Model Bisnis di Industri Penerbitan
2.2.3 Model Bisnis di Industri Penerbitan
Secara umum, ada dua pendekatan yang dilakukan para aktor bisnis dalam industri penerbitan. Aktor-aktor bisnis konvensional cenderung menitikberatkan pada penghasilan dan penjualan buku baik cetak maupun daring. Sementara aktor-aktor bisnis yang lebih muda, pada umumnya komikus, lebih berfokus pada pengembangan konten HKI. Secara lebih rinci, perbedaan keduanya adalah sebagai berikut:
A. model bisnis Penerbitan Penghasil buku Model bisnis penerbitan cetak mengacu pada bisnis penerbitan yang memiliki tujuan untuk menciptakan dan mencetak konten berwujud buku maupun media berkala yang diterbitkan secara cetak maupun daring. Model bisnis ini meliputi semua rantai nilai, mulai dari proses ide, kreasi, produksi, distribusi dan penjualan. Monetisasi bisnis penerbitan cetak di Indonesia pada umumnya dibagi sebagai berikut:
• Penulis: 10% dari harga buku • Produksi: 20% dari harga buku • Penerbit: 15-20% dari harga buku • Distributor: 50-55% dari harga buku
Dari sini, dapat dilihat bahwa distributor mendapatkan porsi paling besar dari keuntungan penjualan buku. Hal ini menyebabkan minimnya alokasi dana untuk agen naskah dan berbagai keperluan penerbit seperti pemasaran dan sejenisnya. Pembagian ini terjadi karena kondisi monopolistik yang membuat distributor memiliki daya tawar yang amat tinggi sebagaimana akan kita bahas pada bab selanjutnya.
b. model bisnis Pengembang Konten terkait Hak Kekayaan Intelektual Model bisnis pengembang konten sangat erat kaitannya dengan pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau lebih tepatnya Hak Cipta sebuah karya kreatif penerbitan. Dalam proses pengelolaan HKI di Indonesia, penerbit sering menyalahartikan perannya dengan memfokuskan pada pemenuhan kuota penjualan judul-judul baru,bukan kepada pengelolaan HKI. Di negara- negara maju, HKI menjadi dasar pengelolaan hasil karya untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi karya-karya turunan. Hal inilah yang menjadikan model bisnis pengembang konten penerbitan muncul dan berkembang.
Model bisnis pengembang konten HKI adalah model bisnis yang memiliki tujuan untuk menciptakan konten yang dialihmediakan atau dalam bentuk karakter.Model bisnis ini sangat berkembang dewasa ini seiring perkembangan teknologi. Pada umumnya, cerita akan melahirkan
50 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019 50 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Dalam bisnis pengembangan konten, media cetak bukan menjadi tujuan utama produksi.Prioritas utama lebih kepada penyebarluasan konten menggunakan media daring dan multimedia lainnya. Bisnis ini sangat diminati oleh komikus-komikus maupun penulis muda. Karena inti dari bisnis ini lebih kepada pengembangan konten, model bisnis ini tidak terlalu dibatasi pengeluaran sumber daya (manusia dan mesin) seperti bisnis penerbitan cetak.
Gambar 2 - 7 Usaha, Pengembangan, dan Derivatif Penerbitan
Sumber: IKAPI (2014)
bAb 2: Ekosistem dan Ruang lingkup Industri Penerbitan Indonesia 51
52 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019
BAB 3
Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia
bAb 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia 53
Dalam perkembangannya, industri penerbitan selalu berubah mengikuti tantangan yang ada di lingkungannya. Permasalahan utama yang terjadi adalah bagaimana industri ini dapat tumbuh menjadi besar. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, jumlah penerbitan buku di Indonesia berada di peringkat 18, masih jauh di bandingkan dengan Amerika Serikat yang berada pada peringkat pertama dengan 292.014 buku per tahun. Berdasarkan data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,jumlah penerbit yang ada di Indonesia masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara seperti Jepang, Korea ataupun India. Hal ini berpengaruh terhadap jumlah produksi buku di Indonesia yang juga masih rendah, tidak sampai 18.000 judul buku per tahun, dibandingkan dengan Jepang yang mencapai 40.000 buku pertahun, atau India pada 60.000 dan Cina pada 140.000 (Kompas, 2012).
Tabel 3 - 1 Produktivitas Penerbitan Buku Negara Asia/tahun
NEGARA PRODUKSI BUKU
Cina 140.000/tahun India
60.000/tahun Jepang
40.000/tahun Vietnam
15.000/tahun Indonesia
18.000/tahun Sumber: IKAPI, 2012
Pertumbuhan industri penerbitan berkaitan dengan pengembangan teknologi pendukungnya. Kemajuan teknologi memiliki peran positif dan negatif dalam meningkatkan pertumbuhan industri penerbitan di dalam negeri.Pengaruh positifnya terutama berkaitan dengan penerbitan buku digital, seperti eBook store.Saat ini ada eBook store yang cukup aktif, yaitu Scoop (di bawah manajemen Gramedia), Gramediana (milik Gramedia), Lumos (milik Mizan) dan Wayang Force (milik Megindo).Tetapi, sayangnya, mesin percetakan berteknologi tinggi dan penjualan buku digital hanya dimiliki oleh perusahaan penerbitan dan percetakan besar, sehingga perusahaan penerbitan kecil menjadi terbatas geraknya dan kurang dapat berkembang.
Di Indonesia sendiri, masih banyak penerbit yang menggunakan cara konvensional untuk melakukan pencetakan. Hal ini membuktikan bahwa semakin majunya teknologi dan pendidikan tidak lantas otomatis membuat industri penerbitan tumbuh.