KAJIAN PUSTAKA Sistem Kekeluargaan Pada Pengelolaan Rumah Makan Tipe Sederhana (Studi Deskriptif Rumah Makan Minang di Daerah Kota Matsum IV Kec. Medan Area)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Teori Wong : Familisme dan Kewiraswastaan Sistem Kekeluargaan atau Family System secara umum memiliki pengertian bahwa segala sesuatu itu dilakukan untuk kepentingan yang ditujukan kepada keluarga. Dengan kata lain, pertimbangan kepentingan keluarga lebih utama dari pada kepentingan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara. Keluarga disini memiliki dua pengertian yaitu dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Keluarga dalam arti sempit, berarti keluarga inti Nuclear Family, sedangkan dalam arti luas, berarti Extended Family. Peranan Extended Family berfungsi sebagai social control terhadap nilai-nilai yang dijalankan oleh keluarga inti. Keluarga inti atau pelaku yang bersangkutan akan malu dan terpencil apabila melanggar nilai-nilai familisme Hariyono, 1993:78-79. Tempat seorang individu tidak begitu penting, dibandingkan dengan kepentingan keluarga atau clannya. Keluarga besar atau clan merupakan struktur dasar sosial. Kewajiban seseorang bukan langsung untuk dirinya sendiri, akan tetapi hanya diperuntukkan bagi keluarga besar. Demikian asas Familisme mengajarkan. Wong di dalam buku Suwarsono,1991:58-61 kemudian hadir dalam memberi kritik terhadap interpretasi para pakar teori modernisasi klasik tentang pemahaman dan penafsiran pranata famili keluarga tradisional Cina. Universitas Sumatera Utara Teori Modernisasi Klasik menyatakan bahwa pranata famili di Cina sebagai kekuatan dahsyat tradisional yang menimbulkan nepotisme, merendahkan disiplin kerja, menghalangi proses seleksi tenaga kerja di pasar bebas, mengurangi insentif individual untuk investasi, menghalangi timbulnya proses berpikir rasional dan merintangi timbulnya norma-norma bisnis universal. Berdasarkan penelitiannya mengenai bisnis Cina di Hongkong dan Asia Tenggara, Wong Siu-Lun 1985 mengembangkan sebuah model teoritis perusahaan Cina yang memasukkan dinamika-dinamika kelembagaan sistem kekeluargaan patrilineal. Wong kemudian menjelajahi dan menguji secara tekun pengaruh pranata keluarga terhadap organisasi internal dari berbagai badan usaha milik etnis Cina di Hongkong, khususnya melalui ideologi dan praktek manajemen paternalistik, tenaga kerja keluarga, dan pemilikan keluarga. Wong hendak menunjukkan bahwa pranata keluarga memiliki efek positif terhadap pembangunan ekonomi berikut ini. Pertama, Wong menunjukkan adanya praktek manajemen paternalistik di banyak badan usaha di Hongkong. Wong menunjukkan bahwa metafora pranata keluarga telah cukup memberikan alasan untuk absahnya hubungan patron-klien antara pekerja dan pemilik usaha. Secara ekonomis, hubungan paternalisme yang penuh kebajikan ini telah membantu usahawan untuk menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang ada dalam industri yang sangat fluktuatif. Kedua, nepotisme mungkin memberikan andil terhadap keberhasilan berbagai badan usaha Hongkong. Wong melihat, bahwa kebanyakan etnis cina hanya akan meminta bantuan tenaga kerja keluarga pada saat yang amat kritis, dan hubungan Universitas Sumatera Utara kekeluargaan pada umumnya hanya menjadi bagian kecil dari keseluruhan yang menganut nepotisme. Pada perusahaan kecil, anggota utama keluarga dan sanak keluarga yang lain berfungsi sebagai tenaga kerja murah dan cakap. Bahkan tenaga kerja keluarga ini diharapkan untuk bekerja dengan keras tetapi dengan upah yang lebih rendah. Ketiga, adanya mode pemilikan keluarga yang membantu keberhasilan usaha etnis Cina di Hongkong. Jika terjadi perselisihan keluarga, bentuk akhir yang dipilihnya lebih cenderung pada pembagian keuntungan dibandingkan dengan perpecahan fisik antar hubungan keluarga. Wong mengatakan bahwa satu kepercayaan antara anggota keluarga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditemukan diantara rekanan usaha mereka yang tidak kenal secara baik satu sama lain. Trust disepadankan dengan istilah kepercayaan, didefenisikan oleh Fukuyama 1995, sebagai harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas yang didasarkan pada norma- norma yang dianut bersama oleh anggota-anggota komunitas itu. Di dalam bisnis, trust bisa direduksi atau bahkan mengeleminasi kekakuan- kekakuan yang mungkin terjadi dalam sebuah perumusan kontrak perjanjian, mengurangi keinginan menghindari situasi yang tak terduga, mencegah pertikaian dan sengketa dan meminimalisasi keharusan akan proses hukum seandainya terjadi pertikaian. Dengan trust, orang-orang bisa bekerjasama secara lebih efektif. Hal ini dimungkinkan karena ada kesediaan diantara mereka untuk menempatkan kepentingan kelompok di atas kepentingan individu. Universitas Sumatera Utara Banyak kegiatan bisnis dilakukan tanpa didukung oleh jaminan surat-surat perjanjian, kontrak hukum atau bahkan secarik kertas. Mereka melakukannya berdasarnya rasa saling percaya, karena mereka berasal dari kampung halaman yang sama, berbahasa yang sama, atau berdialek yang sama, memiliki norma keluarga yang sama, atau dari keturunan yang sama. Pada kelompok etnik minangkabau terdapat persatuan yang tersembunyi yang dikuatkan oleh kepercayaan bahwa mereka berasal dari nenek moyang yang sama dalam lingkungan keluarga. Para ahli yang mempelajari organisasi bisnis Cina menekankan pentingnya etika keluarga-sentris dan peranannya dalam mempermudah kegiatan ekonomi. Wong Siu-Lun dalam penelitiannya tentang keluarga dan bisnis Hongkong yaitu tentang pemanfaatan sumber daya manusia dan material, untuk mencapai “kemajuan bersama” keluarga Siu-Lun, 1991 : 21. Kemajuan keluarga adalah sasaran mendesak dari sebagian besar keluarga mengabdikan diri mereka pada tujuan tersebut. Akibatnya, keluarga-keluarga menghargai penciptaan kekayaan karena hal itu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kemajuan keluarga. Wong tidak memberlakukan pranata keluarga sebagai faktor yang menghambat pembangunan ekonomi. Ia justru berpendapat sebaliknya, bahwa pranata keluarga tradisional justru akan mampu membentuk etos kerja ekonomi yang dinamis dengan apa yang ia sebut sebagai “etos usaha keluarga”. Etos ini melihat keluarga sebagai unit dasar kompetisi ekonomi, yang akan memberikan landasan untuk terjadinya proses inovasi dan kemantapan pengambilan resiko. Universitas Sumatera Utara Menurut Wong, ada tiga karakteristik pokok dari etos usaha keluarga yaitu sebagai berikut : • Pertama, konsentrasi yang sangat tinggi dari proses pengambilan keputusan. • Kedua, otonomi dihargai sangat tinggi dan bekerja secara mandiri lebih disukai. Pekerja akan lebih mendasarkan diri pada bentuk hubungan kerja yang paternalistik. • Ketiga, usaha keluarga jarang berjangka panjang, dan selalu ajeg berada dalam posisi tidak stabil. Disamping itu, bentuk badan usaha keluarga yang demikian akan jarang terlibat dalam usaha-usaha kolusi, karena adanya penghargaan yang tinggi dan penjagaan yang ketat pada sifat otonomi. Familisme ternyata tidak selalu menjadi tembok penghalang bagi industrialisasi maupun pertumbuhan ekonomi. Namun, familisme benar-benar bisa mempengaruhi karakter pertumbuhan tipe organisasi ekonomi yang di dalamnya masyarakatnya bekerja. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN