Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Pospartum di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

(1)

KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014

MAYA INDAH SARI 135102136

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Postpartum di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

ABSTRAK Maya Indah Sari

Latar belakang : Postpartum atau masa nifas adalah periode waktu saat selesai persalinan sampai 40 hari setelah persalinan dan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Dan salah satu hal yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun menurun masih dianut sampai saat ini, salah satunya adalah budaya Minang. Tujuan penelitian ini : Untuk mengeksplorasi perspektif budaya Minang terhadap perawatan ibu postpartum.

Metodelogi :Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi, yang bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan perawatan masa nifas menurut perspektif budaya Minang di Kecamatan Medan Denai Kelurahan Tegal Sari Mandala 3. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang.Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam digital. Untuk analisa data digunakan metode Colaizzi.

Hasil penelitian : Penelitian ini mendapatkan hasil perawatan yang dilakukan ibu pasca salin dalam budaya Minang adalah konsep dan waktu masa nifas, perawatan masa nifas (mandi betangeh, minum daun papaya dan asam jeruk nipis, minum kunyit asam, cebok menggunakan air daun sirih, tapal perut), manfaat perawatan ibu nifas, kebutuhan ambulasi ibu nifas dan pemberian ASI/laktasi.

Saran : Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu pasca salin tanpa meninggalkan budaya dasar yang telah ada dan sesuai kebutuhan masyarakat. Dan tidak melarang atau mengubah kebiasaan adat tersebut, selagi tidak merugikan bagi kesehatan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapakan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah – Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.

Karya Tulis Ilmiah yang diberi judul Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Pospartum di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai Tahun 2014 ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengalami kesulitan. Namun, berkat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, akhirnya laporan ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya. Karena itu, sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh Dosen dan staff administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Pihak Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai yang telah membantu dalam memberi data untuk penyusunan proposal.


(6)

6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil sehingga peneliti dapat mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberi penulis semangat dan motivasi.

Peneliti menyadari begitu banyak kekurangan dalam Karya Tulis Ilmiah ini baik dari segi isi dan bahasa. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun peneliti harapkan demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat limpahan anugrah dari Allah SWT.

Medan, Juli 2014


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 5

C. Manfaat Penelitian ... 5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perspektif ... 6

B. Masa Nifas ... 6

C. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas ... 9

D. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas ... 17

E. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas ... 18

F. Konsep Budaya Dalam Perawatan Ibu Postpartum ... 21

G. Fenomenologi ... 24

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel ... 26

C. Tempat Penelitian ... 28

D. Waktu Penelitian ... 28

E. Etika Penelitian ... 28

F. Instrument Penelitian ... 29

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 29

H. Analisis Data ... 30

I. Tingkat Keabsahan Data ... 31

BABIVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

B. Perawatan Postpartum Budaya Minang ... 34

C. Pembahasan ... 43

BABVKESIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.Karakteristik Distribusi Frekuensi Ibu Postpartum………..33 di KelurahanTegal SariMandala 3


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Formulir Persetujuan (Informed Consent)

Lampiran 2. Partisipan Data Demografi Lampiran 3. Panduan Wawancara


(10)

Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Postpartum di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

ABSTRAK Maya Indah Sari

Latar belakang : Postpartum atau masa nifas adalah periode waktu saat selesai persalinan sampai 40 hari setelah persalinan dan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Dan salah satu hal yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun menurun masih dianut sampai saat ini, salah satunya adalah budaya Minang. Tujuan penelitian ini : Untuk mengeksplorasi perspektif budaya Minang terhadap perawatan ibu postpartum.

Metodelogi :Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi, yang bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan perawatan masa nifas menurut perspektif budaya Minang di Kecamatan Medan Denai Kelurahan Tegal Sari Mandala 3. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang.Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam digital. Untuk analisa data digunakan metode Colaizzi.

Hasil penelitian : Penelitian ini mendapatkan hasil perawatan yang dilakukan ibu pasca salin dalam budaya Minang adalah konsep dan waktu masa nifas, perawatan masa nifas (mandi betangeh, minum daun papaya dan asam jeruk nipis, minum kunyit asam, cebok menggunakan air daun sirih, tapal perut), manfaat perawatan ibu nifas, kebutuhan ambulasi ibu nifas dan pemberian ASI/laktasi.

Saran : Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu pasca salin tanpa meninggalkan budaya dasar yang telah ada dan sesuai kebutuhan masyarakat. Dan tidak melarang atau mengubah kebiasaan adat tersebut, selagi tidak merugikan bagi kesehatan.


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Postpartum atau masa nifas adalah periode waktu saat selesai persalinan sampai 40 hari setelah persalinan. Menurut Prawiharjo (2010), masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Pengertian lain menurut Mochtar (1998) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa Nifas 6-8 minggu.

Pada masa postpartum atau yang biasa disebut masa nifas terjadi perubahan-perubahan, salah satunya perubahan fisiologis. Perubahan fisiologis ini sangat jelas terlihat, dimulai dari perubahan sistem reproduksi, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muscolusskeletal, dan sirkulasi cardiovaskuler pada ibu (Rukiyah, 2011).

Secara psikologi seorang ibu akan merasakan gejala-gejala psikiartik setelah melahirkan. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita yang tengah mengalami masa melahirkan baik secara fisik maupun psikis, dimana seorang wanita harus menjadi ibu dan merawat bayi yang dilahirkannya dan juga harus memperhatikan kebutuhan untuk dirinya sendiri. Sebagian wanita ada yang behasil menghadapi masa tersebut dan sebagian wanita ada pula yang tidak bisa menyesuaikan diri, bahkan bagi mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri akan mengalami gangguan-gangguan psikologis (Suryani, 2005).

Perubahan fisiologis yang terjadi, dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi pada masa post partum diantaranya infeksi nifas, endometritis, parametritis, infeksi pada payudara, dan perdarahan nifas. Secara psikologis


(12)

ditemukan juga beberapa komplikasi diantaranya depresi postpartum, postpartum blues dan psikosa postpartum (Maryunani, 2009).

Menurut Prawiharjo (2010), penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, hipertensi pada kehamilan, partus macet dan aborsi. Kematian karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. WHO memperkirakan sekitar 10% kelahiran hidup mengalami komplikasi perdarahan pasca persalinan.Infeksi menular seksual (IMS) dalam kehamilan juga merupakan factor resiko untuk sepsis.

Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonates sebesar 10.000.000 jiwa per tahun. Di Amerika Serikat, emboli, perdarahan, hipertensi dan infeksi menyumbang 65% kematian ibu setelah pertengahan kehamilan (Cunningham, 2012).

Di Indonesia (2012) jumlah ibu nifas dalam beberapa tahun terakhir terlihat mengalami peningkatan sedangkan angka kematian ibu nifas mengalami penurunan.Pada tahun 2009 angka ibu nifas diperkirakan sebesar 96.000 dengan jumlah kematian sebanyak 12%.Pada tahun 2010 sebanyak 125.000 ibu nifas dengan angka kematian sebanyak 7%. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah ibu nifas sebanyak 176.000 dengan angka kematian sebanyak 4%. Sementara pada tahun 2012 ibu nifas sebanyak 198.300 dengan angka kematian ibu sebanyak 3% (wordpress.com/AKI).

Menurut Prawiharjo (2010) pelayanan masa postpartum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi


(13)

ibu. Dibutuhkan juga pemantauan dan asuhan pada masa nifas untuk dapat mencegah beberapa kematian ibu.Sebagian besar asuhan diberikan untuk memulihkan atau menyembuhkan dan pengembalian alat-alat kandungan ke keadaan sebelum hamil.

Salah satu hal yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun menurun masih dianut sampai saat ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya.Tradisi yang ada di masyarakat seperti pandangan budaya mengenai penanganan kesehatan, kehamilan dan kelahiran, mengenai kesakitan, kematian di tiap-tiap daerah sesuai kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku (Perry, 2005).

Budaya memiliki nilai-nilai tersendiri tergantung dengan budaya yang dianut oleh seseorang dan dianggapnya benar secara turun temurun atau secara agama yang bisa diterima dikalangan masyarakat.Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan.Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan.Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan (Syafrudin, 2009).

Suku Minangkabau adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di Indonesia yang berasal dari Propinsi Sumatera Barat.Suku ini merupakan etnik mayoritas setelah Batak Mandailing dan Mentawai.Mereka memiliki kebudayaan yang telah dianggap mapan, yang sesungguhnya memiliki hubungan etnik kultural dengan nenek moyang (Muarif, 2009).


(14)

Menurut beberapa ibu-ibu suku Minang, perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang meliputi: minum telur dan kopi, penguapan dari bahan rempah-rempah (betangeh), pemanasan batu bata (duduk di atas batu bata), meletakkan bahan-bahan alami di atas perut ibu (tapal), minum jamu dari bahan rempah-rempah, membersihkan alat kelamin dengan air rebusan daun sirih.Tetapi info yang lengkap belum peneliti temukan. Untuk itu peneliti berminat untuk melakukan penelitian terhadap perspektif budaya Minang terhadap ibu post partum.

Menurut Moleong (2007), kualitatif lebih tertarik pada hasil yang bermakna universal. Artinya, hasil penemuan kualitatif tidak hanya dapat digeneralisasikan pada latar substantif yang sama, tetapi juga pada latar lainnya. Jadi menurut Bogdan dan Taylor (1982 :41), dapat digeneralisasikan lebih banyak digunakan oleh peneliti yang tertarik pada teori dari dasar (grounded theory).

Berdasarkan konsep tersebut peneliti tertarik mengangkat judul perspektif budaya Minang terhadap perawatan ibu postpartum di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3, Kecamatan Medan Denai untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang lebih luas berdasarkan penelitian yang diteliti oleh Rahmi Hayati (2011) yang berjudul perspektif budaya Minang terhadap perawatan ibu postpartum di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medan, yang memperoleh hasil penelitian yaitu banyak manfaat dan dampak dari tradisi perawatan postpartum budaya Minang yang dirasakan oleh partisipan. Ini disebabkan oleh semua bahan-bahan yang digunakan dalam perwatan postpartum berasal dari bahan-bahan yang alami dan sangat berkhasiat.Membuka pikiran kita tidak selamanya perawatan menurut adat itu salah dan merugikan.Masih ada hal yang berdampak positif bagi ibu postpartum.


(15)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah “Mengeksplorasi perspektif budaya Minang terhadap perawatan ibu postpartum”.

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana perspektif budaya Minang terhadap perawatan ibu postpartum?. D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan kebidanan di Sumatera Utara untuk mengetahui dan menambah pengetahuan bagaimana perawatan ibu postpartum dalam budaya Minang.

2. Bagi pelayanan kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pelayanan kesehatan tentang perawatan ibu nifas dan menambah wawasan pelayanan kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu postpartum tanpa meninggalkan budaya dasar yang telah ada.Perlu diperhatikan dari aspek kesehatan.

3. Bagi penelitian kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan dapat menjadi sumber pengetahuan dan penelitian berikutnya tentang perawatan ibu postpartum menurut budaya, khususnya budaya Minang.

4. Bagi ibu

Hasil penelitian ini diharapkan ibu dapat meninggalkan dan mengubah kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan ibu dan anaknya, ibu juga mendapat pengetahuan tentang bagaimana perawatan masa nifas yang benar menurut kesehatan.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perspektif

Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia modern, perspektif diartikan sebagai sudut pandang manusia dalam memilih opini, kepercayaan dan lain-lain.

Menurut asal kata, perspektif global adalah wawasan atau cara pandang yang menyeluruh atau mendunia. Namun secara ilmiah perspektif global wawasan atau cara pandang yang menyeluruh.

Menurut Sumaatmadja dan Winardit (1999), mengungkapkan pengertian perspektif adalah suatu cara pandang dan cara berprilakuterhadap suatu masalah atau kejadian dari sudut kepentingan global. Lalu menurut Suhanadji dan Waspada TS (2004), perspektif adalah cara pandang atau wawasan untuk melihat dunia yang dipengaruhi beberapa sudut pandang yaitu politik, ekonomi, budaya yang menghubungkan globalisasi.

Jadi apabila dihubungkan dengan perspektif budaya Minang terhadap perawatan ibu postpartum adalah bagaimana sudut pandang, kepercayaan budaya minang terhadap perawatan ibu postpartum.

B. Masa Nifas

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari. Menurut Sulistyawati (2009) periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Pengertian lainnya, masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009). Masyarakat


(17)

Indonesia, masa nifas merupakan periode waktu sejak selesai proses persalinan sampai 40 hari setelah itu.

Menurut Rukiyah (2011), perawatan yang diberikan tenaga kesehatan khususnya bidan kepada ibu nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologisdimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga. Lalu melaksanankan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus melakukan menejemen asuhan kebidanan pada ibu nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif maupun penunjang.

Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksakan.Selanjutnya harus memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi, memberikan pelayanan keluarga berencana.

Ada beberapa tahapan yang dilalui oleh beberapa wanita pada masa nifas yang harus difahami oleh seorang bidan, antara lain :

1. Puerperium dini, yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri da berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial, yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi.


(18)

Menurut Saleha (2009) peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas adalah: (1) mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu, (2) mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga, dan sebagai promotor hubungan yang erat bagi ibu dan bayi, (3) membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator. Asuhan masa nifas ini sangat penting karena periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.

Adapun kebijakan program nasional masa nifas adalah Pemerintah melalui Departemen Kesehatan (Saleha, 2009) memberikan kebijakan sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas. Tujuan kebijakan tersebut adalah : (1) untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir, (2) pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya, (3) mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas, (4) menangani berbagai masalah yang timbul dan menganggu kesehatan ibu maupun bayinya pada masa nifas.

Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan tersebut adalah sebagai berikut: (a) kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan. Tujuan : mencegahan perdarahan masa nifas karena persalinan, mendeteksi dan merawat penyabab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. Bila ada bidan atau petugas lain yang membantu melahirkan, maka petugas atau bidan itu harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama. (b) kunjungan kedua, waktu: enam hari setelah persalinan. Tujuan:


(19)

memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda adanya penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan asuhan pada bayi. (c) kunjungan ketiga, waktu: dua minggu setelah persalinan. Tujuan : sama dengan kunjungan kedua. (d) Kunjungan keempat, waktu: enam minggu setelah persalinan. Tujuan : menanyakan penyulit-penyulit yang ada, memberikan konseling untuk KB secara dini.

C. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu.Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik.Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini (Sulistyawati, 2009).Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki pengetahauan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik.

1. Perubahan Sistem Reproduksi a. Perubahan Kelenjar Mammae

Pada semua wanita yang sudah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan udara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya


(20)

kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolactin (hormone laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolactin pada payudara mulai bias dirasakan.Pembuluh darah payudara bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit.Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi.Ketika bayi menghisap putting, reflex daraf merangsang lobus posterior pituitary untuk meyereksi hormone oksitoksin. Oksitoksin merangsang refleks let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama (Rukiyah, 2011).

b. Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umblikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk ke rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian sejumlah preparat materngin dan lainnya dalama proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui (Sulistyawati, 2009).

Pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar.Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site) sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil. Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil di sebut involusi.


(21)

Segera setelah persalinan bekas implantasi plasenta berupa luka kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri. Penonjolan tersebut diameternya kira-kira 7,5 cm. Sesudah 2 minggu diameternya berkurang menjadi 3,5 cm. Pada minggu keenam mengecil lagi sampai 2,4 cm, dan akhirnya akan pulih. Di samping itu, di cavum uteri keluar cairan sekret di sebut lokia. Ada berapa jenis lokia yakni: lokia rubra/kruenta (merah): merupakan cairan bercampur darah dan sisa-sisa penebalan dinding rahim (desidua) dan sisa-sisa penanaman plasenta (selaput ketuban), berbau amis. Lokia rubra berwarna kemerah-merahan dan keluar sampai hari ke-3 atau ke-4, Lokia sanguinoleta: warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan, lokia serosa: berwarana kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari 7-14 pasca persalinan, lokia alba: cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2 minggu, lokia parulenta: Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk, lokiaotosis: lokia tidak lancar keluarnya (Maryunani, 2010).

Menurut Saleha (2009), dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. c. Serviks

Menurut Sulistyawati (2009), perubahan yang terjadi pada servik adalah bentuk servik agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkonsentrasi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.


(22)

Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.

Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga Rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke 6 postpartum, serviks sudah menutup kembali.

d. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol. Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi dapat menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis (Rukiyah, 2011).

e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.


(23)

f. Organ Otot Panggul

Struktur dan penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami cedera selama waktu persalinan.Hal ini dapat menyebabkan relaksasi panggul, yang berhubungan dan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul yang menopang uterus, dinding vagina, rectum, uretra dan kandung kemih (Bobak, 2009). Jaringan otot panggul akan kembali seperti semula setelah enam bulan.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karna pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kuragnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.

Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal.Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan (Saleha, 2009).

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janian dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.

Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang


(24)

mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.

Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemioa, kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas akan bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggan urine residual (normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi (Saleha, 2009).

4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu.Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu (Sulistyawati, 2009).


(25)

5. Perubahan Tanda-Tanda Vital pada Masa Nifas

Pada ibu pascapersalinan, terdapat beberapa perubahan tanda-tanda vital sebagai berikut: (a) suhu: selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkatkan menjadi 38°C, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal. Jika terjadi peningkatan suhu 38°C yang menetapkan 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama postpartum), infeksi saluran kemih, edometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-lain (Maryunani, 2010). (b) nadi: Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Keadaan ini bisa berhubungan dengan penurunan usaha jantung, penurunan volume darah yang mengikuti pemisahan plasenta dan kontraksi uterus dan peningkatan stroke volume. Takhikardi kurang sering terjadi, bila terjadi hubungan peningkatan kehilangan darah. Menurut Sulistyawati (2009) (c) tekanan darah: selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi orthostik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan.Penurunan tekanan darah bisa mengindikasikan penyesuain fisiologis terhadap penurunan tekanan intrapeutik atau adanya hipovolemia sekunder yang berkaitan dengan hemorhagi uterus. (d) pernafasan: keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.


(26)

6. Perubahan Kardivaskuler

Selama kehamilan, menurut Rukiyah (2011) volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri.Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan.Menurut Maryunani (2010), pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipatnya.

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.Umumnya, ini terjadi 3-5 hari postpartum.

7. Perubahan dalam sistem Endokrin

Sistem endrokrin mengalami perubahan secara tiba-tiba selama kala IV persalinan dan mengikuti lahirnya plasenta.Menurut Maryunani (2009) selama periode postpartum, terjadi perubahan hormon yang besar. Selama kehamilan, payudara disiapkan untuk laktasi (hormon estrogen dan progesteron) kolostrum, cairan payudara yang keluar sebelum produksi susu terjadi pada trimester III dan minggu pertama postpartum. Pembesaran mammae/payudara terjadi dengan adanya


(27)

penambahan sistem vaskuler dan limpatik sekitar mammae. Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagai ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak. Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih banyak dari normal, dalam 3 sampai 4 sirkulasi, seperti sebelum hamil.

8. Perubahan Berat Badan

Kehilangan/penurunan berat badan pada ibu setelah melahirkan terjadi akibat lahir atau keluarnya bayi, plasenta dan cairan amnion atau ketuban.Pada minggu ke-7 sampai ke-8, kebanyakan ibu telah kembali ke berat badan sebelum hamil, sebagian lagi mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk kembali ke berat badan semula (Sulistyawati, 2009).

D. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

Kesejahteraan emosional ibu selama periode postpartum dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kelelahan, pemberian makan yang sukses, puas dengan perannya dengan ibu, cemas dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang tersedia untuk ibu (Rukiyah, 2011).

Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yng dalam keadaan normal mampu diatasinya.Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh tuntutan kehamilan serta persalinan. Keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami aau anak-anaknya yang lain.

Depresi ringan, yang dalam bahasa inggris ikenal dengan istilah “4th day blues (kemurungan hari keempat)” sering terjadi dan banyak ibu yang baru pertama kali mempunyai anakmendapatkan dirinya menangis, paing tidak satu kali hanya


(28)

karena masalah yang sepele. Sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam waktu yang singkat , namun perasaan ini umumnya menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan bayinya tumbuh. Ada beberapa fase aktifitas penting menurut Rubin sebelum menjadi ibu adalah :

a. Taking On : fase ini disebut meniru dan wanita sudah membayangkan peran yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Pada masa ini wanita akan meninggalkan perannya pada masa lalu.

b. Taking In : periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada umumya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya. Peningkat nutrisi ibu sangat diperlukan pada periode ini karena selera makan ibu biasanya bertambah.

c. Taking Hold : periode ini berlangsung 2-4 hari postpartum ibu menjadi orangtua yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya. Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir melaksanak hal-hal tersebut.

d. Letting Go : periode yang setiap ibu pulang kerumah. Dan depresi postpartum bisanya terjadi pada periode ini (Saleha, 2009).

E. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas

Ada beberapa kebutuhan dasar ibu menurut Saleha (2009) : 1. Nutrisi dan cairan pada ibu menyusui

Mengkonsumsi kalori 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.Minum sedikitnya 3 Liter setiap hari. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak (Maryunani, 2010).


(29)

2. Ambulasi

Menurut Sulistyawati (2009), ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak yang bergerak karena masa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah thrombosis vena.Tujuan dari ambulisi dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

3. Eliminasi

Menurut Rukiyah (2011), BAB dan BAK. Buang air kecil (BAK) dalam enam jam ibu nifas harus sudah BAK spontan, kebanyakan ibu nifas berkemih spontan dalam waktu 8 jam, urine dalam jumlah yang banyak akan di produksi dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan, ureter yang berdiltasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu. Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan dueresis sebagai berikut: pengurasan volume darah ibu, autolisis serabut otot uterus. Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan, diet cairan, obat-obatan analgetik, dan perenium yang sangat sakit, bila lebih 3 hari belum BAB bisa diberikan obat laksantia, ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB, Asupan cairan yang adekaut dan diet tinggi serat sangat dianjurkan.

4. Kebersihan diri

Ibu nifas dianjurkan untuk: menjaga kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum


(30)

menyentuh kelamin, anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan laserasi, pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap di jaga agar tetap bersih dan kering, tiap hari di ganti balutan.

5. Istirahat

Istirahat dan tidur: Ibu nifas dianjurkan untuk: istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat: mengurangi jumlah ASI, memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan, depresi.

6. Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kdalam vagina tanpa rasa nyeri.Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

7. Pemberian ASI/Laktasi

Hal-hal yang diberitahukan kepada ibu nifas yaitu: menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan, ajarkan cara menyusui yang benar, memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI eklusif), menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand), di luar menyusui jangan memberikan dot/kompeng pada bayi, tapi berikan dengan sendok, penyapihan


(31)

bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan frekuensi pemberian ASI.

8. Keluarga Berencana

Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun.Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh 6 bulan ibu belum mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi).Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama menyusui.Metode hormonal, khususnya oral (estrogen-progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang menyusui.

F. Konsep Budaya Dalam Perawatan Ibu Postpartum 1. Konsep Budaya

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, dan adat istiadat.Semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan, serta mempunyai kepribadian yaitu organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan sosialisasi yang mendasari perilaku individu.Masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda Keanekaragaman budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang tiada ternilai tingginya.Kekayaan tersebut harus dipahami terus dari generasi ke generasi (Meutia, 1998).

Budaya berkenaan dengan bagaimana cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut untuk budayanya. Apa yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana mereka hidup dan berkomunikasi, merupakan respon-respon dan fungsi-fungsi terhadap


(32)

budaya mereka. Budaya adalah satu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya juga sebagai tatanan pengetahuan, pegalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya meliputi semua peneguhan perilaku yang diterima selama satu periode kehidupan.Budaya juga berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan social yang mempengaruhi hidup kita (Potter, 1982 dalam Mulyana, 2003).

Suku Minangkabau (Muarif, 2009) adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di Indonesia.Mereka berasal dari propinsi Sumatera Barat.Di propinsi yang terletak di bagian barat tengah Pulau Sumatera ini, suku Minagkabau merupakan etnik mayoritas setelah Batak Mandailing dan Mentawai.Setiap bangsa memiliki tradisi tersendiri yang biasanya diwarisi oleh nenek moyang mereka, seperti suku Minangkabau.Mereka memiliki kebudayaan yang telah dianggap mapan, yang sesungguhnya memiliki hubungan etnik kultural dengan nenek moyang. Seiring dengan proses penyebaran masyarakat Minangkabau di perantauan, tradisi urang awak menyebar mewarnai kawasan Nusantara.

2. Konsep Budaya Tentang Perawatan Postpartum

Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan.Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih dianut sampai saat ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan


(33)

perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya.

Menurut Meutia (1998), meskipun kehamilan dan kelahiran bayi secara universal dilihat dalam pengertian dan kepentingan yang sama, yakni untuk kelangsungan umat manusia, namun dalam kehidupan berbagai kelompok masyarakat, terdapat bermacam-macam titik berat perhatian dan sikap khusus dalam menanggapi proses itu. Sebagian masyarakat lebih mementingkan aspek kultural dari kehamilan dan kelahiran, sedangkan sebagian lagi lebih menonjolkan aspek sosialnya.Pada saat lahir bayi dianggap bepindah dari kandungan ibu ke dunia untuk menjalankan kehidupan baru sebagai manusia. Begitu pula sang ibu mulai memasuki tahapan baru dalam kehidupannya sebagai orangtua, untuk menjalankan peran barunya sebagai seorang ibu.

Menurut pendekatan biososiokultural dalam kajian antropologi ini, kehamilan dan kelahiran bukan hanya dilihat semata-mata dari aspek biologis dan fisiologis saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai suatu proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal, seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara-cara pencegahan bahaya, penggunaan ramu-ramuan atau obat-obatan dalam proses kelahiran, cara-cara menolong persalinan, dan pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai pertolongan serta perawatan bayi dan ibunya.

Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping faktor-faktor lainnya.Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang


(34)

mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas.

G. Fenomenologi

Menurut Sugiyono (2010) Fenomenologi berakar pada filsafat tradisional yang dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger yang mana pemikirannya bersumber dari pengalaman hidup manusia.Fenomenologi suatu penelitian tentang gejala dalam situasi yang alami dan kompleks, yang hanya mungkin menjadi bagian dari alam kesadaran manusia-sekomprehensif apapun ketika telah direduksi ke dalam suatu parameter yang terdefinisikan sebagai fakta, dan yang demikian tewujud sebagai realitas.

Fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjukkan pada pengalaman subjektif dari berbagi jenis dan tipe subjektif yang ditemui.Fenomenologi juga digunakan sebagai pendekatan dalam metodologi kualitatif.Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia.

Teori fenomenologi terutama membagi isu-isu bahasa, sejauh mana diberikan kepada peranan dalam membentuk pengalaman.Penelitian dalam pandangan fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berasal dalam situasi-situasi tertentu.Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti mereka (Moleong, 2007).

Penelitian sosial yang merupatikan pendekatan kualitatif diuraikan oleh Hutomo, merupakan penelitian sosial yang sumber datanya bersifat alamiah,


(35)

artinyara peneliti harus berusaha memahami fenomena sosial secara langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.Peneliti sendiri adalah merupakan instrumen penlitian yang paling penting dalam pengumpulan data dan penginterpretasian data.Penelitian kualitatif bersifat memberikan deskripsi artinya mencatat segala gejala (fenomena) yang di lihat dan di dengar.Data dan informasi harus berasal dari tangan pertama. Di samping itu kebenaran data harus di cek dengan data lain, misalnya wawancara atau observasi mendalam.


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain fenomenologi yaitu mencari suatu kebenaran dengan cara menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari objek yang diteliti (Arikunto, 2006). Desain ini sesuai dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perawatan ibu postpartum dalam budaya Minang.

Terdapat dua macam penelitian fenomenologi, yaitu deskriptif dan fenomenologi interpretif. Fenomenologi deskriptif berfokus kepada penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman seperti apa yang terlihat dalam fenomena, sedangkan fenomenologi interpretif adalah bagaimana cara menafsirkan pengalaman (Polit, et al, 1999). Tujuan dari penelitian deskriptif menurut Moleong (2010) adalah memahami fenomena sosial melalui gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman mendalam.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan pendekatan populasi. Dengan kata lain penelitian kualitatif tidak mengenal populasi (Arikunto, 2006). Menurut Sugiyono (2008), penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi oleh Spradley dinamakan “sosial situation” atau situasi social yang terdiri dari tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Tetapi sebenarnya objek penelitian kualitatif, juga bukan semata-mata pada situasi social yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bias berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan dan sejenisnya.


(37)

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu postpartum di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai.

2. Sampel

Pada penelitian kualitatif, tidak ada kriteria atau aturan untuk ukuran sampel, uukuran sampel ditentukan berdasarkan kebutuhan informasi.Oleh karena itu, prinsipnya dalam pengambilan sampel adalah kejenuhan data, yang dimana tidak memerlukan partisipan baru jika redudansi sudah tercapai.Redudansi biasanya dapat tercapai dengan jumlah partisipan yang sedikit, tetapi dengan syarat informasi yang diterima telah dirasa cukup oleh peneliti (Polit dan Hungler, 1999).

Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi social tertentu dengan melakukan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi social tersebut (Sugiyono, 2008). Dengan demikian untuk menentukan informan atau partisipan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teknik purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih adalah subjek yang tidak hanya sebagai pelaku, kan tetapi memahami seluk–beluk permasalahan penelitian yang menjadi fokus kerja peneliti dan dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Danim, 2004).

Umumnya penelitian fenomenologi menggunakan 10 atau kurang dari 10 sampel.Metode pengambilan data dan sampel adalah sampai dengan saturasi data. Sesuai dengan Polit (2004) “ menyatakan bahwa pada study fenomenology mempunyai ciri khas sampel adalah 10 atau kurang dari 10 partisipan”. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Ibu-ibu pospartum suku Minang, yang kedua orang tuanya asli bersuku Minang. b) Bersedia untuk diwawancarai atau menjadi partisipan.


(38)

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai, karena terdapat 60% masyarakat yang bersuku Minang dan memenuhi kategori partisipan dalam penelitian.

D. Waktu Penelitian

Membuat proposal dilakukan dari bulan Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014, lalu pengumpulan data dan penelitian direncanakan dilakukan dari bulan Februari sampai April 2014. Transkip hasil pengumpulan data, dianalisis oleh dosen pembimbing selama satu bulan.Kemudian dilanjutkan laporan hasil penelitian pada awal Mei sampai Juni 2014.

E. Etika Penelitian

Etika penelitian yang diterapkan peneliti terhadap partisipan mengacu pada prinsip etik menurut (Polit dan Hungler, 1999) yaitu prinsip beneficence, prisip menghargai martabat manusia, dan prinsip keadilan.Untuk memenuhi prinsip ini peneliti harus memastikan bahwa penelitian bebas dari bahaya (fisik maupun emosional) dan eksploitasi serta menjamin bahwa manfaat dari penelitian lebih besar daripada resiko yang mungkin ditimbulkan.Pada saat wawancara peneliti berusaha menghindari pertanyaan yang menimbulkan ketidaknyamanan partisipan.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian kepada Ketua Jurusan Program Studi D-IV Bidan Pendidik. Setelah mendapatkan surat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan langkah sebagai berikut, yaitu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Setelah partisipan mengatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka


(39)

partisipan menandatangani surat persetujuan partisipan. Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan, maka pada lembar pengumpulan data (kuesioner) peneliti hanya menggunakan nomor kode sehingga kerahasiaan identitas dan semua kerahasiaan partisipan dapat terjaga. Lalu peneliti menemui pihak Ethical Clierance untuk mempublikasikan karya tulis ilmiah.

F. Instrument Penelitian

Instrumen yang peniliti gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tape recorder sebagai alat instrumen, lembar kuesioner data demografi sebagai alat bantu dan panduan wawancara. Kuesioner data demografi berisi pernyataan mengenai data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang berupa usia, usia perkawinan, agama, suku, pekerjaan, tingkat pendidikan.

Panduan wawancara berisi pertanyaan yang akan diajukan dalam penelitian ini akan ditampilkan dilampiran.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut yaitu : sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan wawancara pendahuluan sebagai pilot study yaitu melakukan percobaan wawancara terhadap satu atau dua orang partisipan (Hansen, 2008) dan hasil wawancara dibuat dalam bentuk transkip dan memperlihatkannya pada pembimbing. Lalu peneliti melakukan prolonged adjustment yaitu mengadakan pendekatan kepada partisipan untuk mendapatkan persetujuan sebagai partisipan dalam penelitian.

Setelah memilih partisipan yang sesuai dengan kriteria penelitian, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan beberapa hal yang terkait dengan penelitian.


(40)

Selanjutnya, partisipan menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar kuesioner sesuai dengan petunjuk pengisian kuesioner dan partisipan diberikan kesempatan untuk bertanya kepada peneliti, apabila menemukan kesulitan dalam menganalisa pertanyaan yang diajukan.

Setelah partisipan mengisi kuesioner, peneliti melakukan wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi dan merekamnya menggunakan alat perekam.Wawancara dilakukan satu sampai dua kali terhadap masing-masing partisipan dan dalam waktu 20-30 menit.

Setelah data terkumpul dari sepuluh orang partisipan, peneliti mendapatkan saturasi data, maka pengumpulan data dihentikan.

H. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat dipahami. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisa berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dilanjutkan dengan hipotesis.Bila data tersebut terkumpul secara berulang-ulang maka ipotesis diterima dan berkembang menjadi teori (Sugiono, 2010).

Tahap pertama diawali dengan melakukan pengumpulan data, kemudian dilanjutkan dengan reduksi data yaitu bagian data analisis sehingga pilihan-pilihan data yang dikode, dibuang, pola-pola yang meringkas data tersebut dan cerita yang berkembang (Idrus, 2009). Proses berikutnya adalah display data, yaitu penyajian data yang dimaksud oleh Miles dan Huberman (1992) dalam Idrus (2009) sebaga sekumpulan informasi tersusun yang member kemungkinan adanya penarikan


(41)

kesimpulan yaitu penarikan arti data yang telah ditampilkan. Penarikan kesimpulan dapat sajaberlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung.

I. Tingkat Keabsahan Data

Untuk memperoleh tingkat keabsahan atau kepercayaan data hasil penelitian kualitatif, maka harus memenuhi beberapa kriteria, menurut Linkoln dan Guba (1985, dalam Danim & Darwis, 2003), tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika penelitian berpegang pada empat prinsip yaitu: credibility, dependability, confirmability, dan transferability.

Tingkat kepercayaan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga prinsip yaitu:

Prinsip credibility ini diperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian dengan prolonged engagement yaitu pendekatan yang lebih mendalam kepada calon partisipan dengan melakukan kunjungan sebanyak 1-2 kali (setiap kunjungan lamanya 30 menit). Hal ini dilakukan agar peneliti dan partisipan dapat menjalin hubungan yang baik, semakin akrab, semakin terbuka, sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Peneliti juga melakukan membercheking yaitu proses pegecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2010).

Prinsip dependability ini dapat diterapkan oleh peneliti dengan cara membuat catatan lengkap yang berisi keseluruhan aktivitas peneliti selama proses penelitian, mulai dari awal penelitian, proses pengumpulan data, turun kelapangan, proses wawancara, proses analisis data, proses pengujian keabsahan data, sampai proses membuat kesimpulan dari data yang diperoleh. Semua proses tersebut harus dapat


(42)

ditunjukan peneliti sebagai bukti bahwa hasil penelitian tersebut memiliki keabsahan atau reliabilitas.

Prinsip confirmability agar hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya, peneliti menyesuaikan hasil penelitian dengan data yang dikumpulkan, lalu dicantumkan dalam laporan lapangan, dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Untuk itu, hasil penelitian ini selanjutnya diperiksa oleh seorang ahli yang tidak ikut dalam proses penelitian ini. Hal lain adalah peneliti harus mengikuti setiap proses penelitian dan tidak hanya berpedoman pada hasil akhir.


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian fenomenologi bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang.Keenam partisipan berdomisili di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada partisipan.

A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Partisipan

Keenam partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia diwawancarai serta mau menandatangani persetujuan (informed concent) sebelum interview dimulai.Dari hasil wawancara diperoleh partisipan 1 berumur 23 tahun, agama Islam dan anak pertama, partisipan 2 berumur 25 tahun, agama Islam dan anak kedua, partisipan 3 berumur 23 tahun, agama Islam dan anak kedua, partisipan 4 berumur 28 tahun, agama Islam dan anak ketiga, partisipan 5 berumur 26 tahun, agama Islam dan anak kedua, partisipan 6 berumur 22 tahun, agama Islam dan anak pertama. Keenam partisipan bersuku Minang.Semua partisipan adalah ibu rumah tangga.Pendidikan partisipan adalah satu SMA.Keenam partisipan menceritakan semua perawatan yang dilakukannya selama masa nifas menurut budaya minang.Data demografi dapat dilihat ditabel 1.

Table 4.1.

Karakteristik Distribusi Frekuensi Ibu Postpartum di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan

Medan Denai Tahun 2014 Karakteristik Jumlah Umur

Range 20-30 tahun Mean 25 tahun Agama


(44)

Islam6 orang Suku

Minang6 orang Pendidikan SMA6 orang Anak ke : Pertama 3 orang Kedua 2 orang Ketiga1 orang Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 6 orang

B. Perawatan Postpartum Budaya Minang

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada enam partisipan yang telah melakukan perawatan postpartum budaya minang maka peneliti menemukan enam upaya perawatan selama postpartum dan telah disebutkan oleh partisipan tersebut adalah: (1) waktu nifas dalam budaya Minang (2) perawatan postpartum dalam budaya Minang (3) manfaat perawatan ibu postpartum dalam budaya Minang (4) kebutuhan ambulasi pada ibu nifas (5) pemberian ASI/Laktasi.

1. Waktu Nifas Dalam Budaya Minang

Dalam budaya Minang masa nifas atau postpartum itu sendiri berlangsung sampai dengan 40 hari, ini didukung pernyataaan partisipan yaitu sebagai berikut :

(Partisipan 1)

“Ni darah kotor ni keluar sampailah nantik 40 hari, risih jadinya”.

(Partisipan 2)

“Iya dek 3 minggu, ni aja kakak masih keluar darah kotor,adalah 2 minngu lagi”.

2. Perawatan Masa Nifas dalam Budaya Minang

Dalam perawatan postpartum budaya Minang setelah melahirkan ibu mengunakan bedak parampilis dan bedak beras yang dioleskan ke kening ibu, mandi


(45)

batangeh, minum perasan daun sungkai, daun belimbing dan daun papaya dan minum kunyit asam.Berikut ini hasil wawancaranya :

a. Mandi Batangeh

Mandi batangeh adalah rebusan dari daun-daunan rempah, seperti daun sedingin, daun kunyit, daun sereh, daun jeruk purut, daun asam-asam semua direbus lebih kurang 1 jam dalam belanga, setelah direbus, dibuka tutup belanganya dan ibu menggunakan kain atau sarung lalu jongkok diatas belanga. Mandi belanga ini biasanya dilakukan 3-5 kali selama masa nifas.Berikut ini pernyataan partisipan :

(Partisipan 2)

“Itu kita jongkok diatas belanga gitu dek.Daun serai, daun jeruk purut, daun kunyit, pokonya daun-daun gitulah dek semua direbus sampai mendidih, baru nanti diangkat baru nantik kita jongkok diatas belanga tu dek”.

(Partisipan 4)

“Banyak kakak pakai, pngalaman anak-anak kemaren aja kan, batangeh juga”.

(Partisipan 6)

“Kalau yang udah kakak pakai tadi tu lah yang daun sungkai tu parampilis, tu ada lagi dek batangeh namanya, ha ini lagi diperut ha, tapal paruik namanya. Ini kakak pakai ni”.

b. Minum Perasan Daun Sungkaidan Daun Belimbing.

Perawatan postpartum dalam budaya Minang ada meminum perasan daun sungkai, daun papaya dan daun belimbing. Cara pembuatannya yaitu daun papaya, daun sungkai dan daun belimbing itu ditumbuk halus atau diblender, lalu disaring, air saringan daun tadi itu yang diminum oleh ibu. Perawatan ini biasanya dilakukan 2-3 kali seminggu. Ini didukung oleh pernyataan dari partisipan berikut ini :


(46)

(Partisipan 1)

“Itu daun belimbing, daun sungkai, daun papaya tu diperas baru air perasannya diminum tu, daun sungkai tu pahit kali tu”.

(Partisipan 2)

“Itu daun-daun dek, daun sungkai, daun belimbing sama daun papaya gitu, Itu yang diminum dek”.

(Partisipan 5)

“Itu daun belimbing, daun sungkai, daun papaya tu diperas baru air perasannya diminum tu”.

c. Meminum kunyit asam dan gula merah.

Perawatan lain yang dilakukan dalam budaya Minang yaitu meminum kunyit asam dan gula merah. Ini biasa dilakukan dipertengahan masa nifas atau diakhir-akhir masa nifas.Cara pembuatannya yaitu kunyit diparut, lalu dicampur asam kandis dan gula merah kemudian direbus.Air rebusan tersebut yang diminum oleh ibu. Hal ini didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

(Partisipan 1)

“Sampai sebulan biasanya itu diminum may, nanti udah sebulan baru kita minum kunyit asam”.

(Partisipan 4)

“Kunyit asam dek. Kakak biasanya kunyit tu diparut dulu atau dipotong-potong kecil baru kita rebus kan, waktu rebus tu ditambah asam, asam kandis biasanya kita bilang tu sampailah mendidih, baru itu kita minum tu”.

(Partisipan 5)

“Kunyit asam itu udah sebulan baru kita minum”.

d. Meminum Daun Pepaya dan Memakan Sayur Daun Katu

Meminum perasan daun papaya dan memakan sayur daun katu juga sering dilakukan ibu yang setelah melahirkan dalam budaya Minang.Cara pembuatannya


(47)

adalah daun papaya diremas atau diblender lalu airnya disaring dan diminum, sayur daun katu hanya ditumis seperti biasa. Berikut pernyataan dari partisipan :

(Partisipan 2)

“Iya dek, tapi daun papaya tu untuk nambah air susu. Daun papaya tu gapapa terus diminum dek selama masih nyusu”.

(Partisipan 3)

“Itu daun papaya tu diperas baru air perasannya diminum tu”.

(Partisipan 4)

“Kakak biasanya minum daun papaya, kadang kakak ada juga tu makan sayur daun katu”.

e. Tapal perut

Perawatan lain yang digunakan oleh ibu setelah melahirkan dalam budaya Minang

adalah tapal perut. Cara pemakaiannya yaitu kapur sirih dicampur dengan perasan jeruk nipis lalu dioleskan ke perut ibu. Sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini :

(Partisipan 2)

“Iya tapi itu bukan gurita aja, nanti ada yang kita oleskan diperut tu dek, itu juga salah satu yang bikin perut kita kecil lagi, kita ole situ baru kita balut pakai gurita tu”.

(Partisipan 5)

“Itu tapal paruik namanya.Itu dari kapur sirih dicampur jeruk nipis, tu baru dioles diperut, perut depan ni dioles”.

(Partisipan 6)

“Kapur sirih yang dipakai orang untuk makan sirih tu, itulah yang dioleskan, tapi dicampur sama jeruk nipis dulu”.


(48)

Dalam menjaga kebersihan alat genetalia, budaya minang melakukan perawatan cebok dengan menggunakan air rebusan daun sirih.Cara pembuatannya hanya merebus daun sirih tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

(Partisipan 2)

“Mandinya biasa aja, paling tu lebih sering cebok dek, terus ganti softek Karna kakak orangnya risih gitu, padahal belum banyak kali nanti darahnya disuruh cebok pakai air sirih”.

(Partisipan 4)

“Haa iya itu cebok tu pakai air sirih tu, jadi kita rebus dulu daun sirih tu sampai mendidih, baru airnya kita pakai untuk cebok, biar vagina tu ndag bau”.

(Partisipan 6 )

“ Tu cebok pakai air sirih biar wangi itu kita. Gitu aja kakak biasanya”.Iya direbus tu dek, baru airnya kita jadikan untuk cebok”.

3. Manfaat Perawatan Ibu Nifas dalam Budaya Minang

Dari perawatan-perawatan yang dilakukan oleh ibu nifas dalam budaya Minang memiliki manfaat untuk meningkatkan stamina, untuk melancarkan keluarnya darah nifas, untuk memperbanyak pengeluaran ASI dan untuk mengembalikan bentuk tubuh seperti sebelum hamil. Sesuai dengan pernyataan partisipan berikut :

a. Mandi Batangeh

Mandi batangeh dalam budaya Minang dengan cara jongkok diatas belanga yang berisi rebusan daun-daun, seperti daun sedingin, daun kunyit, daun jeruk purut dan daun asam-asam yang biasanya dilakukan 3-5 kali selama nifas. Yang bermanfaat untuk pemulihan stamina adalah uap dari rebusan rempah-rempah tersebut. Ini didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini :


(49)

(Partisipan 3)

“Iya dek, jongkok kita diatas rebusan-rebusan daun gitu, kita pakai sarung aja tu, ga pakai celana dalam do, nah dari situlah makanya kita banyak keluar

keringat.Sebenarnya kalau asli-asli tu kita waktu jongkok tu ndak

pakai apa-apa, tapi kita masuk didalam sarung, tu makanya berkeringat kali kita”.

(Partisipan 4)

“Iya jongkok kita diatas periuk misalnya kan, bagus dikamar mandi, karna bagus

kita jangan pakai baju kalau batangeh tu, biar keluar semua keringat kita biar enak

badan tu jadinya”.

(Partisipan 6)

“Iya dek, jongkok kita diatas rebusan-rebusan daun gitu, kita pakai sarung aja tu,

keluar keringat.”.

b. Meminum Perasan Daun Sungkai dan Daun Belimbing

Meminum perasan daun sungkai dan daun belimbing oleh ibu postpartum dalam budaya Minang itu bermanfaat untuk melancarkan pengeluaran darah nifas, sesuai dengan pernyataan partisipan berikut :

(Partisipan 1)

“Daun sungkai sama belimbing tu biar darah kotor keluar banyak may, jadi biar berganti darah kotor tu sama darah yang baru”.

(Partisipan 2)

“Iya dek, ni aja masih minum-minum jamu kakak biar darah kotornya biar cepat keluar, biar bersih darahnya”.

(Partisipan 5)

“Daun sungkai sama belimbing tu biar darah kotor keluar banyak”.

c. Meminum Kunyit Asam dan Gula Merah

Menurut ibu postpartum dalam budaya Minang perawatan ini bermanfaat untuk membersihkan sisa-sisa darah nifas, biasanya perawatan ini dilakukan apabila


(50)

masa nifas sudah memasuki waktu 3 minggu – 4 minggu. Hal ini didukung dengan pernyataan partisipan berikut :

(Partisipan 1)

“Iya, tapi itu untuk membersihkan sisa darah kotor tu, makanya kita minum itu waktu udah sebulan abis melahirkan”.

(Partisipan 3)

“Inilah biar banyak keluar darah kotor tu, biar bersih sisanya”.

(Partisipan 4)

“Itu sama untuk darah kotor juga, tapi biasanya itu diminum udah sebulan- sebulan gini, karna itu untuk bersihkan sisa-sisa darah kotor dek, biar bersih darah

Kotor tu, keluar dia semua berganti sama darah yang bersih”.

d. Meminum Perasan Daun Pepaya dan Memakan Sayur Daun Katu

Dari hasil wawancara didapatkan ibu postpartum dalam budaya Minang mengkonsumsi perasan daun papaya dan sayur daun katu yang bermanfaat untuk menyusui yaitu memperbanyak ASI. Hal ini didukung oleh pernyataan partisipan berikut :

(Partisipan 2)

“Daun papaya tu gapapa terus diminum dek selama masih nyusu”.

(Partisipan 3)

“Daun papaya diperas tu untuk banyak air susu, karna anak kakak kuat nyusu

minum itu biar banyak air susu, kadang makan sayur katu tu juga”.

(Partisipan 6)

“Tapi nanti kan may daun papaya tu aja diminum lagi, karena itu untuk air susu kita biar banyak air susu tu”.


(51)

e. Tapal Perut

Perawatan tapal perut digunakan ibu postpartum dalam budaya Minang agar bentuk perut kembali seperti sebelum melahirkan. Sesuai pernyataan partisipan berikut :

(Partisipan 1)

“Itu biar kecil perut jadinya, karna kalau abis melahikan ni kan perut besar jadinya, makanya dipakai itu biar kecil perut”.

(Partisipan 2)

“Iya dek, dari anak pertama juga kakak pakai ini, karna biar balek perut kita kayak dulu, anak pertama kakak gitu, balek perut tu kayak sebelum hamil, kecil dia, ya namanya kita perempuan kan, manalah mau perut awak besar tu.Iya tapi itu bukan gurita aja, nanti ada yang kita oleskan diperut tu dek, itu juga salah satu yang bikin perut kita kecil lagi, kita ole situ baru kita balut pakai gurita tu”.

(Partisipan 5)

“Itu dari kapur sirih dicampur jeruk nipis, tu baru dioles diperut, perut depan ni dioles, biar kecil perutnya”.

f. Cebok Menggunakan Air Daun Sirih

Dalam menjaga kebersihan alat genetalia, budaya minang melakukan perawatan cebok dengan menggunakan air rebusan daun sirih.Manfaat yang dirasakan yaitu agar alat genetalia bersih dan tidak bau, dan dapat menghilangkan rasa gatal pada vagina. Hal ini didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

(Partisipan 2)

“Untuk cebok pakai air sirih biar ndak bau katanya”.

(Partisipan 4)

“Biar vagina tu ndag bau karna abis melahirkan kan lain-lain pula baunya tu, apalagi darah kotor ni kan”.


(52)

karna abis melahirkan kan jorok juga tu, apalagi ni keluar darah kotor tu kita jaga lah bersih-bersihnya, kalau ndak bau dia jadinya”.

4. Kebutuhan Ambulasi Pada Ibu Nifas

Kebutuhan ambulasi pada ibu nifas dalam Budaya Minang yaitu tidak banyak bergerak. Hal ini didukung oleh pernyataan responden sebagai berikut :

(Partisipan 1)

“Ya tulah may, ga boleh banyak gerak, soalnya kata orang mamak kayak gitu, kalau banyak gerak kayak jalan gitu, atau terlalu jauh jalan nanti perutnya turun gitu”.

(Partisipan 3)

“Iya ni ga bisa banyak gerak, karna takutnya nanti jahitannya robek kan”.

(Partisipan 5)

“Ga ada paling jalan-jalan didalam rumah aja, ga ada kerja juga”.

5. Pemberian ASI/Laktasi

Dalam Budaya Minang pemberian ASI dilakukan sesering mungkin, dan ada upaya meningkatkan produksi air susu dengan cara minum perasan daun papaya dan makan daun katu. Hal ini didukung oleh pernyataan partisipan berikut :

(Partisipan 4)

“Gampang-gampang aja dek,anak kakak tu kuat nyusunya,tiap dia nangis kasih susu, atau 2 jam sekali”.

(Partisipan 5)

“Asi tu tetap dikasih, ga ada kakak campur-campur, dia kuat nyusu, makanya kakak jaga-jaga makan biar ga mencret dia”.

(Partisipan 6)

“Alhamdulillah ga ada, paling dulu pertama ndak mau dia, mungkin belum terbiasa dia kan, tu kata mamak paksa terus, tu akhirnya mau aja dia lagi”.


(53)

C. Pembahasan

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari.Menurut Sulistyawati (2009) periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Menurut Rukiyah (2011), perawatan yang diberikan tenaga kesehatan khususnya bidan kepada ibu nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.

1) Waktu Masa Nifas dalam Budaya Minang

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009). Masyarakat Indonesia, masa nifas merupakan periode waktu sejak selesai proses persalinan sampai 40 hari setelah itu.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada partisipan didapatkan bahwa waktu yang menjadi persepsi ibu postpartum dalam budaya Minang sesuai dengan konsep yang telah disebutkan diatas.

2) Perawatan Masa Nifas Dalam Budaya Minang

Masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda Keanekaragaman budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang tiada ternilai tingginya.Kekayaan tersebut harus dipahami terus dari generasi ke generasi (Meutia, 1998).


(54)

Banyak jenis-jenis perawatan masa nifas yang dilakukan oleh ibu postpartum dalam budaya Minang, yaitu sebagai berikut :

a. Mandi Batangeh

Pada saat hamil akan terjadi penumpukan air pada tubuh. Uap dari rempah-rempah akan membantu membuka pori-pori kulit dan melancarkan peredaran darah. Mandi rempah juga bermanfaat untuk menghangatkan tubuh dan membuat badan lebih segar.

Untuk pemulihan tingkat kebugaran tubuh, budaya Minang melakukan mandi betangeh dari bahan rempah-rempah.Yang mana rempah-rempah tersebut seperti daun jeruk purut, daun kunyit, daun serai, daun setawa, daun sedingin, daun seringa-ringa, daun asam-asam.Adapun khasiat dari daun serai adalah melancarkan sirkulasi darah, meredakan nyeri, daun asam adalah sebagai antibiotik, membersihkan darah dan membuat kulit bersih, daun kunyit sebagai antibiotik, juga dapat membersihkan darah, menghilangkan lesu dan lelah dan menjaga stamina (Haryanto, 2013).

Dari khasiat yang dimiliki oleh daun atau rempah-rempah yang terdapat dalam mandi batangeh, dan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara dengan partisipanbahwa mandi batangeh akan membuat badan menjadi lebih berstamina karena keluarnya keringat pada saat melakukan mandi batangeh. Hasil ini juga didukung oleh hasil penelitian Hayati (2011) dengan judul Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Postpartum di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medan bahwa bahwa mandi betangeh membuat badan lebih sehat, segar, mandi betangeh juga dapat menghilangkan rasa capek dan dapat mengelurkan keringat.


(55)

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti bahwa uap yang dihasilkan dari mandi batangeh akan meningkatkan stamina. Hal ini sesuai dengan hasil penelitan Hayati (2011) bahwa mandi batangeh membuat badan lebih segar, lebih sehat, mandi batangeh juga dapat menghilangkan capek dan dapat mengeluarkan keringat.Dengan demikian peneliti dapat mengetahui dan menyimpulkan bahwa mandi betangeh berguna untuk memulihkan dan meningkatkan stamina bagi ibu selama masa nifas.

b. Minum Perasan Daun Sungkai, Daun Belimbing dan Kunyit Asam

Setelah melahirkan, normal bagi wanita untuk mengalami perdarahan.Darah nifas dimulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada jam-jam pertama setelah melahirkan.

Menurut Bobak, et.al (2005) rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali disebut lokia, mula-mula berwarna merah, kemudian menjadi merah coklat. Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang kelur dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi. Setelah waktu tersebut, aliran lokia yang keluar harus semakin berkurang.

Dalam perawatan postpartum budaya minang untuk mempercepat pengeluaran darah nifas ada dua macam perawatan yang dilakukan yaitu minum daun sungkai dan daun belimbing.Daun sungkai berkhasiat untuk menstabilkan tekanan darah ibu dan untuk kesuburan ibu.Daun belimbing berkhasiat untuk memperlancar keluarnya darah nifas.Lalu dalam budaya Minang ibu postpartum juga meminum asam jawa, gula merah dan kunyit.Khasiat dari asam jawa sebagai antioksidan, antibiotik, mengobati radang payudara dan membersihkan darah.Khasiat dari induk kunyit adalah sebagai analgetik, melancarkan darah, diuretik, antioksidan dan anti radang (Haryanto, 2013).


(56)

Dari hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti bahwa rempah-rempah seperti daun sungkai, daun belimbing dan kunyit dapat membantu pegeluaran darah nifas (lokea). Hasil ini juga didukung oleh hasil penelitianHayati (2011) dengan judul Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Postpartum di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medanbahwa meminum ramuan dari bahan-bahan alami dapat memperlancar dan mempercepat pengeluaran darah nifas (lokea).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti bahwa rempah-rempah seperti daun sungkai, daun belimbing, kunyit dan asam kandis dapat membantu pengeluaran darah nifas. Hal ini sesuai dengan Haryanto (2013) bahwa daun sungkai berkhasiat untuk menstabilkan tekanan darah ibu dan untuk kesuburan ibu.Daun belimbing berkhasiat untuk memperlancar keluarnya darah nifas. Dan asam jawa, gula merah dan kunyit.Khasiat dari asam jawa sebagai antioksidan, antibiotik, mengobati radang payudara dan membersihkan darah.Khasiat dari induk kunyit adalah sebagai analgetik, melancarkan darah, diuretik, antioksidan dan anti radang. Dan sesuai juga dengan peneltian Hayati (2011) bahwa meminum ramuan dari bahan-bahan alami dapat memperlancar dan mempercepat pengeluaran darah nifas (lokea). Dengan demikian peneliti dapatmenimpulkan bahwa meminum rempah-rempah seperti daun sungkai, daun belimbing dan kunyit asam akan dapat memperlancar pengeluaran darah nifas (lokea) pada ibu postpartum.

c. Meminum Perasan Daun Pepaya dan Memakan Sayur Daun Katu

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti diperoleh daun papaya dan daun katu membantu memperbanyak air susu ibu dan akan memudahkan ibu memberikan ASI sesering mungkin kepada bayi.


(57)

Hasil penelitian ini juga didukung hasil penelitian Hayati (2011) dengan judul Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Postpartum di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medan bahwa meminum daun pepaya akan memperbanyak produksi ASI.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa daun papaya dan daun katu membantu memperbanyak air susu ibu dan akan memudahkan ibu memberikan ASI sesering mungkin kepada bayi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2011) bahwa meminum perasan daun pepaya akan memperbanyak produksi ASI. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui dan menyimpulkan bahwa meminum perasan daun pepaya dan memakan sayur daun katu akan memperbanyak produksi ASI.

d. Tapal Perut

Pasca melahirkan banyak terjadi perubahan yang drastis pada bentuk tubuh ibu, yang jelas adalah bagian perut.Menurut Rukiyah (2011) pada awal-awal pasca persalinan kondisi rahim masih tetap membesar selama beberapa minggu.Kondisi otot perut atau kulit masi teregang bersama otot pelvis dan semuanya membutuhkan waktu untuk kembali pada kondisi semula.Karena itu diperlukan perawatan untuk menjaga bentuk tubuh ibu.

Perawatan postpartum dalam kesehatan yang digunakan untuk membantu mengecilkan perut adalah dengan melakukan senam nifas, karena ada gerakan pada senam nifas yang meregangkan otot-otot perut (Ethseva, 2012).

Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil bahwa ibu postpartum dalam budaya Minang menggunakan tapal perut dan gurita yang berguna untuk mengecilkan perut.Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Hayati (2011) dengan judul Perspektif Budaya Minang terhadap Perawatan Ibu


(58)

Postpartum di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medanbahwa menggunakan tapal perut dan gurita dapat mengembalikan bentuk tubuh seperti sebelum hamil.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dengan memakai tapal perut dan gurita akan membantu mengecilkan perut ibu postpartum. Hal ini sesuai dengan teori Rukiyah (2011) yaitu kondisi otot perut atau kulit masi teregang bersama otot pelvis dan semuanya membutuhkan waktu untuk kembali pada kondisi semula.Karena itu diperlukan perawatan untuk menjaga bentuk tubuh ibu. Dan didukung juga oleh hasil penelitian Hayati (2011) bahwa menggunakan tapal perut dan gurita dapat mengembalikan bentuk tubuh seperti sebelum hamil.Dengan demikian peneliti dapat mengetahui dan mendukung bahwa menggunakan tapal perut dan gurita dapat membantu mengecilkan perut ibu postpartum dan sebaiknya ditambah lagi dengan melakukan senam nifas..

e. Cebok Menggunakan Air Sirih

Ibu nifas dianjurkan untuk: menjaga kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh kelamin.Menurut Sulistyawati (2009) pada sekitar minggu ketiga, vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ketiga sampai minggu kedelapan setelah melahirkan.

Personal Hygine yang dilakukan ibu pospartum dalam perawatan budaya minang yaitu melakukan cebok dengan menggunakan air rebusan daun sirih.Karena daun sirih berkhasiat untuk antiseptik, antijamur, mengurangi peradangan, menghilangkan rasa gatal dan bau badan (Haryanto, 2013).


(59)

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan kecocokan dengan khasiat daun sirih dan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Hayati (2011) dengan judul Perspektif Budaya Minang terhadap Perawatan Ibu Postpartum di Kelurahan Kotamatsum IV, Kecamatan Medan Area, Kota Madya Medan bahwa dengan cebok menggunakan air rebusan daun sirih dapat memebersihkan daerah alat genetelia.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa cebok dengan menggunakan rebusan air daun sirih akan membersihkan alat genitalia. Hal ini sesuai dengan Haryanto (2013) dan Hayati (2011)yaitu melakukan cebok dengan menggunakan air rebusan daun sirih.Karena daun sirih berkhasiat untuk antiseptik, antijamur, mengurangi peradangan, menghilangkan rasa gatal dan bau badan.Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan dan mendukung bahwa cebok menggunakan rebusan air daun sirih akan membantu membersihkan alat genitalia.

3) Kebutuhan Ambulasi Pada Ibu Nifas

Dari hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti bahwa ibu postpartum dalam budaya Minang melakukan jalan-jalan atau kegiatan tetapi tidak sering karena ibu ada merasa takut untuk melakukan kegiatan yang seperti biasa.

Ambulasi berguna untuk mencegah terjadinya thrombosis dan emboli.Menurut Oswari (2005), tujuan ambulasi (duduk dan jalan) yang cepat adalah untuk mengurangi komplikasi pasca melahirkan. Maka ibu dianjurkan tetap melakukan ambulasi dini untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi. Untuk melakukan mobilisasi dini sebaiknya motivasi muncul dari diri ibu sendiri, karena melakukan suatu tindakan harus berawal dari individu itu sendiri. Ibu bisa mendapatkan informasi dari media seperti internet atau


(60)

kesehatan dan dukungan baik kepada ibu ataupun kepada keluarga agar ibu dapat termotivasi melakukan ambulasi.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa ibu postpartum budaya Minang melakukan jalan-jalan atau kegiatan. Hal ini sesuai dengan teori Oswari (2005) yaitu tujuan ambulasi (duduk dan jalan) yang cepat adalah untuk mengurangi komplikasi pasca melahirkan. Maka ibu dianjurkan tetap melakukan mobilisasi dini untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi. Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan dan mendukung bahwa melakukan jalan-jalan dan kegiatan akan membantu proses penyembuhan pasca melahirkan.

4) Pemberian ASI/Laktasi

Dari hasil penelitian yang diperoleh peneliti bahwa ibu postpartum budaya Minang memberikan ASI sesering mungkin kepada bayinya karena ibu ingin memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.

Menurut Saleha (2009),hal-hal yang diberitahukan kepada ibu nifas yaitu: menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan, ajarkan cara menyusui yang benar, memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI eklusif), menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand), di luar menyusui jangan memberikan dot/kompeng pada bayi, tapi berikan dengan sendok, penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan frekuensi pemberian ASI.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa ibu postpartum budaya Minang memberikan ASI sesering mungkin kepada bayinya. Hal ini didukung oleh teori Saleha (2009) bahwa ibu nifas harus menyusui bayinya segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan dan memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa


(61)

makanan lain. Dengan demikian peneliti dapat mendukung ibu postpartum budaya Minang untuk memberikan ASI sesering mungkin kepada bayinya.

2. Keterbatasan Penetlitian

Keterbatasan penelitian ini terdapat pada peneliti sebagai alat pengumpulan data.Karena kemampuan wawancara yang dimiliki peneliti adalah kemampuan wawancara dasar dan ini adalah pengalaman pertama peneliti untuk melakukan penelitian fenomenologi, sehingga banyak keterbatasan dan dapat menyebabkan kurangnya informasi yang didapatkan oleh peneliti karena keterbatasan dalam teknik wawancara yang dimiliki peneliti.

3. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Bidan

Dari hasil penelitian ditemukan tentang pemahaman tentang waktu masa nifas dalam budaya Minang, perawatan masa nifas dalam budaya Minang, kebutuhan ambulasi pada ibu nifas, dan pemberian ASI/Laktasi.Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu postpartum khususnya dalam budaya Minang, bagi pendidikan dan bagi peneliti selanjutnya.


(1)

nifas?

2. Mengapa ibu melakukan perawatan tersebut?

3. Manfaat apa yang ibu rasakan setelah melakukan perawatan tersebut? 4. Apakah ada kerugian atau efek samping yang ibu rasakan?

5. Bagaimana dukungan keluarga terhadap perawatan yang ibu lakukan?


(2)

c


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Maya Indah Sari

Tempat/Tanggal Lahir : Duri/ 20 Mei 1992

Agama : Islam

Alamat : JL. Aman Gang Seroja No.58 Duri-Riau

Riwayat Pendidikan :

1997-1998 : TK YPIT Mutiara Duri

1998-2004 : SD YPIT Mutiara Duri

2004-2007 : SMP YPIT Mutiara Duri

2007-2010 : SMA YPIT Mutiara Duri

2010-2013 : Akademi Kebidanan Sehat Medan