Beberapa Teknik Perawatan Ortodonti Pada Kaninus Impaksi

(1)

BERBAGAI TEKNIK PERAWATAN ORTODONTI

PADA KANINUS IMPAKSI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ELLYSA GAN NIM : 060600073

DEPARTEMEN ORTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonsia Tahun 2010

Ellysa Gan

Beberapa Teknik Perawatan Ortodonti Pada Kaninus Impaksi xii + 53 halaman

Salah satu gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah kaninus baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Kaninus impaksi dapat mengganggu fungsi estetis dan pengunyahan, oleh karena itu perlu diketahui beberapa teknik perawatan ortodonti yang dapat dilakukan pada kaninus impaksi. Sebelum melakukan suatu perawatan, beberapa pertimbangan klinis harus dilakukan dengan cermat seperti klasifikasi posisi kaninus impaksi secara radiografi, hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum perawatan dan akibat yang dapat terjadi bila kaninus impaksi tidak dirawat.

Perawatan pada kaninus impaksi adalah gabungan perawatan secara bedah dan ortodonti. Ada 2 teknik yang digunakan yaitu open flap technique (metode erupsi terbuka) dan close flap technique (metode erupsi tertutup). Retraksi kaninus impaksi dapat menggunakan magnet dan mini-implant pada open flap technique dengan menggunakan semi-fixed appliance dan tunnel traction method pada close flap


(3)

technique. Dengan kedua teknik ini kaninus impaksi dapat diretraksi ke dalam

lengkungnya dengan hasil yang memuaskan.


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 3 JUNI 2010

OLEH : PEMBIMBING

NIP . 19520622 198003 1 001 Prof. Nazruddin, drg., PH.D, Sp.Ort

Mengetahui

Ketua Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

NIP. 19540212 198102 2 001 Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi Berjudu l

BEBERAPA TEKNIK PERAWATAN ORTODONTI

PADA KANINUS IMPAKSI

Yang dipersiapkan dan disusun oleh : 060600073

ELLYSA GAN

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi pada Tanggal 3 Juni 2010 dan Dinyatakan telah Memenuhi Syarat untuk Diterima

Susunan Tim Penguji Ketua Penguji

NIP . 19520622 198003 1 001 Prof. Nazruddin, drg., PH.D, Sp.Ort

Anggota Tim Penguji

Erliera, drg., Sp.Ort

NIP . 19800013 200812 2 003 NIP . 19771116 200212 2 002 Siti Bahirrah, drg. Medan, 8 Juni 2010

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti

Ketua,

NIP. 19540212 198102 2 001 Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., PhD., Sp.Pros (K) selaku Dekan FKG-USU.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) selaku Ketua Departemen Ortodonsia FKG-USU atas kesempatan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

3. Prof. Nazruddin, drg., PhD, Sp.Ort selaku pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan, petunjuk, motivasi dan perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

4. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) selaku koordinator skripsi yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG-USU.

5. Asfan Bahri, drg., Sp.RD selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.


(7)

6. Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada Ibunda Roslin dan Ayahanda Simin yang selalu memberikan dorongan, baik moril maupun materil serta doanya kepada penulis.

7. Terima kasih kepada seluruh staf pengajar bagian Ortodonsia FKG-USU terutama Erliera, drg., Sp.Ort dan Siti Bahirrah, drg. atas bantuan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

8. Terima kasih kepada Theresia, Trisna, Albert, Steven, Antony, Hendrik, Vincent serta teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas dukungan dan dorongan yang diberikan dalam suka dan duka.

9. Lina Hadi, drg., Martono drg., dan Steven, drg. atas bantuannya dalam melengkapi bahan skripsi.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berguna bagi fakultas, perkembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 8 Juni 2010 Penulis,

( Ellysa Gan ) NIM: 060600073


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Tujuan 3

1.3Permasalahan 3

1.4Ruang Lingkup 3

BAB 2 KANINUS IMPAKSI

2.1 Pengertian dan etiologi 4

2.2 Klasifikasi posisi kaninus impaksi 6

2.2.1 Berdasarkan radiografi 7

2.2.2 Berdasarkan transmigrasi/perpindahan kaninus 12 2.3 Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan 14 2.4 Akibat yang dapat terjadi bila kaninus impaksi tidak dirawat 18 BAB 3 TEKNIK PERAWATAN PADA KANINUS IMPAKSI DAN

LAPORAN KASUS

3.1 Open Flap Technique 19

3.1.1 Retraksi impaksi kaninus dengan menggunakan

magnet 19

3.1.2 Retraksi impaksi kaninus dengan menggunakan


(9)

3.2 Close Flap Technique 34 3.2.1 Retraksi impaksi kaninus dengan menggunakan

semi-fixed appliance 35

3.2.2 Retraksi impaksi kaninus dengan menggunakan

tunnel traction method 41

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 48

6.2 Saran 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Klasifikasi berdasarkan kedalaman kaninus impaksi 7 2 Klasifikasi kaninus impaksi terhadap mid-line dan dataran oklusal 8 3 Klasifikasi posisi akar kaninus impaksi secara horizontal 9 4 Klasifikasi panjang kaninus impaksi secara vertikal 10 5 Klasifikasi posisi kaninus impaksi terhadap lebar akar insisivus 11

6 Transmigrasi kaninus impaksi tipe 1 12

7 Transmigrasi kaninus impaksi tipe 2 13

8 Transmigrasi kaninus impaksi tipe 4 13

9 Transmigrasi kaninus impaksi tipe 5 14

10 Foto periapikal kaninus impaksi 16

11 Foto oklusal kaninus impaksi 16

12 Sefalometri lateral kaninus impaksi 17

13 Foto intra oral sebelum perawatan 21

14 Foto panoramik sebelum perawatan 22

15 Magnet yang di-bonding pada kaninus impaksi 23

16 Magnet yang dicekatkan pada pesawat lepasan dan posisinya di dalam rongga

mulut 23

17 Foto setelah perawatan. (A) Foto intra oral; (B) Foto panoramik 24

18 Foto wajah sebelum perawatan 26

19 Foto intra oral sebelum perawatan 27


(12)

21 Foto intra oral setelah pembedahan. (A dan B) Aplikasi C-tube dan

kekuatan erupsi pada kaninus maksila 29

22 Foto intra oral setelah pemasangan double archwire mechanics

(A) Dari depan ; (B) Dari lateral 29

23 Foto intra oral selama perawatan retraksi kaninus. (A-C) 3 bulan setelah retraksi kaninus; (D-F) 8 bulan setelah retraksi kaninus; (G-I) 10 bulan setelah

retraksi kaninus 30

24 Foto intra oral perubahan overjet dan oklusal. (A dan D) 3 bulan setelah retraksi

kaninus; (B dan E) 8 bulan setelah retraksi kaninus; (C dan F) 10 bulan

setelah retraksi kaninus 31

25 Foto wajah setelah perawatan 32

26 Foto intra oral setelah perawatan 32

27 Foto sefalometri setelah perawatan 33

28 Foto intra oral 13 bulan setelah perawatan 34

29 Close Flap Technique 35

30 Film intra oral dan oklusal sebelum perawatan 36

31 Semi-fixed appliance yang disemenkan pada rongga mulut 36

32 Braket yang terhubung dengan ligature kawat ke semi-fixed appliance 37

33 Distalisasi kaninus impaksi 38

34 Film intra oral dan oklusal kemajuan perawatan 38

35 Braket dengan diameter slot 0,022” x 0,028” dicekatkan 39


(13)

37 Overlay Acrhwire 40

38 Foto intra oral setelah perawatan 41

39 Foto wajah sebelum perawatan 42

40 Foto intra oral sebelum perawatan 43

41 Foto panoramik dan oklusal sebelum perawatan 43

42 Foto sefalometri sebelum perawatan 44

43 Foto intra oral pada tahap traksi ortodonti 45

44 Foto panoramik dan intra oral tahap traksi 45

45 Foto panoramik : kaninus dituntun pada posisinya 46

46 Foto wajah setelah perawatan 46

47 Foto intra oral setelah perawatan 47


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonsia Tahun 2010

Ellysa Gan

Beberapa Teknik Perawatan Ortodonti Pada Kaninus Impaksi xii + 53 halaman

Salah satu gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah kaninus baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Kaninus impaksi dapat mengganggu fungsi estetis dan pengunyahan, oleh karena itu perlu diketahui beberapa teknik perawatan ortodonti yang dapat dilakukan pada kaninus impaksi. Sebelum melakukan suatu perawatan, beberapa pertimbangan klinis harus dilakukan dengan cermat seperti klasifikasi posisi kaninus impaksi secara radiografi, hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum perawatan dan akibat yang dapat terjadi bila kaninus impaksi tidak dirawat.

Perawatan pada kaninus impaksi adalah gabungan perawatan secara bedah dan ortodonti. Ada 2 teknik yang digunakan yaitu open flap technique (metode erupsi terbuka) dan close flap technique (metode erupsi tertutup). Retraksi kaninus impaksi dapat menggunakan magnet dan mini-implant pada open flap technique dengan menggunakan semi-fixed appliance dan tunnel traction method pada close flap


(15)

technique. Dengan kedua teknik ini kaninus impaksi dapat diretraksi ke dalam

lengkungnya dengan hasil yang memuaskan.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kaninus impaksi adalah suatu keadaan gigi kaninus permanen tertanam di dalam tulang alveolar karena terhalang oleh gigi lain, tulang atau jaringan lunak sehingga proses erupsinya terhambat.1,2,3 Pada kasus ini perlu dilakukan perawatan ortodonti untuk mendapatkan oklusi yang normal dan harmonis, baik estetis, posisi maupun fungsinya, dengan cara menggerakkan gigi kaninus tersebut ke posisi yang lebih baik.4-6

Meskipun semua gigi dapat mengalami impaksi namun gigi yang yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga rahang atas, dan rahang bawah, gigi kaninus rahang atas, dan rahang bawah, gigi premolar rahang atas dan rahang bawah dan gigi insisivus sentral rahang atas.1,2,7 Gigi kaninus rahang atas lebih sering mengalami impaksi dibandingkan gigi kaninus rahang bawah dan lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki.5,7-9 Posisi gigi kaninus rahang bawah ditemukan lebih banyak pada sisi vestibular dan sangat jarang pada sisi lingual, baik dengan posisi vertikal atau horizontal di dalam tulang alveolar.7 Penyebab dari kaninus impaksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya ruangan pada lengkung rahang, trauma, jalannya erupsi kaninus yang tidak normal dan faktor genetik.5,8,10

Pada kaninus impaksi dapat dijumpai adanya jaringan mukoperiosteum yang tebal di bagian anterior palatum dan melekat erat pada tulang sehingga daya resistensi


(17)

untuk ditembus lebih sukar dibanding dengan gigi yang lain. Selain itu, letak benih gigi kaninus permanen lebih jauh di dalam tulang alveolar sebelum mencapai oklusal sehingga mempunyai pengaruh terhadap terjadinya impaksi.11 Para peneliti menyarankan perlunya deteksi dini dari kaninus impaksi terutama rahang atas karena resorpsi akar yang sangat cepat dan tidak terduga dapat mengenai akar insisivus rahang atas. Menurut Ericson dan Kurol yang dikutip dari Frank CA, bahwa kaninus impaksi di bagian bukal dan palatal sangat berhubungan dengan adanya resorpsi akar insisivus. Resorpsi akar belum bisa dihubungkan dengan kaninus impaksi sebelum berumur 10 tahun karena masih merupakan waktu erupsi gigi kaninus. Setelah 10 tahun, kontur tulang alveolar merupakan prediksi yang baik dari posisi kaninus yang tidak erupsi sempurna, terutama bila dibandingkan dengan kontralateral gigi kaninus permanen tersebut.12

Perawatan dari kaninus impaksi ini membutuhkan kerjasama antara ahli ortodonti dan bedah mulut.2,11,29 Ahli ortodonti harus memiliki tanggung jawab yang mendasar untuk bekerjasama dalam usaha memberikan hasil perawatan yang optimal dan paling stabil kepada pasien.2 Beberapa teknik perawatan ortodonti pada kaninus impaksi saat ini dapat dilakukan dengan menggunakan magnet13 dan mini implant.16 Untuk magnet telah sering dipakai dan beberapa penulis telah melaporkan keberhasilan perawatannya. Magnet dilapisi bahan akrilik dan dilekatkan dengan

extension arm dari lengkung kawat yang dilekatkan ke pesawat lepasan. Posisi dari

magnet bisa diubah dengan mengatur extension arm. Dengan melekatkan bracket dari metal pada gigi impaksi setelah perawatan bedah, gigi impaksi tersebut akan berada


(18)

di bawah tekanan magnet dengan dikontrol menggunakan extension arm yang dilekatkan ke pesawat lepasan.13

Teknik lain yakni dengan memakai mini implant, suatu unit yang terbuat dari

metal titanium, berukuran kecil dan ditempatkan di dalam tulang rahang serta

mempunyai stabilitas yang baik. Suatu penjangkaran yang stabil akan dapat mencegah pergerakan gigi yang tidak diharapkan dan memberikan hasil perawatan yang maksimal. Mini implant dapat digunakan sebagai penjangkaran pada kaninus impaksi.14-16

1.2 Tujuan

Mengetahui beberapa teknik perawatan yang dapat dilakukan pada kaninus impaksi.

1.3 Permasalahan

Kasus kaninus impaksi semakin banyak ditemukan oleh dokter gigi di klinik baik pada anak-anak maupun orang dewasa dan dapat mengganggu fungsi estetis atau pengunyahan. Yang menjadi permasalahan adalah teknik perawatan apakah yang dapat digunakan pada kaninus impaksi.

1.4 Ruang Lingkup

Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian dan etiologi, klasifikasi posisi kaninus impaksi berdasarkan radiografi dan transmigrasi/perpindahan, hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan perawatan, akibat yang dapat terjadi bila tidak dirawat, dan teknik perawatan pada kaninus impaksi.


(19)

BAB 2

KANINUS IMPAKSI

Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus permanen.

2.1 Pengertian dan etiologi

Pengertian gigi impaksi telah dikemukakan dalam beberapa literatur dan keseluruhannya mempunyai pernyataan yang hampir sama. Pada prinsipnya gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi seluruhnya atau sebagian karena tertutup oleh tulang atau jaringan lunak atau kedua-duanya. Pengertian gigi impaksi telah banyak difenisikan oleh para ahli. Menurut Grace, gigi impaksi adalah gigi yang mempunyai waktu erupsi yang terlambat dan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk erupsi secara klinis dan radiografis.17 Menurut Londhe, gigi impaksi adalah keadaan dimana terhambatnya erupsi gigi yang disebabkan karena terhambatnya jalan erupsi gigi atau posisi ektopik dari gigi tersebut.18 Menurut Sid Kirchheimer, gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi seluruhnya atau sebagian karena tertutup oleh tulang, jaringan lunak atau kedua-duanya.19

Jalan erupsi yang salah dari gigi permanen, kemungkinan besar dapat disebabkan oleh kegagalan resorpsi gigi desidui sehingga gigi desidui menjadi persistensi. Hal ini dapat menimbulkan kegagalan gigi permanen untuk bererupsi


(20)

sehingga menjadi gigi terpendam. Berikut ini disebutkan beberapa pendapat para ahli yang membahas mengenai etiologi kaninus impaksi yaitu :

1. Menurut Moyers, pola herediter dapat menyebabkan gigi impaksi namun etiologi yang paling sering didapati adalah persistensi gigi susu, lesi lokal patologis dan penyempitan lengkung rahang atas.20

2. Bishara dkk, meringkaskan teori Moyers bahwa penyebab kaninus impaksi seperti berikut: 21

A. Penyebab primer

o Tingkat kecepatan resorpsi akar gigi sulung

o Trauma pada benih gigi sulung

o Gangguan urutan erupsi gigi

o Kekurangan tempat pada lengkung rahang

o Benih gigi yang rotasi

o Penutupan akar gigi yang dini

o Erupsi kaninus rahang atas ke arah celah pada penderita palatoschisis. B. Penyebab sekunder

o Tekanan otot yang tidak normal

o Gangguan endokrin

o Defisiensi vitamin D

3. Menurut McBride, kegagalan erupsi gigi permanen untuk mencapai oklusi normal dalam lengkung gigi biasanya disebabkan oleh karena disharmoni antara ukuran mesio-distal gigi geligi dengan lebar lengkung rahang secara keseluruhan. Bila hal ini yang terjadi gigi akan menyimpang dari posisi erupsi normal dan


(21)

akhirnya menjadi impaksi.22 Penyimpangan erupsi kaninus rahang atas sering dihubungkan dengan posisi benih gigi tersebut yang terletak jauh dalam maksila sehingga harus menempuh jarak cukup jauh dan lebih rumit untuk mencapai posisi yang normal dalam lengkung gigi.2,23

4. Menurut Mehmet Bayram dkk, penyebab dari kaninus impaksi seperti berikut: 24

o Diskrepansi ukuran gigi dan lengkung rahang

o Ankilosis

o Kista atau neoplasma

o Dilaserasi akar

o Gigi yang berlebih

o Odontoma

2.2 Klasifikasi kaninus impaksi

Lokasi yang jelas dari gigi kaninus impaksi sangat penting dalam menunjang diagnosa dan rencana perawatan, sebab itu perlu diketahui klasifikasi dan beberapa pemeriksaan. Klasifikasi dari kaninus impaksi dibagi menjadi 2 yaitu klasifikasi kaninus impaksi berdasarkan radiografi dan klasifikasi kaninus impaksi berdasarkan transmigrasi/perpindahan kaninus impaksi.


(22)

2.2.1 Berdasarkan radiografi

Beberapa ahli mengklasifikasi gigi kaninus impaksi seperti berikut: 1. Archer mengklasifikasi dalam 5 klas yaitu :8

Klas I : Gigi berada di palatum dengan posisi horizontal, vertikal atau semi vertikal.

Klas II : Gigi berada di bukal dengan posisi horizontal, vertikal atau semi vertikal. Klas III : Gigi dengan posisi melintang berada diantara dua gigi dengan korona berada di palatinal dan akar di bukal atau sebaliknya korona di bukal dan akar di palatinal sehingga disebut juga posisi intermediate.

Klas IV : Gigi berada vertikal di prosesus alveolaris diantara gigi insisivus dua dan premolar.

Klas V : Kaninus impaksi berada di dalam tulang rahang yang edentulos.

2. Yavuz dan Buyukkurt mengklasifikasi berdasarkan kedalaman kaninus impaksi dalam 3 tingkat (Gambar 1)yaitu: 1


(23)

Level A : Korona kaninus impaksi berada pada garis servikal dari gigi tetangganya.

Level B : Korona kaninus impaksi berada diantara garis servikal dan apikal dari akar gigi tetangganya.

Level C : Korona kaninus impaksi berada dibawah apikal dari akar gigi

tetangganya.

3. Stivaros dan Mandall mengklasifikasi posisi kaninus impaksi terhadap

mid-line dan dataran oklusal, posisi akar kaninus impaksi secara horizontal, panjang

kaninus impaksi secara vertikal dan posisi kaninus impaksi terhadap lebar akar insisivus.3

A. Klasifikasi posisi kaninus impaksi terhadap mid-line dan dataran oklusal (Gambar 2).

Gambar 2. Klasifikasi kaninus impaksi terhadap mid-line dan dataran oklusal.3


(24)

Grade 1 : Gigi kaninus impaksi berada pada sudut 0 - 15o Grade 2 : Gigi kaninus impaksi berada pada sudut 16 – 30o Grade 3 : Gigi kaninus impaksi berada pada sudut ≥ 31o

B. Klasifikasi posisi akar kaninus impaksi secara horizontal (Gambar 3).

Gambar 3. Klasifikasi posisi akar kaninus impaksi

secara horizontal.3

Grade 1 : Akar kaninus impaksi berada diatas regio dari kaninus.

Grade 2 : Akar kaninus impaksi berada diatas regio dari premolar satu.

Grade 3 : Akar kaninus impaksi berada diatas regio dari premolar dua. 1

2 3


(25)

C. Klasifikasi panjang kaninus impaksi secara vertikal (Gambar 4).

Gambar 4. Klasifiksi panjang kaninus impaksi secara vertikal.3

Grade 1 : Kaninus impaksi berada dibawah CEJ (Cemento Enamel Junction) dari insisivus.

Grade 2 : Kaninus impaksi berada diatas CEJ, tetapi kurang dari setengah panjang akar insisivus.

Grade 3 : Kaninus impaksi berada lebih dari setengah, tetapi belum sampai

keseluruhan panjang akar insisivus.


(26)

D. Klasifikasi posisi kaninus impaksi terhadap lebar akar insisivus (Gambar 5).

Gambar 5. Klasifikasi posisi kaninus impaksi terhadap lebar akar insisivus.3

Grade 1 : Korona kaninus impaksi tidak menimpa/overlap akar insisivus.

Grade 2 : Korona kaninus impaksi menimpa/overlap kurang dari setengah lebar akar insisivus.

Grade 3 : Korona kaninus impaksi menimpa/overlap lebih dari setengah, tetapi belum sampai keseluruhan lebar akar insisivus.

Grade 4 : Korona kaninus impaksi menimpa/overlap keseluruhan atau lebih lebar akar insisivus.


(27)

2.2.2 Berdasarkan transmigrasi / perpindahan kaninus

Transmigrasi / perpindahan kaninus adalah suatu keadaan kaninus berpindah melewati mid-line dari posisi normal yang dapat dilihat dari radiografi. Keadaan ini dilaporkan lebih banyak terjadi pada mandibula daripada maksila. Akan tetapi, hal ini merupakan suatu keadaan yang sangat jarang didapat.4,6,25-27

Mupparapu mengklasifikasikan 5 tipe berdasarkan transmigrasi / perpindahan kaninus:

Tipe 1 : Kaninus impaksi mesio-angular melewati mid-line, labial atau lingual ke gigi anterior dengan korona dari gigi kaninus melewati mid-line (Gambar 6).


(28)

Tipe 2 : Kaninus impaksi hampir mendekati apeks dari gigi insisivus (Gambar 7).

Gambar 7. Transmigrasi kaninus impaksi tipe 2.25

Tipe 3 : Kaninus erupsi ke mesial atau distal ke gigi kaninus yang berlawanan.

Tipe 4 : Kaninus impaksi hampir mendekati apeks dari gigi premolar atau molar dari sisi yang berlawanan (Gambar 8).


(29)

Tipe 5 : Kaninus impaksi melewati garis tengah secara vertikal (Gambar 9).

Gambar 9. Transmigrasi kaninus impaksi tipe 5.26

2.3 Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan

Sebelum melakukan suatu perawatan, harus dilakukan diagnosa terlebih dahulu. Diagnosa yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan visual, palpasi dan pemeriksaan radiografis. 17

A. Pemeriksaan visual

Pada pemeriksaan visual ini kaninus impaksi dapat diketahui pertama dari adanya pergeseran insisivus kedua ke arah distal tanpa berubahnya garis mediana. Kedua dilihat jika mahkota insisivus kedua terletak lebih labial maka kaninus dapat berada sebelah bukal apeks insisivus kedua. Ketiga adanya penonjolan di palatal atau di bukal pada regio kaninus dan dijumpai adanya persistensi kaninus desidui.17,28


(30)

B. Palpasi

Palpasi dilakukan pada bagian bukal dan lingual mukosa secara intraoral. Apabila ada penonjolan maka dapat dibandingkan dengan kontralateral kaninus permanen tersebut.12 Ericson dan Kurol melaporkan bahwa kaninus impaksi di bagian bukal dan palatal sangat berhubungan dengan adanya resorpsi akar insisivus. Resorpsi akar belum bisa dihubungkan dengan kaninus impaksi sebelum berumur 10 tahun karena masih merupakan waktu erupsi gigi kaninus. Setelah 10 tahun, kontur tulang alveolar merupakan prediksi yang baik dari posisi kaninus yang tidak erupsi sempurna, terutama bila dibandingkan dengan kontralateral kaninus permanen tersebut.12

C. Pemeriksaan Radiografis

Pemeriksaan radiografis sangat penting dilakukan untuk menunjang suatu diagnosis dan penentuan lokasi kaninus impaksi. Pemeriksaan tersebut dapat berupa :1

1. Film periapikal dan oklusal

Radiografi periapikal berguna untuk menentukan resorbsi akar dari gigi tetangga, status periodontal dan kedekatan akar (Gambar 10). Untuk menentukan posisi kaninus impaksi dalam arah buko-lingual biasanya dilakukan pengambilan radiografi oklusal yang memberikan orientasi horizontal yang baik bagi gigi kaninus serta posisi mahkota dan apeks relatif terhadap gigi tetangga (Gambar 11).


(31)

Gambar 10. Foto periapikal kaninus impaksi28

Gambar 11. Foto oklusal kaninus impaksi28

2. Film ekstraoral

a. Sefalometri frontal dan lateral dapat membantu menentukan posisi kaninus impaksi, terutama hubungannya dengan struktur fasial lain (misalnya sinus maksila atau dasar hidung) (Gambar 12).


(32)

Gambar 12. Sefalometri lateral kaninus impaksi36

b. Film panoramik merupakan radiografi yang paling umum dan sering digunakan dalam pemeriksaan dan perawatan gigi geligi, dapat dijadikan acuan untuk memprediksi kaninus impaksi yaitu lokasi mahkota kaninus dan sudutnya terhadap

midline.

Pemeriksaan radiografis dapat digunakan untuk melihat :14,17 1. Ada tidaknya kaninus permanen yang mengalami impaksi

2. Posisi apeks kaninus permanen impaksi dalam lengkung rahang serta hubungannya dengan apeks premolar pertama

3. Letak mahkota kaninus permanen impaksi.

4. Lebar mesio distal kaninus permanen yang akan erupsi. Hal ini penting untuk menentukan apakah kaninus permanen tersebut mendapat ruangan yang cukup di dalam lengkung rahang.

5. Ada tidaknya resorpsi akar insisivus pertama atau kedua.


(33)

Hal – hal lain yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan suatu perawatan yaitu: umur pasien, keadaan umum pasien dan kontra indikasi pengobatan pasien pada saat dilakukan pembedahan.3

2.4 Akibat yang dapat terjadi bila kaninus impaksi tidak dirawat

Pada umumnya pasien tidak mengetahui adanya kaninus impaksi dan baru diketahui pada saat melakukan pemeriksaan ke dokter gigi karena sangat sedikit pasien yang mengalami keluhan kaninus impaksi. Kaninus impaksi dapat menimbulkan keluhan dan kerusakan seperti adanya rasa sakit neuralgia, migren karena gigi impaksi tersebut menekan gigi tetangga sehingga tekanan tersebut menyebabkan iritasi sampai dapat terjadi inflamasi, dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan resorbsi gigi tetangga.8

Akibat lain yang dapat terjadi bila gigi impaksi tidak dirawat yaitu terdapatnya kista di sekeliling gigi, yang diketahui bila kista sudah sedemikian besar, dapat menyebabkan trauma maka tulang rahang akan fraktur. Fraktur rahang ini juga dapat disebabkan oleh abses yang tidak dirawat misalnya osteomielitis. Gigi impaksi dapat juga menyebabkan komplikasi walaupun jarang terjadi, misalnya tinnitus


(34)

BAB 3

TEKNIK PERAWATAN PADA KANINUS IMPAKSI

Perawatan kaninus impaksi membutuhkan kerjasama antara ahli ortodonti dan bedah mulut. Ahli ortodonti harus memiliki tanggung jawab yang mendasar untuk bekerjasama dalam usaha memberikan hasil perawatan yang optimal dan paling stabil kepada pasien. Perawatan pada kaninus impaksi adalah gabungan perawatan secara bedah dan ortodonti.2

3.1 Open Flap Technique

Open Flap Technique atau disebut juga dengan metode erupsi terbuka, yaitu

suatu metode dengan eksisi mukosa palatal dan pembuangan tulang yang menutupi gigi kaninus impaksi. Pack periodontal kemudian ditempatkan pada mahkota gigi yang terbuka selama 7-10 hari. Setelah pack dilepas, gigi kaninus yang ektopik dibiarkan erupsi secara alami selama 4-6 bulan sebelum bonded attachment dipasang dan traksi ortodonti dilakukan.29,30

3.1.1 Retraksi impaksi kaninus dengan menggunakan magnet.

Magnet digunakan pertama kalinya oleh Blechman dan Smiley (1981) untuk menggerakkan gigi secara ortodonti.31 Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa magnet dapat digunakan dalam bidang prostodonti dan ortodonti (gigi impaksi, ekspansi lengkung rahang, dan koreksi open bite anterior).32,33


(35)

Magnet mempunyai keuntungan dibandingkan dengan bahan-bahan lain yang digunakan untuk menggerakkan gigi seperti elastic chain atau ligated arch-wire karena magnet dapat menghasilkan kekuatan dalam jangka waktu yang lama dan dapat diposisikan ke posisi yang diinginkan. Kekuatan magnet dapat digunakan untuk menarik atau mendorong gigi dengan terarah dan tidak memerlukan kontak langsung untuk menghasilkan suatu kekuatan.32 Kerugian dari magnet adalah dapat korosi di dalam rongga mulut sehingga diperlukan suatu lapisan untuk melindungi magnet tersebut.31

Metode menggunakan magnet pada kaninus impaksi telah dilaporkan oleh Sandler dan Darendeliler dan Freidle. Magnet neodymium-iron-boron berukuran 3 x 3 x 1 mm di-bonding pada kaninus impaksi dan magnet berukuran 5 x 5 x 2 mm dicekatkan pada pesawat lepasan pada posisi yang tepat. Kaninus impaksi tersebut akan bergerak mengikuti lengkung rahang. Setelah gigi kaninus erupsi maka posisi magnet pada pesawat lepasan dapat diubah sesuai dengan posisi yang diinginkan. Apabila kaninus impaksi terletak jauh dalam rongga mulut maka kekuatan yang dihasilkan magnet akan lebih kecil dan membutuhkan waktu yang lama.34 Kekuatan yang dihasilkan oleh magnet yang efektif untuk menggerakkan gigi adalah 0,2-0,5 N.11 Cole, Shaw, dkk menyatakan bahwa jarak antar magnet yang efektif untuk menggerakkan gigi adalah ≤ 8 mm.33


(36)

Laporan Kasus13

Riwayat Kasus dan Pemeriksaan Klinis

Pasien perempuan berusia 15 tahun dengan keluhan kaninus kiri tidak ada di maksila. Pada pemeriksaan intra oral, lengkung rahang atas berbentuk parabola dan simetris dengan crowding ringan. Kaninus kiri maksila tidak terlihat dan insisivus lateral kiri maksila telah mengalami mobiliti (Gambar 13).

Gambar 13. Foto intra oral sebelum perawatan.13

Pada foto panoramik, terlihat impaksi kaninus kiri maksila dengan inklinasi ke mesial dan mengenai setengah akar dari insisivus lateral kiri maksila (Gambar 14).


(37)

Gambar 14. Foto panoramik sebelum perawatan.13

Rencana perawatan

Insisivus lateral kiri maksila diekstraksi dan dilakukan pembedahan open flap

technique pada kaninus impaksi kiri maksila. Traksi ortodonti pada gigi tersebut

menggunakan magnet.

Prosedur perawatan

Setelah insisivus lateral kiri maksila diekstraksi, dilakukan pembedahan pada impaksi kaninus kiri maksila. Braket metal dibonding ke mahkota kaninus kiri maksila (Gambar 15). Dua minggu kemudian, pasien diinstruksikan untuk menggunakan pesawat lepas rahang atas setiap hari. Pada pesawat lepas tersebut sudah dicekatkan magnet yang dilapisi oleh akrilik untuk mencegah kontak langsung dengan rongga mulut (Gambar 16).


(38)

Gambar 15. Magnet yang di-bonding pada kaninus impaksi13

Gambar 16. Magnet yang dicekatkan pada pesawat lepasan dan posisinya di dalam rongga mulut.13


(39)

Setelah penggunaan pesawat lepas selama 3 bulan, kaninus kiri maksila erupsi 3 mm dibawah gingiva. Magnet pada pesawat lepas disesuaikan supaya dapat menuntun kaninus tersebut untuk erupsi lebih ke distal dan bukkal. Setelah 12 bulan, dua pertiga mahkota kaninus sudah erupsi (Gambar 17). Selanjutnya dilanjutkan dengan perawatan ortodonti cekat.

Gambar 17. Foto setelah perawatan.13 (A) Foto intra oral; (B) Foto panoramik A


(40)

3.1.2 Retraksi impaksi kaninus dengan menggunakan mini implant.

Kanomi (1997) memperkenalkan titanium mini-implant yang pada saat ini paling banyak digunakan dalam bidang ortodonti, karena mempunyai ukuran yang cukup kecil untuk diletakkan pada daerah tulang alveolar, bahkan sampai tulang apikal. Proses pembedahan mudah dilakukan sehingga memungkinkan ortodontis untuk melakukan pemasangan. Selain itu, proses penyembuhan berlangsung lebih cepat dan alat mudah dilepas setelah perawatan ortodonti selesai.15,34

Keuntungan pemakaian mini implant, yaitu mempunyai retensi mekanis yang baik karena mini implant terkunci secara mekanis di dalam tulang alveolar sehingga akan menghasilkan penjangkaran yang stabil. Mini implant juga berfungsi sebagai

rigid anchorage dalam perawatan ortodonti seperti pada kasus retraksi dan realigning

gigi anterior tanpa dukungan dari gigi posterior, mengoreksi mid-line, mengintrusi dan mengekstrusi gigi, protraksi atau retraksi salah satu lengkung gigi, dan menstabilkan gigi pada daerah dengan kehilangan tulang yang banyak. Selain itu, juga mengurangi ketidaknyamanan dan kooperatif pasien terhadap alat ekstra oral.35

Kerugian pemakaian mini implant, yaitu posisi implant yang terlalu dekat dengan akar gigi sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan pada akar gigi selama proses pemasangan implant maupun saat gigi yang berdekatan dengan

mini-implant bergerak. Selain itu, operator harus memiliki keterampilan yang baik untuk

memasang mini implant, kondisi fisik dan oral hygiene pasien harus baik.35

Seong Hun Kim, Hye Ran Choo, dkk memperkenalkan double-archwire

mechanics yang terdiri dari independent arch wire, orthodontic mini implants, dan mini-plates pada kasus kaninus impaksi.36


(41)

Laporan Kasus36

Riwayat Kasus dan Pemeriksaan Klinis

Pasien perempuan berusia 14 tahun dengan keluhan gigi kaninus tidak erupsi pada maksila. Pasien mempunyai profil wajah yang lurus (Gambar 18).

Gambar 18. Foto wajah sebelum perawatan.36

Pada pemeriksaan intra oral, terdapat diastema 2 mm pada maksila dan adanya pergeseran mid-line sebesar 1 mm ke kanan pada mandibula. Gigi insisivus lateral maksila sangat kecil dan tidak sesuai bentuk normal. Kaninus desidui maksila persistensi dan tidak ada tanda-tanda akan erupsinya kaninus permanen maksila pada saat dilakukan palpasi bagian palatal dan labial (Gambar 19).


(42)

Gambar 19. Foto intra oral sebelum perawatan.36

Pada foto sefalometri dan oklusal, terlihat kedua kaninus impaksi diantara insisivus sentralis dan insisivus lateralis (Gambar 20).


(43)

Rencana Perawatan

Pembedahan dilakukan pada kaninus impaksi dengan menggunakan open flap

technique dan menggerakkan gigi tersebut untuk mendapatkan hubungan kaninus

bilateral Kelas I dan hubungan molar dengan mengkoreksi overjet, overbite dan profil wajah pasien. Pada kasus ini operator menggunakan double-archwire mechanics.

Double-archwire mechanics terdiri dari independent arch wire, orthodontic mini implants, dan mini-plates yang terpisah dari main archwire pada maksila. Tujuan dari

perawatan kaninus impaksi ini adalah untuk menjaga akar kaninus impaksi dapat tetap tertanam di dalam tulang alveolar dengan respon jaringan lunak yang bagus dan melindungi akar gigi insisivus lateral. Tujuan dari Independent arch wire adalah untuk membantu retraksi horizontal kaninus maksila walaupun mahkota dari kaninus belum mencapai batas oklusi sebelum dilakukan retraksi.

Kemajuan perawatan

Perawatan diawali dengan menempatkan I-shaped miniplate dengan tube

(C-tube merek Gebruder Martin, Jerman) pada labial korteks dari maksila anterior

diantara insisivus sentralis. Miniplate tersebut difiksasi dengan 2 miniscrews yang berdiameter 1,5x5 mm dan sebagai tambahan dua mini-implants orthodontic

(C-implant merek C(C-implant, Korea) dipasang pada korteks bukal pada posterior maksila

antara premolar kedua dan molar pertama maksila pada setiap sisi. Miniplate dipasangkan bila kaninus maksilaris bilateral yang impaksi telah dilakukan pembedahan kemudian gold-chain direkatkan pada setiap kaninus yang impaksi. Setelah terlihat adanya penyembuhan pada daerah pembedahan, kaninus ditarik


(44)

keluar perlahan-lahan dengan closed Ni-Ti coil springs yang direkatkan ke 0,9 mm

TMA (beta titanium alloy) pada extension auxiliary wires. Bagian tersebut terhubung

dengan C-tube yang dipasang pada midline anterior maksila sampai mahkota klinis telah keluar sedikit agar braket dapat dibondingkan. (Gambar 21b).

Gambar 21. Foto intra oral setelah pembedahan.36 (A dan B) Aplikasi C-tube dan kekuatan erupsi pada kaninus maksila.

Setelah 7 bulan dilakukan traksi ortodonti, dipasang braket dengan diameter slot 0,017” x 0,025” terhubung dengan C-tube dan C-implants untuk membimbing gigi kaninus ke distal melewati gigi insisivus lateral (Gambar 22).

Gambar 22. Foto intra oral setelah pemasangan double archwire mechanics.36 (A) Dari depan; (B) Dari lateral.

A B


(45)

Gambar 23. Foto intra oral selama perawatan retraksi kaninus.36 (A-C) 3 bulan setelah retraksi kaninus.

(D-F) 8 bulan setelah retraksi kaninus. (G-I) 10 bulan setelah retraksi kaninus.

Pada saat yang sama, terlihat adanya kemajuan pada maksila dan mandibula dengan lengkung kawat preadjusted fixed aplliances dengan diameter 0,022”, kemudian dipasang stainless steel lever arm dengan diameter 0,9 mm pada bagian palatal insisivus lateralis maksila dan stainless steel transpalatal acrh (TPA) dengan diameter 0,9 mm pada bagian palatal molar satu maksila (Gambar 24).

A B C

D E F


(46)

Gambar 24. Foto intra oral perubahan overjet dan oklusal.36 (A dan D) 3 bulan setelah retraksi kaninus. (B dan E) 8 bulan setelah retraksi kaninus. (C dan F) 10 bulan setelah retraksi kaninus.

Setelah berhasil merelokasi kaninus, miniplate dan mini-implant dilepas. Perawatan untuk merelokasi kaninus berlangsung selama 8-10 bulan. Setelah itu dilakukan perawatan aktif dengan menggunakan pesawat cekat yang berlangsung selama 26 bulan. Retensi tetap diperlukan dengan menggunakan retainer cekat pada bagian palatal. Pasien memilih untuk tetap mempunyai insisivus lateralis yang kecil, direstorasi dengan porcelain veneers setelah selesainya perawatan ortodonti. Foto wajah setelah perawatan menunjukkan mid-line wajah dan gigi yang sama serta perubahan estetis wajah pada saat pasien tersenyum (Gambar25).

A B C


(47)

Gambar 25. Foto wajah setelah perawatan.36

Foto intra oral setelah perawatan menunjukkan hubungan overjet dan overbite yang dapat diterima dan hubungan kaninus dan molar Kelas I. Akan tetapi terlihat adanya ruang antara kaninus kiri maksila dan premolar pertama maksila karena permintaan pasien untuk melepaskan pesawat cekatnya (Gambar 26).


(48)

Analisis sefalometri menunjukkan penurunan menjadi 79

,peningkatan SNB dari 80,5 menjadi 81,5 , penurunan ANB dari 0,5 menjadi -2,5 . Sudut bidang oklusal dari 16 menjadi 13,5 menunjukkan proklinasi dan protrusi gigi insisivus pada maksila dan retrusi dan retroklinasi gigi insisivus pada mandibula setelah perawatan. (Tabel 1).

Gambar 27. Foto sefalometri setelah perawatan.36


(49)

Pada foto intra oral 13 bulan setelah perawatan menunjukkan adanya relapse pada premolar pertama yang mengalami rotasi dan ruang antara kaninus kiri maksila dan premolar pertama (Gambar 28).

Gambar 28. Foto intra oral 13 bulan setelah perawatan.36

3.2 Close Flap Technique

Close Flap Technique atau disebut juga dengan metode erupsi tertutup.

Metode ini lebih disukai oleh ahli bedah mulut dan ortodontis. Tehnik ini biasanya melibatkan pembuangan tulang palatal untuk menyingkapkan kaninus ektopik, tetapi mukosa palatal dibiarkan tetap utuh. Attachment atau braket yang terhubung dengan ligature kawat atau gold chain dibonding ke mahkota kaninus yang terbuka. Pada saat pembedahan mukosa dijahit kembali dengan ujung ligature kawat timbul keluar melalui tepi luka atau melalui suatu insisi pada flep palatal. Traksi ortodonti biasanya dimulai segera setelah pembedahan. 28,29


(50)

Gambar 29. Close Flap Technique.37

3.2.1 Retraksi impaksi kaninus dengan menggunakan semi-fixed

appliance.

Semi-fixed aplliance adalah sebuah pesawat semi-fixed yang digunakan pada

tahap awal perawatan dan dilanjutkan dengan menggunakan pesawat cekat setelah kaninus dituntun ke lengkung rahang. Teknik ini dapat digunakan jika ada kaninus desidui yang mengalami persistensi, sehingga soket kaninus desidui dapat dijadikan sebagai tunnel untuk menuntun kaninus permanen yang mengalami impaksi.38

Laporan Kasus38

Riwayat Kasus dan Pemeriksaan Klinis

Pasien perempuan berusia 19 tahun dengan impaksi kaninus kiri maksila dan persistensi kaninus desidui. Pasien mempunyai hubungan molar kelas I dan proklinasi insisivus lateralis kiri maksila. Overjet 3 mm dan overbite normal. Pada saat dilakukan palpasi pada pemeriksaan intra oral ada pembengkakan pada bagian bukal


(51)

gigi impaksi kaninus. Pada film intra oral dan oklusal dapat dilihat bahwa kaninus impaksi pada bagian labial, dengan mahkota gigi lebih ke mesial dan tertanam horizontal. Mahkota dari impaksi kaninus hampir mengenai akar dari insisivus lateralis.

Gambar 30. Film intra oral dan oklusal sebelum perawatan.38

Semi-fixed appliance hanya digunakan pada tahap awal perawatan. Pesawat

tersebut terdiri dari comprised of wires dari maksila molar band pertama palatal untuk penjangkaran yang diperlukan, circumferential clasps dari distal insisivus lateralis dan mesial dari premolar pertama untuk mempertahankan ruangan yang ada didapat dari pencabutan kaninus desidui (Gambar 31).


(52)

Setelah dilakukan pencabutan kaninus desidui, dibuat sebuah tunnel untuk menghubungkan soket kaninus desidui dengan kaninus permanen yang mengalami impaksi. Proses pembedahan dengan menggunakan close flap technique dengan braket yang terhubung dengan ligature kawat berdiameter 0,01” ke circumferential

clasps dari semi-fixed appliance. Semi-fixed appliance disemenkan di dalam rongga

mulut 1 jam setelah dilakukan pembedahan.

Gambar 32. Braket yang terhubung dengan ligature kawat ke semi-fixed

appliance.38

Kemajuan Perawatan

Kekuatan distalisasi kaninus diaplikasikan karena angulasi dari gigi tersebut. Setelah distalisasi kaninus berhasil, diperhitungkan dalam waktu 90 hari maka kekuatan erupsi insisal diaplikasikan untuk menambah kekuatan distalisasi (Gambar 33). Pada radiografi intra oral dan oklusal menunjukkan kemajuan dari perawatan yang dilakukan (Gambar 34). Setelah angulasi kaninus terkoreksi, braket dengan diameter slot 0,022” x 0,028” dipasangkan. (Gambar 35).


(53)

Gambar 33. Distalisasi kaninus impaksi.38


(54)

Gambar 35. Braket dengan diameter slot 0,022” x 0,028” dicekatkan.38

Setelah pesawat cekat dipasang, semi-fixed appliance dilepaskan kecuali molar band dengan tube pada bagian bukkal. Kawat dengan diameter 0,016” Ni-Ti digunakan untuk levelling dan alignment diikuti dengan kawat berdiameter 0,018” x 0,025” dan 0,019” x 0,025” Ni-Ti aligning wires. Passive open coil spring dimasukkan pada kawat Stainless Steel archwire yang berdiameter 0,018” x 0,025” yang gunanya untuk mempertahankan ruangan di regio kaninus. Setelah itu, braket dengan diameter slot 0,022” x 0,028” dibondingkan ke kaninus kiri atas yang sedang erupsi untuk mengatur posisinya ke dalam lengkung rahang. Auxiliary overlay wire dengan diameter 0,016” dipasangkan diatas lengkung kawat Stainless Steel untuk mengatur susunan tinggi kaninus tersebut.


(55)

Gambar 36. Kaninus dituntun ke posisi yang benar.38

Gambar 37. Overlay Acrhwire.38

Setelah kaninus impaksi mencapai posisi yang benar, maka selanjutnya hanya dipakai base archwire untuk menuntun erupsi kaninus. Alignment dari kaninus ke lengkung rahang diperlukan 5 bulan dengan pesawat cekat.


(56)

Gambar 38. Foto intra oral setelah perawatan.38

Lamanya perawatan adalah 14 bulan dengan tahap awal 7-8 bulan menggunakan semi-fixed appliance dan dilanjutkan dengan menggunakan pesawat cekat. Dijumpai adanya resesi gingiva pada kaninus impaksi dan insisivus lateralis. Akan tetapi yang terpenting adalah vitalitas gigi tersebut.

3.2.2 Retraksi impaksi kaninus dengan menggunakan tunnel traction

method.

Teknik Tunnel Traction merupakan salah satu pendekatan perawatan ortodonti dari deep infraosseous kaninus impaksi. Teknik ini dapat digunakan jika ada kaninus desidui yang mengalami persistensi, sehingga soket kaninus desidui dapat dijadikan sebagai tunnel untuk menuntun kaninus impaksi.


(57)

Keuntungan dari teknik ini adalah kaninus impaksi dapat bergerak melalui

tunnel ke posisi yang lebih baik pada lengkung rahang. Durasi perawatan yang

diperlukan adalah 11 bulan. Durasi tersebut dapat berbeda tergantung pada usia pasien, jenis kelamin, relasi molar, tingkat impaksi, gigi berjejal atau tidak, unilateral atau impaksi bilateral.39

Laporan Kasus39

Riwayat Kasus dan Pemeriksaan Klinis

Pasien laki-laki berusia 15 tahun dengan keluhan gigi anterior maksila berjejal. Pasien mempunyai hubungan molar klas I, posisi kaninus kiri maksila yang tinggi dan adanya persistensi kaninus kanan desidui (Gambar 39). Pada pemeriksaan intra oral, terdapat diastema 2 mm antara insisivus sentralis dan insisivus lateralis pada maksila dan terdapat diastema 2 mm antara kaninus kiri dengan premolar satu pada mandibula (Gambar 40).


(58)

Gambar 40. Foto intra oral sebelum perawatan.39

Pada foto panoramik dan oklusal, terlihat bahwa kaninus kanan maksila impaksi ke arah palatal (Gambar 41).


(59)

Gambar 42. Foto sefalometri sebelum perawatan.39

Rencana Perawatan

Mempersiapkan ruangan yang cukup pada lengkung rahang untuk kaninus impaksi. Pada mandibula tidak dilakukan perawatan. Pemasangan transpalatal arch untuk penjangkaran kaninus impaksi. Braket dengan diameter slot 0,018” x 0,025”

di-bonding ke gigi pada maksila. Levelling tahap awal menggunakan kawat Ni-Ti

dengan diameter 0,016” x 0,016” dan dilanjutkan kawat SS dengan diameter 0,016” x 0,022”. Open coil spring digunakan untuk mendapatkan ruangan kaninus maksila. Kaninus desidui tetap dipertahankan sebelum melakukan perawatan ortodonti. Setelah 10 bulan perawatan ortodonti, dilakukan pembedahan dengan close flap

technique pada kaninus kanan maksila dan attachment menggunakan gold chain.

Kaninus desidui kanan diekstraksi dan dibuat tunnel sebagai penuntun kaninus permanen yang impaksi.


(60)

Kemajuan perawatan

Setelah 1 bulan pembedahan, jahitan dibuka dan traksi ortodonti mulai dilakukan. Elastic chain dipasang untuk menghubungkan gold chain dengan kawat pada lengkung rahang, mengaktifkan kekuatan traksi pada kaninus impaksi (Gambar 43). Pada saat tahap traksi, pergerakan dari kaninus impaksi dituntun melalui tunnel (Gambar 44). Apabila kaninus impaksi sudah mendekati lengkung rahang, gold chain dipendekkan dengan memotong chain yang berlebih dari mukosa. Tahap ini diulang selama 2 minggu sekali sampai mahkota kaninus dan attachment terlihat pada rongga mulut.

Gambar 43. Foto intra oral pada tahap traksi ortodonti.39


(61)

Pada foto panoramik, terlihat bahwa kaninus dituntun ke posisi yang benar di lengkung rahang (Gambar 45). Dilakukan apically repositioned flap karena pada saat dilakukan probing menunjukkan adanya pseudo-pocket dengan kedalaman 3 mm pada bagian bukkal dan kontur gingiva pada kaninus kanan maksila terlihat lebih rendah daripada kaninus kiri maksila (Gambar 47).

Gambar 45. Foto panoramik : kaninus dituntun

pada posisinya.39

Gambar


(62)

Gambar 47. Foto intra oral setelah perawatan.39

Gambar 48. Foto sefalometri setelah perawatan.39

Durasi perawatan adalah 11 bulan sampai mahkota klinis gigi impaksi terlihat di dalam rongga mulut. Total seluruh perawatan adalah 31 bulan. Untuk retensi, pasien diinstruksikan untuk menggunakan retainer Hawley 24 jam setiap hari.


(63)

BAB 4 KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Gigi yang yang paling sering mengalami impaksi adalah molar ketiga rahang atas, dan rahang bawah, kaninus rahang atas, dan rahang bawah, premolar rahang atas dan rahang bawah dan insisivus sentral rahang atas. Penyebab dari kaninus impaksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya ruangan pada lengkung rahang, trauma, jalannya erupsi kaninus yang tidak normal dan faktor genetik.

Sebelum melakukan suatu perawatan, harus dilakukan diagnosa terlebih dahulu seperti pemeriksaan visual, palpasi dan pemeriksaan radiografis. Akibat-akibat yang dapat terjadi apabila kaninus impaksi tidak dirawat adalah rasa sakit neuralgia, terbentuknya kista disekeliling gigi, fraktur rahang, tinnitus aureus, otitis dan kelainan pada mata.

Perawatan pada kaninus impaksi dapat dilakukan dengan gabungan bedah dan ortodonti. Teknik yang digunakan yaitu Open flap technique dan Close flap

technique. Open Flap Technique (metode erupsi terbuka) yaitu suatu metode dengan

eksisi mukosa palatal dan pembuangan tulang yang menutupi gigi kaninus impaksi. Pada teknik open flap retraksi impaksi kaninus dilakukan dengan menggunakan magnet dan mini-implant. Close Flap Technique (metode erupsi tertutup) melibatkan pembuangan tulang palatal untuk menyingkapkan kaninus ektopik, tetapi mukosa palatal dibiarkan tetap utuh. Pada teknik close flap retraksi impaksi kaninus dapat dilakukan dengan menggunakan semi fixed appliance dan tunnel traction method.


(64)

4.2 Saran

Gigi yang impaksi pada umumnya tidak diketahui oleh pasien dan baru diketahui jika datang ke dokter gigi. Hal ini akan diyakini oleh pasien apabila telah dilakukan pembuatan Roentgen foto. Untuk itu, dokter gigi perlu memberikan informasi kepada pasien apabila dijumpai kasus gigi impaksi ini dan memotivasi agar pasien bersedia melakukan perawatan. Diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara pasien dan orang tuanya dengan dokter gigi. Kesabaran dan kooperatif pasien sangat diharapkan mengingat durasi perawatan yang diperlukan membutuhkan waktu yang lama.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

1. Yavuz MS, Buydukkurt MC. Impacted mandibular canines. The Journal of Contemporary Dental Practice 2007;8(7)

2. Nazruddin. Perawatan kaninus impaksi dengan gabungan teknik bedah dan

ortodonti Mekanik. Dentika Dental Journal 2005;10(1):38-44

3. Stivaros N, Mandall NA. Radiographic factors affecting the management of impacted permanent canines. Journal of Orthodontics 2000;27:69-173

4. Gonzalez-Sanchez MA, Gay-Escoda C. Transmigrant impacted mandibular

canines : A retrospective study of 15 cases. J Am Dent Assoc

2007;138:1450-55

5. Sambataro S, Baccetti T, Franchi L, Antonini F. Early predictive variables for

upper canine impaction as derived from posteroanterior cephalograms. Angle

Orthod 2005;75(1):28-34

6. Sumer P, Ozden B. Transmigration of mandibular canines : A report of six

cases and a review of the literature. The Journal of Contemporary Dental

Practice 2007;8(3)

7. Grgurevic J. Analysis of the treatment of impacted canines during a

twenty-year period. Acta Stomatol Croat 2001;35(4):487-90

8. Pirinen S, Arte S, Apajalahti S. Palatal displacement of canine is genetic and

related to congenital absence of teeth. J Dent Res 1996;75(10):1742-6

9. Suri S, Utreja A, Rattan V. Orthodontic treatment of bilaterally impacted

maxillary canines in an adult. Am J Orthod Dentofacial Orthop


(66)

10.Shroff B. Canine Impaction : Diagnosis, Treatment Planning, and Clinical Management. In: Nanda R. Biomechanics in clinical orthodontics. Philadelphia : WB Saunders, 1997:100

11.Arnus S. Perawatan gigi kaninus terpendam secara pembedahan dan

ortodonsi. Dentika Dental Journal 2001;6(1):189-193

12.Frank CA. Treatment options for impacted teeth. J Am Dent Assoc 2000;131:623-32

13 Li CF, Wong WK, King NM. Orthodontic traction of impacted canine using

magnet : a cae report. Cases Journal 2008.

14 Gonzalez S. Cortical bone thickness in the maxilla and mandible for mini

implant placement. Dissertation. Iowa: University of Iowa, 2008:4

15 Ritto AK. Skeletal Anchorage : Different Approaches. In: Nanda R, Uribe FA. Temporary anchorage devices in orthodontics. Missouri : Mosby Elsevier, 2009:238

16.Anonymous. Using mini implants for extra dental anchorage.

(19 Agustus 2009)

17.Richardson G, Kathy A Russell. A review of impacted permanent maxillary

cupids – Diagnosis and prevention. J Can Dent Assoc 2000;66:497-501

18.Londhe CSM. Management of bilateral impacted maxillary canines. MJAFI 2009;65:190-2

19.Kirchheimer S. Impacted tooth.

20.Moyers RE. Handbook of orthodontics. 4th ed. Chicago : Years Book Medical Publisher Inc. 1988:387


(67)

21.Zeitler DL. Orthodontics and adjunct treatment : Surgical Orthodontics. In: Bishara SE. Textbook of orthodontics. United States of America : W.B Saunders Company, 2001:545-7

22.Soejono A. Impaksi kaninus rahang atas. Dent J 2002:35(4):167-9

23.Bedoya MM, Park JH. A review of the diagnosis and management of impacted

maxillary canines. JADA 2009;140:1485-93

24.Bayram M, Sener I. Maxillary canine impactions related to impacted central

incisors : two case reports. The Journal of Contemporary Dental Practice

2007;8(6)

25.Aydin U, Yilmaz HH. Transmigration of impacted canines. Dentomaxillofac Radiol 2009;32:198-200

26.Aktan AM, Kara S, Akgunlu F, Isman E, Malkoc S. Unusual cases of the

transmigrated mandibular canines : report of 4 cases. Eur J Orthod

2008;2:122-6

27.Mupparapu M. Patterns of intra-osseus transmigration and ectopic eruption

of mandibular canines : a review of literature and report of nine additional cases. Dentomaxillofac Radiol 2002;31:355-60

28.Bayoumi D. Impacted maxillary canine.

29.Kokich VG. Surgical and orthodontic management of impacted maxillary

canines. Am J Ortho Dentofacial Orthop 2004;126(3):278-83

30.Bishara SE. Impacted maxillary canines : a review. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1992;101:159-71


(68)

31.Jena AK, Duggal R, Batra P. Magnet as a dental material – an overview. Trends Biomater Artif. Organs 2003;16(2):73-80

32.Noar JH, Evans RD. Rare earth magnets in orthodontics : an overview. Br J Orthod 1999;26:29-37

33.Cole BO, Shaw AJ et al. The role of magnets in the management of unerupted

teeth in children and adolescents. International Journal of Paediatric Dentistry

2003;13:204-7

34.Deguchi T, Yamamoto TT, Kanomi R et al. The use of small titanium screws

for orthodontic anchorage. J Dent Res 2003;82(5):377-81

35.Ismail SFH, Jonas AS. The role of implants in orthodontics. J Clin Orthod 2002;29:239-45

36. Kim SH, Choo HR, Hwang YS, Chung KR. Double archwire mechanics

using temporary anchorage devices to relocate ectopically impacted maxillary canines. World Journal of Orthodontics 2007:255-66

37.Bui DX. Surgical exposure surgery.

38.Neelima K, Nagaraj K, Jatti R, Sethi P. Eruption of an impacted canine with a

semi-fixed appliance : a case report. The Orthodontic Cyber Journal 2010.

39.Aksu M, Taner T. The treatment of a palatally impacted maxillary canine by


(1)

BAB 4 KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Gigi yang yang paling sering mengalami impaksi adalah molar ketiga rahang atas, dan rahang bawah, kaninus rahang atas, dan rahang bawah, premolar rahang atas dan rahang bawah dan insisivus sentral rahang atas. Penyebab dari kaninus impaksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya ruangan pada lengkung rahang, trauma, jalannya erupsi kaninus yang tidak normal dan faktor genetik.

Sebelum melakukan suatu perawatan, harus dilakukan diagnosa terlebih dahulu seperti pemeriksaan visual, palpasi dan pemeriksaan radiografis. Akibat-akibat yang dapat terjadi apabila kaninus impaksi tidak dirawat adalah rasa sakit neuralgia, terbentuknya kista disekeliling gigi, fraktur rahang, tinnitus aureus, otitis dan kelainan pada mata.

Perawatan pada kaninus impaksi dapat dilakukan dengan gabungan bedah dan ortodonti. Teknik yang digunakan yaitu Open flap technique dan Close flap technique. Open Flap Technique (metode erupsi terbuka) yaitu suatu metode dengan eksisi mukosa palatal dan pembuangan tulang yang menutupi gigi kaninus impaksi. Pada teknik open flap retraksi impaksi kaninus dilakukan dengan menggunakan magnet dan mini-implant. Close Flap Technique (metode erupsi tertutup) melibatkan pembuangan tulang palatal untuk menyingkapkan kaninus ektopik, tetapi mukosa palatal dibiarkan tetap utuh. Pada teknik close flap retraksi impaksi kaninus dapat dilakukan dengan menggunakan semi fixed appliance dan tunnel traction method.


(2)

4.2 Saran

Gigi yang impaksi pada umumnya tidak diketahui oleh pasien dan baru diketahui jika datang ke dokter gigi. Hal ini akan diyakini oleh pasien apabila telah dilakukan pembuatan Roentgen foto. Untuk itu, dokter gigi perlu memberikan informasi kepada pasien apabila dijumpai kasus gigi impaksi ini dan memotivasi agar pasien bersedia melakukan perawatan. Diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara pasien dan orang tuanya dengan dokter gigi. Kesabaran dan kooperatif pasien sangat diharapkan mengingat durasi perawatan yang diperlukan membutuhkan waktu yang lama.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Yavuz MS, Buydukkurt MC. Impacted mandibular canines. The Journal of Contemporary Dental Practice 2007;8(7)

2. Nazruddin. Perawatan kaninus impaksi dengan gabungan teknik bedah dan ortodonti Mekanik. Dentika Dental Journal 2005;10(1):38-44

3. Stivaros N, Mandall NA. Radiographic factors affecting the management of impacted permanent canines. Journal of Orthodontics 2000;27:69-173

4. Gonzalez-Sanchez MA, Gay-Escoda C. Transmigrant impacted mandibular canines : A retrospective study of 15 cases. J Am Dent Assoc 2007;138:1450-55

5. Sambataro S, Baccetti T, Franchi L, Antonini F. Early predictive variables for upper canine impaction as derived from posteroanterior cephalograms. Angle Orthod 2005;75(1):28-34

6. Sumer P, Ozden B. Transmigration of mandibular canines : A report of six cases and a review of the literature. The Journal of Contemporary Dental Practice 2007;8(3)

7. Grgurevic J. Analysis of the treatment of impacted canines during a twenty-year period. Acta Stomatol Croat 2001;35(4):487-90

8. Pirinen S, Arte S, Apajalahti S. Palatal displacement of canine is genetic and related to congenital absence of teeth. J Dent Res 1996;75(10):1742-6

9. Suri S, Utreja A, Rattan V. Orthodontic treatment of bilaterally impacted maxillary canines in an adult. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2002;429(4):429-37


(4)

10.Shroff B. Canine Impaction : Diagnosis, Treatment Planning, and Clinical Management. In: Nanda R. Biomechanics in clinical orthodontics. Philadelphia : WB Saunders, 1997:100

11.Arnus S. Perawatan gigi kaninus terpendam secara pembedahan dan ortodonsi. Dentika Dental Journal 2001;6(1):189-193

12.Frank CA. Treatment options for impacted teeth. J Am Dent Assoc 2000;131:623-32

13 Li CF, Wong WK, King NM. Orthodontic traction of impacted canine using magnet : a cae report. Cases Journal 2008.

14 Gonzalez S. Cortical bone thickness in the maxilla and mandible for mini implant placement. Dissertation. Iowa: University of Iowa, 2008:4

15 Ritto AK. Skeletal Anchorage : Different Approaches. In: Nanda R, Uribe FA. Temporary anchorage devices in orthodontics. Missouri : Mosby Elsevier, 2009:238

16.Anonymous. Using mini implants for extra dental anchorage.

(19 Agustus 2009)

17.Richardson G, Kathy A Russell. A review of impacted permanent maxillary cupids – Diagnosis and prevention. J Can Dent Assoc 2000;66:497-501

18.Londhe CSM. Management of bilateral impacted maxillary canines. MJAFI 2009;65:190-2

19.Kirchheimer S. Impacted tooth.


(5)

21.Zeitler DL. Orthodontics and adjunct treatment : Surgical Orthodontics. In: Bishara SE. Textbook of orthodontics. United States of America : W.B Saunders Company, 2001:545-7

22.Soejono A. Impaksi kaninus rahang atas. Dent J 2002:35(4):167-9

23.Bedoya MM, Park JH. A review of the diagnosis and management of impacted maxillary canines. JADA 2009;140:1485-93

24.Bayram M, Sener I. Maxillary canine impactions related to impacted central incisors : two case reports. The Journal of Contemporary Dental Practice 2007;8(6)

25.Aydin U, Yilmaz HH. Transmigration of impacted canines. Dentomaxillofac Radiol 2009;32:198-200

26.Aktan AM, Kara S, Akgunlu F, Isman E, Malkoc S. Unusual cases of the transmigrated mandibular canines : report of 4 cases. Eur J Orthod 2008;2:122-6

27.Mupparapu M. Patterns of intra-osseus transmigration and ectopic eruption of mandibular canines : a review of literature and report of nine additional cases. Dentomaxillofac Radiol 2002;31:355-60

28.Bayoumi D. Impacted maxillary canine.

29.Kokich VG. Surgical and orthodontic management of impacted maxillary canines. Am J Ortho Dentofacial Orthop 2004;126(3):278-83

30.Bishara SE. Impacted maxillary canines : a review. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1992;101:159-71


(6)

31.Jena AK, Duggal R, Batra P. Magnet as a dental material – an overview. Trends Biomater Artif. Organs 2003;16(2):73-80

32.Noar JH, Evans RD. Rare earth magnets in orthodontics : an overview. Br J Orthod 1999;26:29-37

33.Cole BO, Shaw AJ et al. The role of magnets in the management of unerupted teeth in children and adolescents. International Journal of Paediatric Dentistry 2003;13:204-7

34.Deguchi T, Yamamoto TT, Kanomi R et al. The use of small titanium screws for orthodontic anchorage. J Dent Res 2003;82(5):377-81

35.Ismail SFH, Jonas AS. The role of implants in orthodontics. J Clin Orthod 2002;29:239-45

36. Kim SH, Choo HR, Hwang YS, Chung KR. Double archwire mechanics using temporary anchorage devices to relocate ectopically impacted maxillary canines. World Journal of Orthodontics 2007:255-66

37.Bui DX. Surgical exposure surgery.

38.Neelima K, Nagaraj K, Jatti R, Sethi P. Eruption of an impacted canine with a semi-fixed appliance : a case report. The Orthodontic Cyber Journal 2010.

39.Aksu M, Taner T. The treatment of a palatally impacted maxillary canine by tunnel traction method. Hacettepe University 2006;30(2):48-58