan salah satu dari sekian banyak tradisi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Tradisi juga sering disebut upacara adat. Upacara adat adalah salah satu budaya yang sampai saat ini masih dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya, selain itu upacara adat juga merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari generasi kegenerasi selanjutnya atau secara turun temurun (Sulistyobudi dkk, 2013:73).Tradisi Jawa adalah suatu bentuk adat istiadat yang mengandung nilai-nilai moral, aturan-aturan yang sudah ada, dan sudah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Jawa. Terdapat berbagai macam tradisi yang ada di Jawa beberapa diantaranya adalah nyadran, nglarung, ruwatan, sekaten, dan masih banyak lagi. Tradisi nyadran adalah tradisi yang bertujuan untuk menghormati dan mendoakan arwah leluhur. Tradisi nglarung merupakan tradisi yang bertujuan untuk mengucapkan syukur atas hasil laut yang telah berlimpah. Tradisi ruwatan merupakan tradisi yang bertujuan untuk membebaskan diri seseorang dari sukerta (bahaya, kesialan, pengaruh jahat) yang dianggap mengganggu keselamatan hidup seseorang. Salah satu tradisi Jawa


(22)

2

2

adalah ruwatan yang memiliki nilai gotong royong, reflektif, syukur, berdaya tahan dan tangguh.

Ruwatan adalah tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian atas kesalahan dan dosa manusia yang bisa membawa bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat di dalam hidupnya (Herawati, 2010:3). Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional khususnya di wilayah Yogyakarta yang dilakukan sebagai upaya pembebasan diri seseorang dari sukerta (bahaya, kesialan, pengaruh jahat) yang dianggap mengganggu keselamatan hidup seseorang. Ruwatan bertujuan untuk membebaskan diri dari segala bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat yang mengancamnya. Tradisi ruwatan mengandung nilai-nilai luhur diantaranya nilai kebersamaan, nilai gotong royong, dan nilai ketuhanan. Nilai kebersamaan dan gotong royong dapat dilihat dari kagiatan-kegiatan dalam pelaksanaan tradisi ruwatan, masyarakat secara bersama-sama bergotong royong membantu mempersiapkan pelaksanaan tradisi ruwatan. Nilai ketuhanan terlihat saat anak-yang akan diruwat bersujud dihadapan orang tuanya dan berdoa untuk memohon kepada Tuhan agar acara dapat terselenggara dengan lancar.

Tradisi ruwatan mengandung nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan. Pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mendidik anak-anak agar memiliki nilai-nilai kehidupan yang dapat menumbuh kembangkan kepribadian seorang anak (Megawangi & Gaffar dalam Kesuma, 2011:5). Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi ruwatan diantaranya adalah olah hati, olah pikir, olah raga/kinestetika, olah rasa dan karsa.


(23)

Olah hati meliputi bersyukur kepada Tuhan, hal tersebut ditunjukkan ketika tradisi ruwatan telah selesai diselenggarakan, keluarga menyediakan makanan tumpeng untuk disantap bersama oleh para warga. Olah pikir meliputi reflektif, hal tersebut ditunjukkan ketika pemotongan rambut anak yang diruwat. Hal tersebut melambangkan bahwa anak harus membuang pikiran yang buruk dan melakukan yang baik. Olah raga/kinestetika meliputi berdaya tahan dan tangguh hal tersebut ditunjukkan ketika seorang anak yang diruwat menerima srah-srahan yang berupa kelapa, tebu wulung, dan bunga melati. Hal tersebut melambangan bahwa seseorang harus memiliki ketangguhan dan berdaya tahan yang kuat . Olah rasa dan karsa meliputi gotong royong dan kebersamaan, hal tersebut dapat ditunjukkan ketika melakukan kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan tradisi ruwatan, masyarakat secara bersama-sama bergotong royong untuk membantu mempersiapkan pelaksanaan tradisi ruwatan.

Pada zaman yang semakin modern ini, banyak anak yang sudah melupakan tradisi-tradisi Jawa kuhusnya ruwatan. Hal tersebut terbukti ketika peneliti melakukan wawancara pada empat anak, peneliti mendapatkan data awal bahwa semua anak tidak memahami tentang tradisi ruwatan, bahkan mereka tidak mengetahui bahwa tradisi ruwatan adalah bagian dari tradisi Jawa. Para orang tua kurang menanamkan pemahaman akan tradisi-tradisi Jawa yang kita miliki khususnya tradisi ruwatan yang sudah ada sejak dulu. Hal tersebut yang menjadikan anak-anak pada jaman sekarang ini mulai melupakan tradisi-tradisi Jawa khususnya tradisi ruwatan.


(24)

4

Pendidik juga ikut ambil bagian untuk membantu anak agar mereka dapat mengenal dan melestarikan budaya dan tradisi Jawa terutama tradisi ruwatan. Tradisi ruwatan sangat penting untuk diajarkan kepada anak didik kita, selain untuk mengajarkan tentang melestarikan budaya, di dalam tradisi ruwatan juga mengandung nilai-nilai yang dapat membentuk karakter anak yang dapat berguna bagi kehidupan.

Peneliti melakukan pra penelitian di SD N Tegalrejo 2 pada anak usia 9-11 tahun yang berjumlah 20 anak. Penelitian tersebut dilakukan pada tanggal 4 Desember 2015. Peneliti menyebarkan kuesioner untuk mendapatkan data tentang pemahaman anak terhadap tradisi ruwatan. Hasil dari kuesioner yang telah diisi oleh anak, menunjukkan bahwa sebanyak 85% anak kurang memahami arti dari tradisi ruwatan, sebanyak 85% anak kurang memahami tatacara pelaksanaan tradisi ruwatan, dan sebanyak 90% anak memerlukan buku cerita tentang tradisi ruwatan.

Data tersebut membuktikan bahwa anak kurang memahami arti dari tradisi ruwatan dan kurang memahami tatacara pelaksanaan tradisi ruwatan. Berdasarkan data tersebut peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Ruwatan dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan”.

1.2.Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti fokus terhadap rumusan masalah sebagai berikut:


(25)

1.2.1. Bagaimana prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam membangun karakter kebangsaan anak?

1.2.2. Apakah prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dapat membantu anak memahami nilai-nilai pendidikan konteks karakter kebangsaan?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1. Mendeskripsikan prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam membangun karakter kebangsaan anak. 1.3.2. Menjelaskan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dapat

membantu anak memahami nilai-nilai pendidikan karakter karakter kebangsaan.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1. Bagi anak

Anak dapat memahami nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan dalam tradisi ruwatan.

1.4.2. Bagi peneliti

Mengembangkan prototipe tradisi ruwatan dalam upaya melestarikan salah satu tradisi Jawa.

1.4.3. Bagi masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa tetap melaksanakan tradisi ruwatan sebab memiliki nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.


(26)

6

1.5.Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1.5.1. Prototipe berupa buku cerita bergambar. Ada 17 gambar yang diberi

penjelasan.

1.5.2. Gambar 1-9 menceritakan tentang persiapan upacara ruwatan. Upacara persiapan tersebut menegaskan adanya nilai gotong royong (olah rasa dan karsa).

1.5.3. Gambar 10-16 menunjukkan tentang puncak upacara ruwatan yang berisi kegiatan-kegiatan bagaimana seorang anak dipersiapkan untuk dapat diruwat atau dibebaskan dari marabahaya. Upacara tersebut mengandung nilai tentang pentingnya ketangguhan dan berdaya tahan anak dalam menolak Betara Kala (olah raga/kinestetika), sehingga memiliki kemampuan untuk bisa merefleksikan hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang buruk (olah pikir).

1.5.4. Gambar 17 berisi upacara makan bersama sebagai ucapan syukur kepada Tuhan karena anak yang diruwat sudah terbebas dari marabahaya.

1.5.5. Prototipe memuat refleksi untuk menggali pengetahuan anak tentang tradisi ruwatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.

1.6.Definisi Operasional


(27)

1.6.1. Prototipe

Suatu karya tulis yang dijadikan buku sebagai panduan yang belum diproduksi secara masal.

1.6.2. Buku cerita

Sebuah buku yang berisi cerita dan gambar-gambar yang menarik bagi anak.

1.6.3. Anak usia 9-11 tahun

Anak dalam tahap operasional konkret, dalam tahap ini anak lebih menggunakan penalaran yang logis.

1.6.4. Tradisi Ruwatan

Ruwatan adalah tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian atas kesalahan dan dosa manusia yang bisa membawa bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat di dalam hidupnya (Herawati, 2010:3). 1.6.5. Pendidikan karakter kebangsaan

Pendidikan karakter kebangsaan yaitu usaha yang dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk membentuk sikap atau perilaku yang memenudi olah hati (beriman dan bertakwa), olah pikir (berpikir kritis, rasa ingin tahua), olah raga (bersih dan sehat, sportif) dan olah rasa dan karsa (kebersamaan dan gotong royong).


(28)

8 BAB II LANDASAN TEORI

Pada BAB II ini akan menjelaskan tentang kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.

2.1.Kajian Teori

Kajian teori ini akan membahas tentang tradisi Jawa, pendidikan karakter kebangsaan, buku cerita anak, anak usia 9-11 tahun.

2.1.1.Tradisi Jawa

Tradisi Jawa ini akan menguraikan tentang pengertian tradisi Jawa, macam-macam tradisi Jawa, ruwatan.

2.1.1.1. Pengertian Tradisi Jawa

Tradisi adalah kebiasaan yang diturunkan oleh nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat sampai sekarang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:645). Tradisi merupakan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:1208). Tradisi juga sering disebut upacara adat. Upacara adat adalah salah satu budaya yang sampai saat ini masih dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya, selain itu upacara adat juga merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari generasi kegenerasi selanjutnya atau secara turun temurun (Sulistyobudi dkk, 2013:73). Sejalan dengan definisi tersebut upacara adat merupakan suatu bentuk kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat yang bertujuan untuk mencari keselamatan secara bersama-sama (Soepanto dalam Sulistyobudi, dkk, 2013:76).


(29)

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi Jawa adalah suatu kebiasaan atau suatu budaya yang sudah ada sejak jaman dahulu yang masih dijalankan dan dipertahankan oleh masyarakat Jawa sampai sekarang. Selain itu tradisi Jawa juga mengandung nilai-nilai yang harus diturunkan dari generasi ke generasi.

2.1.1.2. Macam-macam tradisi Jawa

Jawa sangat kaya akan tradisinya berikut ini merupakan beberapa tradisi yang ada di Jawa:

1. Nyadran

Nyadran adalah suatu rangkaian kegiatan adat yang dilakukan oleh masyarakat setempat pada bulan ruwah. Nyadran dilakukan oleh orang Jawa sebagai penghormatan pada arwah yang sudah meninggal (Herawati, 2010:25). Nyadran bertujuan untuk mendoakan arwah leluhur yang sudah meninggal. Selain mendoakan arwah leluhur, kegiatan lain adalah menabur bunga di atas makam para leluhur.

Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara nyadran adalah nilai spiritual hal tersebut terlihat ketika sedang berada dimakam, orang-orang mendoakan arwah leluhurnya masing-masing agar arwah tersebut bisa diterima dan tenang disisi Tuhan Yang Maha Esa (Herawati, 2010:30). Upacara nyadran juga mengandung nilai kebersamaan atau bergotong royong hal tersebut dapat dilihat ketika sebelum melakukan upacara nyadran para masyarakat membersihkan makam secara bersama-sama dan saling bergotong yorong menyipakan tempat yang akan digunakan untuk acara kenduri (Herawati, 2010:29). Nilai sosial juga terlihat


(30)

10

dalam upacara nyadran yaitu setelah melaksanakan kenduri tali silaturahmi antar masyarakat menjadi semakin erat (Herawati, 2010:30).

2. Ruwatan

Ruwatan berasal dari kata ruwat, rumuwat, atau mengruwat yang memiliki arti mengapus kutukan, kemalangan, dan terbebas dari hal-hal yang tidak baik (Subalidinata dalam Sulistyobudi, dkk, 2013:4). Ruwatan merupakan upacara ritual dengan tujuan untuk membebaskan dan membersihkan seseorang dari sesuatu yang jahat dan terhindar dari hal-hal yang buruk yang dapat menimpa seseorang (Sulistyobudi, dkk, 2013:4). Ruwatan adalah tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian atas kesalahan dan dosa manusia yang bisa membawa bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat di dalam hidupnya (Herawati, 2010:3). Berdasarkan dari ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ruwatan adalah upacara tradisional Jawa yang dilakukan untuk membebaskan diri seseorang dari hal-hal yang buruk seperti kutukan, bahaya, dan pengaruh jahat yang dapat mengancam keselamatan hidup seseorang.

Ruwatan bertujuan untuk menghindarkan diri dari marabahaya dan malapetaka yang mengancam, menghindarkan diri dari pengaruh jahat yang timbul dari makhluk halus, menghindarkan diri dari bencana yang berasal dari alam (Herawati, 2010:14). Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara ruwatan adalah gotong royong atau kerjasama hal tersebut terlihat ketika para masyarakat secara bergotong royong untuk menyiapkan segala keperluan untuk upacara ruwatan, nilai sosial hal tersebut dapat dilihat kebesamaannya ketika memersiapkan upacara ruwatan dapat saling tolong menolong satu sama lain,


(31)

selain itu dalam upacara ruwatan juga mengandung nilai spiritualnya yaitu ketika anak sukerta yang diruwat dimohonkan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar ia dapat terbebas dari marabahaya yang mengancamnya (Sulistyobudi, dkk, 2013:51-58).

3. Nglarung

Upacara nglarung adalah suatu bentuk ungkapan rasa syukur para nelayan atas segala hasil laut yang berlimpah kepada Tuhan Yang Maha Esa selain sebagai ucapan syukur, upacara nglarung juga merupakan bentuk persembahan kepada penguasa Laut Selatan yaitu Ratu Kidul atau Kanjeng Nyai Roro Kidul (Sulistyobudi, dkk, 2013:74). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tradisi nglarung merupakan tradisi yang bertujuan untuk mengucapkan syukur atas hasil laut yang telah berlimpah dan persembahan kepada penguasa laut.

Nilai-nilai yang terkandung di dalam tradisi nglarung adalah nilai gotong royong terlihat ketika semua masyarakat secara bergotong royong membersihkan lingkungan tempat pelelangan ikan, memasang tenda, dan memasang tarub, selain itu saat pelaksanaan inti upacara yaitu pada waktu sesaji akan dilabuh para warga juga secara bergotong royong ikut mendorong perahu yang dipakai untuk melabuh (Sulistyobudi, dkk, 2013:110). Upacara nglarung erat kaitannya dengan nilai spiritual yaitu sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hasil dan segala rahmatnya yang telah dilimpahkan, selain itu juga untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani hidup (Sulistyobudi, dkk, 2013:111).


(32)

12

Dari ketiga tradisi tersebut peneliti akan membahas lebih lanjut tentang tradisi ruwatan.

2.1.2.Ruwatan

Ruwatan ini akan membahas tentang pengertian dari ruwatan, tujuan dari ruwatan, golongan sukerta yang harus diruwat, tata upacara dalam ruwatan, perlengkapan yang ada di dalam ruwatan, dan nilai-nilai yang terkandung di dalam ruwatan.

2.1.2.1. Pengertian ruwatan

Ruwatan adalah tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian atas kesalahan dan dosa manusia yang bisa membawa bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat di dalam hidupnya (Herawati, 2010:3). Ruwatan berasal dari kata ruwat, rumuwat, atau mengruwat yang memiliki arti menghapus kutukan, kemalangan, dan terbebas dari hal-hal yang tidak baik (Subalidinata dalam Sulistyobudi, dkk, 2013:4). Ruwatan merupakan upacara ritual dengan tujuan untuk membebaskan dan membersihkan seseorang dari sesuatu yang jahat dan terhindar dari hal-hal yang buruk yang dapat menimpa orang tersebut (Sulistyobudi, dkk, 2013:4).

Berdasarkan dari ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ruwatan adalah upacara tradisional Jawa yang dilakukan untuk membebaskan diri seseorang dari hal-hal yang buruk seperti kutukan, bahaya, dan pengaruh jahat yang dapat mengancam keselamatan hidup seseorang.

2.1.2.2. Tujuan upacara ruwatan


(33)

1. Untuk menghindarkan diri dari marabahaya atau malapetaka yang mengancamnya.

2. Untuk menghindarkan diri dari pengaruh jahat yang timbul dari makhluk halus

2.1.2.3. Golongan sukerta

Berikut ini merupakan golongan sukerta yang harus diruwat diantaranya yaitu (Herawati, 2010:3-4): yang pertama anak laki-laki tunggal tanpa saudara yang sering disebut anak ontang-anting. Anak sukerta selanjutnya adalah unting-unting yaitu anak perempuan tunggal tanpa saudara kandung, yang ketiga dhampit yaitu anak kembar laki-laki dan perempuan. Golongan sukerta yang kelima kedana-kedhini yaitu anak dua bersaudara laki-laki dan perempuan.

Anak golongan sukerta yang selanjutnya adalah pendhawa yaitu anak lima bersaudara laki-laki semua, yang selanjutnya adalah pendhawi yaitu anak lima bersaudara perempuan semua. Golongan sukerta yang ketujuh adalah uger-uger lawang yaitu dua bersaudara laki-laki semua, yang kedelapan adalah kembang sepasang yaitu dua bersaudara perempuan semua. Anak sukerta yang selanjutnya adalah sendhang kapit pancuran yaitu tiga bersaudara, anak yang tengah berjenis kelamin perempuan, sedangkan anak yang sulung dan bungsu berjenis kelamin laki-laki, dan golongan sukerta yang terakhir adalah pancuran kapit sendhang yaitu tiga bersaudara, anak yang tengah berjenis kelamin aki-laki, sedangkan anak yang sulung dan bungsu berjenis kelamin perempuan.


(34)

14

2.1.2.4. Tata upacara dalam ruwatan

Tradisi ruwatan memiliki tatacara pelaksanaan, berikut ini merupakan tatacara pelaksanaan upacara ruwatan (Herawati, 2010:6-8):

1. Upacara siraman

Upacara siraman ditujukan pada anak yang akan diruwat. Siraman dilakukan oleh orang tua dengan menggunakan air yang ditaburi dengan berbagai macam bunga. Setelah upacara siraman anak yang akan diruwat mengenakan pakaian adat Jawa. Anak yang akan diruwat didampingi oleh sanak saudaranya dan dibimbing oleh dalang bersujud dihadapan orang tuanya untuk memohon doa restu. Setelah itu dalang membacakan doa untuk keselamatan anak sukerta dan agar acara dapat berjalan dengan lancar tidak ada suatu halangan apapun. Setelah itu sesaji dibawa ke tempat yang telah disediakan yaitu di tempat pertunjukan wayang. Anak sukerta didampingi oleh orang tuanya menuju tempat yang telah disediakan. Selanjutnya dalang menyerahkan sesaji yang telah dipersiapkan tadi.

2. Pertunjukan wayang dengan lakon murwakala

Acara inti pun dimulai dengan adanya pertunjukan wayang dengan lakon murwakala. Lakon murwakala menceritakan tentang perburuan Betara Kala terhadap tiga puluh enam jenis mangsanya yaitu anak sukerta seperti ontang-anting, unting-unting, dampit, dan lain sebagainya. Sebelum acara selesai, dalang menghentikan sejenak pertunjukan wayangnya. Dalang melakukan acara srah-srahan yaitu orang tua menyerahkan anak sukerta pada dalang.


(35)

3. Upacara srah-srahan

Orang tua dari anak sukerta membawa gunting dan saputangan kemudian menyerahkan anak sukerta itu pada dalang. Gunting yang sudah dipersiapkan digunakan untuk menggunting rambut anak sukerta. Potongan rambut tersebut diletakkan di atas saputangan yang sudah dipersiapkan. Potongan rambut tersebut dibungkus dan diserahkan kepada dalang. Setelah selesai proses srah-srahan dalang kemudian melanjutkan pertunjukan wayang yang tinggal beberapa adegan lagi.

4. Ucapan terimakasih

Upacara ruwatan telah berakhir, orang tua dan si anak menghampiri dalang untuk mengucapkan terimakasih karena anaknya sudah terbebas dari marabahaya. Acara selanjutnya yaitu makan bersama dan dilanjutkan dengan tirakatan.

2.1.2.5. Perlengkapan upacara tradisi ruwatan

Perlengkapan-perlengkapan yang digunakan untuk upacara ruwatan adalah sebagai berikut: tempat tirta atau tempat air, dupa, kemenyan, candu, bunga berbagai macam, biji-bijian, empon-empon, telor 4 macam (telor ayam, angsa, itik, dan burung), janur, daun jati, daun kluwih, lilin, pisang raja, kinang (suruh atau sirih, injet atau kapur, tembakau), jajanan pasar, lawe, duk, cerutu, tumpeng, minuman 48 macam (dhawet, rujak degan, arak, dan lain sebagainya), ayam, babi, potongan kuku atau rambut yang diruwat, pakaian yang diruwat (Sulistyobudi, dkk, 2013:39).


(36)

16

Perlengkapan-perlengkapan tersebut juga memiliki makna atau arti tersendiri. Makna dari perlengkapan-perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut (Sulistyobudi, dkk, 2013:42-45): yang pertama tirta atau air sebagai lambang air suci atau air kehidupan, yang selanjutnya dupa, kemenyan, candu melambangkan bau wewangian yang harum semerbak dan pucuk dari dupa, kemenyan, dan candu sebagai lambang wahana penyimpanan doa permohonan. Berbagai macam bunga seperti bunga kanthil, melati, mawar merah dan putih, kenanga, dan bunga setaman memiliki lambang bau dan warna. Bunga kanthil melambangkan rasa cinta kasih, bunga melati melambangkan kesucian dan kemurnian dari dalam diri manusia, bunga mawar merah melambangkan pengharapan dunia yang indah dan mawar putih melambangkan rasa cinta kasih atau kepasrahan yang murni, bunga kenanga memiliki makna bahwa manusia harus selalu mengenang Sang Pencipta dan leluhur, sehingga manusia selalu ingat dan waspada dalam menjalani hidup, bunga setaman melambangkan berbagai macam bau dan warna yang ada di dunia.

Biji-bijian seperti gabah, kedelai, jagung, kacang, dan lain sebagainya melambangkan sebuah harapan agar manusia menjadi biji yang baik, sehingga saat tumbuh bisa menjadi tanaman yang subur dan bermanfaat. Empon-empon bermanfaat sebagai bumbu masak dan juga kesehatan, sehingga empon-empon memiliki makna agar manusia selalu menjaga rasa dan kesehatan dengan baik. Telor ayam, angsa, bebek, dan burung melambangkan keempat penjuru mata angin yaitu angin Timur, Selatan, Barat, dan Utara. Selain itu juga sebagai simbol Bathara Guru/Putih, Bathara Bhrama/Merah, Bathara Mahadewa/Biru, Bathara Wisnu/Hitam, diharapkan manusia bisa menetas menjadi manusia yang baik.


(37)

Daun jati, kluwih, dan janur bermakna bahwa manusia harus dapat menemukan jati dirinya sebagai makhluk Tuhan. Lilin sebagai lambang pelita atau cahaya kehidupan. Pisang raja melambangkan bahwa kehidupan itu berbagai macam isinya. Lawe dan duk melambangkan manusia harus selalu melaksanakan kesucian dan selalu ingat dan waspada. Babi melambangkan kehidupan yang kotor, manusia diharapkan tidak mengikuti pola hidup babi. Pakaian sebagai lambang pribadi manusia. Rambut sebagai simbol mahkota yang dimiliki oleh manusia. Makna yang terakhir adalah tumpeng. Tumpeng memiliki makna bahwa kehidupan manusia harus dapat menyatu dengan alam.

Perlengkapan-perlengkapan tersebut yang digunakan dalam upacara ruwatan. Perlengkapan tersebut juga mengandung banyak makna yaitu sebagai lambang kesucian, pengharapan, rasa, cinta kasih, kemurnian dan masih banyak lagi. Tentunya perlengkapan tersebut sangat berarti upacara ruwatan, karena barang-barang yang digunakan untuk sesaji tersebut merupakan bagian dari manusia dan berada disekeliling manusia.

2.1.2.6. Nilai nilai dalam ruwatan

Ruwatan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut (Sulistyobudi, dkk, 2013:51-58):

1. Gotong royong atau kerjasama

Gotong royong merupakan suatu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat. Nilai gotong royong di dalam upacara ruwatan terlihat pada saat mempersiapkan pembuatan tempat sesaji, menata perlengkapan sesaji, memasang tenda dan membersihkan lingkungan sekitar


(38)

18

yang akan digunakan untuk upacara ruwatan. Warga bergotong royong dan ikut ambil bagian, tidak ada yang membeda-bedakan status sosialnya.

2. Solidaritas

Solidaritas adalah suatu bentuk kesatuan dan kebersamaan yang diusahakan oleh manusia untuk membentuk kesetiakawanan dalam kelompok atau masyarakat.. Bentuk solidaritas adalah saling menghormati satu dengan yang lain, saling tolong menolong, berperilaku baik. Adanya solidaritas tersebut maka kebersamaan dalam ruwatan menjadi lebih hikmad.

3. Spiritual

Spiritual erat kaitannya dengan kejiwaan, rohani, batin, mental, dan moral. Upacara ruwatan jelas sekali berkaitan dengan spiritual. Manusia memiliki empat unsur yaitu unsur tanah, api, air dan udara. Orang yang diruwat pada umumnya mengalami gangguan disalah satu unsur sehingga tidak ada keseimbangan ke empat unsur tersebut. Cara untuk menyeimbangkannya adalah dengan diruwat, agar sukerta yang ada di dalam tubuh seseorang tersebut dimohonkan ampun pada Tuhan Yang Maha Esa.

Nilai-nilai tersebut apabila diajarkan akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu adalah suatu pendidikan. Kebiasaan tentang nilai-nilai tersebut yang dapat membentuk karakter anak sedikit demi sedikit. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang pendidikan karakter kebangsaan.

2.1.3.Pendidikan Karakter Kebangsaan

Pendidikan karakter kebangsaan ini akan membahas tentang pengertian dari karakter, karakter kebangsaan, dan pendidikan karakter kebangsaan.


(39)

2.1.3.1. Pengertian dari karakter

Karakter berasal dari Yunani dari kata charassein yang berarti membuat tajam atau membuat dalam (Bagus dalam Kurniawan, 2013:28). Suyanto dalam Kurniawan (2013:28), mendefinisikan karakter adalah sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas dalam diri seseorang. Karakter adalah sesatu yang sangat penting demi tercapainya tujuan hidup manusia. Sejalan dengan definisi tersebut, karakter merupakan dorongan pilihan seseorang sebagai penentu hal yang terbaik dalam hidup seseorang (Samani dkk, 2011:22). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Samani, dkk (2011:42), karakter adalah akhlak atau budi pekerti serta kejiwaan yang membedakan seseorang dengan yang lain. Kementrian Pendidikan Nasional dalam Samani, dkk (2011:42) berpendapat bahwa karakter adalah nilai-nilai yang baik yang ada dalam diri seseorang dan dituangkan dalam perilaku.

Karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh seseorang yang mengandung nilai, kemampuan, dan moral (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:7). Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakter adalah suatu nilai perilaku yang menjadi ciri khas manusia yang berhubungan dengan sikap, moral, dan keterampilan.

2.1.3.2. Karakter kebangsaan

Karakter bangsa merupakan kualitas yang dimiliki oleh bangsa yang memiliki ciri khas yang baik tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa sebagai hasil dari olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, olah raga (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:7). Karakter kebangsaan


(40)

20

berlandaskan dengan filsafat Pancasila artinya setiap aspek dari karakter harus dilandasi dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila, untuk keterangan yang lebih lanjut akan dijelaskan sebagai berikut (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:20-21):

1. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa

Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain dapat saling menghormati dan saling bekerjasama dengan umat agama lain, tidak memaksakan agama dan kepercayaan orang lain.

2. Bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab

Karakter kemanusiaan seseorang tercermin dalam persamaan derajat, hak dan kewajiban, saling mencintai, tenggang rasa, saling menghormati, saling bekerjasama dan bergotong royong dengan orang lain, dan lain sebagainya. 3. Bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa

Karakter kebagsaan seseorang tercermin dalam sikap persatuan, kesatuan, dan kepentingan bersama, rela berkorban demi bangsa dan negara, menjunjung tinggi bangsa Indonesia, dan lain sebagainya.

4. Bangsa yang demokratis menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia Karakter kerakyatan seseorang tercermin dalam perilaku yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain dan kepentingan negara, tidak memaksakan kehendak orang lain, mengutamakan musyawarah bersama dan memutuskan pendapat secara bersama demi kepentingan bersama, dan lain-lain.


(41)

5. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan

Karakter keadilan sosial seseorang tercermin dalam perbuatan yang mencerminkan sikap gotong royong, adil, menghormati hak-hak orang lain, dan lain sebagainya.

2.1.3.3. Pendidikan karakter kebangsaan

Pendidikan karakter diperlukan untuk mencapai karakter kebangasaan. Pendidikan karakter kebangsaan yaitu usaha yang dilakukan oleh suatu negara atau pemerintah melalui proses pendidikan dan pembelajaran guna mewujudkan kehidupan suatu bangsa dan negara dengan dasar ideologi, bermoral, bertoleran,bergotong royong, berakhlak mulia, berbudaya, dan berdasarkan Pancasila yang dijiwai oleh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:7). Pendidikan karakter kebangsaan dapat membentuk individu-individu yang berkarakter yang dimaknai dalam empat bagian yaitu olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Keempat bagian tersebut akan dijelaskan secara lebih lanjut (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:22).

1. Karakter yang bersumber dari olah hati

Olah hati adalah kemampuan hidup manusia yang bersumber dari hati untuk mengelola aspek-aspek spiritual yang membentuk karakter manusia (Yaumi, 2014:53). Karakter yang bersumber dari olah hati adalah sebagai berikut: beriman dan bertakwa, bersyukur, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.


(42)

22

2. Karakter yang bersumber dari olah pikir

Olah pikir adalah berkaitan dengan otak, pikiran, dan cipta (Yaumi, 2014:45). Karakter yang bersumber dari olah pikir diantaranya adalah sebagai berikut: cerdas, kritis, kreatif, inovativ, ingin tahu, produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif.

3. Karakter yang bersumber dari olah raga

Olah raga merupakan suatu bentuk akivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh atau jasmani (Yaumi, 2014:56). Karakter yang bersumber dari olah raga diantaranya adalah bersih dan sehat, sportif, tangguh, handal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.

4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa

Olah rasa lebih cenderung pada emosional, empati, perasaan moral (Yaumi, 2014:50).karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa adalah sebagai berikut: kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmoplit (mendunia), mengutamankan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

Karakter olah hati, olah pikir, olah raga/kinestetika, dan olah rasa dan karsa juga terdapat di dalam tradisi ruwatan. Oleh kerena itu, peneliti akan menguraikan nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan yang terkandung dalam tradisi ruwatan.


(43)

2.1.3.4. Pendidikan karakter dalam tradisi ruwatan

Karakter yang terkandung dalam tradisi ruwatan diantaranya meliputi olah hati meliputi bersyukur kepada Tuhan, hal tersebut ditunjukkan ketika tradisi ruwatan telah selesai diselenggarakan, keluarga menyediakan makanan tumpeng untuk disantap bersama oleh para warga. Olah pikir meliputi reflektif, hal tersebut ditunjukkan ketika pemotongan rambut anak yang diruwat. Hal tersebut melambangkan bahwa anak harus membuang pikiran yang buruk dan melakukan yang baik. Olah raga/kinestetika meliputi berdaya tahan dan tangguh hal tersebut ditunjukkan ketika seorang anak yang diruwat menerima srah-srahan yang berupa kelapa, tebu wulung, dan bunga melati. Hal tersebut melambangan bahwa seseorang harus memiliki ketangguhan dan berdaya tahan yang kuat . Olah rasa dan karsa meliputi gotong royong dan kebersamaan, hal tersebut dapat ditunjukkan ketika melakukan kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan tradisi ruwatan, masyarakat secara bersama-sama bergotong royong untuk membantu mempersiapkan pelaksanaan tradisi ruwatan.

Agar anak memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tardisi ruwatan. Peneliti membuat buku cerita anak tentang tardisi ruwatan. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut tentang buku cerita anak.

2.1.4.Buku Cerita Anak

Buku cerita anak akan membahas tentang pengertian buku cerita anak, tujuan buku cerita anak, macam-macam buku cerita anak.


(44)

24

2.1.4.1. Pengertian buku cerita anak

Buku cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak dengan memuat cerita yang menarik dan terdapat lebih banyak gambarnya (Hardjana, 2006:2). Sejalan dengan pendapat tersebut cerita anak adalah cerita yang ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak, artinya cerita tersebut ditulis sesuai dengan pengalaman sehari-hari anak (Kurniawan, 2013:18). Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak dan sesuai dengan pengalaman sehari-hari anak. Ciri khas dari cerita anak adalah sebagai berikut (Raines & Isbell, 2002:viii): jalan cerita yang mudah diikuti pleh anak-anak, kata dan ucapan yang berulang, kisah atau ceritanya yang dapat dengan mudah ditebak oleh anak, berisi tentang sekumpulan kegiatan, ceritanya lucu, cerita berisi kejadian yang dapat menarik minat anak, akhir yang baik dengan kesimpulan atau hasil refleksi, cerita berisi pesan atau moral yang jelas

2.1.4.2. Tujuan buku cerita anak

Buku cerita anak dibuat oleh penulis tentunya memiliki tujuan yang berguna bagi anak-anak. Berikut ini merupakan tujuan dari buku cerita anak diantaranya adalah (Raines & Isbell, 2002:vii): buku cerita dapat membuat anak menjadi terinspirasi, membantu anak dalam perkembangan apresiasi kultural, memperluas pengetahuan anak, menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak, mengembangkan imajinasi anak, dapat memotivasi anak untuk lebih banyak menggali literatur.


(45)

Dari beberapa tujuan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari buku cerita adalah dapat menambah informasi dan mengembangkan imajinasi anak. Selain itu setelah anak mendengarkan cerita, anak dapat menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri.

2.1.4.3. Macam-macam bentuk buku cerita anak

Buku cerita dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu fiksi dan non fiksi. Fiksi dalam bahasa Inggris ialah fiction yang diturunkan dari bahasa Latin fictio yang memiliki arti membentuk, membuat, mengandakan, dan menciptakan (Tarigan dalam Hardjana, 2006:4). Fiksi adalah cerita yang dibentuk, dibuat, diadakan, dan diciptakan. Cerita fiksi adalah cerita yang semula tidak ada kemudian dengan sengaja dibentuk, dibuat, diadakan, maupun diciptakan agar cerita tersebut menjadi ada (Hardjana, 2006:4). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa carita fiksi merupakan cerita yang tidak nyata atau benar-benar terjadi. Cerita tersebut hanyalah sebuah karangan yang dibuat oleh penulis. Macam-macam dari cerita fiksi adalah novel, cerita pendek, cerkak, fabel, cerita bergambar, dan lain-lain (Hardjana, 2006:4).

Lawan dari cerita fiksi ialah cerita nonfiksi. Cerita nonfiksi adalah cerita yang berdasarkan kenyataan (Hardjana, 2006:4). Tujuan dari cerita non fiksi adalah untuk menciptakan kembali segala sesuatu yang telah terjadi. Contoh dari cerita nonfiksi adalah biografi, sejarah, dan lain sebagainya (Hardjana, 2006:5).

Peneliti menggunakan cerita fiksi untuk membuat buku cerita tentang tradisi ruwatan. Buku yang dibuat oleh peneliti termasuk fiksi karena buku tersebut berupa cerita yang dikarang dn termauk dalam cerita bergambar.


(46)

26

2.1.5.Literasi Anak

Kata “literasi” berasal dari bahasa Latin literatus, yang berarti orang yang belajar (Foster & Purves dalam Tiatri, 2004:44). Seorang literatus adalah orang yang memiliki kemampuan membaca, menulis, dan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Latin (Tiatri, 2004:44). Dapat disimpulkan bahwa literasi anak adalah kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki oleh anak.

Membaca adalah proses bahasa, anak yang akan belajar membaca harus memahami hubungan antara bacaannya dan bahasanya (Abidin, 2012: 14). Membaca dikatakan dikatakan sebagai suatu proses karena dengan menggunakan bahasa yang dilisankan. Tujuan dari membaca adalah 1) memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan, 2) memperoleh informasi dan menambah wawasan, 3) dapat menambah kosa kata (Abidin, 2012:5-8).

Berdasarkan penelitian dan data statistik yang dilakukan di Inggris dan Amerika, pertumbuhan bahasa yang normal pada anak adalah sebagai berikut (Mustafa, 2005:11): 1) anak usia 2 tahun mampu menguasai 275 kosakata, 2) anak usia 4 tahun mampu menguasai 1550 kosakata, 3) anak usia 6 tahun mampu menguasai 2560 kosakata, 4) anak usia 8 tahun mampu menguasai 3600 kosakata, 5) anak usia 10 tahun mampu menguasai 5700 kosakata, 6) anak usia 12 tahun mampu menguasai 7500 kosakata, 7) anak usia 14 tahun mampu menguasai 9000 kosakata. Anak yang memiliki IQ sedang dan cerdas mampu menguasai 12 ribu kosakata, sedangkan anak degan IQ jenius mampu menguasai 14 ribu kosakata. Anak dengan usia 9-11 tahun diharapkan mampu menguasai 3600 sampai 5700 kosakata.


(47)

Faktor-faktor pendukung untuk meningkatkan keterampilan membaca adalah (Mustafa, 2005:69) yang pertama memilah-milah persoalan sehingga membuat anak bergairah membaca dan lebih serius. Faktor yang kedua memperhatikan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada anak kemudian memintanya untuk menjelaskan topik yang anak baca. Faktor yang selanjutnya adalah memanfaatkan informasi sekolah untuk menjelaskan manfaat membaca, yang keempat adalah menjelaskan secara singkat otobiografi tokoh-tokoh terkenal. Faktor yang kelima adalah menjelaskan kepada anak buku-buku terkenal dalam bidang ilmu pengetahuan kemanusiaan (humaniora).

Faktor keenam memotivasi anak untuk membaca dengan serius dengan cara mengadakan lomba membaca, yang selanjutnya mengadakan pertemuan untuk mendengarkan bacaan yang baik. Faktor kedelapan meningkatkan kemampuan mendengar, kemampuan membaca cepat, kemampuan menghubungkan hasil bacaannya. Faktor kesembilan anak merangkum hasil bacaannya, yang selanjutnya menerbitkan majalah dinding yang memuat hasil karya anak. Faktor yang kesebelas perpustakaan sekolah hendaknya menyiapkan buku-buku dan cerita-cerita yang sesuai dengan tingkatan anak, dan faktor yang terakhir adalah menyediakan komputer. Fakto-faktor tersebut sangatlah mendukung minat anak dalam membaca.

2.1.6.Anak Usia 9-11 Tahun

Anak usian 9-11 tahun akan membahas lebih lanjut tentang psikologi perkembangan anak dan tugas perkembangan anak.


(48)

28

2.1.6.1. Psikologi perkembangan anak

Jean Piaget berpendapat bahwa tahap opersional konkret dimulai pada umur 7-11 tahun. Usia 9-11 tahun termasuk dalam operasional konkret. Tahap ini ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis (Anggota IKAPI, 2001:69). Dalam tahap ini anak-anak mulai menggunakan pemikiran yang logis untuk memecahkan suatu masalah. Tahap opersional konkret ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan kenyataan atau konkret. Ciri-ciri pemikiran konkret adalah sebagai berikut (Anggota IKAPI, 2001:77-86):

a. Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh

Pada tahapan ini anak akan menggambarkan semua kejadian yang dialami. Anak juga akan menggambarkan seluruh ingatan, pengalaman dan objek yang dialami dan ditemui dalam kehidupan sehari-harinya

b. Melihat dari berbagai macam segi

Pada tahap ini anak lebih cenderung melihat suatu objek atau persoalan secara lebih menyeluruh dengan melihat aspek-aspeknya. Anak mulai melihat persoalan dari sudut pandang yang luas tidak hanya dari satu sudut pandang saja.

c. Serasi

Anak pada tahap ini mulai dapat menyusun atau mengatur unsur-unsur menurut besar kecilnya benda atau unsur tersebut. Misalnya jika anak diberikan 5 tongkat yang berbeda ukurannya, anak umur 7-11 tahun akan


(49)

dapat menyusunnya mulai dari tongkat yang paling pendek sampai tongkat yang paling panjang, sehingga akan terlihat serasi.

d. Klasifikasi

Pada tahapan ini anak mulai dapat mengelompokkan dan menyatukan suatu objek sesuai dengan kesamaannya. Misalnya jika anak diberikan 5 benda yang berbentuk lingkaran yang memiliki ukuran sama dan berwarna merah, dengan 5 lima benda yang berbentuk segitiga dengan ukuran yang sama dan berwarna kuning. Benda-benda tersebut diletakkan secara acak, maka anak umur 7-11 tahun akan mengelompokkan benda tersebut sesuai dengan bentuk dan warnannya.

e. Kausalitas

Pada tahap ini, anak sudah lebih luas dan mendalam melihat sebab dan suatu kejadian. Tahap ini anak akan cenderung lebih banyak bertanya tentang mengapa bisa terjadi seperti itu, dan juga anak lebih suka meneliti terjadinya berbagai macam hal.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri dari anak usia operasional konkret adalah pemikiran anak yang sudah berdasarkan logika. Anak sudah dapat berpikir secara menyeluruh dengan melihat dari sudut pandang yang luas. Pemikiran anak dalam banyak hal sudah teratur dan terarah karena anak sudah dapat berpikir secara serasi, anak dapat mengklasifikasikan suatu objek dengan lebih baik, selain itu anak juga sudah bisa membuat kesimpulan sendiri, dan konsep bilangan anak sudah lebih lengkap.


(50)

30

2.1.5.2. Tugas perkembangan anak usia 9-11 tahun

Pada masa anak yang usianya 6-12 tahun, dunainya akan lebih banyak di luar misalnya di sekolah, di lingkungan tempat bermain, maupun di masyarakat. Terdapat tiga dorongan yang dialami oleh anak pada tahap ini yaitu 1) dorongan untuk keluar dari rumah dan masuk ke dalam kelompok sebayanya, 2) dorongan untuk melakukan berbagai permainan dan kegiatan yang menuntuk keterampilan dan gerakan fisik, 3) dorongan mental untuk masuk ke dunia konsep, pemikiran, interaksi, dan simbol-simbol (Hartinah, 2008:46). Dalam hal ini terdapat pula beberapa tugas perkembangan yang dituntut pada anak tahap ini yaitu diantaranya adalah sebagai berikut (Hartinah, 2008:46-47): yang pertama belajar keterampilan fisik karena pada tahapan ini anak akan lebih senang bermain, yang selanjutnya pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang berkembang. Pada tahap ini anak dituntut untuk senang berolahraga, menjaga kesehatan serta memiliki sikap yang tepat terhadap lawan jenisnya.

Tugas perkembangan anak yang ketiga adalah belajar berteman dengan sebayanya, dalam tahap ini anak dituntut untuk mampu bergaul, bekerjasama, saling menolong, dan lain sebagainya. Tugas perkembangan yang selanjutnya ialah belajar untuk melakukan peranan sosial sebagai laki-laki maupun perempuan, yang kelima belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu, membaca, menulis, dan berhitung. Tugas perkembangan anak yang selanjutnya adalah pengembangan konsep-konsep diperlukan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menyesuaikan diri dan dapat berperilaku sesuai aturan yang ada dilingkungannya.


(51)

Tugas perkembangan yang lebih lanjut adalah pengembangan moral, nilai, dan hati nurani. Pada tahap ini, anak dituntut untuk mampu menghargai perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan moral dan nilai yang telah berlaku. Selanjutnya memiliki kemerdekaan pribadi, pada masa ini anak mampu memilih, merancang, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tuanya. Tugas perkembangan yang terakhir adalah pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial. Anak diharapkan memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga-lembaga atau kelompok-kelompok yang ada di dalam masyarakat.

2.2.Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan buku cerita anak tentang tradisi dalam konteks pendidikan karakter masih sangat terbatas untuk dijadikan sebagai sumber untuk penelitian yang relevan. Berikut ini merupakan hasil penelitian yang relevan yang bersangkutan dengan buku cerita anak tentang tradisi dalam kontek pendidikan karakter.

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Sutrisno (2015) dengan judul jurnal “Pengembangan Protipe Buku Delapan Permainan Tradisional Jawa untuk Membangun Karakter Anak”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengembangkan prototipe buku delapan permainan tradisional Jawa untuk membangun karakter anak. Masalah yang didapatkan oleh peneliti dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada 50 anak yang dilakukan di Desa Minggir 3 ,Yogyakarta dan di Dusun Sejati Dukuh, Mertoyudan adalah terdapat 86% anak


(52)

32

lebih tertarik pada permainan elektronik dan hanya 14% anak yang masih mengenal permainan tradisional Jawa.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Darmoko (2002) yang berjudul “Ruwatan: Upacara Pembebasan Malapetaka Tinjauan Sosiokultural Masyarakat Jawa” (Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 6, No. 1, Juni 2002). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengenalkan dan membahas lebih dalam mengenai ruwatan. Masyarakat Jawa selalu berusaha menjaga keharmonisan jagad raya. Apabila terjadi disharmonisasi dalam jagad raya, mereka biasanya menyelenggarakan upacara-upacara. Upacara ruwatan merupakan salah satu bentuk usaha masyarakat Jawa untuk menyeimbangi jagad raya dan kelabilan. Manusia oleh karena suatu sebab terkena sukerta (noda), maka ia harus diruwat (dibebaskan) dari malapetaka (mangsa Batara Kala). Dalam upacara ruwatan biasanya dipergelarkan wayang kulit, yang menyajikan lakon khusus murwakala atau sudamala.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Azizah (2013), dengan judul “Pengembangan Buku Cerita Rakyat Bahasa Jawa Berbasis Kontekstual di Kabupaten Brebes”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan buku bacaan cerita rakyat bahasa Jawa berbasis kontekstual. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan (R&D). Prosedur penelitian yang dilakukan adalah analisis potensi dan masalah, pengumpulan data/informasi, desain produk, validasi desain/uji ahli, dan revisi prototipe/desain. Data dalam penelitian ini adalah data survai kondisi buku bacaan yang sudah ada, deskripsi angket kebutuhan dan deskripsi uji ahli. Pengumpulan data pada penelitian ini


(53)

menggunakan angket yang meliputi angket observasi, angket kebutuhan dan angket uji ahli. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut adalah buku bacaan cerita rakyat yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Bacaan disertai dengan gambar ilustrasi yang diberi warna yang menarik. Bacaan yang dikembangkan mengandung pesan moral sesuai dengan ketentuan penyusunan buku pengayaan atau buku bacaan kepribadian.

Berdasarkan dari beberapa literatur penelitian yang relevan di atas, peneliti masih belum menemukan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter. Penelitian di atas masih terbatas pada penjelasan tentang tujuan dari buku cerita, penjelasan tentang tradisi ruwatan itu sendiri, dan juga penjelasan tentang pendidikan karakter bagi anak. Ketiga penelitian yang relevan tersebut belum saling berkaitan. Oleh karena itu, peneliti akan mengembangkan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.


(54)

34

Gambar 2.1 Literatur Map dan Penelitian yang Relevan

2.3.Kerangka Berpikir

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan hal yang baru karena sebelumnya belum ada yang melakukan penelitian tentang prototipe buku cerita mengenai tradisi ruwatan. Berdasarkan tujuan penelitian terdahulu,

Marcelina Felix Sari Budi Sutrisno (2015) Pengembangan Prototipe Buku Delapan Permainan Tradisional Jawa untuk Membangun Karakter Anak

Penelitian ini menghasilakan produk berupa prototipe buku tentang permainan tradisional Jawa yang dapat membangun karaker anak .

Darmoko (2002)

Ruwatan: Upacara Pembebasan Malapetaka Tinjauan Sosiokultural Masyarakat Jawa

Penelitian ini membahas tentang tradisi ruwatan yang dapat membantu wawasan peneliti tentang tradisi ruwatan.

Nur Azizah (2013)

Pengembangan Buku Cerita Rakyat Bahasa Jawa Berbasis Kontekstual di Kabupaten Brebes

Penelitian ini menghasilkan produk berupa buku cerita rakyat.

Maria Septi Hayuadhine (2016)

Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak

Tentang Tradisi

Ruwatan Dalam Konteks Pendidikan Karakter


(55)

pengembangan buku cerita anak untuk usia 9-11 tahun tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan masih relevan untuk diteliti.

Prototipe yang peneliti kembangkan berupa buku cerita anak dengan judul “Tradisi Ruwatan”. Prototipe buku tersebut dapat digunakan dimana saja baik da dalam ruangan maupun di luar ruangan. Prototipe buku digunakan untuk memfasilitasi anak dalam memahami tradisi ruwatan sebagai salah satu budaya Jawa yang memiliki nilai karakter kebangsaan. Prototipe berupa: (1) buku cerita anak berjudul “Tradisi Ruwatan”. (2) prototipe terdiri dari cove, kata pengantar, daftar isi, cerita tentang tradisi ruwatan, daftar pustaka, refleksi. (3) prototipe berisi 17 gambar yang berisikan nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.

Peneliti membuat prototipe buku cerita ini dikarenakan masih terbatasnya penelitian yang mengembangkan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan. Selain itu, pada zaman yang semakin maju dan modern ini banyak anak-anak yang kurang memahami atau bahkan tidak mengetahui bahwa tardisi ruwatan tersebut adalah bagian dari tradisi Jawa. Pengetahuan tentang tradisi Jawa khususnya tradisi ruwatan masih sangatlah minim sekali. Para orang tua, guru, dan masyarakat yang ada di sekeliling anak kurang memberikan pengenalan dan pemahaman tentang tradisi-tradisi yang ada di Jawa. Lunturnya budaya dan tradisi-tradisi Jawa dikarenakan generasi sekarang ini kurang memahami dan melestarikan budaya dan tradisi Jawa tersebut khususnya tradisi ruwatan.

Hal tersebut mendorong peneliti untuk menyusun prototipe buku cerita yang berjudul “Tradisi Ruwatan”. Peneliti berharap prototipe buku cerita “Tradisi


(56)

36

Ruwatan” dapat membantu anak untuk memahami dan ikut melestarikan tradisi ruwatan dan untuk membentuk karakter kebangsaan yang tercermin dalam buku cerita tersebut.

2.4.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori diatas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

2.4.1 Bagaimana prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam membangun karakter kebangsaan anak?

2.4.2 Apakah prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dapat membantu anak memahami nilai-nilai pendidikan konteks karakter kebangsaan?


(57)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III dalam metode penelitian ini akan membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, uji coba produk, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh peneliti merupakan metode penelitian dan pengembangan atau yang sering disebut dengan Research and Development atau R&D. Reseacrh and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu (Sugiyono, 2012:297). Penelitian ini disebut R&D karena peneliti ingin mengembangkan suatu produk yang dibutuhkan oleh anak. Penelitian pengembangan ini akan mengembangkan produk berupa prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan untuk anak usia 9-11 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan di sekolah dasar.

3.2Setting Penelitian

Setting penelitian ini akan membahas tentang tempat penelitian, subjek penelitian, objek penelitian dan waktu penelitian.

3.2.1 Tempat Penelitian

Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data awal di daerah Kulon Progo lebih tepatnya di Dusun Duren Sawit, Bangaroya, Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta. Penelitian untuk analisis kebutuhan anak dilaksanakan di SD Negeri Tegalrejo 2 tepatnya di jalan Wiratama 27, Tegalrejo, Yogyakarta. uji coba


(58)

38

38

produk dilaksanakan di SD Kanisius Kenteng yang beralamat di Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek uji penelitian yang akan diteliti adalah anak usia 9-11 tahun. 3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah prototipe pengembangan buku cerita anak tentang tradisi ruwatan untuk anak usia 9-11 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu selama sembilan bulan. Terhitung mulai dari bulan Juni 2015 sampai bulan Februari 2016

3.3Prosedur Pengembangan

Prosedur prototipe pengembangan buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan dalam buku Sugiyono yang berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D” yang mengadaptasi langkah-langkah milik Brog dan Gall (Sugiyono, 2012:298). Prosedur pengembangan ini meliputi sepuluh langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3)desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) ujicoba pemakaian, (9) revisi produk, (10) produksi masal. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan tersusun dalam bagan sebagai berikut :


(59)

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono

Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan enam prosedur yang ada dalam buku Sugiyono dikarenakan keterbatasannya waktu, tenaga, dan biaya yang tidak memungkinkan peneliti melakukan semua langkah yang ada. Peneliti hanya menggunakan enam langkah tersebut diantaranya adalah (1) potensi dan masalah, (2) pengumulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, sehingga dapat menghasilkan produk prototipe pengembangan buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan. Prosedur penelitian dan pengembangan akan dijelaskan dalam gambar bagan berikut ini.

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk

Revisi Desain Validasi

Desain

Uji coba Produk Revisi

Produk Ujicoba

Pemakaian

Revisi Produk


(60)

40

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Digunakan Oleh Peneliti

Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Ruwatan dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan

Tahap 1 Potensi dan Masalah

Tahap 2 Pengumpulan Data Tahap 3 Desain Prototipe Tahap 4 Validasi Prototipe Tahap 5 Revisi Prototipe Tahap 6 Uji Coba Prototipe

 Potensi: tradisi ruwatan mengandung nilai-nilai berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan.

 Masalah: anak-anak kurang memahami tradisi ruwatan.

 Wawancara

 Pembagian lembar kuesioner pra penelitian  Pembagian kuesioner uji coba prototipe  Membuat cerita

 Menentukan gambar  Membuat sketsa  Konsultasi dan revisi

 Menggabungkan cerita dengan gambar oleh ahli desain grafis

 Prototipe divalidasi oleh seorang ahli bahasa

 Revisi Prototipe berdasarkan saran dari ahli bahasa


(61)

3.3.1 Potensi dan Masalah

Pada tahap potensi dan masalah, peneliti melakukan analisis kebutuhan anak di Yogyakarta yaitu dengan cara menyebarkan lembar kuesioner. Lembar kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui apakah anak usia 9-11 tahun memerlukan buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan guna meningkatkan pendidikan karakter kebangsaan. Lembar kuesionerini akan disebarkan pada anak yang berusia 9-11 tahun di SD N Tegalrejo 2. Hasil dari lembar kuesioner ini nantinya akan digunakan untuk mengetahui kebutuhan anak. Oleh karena itu buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan ini disusun dan dikembangkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan konteks pendidikan karakter kebangsaan.

3.3.2 Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik kuesioner dengan cara menyebarkan lembar kuesioner pada anak yang berusia 9-11 tahun di SD Negeri Tegalrejo 2 dan teknik wawancara dengan anak-anak di Dusun Duren Sawit, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo. Kuesioner berisi 12 pernyataan yang akan digunakan untuk menganalisis kebutuhan anak. Pengumpulan data ini bertujuan agar peneliti memperoleh data sesuai dengan kebutuhan anak dan sebagai salah satu cara untuk mengetahui bentuk dari buku cerita bergambar yang dapat membantu anak agar dapat lebih memahami tradisi ruwatan dan membentuk karakter anak melalui buku cerita bergambar tersebut.


(62)

42

3.3.3 Desain Produk

Produk yang dihasilkan berupa prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi ruwatan untuk anak usia 9-11 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangasaan. Desain produk meliputi penulisan cerita, pemilihan gambar yang akan digunakan dalam membuat sketsa, pembuatan sketsa, tahap finishing sketsa yaitu dengan diberi warna. Langkah-langkah tersebut akan menjadi pedoman dalam pembuatan produk buku cerita bergambar.

3.3.4 Validasi Desain

Produk berupa prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan untuk anak usia 9-11 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan yang sudah dibuat, perlu divalidasi oleh ahli terlebih dahulu sebelum diuji cobakan. Validasi akan dilakukan oleh satu ahli Bahasa Indonesia. Validasi dilakukan dengan cara memberikan desain produk dan lembar kuesioner pada ahli.

3.3.5 Revisi Desain

Berdasarkan hasil validasi, peneliti melakukan revisi desain produk berupa buku cerita bergambar. Kritik dan saran dari ahli Bahasa Indonesia dapat digunakan sebagai landasan untuk memperbaiki desain produk.

3.3.6 Uji coba Produk

Desain produk yang sudah direvisi kemudian diujikan pada 10 anak yang berusia 9-11 tahun di SD Kanisius Kenteng. Uji coba produk dimaksudkan agar anak mengetahui tradisi ruwatan dan dapat membentuk karakter anak. Anak diberikan lembar kuesioner untuk mengetahui sejauh mana pamahaman anak terhadap tradisi ruwatan.


(1)

Lampiran 4d


(2)

(3)

Lampiran 5b

Foto Kegiatan Penelitian

Kondisi Kelas ketika Anak sedang Membaca Buku Tradisi Ruwatan


(4)

(5)

Curriculum Vitae

Maria Septi Hayuadhine merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Lahir di Kulon Progo pada tanggal 11 September 1993. Pendidikan dasar di peroleh di SD Negeri Tanjung dan tamat pada tahun 2006. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Kemasyarakatan Promasan dan tamat pada tahun 2009. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA K Stella Maris, Surabaya, tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2012, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan di luar perkuliahan. Berikut daftar kegiatan yang pernah diikuti peneliti.

1. Peserta Bedah Buku Spritualitas Guru Kristiani “Roh Sang Guru” tahun 2013.

2. Seksi Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi Kegiatan Perayaan Pekan Suci tahun 2013.

3. Pengisi Acara Pelepasan Wisuda Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar tahun 2013

4. Peserta kuliah umum “Learning from the past for a better future: We and the 1965 tragedy” tahun 2013.


(6)

5. Seksi Pendamping Kelompok Kegiatan Inisiasi Mahasiswa Baru Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar tahun 2013.

6. Peserta Studium Generale “Family Problems and Children’s Motivation to Learn” tahun 2014.

7. Peserta Live Show Karawitan di TVRI pada tahun 2014.

8. Pengisi Acara Pekan Kreativitas dan Malam Kreativitas Mahasiswa dengan tema: ”The Future Educator” tahun 2014.

9. Anggota Devisi Konsumsi Pekan Kreativitas dan Malam Kreativitas Mahasiswa dengan tema: ”The Future Educator” tahun 2014.

10. Peserta Diseminasi Hasil Magang International Baccalaureate-Primary Years Programme (IB-PYP) tahun 2014.

11. Bendahara II Kegiatan Inisiasi Mahasiswa Baru Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar tahun 2014.

12. Peserta kuliah umum “Diseminasi Hasil Magang Dosen: Pendidikan Luar Biasa” tahun 2014.

13. Peserta kuliah umum “Diseminasi Hasil Magang Dosen: Curiculum

Cambridge” tahun 2014.

14. Peserta kuliah umum “Mental Health in Children: Theory and Reserach” tahun 2014.

Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak Tentang Tradisi Ruwatan dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan”.