OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI (REGIONAL AUTONOMY & DECENTRALIZATION)

TEMA 8 OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI (REGIONAL AUTONOMY & DECENTRALIZATION)

KOMPETENSI/

KEAHLIAN/ ISU STRATEGIS

KONSEP/PEMIKIRAN/SOLUSI/

TOPIK PENELITIAN YANG

PEMECAHAN

DIPERLUKAN

KEILMUAN YANG DIBUTUHKAN

a. Formulasi kebijakan

1. Pelaksanaan desentralisasi di Indonesia

desentralisasi untuk

dihadapkan pada permasalahan ketimpangan

merespon variabilitas

antar daerah (Sumber Daya Manusia, fiskal,

sumber daya (Sumber

dan ekonomi, dll), variasi karakteristik

Daya Alam, Sumber

daerah, disharmoni kebijakan, dan konflik

Daya Manusia, dan

pengelolaan sumber daya alam. Dengan

kelembagaan) antar

demikian diperlukan peningkatan sinergi

daerah.

kebijakan desentralisasi dan

a. Formulasi sinergi

hukum, ekonomi,

I. Harmonisasi

sosial, politik dan Kebijakan

implemantasinya. kebijakan desentraliasasi

ilmu lain yang Desentralisasi

lintas kementerian.

a. Pengembangan alternatif

terkait.

2. Keberhasilan otonomi daerah selama ini

parameter keberhasilan

diukur dengan berbagai parameter yang

otonomi daerah.

dibuat oleh berbagai instansi. Diperlukan

b. Dampak otonomi daerah

ukuran yang komprehensif tetapi mudah

terhadap perekonomian,

diterapkan untuk mengakomodasi semua

pengelolaan sumber daya

parameter bentukan berbagai instansi

alam, kesejahteraan tersebut. masyarakat, dan lingkungan.

1. Transfer fiskal ditengarai masih belum

a. Formulasi alternatif

II. Desentralisasi

hukum, ekonomi, Fiskal dan

cukup untuk melakukan pembangunan

kebijakan desentralisasi

sosial, dan ilmu lain kapasitas Fiskal

daerah. Di hampir semua daerah, dana

fiskal untuk menjamin

yang terkait. Daerah

transfer hanya mampu membayar gaji

ketercukupan dan

pegawai dan pengeluaran rutin yang lain.

efisiensi.

Efisiensi penggunaan anggaran juga masih

b. Evaluasi terhadap

rendah yang disebabkan oleh terbatasnya

kebijakan perimbangan

infrastruktur baik fisik dan non fisik di

keuangan pusat dan daerah. daerah

c. Kebijakan daerah dalam implementasi undang- undang No. 28 tahun 2009 Tentang pajak daerah dan retribusi daerah

1. Pemerintah pusat telah merumuskan standar

a. Analisis Ketercapaian

pelayanan minimum, tetapi belum

Standar Pelayanan

diimplementasikan oleh pemerintah daerah

Minimal (SPM) di

III. Standarisasi hukum, ekonomi,

dengan baik. Oleh karena itu perlu

daerah.

Nasional di sosial, dan ilmu lain

diupayakan penyusunan pedoman pelayanan

b. Formulasi desain

bidang pelayanan yang terkait.

minimum daerah yang sinkron dengan

implementasi standarisasi standar nasional. pelayanan minimum di daerah.

1. Berbagai kendala yang ada di daerah

a. Pemodelan tata kelola

membuat pelaksanaan otonomi belum

pemerintah daerah yang

efisien dan efektif, seperti kendala SDM,

efisien dan efektif dalam

infrastruktur fisik, dan lain-lain. Oleh karena

penyelenggaraan otonomi

itu diperlukan inovasi tata kelola untuk

daerah.

meningkatkan efisiensi dan efektivitas. hukum, ekonomi,

IV. Tata kelola

sosial, dan ilmu lain pemerintahan

2. Di beberapa daerah dijumpai praktik-praktik

yang mendukung tata kelola pemerintahan

yang terkait.

a. Identifikasi dan yang baik (good and clean government). pengembangan praktik- Oleh karena itu diperlukan identifikasi praktik yang baik dalam praktik-praktik yang baik tersebut untuk tata kelola pemerintahan menjadi rujukan bagi daerah lain.

V. Harmonisasi

hukum, ekonomi, Kebijakan

1. Dalam praktik, terdapat banyak peraturan

a. Model solusi kasus-kasus

daerah antara yang satu dengan yang lain

disharmonisasi perda

sosial dan ilmu lain

Daerah tidak harmonis. Akibatnya, banyak perda

yang terjadi inter dan

yang terkait.

yang saling tumpang-tindih. Begitu juga

antar daerah.

dengan perda antara satu daerah dengan

b. Upaya pencegahan

daerah yang lain dalam satu provinsi. Oleh

disharmonisasi antar

karena itu diperlukan upaya harmonisasi

perda, internal dan antar kebijakan daerah. daerah.

1. Kerja sama antar daerah merupakan salah

a. Formulasi kerangka

satu persoalan pelik dalam pelaksanaan

kerjasama antar daerah

otonomi daerah. Daerah-daerah yang

dalam pembangunan

hukum, ekonomi,

VI. Kerjasama Antar

sosial dan ilmu lain Daerah

menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang

ekonomi dan pelayanan

berbatasan dengan daerah lain misalnya

publik, serta tata ruang

yang terkait.

dengan kota, cenderung menjadi sasaran

dan pengembangan untuk ditarik ke dalam kota. wilayah.

a. Formulasi kerangka kebijakan pemekaran daerah alternatif

1. Di beberapa kasus, pembentukan daerah

b. Formulasi struktur

otonom baru mampu memperbaiki

insentif bagi

pembangunan ekonomi dan pelayanan

penggabungan antar

publik. Namun, mayoritas kasus

daerah.

Hukum, ekonomi, VII.

menunjukkan bahwa pemekaran daerah

c. Kajian keberhasilan

Penataan Daerah

sosial dan ilmu lain Otonom

menimbulkan inefisiensi penyelenggaraan

pemekaran daerah dalam

pemerintahan dan membebani anggaran

pembentukan tata

yang terkait

publik. Oleh karena itu, perlu desain

organisasi, potensi fiskal,

kebijakan yang memperbaiki proses

dan aspek pelayanan

pemekaran daerah bagi kepentingan nasional

publik, dan sustainability dan daerah. (keberlanjutan)

d. Penguasaan dan peralihan aset daerah induk dan daerah pemekaran

TEMA 9

SENI DAN BUDAYA/INDUSTRI KREATIF (ARTS & CULTURE/CREATIVE INDUSTRY)

ISU STRATEGIS

KONSEP/PEMIKIRAN/

TOPIK PENELITIAN YANG

KOMPETENSI/ KEAHLIAN/

SOLUSI/

DIPERLUKAN

KEILMUAN YANG

PEMECAHAN

DIBUTUHKAN

Ekonomi, Seni Budaya, kemampuan

I. Lemahnya

1. Meningkatkan

a. Model pendidikan berbasis

Pendidikan, Teknik industri, kewirausahaan insan

kemampuan

kewirausahaan di bidang industri

Sosial Humaniora, IT industri kreatif

kewirausahaan

kreatif

melalui kesesuaian

b. Model keberlanjutan industri kreatif

kurikulum dan proses

berbasis manajemen

pembelajaran di

c. Pengembangan kemampuan

bidang industri kreatif

manajemen di industri kreatif

2. Pemetaan UKM di

d. Profil manajemen UKM,

bidang industri kreatif

kompetensi SDM, pemasaran, proses produksi

Ekonomi, Seni Budaya, industri kreatif

II. Seni dan budaya/

1. Mengangkat citra seni

a. Model untuk mengukur kinerja dan

Pendidikan, Teknik industri, berbasis kearifan dan

budaya berbasis

pemberian penghargaan kepada

Sosial Humaniora, IT keunikan lokal kurang

kearifan lokal

pekerja kreatif di industri kreatif

2. Mendorong kegiatan

b. Gagasan, perilaku dan artefak yang

berkembang

apresiasi seni dan

mendorong terciptanya kreativitas

budaya berbasis

dan industri kreatif

kearifan lokal

c. Peran institusi seni dalam

meningkatkan industri kreatif

Ekonomi, Seni Budaya, mutu dalam proses

III. Rendahnya standar

1. Perlu standar mutu

a. Pengembangan standar mutu untuk

Pendidikan, Teknik industri, produksi untuk

untuk produk seni

produk seni budaya

Sosial Humaniora, IT menghasilkan produk

budaya

b. Pengembangan sistem kendali mutu

dalam industri kreatif

seni budaya

Ekonomi, Seni Budaya, kemasan pada industri

IV. Desain produk dan

1. Mengembangkan

a. Pengembangan model desain untuk

Pendidikan, Teknik Industri, kreatif kurang

desain produk sesuai

menjembatani kontradiksi dalam

Animasi, Broad Casting, kompetitif

dengan tuntutan

mengembangkan industri kreatif

konsumen

b. Pengembangan desain industri Komunikasi Visual,

2. Mengembangkan

kreatif berbasis kearifan lokal dan

Informatika, Seni Media

desain kemasan agar

teknologi IT

Rekam, Seni Rupa, Seni

lebih menarik

c. Pengembangan desain periklanan

Pertunjukkan, Teknik Kemasan,

3. Pemanfaatan daur

berbasis budaya lokal

Periklanan, Penerbitan, Teknik

ulang

d. Pengembangan desain permainan

Grafika, Tata Busana, Gizi,

4. Pengembangan bahan

interaktif berbasis kearifan lokal

Teknologi Pangan, IT

alternatif/pengganti

e. Potensi desain dan kemasan

makanan lokal dalam meningkatkan daya saing produk

f. Pembuatan kertas cetak berkualitas dengan bahan lokal

g. Pengelolaan limbah industri untuk pengembangan industri rumahan

h. Pengembangan pewarna alami untuk produksi industri kreatif

Ekonomi, Seni Budaya, seni budaya tradisional

V. Kurangnya pelestarian

1. Strategi pelestarian,

a. Revitalisasi dan inovasi seni budaya

Pendidikan, Teknik Industri, (permainan,

perlindungan,

tradisional

Animasi, Broad Casting, pertunjukan, tata boga,

pengembangan dan

b. Pengembangan berbagai festival

Komunikasi Visual, tata busana, tata rias,

pembinaan seni

seni dan karnaval seni budaya

Informatika, Seni Media upacara adat,

budaya tradisional

tradisional

Rekam, Seni Rupa, Seni arsitektur)

b. Pemetaan seni budaya Nusantara

sebagai strategi kebijakan politik

Pertunjukan, Teknik Kemasan,

berbasis multikultural

Periklanan, Penerbitan, Teknik

c. Pengembangan pemanfaatan media

Grafika, Tata Busana,

video seni budaya untuk industri

Arsitektur, IT

kreatif dan pariwisata

d. Implementasi dan sosialisasi seni pertunjukan (Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek, Teater Boneka, Ketoprak, dll) dan cerita rakyat untuk mendukung industri pariwisata dan pendidikan

e. Pengembangan data base dan piranti lunak untuk mendukung e. Pengembangan data base dan piranti lunak untuk mendukung

f. Model kebijakan untuk mendukung pelestarian dan pengembangan industri kreatif

Sastra, Seni Budaya, Seni pengembangan sastra

VI. Kurangnya

1. Pengembangan sastra

a. Revitalisasi karya sastra

Media Rekam, Seni Rupa, Seni untuk mendukung

yang mendukung

b. Penciptaan karya sastra untuk

Pertunjukan, Pendidikan, industri kreatif

industri kreatif yang

mendukung industri kreatif (film,

terkait dengan sastra

video, tv, penerbitan)

Teknik Industri, Animasi, Broad

daerah nasional

c. Transliterasi dan Penerjemahan

Casting, Komunikasi Visual,

maupun internasional

karya sastra untuk mendukung

Informatika, Teknik Kemasan,

industri kreatif

Periklanan, Penerbitan, Teknik Grafika, Tata Busana, Sosial Humaniora