Untuk mengetahui pemahaman pemilihan bahasa yang singkat oleh Untuk mengetahui pemahaman kesederhanaan bahasa wartawan non- Untuk mengetahui pemahaman kejelasan bahasa wartawan non-sarjana Uji Validitas dan Reliabilitas 2. Analisis deskriptif id

6. Sejauhmana pemahaman bahasa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap identifikasi diri penulisan berita yang aktual ? 7. Sejauhmana pemahaman bahasa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap ketundukan penulisan berita yang aktual? 8. Sejauhmana pemahaman bahasa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan berita yang aktual ? 1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1. Maksud Adapun maksud peneliti dari penelitian ini adalah meneliti, mempelajari, serta mengkaji sejauhmana pemahaman bahasa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas pada penulisan berita yang aktual.

1.3.2. Tujuan Adapun tujuan peneliiti diantaranya :

1. Untuk mengetahui pemahaman pemilihan bahasa yang singkat oleh

wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas pada penulisan berita yang aktual.

2. Untuk mengetahui pemahaman kesederhanaan bahasa wartawan non-

sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan berita yang aktual.

3. Untuk mengetahui pemahaman kejelasan bahasa wartawan non-sarjana

jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan berita yang aktual.

4. Untuk mengetahui pemahaman pemilihan bahasa yang menarik oleh

wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan berita yang aktual. 5. Untuk mengetahui pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non- sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap internalisasi penulisan berita yang aktual. 6. Untuk mengetahui pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non- sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap identifikasi diri penulisan berita yang aktual. 7. Untuk mengetahui pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non- sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap ketundukan penulisan berita yang aktual. 8. Sejauhmana pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektifitas penulisan berita yang aktual. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat membantu mengenai pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non-sarjana jurnalistik terhadap efektifitas penulisan berita yang aktual.

1.4.2 Kegunaan Praktisi

a. Peneliti Kegunaan penelitian bagi penelti adalah sebagai suatu pembelajaran dan pengalaman mengenai masalah penelitian yaitu pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non-sarjana jurnalistik terhadap efektifitas pembuatan berita yang aktual. b. Pengembangan program studi Ilmu Komunikasi kegunaan penelitian ini sebagai masukan untuk mahasiswa jurusan ilmu komunikasi selanjutnya yang akan meneliti tentang pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non-sarjana jurnalistik terhadap efektivitas pembuatan berita yang aktual. c. Perusahaan Bagi perusahaan, hasil penelitian ini sebagai masukan atau evaluasi terhadap wartawan non-sarjana jurnalistik di HU Galamedia Bandung. 1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan bahwa pemahaman menurut Kamus Ilmu Komunikasi adalah: “Penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan seperti yang di maksud oleh pengirim” Menurut wartawan senior Rosihan Anwar dalam buku Bahasa Jurnalistik, bahasa jurnalistik adalah: Salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan menarik. Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku, tidak menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa dan harus memperhatikan ejaan yang benar. Dalam kosa kata, bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat Anwar, 1991:1 Jadi berdasarakan pengertian di atas apabila diterapkan dalam penelitian ini adalah cara atau perbuatan memahami dan memahamkan bahasa jurnalistik wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung. Sifat-sifat tersebut diantaranya: 1. Singkat Singkat disini berarti langsung kepada pokok masalah to the point, tidak bertele-tele, tidak berputas-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. 2. Sederhana Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik. 3. Jelas Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Juga jelas artinya, jelas susunan kata dan kalimatnya sesuai dengan kaidah subjek-predikat-objek-keterangan SPOK, dan jelas sasaran dan maksudnya. 4. Menarik Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur terjaga seketika. Penelitian ini menggunakan teori Efektivitas Komunikasi Berdimensi Etos dalam buku Metode Penelitian dan Teori Komunikasi oleh Dr. Hamidi. Menurut teori ini, dipandang dari komponen komunikan, komunikasi yang efektif akan terjadi jika komunikan mengalami internalisasi, internalization, idenfikasi-diri self identification dan ketundukan compliance. Kelman, 1975 2 Komunikasi mengalami proses internalisasi, jika komunikasn menerima pesan yang sesuai dengan system nilai yang di anut. Komunikan merasa memperoleh sesuatu yang bermanfaat, pesan yang disampaikan memiliki rasionalitas yang dapat diterima. Internalisasi bisa terjadi jika komunikatornya memiliki ethos dan credibility ahli dan dapat dipercaya, karenanya komunikasi bisa efektif. Identifikasi akan terjadi pada diri komunikan, jika komunikan merasa puas dengan meniru atau mengambil aapikiran atau perilaku ketaatan pada diri komunikan, jika komunikan yakin akan mengalami kepuasan, mengalami reaksi yang menyenangkan, memperoleh reward balasan positif dan terhindar dari punishment keadaan, kondisi yang tidak enak dari komunikator, jika menerima atau menggunakan isi pesannya. Biasanya ketaatan atau ketundukan akan terjadi bila komunikan berhadapan dengan kekuasaan power yang dimiliki komunikator. Yang demikian bisa menghasilkan komunikasi yang efektif. Identifikasi akan terjadi pada diri komunikan jika komunikatornnya memiliki daya tarik attractiveness, karenanya komunikasi akan efektif. Untuk mendapatkan kejelasan mengenai teori Efektifitas Komunikasi Berdimensi Etos dapat dilihat pada gambar 1.1 sebagai berikut : 2 www.4uhabyby.wordpress.com . Kamis, 21 April 2011. 19.30 Gambar 1.1 Teori Efektifitas Berdimensi Etos Sumber : Hamidi.2010 Efektifitas memili tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh David J Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely antara lain : 1. Efektifitas Individu Efektifitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi. 2. Efektifitas Kelompok Adanya pamdangan bahwa kenyataannya individu saling bekerja sama dalam kelompok. Jadi efektifitaas kelompok merupakan jumlah kontribusi dari semua anggota kelompoknya. 3. Efektifitas Organisasi Efektifitas organisasi terdiri dari efektifitas individu dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya. Berita aktual adalah berita yang mengandung unsure terkini, terbaru, terhangat, baru saja atau sedang terjadi dan menarik. Pengertian terbaru, bisa merupakan fakta terbaru yang ditemukan dari suatu peristiwa lama, atau peristiwa yang baru saja terjadi.

1.5.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Kerangka konseptual adalah pengaplikasian kerangka teoritis dengan penelitian yang dilakukan. Pengaplikasian pengertian pemahan bahsa jurnalistik dan teori yang digunakan yaitu teoti Efektifitas Berdimensi Etos. Ada berbagai latar belakang sarjana yang menjadi wartawan di HU Galamedia Bandung, tidak semuanya berasal dari sarjana jurnalistik. Pemahaman bahasa jurnalistik yang sangat penting dikuasai ini, menjadikan wartawan non-sarjana jurnalistik agaknya terlalu sulit untuk memahami sebagai kaitan dengan efektifitas penulisan berita yang actual. Namun, itu tidak boleh menjadi hambatan, menginmgat wartawan adalah profesi dan di tuntut untuk bekerja seprofesionalisme mungkin. Menurut teori Efektifitas Berdimensi Etos, dipandang dari komponen komunikan, komunikasi yang efektif akan tejadi jika komunikan mengalami internalisasi internalization, identifikasi-diri self identification dan ketundukan compliance. Kelman, 1975. Sebuah media massa bekerja unuk pembacanya, maka dari itu komunikan sebagai pembaca dan komunikatordisini adalah wartawan non- jurnalistik HU Galamedia Bandung. Internalisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses penerimaan pesan oleh komunikan jika komunikasi tersebut sesuai dengan nilai yangdianut oleh komunikan itu sendiri. Bagi wartawan non-sarjana Jurnalistik HU Galamedia Bandung sebagai komunikator, internalisasi ini berhubungan dengan komunikan yang heterogen. Wartawan non-sarjana jurnalistik dituntut untuk senantiasa belajar observasi untuk menelaan karakteristik yang dimiliki khalayak luas. Pemahaman bahasa jurnalistik merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar efektifitas dalam pembuatan berita. Identifikasi diri dalam penelitian ini ditujukan untuk komunikator dan komunikan. Komunikator dalam penelitian ini tertuju pada wartawn non- jurnalistik HU Galamedia Bandung, mereka bisa menempatkan identitas diri pada tulisan mereka. Ini bisa disebut sebagai cirri khas, menjadi diri sendiri sangat berpengaruh dalam identifikasi diri karena akan membuat khalayak pembaca resfect pada apa yang dituliskan. Identifikasi diri komunikan tertuju pada bagaimana mereka meniru atau terpuasi oleh apa yang dituliskan oleh komunikator. Khalayak yang telah meniru apa yang dikomunikasikan wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung, menjadikan wartawan tersebut telah mampu membuat komunikasi menjadi efektif. Untuk membuat komunikasi menjadi efektif, pemahaman bahasa jurnalistik akan sangat membantu dalam pembuatan berita actual, karena bahwa jurnalistik mengharuskan penulisnya untuk menulis dengan jelas. Bagi berita yang bersifat aktual, waktu sangat mempengaruhi. Semakin cepat berita muncul, semakin tertarik orang untuk membacanya. Ketundukan yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan apa yang dilakukan komunikator dalam hal ini adalah wartawan non-sarjana jurnalistik Harian Umum Galamedia Bandung untuk membuat komunikan atau khalayak percaya untuk membaca apa yang dia tulis. Wartawa harus memiliki kehati-hatian yang sangat tinggi dalam melakukan pekerjaannya mengingat dampak yang luas yang ditimbulkan oleh berita yang dibuatnya. Kehati-hatian ini dimulai dari kecermatan terhadap ejaan nama, angka, tanggal, dan usia serta disiplin diri untuk senantiasa melakukan periksa ulang atas keterangan fakta yang ditemuinya. Tidak hanya itu, akurasi juga berarti benar dalam memberikan kesan umum, benar dalam sudut pandang pemberitaan yang dicapainya oleh penyajian detail-detail fakta oleh tekanan yang diberikan pada fakta- faktanya. Untuk itu, ada atura yang mengikat dan aturan tersebut di susun dalam kode etik jurnalistik pada pasal 1 yang berbunyi : “ bahwa wartawn merupakan orang terpercaya yang berbudi luhur, adil, arif, dan cermat serta senantiasa mengupayakan karya terbaiknnya. Efektifitas penulisan berita yang aktual bagi wartawan, berhubungan dengan konteks waktu dan hal itu di anggap wajar. Wartawan HU Galamedia Bandung tentu mengerti dengan istilah “dunia bergerak dengan cepat” dan sebagai khalayak mengetahui pula bahwa mereka harus berlari bukan berjalan untuk mengikuti kecepatan geraknya. Berdasarkan penjelasan di atas maka pengaplikasian dari teori dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 1.2 Efektifitas Berdimensi Etos Sumber : Hamidi.2010 Sumber : Hamidi dan Analisia Peneliti, 2011 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa yang menjadi komunikator adalah wartawan non-sarjana jurnalistik Harian Umum HU Galamedia Bandung yang memiliki pemahaman bahasa singkat, sederhana, jelas dan menarik serta memiliki rasional, keahlian, peka terhadap kepuasan pada komunikan, dan ketaatan dalam mencari dan menuliskan berita yang aktual. Efektifitas harus selaras dengan tujuan dan sasaran yang telah didapatkan oleh wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung. Tujuan sesuatu yang diperjuangkan dalam hal ini pemahaman bahasa jurnalistik dan sasaran sesuatu yang diteliti yaitu efektifitas penulisan berita yang aktual. Berita aktual berhubungan dengan waktu, bahwa wartawan HU Galamedia dituntut untuk senantiasa bekerja untuk mencari berita bukan menunggu berita. HU Galamedia Bnadung sebagai perusahaan di bidang media massa yang berfungsi menyebarkan informasi kepada khalayak luas di Bandung, tidak serta Rasional Keahlian Kepuasan Pada Komunikan Ketaatan Efektifitas Pembuatan Berita Aktual Singkat Sederhana Menarik Jelas merta memperkerjakan orang dari non-sarjana jurnalistik sebagai wartawan diperusahaannya, jika orang tersebut tidak mampu dan tidak kompeten dibidang persuratkabaran. Untuk itu, setelah peneliti mencari alasan dari redaksi dan perusahaan apa yang menjadi alasan mereka, mereka menjelaskan bahwa orang dari non-sarjana jurnalistik dibidang keilmuan mereka masing-masing. Misal, wartawan dari lulusan sarjana hukum, ditempatkan di berita khusus tentang kriminalitas atas hukum. Wartwan lulusan sarjana ekonomi, ditempatkan di rubric khusus ekonomi. Dalam setiap tahapan di atas, bisa dilihat bagaimana pentingnya pemahaman akan bahasa jurnalistik bagi wartawan non-sarjana jurnalistik, ada banyak yang harus dipelajari dan dipahami agar wartawan non-sarjana jurnalistik dapat memahami bahasa jurnalistik. Mereka harus mengetahui menulis bahasa yang singkat, jelas, sederhana, dan menarik. Kesemuanya itu saling berhubungan dan sangat penting untuk penulisan berita pada surat kabar. Jika wartawan non-sarjana jurnalistik khususnya wartawan HU Galamedia Bandung dapat memiliki pemahaman akan bahasa jurnalistik dengan baik, tidak diragukan lagi bahwa efektifitas penulisan berita yang aktual akan bisa dicapai.

1.6 Operasionalisasi Variabel

Cara pengoprasionalisasian yang dilakukan peneliti yaitu menjelaskan variable X dan Y serta indicator dan alat ukur. 1. Variabel X Adalah : Pemahaman Bahasa Jurnalistik Dengan Indikator : 1. Singkat 2. Sederhana 3. Jelas 4. Menarik 2. Variabel Y Adalah : Efektifitas Dengan indikator: 1. Internalisasi 2. Identifikasi Diri 3. Ketundukan Tabel 1.1 Operasional Variabel No Variabel X dan Y Indikator Alat Ukur Jml Item Pertanyaan 1 Pemahaman bahasa jurnalistik Singkat Langsung 1 Hemat waktu 1 Sederhana Kata familiar 1 Jelas Mudah ditangkap maksudnya 1 Jelas sususnannya 1 Menarik Santai Membangkitkan 1 Minat baca Perhatian 1 2 Efektivitas Internalisasi Rasional 1 Keahlian 1 Identifikasi diri Kepuasan pada komunikan 1 Kepatuhan Ketaatan 1 Sumber : Aplikasi Peneliti, 2011

1.7 Hipotesis

Menurut Borg dan Gall dalam Arikunto, 1998 penulisan hipotesis perlu mengikuti persyaratan sebagai berikut : a. Dirumuskan secara singkat tapi jelas b. Dengan nyata menunjukan hubungan antara dua variabel atau lebih c. Di dukung oleh teori-teori yang diikemukakan oleh para ahli atau peneliti yang terkait tercantum dalam landasan teori atau tinjauan pustaka. Hipotesis bisa saja disajikan dalam : H1 : Ada hubungan antara pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non- sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas berita yang aktual H0 : Tidak ada hubungan antara pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas berita yang aktual

1.8 Model Penelitian

Model penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Keterangan: Ada hubungan antara Variabel X ke Variabel Y Ada Hubungan antara variabel X dan Variabel Y 1.9 Populasi dan Sampel 1.9.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulan Sugiono, 2005 Menurut Arikunto 2002 populasi adalah keseluruhan objek penelitian dan objek yang diteliti. Objek tersebut dapat berupa manusia atau yang lain termasuk gejala yang ada di masyarakat. Notoatmodjo, 2002 Populasi dari penelitian ini adalah wartawan non-sarjana jurnalistik Harian Umum Galamedia Bandung yang berjumlah 13 orang. Variabel Pemahaman Bahasa Jurnalistik : Singkat Sederhana Jelas Menarik Variabel Efektivitas: Internalisasi Identifikasi Diri Ketundukan

1.9.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Misal, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di dapat dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi, sehingga sampel yang akan diambil harus betul-betul Representatif mewakili. Sugiono, 2005 Sample dari penelitian ini menggunakan total sampling dimana semua populasi digunakan sebagai sample yakni 13 orang. Berikut ini tabel data-data wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung. Tabel 1.2 Wartawan Non-sarjana Jurnalistik HU Galamedia Bandung No Nama Pendidikan Universitas 1 Agus Hermawan S1 Manajemen UNLA 2 Anwar Januar Mulyana S1 Teknik Sipil Perencanaan ITENAS 3 Dadang Setiawan S1 Teknik Mesin ITENAS 4 Deni Sahbudin S1 Ilmu Kepustakaan UNPAD 5 Digdo Moedji R S1 Manajemen Keuangan IKOPIN 6 Engkos Kosasih S1 Geografi ST. Kejuruan Pendidikan Bale Bandung 7 Imam Cahyadi S1 Akuntansi STIE YPKP 8 Nana Sukmana S1 Pendidikan Agama Islam IAIN 9 R. Achmad Mirza S1 Hubungan Masyarakat UNISBA 10 Rano Noviana S1 Teknik Informatika UNJANI 11 Rinny Rosliani S1 Hubungan Masyarakat UNISBA 12 Rosyad Abdullah S1 Bahasa Arab IAIN 13 Brillian Anwar S1 Sosial UNPAD

1.10 Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif memiliki cakupan yang sangat luas. Secara umum, metode penelitian kuantitatif dibedakan atas dua dikotomi besar, yakni eksperimental dan noneksperimental. Eksperimental dapat dipilah lagi menjadi eksperimen kuasi, subjek tunggal dan lain-lain. Sedangkan noneksperimental berupa deskriptif, komparatif, korelasional, survey, ex post facto, histories. Penelitian kuantitatif yang dilandasi faham positivisme empirik yang berintikan aktivitas penelitian eksperimental memang telah memiliki pengaruh yang sangat kuat dalm berbagai bidang ilmu, dan bahkan pernah dipandang sebagai satu-satunya pendekatan penelitian yang benar dan ilmiah. Guba dan Lincoln 1981 menyajikan uraian yang cukup panjang dan mempertentangkan perbedaan paradigma kedua penelitian ini. Untuk penelitian kuantitatif digunakan istilah Scientific Paradigm Paradigma Ilmiah. Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukan hubungan antar variabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti aspek dari pendidikan. Istilah penelititan kuantitatif sering digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif. Metode yang sering digunakan adalah eksperimental, deskripsi, survei, dan menemukan korelasional. Penelitian kuantitatif menyajikan proposal yang bersifat lengkap, rinci, prosedur yang spesifik, literatur yang lengkap, dan hipotesis yang dirumuskan dengan jelas.

1.11 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini, menggunakan teknik : a. Angket Adalah suatu alat pengumpulan data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk dapat menjawab pertanyaan. Depdikbud:1975 b. Internet Searching Adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dari internet c. Studi pustaka Menurut J. Supranto 1998:48 yang dikutip oleh Susi Fitri 2008:39 studi pustaka adalah : ”teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari data atau informasi melalui jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia diperp ustakaan”.

1.12 Teknik Analisa Data

Pengukuran dilakukan dengan skala likert. Cara pengukurannya dengan membagikan angket kepada sample dan di minta untuk menjawabnya dengan : “sangat setuju”, “setuju”, “ragu-ragu”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuj u”. Setiap jawaban diberikan skor 1 sampai 4 Sangaribun dan Effendi.1995 Menurut Hastono 2001 pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan penelitian setelah kegiatan pengumpulan data. Pengumpulan data tersebut dapat dilakukan dengan 4 tahap, yaitu : 1. Editing Pengeditan merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang perlu dilakukan terhadap data penelitia. Ruslan, 2000:155. Pengeditan dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan yang ada pada seluruh data yang didapat. Hal ini dilaukan untuk menghindari kesalahan dan mendapatkan kejelasan makna dari data informasi yang telah diperoleh. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan di lapangan, juga bersifat koreksi. Pada kesempatan ini, kekurangan atau kesalahan data tersebut dapat dilengkapi dan diperbaiki dengan pengumpulan data ulang atau interpolasi penyisipan. 2. Cooding pemberian code Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi bentuk data berupa bilangan 3. Processing Kegiatan memproses data yang didapat dari kuisioner kemudian dianalisis dengan cara memasukkan data tersebut ke paket program SPSS 16.0 for Window 4. Cleaning Kegiatan pengecekkan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak pada kegiatan penelitian dalam memasukkan data- data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai kriteria yang telah ditentukan skornya. Untuk menganalisis adanya pengaruh menggunakan Koefisien Determinasi KD Variabel X dan Variabel Y dengan menggunakan rumus sebagai berikut : KD = r 2 x 100 Keterangan : KD : Koefisien Determinasi r : Hasil Korelasi Rank Spearman Correlation Coefficient Untuk mencari uji hipotesis dengan menggunakan uji t Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah : - t hitung t tabel = Ho ditolak dan diterima H1 - t hitung t tabel = Ho diterima dan ditolak H1     2 1 2 r n r hitung t    Dimana: r = Besarnya Korelasi n= Jumlah Sampel Mencari t tabel : dk = Derajat Kebebasan dk = n-2 dimana n= jumlah sampel 1.13 Lokasi Dan Waktu 1.13.1 Lokasi Lokasi yang peneliti gunakan bertempat di redaksi HU Galamedia Bandung yang beralamat di Jln. Belakang Factory No. 2B-2C Bancey-Bandung 40111

1.13.2 Waktu

Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah empat bulan terhitung dari bulan Maret-Juli 2011. Tabel 1.3 Waktu Penelitian NO Keterangan Bulan Maret April Mei juni Juli 1 Penyerahan judul 2 Persetujuan Judul 3 Persetujuan Bimbingan 4 Aktif Bimbingan 5 Penelitian 6 Penyusunan keseluruhan Skripsi 7 Sidang Skripsi Sumber: Analisis Penelitia, 2011

1.14 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memberi gambaran secara umum tentang uraian yang disajikan sehingga memudahkan pembaca dalam menanggapi keseluruhan penelitian yang telah penulis laksanakan. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada BAB ini penulis memaparkan latar belakang masalah yang akan di kaji oleh peneliti. Dalam BAB ini, peneliti mengambil yang akan menjadi rumusan masalah untuk di kaji lebih dalam.

BAB II Tinjauan Pustaka

Pada BAB II peneliti menjelaskan apa yang menjadi tinjauan penelitian. Di sini berisi berbagai definisi dan pengertian dari para ahli yang dijadikan referensi oleh peneliti. Mulai dari pengertian komunikasi, pengertian komunikasi massa, pengertian pers dan jurnalistik, teori efektivitas, dan berita.

BAB III Objek Penelitian

Pada objek penelitian, peneliti memaparkan sejarah dari perusahaan dimana peneliti melakukan penelitian, dalam hal ini Harian Umum Galamedia, serta visi misi perusahaan dan semua yang berhubungan dengan informasi mengenai Galamedia tersebut.

BAB IV Pembahasan

Pada BAB ini, peneliti membahas yang menjadi persoalan atau rumusan masalah penelitian. Sejauhmana pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non- sarjana jurnalistik Harian Umum Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan yang aktual. Pada BAB ini pembaca bisa menegtahui bahagaimana hubungan yang terjadi.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Di sini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian dan saran bagi peneliti selanjutnya serta perusahaan. 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris Communication, berasal dari kata latin Communiaction, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan disini adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Pikiran dan perasaan sebagai isi pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan, selalu menyatu secara terpadu. Dalam komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antar kedua belah pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain. Menurut Carl Hovlan yang dikutip oleh Onong Uchjana, bahwa ilmu komunikasi adalah “upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas, asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”. Effendy, 2004 : 10 Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik sudah disadari oleh para cindekiawan sejak Aritoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi. Akan tetapi Aritoteles hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil. Baru pada abad ke-20 ketika dunia dirasakan semakin mengecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronik, setelah ditemukan telepon, surat kabar, film, radio, televisi dan sebagainya. Maka para cendekiawan abad sekarang menyadari pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan knowlage menjadi ilmu science.

2.1.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Dalam proses komuniaksi ada dua perspektif yaitu: 1. Prespektif Psikologis Proses komunikasi pada perspektif psikologis terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Proses tersebut terdiri dari dua aspek, yakni isi pesan dan lambang. Isi pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa. Walter Lippman menyebut isi pesan itu “picture in our hand”. Sedangkan Walter Hageman menamakan “das Bewustseininhalte”. Proses “mengemas” atau “membungkus” pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan itu kemudian ditransmisikan atau operkan atau kirimkan kepada komunikan. 2. Perspektif Mekanistis Proses komunikasi ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau “melemparkan” dengan bibir secara lian atau dengan tulisan dan ditangkap oleh komunikator. Penangkapan pesan yang dilakukan komunikator dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata atau indera-indera lainnya. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis ini sangat kompleks, sebab bersifat situasional tergantung pada situasi ketika komunikasi itu berlangsung. Untuk lebih jelasnya proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasifikasikan menjadi proses komunikasi primer dan sekunder. a. Prose Komunikasi Secara Primer Proses komunikasi secara primer primary process adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang symbol sebagai media atau saluran. Lambang ini umumnya adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan. Isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, sirine, dan lain-lain. b. Proses Komunikasi Secara Sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang dengan media pertama. Komunikasi dalam proses sekunder ini semakin lama semakin efektif karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang pula oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi komunikasi.

2.1.3 Unsur-unsur dalam proses komunikasi

Sender Encoding Message Decoding Receiver Media Noise Feedback respone Sender : komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumalah orang Encoding : Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator Media : salurn komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan Decoding : proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan kepada komunikator kepadanya Receiver : komunikan yang menerima pesan dari komunikator Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komuniktor Noise : Gangguan yang terencana yang terjadi dalam proses komunikasi Respon :Tanggapan seperangkt reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan Effendy: 2003:18

2.1.4 Faktor penunjang komunikasi efektif

Menurut Wilbur Schramm menampilkan apa yang ia disebut “The condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. 2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. 3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebetuhan tersebut. 4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakan untuk memberi tanggapan yang dikehendaki. Schramm, 2003

2.1.5 Hambatan komunikasi

Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Berikut adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator : 1. Gangguan Gangguan disini terbagi dua, yaitu gangguan mekanik dan gangguan sematik. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sedangkan gangguan sematik bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi merusak. Gangguan sematik terjadi karena salah pengertian. 2. Kepentingan Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. 3. Motivasi Terpendam Motivasi terpendam adalah tanggapan semu dari komunikan. Sebagai contoh mungkin sekali seorang pegawai seolah-olah menanggapi komunikasi dari atasannya, kendatipun ada yang tidak disetujui. Hal itu dilakukan karena si pegawai ingin naik pangkat. 4. Prasangka Prasangka merupkan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. 2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa 2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa Mass communication adalah komunikasi melalui media massa, baik media massa modern seperti radio, televisi, surat kabar dan internet maupun media massa tradisional seperti juru dongeng, juru pantun dan lain-lain. Komunikasi massa memberikan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam atau heterogen dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media massa. Ada dua tugas komunikator dalam komunikasi massa, yang pertama mengetahui apa yang akan disampaikan dan kedua mengetahui bagaimana harus menyampaikan kepada benak komunikan. Sebuah pesan yang isinya lemah dan dengan lemah pula akan disampaikan kepada khalayak luas, akan menimbulkan pengaruh yang kurang efektif .

2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Ada empat karakteristik dalam komunikasi massa yaitu: 1. Komunikasi massa bersifat umum 2. Komunikasi bersifat heterogen 3. Media massa menimbulkan keserampakan 4. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi 2.3 Tinjauan Tentang Pers dan Jurnalistik 2.3.1 Pers sebagai Lembaga Sosial Pers adalah lembaga sosial social institution atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di negara dimana dia beroperasi, bersama-sama dengan subsistem lainnya. Ditinjau dari teori sistem, pers merupakan sistem yang terbuka yang probabilistik. Terbuka artinya bahwa pers tidak bebas dari pengaruh lingkungan tetapi dilain pihak pers juga mempengaruhi lingkungan probilistiknya yang berarti hasil operasinya tidak dapat diduga secara pasti. Situasi ini berbeda dengan sistem tertutup yang deterministik. Sebagai sistem terbuka pers cenderung untuk mempunyai kualitas penyesuaian, yang berarti dia akan menyesuaikan diri kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan hidupnya. Apabila pers tidak mampu penyesuaikan diri kepada perubahan kondisi dan situasi lingkungan, maka ia akan mati, mati karena dimatikan. Sebagai contoh dicabut izinnya, dilarang terbit, atau mati karena tidak disukai khalayak. Mati hidupnya pers atau lancar tidaknya kehidupan pers di suatu negara dipengaruhi bahkan ditentukan oleh sistem politik pemerintahan di negara di mana pers itu beroperasi.

2.3.2 Pengertian dan Ciri surat kabar

Pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat kabar, majalah, ,ingguan tabloid dan sebagianya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media cetak elektronik anatraa lain radio siaran dan televisi siaran, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik. Pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga karena ia berwujud. Kongkret, dan nyata oleh karena itu ia dapat diberi nama. Sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa karena ia abstrak yang merupakan kegiatan, daya hidup, menghidupi aspek pers. Dengan demikian pers dan jurnalistik merupakan dwitunggal. Pers tidak mungkin beroperasi tanpa jurnalistik, sebaliknya jurnalistik tidak akan mungkin mewujudkan suatu karya bernama berita tanpa pers. Ciri – ciri surat kabar diantaranya: 1. Publisitas Yang dimaksud dengan publisitas adalah penyebaran kepada publik atau khalayak. Karena diperuntukkan khalayak, maka sifat surat kabar adalah umum. Isi surat kabar terdiri dari berbagai hal yang erat kaitannya dengan kepentingan umum. Ditinjau dari segi lembarannya jika surat kabar mempunyai halaman yang banyak, isinya juga dengan sendirinya pula akan memenuhi kepentingan khalayak yang lebih banyak. 2. Periodisitas Periodisitas adalah ciri surat kabar yang kedua. Keteraturan terbitnya surat kabar bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari, dapat pula satu kali seminggu. 3. Universalitas Yang dimaksud dengan universalitas sebagai ciri ketiga surat kabar ialah kesemestaan isinya, aneka ragam dan dari saluran dunia. 4. Aktualitas Aktualitas sebagai ciri keempat dari suatu kabar adalah mengenai berita yang disiarkannya. Aktualitas menurut kata asalnya berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Kedua-duanya erat sekali sangkut, pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar. Aktualitas yakni kecepatan laporan, tanpa menyampingkan kebenaran berita.

2.3.3 Fungsi Pers

Pers adalah sarana yang menyiarkan produk jurnalistik. Fungsi pers berarti fungsi jurnalistik. Pada zaman modern sekarang, jurnalistik tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsinya, bukan lagi menyiarkan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu. 2.4 Tinjauan Tentang Bahasa Jurnalistik 2.4.1 Pengertian Bahasa Jurnalistik Bahasa jurnalistik menurut wartawan senior Rosihan Anwar adalah salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak dapat menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Dia juga harus memperhatikan ejaaan yang benar. Dalam kosa kata, bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat. Anwar, 1991:1

2.4.2 Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa diantaranya adalah : 1. Alat untuk menyatakan ekspresi Bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. 2. Alat komunikasi Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. 3. Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial Melalui bahasa, setiap anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat-istiadat , tingkah laku dan tata krama masyarakat. 4. Alat mengadakan kontrol sosial Kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang-orang lain. Tingkah laku itu bisa bersifat terbuka overt yaitu tingkah laku yang dapat diamati atau diobservasi. Dapat pula bersifat tertutup covert yaitu tingkah laku yang tidak dapat diobservasi.

2.4.3 Karakteristik Bahasa Jurnalistik

1. Singkat Singkat disini berarti langsung kepada pokok masalah to the point, tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. 2. Sederhana Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik. 3. Padat Kalimat padat adalah kalimat yang singkat namun penuh informasi 4. Lugas Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. 5. Jelas Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Juga jelas artinya, jelas susunan kata dan kalimatnya sesuai dengan kaidah subjek-predikat-objek-keterangan SPOK, dan jelas sasaran dan maksudnya. 6. Menarik Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur terjaga seketika. Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asas efektivitas. 2.5 Tinjauan Tentang Efektivitas 2.5.1 Pengertian Efektivitas Atmosoeprapto 2002 menyatakan Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat. Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh David J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely antara lain : 1. Efektivitas Individu Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi 2. Efektivitas kelompok Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan Jumlah kontribusi dari semua anggota kelompoknya 3. Efektivitas Organisasi Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya. Efektivitas berarti daya tarik daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkata kemampuan pesan untuk mempengaruhi komunikan. Pesan yang efektif harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut : 1. Adanya kesamaan dalam mempermudah proses penyandian decoding yakni proses menerjemahan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan. 2. Adanya kesamaan membangun proses yang sama persepsi 3. Adanya kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada komunikator. Rahmat, 1986:271

2.5.2 Teori Efektivitas

Pemahaman bahasa jurnalistik yang berhubungan dengan efektivitas penulisan berita menggunakan teori Efektivitas Komunikasi Berdimensi Etos dalam buku Metode Penelitian dan Teori Komunikasi oleh Dr. Hamidi. Menurut teori ini, dipandang dari komponen komunikan, komunikasi yang efektif akan terjadi jika komunikan mengalami internalisasi, internalization, identifikasi-diri self identification dan ketundukan compliance. Kelman, 1975 www.4uhabyby.wordpress.com Komunikassi mengalami proses internalisasi, jika komunikan menerima pesan yang sesuai dengan sistem nilai yang dianut. Komunikan merasa memperoleh sesuatu yang bermanfaat, pesan yang disampaikan memiliki rasionalitas yang dapat diterima. Internalisasi bisa terjadi jika komunikatornya memiliki ethos atau credibility ahli dan dapat dipercaya, karenanya komunikasi bisa efektif. Identifikasi terjadi pada diri komunikan, jika komunikan merasa puas dengan meniru atau mengambil pikiran atau perilaku ketaatan pada diri komunikan akan terjadi, jika komunikan yakin akan mengalami kepuasan, mengalami reaksi yang menyenangkan, memperoleh reward balasan positif dan terhindar dari punishment keadaan, kondisi yang tidak enak dari komunikator, jika menerima atau menggunakan isi pesannya. Biasanya ketaatan atau ketundukan akan terjadi bila komunikan berhadapan dengan kekuasaan power yang dimiliki komunikator. Yang demikian bisa menghasilkan komunikasi yang efektif. Identifikasi akan terjadi pada diri komunikan jika komunikatornya memiliki daya tarik attractiveness, karenanya komunikasi akan efektif. Gambar 2.1 Teori Efektivitas Berdimensi Etos Sumber: Hamidi, 2010 Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai. 2.6 Tinjauan Tentang Berita 2.6.1 Pengertian Berita Begitu banyak definisi berita atau “News” yang dapat diketahui dari berbagai literatur, yang satu sama lain berbeda disebabkan pandangannya dari satu sudut yang berbeda. Dikalangan wartawan ada yang mengartikan news sebagai singkatan dari : - North = Utara - East = Timur - West = Barat - South = Selatan Mereka mengartikan berita sebagai laporan dari keempat penjuru angin tersebut, laporan dadri mana-mana, dari berbagai tempat di dunia ini. Ada juga defini yang paling “pas” mengenai berita yang dikemukakan oleh Prof. Mitchel V. Charnley dalam bukun ya “Reporting” yang berbunyi : Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk. Berita merupakan sesuatu yang diperlukan oleh khalayak demi memenuhi kebutuhan akan informasi sehari- hari.

2.6.2 Berita Aktual

Unsur aktual atau baru merupakan bagian penting agar berita kita dapat menarik perhatian. Sesuatu yang baru, peristiwa yang baru terjadi, kejadian yang masih hangat dibicarakan masyarakat lebih menarik, dibandingkan dengan kejadian atau peristiwa yang sudah lama. Berita aktual lebih mengutamakan unsur waktu didalamnya. Makin cepat berita muncul makin banyak masyarakat yang menggunakan media massa tersebut. Berita actual biasanya muncul tidak secara langsung keseluruhan berita, namun secara to be contingu, artinya berita bisa muncul berulang-ulang sesuai dengan informasi yang di dapat dilapangan.

2.6.3 Sifat Berita

Berita, baik untuk surat kabar, radio, maupun televisi memiliki tiga sifat yang harus dipenuhi, Menurut Djuroto 2003:27 tiga sifat tersebut yaitu: 1. Mengarahkan, artinya berita yang kita buat harus mampu mengarahkan perhatian pembaca, pendengar atau pemirsa sehingga mengikuti alur pemikiran kita. 2. Menumbuhkan atau membangkitkan semangat, artinya berita harus dapat memberi rangsangan, dorongan, dan semangat bagi pembacanya. 3. Berita yang bersifat memberi penerangan, artinya berita harus mampu memberi penerangan kepada masyarakat. Memberi penerangan di sini maksudnya adalah memberikan penjelasan atau contoh-contoh kejadian yang tidak baik agar tidak ditiru oleh masyarakat. 53

BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat Harian Umum Galamedia

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari bagian penelitian dan pengembangan PT. Galamedia Bandung Perkasa, Juni-Juli 2010. Penulis akan mencoba menguraikan sejarah singkat dari berdirinya PT. Galamedia Bandung Perkasa. PT. Galamedia Bandung Perkasa Grup Pikiran Rakyat yang salah satu unit usahanya adalah Harian Umum Galamedia HU Galamedia, didirikan di Bandung pada tahun 1968. Di mana kegiatan usahanya khusus bergerak dalam bidang jurnalistik atau penerbitan surat kabar yang cakupan usahanya adalah lokal dengan kata lain daerah pemasarannya adalah Kota dan Kabupaten Bandung serta sekitarnya. HU Galamedia semula muncul dari izin terbit Majalah Sunda Tjempaka yang diterbitkan oleh CV. Tjampaka dibawah pimpinan Sukandi Andrias Wasuma. Badan penerbit tersebut kemudian diserahkan sekitar bulan Agustus 1968 kepada Sjamsujar Adnan, yang kemudian mengubah majalah tersebut menjadi Surat Kabar Mingguan Gala. Direktur Pembinaan Pers Departemen Pendidikan, Anwar Luthan Alm, mengeluarkan SIT Surat Izin Terbit dengan nomor 0128SK Direktur BPSKtanggal 16 Oktober 1968, dengan persetujuan menteri penerangan saat itu H. Boediarjo. Surat Kabar Mingguan Gala terbit dan diedarkan untuk pertama kali pada hari Jumat, 20 Oktober 1968 dan secara resmi terbit pada hari Minggu, 22 Oktober 1968. Surat kabar Mingguan Gala pertama kali dicetak di percetakan Jakarta Pers, jalan Gunung Sahari Ancol, Jakarta. Percetakan ini dikelola oleh lima orang, tiga orang direksinya masing-masing di tempatkan di Bandung, termasuk Pemimpin Umum atau Pemimpin Redaksi. Sedangkan di Jakarta, Sofyan Lubis memegang jabatan sebagai Redaktur Pelaksana dan Chaeruddin sebagai kolektor. Selama surat kabar mingguan Gala di cetak di Jakarta , peredaranya melebihi 50 dari jumlah oplah cetak, yakni 20.000 eksemplar setiap terbit. Seiring dengan waktu, Surat Kabar Mingguan Gala kemudian berpindah cetak dari Jakarta ke Bandung. Oplah Gala meningkat mendekati oplah tertinggi saat diterbitkan di Jakarta. Perkembangan ini menjadi dorongan jajaran Redaksional Gala untuk meningkatkan periode penerbitan menjadi dua kali seminggu. Keputusan ini segera terlaksana setelah Gala memperoleh Surat Ijin Terbit Harian yang baru. Pada 27 Desember 1971, Surat Kabar Mingguan Gala berubah menjadi Surat Kabar Harian berdasarkan surat ijin terbit Harian nomor 0113Per-3SKDirjen PPG71, dimana edisi pertama terbit tanggal 28 Desember 1971 sebagai nomor perkenalan atau perdana. Sejak terbit pertama kali sebagai Surat Kabar Mingguan Gala, CV. Tjampaka sebagai perusahaan penerbitnya menghentikan segala aktivitas penerbitannya pada tanggal 31 Desember 1971, karena sebelumnya telah berdiri sebuah perusahaan penerbit lainnya, yakni PT. Galamedia. Seiring dengan aktivitas CV. Tjampaka, PT. Galamedia mengajukan permohonan kepada Menteri Penerangan untuk memperoleh SIT penerbit Gala, disertai akta penghentian kegiatan CV. Tjampaka dan pengambilan SIT atas nama CV. Tjampaka tersebut. Setelah empat tahun terbit sebagai surat kabar harian, tepatnya mulai tanggal 26 Agustus 1975 Dirjen PPGDeppen memberi izin kepada Gala untuk menambah jumlah halaman. Di samping hal itu pada tahun 1978 oplah Gala berada pada titik terendah dibanding ketika terbit dua kali seminggu, kecuali saat musim kampanye 1979, oplah Gala mencapai lebih dari 20.000 eksemplar yang kemudian turun kembali di bawah angka minimum. Setelah akhir tahun 1981, penampilan redaksional harian Gala dibenahi secara total mulai dari penyajian pemberitaan sampai tata letak rubrik berita Layout. Berbeda dengan penampilan yang dulu, dan berbeda dengan surat kabar lainnya dalam hal penyajian berita. Terutama dalam hal sasaran pemasaran atau segmentasi pembacanya, sehingga surat Kabar Gala lebih mempunyai jati diri yang khas di hati para pembacanya. Setelah terbit lebih dari 13 tahun sebagai surat kabar harian, oplah Gala mencapai 118.500 eksemplar di saat musim pembunuhan misterius antara tahun 1982 sampai 1983-an. Oplah Gala yang mampu menembus angka 100.000 eksemplar lebih ini, merupakan oplah terbesar penerbitan sebuah surat kabar daerah di Indonesia saat itu. Namun, jumlah oplah ini sebenarnya bisa ditingkatkan sampai angka 150.000 eksemplar jikalau sarana percetakan yang dimiliki saat itu lebih memadai dan menunjang Keberhasilan Gala mencapai Oplah dan pemasaran yang sangat bagus ini, bukan semata-mata karena lebih banyak menyajikan berita-berita kriminal melainkan karena hasil pembenahan penampilan redaksional dan perwajahan yang dilakukan setelah kembali menggunakan nama Surat Kabar Gala. Keberhasilan Gala dalam melakukan penampilan redaksional dan perwajahan yang khas ini, mampu meraih segmentasi pembaca tersendiri dan mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak. Dengan kondisi ini, Gala di anggap sukses mencapai sasaran atau misinya yaitu untuk selalu menjadi surat kabar yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan juga tidak bersaing dengan surat kabar lainnya yang telah memiliki ciri dan atribut tersendiri. Pada tahun 1985, pemerintah mengeluarkan peraturan yang baru melalui SK Meneteri Penerangan RI nomor 611984 tentang penghapusan SIT, yang mengacu kepada Undang-undang Pokok Pers nomor 211982. dengan izin baru SIUP tersebut jumlah halaman Gala secara resmi bertambah menjadi 12 halaman dan terbit di Jawa Barat, dan memperoleh SIUP pada tanggal 8 November 1985, melalui SK Menteri Penerangan Nomor 009SKMenpenSIUPPA-785. Mulai tanggal 10 November 1989 Harian Gala kembali terbit dengan penampilan baru-nya. Di mana dua halaman Cover dan Halaman terakhir berwarna, dan terbit 12 halaman 7 kali seminggu. Penampilan redaksional dan wajah baru ini berbeda dengan penampilan Gala sebelumnya, perubahan secara total dan drastis ini berkaitan dengan keinginan jajaran Redaksi untuk mengembalikan Harian Gala ke format lama tanpa ada perubahan dalam susunan jajaran keredaksionalan. Seiring dengan waktu pada tanggal 4 Oktober 1999, Harian Gala beralih Manajemen menjadi Harian Umum Galamedia di bawah naungan Grup pikiran Rakyat Bandung. PT. Galamedia Bandung Perkasa mempunyai satu unit usaha dalam bentuk penerbitan surat kabar. Setelah beralih menjadi Harian Umum Galamedia, oplah surat kabar harian ini meningkat menjadi 26.000 eksemplar. Menurut data terakhir dari bagian Litbang per-Desember 2003, tiras penjualan Harian Umum Galamedia mencapai 40.000 eksemplar untuk edisi hari Senin sampai Jum’at. Sedangkan untuk edisi Hari Minggu penjualannya mencapai 28.000 eksemplar.

3.1.1 Profil Perusahaan

Nama Surat Kabar : Harian Umum Galamedia Badan Hukum : Perseroan Terbatas Motto : Tajam, Etis dan Akurat Alamat Redaksi : Jalan Belakang Factory No. 2B Bandung 40111. Telp 022 42100634205347 Alamat Sirkulasi : Jalan Belakang Factory No. 2C Bandung 40111. Telp 022 42100634205347 Percetakan : PT. Granesia Grup Pikiran Rakyat Jl.Soekarno-Hatta No.147, Bandung.

3.1.2 Keterangan Teknis

Jenis Surat Kabar : Harian Umum Terbit Setiap Hari Waktu Terbit : Pagi Hari Bahasa : Indonesia dan Daerah Halaman : 12 Halaman Rabu, 16 Halaman Jumlah Kolom : 9 KolomUkuran : a. Halaman Kertas 42 X 58 cm b. Lebar Halaman Tercetak 40,5 cm c. Tinggi Halaman Tercetak 55 cm d. Lebar Kolom Per-Halaman 9 X 4.2 cm e. Lebar Kolom Iklan 4.2 cm

3.1.3 Visi dan Misi Redaksi HU Galamedia  Visi Redaksi HU Galamedia

Menciptakan kinerja yang lebih baik dengan memperlihatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi guna untuk mencerdaskan bangsa  Misi Redaksi HU Galamedia 1. Memberikan Informasi seakurat mungkin kepada pembaca 2. Menciptakan sarana komunikasi dan informasi bagi masyarakat umum 3. Mencari keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya demi kesejahteraan para karyawan atau karyawati 4. Menyediakan berita yang melaporkan tentang peristiwa atau kejadian yang ada relevansinya dengan kehidupan sehari-hari. 5. Meningkatkan kinerja supaya masyarakat gemar membaca untuk menambah pengetahuan bagi mereka tentang sesuatu hal atau masalah yang sedang terjadi pada keadaan yang sebenarnya 6. Mengurangi pengangguran Sumber : Redaksi H.U Galamedia 2010, Oktober

3.1.4 Motto HU Galamedia

Bagi setiap perusahaan, keberadaan motto, merupakan bentuk keseriusan dalam dunia bisnis. Karena dengan adanya motto, dapat menggambarkan identitas perusahaan secara singkat. Demikian halnya dengan Harian Umum Galamedia yang mengusung motto sebagai berikut : “Tajam, Etis, Akurat” Tajam Mengupas setiap realita yang terjadi tanpa pandang bulu Etis Sesuai dengan kode etik, kaidah, dan norma yang berlaku Akurat Meberitahukan fakta dari sumber yang jelas serta dapat dipertanggung jawabkan.

3.1.5 Logo HU Galamedia

Selain motto, logo merupakan salah satu ornamen yang menguatkan identitas suatu perusahaan terlebih yang bergerak di bidang media, lebih tepatnya media massa cetak seperti logo HU Galamedia di bawah ini : Gambar 3.1 Logo Harian Umum Galamedia sumber : www.klik-galamedia.com, 2011

3.2 Sejarah Bagian Redaksi Harian Umum Galamedia

Bagian redaksi dalam sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan surat kabar atau yang berkaitan dengan kegiatan jurnalistik, dapat diibaratkan sebagai organ tubuh manusia yang paling vital yaitu jantung. Perusahaan penerbitan surat kabar tidak akan pernah bisa menjalankan kegiatannya tanpa adanya bagian redaksi. Bagian menjadi bagian yang menentukan kelangsungan hidup sebuah perusahaan penerbitan surat kabar. Di bagian ini pula semua kegiatan penting berjalan. Demikian juga dengan bagian redaksi Harian Umum Galamedia pada PT. Galamedia Bandung Perkasa. Sejarah berdirinya Bagian Redaksi Harian Umum Galamedia tak terlepas dari pertama kali berdirinya perusahaan penerbitan surat kabar ini pada tahun 1968. Namun sejarah keberadaan bagian redaksi khususnya pada jajaran keredaksionalan Harian Umum Galamedia yang tampak seperti sekarang, dimulai ketika Harian Gala berganti kepemilikan atau manajemen dibawah naungan grup Pikiran Rakyat. Peralihan manajemen ini tentu saja membuat struktur keredaksionalan. Harian Umum Gala berubah menjadi unit usaha yang merupakan bagian dari Grup Pikiran Rakyat dengan nama Perusahaan PT. Galamedia Bandung Perkasa, dan nama surat kabar pun ikut berubah menjadi Harian Umum Galamedia. Walau demikian perusahaan ini tidak melepaskan kegiatan jurnalistiknya, bahkan di bawah manajemen yang baru ini Harian Umum Galamedia, lebih bisa menempatkan diri di hati para pembaca khususnya di hati pembaca dari kalangan masyarakat menengah ke bawah. Harian Umum Galamedia merupakan surat kabar yang terbit setiap hari. Lebih mengkhususkan diri pada pemberitaan lokal yaitu kejadian atau peristiwa yang terjadi di sekitar Bandung Raya. Sedangkan berita-berita yang sifatnya nasional lebih bersifat untuk melengkapi. Serta sasaran pembacanya ditujukan untuk semua lapisan masyarakat, dengan lebih menekankan pada konsumen lapisan menengah ke bawah. Penekanan jenis beritanya yaitu Berita Hukum dan Kriminalitas atau berita yang bersifat suatu kasus. Semua berita yang disajikan pada Harian Umum Galamedia disajikan secara Etis, Tajam dan Akurat seperti halnya motto dari Harian Umum Galamedia.

3.3. Struktur Organisasi HU Galamedia

Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi. Dimana struktur organisasi ini menyusun dan menjelaskan peranan atau tugas dan wewenang dari berbagai bagian atau divisi, dan juga bagaimana setiap bagian tersebut berhubungan dan bertanggung jawab atas hasil kerjanya. Demikian pula struktur organisasi PT. Galamedia Bandung Perkasa yang memiliki berbagai bagian atau divisi dan peranan masing-masing. Berikut ini adalah gambar struktur organisasi PT. Galamedia Bandung Perkasa beserta penjelasan kedudukan pada bagiannya masing-masing : 62 Gambar 3.2 Sumber : Redaksi H.U Galamedia, 2010, Oktober Berdasarkan struktur organisasi pada Gambar 3.2 diatas, diketahui merupakan susunan yang menggambarkan berbagai fungsi sesuai dengan bidangnya, berdasarkan hirarki dan saluran kewenangannya yang berlaku dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya struktur organisasi akan terlihat bagaimana pembagian tanggung jawab tugas tersebut dijalankan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kejelasan struktur yang terdapat dalam suatu organisasi akan memberikan kejelasan tentang hubungan kerja secara fungsional antara satu bagian dengan bagian lainnya, baik hubungan vertical maupun hubungan horizontal. Adapun susunan organisasi pada Kantor PT Galamedia Bandung Perkasa, antara lain : A. Pemimpin Umum B. Pemimpin Redaksi C. Dewan Redaksi D. Redaktur Pelaksana E. Sekretariat Redaksi F. Penelitian Dan Pengembangan Redaksi G. Seksi Monitoring dan Dokumentasi H. Pelaksana adalah Para Redaktur Dan Asisten Redaktur, yang terdiri dari : 1. Redaktur Halaman Utama Membawahi Asisten Redaktur Halaman Utama dan Wartawan. 2. Redaktur Rubrik Bandung Raya Membawahi Asisten Redaktur dan Wartawan untuk Rubrik Bandung Raya. 3. Redaktur Ekonomi Membawahi Asisten Redaktur dan Wartawan untuk Rubrik Ekonomi 4. Redaktur Publik Opini dan Feature Membawahi Asisten Redaktur dan Wartawan untuk Rubrik Opini dan Feature. 5. Redaktur Pendidikan dan Agama Membawahi Asisten Redaktur dan Wartawan untuk Rubrik Pendidikan dan Agama 6. Redaktur Rubrik Hiburan, Budaya dan Pariwisata Membawahi Asisten Redaktur dan Wartawan untuk Rubrik Hiburan, Budaya dan Pariwisata. 7. Redaktur Rubrik Jawa Barat Membawahi Asisten Redaktur dan Wartawan untuk Rubrik Jawa Barat. 8. Redaktur Rubrik Olah Raga Membawahi Asisten Redaktur dan Wartawan Untuk Rubrik Olah Raga 9. Redaktur Foto Membawahi Asisten Redaktur Foto dan Wartawan Foto 10. Redaktur Bahasa Membawahi Asisten Redaktur Bahasa 11. Redaktur Perwajahan Membawahi Asisten Redaktur Perwajahan 12. Koordinator Liputan Membawahi Asisten Koordinator Liputan

3.4 Job Description Redaksi Harian Umum Galamedia

Bagian Redaksi dipimpin oleh seorang Pemipin Redaksi bertanggung jawab kepada pemimpin perusahaan. Tugasnya ialah memimpin dan mengendalikan kegiatan keredaksian bagi terlaksananya mekanisme dan aktivitas kerja kerekdasian serta mengawasi seluruh isi Rubrik dan pemberitaan pada Harian Umum Galamedia. Dalam setiap perusahaan penerbitan atau surat kabar bagian redaksi memegang peranan yang cukup penting. Ia menjadi motor bagi bagian-bagian lainnya. Ia pula yang menjadi bagian yang menjalankan visi dan misi, serta idealisme sebuah media massa. Demikian juga pada Harian Umum Galamedia bagian redaksi menjadi salah satu bagian yang penting dalam menjalankan usahanya sebagai perusahaan surat kabar. Struktur organisasi atau tata kerja Harian Umum Galamedia tersusun secara vertical, dimana pemimpim umum membawahi para bawahannya dengan cara tersusun kebawah.

a. Pemimpin Umum

Pemimpin umum bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya penerbitan pers baik kedalam maupun keluar ia dapat melimpahkan pertanggung jawabannya terhadap hukum kepada Pemimpin Redaksi sepanjang menyangkut isi penerbitan redaksional. Tugasnya ialah mengendalikan dan mengorganisasikan aktivitas terbit Harian Umum Galamedia secara profesional sehingga mendukung terhadap tercapainya sasaran dan tujuan perusahaan baik idil maupun komersial. b. Pemimpin Redaksi Pemimpin Redaksi pada Harian Umum Galamedia bertanggung jawab kepada pemimpin umum. Tugasnya ialah memimpin dan mengendalikan kegiatan keredaksian bagi terlaksananya mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian serta mengawasi seluruh Rubrik dan pemberitaan pada Harian Umum Galamedia.

c. Dewan Redaksi

Dewan Redaksi pada Harian Umum Galamedia beranggotakan Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana dan orang-orang yang pandai berkompeten. Dewan Redaksi bertugas memberi masukan kepada jajaran redaksi dalam melaksanakan pekerjaan redaksional. d. Redaktur Pelaksana Redaktur Pelaksana Bertanggung Jawab kepada Pemimpin Redaksi. Tugasnya ialah mengatur pelaksanaan tugas kerekdasionalan Harian Umum Galamedia Bandung Perkasa sesuai dengan yang digaris bawahkan pemimpin redaksi dalam artian memimpin langsung aktivitas peliputan dan pembuatan pemberitaan oleh para wartawan dan editor. e. Sekretariat Redaksi Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab kepada Pemimpin Umum. Tugasnya ialah menyangkut segala hal yang menyangkut administrasi keredaksionalan dan menyelenggarakan kegiatan keseharian Harian Umum Galamedia kearah kinerja terbaik untuk mencapai target perusahaan. f. Penelitian dan Pengembangan Redaksi Bagian Penelitian dan Pengembangan pada bagian Redaksi Harian Umum Galamedia mempunyai tugas dalam melakukan penelitian dan pengembangan dalam kegiatan keredaksionalan sehingga mencapai kinerja keredaksionalan yang diinginkan.

g. Seksi Monitoring dan Dokumentasi

Seksi Monitoring pada Harian Umum Galamedia mempunyai tugas mengawasi perkembangan kinerja dan kegiatan redaksional sehingga tujuan redaksional mampu mencapai target yang diinginkan.

h. Seksi Dokumentasi

Sedangkan Seksi Dokumentasi pada Harian Umum Galamedia mempunyai tugas mendokumentasikan edisi-edisi penting yang pernah diterbitkan oleh Harian Umum Galamedia dari tahun percetakan pertama. i. Redaktur Redaktur bertanggung jawab kepada Redaktur Pelaksana. Tugasnya ialah menerima bahan berita, baik dari wartawan, koresponden, maupun dari kantor berita atau bahkan Press Release dari lembaga, organisasi, instansi pemerintah atau perusahaan swasta. Selain itu Redaktur bertanggung jawab terhadap halaman isi halaman yang akan diterbitkan pada Harian Umum Galamedia. j. Koordinator Liputan Koordinator Liputan pada Harian Umum Galamedia bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan atau mengatur para wartawan Harian Umum Galamedia dan membagi tugas diantara para wartawan tersebut untuk melakukan peliputan, agar tidak terjadi kesalahan atau overlap di lapangan.

k. Asisten Redaktur

Asisten Redaktur pada Harian Umum Galamedia bertugas membantu Redaktu dalam melakukan editing. Assisten Redaktur juga memiliki tugas dalam memberikan tambahan data dan literatur agar sesuai dengan gaya penulisan dan penerbitannya. l. Wartawan Seperti halnya dalam setiap perusahaan Surat Kabar tugas wartawan dalam Harian Umum Galamedia adalah bertugas mencari, mengumpulkan dan mengelolah informasi menjadi berita, yang akan disebarluaskan kepada publik, disesuaikan dengan tugasnya masing-masing yang sudah sebelumnya sudah diatur oleh Redaksi. m. Koresponden Merupakan wartawan Harian Umum Galamedia yang bertugas didaerah atau diluar wilayah keredaksionalan. Koresponden pada Harian Umum Galamedia mepunyai tugas liputan berita yang bersifat umum.

3.5 Sarana dan Prasarana Tabel 3.1

Sarana dan Prasarana Bagian Redaksi Harian Umum Galamedia Bandung Jawa Barat No Sarana dan Pra Sarana Jumlah 1 Komputer 64 Unit 2 Printer 2 Unit 3 Internet 1 Unit 4 Server Komputer Data 1 Unit 5 Telepon 16 Unit 6 Faximile 1 Unit 7 Foto Copy 1 Unit 8 Televisi 2 Unit 9 Handy Talkie 2 Unit 10 Kamera Manual dan Otomatis 4 Unit 11 Kamera Digital 3 Unit 12 Kamera Saku Pocket 12 Unit 13 Ruang Pimred 1 Ruang 14 Ruang Assisten Redaksi 1 Ruang 15 Ruang Litbang 1 Ruang 16 Ruang Koordinator Liputan 1 Ruang 17 Ruang Redaktur 1 Ruang 18 Ruang Redaktur Foto 1 Ruang 19 Ruang Produksi dan Pracetak 1 Ruang 20 Ruang Monitoring 1 Ruang 21 Ruang Dokumentasi 1 Ruang 22 Ruang Wartawan 1 Ruang 23 Ruang Sekretariat 1 Ruang 24 Kamar Gelap 1 Ruang 25 Ruang Rapat 1 Ruang 26 Percetakan 1 Ruang 27 Ruang Tamu 1 Ruang 28 Musholla 1 Ruang 29 Halaman atau Tempat Parkir 1 Halaman 30 Toilet 4 Ruangan 31 Kendaraan Operasional 5 Unit Sumber : Redaksi H.U Galamedia, 2010, Oktober 3.6 Pengelolaan Rubrik Otomotif 3.6.1 Sumber Tulisan Dalam mencari dan mengolah data untuk dijadikan sebuah informasi berita yang tentunya di butuhkan masyarakat. Wartawan rubrik Otomotif H.U Galamedia, biasanya mendapatkan data-data seputar otomotif antara lain dari nara sumber Dealer, bengkel, komunitas ataupun dari Internet shearching, yang selanjutnya di olah menjadi sebuah Informasi.

3.6.2 Penentuan Tema

Penentuan sebuah tema yang ada pada Rubrik Otomotif, dari setiap penerbitan yakni satu minggu sekali biasanya Redaktur Otomotif lah yang berhak menentukan tema apa yang akan dibuat mengenai Otomotif. “Serta penetuan tema disesuaikan dengan perkembangan yang ada di kota Bandung”Litbang, HU Galamedia.

3.6.3 Alur Informasi Gambar 3.3

Sumber : Hasil wawancara peneliti,2011 Bisa kita lihat gambar di atas bahwa alur informasi Rubrik Otomotif yang terdapat pada HU Galamedia, pertama tentunya Nara sumber yang ada di lapangan serta internet searching, yang selanjutnya wartawan mengolah data tersebut menjadi sebuah tulisaninformasi yang menarik dan setelah itu wartawan menyerahkan tulisan tersebut kepada redaktur, tentunya redaktur otomotif tersebut adalah seorang yang mentukan tulisan tersebut layak untuk diterbitkan ataupun tidak serta redakturpun adalah seorang yang menentukan tema, yang tema tersebut sesuai dengan apa yang masyarakat butuhkan untuk penerbitan setiap minggunya. Nara Sumber pesan Wartawan mencari dan mengolah pesan Redaktur menentukan layak atau tidak untuk diterbitkan Cetak Terbit

3.6.4 Segmentasi

Adapun segmentasi atau yang dijadikan sasaran khalayak rubrik otomotif ini ialah semua kalangan. Menurut Sutisna Litbang HU Galamedia mengatakan bahwa : “Sasaran khalayak untuk rubrik ini ialah semua kalangan, karena isi rubrik ini seputar otomotif roda dua. Mengapa untuk semua kalangan karena dilihat dari fenomena pada jaman sekarang kendaraan roda dua atau sepeda motor menjadi sebuah kebutuhan Primer bagi masyarakt kota Bandung, yang tentunya kebutuhan masyarakat mengenai otomotif akan bertambah”. Litbang, HU Galamedia. 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab VI ini peneliti akan menganalisa dan membahas hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu mengenai Pemahaman Bahasa Jurnalistik Wartawan Non-Sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung Terhadap Efektivitas Penulisan Berita Yang Aktual. Adapun data yang terkumpul dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada responden yaitu wartawan HU Galamedia Bandung yang bertempat di Belakang Factory No 2B-2C Banceuy-Bandung 40111 yang dilaksanakan pada tanggal 21- 23 Juni 2011 kepada 13 orang responden yang terpilih secara total sampling, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara lengkap dan jelas mengenai masalah yang sedang diteliti oleh peneliti. agar pembahasan yang dilakukan lebih sistematis dan terarah, maka analisis hasil penelitian ini terbagi atas 4 bagian, yaitu :

1. Uji Validitas dan Reliabilitas 2. Analisis deskriptif identitas responden

3. Analisis korelasi antara variable X dan Variabel Y 4. pembahasan hasil penelitian

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Validitas Sebelum menyebarkan angket penelitian atau koesioner kepada responden yaitu wartawan non-sarjana jurnalistik yang beralamat di Jln. Belakang Factory No. 2b-2c Banceuy-Bandung 40111 terlebih dahulu peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas pada 12 pertanyaan dari pertanyaan no.4 sampai no 15 yaitu mengenai data penelitian. uji validitas dan reliabilitas ini peneliti lakukan pada 13 responden. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor jawaban responden dari setiap item pernyataan dengan jumlah total jawaban responden atas seluruh pernyataan. Koefisien korelasi tiap item akan dibandingkan dengan 0,3 df. Jika nilai korelasi suatu itempernyataan lebih kecil atau sama dengan 0.3, maka pernyataan tersebut tidak valid dan harus dikeluarkan dari pengujian yang dilakukan. Hanya item yang memiliki nilai korelasi lebih tinggi dari 0.3 di ikutsertakan dalam pengujian Sugiyono, 2003:124. Untuk menentukan validitas dan reliabilitas daftar pernyataan dalam angket penelitian, peneliti menggunakan perhitungan menggunakan program SPSS 16.0. Hasil dari pengujiannya dapat secara langsung dilihat pada kolom Output Correlated Item Total Correlation, dibawah ini : Tabel 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted pertanyaan5 43.57 322.418 .576 . .971 pertanyaan6 44.14 305.209 .673 . .967 pertanyaan7 43.21 307.104 .865 . .965 pertanyaan8 42.64 303.324 .927 . .964 pertanyaan9 43.43 284.725 .968 . .959 pertanyaan10 43.50 274.423 .914 . .959 pertanyaan11 43.71 263.758 .974 . .957 pertanyaan12 43.21 260.489 .976 . .956 pertanyaan13 43.14 252.286 .974 . .957 pertanyaan14 43.64 235.940 .995 . .958 pertanyaan15 42.93 235.148 .987 . .959 Sumber: SPSS 16.0 Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa semua nilai output correlated item-total correlation sudah berada di atas nilai r tabel 0,5. Dengan demikian semua butir pernyataan dalam angket penelitian, sudah dapat dikatakan valid. 4.1.2 Uji realibilitas Untuk melakukan uji reliabiltas maka dilakukan penghitungan dan hasilnya diuji dengan menggunakan kriteria, sebagai berikut :  Jika r Alpha positif dan 0,9 maka butir pertanyaan tersebut reliabel, atau  Jika r Alpha positif dan ≥ r table, maka butir pertanyaan tersebut juga reliable, atau  Jika r Alpha positif dan ≤ r tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak reliabel Kriteria menyebutkan jika nilai korelasi sama dengan atau lebih besar dari 0,9 maka buti-butir pertanyaan reliabel. Hasil analisis reliabilitas dari butir pertanyaan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 16. pada kolom Cronbachs Alpha dalam tabel 4.2 dibawah dinyatakan bahwa nilai rata-rata menunjukkan angka 0,965 atau 0,9. Tabel 4.2 Reliabilitas Reliability Statistics Cronbachs Alpha Cronbachs Alpha Based on Standardized Items N of Items .965 .979 11 Berdasarkan kriteria diatas, maka pada data terlihat bahwa semua r Alpha positif dan ≥ dari 0,9 dengan demikian semua butir pertanyaan pada angket penelitian sudah reliabel.

4.2 Deskripsi Identitas Data Responden

Identitas reponden yang penulis munculkan dalam penelitian ini adalah : Jenis kelamin, usia, dan pendidikan. jalaludin rahmat menyatakan bahwa karakteristis populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis, mempengaruhi pola prilaku anggota-anggota populasi itu Rakhmat, 1988:57 Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden n=13 Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 13 100,0 Perempuan 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa dari 12 responden yang dijadikan sampel, semuanya berjenis kelamin laki-laki. hal ini berarti bahwa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung didominasi oleh orang yang berjenis kelamin laki-laki. Tabel 4.4 Usia Responden n=13 Usia Frekuensi Persentase 17 tahun 0,0 18 - 25 tahun 0,0 26 - 30 tahun 13 100,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Dari tabel 4.4 di atas menunjukan bahwa dari 12 responden yang dijadikan sampel, semuanya berusia antara 26-30 tahun. dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa semua wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung berusia rata-rata antara 26-30 tahun yang bisa dikatakan sebagai usia produktif. Tabel 4.5 Pendidikan Responden n=13 Pendidikan Frekuensi Persentase Sarjana 13 100,0 Lainnya 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Dari tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa dari 13 responden yang dijadikan sampel, semuanya merupakan sarjana, namun bukan sarjana jurnalistik. Tabel 4.6 Lamanya Bekerja n=13 Lama Bekerja Frekuensi Presentase 1-2 tahun 0,0 3-4 tahun 13 100,0 5-6 tahun 0,0 Sumber: Angket Penelitian, 2011 Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa dari 13 responden yang dijakdikan sampel, mereka rata-rata bekerja sebagai wartawan non-sarjana jurnalistik 3- 4 tahun dengan presentase 100.

4.3 Analisis Hasil Deskriptif Hasil Penelitian

Dari hasil angket yang peneliti berikan kepada responden yang peneliti jadikan sampel, maka terkumpul deskripsi sebagai berikut: 4.3.1 Pemahaman pemilihan bahasan yang singkat oleh wartawan non- sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan berita yang aktual. Dilihat dari data yang diperoleh peneliti melalui angket penelitian yang telah disebarkan, maka pada bagian ini peneliti akan mengemukakan hasil penelitian lapangan sebagai upaya untuk menjawab identifikasi penelitian yang pertama yaitu mengenai pemahaman pemilihan bahasa yang singkat oleh wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan berita yang actual. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7 dan 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.7 Langsung n=13 Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 1 7,7 Setuju 10 77 Cukup 1 7,7 Tidak Setuju 1 7,7 Sangat Tidak Setuju 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa sebanyak satu orang responden dengan persentase sebesar 7,7 menjawab sangat setuju, sedangkan responden yang menjawab setuju lebih besar jumlahnya yaitu sebanyak 10 orang dengan persentase 77 dan satu responden menjawab cukup dengen presentase 7,7, dan yang tidak setuju satu responden dengan presentase 7,7. Ini terlihat bahwa penggunaan bahasa yang secara langsung disetujui oleh wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung. Tabel 4.8 Hemat Waktu n=13 Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 2 15,4 Setuju 10 77 Cukup 1 7,7 Tidak Setuju 0,0 Sangat Tidak Setuju 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 2 orang responden dengan persentase sebesar 15,4 menjawab sangat setuju, sedangkan responden yang menjawab setuju lebih besar jumlahnya yaitu sebanyak 10 orang dengan persentase 77 dan yang menjawab cukup hanya satu responden dengan presentase 7,7 . Ini terlihat bahwa hemat waktu dalam penulisan berita yang actual disetujui oleh wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung. 4.3.2 Pemahaman kesederhanaan bahasa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan berita yang aktual. Dilihat dari data yang diperoleh oleh peneliti melalui angket penelitian yang telah disebarkan, maka pada bagian ini peneliti akan mengemukakan hasil penelitian lapangan sebagai upaya untuk menjawab identifikasi penelitian yang kedua yaitu kesederhanaan bahasa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan berita yang aktual. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.9 Kata Familiar n=13 Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 1 7,7 Setuju 5 38,5 Cukup 6 46,2 Tidak Setuju 0,0 Sangat Tidak Setuju 1 7,7 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa responden yang menjawab sangat setuju berjumlah sebanyak satu orang responden dengan persentase sebesar 7,7. Responden yang menjawab setuju yaitu sebanyak 5 orang responden dengan persentase sebesar 38,5 menunjukan penggunaan kata familiar telah diakukan oleh wartawan, serta sebanyak 6 orang responden yang menjawab cukup sebesar 46,2 ini menunjukan bahwa masih ada wartawan yang masih mempertimbangkan penggunaan kata familiar dalam setiap penulisan berita yang actual. Dan tidak ada yang menjawab tidak setuju namun ada satu responden yang menjawab sangat tidak setuju dengan presentase 7,7 . 4.3.3 Pemahaman kejelasan bahasa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan berita yang aktual. Dilihat dari data yang diperoleh oleh peneliti melalui angket penelitian yang telah disebarkan, maka pada bagian ini peneliti akan mengemukakan hasil penelitian lapangan sebagai upaya untuk menjawab identifikasi penelitian yang ketiga yaitu kejelasan bahasa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan berita yang aktual. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 dan 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10 Mudah ditangkap Maksudnya n=13 Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 4 30,8 Setuju 9 69,2 Cukup 0,0 Tidak Setuju 0,0 Sangat Tidak Setuju 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 4 orang responden dengan persentase sebesar 30,8 menjawab sangat setuju dengan menjawab sangat setuju sebesar itu maka penulisa berita harus mudah ditangkap maksud tulisannya. Sedangkan responden yang menjawab setuju lebih besar jumlahnya yaitu sebanyak 9 orang dengan persentase 69,2, serta tidak ada responden yang menjawab cukup, tidak setuju dan sangat tidak setuju sehingga dari hasil penelitian terlihat jelas bahwa wartwan non-sarjan jurnalistik selalu menuliskan berita actual dengan maksud yang mudah ditangkap oleh pembaca. Tabel 4.11 Jelas Susunannya n=13 Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 11 84,6 Setuju 2 15,4 Cukup 0,0 Tidak Setuju 0,0 Sangat Tidak Setuju 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 11 orang responden dengan persentase sebesar 84,6 menjawab sangat setuju Sedangkan responden yang menjawab setuju jumlahnya yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 15,4, dengan demikian seperti halnya analisis table 4.9 bahwa wartwan non-sarjan jurnalistik selalu menuliskan berita actual dengan susunan penulisan yang jelas. Serta tidak ada responden yang menjawab cukup, tidak setuju dan sangat tidak setuju. 4.3.4 Pemilihan bahasa menarik wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan berita yang aktual. Dilihat dari data yang di peroleh oleh peneliti melalui angket penelitian yang telah disebarkan, maka pada bagian ini peneliti akan mengemukakan hasil penelitian lapangan sebagai upaya untuk menjawab identifikasi penelitian yang keempat yaitu pemilihan bahasa menarik wartawan non- sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap efektivitas penulisan berita yang aktual. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11dan 4.13 sebagai berikut: Tabel 4.12 Santai n=13 Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 1 7,7 Setuju 10 76,9 Cukup 2 15,4 Tidak Setuju 0,0 Sangat Tidak Setuju 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 1 orang responden dengan persentase sebesar 7,7 menjawab sangat setuju, 10 responden yang menjawab setuju dengan persentase 76,9, dan cukup 2 responden dengan presentase 15,4. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa yang santai dituliskan pada penulisan berita yang actual oleh wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung. Tabel 4.13 Membangkitkan Minat Baca n=13 Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 3 23,1 Setuju 4 30,8 Cukup 6 46,2 Tidak Setuju 0,0 Sangat Tidak Setuju 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Dari tabel 4.13 menunjukan bahwa 3 orang responden atau sebesar 23,1 menyatakan sangat setuju dengan penggunaan bahasa yang membangkitkan minat baca, 4 orang responden atau sebesar 30,8 yang menyatakan bahwa penggunaan bahasa membngkitkan minat baca sudah setuju dilakukan sesuai dengan yang diharapkan pihak Galamedia karena akan menaikan penjualan. Sedangkan 6 orang responden menyatakan cukup atau sebesar 46,2 berarti masih tidak begitu setuju dan tidak setuju dengan penggunaan bahasa membangkitkan minat baca, karena takut bersikap berlebihan atau bahkan dibilang lebih mengutamakan sensasi. Tabel 4.14 Perhatian n=13 Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 0,0 Setuju 6 46,2 Cukup 7 53,8 Tidak Setuju 0,0 Sangat Tidak Setuju 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Dari tabel 4.14 di atas menunjukan bahwa 6 responden dengan presentase sebesar 46,2 menyatakan setuju dengan pemilihan atau pemakaian bahasa “perhatian”. Dan 7 responden dengan presentase 53,8 memilih cukup setuju. Ini menunjukan pemilihan bahasa dengan nuansa perhatian jarang digunaan oleh wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung. 4.3.5 Analisis Pemahaman Bahasa Jurnalistik Wartawan Non-Sarjana Jurnalistik HU Galamedia Bandung Terhadap Internalisasi Pada Penulisan Berita yang Aktual Dilihat dari data yang di peroleh oleh peneliti melalui angket penelitian yang telah disebarkan, maka pada bagian ini peneliti akan mengemukakan hasil penelitian lapangan sebagai upaya untuk menjawab identifikasi penelitian yang kelima yaitu pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non- sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap internalisasi pada penulisan berita yang aktual. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.15 dan 4.16 sebagai berikut: Tabel 4.15 Rasional n=13 Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 0,0 Setuju 12 92,3 Cukup 1 7,7 Tidak Setuju 0,0 Sangat Tidak Setuju 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Dari tabel 4.15 menunjukan bahwa 12 responden dengan presentase sebesar 92,3 menyatakan setuju, dan 1 responden dengan presentase 7,7 memilih cukup setuju. Ini menunjukan bahwa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung sudah baik dan berpikir rasional dalam setiap penulisan berita aktual. Tabel 4.16 Keahlian n=13 Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 0,0 Setuju 12 92,3 Cukup 1 7,7 Tidak Setuju 0,0 Sangat Tidak Setuju 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Sama halnya dengan tabel 4.15, tabel 4.16 menunjukan bahwa 12 responden dengan presentase sebesar 92,3 menyatakan setuju, dan 1 responden dengan presentase 7,7 memilih cukup setuju. Ini menunjukan bahwa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung sudah baik dan berpikir rasional serta telah memiliki keahlian dalam penulisan berita aktual. 4.3.6 Analisis Pemahaman Bahasa Jurnalistik Wartawan Non-Sarjana Jurnalistik HU Galamedia Bandung Terhadap Identifikasi Diri Pada Penulisan Berita yang Aktual Dilihat dari data yang di peroleh oleh peneliti melalui angket penelitian yang telah disebarkan, maka pada bagian ini peneliti akan mengemukakan hasil penelitian lapangan sebagai upaya untuk menjawab identifikasi penelitian yang kelima yaitu pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non- sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap identifikasi diri pada penulisan berita yang aktual. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17 sebagai berikut: Tabel 4.17 Kepuasan Pada Komunikan n=13 Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 1 7,7 Setuju 2 15,4 Cukup 10 76,9 Tidak Setuju 0,0 Sangat Tidak Setuju 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Dari tabel 4.17 menunjukan bahwa 1 responden dengan presentase sebesar 7,7 menyatakan sangat setuju, dan 2 responden dengan presentase 15,4 memilih setuju sedangkan sisanya 10 responden memilih cukup setuju dengan presentasi 76,9. Ini menunjukan bahwa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung tidak terlalu memikirkan kepuasan pada diri komunikan, itu hasil yang didapat. Namun mereka masih tetap berusaha dalam mengefektifitaskan berita atau informasi yang mereka publikasikan terutama berita aktual. 4.3.7 Analisis Pemahaman Bahasa Jurnalistik Wartawan Non-Sarjana Jurnalistik HU Galamedia Bandung Terhadap Ketundukan Pada Penulisan Berita yang Aktual Dilihat dari data yang di peroleh oleh peneliti melalui angket penelitian yang telah disebarkan, maka pada bagian ini peneliti akan mengemukakan hasil penelitian lapangan sebagai upaya untuk menjawab identifikasi penelitian yang kelima yaitu pemahaman bahasa jurnalistik wartawan non- sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung terhadap ketundukan pada penulisan berita yang aktual. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut: Tabel 4.18 Ketaatan n=13 Kategori Frekuensi Persentase Sangat Setuju 1 7,7 Setuju 11 84,6 Cukup 1 7,7 Tidak Setuju 0,0 Sangat Tidak Setuju 0,0 Total 13 100 Sumber: Hasil Angket Penelitian, Juni 2011 Dari tabel 4.18 menunjukan bahwa 1 responden dengan presentase sebesar 7,7 menyatakan sangat setuju, dan 11 responden dengan presentase 84,6 memilih setuju sedangkan 1 responden memilih cukup setuju dengan presentasi 7,7. Ini menunjukan bahwa wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung dalam hal ketaatan baik. Ini bagus, mengingat wartawan sebagai profesi, dan wartawan non-sarjana jurnalistik HU Galamedia Bandung merupakan wartawan dengan tingkat ketaatan yang baik.

4.4 Analisis Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y

Dalam pengolahan data mentah disesuaikan dengan skoring pada masing- masing alat ukur. Penghitungan statistik digunakan untuk melihat hubunganpengaruh antar variabel dan pengujian terhadap hipotesis Terdapat 2 dua variabel dalam penelitian ini X dan Y dimana keduanya berskala ordinal. Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel, data yang terkumpul melalui kuisioner dan telah diberi bobot dengan menggunakan skala kategori dan dihitung skor dari masing-masng responden berdasarkan total jumlah dari total jawaban tersebut akan dilakukan perangkingan berdasarkan jumlah skor tersebut, dan kemudian diolah menjadi uji statistik dengan alat ukur analisis korelasi Rank Spearman yang akan menghasilkan koefisien korelasi. Sedangkan untuk menganalisa pengaruh koefisien Determinasi KD atas variabel X dan variabel Y digunakan rumus: r = besarnya korelasi Nilai t tabel didapat dari tabel t-student dengan derajat bebas degree of fredom = n-2 dan nilai  yang digunakan 0,05 kemudian pengujian yang dilakukan adalah dua pihak. Uji signifikansi dilakukan terhadap hipotesis statistik yang telah ditentukan dengan kriteria uji : Dua arah tolak hipotesis nol pada taraf  jika hitung tabel t t  dengan db = n-2 dan  = 0,05. Sedangkan untuk menghitung tingkat hubungan digunakan kriteria Guilford yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi, yang kriterianya sebagai berikut :

1. 0,00