EFEKTIVITAS SENAM ADUHAI TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 1
i
KARYA TULIS ILMIAH
EFEKTIVITAS SENAM ADUHAI
TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 1
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
HALAMAN JUDUL
Disusun oleh
RADITYA WIDYO ANANTO
20130310046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(2)
i
KARYA TULIS ILMIAH
EFEKTIVITAS SENAM ADUHAI
TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 1
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
HALAMAN JUDUL
Disusun oleh
RADITYA WIDYO ANANTO
20130310046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(3)
i
KARYA TULIS ILMIAH
EFEKTIVITAS SENAM ADUHAI
TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 1
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
HALAMAN JUDUL
Disusun oleh
RADITYA WIDYO ANANTO
20130310046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(4)
i
KARYA TULIS ILMIAH
EFEKTIVITAS SENAM ADUHAI
TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 1
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
HALAMAN JUDUL
Disusun oleh
RADITYA WIDYO ANANTO
20130310046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(5)
ii
HALAMAN PENGESAHAN KTI EFEKTIVITAS SENAM ADUHAI
TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 1
Disusun oleh :
RADITYA WIDYO ANANTO 20130310046
Telah disetujui dan diseminarkan pada 14 Desember 2016
Dosen Pembimbing Dosen Penguji
dr. Suryanto, Sp. PK dr. Adang M. Gugun, Sp. PK, M.Kes NIK:19631202199511 173 016 NIK:19690118199904 173 034
Mengetahui
Kaprodi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
dr. Alfaina Wahyuni, Sp. OG, M.Kes NIK:19711028199709 173 027
(6)
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Raditya Widyo Ananto
NIM : 20130310046
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 14 Desember 2016 Yang membuat pernyataan,
(7)
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hidayah dan rahmat-Nya, sehingga pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu dipanjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Efektivitas Senam ADUHAI Terhadap Kadar Kolesterol Total Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1” disusun sebagai salah satu syarat
penyusunan Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berperan serta dalam membantu terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada:
1. Bapak dr. H. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG, M.Kes selaku Ketua Prodi Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Staf Fisiologi dan Senam PERSADIA PKU Unit I Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Bapak dr. Suryanto, Sp.PK selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah serta Staf Pengajar Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
5. Bapak dr. Adang M. Gugun, Sp. PK M.Kes selaku dosen penguji KTI. 6. Keluarga penulis yang selalu memberikan waktu, kasih sayang,
(8)
v
7. Teman-teman angkatan 2013 khususnya Nadia Salsabila, Aisyah Rossandy Rahmasari, Dewi Citrawati yang menjadi teman satu tim dalam penelitian ini. Teman-teman dekat penulis yang selalu memberikan dukungan dan juga dorongan; Reyhandi Ermawan Sardjono, Muhammad Akbar Fakhrurrozi, Muhammad Shiddiq Dwi Surya, Muhammad Faizal Herliansyah, Fauzan Kurniawan, Fany Lukinaning Tyas.
8. Teman sekaligus Keluarga Official Muhammadiyah Medical Student
Activities’ (MMSA) periode 2015/2016 yang telah memberikan
support dan juga dukungan kepada penulis.
9. Semua pihak-pihak yang tidak mungkin tersebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat berjalan dan terselesaikan.
Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah mengenai
“Efektivitas Senam ADUHAI Terhadap Kadar Kolesterol Total darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit
1” bermanfaat. Aamiin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Yogyakarta, 14 Desember 2016
(9)
vi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
ABSTRACT ... x
INTISARI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Keaslian Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
B. Kerangka Teori... 37
C. Kerangka Konsep ... 38
D. Hipotesis ... 38
BAB III METODE PENELITIAN... 39
A. Desain Penelitian ... 39
B. Populasi dan Sampel ... 39
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42
D. Variabel Penelitian ... 42
E. Definisi Operasional... 43
F. Alat dan Bahan Penelitian ... 43
G. Jalannya Penelitian ... 44
H. Tahap Penelitian ... 45
I. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45
J. Analisis Data ... 45
(10)
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 48
B. Hambatan Penelitian ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
(11)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah pembakaran kalori berdasarkan jenis aktivitas fisik dan berat badan... 24
Tabel 2. Diskripsi pasien diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan jenis kelamin ... 48
Tabel 3. Diskripsi pasien diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan umur ... 50
Tabel 4. Hasil kolesterol total darah sebelum dan setelah senam ADUHAI ... 52
(12)
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gerakan Satu ... 26
Gambar 2. Gerakan Dua ... 26
Gambar 3. Gerakan Tiga ... 27
Gambar 4. Gerakan Empat ... 27
Gambar 5. Gerakan Lima ... 28
Gambar 6. Gerakan Enam ... 28
Gambar 7. Gerakan Tujuh ... 29
Gambar 8. Gerakan Delapan ... 30
Gambar 9. Gerakan Sembilan ... 31
Gambar 10. Gerakan Sepuluh ... 31
Gambar 11. Gerakan Sebelas ... 32
Gambar 12. Gerakan Dua Belas ... 32
Gambar 13. Gerakan Tiga Belas ... 33
Gambar 14. Gerakan Empat Belas ... 33
Gambar 15. Gerakan Lima Belas ... 34
Gambar 16. Gerakan Enam Belas ... 34
Gambar 17. Gerakan Tujuh Belas ... 35
(13)
x ABSTRACT
Background: Diabetes melitus (DM) especially DM type 2 is the 4th biggest cause of death. The metabolic condition in a person with diabetes is indicated with the high level of blood glucose. This condition can cause various complication, acute, and chronic complication. A comprehensive treatment on DM is needed to prevent acute and chronic complications. According to Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) in 2011, there are 4 main pillars in treating DM, they are education, medical nutrient therapy, exercise or physical activity, and pharmacology intervention. Senam ADUHAI is a head to leg exercise which includes simple and easy movements. This research is aimed at revealing the effectiveness of senam ADUHAI (Atasi Diabetes Untuk Hidup Sehat dan Ideal) on the decreasing of Total Cholesterol levels in blood at Diabetes Melitus type 2. Method: This research is a experimental research involving one group pre-test and post-pre-test design. The sample of the research included 17 people with diabetes mellitus type 2 at PERSADIA RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1. Comparative test Paired Sample T Test was used to analyze the data.
Result: The prevalence diabetes melitus type 2 in woman was higher than men (65%;35%). Meanwhile, diabetes melitus type 2 mostly occurs in 45-64 years old
rather than in ≥ 65 years old (76%;34%). The Paired Sample Test analysis result show p= 0,01 (significant)
Conclusions: There is dcreasing of Total Cholesterol level in a person with diabetes melitus type 2 at Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) GROUP RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 before and after senam ADUHAI. With that, senam ADUHAI can be use as therapy to prevent the complication of diabetes melitus type2.
(14)
xi INTISARI
Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Kondisi metabolik yang terganggu pada tubuh diabetesi salah satunya ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah dapat mendatangkan berbagai komplikasi, baik komplikasi akut dan komplikasi kronik. Pengelolaan DM yang tepat diperlukan untuk mencegah tejadinya komplikasi akut maupun kronik. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011 terdapat empat pilar penatalakasanaan DM yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani atau aktivitas fisik serta intervensi farmakologi. Senam ADUHAI sebagai latihan jasmani memiliki gerakan-gerakan yang melibatkan bagian tubuh mulai dari kepala hingga kaki namun tetap sederhana dan mudah dilakukan. Studi ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas dari senam ADUHAI (Atasi Diabetes Untuk Hidup Sehat dan Ideal) terhadap kadar Kolesterol Total darah pada penderita Diabetes Melitus tipe 2.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian praeksperimental denganpen dekatan one group pre-test and post-test design. Sampel penelitian adalah 17 orang penderita diabetes mellitus tipe 2 di PERSADIA RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1. Analisis data penelitian ini menggunakan uji komparatif Paired Sample T Test.
Hasil: Prevalensi penderita diabetes melitus tipe 2 pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (65%;35%). Sedangkan diabetes melitus tipe 2 lebih banyak terjadi pada kelompok usia 45-64 tahun daripada ≥ 65 tahun (76%;24%). Pada hasil analisis dengan uji Paired Sample Test diperoleh angka signifikan p=
0,01 (signifikan).
Kesimpulan: Terdapat penurunan kadar Kolesterol Total pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di kelompok Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 antara sebelum dan sesudah senam ADUHAI. Berdasarkan penelitian ini maka senam ADUHAI dapat diterapkan dalam pelayanan tata laksana komperhensif untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes melitus tipe 2.
(15)
(16)
x ABSTRACT
Background: Diabetes melitus (DM) especially DM type 2 is the 4th biggest cause of death. The metabolic condition in a person with diabetes is indicated with the high level of blood glucose. This condition can cause various complication, acute, and chronic complication. A comprehensive treatment on DM is needed to prevent acute and chronic complications. According to Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) in 2011, there are 4 main pillars in treating DM, they are education, medical nutrient therapy, exercise or physical activity, and pharmacology intervention. Senam ADUHAI is a head to leg exercise which includes simple and easy movements. This research is aimed at revealing the effectiveness of senam ADUHAI (Atasi Diabetes Untuk Hidup Sehat dan Ideal) on the decreasing of Total Cholesterol levels in blood at Diabetes Melitus type 2. Method: This research is a experimental research involving one group pre-test and post-pre-test design. The sample of the research included 17 people with diabetes mellitus type 2 at PERSADIA RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1. Comparative test Paired Sample T Test was used to analyze the data.
Result: The prevalence diabetes melitus type 2 in woman was higher than men (65%;35%). Meanwhile, diabetes melitus type 2 mostly occurs in 45-64 years old
rather than in ≥ 65 years old (76%;34%). The Paired Sample Test analysis result show p= 0,01 (significant)
Conclusions: There is dcreasing of Total Cholesterol level in a person with diabetes melitus type 2 at Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) GROUP RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 before and after senam ADUHAI. With that, senam ADUHAI can be use as therapy to prevent the complication of diabetes melitus type2.
(17)
xi INTISARI
Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Kondisi metabolik yang terganggu pada tubuh diabetesi salah satunya ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah dapat mendatangkan berbagai komplikasi, baik komplikasi akut dan komplikasi kronik. Pengelolaan DM yang tepat diperlukan untuk mencegah tejadinya komplikasi akut maupun kronik. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011 terdapat empat pilar penatalakasanaan DM yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani atau aktivitas fisik serta intervensi farmakologi. Senam ADUHAI sebagai latihan jasmani memiliki gerakan-gerakan yang melibatkan bagian tubuh mulai dari kepala hingga kaki namun tetap sederhana dan mudah dilakukan. Studi ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas dari senam ADUHAI (Atasi Diabetes Untuk Hidup Sehat dan Ideal) terhadap kadar Kolesterol Total darah pada penderita Diabetes Melitus tipe 2.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian praeksperimental denganpen dekatan one group pre-test and post-test design. Sampel penelitian adalah 17 orang penderita diabetes mellitus tipe 2 di PERSADIA RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1. Analisis data penelitian ini menggunakan uji komparatif Paired Sample T Test.
Hasil: Prevalensi penderita diabetes melitus tipe 2 pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (65%;35%). Sedangkan diabetes melitus tipe 2 lebih banyak terjadi pada kelompok usia 45-64 tahun daripada ≥ 65 tahun (76%;24%). Pada hasil analisis dengan uji Paired Sample Test diperoleh angka signifikan p=
0,01 (signifikan).
Kesimpulan: Terdapat penurunan kadar Kolesterol Total pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di kelompok Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 antara sebelum dan sesudah senam ADUHAI. Berdasarkan penelitian ini maka senam ADUHAI dapat diterapkan dalam pelayanan tata laksana komperhensif untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes melitus tipe 2.
(18)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan penyebab 4,9 juta kematian pada tahun 2014 dan setiap tujuh detik seseorang meninggal karena diabetes. (International Diabetes Federation, 2015). Perubahan gaya hidup juga berdampak terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi di masyarakat, salah satunya adalah diabetes melitus. Diabetes melitus tipe 2 berlangsung lambat, progresif, tanpa terdeteksi karena gejala yang muncul bersifat ringan seperti kelelahan, irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare, 2005).
Prevalensi diabetes melitus meningkat secara global, teristimewa menjadi perhatian di negara Asia. Lebih dari 80% kematian akibat diabetes terjadi di negara dengan penghasilan rendah hingga menengah (World Health Organization,
2015). “International Diabetes Federation” (2015) menyebutkan pada tahun 2014
didapatkan 387 juta orang memiliki diabetes dan diperkirakan pada tahun 2035 akan meningkat menjadi 592 juta. Jumlah penyandang DM tipe 2 terus meningkat di setiap negara. 77% masyarakat dengan diabetes tinggal di negara berpenghasilan menengah rendah. Banyak orang dengan diabetes diantara 40 dan 59 tahun. 179 juta orang hidup dengan diabetes yang tidak terdiagnosis. Menurut Riskesdas (2013), yang diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan di Indonesia sendiri memiliki ±12 juta penderita Diabetes Melitus dari samping yang diambil (usia diatas 15 tahun), dan 69,6% diantaranya masih belum terdiagnosis, atau sekitar ± 8 juta orang.
(19)
Pasien DM telah mengalami kenaikan, dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 dan diperkirakan menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2020. Tingginya angka kesakitan itu menjadikan Indonesia menempati urutan keempat dunia setelah Amerika Serikat, India dan China (Riskesdas, 2007). Berdasarkan Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas dan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2012 terdapat 7.434 kasus DM ditemukan dimana DM termasuk dalam urutan kelima dari 10 besar penyakit berbasis STP–Systemic Inflammatory Response Syndrome (Dinas Kesehatan Jogjakarta, 2013).
The UK Prospective Diabetes Study (UKPDS) menunjukkan bahwa klien DM tipe 2 memiliki mortalitas dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum setelah sepuluh tahun mengalami DM dan sepertiga klien memiliki komplikasi makrovaskuler maupun mikrovaskuler yang memerlukan perhatian medis. Kematian pada klien DM 75% disebabkan oleh komplikasi vaskular. Komplikasi paling utama pada DM yang menyebabkan kematian adalah serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren. Terdapat peningkatan risiko penyakit jantung koroner dan infark miokard sebesar 2 sampai 3 kali lipat pada klien DM bila dibandingkan klien non DM (Price & Wilson, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, 2013)
Penyebab mortalitas dan morbiditas utama pada pasien DM tipe 2 adalah penyakit jantung koroner (PJK). Menurut American Heart Association pada Mei 2012, paling kurang 65% penderita DM meninggal akibat penyakit jantung atau stroke. Selain itu, orang dewasa yang menderita DM berisiko dua sampai empat
(20)
3
kali lebih besar terkena penyakit jantung dari pada orang yang tidak menderita DM (The Link Between Diabetes and Cardiovascular Disease)
Diabetes, meskipun merupakan faktor risiko independen untuk PJK, juga berkaitan dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid, obesitas, hipertensi sistemik, dan peningkatan trombogenesis (Gray et al, 2005). Salah satu faktor risiko yang fundamental pada kejadian PJK adalah kolesterol dan lemak dalam darah (Soeharto, 2004). Penelitian membuktikan bahwa kenaikan kolesterol plasma merupakan faktor risiko penting untuk berkembangnya PJK. Kadar kolesterol total (>251 mg/dl) melipatgandakan risiko PJK yang mematikan, (>286 mg/dl) meningkatkan risiko sampai empat kali lipat. Sedangkan penurunan kadar kolesterol total sebesar 20% akan menurunkan risiko koroner sebesar 10% (Davey, 2008)
Faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit DM tipe 2 adalah
memiliki riwayat keluarga penderita DM, berusia ≥45 tahun, dan kurang
berolahraga secara teratur (Wicaksono, 2011). Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011 terdapat empat pilar penatalakasanaan Diabetes Melitus yaitu Edukasi, Terapi gizi medis, Latihan jasmani atau aktivitas fisik serta Intervensi Farmakologis.
(21)
Hal tersebut bersesuaian dengan Hadits dalam agama Islam yang bertuliskan:
“Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya. Ada orang yang mengetahui ada pula yang tidak mengetahuinya.” (HR Ahmad 4/278 dan yang lainnya, shahih)
Pada DM tipe 2, aktifitas fisik dapat memperbaiki kendali glukosa darah secara menyeluruh (Yunir & Soebardi, 2009). Aktifitas fisik minimal 150 menit setiap minggu yang terdiri dari latihan aerobic, latihan ketahanan maupun kombinasi keduanya berkaitan dengan penurunan kadar HbA1c pada penderita diabetes melitus tipe 2 (Umpierre, et al., 2011). Penelitian yang dilakukan Rashidlamir et al (2012) pada 30 pasien wanita dengan DM tipe 2 yang berumur rata-rata 51 tahun menunjukkan bahwa latihan aerobik yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 1 bulan terbukti dapat meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL, trigliserida, total kolesterol dan BMI pada pasien DM tipe 2 (Rashidlamir, 2012).
Menurut PERKENI (2011), perubahan perilaku dengan pengurangan asupan kolesterol dan penggunaan lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik terbukti dapat memperbaiki profil lemak dalam darah. Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular. Latihan juga dapat mengubah
(22)
5
kadar lemak darah dengan meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida (Smeltzer & Bare, 2013). Olahraga yang dilakukan secara rutin dan benar akan dapat menurunkan kolesterol total, LDL, trigliserida dalam darah, dan menaikkan kadar HDL dalam darah (Tandra, 2007)
Proses penurunan Kadar Kolesterol Total disebabkan karena olahraga berpengaruh dalam perubahan profil lipid di dalam darah. Semakin sering olahraga dilakukan maka kolesterol akan turun dan akan menurunkan resiko komplikasi lainnya (Okura, Nakata, & Tanaka, 2003)
Olahraga yang dianjurkan untuk seseorang yang mengalami DM adalah
aerobik low impact dan ritmis, misalnya seperti renang, jogging, bersepeda, dan senam disco. Latihan resisten statis seperti olahraga angkat besi tidak dianjurkan bagi klien yang mengalami DM. Senam diabetes merupakan gerakan senam yang penekanannya pada gerakan ritmik otot, sendi, vaskular dan saraf dalam bentuk peregangan dan relaksasi (Suryanto, 2009). Konsep gerakan pada senam sehat diabetes Melitus menggunakan konsep latihan ketahanan jantung paru (endurance) dengan mempertahankan keseimbangan otot kanan dan kiri (Kemenpora, 2010).
Senam Atasi Diabetes Untuk Hidup Sehat dan Ideal (ADUHAI) merupakan senam inovatif yang terdiri dari gerakan-gerakan modifikasi dari senam kaki diabetes dan mencakup tiga sesi berupa pemanasan (warming up), inti (conditioning) serta pendingan (cooling down). Senam ADUHAI memiliki gerakan-gerakan yang melibatkan otot-otot besar tubuh namun tetap sederhana dan mudah dilakukan dibandingkan dengan senam aerobik pada umumnya.
(23)
Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui efektifitas dari senam ADUHAI (Atasi Diabetes Untuk Hidup Sehat dan Ideal) yang memiliki gerakan lebih sederhana dan mudah daripada senam aerobik terhadap terhadap kadar Kolesterol Total pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui : Apakah Senam ADUHAI dapat menurunkan kadar Kolesterol Total pada pasien Diabetes Melitus tipe 2?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui efektivitas senam ADUHAI terhadap kadar Kolesterol Total pada penderita Diabetes Melitus tipe 2.
2. Mengetahui karakteristik penderita DM tipe 2 di kelompok Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 berdasarkan jenis kelamin.
3. Mengetahui karakteristik penderita DM tipe 2 di kelompok Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 berdasarkan usia.
(24)
7
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
Menambah wawasan dan studi literatur mengenai diabetes melitus serta penatalaksanaannya dari aspek nonfarmakologis.
2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti
Menambah wawasan teori dan praktik terkait penatalaksanaan diabetes melitus, serta mengaplikasikan metode-metode penelitian yang sesuai.
b. Bagi Rumah Sakit
Memberikan pertimbangan dalam penatalaksanaan diabetes melitus khususnya pada pilar latihan jasmani.
c. Bagi Penderita
Memberikan alternatif penatalaksanaan diabetes melitus yang mudah dan efektif.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian oleh Ririn Ari Karinda (2013) yang berjudul “Pengaruh Senam Sehat Diabetes Melitus Terhadap Profil Lipid Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember” dengan variable terikat Senam Sehat Diabetes Melitus dan Variable bebas Profil Lipid. Jenis penelitian yang digunakan bersifat
Pre Experimental Design. Dari hasil penelitian didapatkan hasil adanya pengaruh senam sehat diabetes terhadap profil lipid. Perbedaan
(25)
dengan penelitian ini adalah pada lokasi pengambilan sample dan jenis senam yang diberikan.
2. Penelitian oleh Santi Damayanti (2015) yang berjudul “Hubungan Antara Frekuensi Senam Diabetes Melitus Dengan Kadar Gula Darah, Kadar Kolesterol Dan Tekanan Darah Pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kelompok Persadia RS Jogja” dengan variabel terikat Senam Sehat Diabetes Melitus dan Variabel bebas Kadar Gula Darah, Kadar Kolesterol Dan Tekanan Darah. Jenis penelitian yang digunakan bersifat crossectional study. Dari hasil penelitian didapatkan tidak adanya hasil pengaruh senam sehat diabetes terhadap profil lipid. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi pengambilan sampel dan jenis senam yang diberikan.
3. Penelitian Namrata Dubey et al (2014) yang berjudul “Effect of Yogic Exercise on Lipid Profile of Patients of Diabetes Mellitus Type II and Its Correlation with Addiction and Family History” dengan variable
terikat Lipid profile of patients dan variable bebas Yogic Exercise. Jenis penelitian yang diguunakan bersifat cohort. Dari hasil penelitian didapatkan hasil terjadi perubahan pada kadar lipid dibandingkan pada awal penelitian, meskipun tidak terdapat perubahan yang signifikan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi pengambilan sample dan jenis olahraga yang diberikan.
(26)
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Diabetes Melitus Tipe 2 a. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (World Health Organization, 2016) (American Diabetes Association, 2014) (Harrison, 2012).
Menurut ADA tahun 2014 diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4 tipe (American Diabetes Association, 2014):
1) Diabetes melitus tipe 1 2) Diabetes melitus tipe 2 3) Diabetes melitus tipe lain
4) Diabetes kehamilan atau diabetes mellitus gestasional Diabetes mellitus tipe 2 atau disebut sebagai Non-Insulin-Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan salah satu tipe DM akibat dari insensitivitas sel terhadap insulin (resistensi insulin) serta defisiensi insulin relatif yang menyebabkan hiperglikemia. DM tipe ini memiliki prevalensi paling banyak diantara tipe-tipe lainnya yakni melingkupi 90-95% dari kasus diabetes (American Diabetes Association, 2014).
(27)
b. Etiologi
DM tipe 2 merupakan penyakit heterogen yang disebabkan secara multifaktorial (Ozougwu, 2013). Umumnya penyebab DM tipe 2 terbagi atas faktor genetik yang berkaitan dengan defisiensi dan resistensi insulin serta faktor lingkungan seperti obesitas, gaya hidup sedenter dan stres yang sangat berpengaruh pada perkembangan DM tipe 2 (Colberg, 2010; Harrison, 2012; Kaku, 2010).
c. Faktor Resiko Diabetes Melitus menurut Depkes RI (2008):
1) Faktor resiko yang dapat dimodifikasi seperti berat badan, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat dan seimbang, riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT <140 - 199 mg/dL) atau Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT <140 mg/ dL).
2) Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi yakni usia dan jenis kelamin (Depkes, 2008). Menurut Sujaya (2009) risiko terjadinya diabetes meningkat seiring dengan usia terutama pada kelompok usia lebih dari 40 tahun. Seseorang yang berusia lebih dari 45 tahun berisiko 14,99 kali bila dibandingkan dengan kelompok usia 15-25 tahun (Irawan D. , 2010) . Hal tersebut dikarenakan pada kelompok tersebut mulai terjadi proses aging
yang bermakna sehingga kemampuan sel β pankreas berkurang
(28)
11
2013). Selain itu terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35% yang berhubungan dengan peningkatan kadar lemak dalam sel-sel otot tersebut sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013). Menurut IDF di wilayah Western Pacific dimana Indonesia masuk didalamnya, kelompok usia 40-59 tahun merupakan kelompok paling banyak menderita DM tipe 2 dengan distribusi sebanyak 27% laki-laki dan 21% perempuan (IDF, 2015). Namun data tersebut sedikit berbeda dengan penelitian oleh Indriyani (2007) yang menyatakan bahwa angka prevalensi penderita DM tipe 2 di kelompok usia 40-70 tahun pada perempuan menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada laki-laki (59,1% dan 40,9%), sedangkan pada laki-laki-laki-laki lebih banyak terjadi pada usia yang lebih muda (Indriyani, 2007). Hal ini dipicu oleh fluktuasi hormonal yang membuat distribusi lemak menjadi mudah terakumuladi dalam tubuh sehingga indeks massa tubuh (IMT) meningkat dengan persentase lemak yang lebih tinggi (20-25% dari berat badan total) dengan kadar LDL yang tinggi dibandingkan dengan laki-laki (jumlah lemak berkisar 15-20% dari berat badan total) (Karinda, 2013) (Irawan, 2010) dalam (Trisnawati, 2013) (Jelantik, 2014). Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan sensitifitas terhadap kerja insulin pada otot dan hati sehingga perempuan memiliki faktor
(29)
risiko sebanyak 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki yaitu 2-3 kali terhadap kejadian DM (Indriyani, 2007) (Karinda, 2013) (Fatimah, 2015).
d. Patofisiologi
Pada diabetes tipe 2, sel beta tetap dapat berfungsi untuk memproduksi insulin sehingga kadar insulin dalam darah tetap pada kondisi normal atau malah berlebih sehingga disebut Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDMT). (Corwin, 2001) Biasanya diabetes tipe ini sangat erat kaitannya dengan jalur familial. Risiko akan meningkat pada kembar monozigotik dari individu NIDDMT, saudara pertama dari penderita NIDDMT, ibu dari bayi yang beratnya > 9 pound, penderita obesitas, dan anggota ras atau suku tertentu yang memiliki data riwayat diabetes tinggi. (Price & Wilson, Pathophisiology, 2006).
Terdapat 2 keadaan yang berperan pada patofisiologi DM tipe 2 yaitu:
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel beta (Arifin, 2011)
Resistensi insulin mengganggu penggunaan glukosa oleh jaringan yang sensitif insulin yakni otot, hepar dan adiposa serta meningkatkan produksi glukosa hepatik yang keduanya berefek hiperglikemia. Resistensi insulin merupakan bagian dari serangkaian kelainan dan sering disebut sebagai sindrom metabolik atau
(30)
13
syndrome X yang ditandai dengan adanya obesitas sentral, hipertrigliseridemia, kadar LDL tinggi, kadar HDL rendah, hiperglikemia, serta hipertensi (Harrison, 2012; Guyton, 2007).
Pada umumnya insulin berinteraksi dengan reseptor-reseptor sel di atas kemudian akan memicu terjadinya reaksi intraselular lalu meningkatkan proses pengambilan glukosa melewati membrane sel. (Price & Wilson, Pathophisiology, 2006) Namun dalam hal ini berbeda, dimana terjadi penggabungan insulin dengan sistem transport glukosa yang abnormal disebabkan oleh berkurangnya tempat reseptor yang berfungsi pada membrane sel-sel tersebut. (Corwin, 2001) Keadaan resisten terhadap efek insulin ini kemudian menyebabkan sel beta mensekresi insulin dalam kuantitas yang lebih besar untuk mempertahankan homeostasis glukosa darah, sehingga terjadi hiperinsulinemia kompensatoir untuk mempertahankan keadaan euglikemia.
Tidak hanya itu, terkadang juga terjadi peningkatan asam lemak bebas dalam darah. Akibatnya keadaan glukotoksistas dan lipotoksisitas karena kekurangan insulin relatif beta (walaupun telah dikompensasi dengan hiperinsulinemia) mengakibatkan sel pancreas mengalami disfungsi dan terjadilah gangguan metabolisme glukosa berupa IFG, IGT dan akhirnya DM tipe 2 (Arifin, 2011) .
(31)
e. Komplikasi
Secara umum komplikasi diabetes melitus dibagi menjadi dua yakni komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut yang paling sering terjadi adalah diabetes ketoasidosis (DKA) dan hiperglikemia hiperosmolar non ketotik (HHNK). Diabetes melitus tipe 2 yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi kronis, baik mikroangiopati seperti retinopati dan nefropati maupun makroangiopati seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan juga penyakit pembuluh darah tungkai bawah. (Sugondo, 2009)
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (Purnamasari, 2009).
f. Hubungan DM tipe 2 dengan Penyakit Jantung Koroner
Penyebab mortalitas dan morbiditas utama pada pasien DM tipe 2 adalah penyakit jantung koroner (PJK). Menurut American Heart Association pada Mei 2012, paling kurang 65% penderita DM meninggal akibat penyakit jantung atau stroke. Selain itu, orang dewasa yang menderita DM berisiko dua sampai empat kali lebih besar terkena penyakit jantung dari pada orang yang tidak menderita DM. (Shahab, 2007)
(32)
15
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. Hasil laporan riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2007 menunjukkan bahwa prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi penyakit jantung diatas prevalensi nasional, salah satunya di Sumatera Barat yaitu 11,3 % yang di dalamnya tentu termasuk pasien PJK karena DM. (RISKESDAS, 2007)
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan DM terdiri atas edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, serta intervensi farmakologis (Ndraha, 2014; Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2011; Yunir E. S., 2010) 2. Kolesterol Total
a. Definisi
Kolesterol merupakan salah satu senyawa kimia golongan lipid atau lemak yang terdapat dalam makanan dan tubuh kita. Kolesterol dalam tubuh dibagi menjadi dua yaitu kolesterol HDL dan kolesterol LDL yang membuat endapan dan menyumbat arteri. Sumber kolseterol ada dua, yaitu kolesterol eksogen yang berasal dari makanan yang kita makan, dan kolesterol endogen yang dibuat di dalam sel tubuh terutama hati. Di dalam tubuh, kolesterol bersama
(33)
dengan fosfolipid, terutama digunakan untuk membentuk membrane sel dan membran organ-organ yang berada di dalam tubuh (Fatmah, 2010)
Lipid atau lemak merupakan sekelompok senyawa yang memiliki sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar seperti eter dan kloroform (Murray et al, 2009). Terdapat tiga jenis lipid di dalam darah, yaitu kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid. Lipid membutuhkan suatu zat pelarut yang dikenal dengan nama apoprotein untuk dapat beredar ke berbagai organ dan jaringan. Gabungan antara senyawa lipid dan apoprotein ini dikenal dengan nama lipoprotein. Terdapat enam jenis lipoprotein yaitu High Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL),
Intermediate Density Lipoprotein (LDL), Very Low Density Lipoprotein (VLDL), kilomikron, dan Lipoprotein a (Sudoyo et al, 2007). Kolesterol total merupakan keseluruhan jumlah koleseterol HDL, kolesterol LDL, dan 20% kadar trigliserida (American Heart Association, 2014).
(34)
17
b. Metabolisme kolesterol
Menurut Sudoyo et al., (2006), metabolisme lipoprotein dapat dibagi menjadi tiga jalur yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse cholesterol transport.
1) Jalur metabolisme eksogen
Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit dalam usus halus, trigliserida diserap sebagai asam lemak bebas dan kolesterol diserap sebagai kolesterol. Asam lemak diubah kembali menjadi trigliserida, sedangkan kolesterol mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester kemudian keduanya bersama dengan fosfolipid dan apoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron. Trigliserida dan kilomikron dalam sirkulasi akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas (free fatty acid), sehingga dapat disimpan sebagai trigliserida kembali di jaringan lemak dan sebagian di hati.
2) Jalur metabolisme endogen
Trigliserida dan kolesterol yang disintesis di hati diekskresikan ke dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Trigliserida di VLDL dalam sirkulasi akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase dan berubah menjadi
(35)
IDL yang selanjutnya juga akan mengalami hidrolisis menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol kembali ke hati. Sebagian LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag menjadi sel busa (foam cell). Semakin banyak kadar kolesterol LDL dalam plasma semakin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag.
3) Jalur Reverse Cholesterol Transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang disebut HDL nascent yang berasal dari usus halus dan hati, berbentuk gepeng dan mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag dan menjadi HDL dewasa berbentuk bulat. Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim LCAT. Sebagian kolesterol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ke hati dan ditangkap oleh scavenger reseptor class B type 1 (SR-B1). Jalur kedua kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).
(36)
19
c. Kadar Kolesterol Total
Kadar kolesterol total normal adalah kurang dari 200 mg/dl. Kadar borderline tinggi didefinisikan sebagai kadar kolsterol total dengan range 200-239 mg/dl, sedangkan apabila kadar kolesterol total terdefiniskan 240 atau lebih, maka hal tesebut sudah menunjukkan tingginya kadar kolesterol total. (Kim K. Birtcher & Christie M. Ballantyne, 2004). Kadar kolesterol total yang tinggi disebut dengan dyslipidemia.
d. Kolesterol Total pada Diabetes Melitus Tipe 2
Peningkatan kadar kolesterol total berhubungan kuat dengan risiko PJK. Kadar kolesterol total >200 mg/dL meningkatkan resiko PJK. (Wenger, 2003). pada beberapa peneltian sebelumnya,tersdapat beberapa perbedaan hasil dari nilai p antara kaitan kadar kolesterol total dengan resiko terhadap PJK.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square didapatkan bahwa nilai p=0,526 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol total dengan kejadian PJK. Sesuai dengan penelitian Sulistyo tahun 2012 membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol total dengan kejadian PJK (Sulistyo & Ririn, 2012). Namun pada penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Fajri pada tahun 2011, dari hasil analisis bivariat dengan uji kai-kuadrat, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan kadar kolesterol total terhadap kejadian PJK
(37)
dengan nilai p = 0,027 (Fajri, 2011). Hasil penelitian Diana pada tahun 2012 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan kadar kolesterol total terhadap kejadian PJK setelah dianalisis secara bivariat dan multivariat (Diana, 2012). Perbedaan hasil penelitian ini dengan beberapa penelitian lain mungkin disebabkan karena perbedaan metode penelitian, pada penelitian ini desain yang digunakan adalah potong lintang sedangkan penelitian lain banyak menggunakan desain studi kasus.
3. Senam pada Diabetes Melitus
Senam berasal dari bahasa Yunani yakni gymnos yang memiliki
arti telanjang atau secara lengkapnya “untuk menerangkan
bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh atlet-atlet yang
telanjang” (Ridha, 2012).
Dewasa ini banyak sekali program-program latihan fisik yang ditawarkan untuk mencapai tingkat kebugaran jasmani yang diharapkan, diantaranya adalah senam aerobik. Senam aerobik merupakan latihan yang menggerakkan seluruh otot, terutama dengan otot besar dengan gerakan yang terus menerus, berirama dan berkelanjutan. Sekarang ini senam aerobik banyak dipilih masyarakat untuk meningkatkan kebugaran. (Purwanto, 2011)
Selain senam aerobik ada pula senam lansia (lanjut usia) yang juga diperuntukkan untuk menjaga kebugaran tubuh. Senam ini memiliki gerakan yang dinamis, mudah dilakukan, menimbulkan
(38)
21
rasa gembira dan semangat serta beban yang rendah. Selain itu membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena dapat melatih tulang menjadi kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Senam ini dapat membentuk dan menoreksi sikap dan gerak serta memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia, serta mempermudah penyesuaian kesehatan jasmani terutama kesehatan kardiovaskuler dalam adaptasi kehidupan lanjut usia (Nugroho, 2008).
Senam diabetes bertujuan meningkatkan kesegaran jasmani atau nilai aerobic yang optimal untuk penderita diabetes, dengan olah gerak yang disesuaikan dengan kebutuhan penderita diabetes tanpa komplikasi komplikasi yang berat (Santoso, 2006). Senam direkomendasikan dilakukan dengan intensitas moderat (60-70 maksimum heart rate), durasi 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali/ minggu dan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut tidak melakukan senam (Soegondo, 2006).
Prinsip olahraga pada diabetesi (orang dengan penyakit DM) sama saja dengan prinsip olahraga secara umum, yaitu yang memenuhi kriteria frekuensi, intensitas, time (durasi), type (jenis). Olahraga yang dilakukan hendaknya melibatkan otot – otot besar dan sesuai dengan keinginan agar manfaat olahraga dapat dirasakan secara terus menerus.Olahraga pada diabetesi lebih baik dilakukan
(39)
secara teratur 3 – 5 kali dalam seminggu dengan durasi 30- 50 menit. Jenis olahraga yang baik adalah jenis endurans (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda. Hal yang perlu diperhatikan setiap kali olahraga adalah tahap- tahap seperti pemanasan, inti, pendinginan dan peregangan. (Soegondo et al, 2015).
a. Hubungan Senam dengan Kadar Kolesterol Total
DM tipe 2 seringkali dikaitkan dengan kondisi dislipidemia, salah satunya kadar HDL yang rendah. Penurunan kadar HDL pada penderita DM tipe 2 terjadi sebagai efek sekunder peningkatan kadar trigliserida plasma. Pada penderita DM tipe 2 terdapat peningkatan aktivitas cholesteryl ester transfer protein (CETP) dan enzim hepatik lipase yang meningkatkan transfer kolesterol ester pada molekul HDL ke molekul trygliceride-rich lipoprotein (TGR-LPs) sehingga HDL menjadi kaya akan komponen trigliserida. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan rasio katabolisme HDL menjadi meningkat (Barter, 2011). Kadar HDL yang rendah pada penderita DM tipe 2 telah disimpulkan meningkatkan faktor risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular meskipun dengan kadar LDL yang terkontrol (Eckardstein & Widmann, 2014).
Menurut PERKENI (2011), perubahan perilaku dengan pengurangan asupan kolesterol dan penggunaan lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik terbukti dapat memperbaiki profil lemak
(40)
23
dalam darah. Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular. Latihan juga dapat mengubah kadar lemak darah dengan meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida (Smeltzer & Bare, 2013). Olahraga yang dilakukan secara rutin dan benar akan dapat menurunkan kolesterol total, LDL, trigliserida dalam darah, dan menaikkan kadar HDL dalam darah (Tandra, 2007)
Proses penurunan Kadar Kolesterol Total disebabkan karena olahraga berpengaruh dalam perubahan profil lipid di dalam darah. Semakin sering olahraga dilakukan maka kolesterol akan turun dan akan menurunkan resiko komplikasi lainnya (Okura, Nakata, & Tanaka, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Rashidlamir et al. (2012) pada 30 pasien wanita dengan DM tipe 2 yang berumur rata-rata 51 tahun yang menunjukkan bahwa latihan aerobik yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 1 bulan terbukti dapat meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL, trigliserida, total kolesterol dan BMI pada pasien DM tipe 2.
Kalori yang terbakar selama olahraga maupun senam dipengaruhi oleh berat badan, intensitas kerja, tingkat kesiapan dan metabolisme. Berikut beberapa aktivitas fisik bersifat aerobik dengan jumlah pembakaran kalori setiap jam.
(41)
Tabel 1. Jumlah pembakaran kalori berdasarkan jenis aktivitas fisik dan berat badan
Jenis aktivitas fisik
Berat Badan
60 kg 70 kg 80 kg 90 kg Aerobik, general 384 cal 457 cal 531 cal 605 cal Aerobik, intensitas rendah 295 cal 352 cal 409 cal 465 cal Aerobik, intensitas tinggi 413 cal 493 cal 572 cal 651 cal Berenang santai 354 cal 422 cal 490 cal 558 cal Bersepeda santai 236 cal 281 cal 327 cal 372 cal Peregangan 148 cal 176 cal 204 cal 233 cal
Tai chi 236 cal 281 cal 327 cal 372 cal Berjalan atau berlari
santai 148 cal 176 cal 204 cal 233 cal Sumber: (NutriStrategy, 2015)
Salah satu jenis senam aerobik adalah senam zumba. Senam zumba merupakan senam berkelompok dengan unsur aerobik dan seni tari yang mengalami perkembangan sejak tahun 2012. Dari penelitian oleh penelitian Rembang et al (2015) diperoleh hasil yang menunjukkan perubahan yang signifikan dengan rerata kadar triglierida sebelum senam Zumba 68,11 mg/dL dan rerata sesudah senam Zumba 48,00 mg/dL dengan p = 0,001 (p <0,05) yang artinya terdapat pengaruh yang bermakna dari latihan senam zumba selama satu minggu terhadap kadar trigliserida darah. Dalam penelitian ini
(42)
25
senam Zumba dilakukan secara rutin dan teratur setiap hari dalam satu minggu selama satu bulan dengan panduan dari instruktur selama 60 menit tanpa berhenti (Rembang, 2015).
Selain itu, terdapat jenis senam aerobik yang direkomendasikan untuk diabetes, yaitu senam jantung. Senam jantung memiliki gerakan-gerakan yang diadaptasi dari berbagai gerakan olahraga yang bersifat aerobik sehingga diharapkan memiliki nilai aerobik yang sama dengan olahraga yang dimaksud. Sebuah penelitian yang dilakukan pada lansia di Panti Sosial Dan Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Lampung Selatan menunjukkan bahwa ada pengaruh senam jantung sehat yang dilakukan dua kali seminggu, selama dua bulan terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa (nilai p = 0.0001) dengan rerata sebelum 138,70 mg/dl dan sesudah 121,85 mg/dl sehingga rerata penurunan sebesar 16,85 mg/dl atau 12,15% (Fakhruddin & Nisa, 2012).
b. Senam ADUHAI
Senam Atasi Diabetes Untuk Hidup Sehat dan Ideal (ADUHAI) merupakan senam aerobik yang terdiri dari gerakan-gerakan modifikasi senam kaki diabetik dan mencakup tiga tahapan yakni pemanasan (warming up), inti (conditioning) dan pendinginan (cooling down). Senam ADUHAI dilakukan dengan posisi duduk tegak tanpa bersandar, hal ini bertujuan untuk mempermudah latihan jasmani.
(43)
1) Pemanasan (warming up) a) Gerakan Satu
Gambar 1. Gerakan Satu
Penderita duduk dengan posisi sempurna dan kaki menyentuh lantai. Pandangan lurus ke depan. Kepala ditengadahkan, lalu kepala diarahkan ke depan dan terakhir ditundukkan ke bawah. Gerakan dilakukan sebanyak 2 x 8 hitungan.
b) Gerakan Dua
Gambar 2. Gerakan Dua
Kepala ditolehkan ke arah kanan, lalu ke depan, dan terakhir ditolehkan ke arah kiri. Gerakan dilakukan sebanyak 2 x 8 hitungan.
(44)
27
c) Gerakan Tiga
Gambar 3. Gerakan Tiga
Kepala pada posisi lurus ke depan kemudian kepala dimiringkan ke kanan, luruskan, lalu dimiringkan ke kiri dengan 2 x 8 hitungan.
d) Gerakan Empat
Gambar 4. Gerakan Empat
Lipat tangan kanan lalu simpan lengan kiri di belakang lipatan tangan kanan. Tahan selama 2 x 8 hitungan. Lalu lakukan hal yang sama pada arah sebaliknya yakni lipat tangan kiri lalu dimpan lengan kanan di belakang lipatan tangan kiri. Tahan posisi selama 2 x 8 hitungan.
(45)
e) Gerakan Lima
Gambar 5. Gerakan Lima
Penderita duduk dengan kaki menyentuh lantai. Dengan tumit yang diletakkan di lantai, jari-jari kedua kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kebawah seperti cakar ayam sebanyak sepuluh kali.
f) Gerakan Enam
Gambar 6. Gerakan Enam
Kaki tetap menyentuh lantai. Dengan meletakkan tumit kedua kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Kemudian jari-jari kedua kaki diletakkan di lantai dan tumit diangkatkan ke atas. Gerakan ini dilakukan sebanyak sepuluh kali
(46)
29
g) Gerakan Tujuh
Gambar 7. Gerakan Tujuh
Kedua tumit diletakkan di lantai. Kemudian bagian ujung jari kaki diangkat ke atas dan buatlah gerakan memutar pada pergelangan kaki lalu letakkan kembali kedua bagian ujung jari kaki di lantai. Lakukan sebanyak sepuluh kali.
(47)
h) Gerakan Delapan
Gambar 8. Gerakan Delapan
Kedua jari diletakkan di lantai. Kemudian kedua tumit diangkat dan buatlah gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki lalu letakkan kembali kedua tumit di lantai. Lakukan sebanyak sepuluh kali.
(48)
31
2) Gerakan Inti (Conditioning) a) Gerakan Sembilan
Gambar 9. Gerakan Sembilan
Lengan dan siku dilipat 90o, diletakkan pada bagian depan tubuh. Kemudian, pindahkan lengan kearah luar, hingga sejajar dengan telinga. Arahkan kembali ke bagian tengah tubuh. Ulangi gerakan diatas dengan hitungan 2x8.
b) Gerakan Sepuluh
Gambar 10. Gerakan Sepuluh
Pertemukan tangan kanan dan kiri pada bagian tengah tubuh, lalu rentangkan kedua tangan. Pertemukan kembali tangan dan kiri
(49)
pada bagian tengah tubuh. Ulangi gerakan diatas dengan hitungan 2 x 8.
c) Gerakan Sebelas
Gambar 11. Gerakan Sebelas
Ayunkan dan silangkan lengan kanan anda ke bagian kiri tubuh selanjutnya ayunkan dan silangkan lengan kiri anda ke bagian kanan tubuh anda. Ulangi gerakan diatas dengan hitungan 2x8.
d) Gerakan Dua Belas
Gambar 12. Gerakan Dua Belas
Letakkan tangan di pinggang, lalu gerakkan badan kearah kanan lalu kearah kiri. Ulangi gerakan diatas dengan hitungan 2x8.
(50)
33
e) Gerakan Tiga Belas
Gambar 13. Gerakan Tiga Belas
Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali secara bergantian, dimulai dari kaki kanan lalu kaki kiri.. Ulangi gerakan ini sebanyak 10 kali.
f) Gerakan Empat Belas
Gambar 14. Gerakan Empat Belas
Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
(51)
g) Gerakan Lima Belas
Gambar 15. Gerakan Lima Belas
Angkat kedua kaki lalu luruskan. gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah dan menjauhi wajah. lalu turunkan kembali kelantai. Lakukan gerakan dengan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan. Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali.
h) Gerakan Enam Belas
Gambar 16. Gerakan Enam Belas
Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti membuat lingkaran di udara. Lakukan gerakan dengan kedua kaki kanan dan kiri secara bergantian. Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali.
(52)
35
3) Gerakan Pendinginan (Cooling Down) a) Gerakan Tujuh Belas
Gambar 17. Gerakan Tujuh Belas
Rentangkan kedua tangan sejajar dengan bahu. Kemudian gerakan badan kearah kanan dan lanjutkan ke kiri dengan posisi tangan tetap sejajar dengan bahu. Ulangi gerakan diatas dengan hitungan 2x8.
(53)
b) Gerakan Delapan Belas
Gambar 18. Gerakan Delapan Belas
Rentangkan tangan seperti pada gambar. Kemudian arahkan keatas hingga posisi sumbu 90°. Selanjutnya, temukan kedua telapak tangan seperti akan menepuk. Dan dilanjutkan dengan menurunkan hingga sejajar dengan dada. Ulangi gerakan diatas dengan hitungan 2x8.
(54)
37
B. Kerangka Teori
Keterangan:
: diteliti : tidak diteliti
Genetik
Resistensi insulin
Lingkungan Usia
Empat pilar penatalaksanaan
DM
Edukasi Gizi Aktivitas Fisik
Obat
Senam ADUHAI Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi
Penyakit Jantung
Makrovaskular Mikrovaskular Dislipidemia:
-Trigliserida Tinggi -LDL Tinggi -HDL Rendah - Kolesterol Total Tinggi Faktor
pengganggu: - Gaya hidup - Pola makan - Lingkungan - Obat
(55)
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
H0: Tidak terdapat penurunan kadar Kolesterol Total pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di kelompok Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 antara sebelum dan sesudah senam ADUHAI.
H1: Terdapat penurunan kadar Kolesterol Total pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di kelompok Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 antara sebelum dan sesudah senam ADUHAI.
Diabetes Melitus Tipe 2
Senam ADUHAI
Kolesterol Total sebelum senam ADUHAI (pre-)
Kolesterol Total sesudah senam ADUHAI (post-)
(56)
39 BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one group pre-test and post-test design untuk mengetahui efektivitas senam ADUHAI terhadap kadar Kolesterol Totalpada penderita Diabetes Melitus tipe 2.
Desain ini dikatakan sebagai pra-eksperimental karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh akibat masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Rancangan ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan yang ada dalam penelitian (Sugiyono, 2010). Rancangan one group pre-post test design adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek (manusia, binatang, percobaan, data laboratorium, dan lain-lain) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan (Riyanto, 2011). Populasi terbagi menjadi dua macam, yaitu populasi target dan populasi terjangkau (Riyanto, 2011).
(57)
a. Populasi target : Penderita Diabete Melitus tipe 2 b. Populasi terjangkau : Anggota Persatuan Diabetes
Indonesia (PERSADIA) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau representif populasi (Riyanto, 2011). Teknik sampling yang digunakan adalah teknik Non-Random Sampling
(sampel tidak acak), yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi dimana setiap anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel, karena didasarkan pada aspek kepraktisan. Jenis teknik non-random sampling yang digunakan adalah accidental sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil subyek yang kebetulan ada atau tersedia (Riyanto, 2011).
Sampel penelitian ini adalah anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi dan eksklusi sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Kriteria inklusi
a) Penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani informed consent.
(58)
41
b) Berusia 40 hingga 85 tahun pada saat penelitian dilaksanakan.
2) Kriteria eksklusi
Subyek tidak diikutsertakan dalam penelitian apabila: a) Sedang hamil
b) Terdapat disabilitas fisik c) Afasia
d) Penurunan kesadaran
e) Memiliki penyakit penyerta sebelum maupun selama penelitian
f) Mengkonsumsi alkohol sebelum maupun selama penelitian
g) Memiliki kadar glukosa darah ≥250 mg/dL saat
screening
b. Besar sampel
Rumus besar sampel yang diperlukan adalah:
[( ) ]
Keterangan: n = besar sampel
Zα = deviat baku alfa
Zβ = deviat baku beta
S = Simpang baku gabungan
X1-X2 = beda minimal yang dianggap bermakna (Sopiyudin, 2013)
(59)
Diketahui: Zα = 1,96
Zβ = 1,28
S = 68,32
X1-X2 = 38,57
[ ] [ ]
[ ] [ ]
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1. 2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dimulai bulan April – Oktober 2016. D. Variabel Penelitian
1) Variabel Bebas : senam ADUHAI
2) Variabel Terikat : kadar Kolesterol Total sebelum (pre-) dan sesudah (post-) senam ADUHAI pada penderita Diabetes Melitus tipe 2
3) Variabel Pengganggu : gaya hidup, pola makan, lingkungan, dan obat
(60)
43
E. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Skala
Pengukuran 1. Variabel
bebas: Senam ADUHAI
Senam modifikasi yang terdiri dari gerakan-gerakan modifikasi senam kaki diabetik dan mencakup tiga tahapan yakni pemanasan (warming up), inti (conditioning) dan pendinginan (cooling down) dilakukan dengan posisi duduk tanpa bersandar dengan durasi 7 menit 54 detik. Dilaksanakan dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu selama empat minggu.
-
2. Variabel terikat: Kolesterol Total
-sebelum (pre-) -sesudah (post-)
Konsentrasi Kolesterol Total dalam plasma darah yang diukur dalam satuan mg/dl dan diambil dari sampel darah vena yang dilakukan menggunakan Automatic Analyzer dengan kadar normal: < 200mg/dl
diperiksa sebelum dilakukan senam ADUHAI dan
diperiksa sesudah dilakukan senam ADUHAI.
Rasio
F. Alat dan Bahan Penelitian Alat:
1. Spuit 2. Kapas steril 3. Handscoen 4. Masker 5. Tourniquet
(61)
7. Antikoagulan
8. Alat automatic analyzer
9. Form data diri
10.Informed consent untuk bukti kesediaan menjadi subyek penelitian. G. Jalannya Penelitian
Subyek penelitian diambil dari penderita DMa tipe 2 yang rutin mengikuti senam mingguan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Unit 1.
Anamnesis dan persetujuan informed consent.
Pengukuran kadar Kolesterol Total darah pada pertemuan pertama sebelum dilaksanakan senam ADUHAI (Kadar Kolesterol Total pre-).
Melakukan senam ADUHAI sesuai dengan prosedur selama 4 minggu
Pengukuran kadar Kolesterol Total pada pertemuan terakhir setelah dilaksanakan senam ADUHAI (Kadar Kolesterol Total post-).
Pengecekan kadar glukosa darah sewaktu untuk screening.
Melakukan survey populasi dan sampel di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1
(62)
45
H. Tahap Penelitian Tahap
Penelitian
Bulan Penelitian (Tahun 2016)
April Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des Persiapan
Penyusunan proposal
x x x
Perizinan x x x x x x x x
Pelaksanaan x x x x x x x x x Penyelesaian
Pengolahan data x x x
Penyajian data x x x
I. Uji Validitas dan Reliabilitas
Keaslian (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) pada penelitian ini ditentukan oleh ketepatan alat ukur dan ketepatan cara perhitungan atau pengukuran. Uji validitas dilakukan dengan menera semua alat yang digunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini pemeriksaan kadar Kolesterol Total menggunakan alat automatic analyser yang telah dilakukan kontrol harian dan dikalibrasi.
J. Analisis Data
Data diolah dan diproses menggunakan SPSS versi 16.0. Hasil yang didapatkan dari subyek penelitian selanjutnya akan diuji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk. Jika distribusi data normal maka pengambilan keputusan dilakukan dengan Paired sample T test dengan
p<0.05 menunjukkan nilai signifikan bermakna secara statistik. Jika distribusi data tidak normal maka pengambilan keputusan dilakukan dengan Wilcoxon test dengan p<0.05 menunjukkan nilai signifikan bermakna secara statistik
(63)
K. Etika Penelitian 1. Ethical Clearance
Penelitian ini dilaksanakan setelah memperoleh surat kelayakan etik penelitian dari Komite Etik Penelitian Biomedis pada Manusia Faktultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Informed Consent
Informed consent adalah proses pemberian informasi oleh peneliti kepada subjek penelitian yang meliputi hak dan kewajiban subjek dan kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian (Karinda, 2013). Setiap responden yang mengikuti penelitian ini diberikan lembar persetujuan dengan tujuan agar responden dapat mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta hak dan kewajiban yang didapatkan sebagai dampaknya. Jika responden bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya.
3. Confidentally
Peneliti tidak dibernarkan untuk menyampaikan informasi responden kepada orang lain (Notoa\tmodjo, 2005). Data dan informasi yang didapatkan hanya dilaporkan dalam laporan hasil penelitian tanpa menyertakan nama responden secara jelas untuk identitas dan diganti dengan pemberian kode. Data dan hasil sebenarnya yang diperoleh peneliti hanya diketahui oleh peneliti.
(64)
47
4. Benefit
Suatu penelitian yang dilakukan harus memiliki manfaat maksimal terutama bagis responden, dan peneliti hendaknya meminimalisasi dampak negatif bagi responden (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini peneliti berupaya melakukan tindakan sesuai dengan prosedur standar agar tidak membahayakan responden.
5. Justice
Seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini diperlakukan secara adil dan diberikan hak dan kewajiban yang sama, tidak terdapat perbedaan prioritas pada setiap responden.
(65)
48 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Deskripsi Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sampel sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi pasien Diabetes Melitus tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta. Sampel penelitian ini diambil dari peserta kelompok senam Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) di RS PKU Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta dari bulan April- September 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas senam ADUHAI terhadap kadar Kolesterol Total Darah pada penderita DM tipe 2.
Tabel 2. Deskripsi pasien diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-Laki 6 35%
2 Perempuan 11 65%
Jumlah 17 100%
Diabetes melitus tipe 2 merupakan gangguan metabolik akibat dari insensitivitas sel terhadap insulin (resistensi insulin) serta defisiensi insulin relatif yang menyebabkan hiperglikemia dengan angka 90-95% dari seluruh kasus diabetes (American Diabetes Association, 2014).
(66)
49
Pada Tabel 3 terlihat bahwa subjek penderita DM tipe 2 pada penelitian dengan jenis kelamin perempuan merupakan proporsi sampel paling tinggi, yaitu sebanyak 65% dari seluruh sampel penelitian. Adapun proporsi sampel dengan jenis kelamin laki- laki adalah sebanyak 35%.
Data tersebut sesuai dengan penelitian Indriyani (2007) yang menyatakan bahwa diabetes melitus pada usia 40 – 70 tahun lebih banyak terjadi pada perempuan, Sedangkan pada laki-laki lebih banyak terjadi pada usia yang lebih muda. Hal ini dipicu oleh fluktuasi hormonal saat sindroma siklus bulanan (pre-menstrual syndrome) dan pasca-menopause pada perempuan yang membuat distribusi lemak menjadi mudah terakumulasi dalam tubuh sehingga indeks massa tubuh (IMT) meningkat dengan persentase lemak lebih tinggi yakni berkisar 20-25% dari berat badan total dan kadar LDL yang tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang umumnya memiliki jumlah lemak berkisar 15-20% dari berat badan total (Karinda, 2013) (Irawan D. , 2010) dalam (Trisnawati, 2013) (Jelantik, 2014). Kondisi ini mengakibatkan penurunan sensitifitas terhadap kerja insulin pada otot dan hati (Indriyani, 2007) (Fatimah, 2015). Akibatnya perempuan memiliki faktor risiko terjadinya DM 3-7 kali lebih tinggi (Karinda, 2013).
(67)
2. Deskripsi Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Umur Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sampel sebanyak 17 orang, menurut WHO (2002) sebagian besar negara maju mendefinisikan lansia sebagai seseorang dengan umur ≥ 65 tahun. Tabel 3. Deskripsi pasien diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan umur
No Umur Jumlah Persentase
1 Lansia (≥ 65 tahun) 4 24%
2 Tidak Lansia (45 –64 tahun) 13 76%
Jumlah 17 100%
Pada Tabel 4 terlihat bahwa subjek pada penelitian yang termasuk tidak lansia merupakan proporsi sampel paling tinggi, yaitu sebanyak 76% dari seluruh sampel penelitian. Data tersebut sesuai dengan laporan oleh IDF di wilayah Western Pacific dimana Indonesia masuk didalamnya, kelompok usia 40-59 tahun merupakan kelompok paling banyak menderita DM tipe 2 (IDF, 2015). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (2013) turut menyatakan bahwa prevalensi diabetes melitus meningkat sesuai dengan bertambahnya usia namun mulai usia
≥ 65 tahun cenderung menurun (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Menurut Irawan (2010) semakin tua usia seseorang maka makin tinggi risiko untuk menderita DM tipe 2. Seseorang yang berusia 26-35 tahun berisiko 2,32 kali, usia 36-45 tahun berisiko 6,88 kali, dan usia lebih dari 45 tahun berisiko 14,99 kali bila dibandingkan dengan kelompok usia 15-25 tahun (Irawan D. , 2010). Hal tersebut dikarenakan semakin lama usia suatu organ tubuh bekerja maka semakin menumpuk pula sisa-sisa metabolit yang tidak diperlukan tubuh, dalam hal ini lemak
(68)
51
yang menyertai aktivitas organ tersebut sehingga kadar lemak dapat mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan usia (Karinda, 2013). Pada seseorang yang berusia setelah 40 tahun mulai terjadi proses aging yang bermakna dengan penurunan kondisi fisiologis yang
menurun dengan cepat sehingga kemampuan sel β pankreas berkurang
dalam memproduksi insulin (Karinda, 2013) (Sujaya, 2009) dalam (Trisnawati, 2013). Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35% yang berhubungan dengan peningkatan kadar lemak dalam sel-sel otot tersebut sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013).
(69)
3. Efektivitas Senam ADUHAI Terhadap Kolesterol Total Darah Pasien Diabetes Melitus tipe 2
Tabel 4. Hasil kolesterol total darah sebelum dan setelah senam ADUHAI Kode
Responden
Kadar Kolesterol Total Sebelum (mg/dL) Sesudah (mg/dL)
1
200 159 -41
2
254 209 -45
3
284 233 -51
4
175 166 -9
5
182 187 5
6
279 270 -9
7
153 210 -57
8
304 190 -114
9
311 169 -142
10
198 210 12
11
329 246 -83
12
233 211 -22
13
192 160 -32
14
271 250 -21
15
224 205 -19
16 283 244 -39
17
(70)
53
Tabel 5. Deskripsi hasil kolesterol total darah sebelum dan setelah senam ADUHAI
Indikator Sebelum
(mg/dL)
Sesudah (mg/dL)
Mean 238.29 204.55 33.73
Maksimum 329 270 59
Minimum 153 159 -6
Berdasarkan tabel 5 dan 6 dari 17 orang sampel diperoleh rata- rata penurunan kadar kolesterol total sebesar 33.73 mg/dl. Penurunan maksimal sebesar 59 mg/dl sedangkan kenaikan maksimal sebesar 6 mg/dl.
Berdasarkan hasil analisis normalitas data sebelum dan sesudah dengan menggunakan Saphiro- Wilk diperoleh hasil p=0,3 (normal) untuk kadar kolesterol total sebelum melakukan senam ADUHAI dan p=0,4 (normal) untuk kadar kolesterol total setelah melakukan senam ADUHAI, sehingga dapat disimpulkan bahwa distibusi data normal. Dikarenakan distribusi data yang normal, data yang diperoleh dapat diuji dengan uji Paired sample T Test diperoleh angka signifikansi p=0,01 (signifikan), hal ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan yang signifikan pada kolesterol toral darah penderita diabetes melitus tipe 2 setelah mengikuti senam ADUHAI.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
berjudul “Pengaruh Senam Sehat Diabetes Mellitus Terhadap Profil
Lipid Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
(71)
total setelah melaksanakan senam sehat diabetes (Ririn Ari Karinda, 2013).
Senam Atasi Diabetes Untuk Hidup Sehat dan Ideal (ADUHAI) merupakan senam aerobik yang terdiri dari gerakan-gerakan modifikasi senam kaki diabetik dan mencakup tiga tahapan yakni pemanasan (warming up), inti (conditioning) dan pendinginan (cooling down). Dimana senam ADUHAI dilakukan dengan posisi duduk tegak tanpa bersandar, hal ini bertujuan untuk mempermudah latihan jasmani. Senam ADUHAI berdurasi 7 menit 54 detik dan dilakukan tiga kali dalam satu minggu selama empat minggu. Hanya saja, pada responden penelitian masih banyak yang melakukan senam ADUHAI hanya satu higga dua kali dalam satu minggu.
Menurut Bruce et al (2004) dalam Rashidlamir et al (2010) Senam yang dilakukan menggunakan sistem aerobik meningkatkan kapasitas oksidatif otot rangka melalui peningkatan penggunaan asam lemak plasma dan peningkatan protein pembawa asam lemak. Senam meningkatkan volume mitokondria dan selanjutnya juga meningkatkan kerja lipoprotein lipase yang bertanggung jawab dalam katabolisme lemak selama aktivit\as olahraga (Bruce, et al., 2004 dalam Rasidlamir
et al., 2010).
Menurut Nilawati dan Krisnatuti (2008) berolahraga secara teratur akan meningkatkan aktivitas berbagai enzim yang bertanggung jawab terhadap oksidasi lemak sehingga lebih banyak lemak yang digunakan
(1)
Diskusi
Tabel 1. Menunjukkan bahwa subjek penderita DM tipe 2 pada lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Data tersebut sesuai dengan penelitian Indriyani (2007) yang menyatakan bahwa diabetes melitus pada usia 40 – 70 tahun lebih banyak terjadi pada perempuan, Sedangkan pada laki-laki lebih banyak terjadi pada usia yang lebih muda6. Hal ini dipicu oleh fluktuasi hormonal saat sindroma siklus bulanan (pre-menstrual syndrome) dan pasca-menopause pada perempuan yang membuat distribusi lemak menjadi mudah terakumulasi dalam tubuh sehingga indeks massa tubuh (IMT) meningkat dengan persentase lemak lebih tinggi yakni berkisar 20-25% dari berat badan total dan kadar LDL yang tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang umumnya memiliki jumlah lemak berkisar 15-20% dari berat badan total6, 7, 8, 9. Kondisi ini mengakibatkan penurunan sensitifitas terhadap kerja insulin pada otot dan hati5,
10
. Akibatnya perempuan memiliki faktor risiko terjadinya DM 3-7 kali lebih tinggi6.
Berdasarkan Tabel 2. terlihat bahwa kelompok usia 45-64 tahun lebih rentan menderita DM-2 dibandingkan kelompok usia ≥65 tahun. Hal tersebut sesuai dengan laporan oleh IDF di Indonesia, kelompok usia 40-59 tahun merupakan kelompok paling banyak menderita DM-21. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (2013) turut menyatakan bahwa prevalensi diabetes melitus meningkat sesuai dengan bertambahnya usia namun mulai usia ≥ 65 tahun cenderung menurun11. Menurut Irawan (2010) semakin tua usia seseorang maka makin tinggi risiko untuk menderita DM tipe 27. Hal tersebut karena semakin lama usia suatu organ tubuh bekerja maka semakin menumpuk pula sisa-sisa metabolit yang tidak diperlukan tubuh, dalam hal ini lemak yang menyertai aktivitas organ tersebut sehingga kadar lemak dapat mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan usia6. Pada
(2)
seseorang yang berusia setelah 40 tahun mulai terjadi proses penuaan yang bermakna dengan penurunan kondisi fisiologis yang menurun dengan cepat sehingga kemampuan sel β pankreas berkurang dalam memproduksi insulin6, 8, 12
. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35% yang berhubungan dengan peningkatan kadar lemak dalam sel-sel otot tersebut sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin9.
Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk karena sampel berjumlah 17 (<50 sampel) dengan data dikatakan bersidtribusi normal bila p <0,05. Hasil uji normalitas pada variabel kadar kolesterol total sebelum senam ADUHAI didapatkan angka p= 0,3 (distribusi data normal) dan untuk variabel kadar kolesterol total sesudah senam ADUHAI p= 0,4 (distribusi data normal).
Dikarenakan distribusi data yang normal, data yang diperoleh dapat diuji
dengan uji Paired sample T Test diperoleh angka signifikansi p=0,01 (signifikan), hal ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan yang signifikan pada kolesterol toral darah penderita diabetes melitus tipe 2 setelah mengikuti senam ADUHAI.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang berjudul “Pengaruh Senam Sehat Diabetes Mellitus Terhadap Profil Lipid Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember” tentang adanya penurunan kadar kolesterol total setelah melaksanakan senam sehat diabetes6
Menurut Bruce et al (2004) dalam Rashidlamir et al (2010) Senam yang dilakukan menggunakan sistem aerobik meningkatkan kapasitas oksidatif otot rangka melalui peningkatan penggunaan asam lemak plasma dan peningkatan protein pembawa asam lemak. Senam meningkatkan volume mitokondria dan selanjutnya juga meningkatkan kerja lipoprotein lipase yang bertanggung jawab
(3)
dalam katabolisme lemak selama aktivitas olahraga13.
Menurut Nilawati dan Krisnatuti (2008) berolahraga secara teratur akan meningkatkan aktivitas berbagai enzim yang bertanggung jawab terhadap oksidasi lemak sehingga lebih banyak lemak yang digunakan sebagai sumber energi (pembakaran lemak dan kolesterol). Senam secara rutin akan menggunakan energi yang didapat dari cadangan karbohidrat dan lemak tubuh sehingga jumlah lemak bebas di dalam tubuh akan berkurang14.
Saat latihan jasmani terjadi peningkatan aliran darah, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan menjadi lebih aktif (non insulin dependent)15.
Peningkatan kepekaan terhadap insulin menghambat pengaktifan hormone sensitive lipase di jaringan adiposa yang bertugas mengatalisis pemecahan
simpanan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak sehingga tidak terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas dalam plasma16. Insulin menghambat kerja hormone sensitive lipase yang menyebabkan pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa ke dalam sirkulasi darah akan terhambat17.
Proses penurunan Kadar Kolesterol Total disebabkan karena olahraga berpengaruh dalam perubahan profil lipid di dalam darah. Semakin sering olahraga dilakukan maka kolesterol akan turun dan akan menurunkan resiko komplikasi lainnya18.
Adapun pada hasil penelitian terdapat sejumlah tiga responden yang didapatkan mengalami kenaikan kadar kolesterol total pada pengambilan sample post. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh faktor lain yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Seperti gaya hidup, pola makan, lingkungan, dan penggunaan obat para penderita sehingga faktor- faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil.
(4)
Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki di kelompok PERSADIA RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 (65%:35%)
2. Jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 usia 45-64 tahun lebih banyak daripada usia ≥ 65 tahun di
kelompok PERSADIA RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 (76%:24%)
3. Terdapat penurunan kadar kolesterol total darah pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Kelompok Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 antara sebelum dan sesudah senam ADUHAI yang dibuktikan dengan nilai p=0,01 (signifikan).
Saran
Dari penelitian diatas, disarankan penelitian lebih lanjut untuk melakukan penelitian tanpa variabel pengganggu seperti gaya hidup, pola makan, lingkungan, dan penggunaan obat. Serta perlu perlu dilakukan Follow up yang lebih baik dan juga perpanjangan waktu & durasi pelaksanaan senam.
(5)
Daftar Pustaka
1. International Federation Diabetes. (2015). Diakses 26 September 2015, dari http://www.idf.org/about-diabetes
2. World Health Organization. (2015). Diakses 26 September 2015, dari http://www.who.int/mediacentre/f actsheets/fs312/en/
3. PERKENI. (2011). Konsesus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta. PB PERKENI
4. Colberg, S., Sigal. R, Fernhall. B, Regensteiner. J, Blissmer. B, Rubin. R, Chasan-Taber. L, Albright. A, & Braun. B. (2010). Exercise and Type 2 Diabetes. Diabetes Care e147-e167. 5. Indriyani, P. S. H. S. A., (2007).
Pengaruh Latihan Fisik; Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Dm Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga. Media Ners, 1(2), pp. 49-99.
6. Karinda, R. A. (2013). Pengaruh senam sehat diabetes mellitus terhadap profil lipid klien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas patrang kabupaten jember. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember, Jember.
7. Irawan, D., (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007), Jakarta: Thesis Universitas Indonesia
8. Trisnawati, S. K. S. S., (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 5, pp. 6-11.
9. Jelantik, I. G., (2014). Hubungan faktor risiko umur, jenis kelamin, kegemukan dan hipertensi dengan kejadian diabetes mellitus tipe II di
(6)
wilayah kerja puskesmas mataran. Media Bina Ilmiah, Issue 39-44.
10.Fatimah, R. N., (2015). Diabetes melitus tipe 2. J Majority, 4, 93-101. 11.Riset Kesehatan Dasar, (2013).
Laporan Nasional., s.l.: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI.
12.Sujaya, I. N., (2009). Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husadar, 6(1), pp. 75-81.
13.Rashidlamir, A. e. (2012, November 28). The Effect of 4 Weeks Aerobic Training According with the Ussage of Anethum Graveolens on Blood Sugar and Lipoproteins Profile of Diabetic Woman. pp. 4313-4319.
14.Nilawati S, & Krisnatuti D. (2008). Care yourself, Kolesterol. Depok: Penebar Plus.
15.Sudoyo et al. (2007). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Internal
Publishing.
16.Ganong, William, F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.
17.Guyton, A. C. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th ed.). Jakarta: EGC.
18.Okura, T., Nakata, Y., & Tanaka, K. (2003). Effect of Excercise Intensity on Physical Fitness and Risko Factor For
Cardiovascular Disease. Obesity