Peta Ekosistem Penerbitan

2.1.2 Peta Ekosistem Penerbitan

Secara mendetil, keempat komponen ekosistem tersebut dalam praktiknya pada subsektor industri penerbitan dapat kita petakan sebagai berikut.

A. Rantai Nilai Kreatif Komponen rantai nilai kreatif (creative value chain) merupakan proses utama yang terjadi pada industri penerbitan. Pada bagian ini terjadi proses kreasi yang merupakan awal dari terciptanya output dalam industri penerbitan hingga output tersebut ditampilkan atau diserap oleh pasar. Pada umumnya, rantai proses yang terjadi adalah kreasi – produksi – distribusi – penjualan. Pada rantai proses ini, orang kreatif di setiap industri penerbitan memegang peranan penting agar seluruh proses berjalan dengan baik.

A.1 Proses Kreasi Kreasi adalah proses penggagasan ide yang diterjemahkan menjadi produk konten. Kreator adalah seseorang yang menciptakan ide atau melahirkan gagasan yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah karya kreatif. Proses kreasi menitikberatkan pada muatan konten dari hasil karya kreator. Dalam praktiknya, jenis kreator bisa bermacam-macam tergantung konten yang dihasilkan, misalnya penulis, komikus, dan jurnalis.Dalam konteks industri penerbitan, tahap kreasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk merubah ide atau gagasan maupun informasi menjadi konten sebuah karya yang baik. Hal tersebut dapat diterjemahkan dalam lingkaran aktivitas sebagai berikut:

Konseptualisasi Ide Konsep ide dan inovasi berawal dari individu/kelompok/institusi yang memiliki gagasan yang kemudian dituliskan menjadikarya atau konsep untuk dijadikan bahan tulisan ataupun karakter tokoh dalam sebuah cerita. Hal ini berkaitan dengan pengertian inovasi yaitu menciptakan atau mengembangkan perubahan dari sesuatu yang belum ada menjadi ada (Schumpeter dalam Sozio, 2011). Pencarian ide sendiri adalah sebuah proses yang terjadi di dalam diri seseorang untuk menemukan konten yang akan ditulis. Ide dapat berupa kerangka menulis, tema, ataupun potensi dan permasalahan nyata yang ingin digali.

Eksplorasi Konten Dalam industri penerbitan, pencarian sebuah gagasan atau inovasi terbaru yang tertuang dalam sebuah naskah atau draf dapat dilakukan oleh penulis, penerbit, ataupun melalui agen naskah. Ide sangat dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan dan budaya. Proses pendidikan menjadi kunci utama seseorang menemukan dan menuliskan ide mereka. Selain itu faktor lingkungan memiliki pengaruh yang kuat dalam pembuatan ide. Pada umumnya, industri memerlukan konten yang mampu menjawab kebutuhan ataupun selera pasar.Keberadaan pasar yang berubah sangat berpengaruh terhadap konten penulisan dan hal ini mendorong penerbit ataupun agen naskah melakukan riset dan pengembangan pasar untuk menemukan ide tulisan sebagai bentuk perkiraan karya apa yang akan laku dijual.

Proses kreasi dalam industri penerbitan umumnya berjalan dua arah antara penerbit dan kreator dan dikerjakan berulang-ulang sampai terjadi kesepakatan. Di negara-negara maju, agen naskah (literary agent) berperan tinggi dalam mencari karya tulis yang baik untuk dihubungkan dengan penerbit yang tepat. Literary Agentatau agen naskah berfungsi untuk menjembatani antara penulis dengan penerbit dan bertugas untuk menilai dan memberi saran pengembangan naskah,misalnya dalam hal cakupan, penyusunan isi, cara penyajian, dan penggunaan bahasa.

30 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Institusi Pendidikan

APRESIASI

Komunitas

Industri Media

Kebijakan Keterbukaan

Kebijakan

Kebijakan

Kebijakan IT

Kebijakan Bahan

Kebijakan Distribusi Berkaitan

Kebijakan Media

Informasi dan Komunikasi

Dengan Perpajakan

Informasi dan Komunikasi

Riset dan Pengembangan :

Faktor Lingkungan :

1. Pasar/Selera Konsumen

Pemantauan inflasi harga bahan baku

Networking

Industri Media

Trend/ Lifestyle

2. Kebutuhan Konsumen

Penulis Konten, Agen

Penerbit dan

Distributor, Toko

Penerbit & Event

Naskah dan Penerbit

Percetakan

Buku Agen

Organizer, Penulis

Konsumer Umum:

Konseptualisasi ide

Pra Produksi (pra-cetak)

Fisik

Promosi

Laki - Laki

Explorasi Konten

Produksi

Manajemen Venue dan

Pameran Anak-anak

Transportasi

Klub Buku

Finalisasi Draf

Pasca Produksi

Digital

Direct Selling

Kelompok Segmented

Produk Massal :

Profit Sharing

Material Promosi : banner, audio

Konsumer Ahli:

KOMERSIALISASI

visual, spanduk, banner (media

Produk Cetak Publikasi: seperti Buku,

Titip jual (retur)

cetak, media elektronik)

Pakar

Naskah / Draf siap contoh

Majalah, Buletin, surat kabar Produk Penerbitan Lainnya : Brosur, Poster,

Discount/ proyek

Pengamat

Banner, Kartu Pos, Prangko

Seminar / Bedah Buku

E - book

Terintegrasi dengan Kurikulum Pendidikan dan Budaya Nasional

PENDIDIKAN

PENGARSIPAN

Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sastra,

Pengembangan Pengetahuan dan

Budaya & Komunikasi

Kemampuan Menulis dan Editorial

Pengembangan Industri Penerbitan dan Percetakan

Creative Writing Jurnalistik

Editorial

Teknik Grafika

Penerbitan

Desain Grafis

Faktor Pendidikan

dan Budaya Kebijakan

Pendidikan Formal-Kesarjanaan

Pendidikan Nonformal

Pendidikan Formal-Diploma

Keterangan:

Rantai Nilai

Pendidikan Berkaitan dengan Penulisan Konten

Pendidikan Berkaitan

Akses Publik

Preservasi

Aktivitas / Informasi Utama

dengan Produksi

Aktivitas / Informasi pendukung

Perpustakaan Lokal dan Nasional, Institusi Pendidikan, Institusi Pendidikan, Lembaga Kebudayaan dan Asosiasi Pelaku Utama

Lembaga Pengarsipan, Museum,

Output Nurturance Environment

Pengembangan Kemampuan Menulis, Editorial dan Industrial

Penomoran ISBN, Dokumentasi Karya

Kebijakan

bAb 2: Ekosistem dan Ruang lingkup Industri Penerbitan Indonesia 31

Kehadiran agen naskah seperti halnya seorang makelar yang menguntungkan kedua belah pihak. Penulis berharap karya tulisnya dibaca oleh agen naskah lalu diberikan ke penerbit untuk dipublikasikan, sedangkan penerbit berharap agen naskah dapat mencari dan menemukan naskah yang berkualitas dan laku di pasaran. Industri penerbitan dan percetakan di Indonesia belum sepenuhnya memberikan peran agen naskah untuk berpartisipasi dalam proses kreasi.

Belum berkembangnya agen naskah membuat penulis kerap dirugikan oleh penerbit. Penandatanganan kontrak perjanjian yang diajukan kepada penulis seringkali tidak disertai kesepakatan mengenai pengembangan konten, sehingga penulis harus membayar ekstra untuk mengembangkan konten naskahnya.Hal ini berpengaruh terhadap kesejahteraan penulis serta kualitas buku yang dihasilkan di Indonesia. Di negara-negara maju, hal-hal semacam ini umumnya diawasi oleh agen naskah.

Proses pembuatan komik di Akademi Samali Sumber: www.indonesiakreatif.net

Akademi Samali adalah sebuah komunitas yang didirikan di Jakarta Indonesia pada tahun 2005 oleh Beng Rahadian, Hikmat Darmawan dan Zarki, dengan maksud menjadi tempat untuk belajar membuat komik. Kini Akademi Samali telah bergerak menjadi organisasi yang melakukan kegiatan workshop, penerbitan, dan pengarsipan perkembangan komik Indonesia. Akademi Samali kerap bekerja sama dengan lembaga-lembaga kebudayaan seperti IFI (Indo- nesia-Francais Institut), Goethe Institut Jakarta, dan Japan Foundation sebagai mitra dalam menjalankan program-program yang berkaitan dengan komik

32 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Penyuntingan Proses kreasi tidak bisa dipisahkan dari proses penyuntingan dan pengembangan karya. Proses penyuntingan merupakan kunci utama dalam mendukung proses kreasi yang akan menentukan apakah naskah tersebut layak diterbitkan.Setelah karya diterima oleh penerbit, maka akan melalui proses penilaian oleh penyunting akuisisi. Jika karya tersebut dinilai potensial, tahap selanjutnya adalah pengembangan karya itu sendiri agar dapat mencapai potensi maksimalnya.

Finalisasi Draf Dalam proses finalisasi draf,bahan penerbitan yang berupa naskah yang telah melewati proses pengembangan dan penyuntingan dipersiapkan untuk terbit dengan melibatkan peran penata letak, ilustrator, dan proofreader sehingga naskah menjadi siap terbit. Setelah itu, baru dimulai proses pencetakan atau produksi.

Dalam industri penerbitan, orang kreatif yang sering dijumpai adalah penulis konten, jurnalis, perancang tata letak, ilustrator, dan editor/penyunting, sedangkan aktor utama yang berperan dalam proses ide adalah penulis konten, penerbit, dan agen naskah. Penerbit umumnyaberperan sebagai pemrakarsa, penyokong dan pengembang ide-ide hingga menjadi produk konten. Pada praktiknya, seringkali terjadi perbedaan fokus mengenai konten.Penulis seringkalilebih memfokuskan diri terhadap pengembangan gagasan dan bakat sesuai visinya sendiri, sedangkan penerbit lebih menfokuskan pada penjualan konten.

Dalam seluruh proses ini, penerbit harus terlebih dahulu mengetahui informasi produk apa saja yang dibutuhkan oleh pasar. Untuk tujuan itu, penerbit seringkali melakukan kegiatan kreatif, seperti penelitian dan pengembangan internal, lokakarya, seminar, sayembara untuk menemukan calonpenulis, penelitian melalui pameran buku, pertemuan antar pakar bidang ilmu tertentu, dan akuisisi naskah dengan tema-tema tertentu.

Adapun berbagai peran yang terlibat dalam proses kreasi ini adalah sebagai berikut:

1. Pengarang atau Penulis sebagai Penyedia Konten

Pengarang atau penulis adalah orang yang memiliki bahan atau ide yang dituangkan dalam bentuk karya tulis. Naskah merupakan ide awal, bahan baku yang diciptakan oleh penulis (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Naskah dan karya tulis ini tidak harus sepenuhnya berupa tulisan, tetapibisa juga berupa komik maupun paduan gambar, tulisan, dan media-media lainnya.

2. Editor atau Penyunting

Penyunting bertugas untuk mempersiapkan karya untuk diterbitkan. Di dalam proses penerbitan sebuah buku, bagian penyuntingan merupakan inti dari sebuah penerbitankarena fungsinya yang utama untuk mengembangkan naskah.

3. Layouter atau Penata Letak

Penata letak bertugas untuk mengatur tulisan-tulisan dan gambar-gambar. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan.

4. Ilustrator

Ilustrator merupakan seniman yang berprofesi khusus sebagai pencipta atau penyedia gambar ilustrasi demi memperjelas maksud atau membuat tampilan karya-karya tulis yang bersangkutan menjadi menarik, misalnya dalambuku, novel, majalah, koran, iklan, dan poster.

bAb 2: Ekosistem dan Ruang lingkup Industri Penerbitan Indonesia 33

Seorang desainer grafis menciptakan karya untuk penerbit, media cetak maupun elektronik, seperti brosur dan iklan produk. Ia bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi dalam bentuk desain yang menarik.

Gambar 2 - 3 Pekerja Kreatif Industri Penerbitan

Sumber: IKAPI (2014)

Di beberapa negara maju seperti Inggris, Amerika, dan Kanada, industri penerbitan berada dalam asuhan industri kebudayaan dengan dukungan pemerintahyang sangat kuat. Di negara-negara tersebut, pengembangan industri digiatkan sebagai bagian promosi kreativitas negaranya.

Keberlangsungan proses kreasi juga tidak bisa dilepaskan oleh peran komunitas atau asosiasi. Peran aktif komunitas masyarakat dibutuhkan untukmengembangkan ekonomi kreatif dalam industri penerbitan, seperti hadirnya kelompok-kelompok diskusi kepenulisan dan komunitas buku. Komunitas-komunitas semacam ini berperan untuk membina dan melatih masyarakat peminat agar dapat berkembang melalui penyediaan pelatihan, lokakarya, akses informasi, dan sebagainya. Salah satu komunitas atau lembaga nirlaba yang aktif berperan dalam proses kreasi penerbitan di Indonesia adalah Forum Lingkar Pena (FLP).

34 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

A.2 Proses Produksi Proses produksi dalam rantai nilai kreatif penerbitan adalah proses pencetakan konten. Proses produksi ataupun reproduksi dapat dilakukan langsung oleh penerbit yang dimiliki percetakan atau bermitra dengan perusahaan percetakan lainnya. Proses tersebut pada umumnya melewati tiga tahap berikut:

1. Pracetak: Proses pracetak adalahproses pengolahandan revisi naskah. Kegiatan dalam proses ini adalah proses setting, edit huruf, tata letak, dan desain untuk dibuat draf contoh (dummy).

2. Cetak: Dalam tahap ini draf contoh yang telah disetujui dicetak menjadi produk massal menggunakan mesin pencetak sesuai jumlah yang ditetapkan masing-masing penerbit.

3. Pascacetak: Proses pascacetak adalah proses pemotongan, penyusunan, pelipatan serta pengemasan buku hingga siap diedarkan dan dijual di toko-toko buku maupun tempat- tempat penjualan lainnya.

Jenis pencetakan dalam proses produksi dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu secara konvensional dengan menggunakan plat filmatau secara digital. Secara keseluruhan, harga produksi ditentukan oleh biaya produksi, sedangkan biaya produksi bergantung pada jenis bahan mentah, seperti ukuran kertas, jenis kertas, dan kualitas tinta.Pencetakan memiliki batas minimum hargatergantung pada segmentasi produk. Pencetakan biasanya berjumlah antara 2.000-20.000 eksemplar untuk buku, sedangkan untuk surat kabar minimal 150.000 eksemplar.

Namun, pencetakan digital memungkinkan proses Print on Demand (PoD) yaitu mencetak sesuai permintaan. Pencetakan ini tentunya lebih menguntungkan bagi penerbit-penerbit kecil, walau harga produk buku satuannya akan lebih mahal dibandingkan dengan yang dicetak secara massal.

Di Indonesia, penggunaan mesin percetakan yang berteknologi tinggi hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan percetakan besar. Tidak semua perusahaan penerbitan memiliki percetakan sendiri. Perusahaan penerbit kecil terkadang harus bekerja sama dengan beberapa percetakan untuk mencetak konten yang diajukan. Selain itu, penerbit kecil cenderung hanya mampu menggunakan teknologi rendah, yang berdampak pada produktivitas yang rendah dan kualitas yang kurang. Hampir 65% mesin dan peralatan cetak di Indonesia sudah berusia lebih dari 20 tahun. Hal ini memberi pengaruh besar terhadap kinerja dan kualitas produk-produk percetakan, seperti produksi buku yang tertinggal (Print Media, 2012). Berbagai kondisi ini menciptakan keadaan monopolistik yang menguntungkan berbagai perusahaan besar, namun merugikan kondisi industri dalam jangka panjangnya. Usaha-usaha percetakan di Indonesia tergabung dalam Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI). Hampir semua percetakan yang ada di Indonesia hanya bertugas mencetak saja dan tidak memiliki izin untuk menjual hasil cetakansehingga penerbit harus juga bermitra dengan distributor untuk menyebarluaskan dan menjual produk-produknya.

Menurut data IKAPI, terdapat 1.261 daftar penerbit di Indonesia (IKAPI, 2014). Dibandingkan dengan negara-negara maju, jumlah ini masih tergolong rendah.Selain itu, dunia penerbitan masih didominasi oleh penerbit besar. Namun di sisi lain, pelaku usaha percetakanbila digabungkan dengan percetakan-percetakan kecil seperti percetakan kartu nama dan undangan, maka jumlahnya tidak kurang dari 7.000 usaha (Printmedia, 2012).

Dalam proses produksi, peran pemodal sangatlah penting. Pemodal disini adalah badan atau perseorangan yang mendukung dana untuk mewujudkan buku yang bersangkutan. Modal bisa

bAb 2: Ekosistem dan Ruang lingkup Industri Penerbitan Indonesia 35 bAb 2: Ekosistem dan Ruang lingkup Industri Penerbitan Indonesia 35

Di Indonesia, terdapat beberapa Kebijakan Pemerintah yang telah diterapkan untuk membantu pertumbuhan produktivitas industri, terutama yang berkaitan dengan proses pendidikan,antara lain:

1. Buku pelajaran dibebaskan dari PPN.

2. Buku pendidikan impor dibebaskan dari pajak impor.

3. Bantuan dana untuk penerjemahan dan kerja sama antara Indonesia dan penerbit internasional. (Sumber: IKAPI, 2014)

Di samping ketiga hal di atas, sebetulnya masih diperlukan juga pengaturan kebijakan lain untukstabilitas bahan baku, misalnya tinta dan kertas. Industri penerbitan pada proses produksi banyak menggunakan bahan baku berdasarkan kertas dan kayu sebagai produk hasil hutan sehingga eksistensi industri ini berseberangan dengan isu pengurangan emisi karbon.

Selain itu, ketidakstabilan harga bahan baku dan mentah sangat berpengaruh terhadap biaya produksi. Perkembangan industri inidibayang-bayangi oleh tingginya harga kertas dan tinta. Oleh karena itu, diperlukan alternatif bahan baku lain untuk keberlangsungan industri penerbitan dan percetakan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah memanfaatkan sarana digital secara maksimal serta pengunaan kertas daur ulang.

Komik Nusantara Ranger karya Sweta Kartika Sumber: facebook.com/swetakartika

36 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

A.3 Proses Distribusi Proses distribusi adalah proses menyebarluaskan produk setelah dicetak kepada perusahaan logistik yang bekerjasama dengan toko buku, pemasar, atau agen pengecer agar produk dapat dibeli oleh masyarakat. Setiap perusahaan penerbitan memiliki berbagai pilihan saluran distribusi yang dapat dipilih terkait dengan produk yang ingin dipasarkan. Misalnya, dalam pendistribusian buku, penerbit dapat bekerjasama dengan toko buku atau agen pengecer lain. Koran dan majalah biasanya dijual secara langsung oleh penerbit, sistem pos, mesin penjual, agen pengecer, hingga media daring. Pemasar atau pengecer adalah perorangan atau institusi yang memasarkan atau menjual produk sampai ke tangan pembaca atau konsumen.

Permasalahan kerap terjadi pada proses pengangkutan buku seperti pendistribusian yangbisa memakan waktu hingga tiga bulan untuk sampai ke daerah-daerah pelosok.Hal ini juga menyebabkan tingginya harga karena sistem logistik yang kurang efisien. Belum lagitoko buku- toko buku didaerah menaikkan harga buku yang tidak sesuai dengan perjanjian. Oleh karena itu dalam proses distribusi, peran jaringan sangat kuat. Jaringan tersebut juga dapat dilakukan melalui institusi pendidikan seperti perpustakaan ataupun komunitas pencinta buku dan instansi pemerintah yang terkait dengan produk yang ingin dijual.

Di Indonesia, terdapat 150 perusahaan distributor yang menyuplai buku ke toko-toko maupun kios buku. Beberapa penerbit besar memiliki perusahaan distribusi sendiri dan kadangkala melayani penerbit-penerbit kecil untuk menyalurkan buku mereka (IKAPI, 2014). Namun, dalam perkembangan saat inikeberadaan toko buku besar yang mendominasi pasar membuat penerbit- penerbit kecil mengalami kesulitan untuk memasukkan produknya. Dengan demikian, jaringan distribusi alternatif seperti disebut di atas menjadi amat penting untuk dibangun.

Dalam era digital saat ini, industri penyedia jasa komunikasi, terutama layanan internet, juga berperan besar dalam menyediakan sarana bagi distribusi hasil produksi industri penerbitan.Banyak industri penerbitan yang juga sudah menggunakan kehadiran media daring sendiri sebagai strategi bisnis yang terintegrasi dengan industri layanan komputer dan jasa piranti lunak baik untuk mendapatkan perangkat keras yang dibutuhkan ataupun mengembangkan solusi multimedia untuk penyedia konten digital.

Strategi bisnis yang terintegrasi tersebut sangat dibutuhkan industri penerbitan dan percetakan dalam menjawab tantangan globalwalaupun untuk pasar Indonesia penjualan konten digital belum terlalu populer di masyarakat. Menurut IKAPI, “Pertumbuhan signifikan dari pengguna internet di Indonesia menciptakan prospek penjualan buku digital di Indonesia.Beberapa penerbit besar di Indonesia telah menerbitkan buku-buku mereka dalam format buku digital atau format digital lainnya. Hal ini menunjukkan munculnya kebutuhan akan buku-buku digital di Indonesia dan juga mendorong munculnya berbagai toko buku digital. Meskipun bertumbuh, penjualan e-book masih kurang dari 2% pada pasar buku lokal” (IKAPI, 2014).

Sebagaimana telah disebutkan di atas, jalur distribusi produk industri penerbitan di Indonesia masih cenderung terpusat pada jejaring toko buku besar di mal kota-kota besar. Padahal, potensi toko buku mandiri, perpustakaan daerah, lembaga pendidikan, serta komunitas-komunitas peminat di luar kota-kota besar amat potensial untuk dikembangkan sebagai pasar-pasar baru produk penerbitan. Tentunya, untuk memaksimalkan hal ini, diperlukan kebijakan-kebijakan yang mendukung stabilitas harga bahan baku industri penerbitan, kemudahan jalur transportasi produk-produk industri penerbitan, serta pengembangan pasar berminat baca di luar kota-kota besar.

bAb 2: Ekosistem dan Ruang lingkup Industri Penerbitan Indonesia 37

A.4 Proses penjualan Dalam kegiatan pemasaran yang dilakukan penerbitan sangat kompleks dan saling berkaitan yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan dalam rantai nilai industri penerbitan, setelah melalui proses produksi maka diasumsikan produk ataupun konten kreatif sudah tersedia atau berwujud. Oleh karena itu , kegiatan yang dilakukan oleh penerbitan berfokus pada aktivitas penjualan dan promosi yang dikelola secara terintegrasi untuk mencapai tujuan perusahaan.

Penjualan Proses penjualan dalam industri penerbitan menjadi tanggung jawab penerbit maupun penulis. Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli untuk menghasilkan laba perusahaan. Dalam proses penjualan lebih menitik beratkan pada bagaimana cara menjual produk mencapai target yang ditentukan. Oleh karena itu, penerbit bertugas menyiapkan strategi penjualan yang membantu agen-agen penjual atau pengecer dalam memasarkan produknya.

Promosi Aktivitas promosi dalam penerbitan berfungsi untuk meningkatkan volume penjualan karya kreatif juga sebagai strategi untuk menjangkau konsumen sehingga terjadi pembelian produk. Dalam proses promosi lebih menekankan kepada bagaimana cara mengkomunikasikan karya kreatif kepada konsumen untuk membentuk suatu citra positif dimata para konsumen. Dalam proses promosi, karya yang akan dipromosikan telah berwujud, sehinga konsumen dapat mengetahui klasifikasi dan keunggulan dari karya yang dipromosikan tersebut. Pada umumnya penerbit mempercepat proses peningkatan volume penjualan dengan menggunakan alat promosi seperti rabat atau potongan harga ataupun mengadakan kegiatan promosi melalui program promosi penjualan (biasanya diatur oleh asosiasi), pameran dagang, iklan khusus, personal selling, dan publisitas.

Sayangnya, masih sedikit penerbit di Indonesia yang memiliki cukup modal untuk melakukan kegiatan promosi. Sehingga, pelaku yang berperan dalam kegiatan penjualan biasanya adalah agen penerbitan, percetakan, periklanan, event organizer, maupun jejaring Oleh karena itu, berbagai ajang pameran dan festival buku menjadi tumpuan bagi banyak penerbit untuk memasarkan bukunyasekaligus melakukan penjualan langsung kepada konsumen.

Aktor lainnya yang berfungsi untuk melakukan kegiatan promosi adalah komunitas dan pemerintah. Berbagai komunitas juga seringkali menjadi mitra utama penerbit. Komunitas dapat sangat membantu penjualan buku dengan mempromosikan dan menjual secara langsung produk-produk buku dari penerbit. Selain itu, peran pemerintah juga sangat dibutuhkan dengan menjadi jembatan penghubung antara penerbit dan masyarakat dalam rangka membangun budaya berkreasi. Di beberapa negara maju pelaku utama dalam kegiatan promosi penerbitan biasanya dilakukan oleh pemerintah seperti menggagas pentingnya membaca buku dan juga memberikan fasilitas dan kemudahan akses untuk kegiatan promosi. Sedangkan di Indonesia, peran pemernitah dalam kegiatan mempromosikan karya penerbitan masih sangat minim. Menurut data IKAPI, hanya beberapa kota besar yang sering melakukan pameran atau bookfair, seperti Bandung, Jakarta atau Yogyakarta, (IKAPI, 2014).

38 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Indonesia Book Fair 2010 Sumber: beatmag.com

b. lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment) Komponen lingkungan pengembangan (nurturance environment) terdiri dari dua aktivitas utama, yaitu apresiasi dan pendidikan. Komponen ini memiliki peranan penting dalam mendukung proses rantai nilai kreatif penerbitan agar dapat berjalan dengan baik.

Kegiatan apresiasi bertujuan untuk memberikan pengakuan terhadap pelaku industri dan juga memberikan pemahaman mengenai gambaran besar industri penerbitan itu sendiri. Kegiatan apresiasi umumnya dimulai melalui proses literasi yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat seputar industri penerbitan dan karya-karya kreatif yang dihasilkannya. Setelah mendapatkan pemahaman yang baik, maka diharapkan proses-proses apresiasi berikutnya akan lebih mudah untuk dilakukan. Adapun kegiatan-kegiatan lain ini dapat berupa penghargaan, pemberian insentif, serta apresiasi khalayak luas terhadap HKI (Hak Kekayaan Intelektual) orang kreatif. Dengan adanya kegiatan apresiasi yang baik, maka orang- orang kreatif penerbitan akan terdorong untuk terus berkreasi.

B.1 Apresiasi Apresiasi adalah penilaian atau penghargaan terhadap suatu karya atau produk buku. Apresiasi akan menentukan sejauh mana sebuah karya dapat diterima oleh masyarakat dan kalangan tertentu. Apresiasi juga berperan sebagai proses umpan balik dari karya yang telah dibuat oleh penggagas ide atau inovator. Dalam industri penerbitan, apresiasi bisa didapatkan melalui berbagai kegiatan, seperti konferensi, diskusi bedah buku, maupun penganugerahan.Apresiasi terhadap sebuah karya bisa dilakukan oleh kritikus independen, media, komunitas, ataupun pemerintah dan akademisi, berupa ulasan sederhana, diskusi dalam media sosial, hingga penyelenggaraan acara penghargaan. Contohnya adalah S.E.A Awards dan Khatulistiwa Literary Award.

bAb 2: Ekosistem dan Ruang lingkup Industri Penerbitan Indonesia 39

S.E.A awards Southeast Asian Writers Award atau S.E.A Awards adalah penghargaan yang diberikan setiap tahunsejak tahun 1979 untuk penyair dan penulis dari Asia Tenggara. Penghargaan ini diberikan kepada penulis dari masing-masing negara yang terdiri dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, meskipun tidak semua negara di ASEAN terwakili setiap tahun. Penghargaan ini kadang-kadang diberikan untuk pekerjaan tertentu oleh seorang penulisatau bisa juga diberikan untuk pencapaian seumur hidup. Jenis-jenis karya yang dihormati bervariasidan telah memasukkan puisi, cerita pendek, novel, drama, cerita rakyat dan karya-karya ilmiah dan religius. Penulis Indonesia yang pernah menerima penghargaan ini adalah Putu Wijaya (1980), Y.B Mangun Wijaya (1983), Sapardi Djoko Damono (1986), Arifin C.Noor (1990), W.S Rendra (1996), Seno Gumira Ajidarma (1997), N.H Dini (2003), Afrizal Malna (2010) dan Linda Christanty (2013).

Penerima S.E.A Awards 2013 di Bangkok, Thailand Sumber: mc.edu.ph

Khatulistiwa Literary Award Salah satu penghargaan yang cukup bergengsi dalam dunia sastra di Indonesia adalah Khatulistiwa Literary Award (KLA). KLA adalah suatu program penghargaan yang diberikan kepada penulis. Tujuannya adalah memberikan apresiasi atas karya seni, anugerah sastra, dan hadiah insentif senilai ratusan juta melalui sistem penjurian yang terdiri dari sastrawan, akademisi, budayawan, dan wartawan dalam sebuah komunitas. Setiap tahun KLA menyeleksi karya sastra yang terbit dalam kurun 12 bulan. Sejak tahun 2004 anugerah sastra khatulistiwa diberikan untuk kategori prosa, puisi, dan penulis muda berbakat.

40 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Tabel 2 - 1 Daftar Pemenang KLA Tahun 2002-2013

KATEGORI

TAHUN PROSA

PUISI

PENULIS MUDA BERBAKAT

2002 Kerudung Merah Kirmizi

- karya Remy silado

2003 Bibir Dalam Pispot karya

- Hamsad Rangkuti

2004 Kuda Terbang Maria Pinto

- karya linda Christanty

Puisi Indonesia Sebelum

Kemerdekaan karya sapardi

Djoko Damono

2005 Kitab Omong Kosong karya

- seno gumira Ajidarma

Kekasihku karya Joko Pinorbo

2006 Mandi Api karya gde

- Aryantha soetama

Santa Rosa karya Dorothea

Rosa Herliany

2007 Perantau karya gus tf sakai

Menjadi Penyair lagi karya Acep

Dan Hujan Pun Berhenti

karya Farida susanty 2008

Zamzam Noor

bilangan Fu karya Ayu

Cari Aku Di Canti karya Wa Utami

Jantung Lebah Ratu karya

ode Wulan Ratna 2009

Nirwan Dewanto

Lembata karya F.Rahardi

Dongeng Anjing Api karya sindu

Fortunata karya Ria

N.badaria 2010

Putra

Rahasia Selma karya linda

Buwun karya mardi luhung Christanty

Sejumlah Perkutut Buat Bapak

karya gunawan

2011 Lampuki karya Arafat Nur

Buli-buli Lima Kaki karya

Nirwan Dewanto

Perempuan yang dihapus

Namanya karya Avianti Armand

2012 Maryam karya okky

- madasari

Postkolonial dan Wisata

sejarah karya Zeffrey Alkatiri

2013 Pulang karya laila s Chuori

Museum Penghancur Dokumen

karya Afrizal malna

Di Indonesia, terdapat banyak komunitas peminat maupun akademisi yang menggeluti dunia pengulasan buku maupun kritik sastra. Sayangnya, sebagian besar komunitas dan kritikus ini seringkali dirasa kurang menghargai satu sama lain. Akibatnya, para pelaku kegiatan apresiasi industri penerbitan cenderung berjalan sendiri-sendiri dan saling mencari kesalahan yang lainnya. Tiadanya lembaga kritik yang terpercaya dan kurangnya sosialisasi akan kriteria-kriteria kritik yang baik dan sesuai akan karya-karya konten industri penerbitan menyebabkan kecenderungan ini makin tumbuh subur dan merenggangkan komunitas-komunitas peminat yang seharusnya bisa lebih diberdayakan dalam perkembangan industri penerbitan di Indonesia.

bAb 2: Ekosistem dan Ruang lingkup Industri Penerbitan Indonesia 41

Sumber: uniknya.com

Seno Gumira Ajidarma Seno Gumira Ajidarma lahir di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni1958 adalah penulis dari generasi

baru di sastra Indonesia. Beberapa buku karyanya adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja. Sampai saat ini Seno telah menghasilkan pu- luhan cerpen yang dimuat di beberapa media massa. Cerpennya Pelajaran Mengarang terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas 1993. Buku kumpulan cerpennya, antara lain: Manusia Kamar (1988), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (l994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (1996), Iblis Tidak Pernah Mati (1999), novel Matinya Seorang Penari Telanjang (2000), Nagabumi (2009), Nagabumi II (2011), Antara Tawa dan Bahagia (2012). Pada tahun 1987, Seno mendapat SEA Write Award. Berkat cerpennya Saksi Mata, Seno memperoleh Dinny O’Hearn Prize for Literary pada tahun 1997 dan menerima Khatulistiwa Literary Award pada tahun 2005.

B.2 Pendidikan Komponen yang tentunya tak kalah penting adalah pendidikan. Seperti yang kita ketahui, pendidikan merupakan salah satu alat utama dalam menciptakan orang kreatif. Pendidikan dinilai sangat penting sebagai wadah untuk mengasah kemampuan orang agar mampu menjadi orang kreatif yang berkualitas dan mampu menjalankan rantai proses kreasi dengan baik. Kegiatan pendidikan ini dapat dilakukan melalui pendidikan formal (sekolah resmi), non-formal (lembaga kursus), dan juga informal (otodidak, melalui komunitas, dsb.)

Pendidikan pada lingkungan pengembangan penerbitan di sini didefinisikan sebagai proses yang bertujuan untuk menumbuhkan motivasi, kreativitas, dan apresiasi penulis dan pembaca untuk menghasilkan pengetahuan dan karya kreatif penerbitan baru. Institusi pendidikan yang mendukung kemajuan industri penerbitan saat ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendidikan berbasis konten dan pendidikan berbasis produksi. Pendidikan berbasis konten mengutamakan teknik kreasi dan apresiasi konten itu sendiri baik dari segi sastra, jurnalistik, komik, dan sejenisnya. Sedangkan pendidikan berbasis produksi lebih mengutamakan teknik produksi karya buku, misalnya teknik-teknik percetakan, tata letak, desain, dan ilustrasi.

42 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Gambar 2 - 4 Pekerja Kreatif Industri Penerbitan

Sumber: IKAPI (2014)

Dalam proses pendidikan, kolaborasi antar berbagai aktor sangat penting untuk membangun budaya belajar yang mendukung kreasi, konsumsi, dan apresiasi terhadap produk-produk industri penerbitan. Hal ini bisa dilakukan oleh akademisi melalui penyediaan buku-buku berkualitas di perpustakaan dan program-program kerjasama yang diadakan oleh pemerintah, penerbit, akademisi, maupun komunitas dalam wujud kegiatan lokakarya, bedah buku, dan sejenisnya. Selain itu, penekanan berlebih terhadap ilmu pasti di tingkat pendidikan dasar serta kecurigaan terhadap karya fiksi sebagai pengganggu mata pelajaran seringkali menjadi penghambat bagi apresiasi karya-karya fiksipada generasi muda.

Kondisi lain yang sering dikeluhkan para peminat adalah biaya lokakarya penulisan dan sejenisnya yang cenderung mahal dan hanya terjangkau oleh kalangan-kalangan tertentu di kota-kota besar. Hal ini menyebabkan masyarakat di luar kalangan tersebut mengalami kesulitan dalam menyuarakan aspirasi kreatif mereka dalam wujud produk buku maupun konten lainnya, padahal potensi dan hasrat kreatif di daerah-daerah pelosok maupun wilayah-wilayah yang lebih tradisional tidak kalah dibandingkan mereka yang berasal dari kota-kota besar.

C. Pasar, Khalayak, dan Konsumen Komponen pasar (market) ini menggambarkan karakter dari pasar, khalayak, dan konsumen di industri penerbitan. Pasar dapat diartikan sebagai tempat, interaksi (permintaan dan penawaran) dan sekelompok anggota masyarakat yang memiliki kebutuhan/keinginan atau daya beli. Dalam industri secara umum ditemukan tipe dari komponen pasar in misalnya, konsumen dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu konsumen umum dan konsumen ahli yang keduanya memiliki perbedaan dalam cara maupun gaya menyerap karya kreatif yang dihasilkan. Berdasarkan data dari IKAPI, berdasarkan kebutuhan pasar akan buku konsumen dapat diklasifikasikan menjadi berikut:

bAb 2: Ekosistem dan Ruang lingkup Industri Penerbitan Indonesia 43

Tabel 2 - 2 Daftar Konsumen Berdasarkan Jenis Buku yang diterbitkan

KONSUMEN JENIS BUKU

sekolah

buku Pelajaran

Rumah Tangga Fiksi, Religi, Kesehatan, gaya Hidup, Referensi Perguruan Tinggi

buku Ajar, buku Teks, Referensi Profesi

buku Panduan

Kelompok Hobi atau Komunitas

buku Panduan

Pemerintah

buku Panduan, Referensi

Sumber: IKAPI, 2014

D. Pengarsipan Komponen terakhir dalam peta ekosistem penerbitan adalah pengarsipan (archiving). Tujuan dari proses pengarsipan ini adalah untuk menyediakan basis data yang dapat diakses oleh publik untuk mendapatkan informasi dan data terkait industri kreatif. Akses ini dapat digunakan oleh orang kreatif penerbitan maupun oleh masyarakat sebagai sumber inspirasi dan referensi. Arsip juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran di lembaga atau institusi pendidikan.

Proses pengarsipan pada umumnya dilakukan melalui tahapan pengumpulan – restorasi – penyimpanan – preservasi. Proses restorasi hanya dilakukan apabila dokumen atau hal yang perlu diarsipkan tersebut sudah mengalami kerusakan atau ketidaksesuaian sehingga perlu dilakukan proses perbaikan tanpa merubah nilai atau makna aslinya sebelum dilakukan proses penyimpanan dan preservasi.

Pengarsipan adalah kegiatan melestarikan, menyimpan, dan mendata secara tertulis karya- karya yang mempunyai nilai historis. Pada umumnya, kegiatan ini dilakukan oleh pustakawan, lembaga pengarsipan, dan asosiasi penerbit dan pengarang. Dalam proses pengarsipan, penerbit menyerahkan ISBN yang akan tersimpan dalam arsip perpustakaan daerah dan nasional.

Sayangnya, keberadaan basis data tersebut di Indonesia masih terpisah-pisah sehingga belum memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses informasi berkaitan dengan karya cipta industri penerbitan. Selain itu, saat ini jumlah perpustakaan di Indonesia sudah sangat banyak, tetapi minat baca masyarakat masih sangat rendah. Hal ini dapatdilihat dari rendahnya kunjungan masyarakat ke perpustakaan. Perbaikan kualitas perpustakaan dan kemudahan akses arsip karya-karya yang menarik diharapkan akan turut membantu meningkatkan minat baca masyarakat.