Kebijakan Pengembangan Penerbitan

3.2 Kebijakan Pengembangan Penerbitan

Tabel 3-3 berikut merupakan analisis evaluatif terhadap kebijakan yang terkait dengan Penerbitan, baik dari sisi Penerbitan dan Percetakan sebagai industri maupun dari sisi pendidikan yang terkait dengan dunia penerbitan.

Tabel 3 - 3 Pemetaan kebijakan

KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG, PERATURAN, DAN

KEBIJAKAN YANG BERLAKU

ANALISIS

Keterbukaan • UU 40/1999 tentang pers Informasi

• UU 32/2002 tentang penyiaran • UU No 14/2008 tentang keterbukaan

informasi publik Hak Cipta(LIPI,

• UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Pendaftaran hak cipta atas suatu 2004)

Hak Cipta produk masih memakan waktu terlalu lama.

Kebijakan • Peraturan Menteri Pendidikan Kebijakan plagiarisme yang ada Plagiarisme

Nasional Nomor 17 Tahun belum mengatur secara spesifik 2010 tentang Pencegahan dan

mengenai plagiarisme karya kreatif Penanggulangan Plagiarisme di

penerbitan Perguruan Tinggi

Klasifikasi Baku • Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Klasifikasi dari KBLI ini masih Lapangan Usaha

Indonesia tahun 2009 terlalu besar berikaitan dengan Indonesia (KBLI)

• Klasifikasi Baku Lapangan Usaha subsektor Kebanyakan klasifikasi Indonesia Bidang Ekonomi Kreatif

dalam KBLI masihtumpang tindih dengan subsektor lainnya, seperti musik, video, IT, dll. Oleh karena itu diperlukan pengklasifikasian KBLI khusus penerbitan dan percetakan yang lebih mendetil.

Regulasi Terkait Penerbitan Industri penerbitan di Indonesia telah mengalami pasang surut. Perubahan dinamika dalam kebijakan pendidikan dan perkembangan informasi dan teknologi sangat berpengaruh dalam keberlangsungan subsektor ini. Upaya pemerintah sampai saat ini dinilai kurang terfokus untuk membangun industri penerbitan. Terutama, diperlukan pengkajian lebih mendalam mengenai kebijakan-kebijakan sebagai berikut:

1. Kebijakan Plagiarisme. Pembajakan tumbuh subur di Indonesia, melihat dari banyaknya karya tulis mahasiswa yang menjiplak karya orang lain serta banyaknya buku-buku bajakan yang dijual di kaki lima. Oleh karena peran kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam memberantas pembajakan sangat diperlukan untuk keberlangsungan industri ini.

2. Kebijakan Jalur Distribusi Alternatif. Struktur distribusi yang kurang efisien menyebabkan buku-buku yang dijual di daerah pelosok menjadi lebih mahal dibandingkan dengan kota- kota besar di pulau Jawa, berbanding terbalik dengan struktur daya beli masyarakatnya. Hal ini menyebabkan minat beli masyarakat daerah pun menjadi kecil. Oleh karena itu diperlukan kebijakan mengenai distribusi industri perbukuan sehingga produk buku dapat dikonsumsi secara nasional dengan harga yang lebih adil dan sesuai dengan daya beli masyarakatnya.

BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia 63

Menurut data IKAPI, pada tahun 2013 terdapat 1.219 penerbit yang terdaftar sebagai anggotanya. Di antara penerbit itu, 800 tercatat sebagai penerbit aktif.Keseluruhan penerbit adalah penerbit swasta, dan hanya satu penerbit yang tercatat sebagai badan usaha milik negara (BUMN) yaitu Balai Pustaka. Kategorisasi penerbit di Indonesia terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

• Self Publisher: Penerbit yang memfasilitasi penulis untuk menerbitkan naskahnya sendiri,

tanpa bergantung ketentuan kuota judul maupun penjualan per tahun • Small Publisher: Penerbit skala kecil dengan jumlah terbitan judul kurang dari 10 pertahun

• Medium Publisher: Penerbit skala menegah dengan jumlah terbitan judul 10-50 pertahun • Major Publisher: Penerbit skala besar dengan jumlah terbitan lebih dari 50 judul per tahun

Gambar 3 - 6 Jumlah Penerbit yang Menjadi Anggota IKAPI s/d 2013

Sumber: IKAPI (2014)

Pada umumnya, penerbit mempunyai ukuran yang relatif sama. Hal ini berarti produksi dari setiap penerbit jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan jumlah produksi yang beredar di keseluruhan pasar. Walaupun demikian, saat ini pasar masih di kuasai oleh penerbit-penerbit besar yang terpusat di kota-kota besar di Indonesia (Gambar 3-6). Persaingan monopolistik semacam ini menyebabkan penerbit-penerbit besar mempunyai daya tawar yang begitu tinggi dalam mempromosikan produk serta menetapkan harga dan struktur laba dalam penjualan produk penerbit, sehingga dirasa kurang adil bagi beberapa pihak.