145 Bombax heptaphyllum
145 Bombax heptaphyllum
146 gāvuta = ¼ yojana; 1 yojana = + 16 km.
147 Jātaka III. hal. 29 (versi bahasa Inggris).
Burung gagak, serigala, burung hering, dan burung hitam mendapatkan buah perbuatan yang baik pula, tidak akan besar berparuh besi, memangsa orang malang yang
pernah membuahkan penderitaan.
memberontak ini hidup-hidup di dalam perut mereka yang tidak pernah puas.
[277] Setelah mendengar khotbah dari Sang Mahasatwa, raja memperoleh kepuasan. Dan setelah tinggal beberapa lama Ia yang menggunakan binatang 148 yang satu untuk
di sana, Bodhisatta pun kemudian kembali ke kediamannya. menangkap atau bahkan membunuh binatang yang lainnya, atau menangkap bahkan membunuh satu
Sang Guru mengakhiri uraian-Nya di sini dan berkata, unggas dengan menggunakan unggas yang lainnya,
“Bukan hanya kali ini, tetapi di masa lampau juga, ia dihibur diliputi dengan hasil dari perbuatan buruk mereka, akan
olehku,” dan Beliau mempertautkan kisah kelahiran ini: “Pada terlahir di alam neraka Ussada.
masa itu, Ajātasattu (Ajatasattu) adalah raja, rombongan resi adalah pengikut Buddha, dan saya adalah Yang Bijak Saṁkicca
[276] Demikianlah Sang Mahasatwa menguraikan
(Samkicca).”
semuannya tentang alam-alam neraka ini, dan kemudian untuk menjelaskan tentang alam-alam dewa, ia berkata:
Dikarenakan jasa-jasa kebajikan yang ditanam sewaktu masih hidup, pelaku kebajikan akan terlahir di alam-alam surga; Di alam-alam surga ini, para Dewa, Brahma, Indra, menuai buah yang matang dari jasa-jasa kebajikan.
Oleh karenanya ini kukatakan: Jalankanlah pemerintahan di kerajaanmu dengan benar, Maharaja, karena setiap kebajikan yang diperbuat akan
148 Hal ini merujuk kepada pemburuan rusa dengan menggunakan anjing atau cheetah, atau juga pemburuan elang/rajawali.
BUKU XX.
SATTATINIPĀTA.
pertanda: bunga-bunga keyakinan menjadi layu, busana moral menjadi kotor, dikarenakan ketidakpuasan dan kesalahan badan mereka mengeluarkan bau tidak sedap, keringat kotoran batin
NO. 531.
keluar, tidak lagi bersukacita dalam kehidupan menyendiri di dalam hutan di bawah kaki pohon—Semua pertanda ini dapat
KUSA-JĀTAKA 149 .
ditemukan pada diri bhikkhu itu. Maka mereka membawanya ke hadapan Sang Guru dan berkata, “Bhante, bhikkhu ini adalah
[278] “Kerajaan ini, dengan” dan seterusnya. Kisah ini seorang yang menyesal.” Sang Guru menanyakan apakah hal diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana,
tersebut benar, dan ketika bhikkhu itu mengakuinya, Beliau mengenai seorang bhikkhu yang menyesal. Ia adalah seorang
berkata, “Bhikkhu, janganlah tunduk kepada kotoran batin. putra dari keluarga terpandang di Sāvatthi, yang setelah
Wanita itu adalah seorang yang jahat; Hilangkanlah dipaparkan kepadanya ajaran (Buddha), bertahbis menjadi
keterpikatanmu terhadap dirinya, bersukacitalah dalam ajaran. seorang pabbajita. Suatu hari ketika sedang berpindapata di
Dahulu dikarenakan jatuh cinta kepada seorang wanita, orang Sāvatthi, ia melihat seorang wanita cantik dan jatuh cinta
bijak di masa lampau, meskipun kuat, kehilangan kekuatannya kepadanya pada pandangan pertama. Dikalahkan oleh kotoran
dan terjatuh dalam ketidakberuntungan dan kehancuran.” batin, ia hidup dalam kegelisahan, rambut dan kukunya dibiarkan
Setelah berkata demikian, Beliau menceritakan sebuah kisah tumbuh panjang, mengenakan jubah yang kotor, pucat pasi, urat
masa lampau.
nadi di sekujur tubuhnya tampak jelas. Seperti di alam dewa, para dewa yang kehabisan masa ke-dewa-an akan menunjukkan
Dahulu kala, di Kerajaan Malla, di Kota Kusāvatī 150 , Raja lima pertanda, yakni: bunga-bunga menjadi layu, busana menjadi
Okkāka (Okkaka) memerintah kerajaannya dengan benar. Di kotor, badan mengeluarkan bau tidak sedap, ketiak
antara enam belas ribu orang istrinya, [279] Sīlavatī (Silavati) mengeluarkan keringat, dan tidak lagi bersukacita di kediaman
adalah ratu utamanya. Kala itu, ratu tidak melahirkan seorang mereka. Demikian pula halnya dengan seorang bhikkhu yang
putra maupun putri, dan para penduduk kota dan kerajaan menyesal, yang hilang keyakinan pada ajaran, terlihat pula lima
berkumpul di depan gerbang istana, sembari mengeluhkan bahwa kerajaan akan musnah. Raja membuka jendelanya dan
berkata, “Di bawah kepemimpinanku, tidak ada yang melakukan
Kisah ini (mungkin) dapat dihubungkan dengan cerita dongeng Eropa “Beauty and the Beast.” Lihat Tibetan Tales, Introduction, hal. XXXVII. dan 21-28, dan Kusa Jātakaya, sebuah legenda Buddhisme, yang disajikan dalam versi Inggris dari versi Sri Lanka, oleh Thomas Steele.
150 nama dari kota Kusinārā, sebelumnya.
perbuatan tidak benar. Ada apa kalian menyalahkanku?” “Benar, tidak memiliki cukup jasa kebajikan untuk dapat mengandung Paduka,” jawab mereka, “tidak ada yang melakukan perbuatan
seorang putra. Akan tetapi karena mereka belum juga dapat tidak benar, tetapi Anda tidak memiliki satu orang putra pun
memberikanmu seorang putra, Anda tidaklah seharusnya untuk meneruskan generasi: orang lain akan merampas kerajaan
berpasrah diri. Ratu utama, Sīlavatī (Silavati), adalah seorang dan memusnahkannya. Oleh karena itu, mohon dapatkanlah
wanita yang penuh dengan sifat baik. Keluarkanlah ia. Seorang seorang putra, yang nantinya akan mampu memerintah kerajaan
putra akan dikandung olehnya.” Raja menyetujuinya, dan dengan dengan benar.” “Apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan
tabuhan bunyi genderang mengumumkan bahwa pada hari seorang putra?” “Pertama-tama, keluarkanlah sekelompok gadis
ketujuh mulai dari hari itu orang-orang harus berkumpul dan raja penari berstatus rendah selama satu minggu, minta mereka
akan mengeluarkan Silavati—melakukan kewajibannya. Pada melakukan kewajibannya, jika salah satu dari mereka dapat
hari ketujuh, ia meminta agar permaisurinya dihias dengan luar memberikan Anda seorang putra, maka itu adalah hal yang
biasa indahnya dan dibawa turun dari istana dan ditunjukkan di bagus. Jika tidak, maka keluarkanlah yang berstatus menengah,
jalanan. Dikarenakan kekuatan dari kebajikannya, kediaman dan untuk yang terakhir, yang berstatus tinggi. Pastinya di antara
Sakka menjadi panas. Sakka, setelah memindai apa yang sekian banyak wanita, akan ditemukan adanya satu yang cukup
menyebabkan ini, mengetahui bahwa ratu menginginkan seorang jasa kebajikannya sehingga dapat memberikan seorang putra.”
putra dan berpikir, [280] “Saya harus memberikan seorang putra Raja pun melakukan seperti apa yang dinasihatkan oleh mereka,
kepadanya,” dan sewaktu sedang mencari demikian yang pantas dan pada setiap hari ketujuh, setelah mereka melakukan
untuk menjadi putranya, Sakka melihat Bodhisatta. Dikatakan, kesenangan itu, raja akan memanggil dan bertanya kepada
waktu itu, setelah melewati kehidupannya di Alam Tāvatiṁsā, ia mereka masing-masing apakah mereka hamil atau tidak. Dan
(Bodhisatta) memiliki keinginan untuk terlahir di luar alam dewa. ketika mereka semuanya menjawab, “Tidak, Paduka,” raja
Setelah tiba di depan pintu kediamannya, Sakka menyapanya menjadi putus asa dan berkata, “Tidak akan ada putra yang
dengan berkata, “ Mārisa, Anda akan turun ke alam manusia dan diberikan kepadaku.” Kemudian para penduduk kota dan
dikandung di rahim permaisuri Raja Okkāka (Okkaka),” dan kerajaan menyalahkan raja kembali seperti semula. Raja berkata,
kemudian setelah mendapatkan persetujuan dari dewa yang satu “Mengapa kalian menyalahkanku? Sesuai dengan permintaan
lagi, ia berkata, “Dan Anda juga akan menjadi putranya.” Agar kalian, kelompok-kelompok gadis penari telah kukeluarkan dan
tidak seorang pun merusak kebajikannya (Silavati), dengan tak satu pun dari mereka yang hamil. Apa yang harus kulakukan
menyamar sebagai seorang brahmana tua, Sakka pergi ke sekarang?” “Paduka,” jawab mereka, “Wanita-wanita ini pastilah
menuju gerbang istana. Orang-orang lainnya juga, setelah berakhlak buruk dan tidak memiliki jasa-jasa kebajikan. Mereka
membersihkan dan menghias diri, masing-masing dengan pikiran membersihkan dan menghias diri, masing-masing dengan pikiran
kesadarannya. Kemudian dengan kekuatan gaibnya, ia sembari menanyakan mengapa ia datang. Sakka berkata,
membawa ratu ke Alam Tāvatiṁsā dan mendudukkannya di “Mengapa kalian mencelaku? Meskipun saya tua, tetapi
tempat duduk surgawi dalam sebuah istana kahyangan. Pada semangatku (nafsu) tidak. Saya datang ke sini dengan harapan
hari ketujuh, ia terbangun dan melihat semua kemegahan ini, dapat membawa Silavati pergi bersamaku, dan saya pasti akan
kemudian mengetahui bahwa orang itu bukanlah seorang mendapatkannya.” Setelah mengucapkan kata-kata ini, dengan
bramana tua, tetapi adalah Dewa Sakka. Kala itu, Sakka duduk kekuatan gaibnya, ia berhasil berada di depan mereka semua,
di bawah pohon pāricchattaka 151 , dikelilingi oleh para gadis dan juga disebabkan oleh kekuatan kebajikannya, tidak ada
penari surgawi. Bangkit dari tempat ia duduk, ratu menghampiri sorang pun yang mampu berdiri di depannya (mendahului).
dan memberi hormat kepada Dewa Sakka dan berdiri di satu sisi. Ketika ratu, yang telah berdandan dengan segala kebesarannya,
Kemudian Sakka berkata, “Saya akan memberikan satu melangkah keluar dari istana, ia menarik tangannya dan pergi
anugerah kepadamu. Katakanlah apa yang menjadi bersamanya. Kemudian mereka yang berdiri di sana
keinginanmu.” “Anugerahkanlah kepadaku seorang putra.” “Tidak mencelanya, dengan berkata, “Lihatlah dirinya, seorang
hanya seorang putra, tetapi saya akan memberikanmu dua orang brahmana tua pergi dengan seorang ratu yang amat cantik. Ia
putra. Satu di antara mereka akan menjadi orang yang bijaksana tidak menyadari apa yang akan terjadi kepadanya.” Ratu juga
tetapi buruk rupa, dan yang satunya lagi akan menjadi orang berpikir, “Seorang tua membawaku pergi.” Ia merasa kesal dan
yang rupawan tetapi tidak bijaksana. Yang mana yang Anda pilih marah, bahkan jengkel. Raja yang berdiri pada jendela melihat
terlebih dahulu?” “Yang bijaksana,” jawabnya. “Baiklah,” siapa gerangan yang membawa ratu pergi. Ketika melihat
balasnya, dan ia memberikan kepada ratu sehelai rumput kusa, pelakunya, raja menjadi sangat tidak senang. Sakka, yang pergi
busana dan cendana surgawi, bunga dari pohon pāricchattaka, bersama dengan permaisuri melewati pintu gerbang, dengan
dan sebuah kecapi Kokanada 152 , kemudian membawanya ke kekuatan gaibnya menciptakan sebuah rumah di tempat yang
kamar tidur raja dan membaringkannya di ranjang bersama tidak jauh, dengan pintu yang terbuka dan satu tumpukan kayu.
dengan raja, menyentuh bagian pusarnya, dan seketika itu juga, “Apakah ini rumahmu?” tanyanya. “Ya, Ratu, sebelumnya saya
Bodhisatta terkandung di dalam rahimnya. Dan Sakka pun hanya tinggal sendirian. Sekarang sudah ada kita berdua. Saya
kemudian kembali ke kediamannya. Ratu yang bijaksana itu akan berkeliling untuk mendapatkan derma makanan dan
membawa pulang nasi untukmu. Sementara itu, berbaringlah di
151 Erythmia indica; sebuah pohon di kediaman Dewa Sakka/Indra.
tumpukan kayu ini. Sehabis berucap demikian, [281] ia 152 Kemungkinan disebut demikian karena memiliki warna merah bunga teratai (kokanada),
atau nama dari suatu negeri. Di Jātaka III, 157, kata ini muncul sebagai nama sebuah tempat.
mengetahui bahwa ia telah mengandung. Kemudian raja, memberikan kerajaan ini kepada putramu, kita akan menggelar sewaktu terbangun dan melihat ratu, menanyakan kepadanya
perayaan tarian, dan saat itu kita akan melihatnya naik takhta siapa yang telah membawanya ke sana. “Dewa Sakka, Paduka.”
dalam kehidupan kita. Jika ada seorang putri raja yang Anda “Apa! Dengan mata kepalaku sendiri kulihat seorang brahmana
sukai, ketika putra kita membawanya, maka kita akan tua membawamu pergi. Mengapa Anda mencoba untuk
menjadikan putri itu sebagai permaisurinya. Beritahukanlah ia menipuku?” “Percayalah kepadaku, Paduka. Dewa Sakka
agar dapat mengetahui putri raja yang bagaimana yang membawaku bersamanya ke alam dewa.” “Ratu, saya tidak
diinginkannya.” Ratu menyetujuinya dan mengirimkan seorang memercayaimu.” Kemudian ratu menunjukkan kepadanya rumput
pelayan untuk memberitahukan masalah ini kepada pangeran kusa yang diberikan oleh Sakka, dan berkata, “Sekarang,
dan meminta tanggapannya. Pelayan itu pergi dan memberitahu percayalah padaku.” Raja berpikir, “Rumput kusa dapat diperoleh
pangeran tentang kejadian itu. Ketika mendengar apa yang di mana saja,” dan masih tidak memercayainya. Kemudian ratu
dikatakan si pelayan, Sang Mahasatwa berpikir, “Saya adalah menunjukkan kepadanya busana surgawi itu. Ketika melihatnya,
seorang yang buruk rupa. Seorang putri yang cantik, ketika raja mulai memercayainya dan berkata, “Ratu, katakanlah Dewa
dibawa ke tempat ini sebagai pengantinku dan melihatku, akan Sakka yang membawamu pergi. Apakah Anda sekarang
berkata, ‘Apa yang kulakukan dengan orang jelek ini?’ dan ia mengandung?” “Ya, Paduka, saya sudah hamil.” Raja menjadi
akan melarikan diri, kami akan menanggung malu. Apalah gembira dan melakukan upacara selayaknya untuk seorang
gunanya kehidupan berumah tangga bagiku? Saya akan wanita hamil. Dalam waktu sepuluh bulan, ratu melahirkan
merawat kedua orang tuaku ketika mereka masih hidup, dan di seorang putra. Tidak memberikannya nama yang lain lagi, [282]
saat mereka meninggal, saya akan meninggalkan keduniawian mereka langsung memberinya nama seperti nama rumput itu,
dan menjadi seorang pabbajita.” Maka ia berkata, “Apalah Kusa. Di saat Pangeran Kusa telah dapat berlari, dewa yang
gunanya sebuah kerajaan atau perayaan bagiku? Setelah orang kedua dikandung di dalam rahim ratu. Kepada putra yang kedua,
tuaku meninggal, saya akan menjalani kehidupan seorang mereka memberinya nama Jayampati. Kedua anak itu
petapa.” Si pelayan kembali dan memberitahu ratu apa yang dibesarkan dengan segala kemewahan kerajaan. Bodhisatta
telah dikatakan oleh pangeran. Raja merasa sangat kecewa dan adalah pangeran yang demikian bijaknya sehingga, tanpa
setelah beberapa hari kemudian, ia mengirimkan sebuah pesan belajar dari gurunya, dengan kemampuannya sendiri menguasai
kembali, tetapi pangeran menolak untuk mendengarkannya. semua cabang ilmu pengetahuan. Maka ketika ia berusia enam
Setelah tiga kali menolak permintaan itu, pada kali keempat, ia belas tahun, raja berkeinginan untuk memberikan kerajaan
berpikir, “Tidaklah baik terus-menerus bersikap membangkang kepadanya, dan berkata kepada ratu demikian, “Untuk
terhadap orang tua. Saya akan merancang sesuatu.” Kemudian terhadap orang tua. Saya akan merancang sesuatu.” Kemudian
merupakan anugerah dari Dewa Sakka. Ia harus mendapatkan untuknya sebuah patung wanita. Setelah ia pergi, pangeran
seorang putri yang pantas bersanding dengannya. Pergilah mengambil lebih banyak emas lagi dan membuatnya menjadi
kalian dengan meletakkan patung ini di dalam kereta yang bentuk seorang wanita. Tujuan dari seorang Bodhisatta selalu
terlindungi dan carilah di seluruh India putri dari raja manapun berhasil. Patung wanita tersebut amat cantik, di luar batas
yang kalian lihat mirip dengan patung ini, persembahkan patung kemampuan mulut untuk mengungkapkannya. Kemudian Sang
ini kepada raja itu dan katakan, ‘Raja Okkaka akan mengatur Mahasatwa mengenakan kain sutra padanya dan meletakkannya
pernikahan putranya 153 dengan putrimu.’ Kemudian aturlah satu di dalam ruang utama. Sewaktu melihat patung yang dibawa oleh
hari untuk kepulangan kalian ke sini.” “Baiklah,” balas mereka, si tukang pandai besi, pangeran mencelanya, dan berkata,
dan membawa patung itu pergi beserta dengan rombongan “Pergi, bawalah patung yang ada di ruang utama.” [283] Laki-laki
besar. Dalam perjalanan mereka ke kerajaan mana saja yang itu masuk ke dalam ruang utama dan sewaktu melihatnya,
mereka kunjungi, di sana pada sore hari, tempat orang-orang berpikir, “Pastinya ini adalah bidadari dewa yang datang untuk
terlihat berkumpul, mereka meletakkan patung itu di sebuah bersenang-senang dengan pangeran,” dan ia meninggalkan
tandu emas dan membiarkannya di jalan yang menuju ke ruang itu, tanpa memiliki keberanian untuk menyentuhkan
arungan 154 setelah terlebih dahulu menghiasi patung itu dengan tangannya pada ia. Dan ia berkata kepada pangeran, “Yang
busana, bunga-bunga dan hiasan lainnya, sedangkan mereka Mulia, yang sedang berdiri di dalam ruang utamamu adalah
sendiri berdiri mundur di satu sisi untuk dapat mendengar apa seorang bidadari dewa. Saya tidak memiliki keberanian untuk
yang dikatakan oleh orang-orang yang melewatinya. Orang- menyentuh dirinya.” “Teman,” balasnya, “pergi dan ambillah
orang yang melihatnya, tanpa menyadari bahwa ia adalah patung emas itu.” Dikarenakan mendapat perintah yang sama
sebuah patung emas, berkata, “Meskipun ia hanyalah seorang untuk kedua kalinya, pandai besi itu pun membawanya.
wanita biasa, tetapi ia sangatlah cantik, menyerupai bidadari Pangeran memerintahkan agar patung yang telah dibuat oleh
dewa. Ada apa gerangan ia berdiri diam di sini? Berasal dari pandai besi itu dimasukkan ke dalam ruang emas, sedangkan
manakah dirinya ini? Kita tidak memiliki seorang pun yang dapat patung yang telah dibuat dan dihiasnya sendiri itu diletakkan
dibandingkan dengannya di kota ini,” setelah demikian dalam kereta dan dikirimkan kepada ibunya, dengan berpesan
demikian, “Jika saya dapat menemukan wanita seperti ini, maka 153 āvāha adalah pernikahan seorang putra, berbeda dengan pernikahan seorang putri
(vivāha), dalam 9 th rock edict of Piyadasi. Demikian juga di Jātaka I. 452,2; Jātaka IV. 316, 8;
saya akan menjadikannya sebagai istriku.” Ibunya memanggil
dan Jātaka VI. 71, 32.
para menteri istana dan berkata demikian kepada mereka, “Para 154 KBBI: bagian sungai yang dangkal tempat orang menyeberang; laut yang biasa dilayari
(dilalui). Pali: titthamagga.
memberikan pujian atas kecantikannya, mereka pun melanjutkan perjalanan. Para menteri berkata, “Jika di sini terdapat seorang wanita yang mirip dengan ia, maka mereka pastinya mengatakan, ‘Ini terlihat seperti si anu, putri dari raja anu, atau ini terlihat seperti si anu, putri dari dari menteri anu.’ Berarti di tempat ini benar-benar tidak ada wanita yang demikian.” Kemudian mereka pun pergi membawa patung itu ke kota lainnya. Dalam perjalanan berikutnya mereka tiba di Kota Sāgala di Kerajaan Madda. Kala itu, Raja Madda memiliki tujuh orang putri, yang memiliki kecantikan yang luar biasa, seperti kecantikan para bidadari. Putri tertuanya bernama Pabhāvatī (Pabhavati). [284] Dari tubuhnya terpancar sinar, seperti sinar dari matahari yang baru terbit. Ketika hari mulai gelap, di dalam kamarnya, yang berukuran empat hasta, tidak memerlukan sinar dari lampu apa pun. Seluruh isi kamar menjadi terang dengan berkas sinarnya, dan ia memiliki seorang pengasuh yang bungkuk. Waktu itu, ketika telah memberikan makanan kepada Pabhavati, dengan niat untuk membasuh kepalanya (Pabhavati), sang pengasuh pergi pada sore hari bersama dengan delapan orang budak wanita yang masing-masing membawa satu bejana. Di tengah perjalanan mereka menuju ke arungan, si pengasuh melihat patung ini, dan dengan berpikiran bahwa itu adalah Pabhavati, berseru, “Gadis nakal ini, dengan berpura-pura ingin kepalanya dibasuh, meminta kami untuk mengambil air, dan sekarang setelah mencuri langkah mendahului kami, ia berdiri di jalan ini,” dan dalam perasaan kesal, ia berkata, “Anda membuat malu keluarga: berdiri di sana, datang ke tempat ini mendahului kami. Jika raja mendengarnya, ia akan menghukum mati kami
semua,” setelah mengucapkan kata-kata ini, ia memukul patung itu di bagian pipinya, dan satu bagian dari patung tersebut sebesar telapak tangan si pengasuh menjadi rusak. Kemudian sewaktu mengetahui bahwa itu hanyalah sebuah patung emas, ia pun tertawa terbahak-bahak dan berkata kepada budak-budak wanita itu, “Lihat apa yang telah kulakukan. Tadinya saya berpikir bahwa ia adalah putri asuhku, dan saya menamparnya. Bagaimana bisa patung ini dibandingkan dengan putriku itu? Saya hanya melukai tanganku sendiri.” Kemudian menteri raja menghentikannya dan berkata, “Apa yang Anda katakan tadi, bahwa putrimu lebih cantik daripada patung ini?” “Maksudku, Pabhavati, putri dari Raja Madda. Patung ini bahkan tidak sepersepuluh darinya.” Dengan perasan gembira, mereka pergi menuju ke gerbang istana dan meminta penjaga pintu untuk mengumumkan kedatangan mereka, dengan mengatakan bahwa utusan Raja Okkaka sedang berdiri menunggu di gerbang istana. Raja kemudian bangkit dari duduknya dan memerintahkan mereka untuk dipersilakan masuk. Setelah masuk ke dalam, mereka memberi salam hormat kepada raja dan berkata, “Paduka, raja kami menanyakan tentang kabar Anda,” dan setelah dibalas dengan sambutan hangat, dan ditanya alasan kedatangannya, mereka menjawab, “Raja kami memiliki seorang putra yang pemberani, Pangeran Kusa. Raja kami berkeinginan untuk memberikan kerajaan kepada putranya itu, dan mengutus kami untuk meminta Anda setuju menikahkan putrimu (kepadanya), Pabhavati, dengan putranya. Dan raja juga mengutus kami untuk memberikan patung emas ini sebagai hadiah,”
setelah
mengatakan
ini, mereka pun ini, mereka pun
diizinkan untuk melihat suaminya selama siang hari, sampai istri seorang raja yang demikian mulia tentu saja adalah suatu hal
itu hamil. Jika putri Anda menyanggupi adat ini, kami akan yang baik. [285] Kemudian para utusan itu berkata, “Raja Madda,
menerimanya.” Raja bertanya kepada putrinya, “Anakku, apakah kami tidak bisa berlama-lama di sini. Kami akan segera pulang
kamu merasa akan sanggup melakukannya?” “Ya, Ayah,” kembali dan memberitahu raja kami bahwa kami telah
jawabnya. Kemudian Raja Okkaka memberikan banyak mendapatkan persetujuan mengenai masalah Pabhavati, dan
kekayaan kepada Raja Madda, dan pulang dengan membawa kemudian ia yang akan datang untuk menjemput putri Anda.”
putrinya. Dan Raja Madda mengantar kepergian putrinya, diikuti Raja pun setuju dengan ini, setelah menjamu mereka dengan
dengan rombongan besar. Raja Okkaka, setibanya di Kusāvatī, ramah, raja mengizinkan mereka pergi. Sekembalinya ke istana,
memberi perintah untuk menghias kota, membebaskan semua mereka melaporkannya kepada raja dan ratu. Raja beserta
tahanan, dan setelah menobatkan putranya menjadi raja dan dengan rombongan besar berangkat dari Kusāvatī dan tiba di
Pabhavati sebagai permaisurinya, dan dengan tabuhan Kota Sāgala. Raja Madda keluar untuk menyambutnya dan
genderang, ia mengumumkan tentang kekuasaan dari Raja menunjukkan kehormatan kepadanya. Ratu Sīlavatī, seorang
Kusa. Dan semua raja, di seluruh India, yang memiliki putri, wanita yang bijak, berpikir, “Apa yang akan menjadi hasil dari
mengirimkannya ke istana Raja Kusa, [286] dan yang memiliki semuanya ini?” Pada hari kedua atau ketiga, ia berkata kepada
putra, berkeinginan untuk menjalin persahabatan dengannya, Raja Madda, “Kami ingin sekali melihat calon menantu.” Raja
juga mengirimkan putranya untuk menjadi pelayannya. mengiyakannya dan memanggil putrinya keluar. Pabhavati, yang
Bodhisatta kemudian memiliki sekelompok besar gadis penari demikian indah dandanannya dan dikelilingi oleh sekumpulan
dan memerintah dengan kekuasaan yang besar pula. Akan pelayannya, datang dan memberi hormat kepada calon ibu
tetapi, ia tidak diperkenankan bertemu dengan Pabhavati di siang mertuanya. Sewaktu melihatnya, ratu berpikir, “Gadis ini
hari, begitu juga sebaliknya. Pada malam harinya, mereka baru sangatlah cantik, sedangkan putraku sendiri buruk rupa. Jika ia
boleh bertemu. Dan (biasanya) pada malam ada suatu melihat putraku, ia akan melarikan diri, tidak akan bertahan satu
kemegahan luar biasa pada diri Pabhavati, dan ia (Kusa) harus hari pun. Saya harus mengusahakan sesuatu.” Menyapa Raja
meninggalkan kamar itu ketika hari masih gelap. Setelah Madda, ia berkata, “Calon menantu kami pantas bersanding
beberapa hari, ia memberitahu ibunya bahwa ia ingin melihat dengan putra kami. Akan tetapi, kami memiliki satu adat
Pabhavati di siang hari. Ibunya menolak permintaan itu dengan keluarga. Jika ia mampu melakukannya, maka kami akan
berkata, “Janganlah menganggap permintaan ini sebagai suatu menerimanya sebagai mempelai dari putra kami.” “Apakah adat
hal yang menyenangkan bagimu. Tunggulah sampai istrimu hal yang menyenangkan bagimu. Tunggulah sampai istrimu
jendela dan melihatnya.” Setelah berkata demikian, pada kandang gajah dan berdirilah di sana dengan menyamar sebagai
keesokan harinya, ibunda ratu memberi perintah agar seluruh penjaga gajah. Saya akan membawanya ke sana, dan kamu
kota dihias dengan indah dan agar Pangeran Jayampati, dengan dapat memenuhi keinginanmu untuk melihatnya. Tetapi pastikan
mengenakan pakaian kebesarannya dan menunggangi seekor ia tidak dapat mengenalimu.” Ia menyetujuinya dan pergi ke
gajah, untuk berkeliling kota. Dengan berdiri dekat jendela di kandang gajah.
samping Pabhavati, ibunda ratu berkata, “Lihatlah keagungan Ibunda ratu mengumumkan akan ada perayaan gajah dan
suamimu.” [287] Pabhavati kemudian berkata, “Saya memiliki berkata kepada Pabhavati, “Mari kita pergi lihat gajah milik
seorang suami yang pantas untukku,” dan ia merasa sangat suamimu.” Setelah membawanya ke sana, ia memberitahukan
bangga. Akan tetapi, pada hari yang sama itu juga, dengan nama gajah ini dan itu kepada Pabhavati. Kemudian ketika
samaran berupa seorang penjaga gajah dan duduk di belakang Pabhavati berjalan di belakang ibunya, raja melemparkan
Jayampati, ketika melihat Pabhavati selama yang diinginkannya, setumpuk kotoran gajah di punggung Pabhavati. Ia menjadi
Sang Mahasatwa bersenang-senang sendiri dalam kebahagiaan marah dan berkata, “Saya akan meminta raja untuk memotong
hatinya dengan gerak isyarat tangannya 155 . Ketika rombongan tanganmu,” setelah mengatakan ini, ia mengadu kepada Ibunda
gajah itu telah berjalan melewati mereka, ibunda ratu Ratu, yang kemudian mencoba untuk menenangkannya dengan
menanyakan kepada ratu apakah ia tadi telah melihat suaminya. menggosok bagian punggungnya. Untuk kedua kalinya, ketika
“Ya, Ibunda Ratu. Tetapi, si penjaga gajah yang duduk di raja berkeinginan untuk melihatnya (di siang hari), dan dengan
belakangnya itu , seorang yang berkelakuan buruk. Ia menujukan menyamar sebagai penjaga kuda di kandang kuda, sama seperti
gerak isyarat tangannya kepadaku. Mengapa mereka sebelumnya, ia melemparnya dengan kotoran kuda, yang
memperbolehkan seorang yang berwujud demikian, yang kemudian kembali ditenangkan oleh ibu mertuanya sewaktu ia
membawa ketidakberuntungan, duduk di belakang raja?” “Sudah menjadi marah. Suatu hari, Pabhavati memberitahu ibu
begitu adanya, Ratu, seorang pengawal harus duduk di belakang mertuanya bahwa ia sangat ingin bertemu dengan Sang
raja.” “Penjaga gajah ini,” pikirnya, “Adalah seorang yang berani Mahasatwa (di siang hari), dan ketika permintaannya itu ditolak
dan tidak menunjukkan hormat yang seharusnya kepada seorang oleh ibu mertuanya yang berkata, “Tidak, janganlah menjadikan
raja. Mungkinkah ia adalah Raja Kusa? Tidak diragukan lagi, permintaan ini sebagai hal yang menyenangkan bagimu,” ia tetap
mereka tidak memperbolehkanku bertemu dengannya karena ia meminta kepada ibu mertuanya, secara berulang-ulang, sehingga akhirnya sang ibu berkata, “Baiklah, besok putraku 155 hattha-vikāra juga muncul di dalam Mahāvagga IV. 1. 4, tetapi arti yang sebenarnya di
dalamnya itu tidaklah jelas.
memiliki rupa yang demikian buruk.” Maka ia berbisik kepada pengasuhnya yang bungkuk itu, “Cepat pergilah, Bu, dan cari tahu apakah raja itu adalah orang yang tadi duduk di depan atau di belakang.” “Bagaimana saya bisa mengetahuinya?” “Jika ia adalah raja, maka ia akan terlebih dahulu turun dari gajah. Anda akan mengetahuinya dari pertanda ini. Ia pun pergi dan berdiri di kejauhan, dan melihat Sang Mahasatwa yang terlebih dahulu turun dari gajah itu, yang kemudian disusul oleh Jayampati. Dengan memperhatikan sekelilingnya, Sang Mahasatwa melihat ke satu sisi, kemudian ke sisi yang lainnya dan melihat wanita tua yang bungkuk itu. Ia langsung mengetahui alasan keberadaannya di sana, dan memanggilnya datang, kemudian memerintahkan agar pengasuh itu tidak membuka rahasianya, dan melepaskannya. Pengasuh itu mendatangi majikannya dan berkata, “Yang duduk di depan tadi yang turun terlebih dahulu,” dan Pabhavati memercayainya. Lagi, raja berkeinginan untuk melihatnya dan memohon kepada ibunya untuk mengaturnya. Sang ibu tidak mampu menolaknya dan berkata, “Baiklah, menyamarlah dan pergi ke taman.” Raja bersembunyi di kolam teratai, berdiri di dalam kolam sampai pada batas lehernya. Kepalanya tertutupi oleh daun teratai dan wajahnya tertutupi oleh bunga teratai. Dan pada sore hari, ibunya membawa Pabhavati ke taman itu, dengan berkata, “Lihatlah pohon-pohon ini. Lihatlah burung-burung ini, rusa-rusa itu,” demikian membawanya sampai ke tepi kolam teratai. Ketika melihat kolam yang dipenuhi dengan lima jenis teratai, [288] Pabhavati menjadi ingin mandi, dan masuk ke dalamnya beserta pelayan-pelayannya. Selagi bersenang-senang, ia melihat teratai itu dan menjulurkan
tangannya untuk memetiknya. Kemudian raja, dengan menyibakkan daun teratai, memegang tangannya dan berkata, “Saya adalah Raja Kusa.” Seketika itu juga, Pabhavati berteriak, “Sesosok yaksa menangkap tanganku,” dan kemudian tak sadarkan diri. Maka raja pun melepaskan tangannya. Ketika sadar kembali, Pabhavati berpikir, “Raja Kusa, dikatakan, tadi yang memegang tanganku, ia adalah orang yang sama yang melemparkan setumpuk kotoran gajah sewaktu di kandang gajah, kotoran kuda di kandang kuda, dan ia adalah orang yang duduk di belakang, menunjukkan gerak isyarat tangannya kepadaku. Apa yang kulakukan ini dengan suami yang demikian buruk rupa? Selagi saya masih hidup, saya akan mencari suami yang lain.” Maka ia memanggil para pejabat istana yang menemaninya di sana dan berkata, “Siapkan keretaku. Hari ini juga, saya akan pergi.” Mereka memberitahukan hal ini kepada raja, dan ia berpikir, “Jika ia tidak bisa pergi, hatinya akan hancur. Biarkanlah ia pergi. Dengan kekuatanku sendiri nanti akan kubawa ia kembali lagi.” Demikianlah raja mengizinkannya pergi, dan ia langsung kembali ke kerajaan ayahnya. Dan Sang Mahasatwa, setelah melewati taman, masuk ke dalam kota dan naik ke istananya. Sebenarnya, dikarenakan suatu aspirasi dalam kelahiran lampaunyalah, Pabhavati membenci Bodhisatta; dan juga dikarenakan suatu perbuatannya di masa lampaulah Bodhisatta menjadi buruk rupa dalam kehidupan ini.
Dahulu kala, di suatu daerah perkampungan di Benares, di jalan yang paling tinggi dan jalan yang paling rendah, hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari dua laki-laki dan satu wanita. Dari kedua laki-laki itu, Bodhisatta adalah yang paling muda, dan Dahulu kala, di suatu daerah perkampungan di Benares, di jalan yang paling tinggi dan jalan yang paling rendah, hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari dua laki-laki dan satu wanita. Dari kedua laki-laki itu, Bodhisatta adalah yang paling muda, dan
yojana, semoga saya memiliki kekuatan untuk membawanya bersama abangnya. Suatu ketika di rumah ini mereka membuat
sebagai pengantinku.” Sebagai akibat dari kemarahannya kue yang lezat rasanya, dan Bodhisatta sedang berada di dalam
sewaktu mengambil kembali kue itu dari patta, ia dilahirkan hutan. Maka setelah menyimpankan kue bagiannya, mereka pun
dengan memiliki rupa yang demikian buruk. memakan sisanya. Pada waktu itu, seorang Pacceka Buddha
Kusa menjadi diselimuti dengan penderitaan setelah datang di depan pintu mereka, meminta makanan dermaan. Adik
Pabhavati meninggalkannya. Meskipun wanita-wanita lain ipar Bodhisatta, dengan berpikir ia akan membuatkan saudara
mencoba menghiburnya dengan berbagai jenis pelayanan, tetapi mudanya itu kue lagi nanti, mengambil dan memberikan kue
tidak mampu membuatnya gembira kembali. Baginya, seluruh bagiannya kepada Pacceka Buddha, dan persis saat itu juga, ia
istananya, tanpa Pabhavati, adalah tempat yang tidak kembali dari hutan. Maka adik iparnya berkata, “Tuan, janganlah
berpenghuni lagi. Kemudian ia berpikir, “Saat ini, ia pasti sudah marah. Saya memberikan kue bagianmu kepada Pacceka
sampai di Kota Sāgala,” dan pada pagi harinya ia mencari ibunya Buddha.” [289] Ia membalas, “Setelah terlebih dahulu memakan
dan berkata, “Ibu, saya akan pergi menjemput Pabhavati. kue bagianmu, kemudian Anda memberikan kue bagianku
Urusilah kerajaan sementara itu,” dan ia mengucapkan bait kepada orang lain, dan Anda akan membuatkanku kue lagi!” Ia
pertama berikut:
menjadi marah, pergi dan mengambil kembali kue itu dari patta milik Pacceka Buddha. Adik iparnya pergi ke rumah ibunya
Kerajaan ini, dengan segala kesenangan dan (sendiri) dan mengambil beberapa mentega cair (gi) yang segar,
kebahagiaannya, segala kemegahan dan kekayaannya, yang berwarna seperti bunga cempaka, dan mengisikannya ke
urusilah kerajaan ini untukku: Karena saya akan pergi dalam patta, dan itu mengeluarkan seberkas sinar. Ketika melihat
menjemput Pabhāvatī.
ini, ia mengucapkan suatu aspirasi: “Bhante, di mana pun nantinya saya dilahirkan kembali, semoga tubuhku bersinar dan
Mendengar apa yang dikatakannya ini, ibunya saya menjadi seorang yang rupawan, dan semoga saya tidak lagi
membalas, “Baiklah, Putraku, Anda memang harus selalu penuh harus tinggal di tempat yang sama dengan orang yang tidak baik
semangat (perhatian): Wanita, sesungguhnya, adalah makhluk itu.” Demikianlah sebagai akibat dari aspirasi itu, ia menjadi tidak
yang pikirannya susah ditebak,” dan mengisi sebuah mangkuk dapat memilikinya. Sedangkan Bodhisatta, setelah memasukkan
emas dengan berbagai jenis makanan lezat, berkata, [290] “Ini kembali kue itu ke dalam patta, mengucapkan aspirasi ini:
untukmu dalam perjalanan,” kemudian meninggalkannya. Setelah mengambil mangkuk, memberi hormat tiga kali kepada untukmu dalam perjalanan,” kemudian meninggalkannya. Setelah mengambil mangkuk, memberi hormat tiga kali kepada
gajah, dan berkata demikian kepada para penjaga gajahnya, denganmu lagi,” kemudian pergi ke kamar kerajaannya. Ia
“Biarlah saya berada di sini dan memainkan musik untuk kalian.” melengkapi dirinya dengan lima jenis senjata, meletakkan uang
Mereka memperbolehkannya melakukan itu, dan ia pun seribu keping di dalam sebuah kantong, membawa mangkuk
berbaring di sana. Ketika keletihannya telah hilang, ia bangun, makanan itu dan sebuah kecapi berbentuk teratai, kemudian
membuka kecapinya, memainkannya dan bernyanyi, dengan berangkat meninggalkan kotanya. Dikarenakan ia adalah
memiliki pemikiran bahwa semua yang tinggal di dalam kota pasti seorang yang amat kuat dan bertenaga, ia telah menempuh
dapat mendengar suaranya. Pabhavati, selagi berbaring di lantai, perjalanan sejauh lima puluh yojana pada siang hari, dan setelah
mendengarnya dan berpikir, “Musik ini tidak mungkin berasal dari menyantap makanannya, selama sisa waktu setengah harinya
kecapi yang lain, selain miliknya,” dan merasa yakin bahwa Raja itu, kembali ia menempuh jarak sejauh lima puluh yojana. Jadi
Kusa telah datang untuknya. Raja Madda juga, ketika dalam waktu satu hari, ia telah berhasil menempuh jarak sejauh
mendengarnya, berpikir, “Orang ini memainkan musiknya dengan seratus yojana. Di sore harinya, ia mandi dan kemudian masuk
sangat merdu. Besok saya akan memanggilnya dan ke Kota Sāgala. Tidak lama setelah ia memijakkan kakinya di
menjadikannya sebagai pemain musikku.” Bodhisatta yang tempat itu, kemudian Pabhavati, disebabkan oleh keagungan
berpikiran, “Tidaklah mungkin bagiku untuk bertemu dengan kekuatannya (Kusa), tidak dapat beristirahat dengan tenang di
Pabhavati jika saya tetap berada di sini. Ini adalah tempat yang ranjangnya, yang kemudian keluar dari kamarnya dan berbaring
salah bagiku,” meninggalkan tempat itu cepat di pagi hari, dan di lantai. Saat itu, Bodhisatta telah kelelahan dengan
setelah sarapan di suatu tempat makan, ia meninggalkan perjalanannya, dan ketika terlihat oleh seorang wanita sewaktu
kecapinya, pergi ke tempat kundi (perajin barang yang terbuat berkeliaran di jalanan, ia pun diundang untuk beristirahat di
dari tanah liat) raja dan menjadi muridnya. Suatu hari, setelah dalam rumahnya. Dan, setelah terlebih dahulu membasuh
mengisi rumah itu dengan tanah liat, [291] ia menanyakan kakinya, wanita itu memberikannya tempat untuk tidur. Selagi ia
apakah ia harus membuat bejana. Ketika dijawab oleh si kundi, tertidur, wanita itu menyiapkan makanan untuknya, dan
“Ya, kerjakanlah itu,” ia pun meletakkan setumpuk tanah liat di kemudian membangunkannya untuk memintanya makan. Kusa
atas roda dan memutarnya 157 . Sekali roda itu diputar, ia tidak merasa sangat senang dengan wanita ini dan menghadiahkan
berhenti sampai tengah hari. Setelah membuat beraneka macam kepadanya uang ribuan keping dan juga mangkuk emas itu.
bentuk bejana, yang besar dan yang kecil, ia kemudian mulai Setelah meninggalkan lima jenis senjata yang dibawanya, Kusa berkata, “Ada suatu tempat yang harus saya kunjungi,” dan
157 āvijjhi. Bandingkan Jātaka I. 313, 8, āvaijjhitvā.
membuat satu yang khusus untuk Pabhavati dengan berbagai datang ke kota mereka dan membuat bejana itu. Kundi tersebut gambar padanya. Tujuan dari seorang Bodhisatta selalu berhasil.
memberikan kepada Bodhisatta uang seribu keping dan berkata, Ia bertekad agar hanya Pabhavati yang melihat gambar-gambar
“Anakku, raja merasa senang denganmu. Mulai saat ini, kamu itu. Setelah ia mengeringkan dan menyiapkan semuanya, rumah
yang harus membuat bejana-bejana untuk putri-putrinya dan itu pun penuh dengan bejana-bejana. Kundi itu pergi ke istana
saya yang membawa bejana-bejana itu untuk mereka.” Ia dengan membawa beragam jenis bentuk. Ketika melihatnya, raja
berpikir, “Meskipun saya tetap berada di sini, tetap tidak mungkin menanyakan siapa yang membuatnya. “Saya, Paduka,” jawab
bagiku untuk bertemu dengan Pabhavati,” dan ia mengembalikan kundi itu. “Saya yakin bukan kamu yang membuatnya. Siapa
uang itu kepada kundi tersebut dan pergi ke tempat perajin yang membuatnya?” “Muridku, Paduka.” “Ia bukanlah muridmu,
keranjang yang bekerja untuk raja. Setelah diterima menjadi melainkan ia adalah gurumu. Belajarlah darinya. Mulai hari ini,
muridnya, ia membuat sebuah kipas berbentuk pohon lontar tugaskanlah ia yang membuatkan bejana untuk putri-putriku.”
untuk Pabhavati, dan di kipas itu diberikannya gambar sebuah Dan dengan memberikannya uang seribu keping, raja berkata,
payung putih (sebagai salah satu lambang kerajaan) [292] dan “Berikan ini kepadanya, dan bawakan bejana-bejana ini kepada
dengan menggambar orang-orang 158 berada di tempat minum, di putri-putriku.” Ia kemudian membawakan bejana-bejana tersebut
antara sekian banyak bentuk yang berlainan, ia menggambar kepada mereka dan berkata, “Semua ini dibuat untuk
Pabhavati dalam posisi berdiri. Tukang keranjang itu membawa kesenangan Anda sekalian.” Mereka semua menerimanya.
kipas ini dan benda lainnya, hasil karya dari Kusa, menuju ke Kemudian kundi tersebut memberikan kepada Pabhavati bejana
istana. Ketika melihatnya, raja menanyakan siapa yang yang khusus dibuatkan oleh Sang Mahasatwa untuknya.
membuatnya, dan sama seperti sebelumnya memberikan uang Sewaktu menerimanya, dengan segera ia mengenali
seribu keping kepada laki-laki itu, seraya berkata, “Berikan hasil kesukaannya dan juga kesukaan dari pengasuh bungkuknya,
kerajinan ini kepada putri-putriku.” Dan ia juga memberikan kipas dan mengetahui bahwa itu pasti adalah hasil kerajinan tangan
yang secara khusus dibuatkan untuknya kepada Pabhavati, Raja Kusa dan bukan yang lain, ia menjadi marah dan berkata,
tetapi ketika melihatnya, Pabhavati mengetahui bahwa itu adalah “Saya tidak menginginkannya. Berikanlah kepada orang mereka
hasil kerajinan yang dibuat oleh Raja Kusa dan berkata, yang menginginkannya.” Kemudian saudara-saudaranya yang
“Berikanlah ini kepada mereka yang menginginkannya,” dan melihat ia demikian marah, menjadi tertawa dan berkata, “Anda
dikarenakan kemarahannya, ia membuangnya ke lantai. mengira bahwa itu adalah buatan dari Raja Kusa. Yang
Saudara-saudara lainnya pun menertawakan dirinya. Perajin membuatnya adalah tukang kundi, bukannya Raja Kusa. Ambillah itu.” Ia tidak memberitahu mereka bahwa Kusa telah
158 vatthum.
keranjang itu membawakan uangnya dan memberikannya memberikan kepada Bodhisatta sebuah tulang untuk dimasak kepada Bodhisatta. Berpikir bahwa itu bukanlah tempat yang
sendiri. Ia memasaknya sedemikian rupa sehingga aroma cocok baginya, ia mengembalikan uangnya dan pergi ke tempat
masakannya tercium sampai ke seluruh kota [293]. Raja tukang taman kerajaan dan menjadi muridnya. Sewaktu
mencium aroma ini dan menanyakan juru masaknya apakah ia membuat beraneka ragam untaian bunga, ia membuatkan satu
masih sedang memasak daging di dapur. “Tidak, Paduka. Tadi yang khusus untuk Pabhavati, dengan berbagai bentuk. Tukang
saya memberikan tulang kepada muridku untuk dimasak. taman itu membawanya ke istana. Ketika melihatnya, raja
Pastinya masakan darinya lah yang Anda cium ini.” Raja menanyakan siapa yang membuat untaian bunga itu. “Saya,
meminta agar makanan itu dibawakan untuknya, dan sewaktu Paduka.” “Saya yakin bukan kamu yang membuatnya. Siapa
meletakkan secuil makanan itu di ujung lidahnya, tujuh ribu saraf yang membuatnya?” “Muridku, Paduka.” “Ia bukanlah muridmu,
perasanya bergairah. Demikian bergairahnya selera makan raja melainkan ia adalah gurumu. Belajarlah darinya. Mulai hari ini,
atas makanan lezat tersebut sehingga ia memberikannya uang tugaskanlah ia yang membuatkan untaian bunga untuk putri-
seribu keping, dan berkata, “Mulai saat ini, kamu harus putriku, dan berikan uang seribu keping ini kepadanya.” Setelah
menugaskan agar makanan untukku dan putri-putriku dimasak memberikan uang ini kepadanya, raja berkata, “Bawalah bunga-
oleh muridmu. Dan yang membawakan makananku adalah bunga ini kepada putri-putriku.” Dan tukang kebun itu pun
tugasmu, sedangkan yang membawakan makanan untuk putri- mempersembahkan kepada Pabhavati untaian bunga yang
putriku adalah tugas muridmu itu.” Juru masak itu kembali dan dibuat oleh Bodhisatta secara khusus untuknya. Saat ini juga
memberitahu muridnya. Ketika mendengar ini, ia berpikir, sama, ketika melihat berbagai bentuk itu sebagai kesukaan dari
“Sekarang keinginanku akan terpenuhi: Saya akan dapat dirinya dan juga kesukaan dari raja, ia mengenali hasil buatan
bertemu dengan Pabhavati.” Karena merasa gembira, ia dari Kusa, dan dalam kemarahannya, membuang itu ke lantai.
mengembalikan seribu keping uang itu kepada sang juru masak. Sama seperti sebelumnya, semua saudara-saudaranya
Keesokan harinya, ia menyiapkan makanan untuk raja dan putri- menertawakan dirinya. Tukang taman mengambil dan
putrinya, ia sendiri yang membawakan makanan untuk putri-putri memberikan uang seribu keping itu kepada Bodhisatta, sambil
raja dengan sebuah pemikul. Pabhavati melihatnya naik beserta memberitahukan kepadanya apa yang terjadi. Ia berpikir, “Ini
dengan barang bawaannya dan berpikir, “Ia melakukan juga bukan tempat yang cocok untukku,” dan setelah
pekerjaan yang tidak seharusnya ia lakukan, pekerjaan itu mengembalikan uang itu kepada tukang taman, ia pergi ke
seharusnya dilakukan oleh budak atau pelayan. Tetapi jika saya tempat juru masak kerajaan dan menjadi muridnya. Suatu hari,
diam saja, ia akan berpikir bahwa saya menginginkan dirinya, juru masak memasakkan beragam jenis makanan untuk raja, dan
dan ia akan tetap tinggal di sini, melihatku, tidak akan pergi ke dan ia akan tetap tinggal di sini, melihatku, tidak akan pergi ke
dan memiliki rupa yang demikian elok; sebentar pun di sini.” Maka ia membiarkan pintunya setengah
Yang saya inginkan adalah cintamu, bukanlah terbuka, dengan satu tangannya memegang daun pintu, dan
kerajaanmu.
tangan yang satunya lagi pada engsel pintu, ia mengucapkan bait kedua berikut:
Setelah ia berkata demikian, Pabhavati berpikir, “Saya tadi memakinya, dengan harapan dapat menimbulkan rasa Kusa, tidaklah benar bagimu, siang dan malam,
kebencian dalam dirinya terhadap diriku. Akan tetapi, dengan menanggung beban ini.
kata-kata manisnya, ia berusaha untuk menenangkanku. Mohon kembalilah dengan segera ke Kusāvatī ;
Seandainya ia berkata, ‘Saya adalah Raja Kusa,’ dan menarik Saya tidak suka melihat rupa burukmu.
tanganku, siapa yang berani menghalanginya? Dan mungkin saja akan ada orang lain yang mendengar pembicaraan kami.” Maka
[294] Ia berpikir, “Saya mendengar ucapan dari ia pun menutup pintunya dan menguncinya dari dalam 159 . Dan Pabhavati,” dan dengan merasa senang demikian, ia
Raja Kusa pun membawakan makanan kepada putri-putri yang mengucapkan tiga bait kalimat berikut:
lain dengan menggunakan pemikul itu. Pabhavati mengirim pengasuh bungkuknya untuk membawakan kepadanya makanan
Terpikat oleh pesona kecantikanmu, Pabhavati, yang telah dimasak oleh Raja Kusa. Pengasuh itu aku tidak lagi merasa enak tinggal di tempat asalku;
membawakannya dan berkata, “Makanlah sekarang.” Pabhavati Kerajaan Madda yang anggun ini adalah tempat
berkata, “Saya tidak akan memakan makanan yang dimasaknya. kebahagiaanku, kutinggalkan mahkotaku hanya untuk
Kamu saja yang makan, dan bawakan kemari untukku makanan dapat melihat rupa cantikmu.
yang dimasak olehmu. Tetapi, jangan memberitahu orang lain bahwa Raja Kusa telah datang.” Mulai hari itu, pengasuh tersebut
Wahai wanita bermata lembut nan indah, Pabhavati, membawa dan memakan jatah sang putri, dan memberikan jatah Kegilaan apa ini yang menguasai diriku?
makanannya kepada Pabhavati. [295] Sejak saat itu, Raja Kusa Meskipun tahu akan tanah kelahiranku dengan penuh
tidak dapat bertemu dengannya lagi, dan berpikir, “Saya ingin kesadaran, tetapi tetap kutempuh perjalanan ini.
tahu apakah Pabhavati memiliki perasaan cinta kepadaku. Saya
159 Secara harfiah, “setelah memasukkan pasak ( sūci) pada lubangnya, ia tetap berdiam di dalam.” Bandingkan Cullavagga, VI. 2. 1.
akan mengujinya.” Maka setelah menyediakan makanan kepada Tetapi karena ia amat mencintai Pabhavati, betapa para putri raja, ia membawa barang-barang peralatan makan
seringnya pun dicerca dan dicaci olehnya, ia tidak menunjukkan tersebut keluar. Ketika itu, ia tersandung kemudian terjatuh di
adanya kemarahan, kemudian mengucapkan bait berikut: lantai dekat kamar Pabhavati, menimbulkan suara gaduh dari peralatan makan yang berdentingan dan merintih dengan kuat; ia
Ia akan memperoleh apa yang diharapkannya dengan membuat semuanya membentuk satu tumpukan 160 dan tak
terus-menerus, baik dicintai maupun tidak dicintai, sadarkan diri. Mendengar suara rintihannya, Pabhavati membuka
keberhasilan adalah yang kami puji, kegagalan adalah pintu kamarnya dan, ketika melihatnya tertimpa barang
yang kami cela.
bawaannya, Pabhavati berpikir, “Yang berbaring di sini adalah seorang raja, raja yang termasyhur di seluruh India ( Jambudīpa).
Ketika ia sedang berbicara demikian, tanpa menunjukkan Demi diriku, ia menderita siang dan malam, dan sekarang ini,
adanya perasaan tersentuh, Pabhavati berkata dengan nada setelah demikian baiknya menyiapkan makanan, ia jatuh tertimpa
suara yang tegas seperti bertekad untuk mengusirnya, barang bawaannya sendiri. Apakah ia masih hidup?” Ia
mengucapkan bait berikutnya:
melangkah keluar dari kamarnya, memajukan lehernya dan melihat mulutnya untuk memperhatikan napasnya. Mulut Raja
Seperti menggali tanah berbatuan dengan kayu rapuh 161 Kusa terisi dengan air liur, dan ia membuat tubuh Pabhavati
atau menghadang angin dengan jala, demikianlah halnya terkena air liurnya. Pabhavati segera kembali ke kamarnya,
dengan berharap akan seorang wanita yang tak mencaci dirinya, dan mengucapkan bait berikut, sembari berdiri
bersedia.
dengan pintu kamarnya yang setengah terbuka: Ketika mendengar ini, raja mengucapkan tiga bait kalimat Kesengsaraan adalah miliknya yang selalu berharap,
berikut:
ketika harapan-harapannya tak terkabulkan; Seperti Anda, wahai raja, yang tak jua pulang,
Di dalam hatimu keras seperti batu, di luar terlihat begitu berharap akan cinta.
lembut, tak ada kata-kata sambutan terucap untukku meskipun telah kutempuh perjalanan jauh hanya untuk mendapatkan cintamu.
160 avakujja. Bandingkan Jātaka I. 13, 28. 161 kaṇikāra, Pterospermum acerifolium.
[296] Jika Anda memandangku dengan wajah yang demikian dan Anda tidak akan menerima yang lainnya sebagai merengut, maka di Kerajaan Madda, diriku tak lain tak
pendamping hidupmu.
bukan hanyalah seorang juru masak. Ketika mendengar perkataannya ini, Pabhavati berkata, Akan tetapi jika Anda memandangku dengan wajah yang
“Tidak ada orang yang mampu membuatnya merasa malu. Apa tersenyum, maka diriku bukan lagi seorang juru masak,
peduliku jika ia pergi atau tidak?” dan menutup pintu kamarnya, melainkan adalah Raja Kusāvatī.
menolak untuk menunjukkan dirinya. Raja Kusa kemudian memunguti bawaannya dan turun. Sejak hari itu, ia tidak lagi
Ketika mendengar perkataan raja, Pabhavati berpikir, “Ia dapat melihat Pabhavati dan menjadi bosan dengan pekerjaan sangat gigih dalam semua perkataannya. Saya harus memikirkan
masak-memasaknya. [297] Setelah menyantap sarapan, ia sesuatu untuk membuatnya pergi dari sini,” dan mengucapkan
memotong kayu bakar, mencuci piring, dan kemudian tidur bait berikut:
berbaring pada tumpukan biji-bijian 162 . Bangun cepat di pagi hari, ia memasak bubur dan sebagainya, kemudian membawakan dan
Jika perkataan peramal adalah benar, inilah yang mereka menghidangkan makanan tersebut. Ia menjalani semua katakan, ‘Anda akan hancur terpotong menjadi tujuh
kesusahan ini demi cintanya kepada Pabhavati. Pada suatu hari, bagian jika menikah dengan Raja Kusa.’
ia melihat pengasuh bungkuk itu lewat di pintu dapur dan memanggilnya. Dikarenakan rasa takut terhadap Pabhavati,
Ketika mendengar ini, raja menyanggah perkataannya pengasuh itu tidak berani mendekatinya, tetap berjalan dengan dengan berujar, “Nona, saya juga ada pergi ke tempat peramal di
berpura-pura sedang tergesa-gesa. Maka ia dengan cepat berlari kerajaanku, dan mereka meramalkan bahwa tidak ada suami
mengejarnya sambil meneriakkan, “Bungkuk.” Pengasuh itu yang dapat menyelamatkanmu kecuali sang pemimpin bersuara
menoleh dan berhenti, kemudian berkata, “Siapa ini? Saya tidak singa, Raja Kusa, dan dengan pengetahuan yang kumiliki ini,
boleh mendengar apa yang kamu katakan.” Kemudian kukatakan pula hal yang sama,” dan ia mengucakan bait
dibalasnya, “Anda dan majikan Anda adalah orang yang keras berikutnya:
kepala. Meskipun telah sekian lama tinggal di tempat yang dekat denganmu, kami tidak pernah dapat mendengar lebih dari
Jika perkataan diriku dan peramal lainnya adalah benar, sekedar kabar kesehatannya.” “Pengasuh itu berkata kembali, Anda akan berkata, ‘Selamatkanlah diriku, Raja Kusa,’
162 ammaṇa, satuan ukuran berupa sekitar empat bushels, Mil. IV, 19.
“Maukah kamu memberikanku hadiah?” Ia menjawab, Kalung emas kan kuberikan untukmu sekembaliku ke “Anggaplah saya memberikanmu hadiah, apakah Anda mampu
Kusāvatī, jika Pabhavati yang bertubuh ramping melunakkan Pabhavati dan membawaku ke hadapannya?”
berkenan membalas cintaku.
Ketika disetujuinya, ia kemudian berkata, “Jika Anda benar mampu melakukannya, akan kutegakkan kembali punggung
[298] Ketika mendengar ini, pengasuh tersebut berkata, bungkukmu dan kuberikan perhiasan untuk lehermu,” dan
“Pergilah, Tuan. Dalam beberapa hari akan kubuat ia takluk dengan menggodanya, ia mengucapkan lima bait berikut:
dalam kekuasaanmu. Anda akan melihat betapa kuatnya diriku.” Setelah berkata demikian, ia memutuskan untuk segera
Kalung emas kan kuberikan untukmu sekembaliku ke bertindak, dan dengan pergi ke tempat Pabhavati ia berpura-pura Kusāvatī, jika Pabhavati yang bertubuh ramping 163 seolah-olah akan membersihkan ruangannya dengan tidak
berkenan untuk berjumpa denganku. meninggalkan seberkas debu pun, mengeluarkan sepatu- sepatunya, kemudian mulai menyapu bersih seluruh isi kamar itu.
Kalung emas kan kuberikan untukmu sekembaliku ke Kemudian ia menyiapkan satu tempat duduk yang tinggi untuk Kusāvatī, jika Pabhavati yang bertubuh ramping
dirinya sendiri di pintu masuk kamarnya (menjaga ambang berkenan untuk berbicara denganku.
pintunya dengan baik) dan, dengan membentangkan satu selimut pada tempat duduk yang rendah untuk Pabhavati, ia berkata,
Kalung emas kan kuberikan untukmu sekembaliku ke “Mari, Anakku, saya akan mencari kutu di kepalamu,” Kusāvatī, jika Pabhavati yang bertubuh ramping
memintanya untuk duduk di sana, meletakkan kepalanya di berkenan untuk tersenyum padaku.
pangkuan, dan mengusap rambutnya sedikit, ia kemudian berkata, “Wah, betapa banyaknya kutu yang ada di sini,” ia
Kalung emas kan kuberikan untukmu sekembaliku ke mengambil kutu-kutu dari kepalanya sendiri dan meletakkan Kusāvatī, jika Pabhavati yang bertubuh ramping tertawa
mereka di kepala sang putri, dan kemudian untuk mengatakan girang sewaktu bertemu denganku.
cinta dari Sang Mahasatwa, ia pun memuji dirinya dalam bait ini:
Putri raja ini tidak lagi berbahagia untuk bertemu dengan Kusa meskipun ia hanya menerima bayaran seorang pelayan di sini sebagai juru masak, tidak menginginkan apa pun.
163 Secara harfiah, “dengan paha seperti belalai gajah.”
Pabhavati menjadi marah kepada si bungkuk. Wanita tua Janganlah menilainya, Pabhāvatī, dari rupanya atau itu menariknya pada bagian leher dan mendorongnya masuk ke
penampilan luarnya,
dalam kamar, dan dengan dirinya sendiri berada di luar, ia memiliki kekayaan yang besar, lakukanlah apa pun pengasuh itu menutup pintunya dan duduk berdiri memegangi tali
yang menyenangkan baginya.
yang menarik pintu 164 . Tidak mampu menangkapnya, Pabhavati hanya berdiri di belakang pintu, mencercanya dan mengucapkan
Janganlah menilainya, Pabhāvatī, dari rupanya atau bait berikut:
penampilan luarnya, ia memiliki kekuatan yang besar, lakukanlah apa pun
[299] Budak berpunggung bungkuk ini pastinya, karena telah
yang menyenangkan baginya.
mengucapkan kata-kata demikian, pantas mendapatkan lidahnya dicabut keluar dengan pedang yang tertajam.
Janganlah menilainya, Pabhāvatī, dari rupanya atau penampilan luarnya,
Maka si bungkuk yang berdiri sambil memegang tali yang ia memiliki daerah kekuasaan yang luas, lakukanlah apa bergantung ke bawah, berkata, “Anda adalah orang yang tak
pun yang menyenangkan baginya.
bijaksana, orang yang berkelakuan buruk. Apalah yang dapat dilakukan oleh kecantikanmu itu? Dapatkah orang hidup dengan
Janganlah menilainya, Pabhāvatī, dari rupanya atau memakan kecantikanmu itu?” dan setelah berkata demikian, ia
penampilan luarnya,
mengulas kualitas bagus dari Bodhisatta dalam tiga belas bait ia adalah seorang maharaja, lakukanlah apa pun yang berikut, mengucapkannya dengan keras seperti layaknya suara
menyenangkan baginya.
kasar seorang yang bungkuk: Janganlah menilainya, Pabhāvatī, dari rupanya atau Janganlah menilainya, Pabhāvatī, dari rupanya atau
penampilan luarnya,
penampilan luarnya, ia bersuara layaknya suara singa, lakukanlah apa pun ia memiliki kemuliaan yang besar, lakukanlah apa pun
yang menyenangkan baginya.
yang menyenangkan baginya. Janganlah menilainya, Pabhāvatī, dari rupanya atau penampilan luarnya,
Untuk keterangan mengenai pintu ala India, bandingkan Cullavagga, VI. 2. 1; āviñchanarajju yang digunakan sebagai pengganti dari āviñjanarajju yang digunakan di sini.
ia bersuara menyenangkan, lakukanlah apa pun yang [300] Mendengar apa yang dikatakannya, Pabhavati menyenangkan baginya.
mengancam si bungkuk dengan berkata, “Bungkuk, suaramu terlalu keras. Jika saya mendapatkanmu nanti, akan saya
Janganlah menilainya, Pabhāvatī, dari rupanya atau tunjukkan bahwa kamu memiliki majikan di sini.” Ia membalas, penampilan luarnya,
kepadamu, saya tidak ia bersuara penuh tekanan, lakukanlah apa pun yang
memberitahukan keberadaan Raja Kusa kepada ayahmu. menyenangkan baginya.
Baiklah, hari ini raja akan kuberitahu,” dan setelah berkata dengan suara keras demikian, ia pun membuat putri menjadi
Janganlah menilainya, Pabhāvatī, dari rupanya atau takut. Dikarenakan takut akan ada orang lain yang penampilan luarnya,
mendengarnya, Pabhavati berusaha menenangkan si bungkuk. ia bersuara merdu, lakukanlah apa pun yang
Dan dikarenakan tidak dapat bertemu dengannya, setelah tujuh menyenangkan baginya.
bulan merasa bosan dengan tempat tidurnya yang keras dan makanan yang tidak enak, Bodhisatta berpikir, “Apalah gunanya
Janganlah menilainya, Pabhāvatī, dari rupanya atau ia bagiku? Setelah tinggal di sini selama tujuh bulan, saya penampilan luarnya,
bahkan tidak dapat bertemu dengannya. Ia adalah orang yang ia bersuara manis, lakukanlah apa pun yang
keras dan tak berperasaan. Saya akan kembali untuk menjumpai menyenangkan baginya.
ibu dan ayahku.” Pada waktu itu, Sakka yang memindai permasalahannya mengetahui penyesalan Kusa, dan ia berpikir,
Janganlah menilainya, Pabhāvatī, dari rupanya atau “Setelah melewati waktu tujuh bulan, ia tetap tidak dapat bertemu penampilan luarnya,
dengan Pabhavati. Saya akan mencari suatu cara untuk dapat ia memiliki ratusan keahlian, lakukanlah apa pun yang
Kemudian Sakka menyenangkan baginya.
mengirimkan pesan kepada tujuh orang raja seolah-olah pesan itu berasal dari Raja Madda, yang berbunyi, “Pabhavati telah
Janganlah menilainya, Pabhāvatī, dari rupanya atau meninggalkan Raja Kusa dan kembali ke rumah. Datanglah ke penampilan luarnya,
sini dan jadikanlah ia sebagai ratumu.” Dan Sakka mengirimkan Raja Kusa adalah dirinya, lakukanlah apa pun yang
pesan yang sama ini kepada tujuh orang raja tersebut. Mereka menyenangkan baginya.
semuanya berangkat menuju ke Kerajaan Madda diikuti dengan rombongan besar, tanpa saling mengetahui alasan kedatangan semuanya berangkat menuju ke Kerajaan Madda diikuti dengan rombongan besar, tanpa saling mengetahui alasan kedatangan
kepada siapa pun dari mereka. Setelah menyia-nyiakan raja sewaktu mengetahui pokok permasalahannya, mereka menjadi
termasyhur di seluruh India, biarlah Pabhavati menerima marah dan berkata, “Apakah ia akan menikahkan putrinya
balasannya dengan kembali ke rumah. Akan kupotong dirinya kepada kita bertujuh? Lihatlah betapa buruk kelakuannya. Ia
menjadi tujuh bagian dan mengirimkan masing-masing bagian mempermainkan kita, dengan mengatakan, ‘Jadikanlah ia
kepada ketujuh raja tersebut,” setelah berkata demikian, ia sebagai ratumu.’ Biarlah ia memilih apakah ia akan menikahkan
mengucapkan bait berikut:
Pabhavati kepada kita bertujuh atau apakah ia akan berperang dengan kita.” Dan mereka pun mengirimkan sebuah pesan
Dalam tujuh bagian Pabhāvatī akan dipotong, kepadanya mengenai permasalahan ini dan masuk ke dalam
satu bagian masing-masing untuk satu dari tujuh raja kota. Ketika mendapat pesan tersebut, Raja Madda terkejut dan
yang datang dengan tujuan membunuh ayahnya. berdiskusi dengan para menterinya dengan berkata, “Apa yang harus kita lakukan?” Kemudian para menterinya menjawab, [301]
Perkataannya ini terdengar dan tersebar di seluruh “Paduka, ketujuh raja ini telah berangkat menuju ke sini untuk
istana. Pelayan-pelayannya mendatangi dan memberitahu mendapatkan Pabhavati. Jika Anda menolak untuk
Pabhavati, “Kata mereka, raja akan memotongmu menjadi tujuh menikahkannya, mereka akan merobohkan dinding benteng dan
bagian dan mengirimkan bagian-bagian itu kepada tujuh orang masuk ke dalam kota, dan kemudian setelah menghancurkan
raja.” Pabhavati menjadi ketakutan dan dengan ditemani oleh kita, mereka akan merampas kerajaanmu. Selagi benteng belum
adik-adiknya, bangkit dari duduknya, pergi ke kediaman ibunya. roboh, kirimkanlah Pabhavati kepada mereka,” dan mereka mengucapkan bait berikut:
Untuk menjelaskan masalah ini, Sang Guru berkata: Dengan rupa yang menawan meskipun gelap, ia menuju
Diperkokoh oleh gajah-gajah yang luar biasa, mereka ke tempat ratu dan berjalan di depan kelompok semua berdiri dengan mengenakan baju besi,
pelayannya, mengenakan kain sutra dan menangis jika tak segera mengirimkan Pabhāvatī, mereka akan
terisak.
merobohkan benteng kita. Ia mendatangi ibunya dan setelah memberi salam, ia Mendengar ini, raja berkata, “Jika kukirimkan Pabhavati
kemudian meratap demikian:
kepada salah satu dari mereka, maka yang lainnya akan
[302] Wajah ini yang dipercantik oleh bedak, demikian Pinggul ini lebar dan kencang, terbentuk dengan pakaian menawan hati seperti terlihat di kaca, dengan kepolosan
yang membalutnya, dililit dan dilingkari oleh sabuk emas, dan kemurnian di setiap garisnya, sekarang akan berada
akan segera dipotong, dan oleh para raja yang berada di tertancap pada gading oleh para raja di dalam hutan.
hutan kemudian dibuang; Serigala akan mengambil dan membawanya pergi
Rambut yang berwarna gelap ini, diikat dan dikucir,
sesukanya ke mana pun.
demikian lembut untuk disentuh dan wangi dengan aroma kayu cendana;
Anjing, burung gagak, serigala, dan hewan pemangsa Di tempat mayat berbaring, meskipun ditimbun, burung
apa saja, jika mereka memangsa Pabhāvatī, tidak akan hering dengan segera akan menemukannya, dan,
menua.
dengan cakar mereka, mencabik dan mengoyak dan menyerakkannya dengan hembusan angin.
Jika para raja yang datang dari tempat jauh meminta daging dan tulang putrimu, bakarlah tubuh ini di tempat
Tangan-tangan ini yang ujung jarinya diwarnai, seperti
yang tersembunyi.
warna tembaga, merah tua, sering berendam mandi dengan cendana terbaik dan melumuri semua bagian,
Kemudian tanamkanlah sebuah pohon kaṇikāra di akan segera dipotong, dan oleh para raja yang berada di
sebidang tanah di dekatnya, dan ketika mekar, teringat hutan kemudian dibuang;
akan diriku, Ibu, katakanlah sembari menunjuk pada Serigala akan mengambil dan membawanya pergi
bunganya, ‘Demikianlah Pabhāvatī -ku sewaktu hidup.’ sesukanya ke mana pun. [303] Demikianlah ia meratap tangis di hadapan ibunya Payudara ini seperti buah lontar yang matang di
dikarenakan rasa takutnya akan kematian. Raja Madda pohonnya, beraroma wangi cendana yang dimiliki Kāsi:
memerintahkan algojo datang dengan membawa kapak dan Segera, bergantung padanya, seekor serigala kemudian
papan pemotong 165 . Kedatangan sang algojo tersebar cepat di akan menggigit dan menariknya, seperti bayi yang
bergantung pada payudara ibunya. 165 gaṇṭhikā (gaṇḍikā). Kombinasi kata dhammagaṇṭhikā(gaṇḍikā) terdapat di Jātaka, Vol. I.
150, II. 124, III. 41, IV. 176. Bandingkan Cullavagga, terjemahan bahasa Inggris oleh R. Davids and H. Oldenberg, Vinaya Texts, pt. III, hal. 144 dan 213. Dalam bahasa Bengali
gaṇḍi adalah ‘sebuah benda yang melingkari (kepala) seorang penjahat,’ dan arti ini cocok dengan konteks dalam teks yang disebutkan di atas.
seluruh istana. Ibu Pabhavati, yang mendengar kedatangannya, Anda tidak mendengar perkataanku ketika nasihat baik bangkit dari duduknya dan pergi menjumpai raja dengan diliputi
yang kuucapkan, sekarang Anda akan segera berada di kesedihan.
kediaman Yama, dengan badan yang berlumuran darah.
Sang Guru menjelaskan masalah ini dengan berkata: Demikianlah akhir hidup yang akan terjadi pada setiap orang, atau bahkan lebih buruk, yang tidak
Melihat kapak dan papan pemotong dikeluarkan dengan mendengarkan nasihat baik, mengabaikan peringatan lingkar mematikannya, semua wanita kerajaan itu bangkit
seorang sahabat.
dan pergi mencari raja. Jika saja hari ini Anda tetap menikah dengan seorang [304] Kemudian ratu mengucapkan bait berikut:
pangeran gagah perkasa, berada di tempat yang dihiasi oleh emas dan permata, memiliki keluarga di Kerajaan
Dengan kapak ini, Raja Madda akan menyebabkan Kusa, dilayani oleh kumpulan pelayan, Anda tidak akan kematian putrinya, dan mengirimkan potongan bagian
berakhir di kediaman Yama.
tubuhnya kepada para raja di sana. Di saat tabuhan genderang dan bunyi suara trompet Raja berusaha untuk menenangkannya dengan berkata,
gajah berkumandang, berada dalam keluarga kerajaan, “Ratu, apa yang Anda katakan ini? Putrimu telah menolak raja
di tempat mana lagi dapat ditemukan kebahagiaan yang termasyhur di seluruh India dikarenakan keburukan rupanya, dan
melebihi ini?
dengan menerima kematian sebagai akhir hidupnya, ia pulang kembali ke rumah sebelum jejak kakinya, di jalan yang pertama
Di saat kuda-kuda meringkik (gembira) dan para pemusik dilaluinya ke sana, terhapus bersih. Oleh karenanya, biarlah ia
melantunkan musik, berada dalam keluarga kerajaan, di menerima hasil sebagai akibat dari kecemburuan yang
tempat mana lagi dapat ditemukan kebahagiaan yang ditimbulkan oleh kecantikannya itu.” Setelah mendengar apa
melebihi ini?
yang dikatakan oleh raja, kemudian ratu beralih ke putrinya dan meratapinya demikian:
Di saat terdengar suara-suara dari burung merak, burung Ia, Kusa yang mulia dan bijaksana, yang akan pucung 166 dan burung tekukur, berada dalam keluarga
mengalahkan mereka semua untukku. kerajaan, di tempat mana lagi dapat ditemukan kebahagiaan yang melebihi ini?
Kemudian ibunya berpikir, “Ia takut akan kematian dan menjadi berbicara yang bukan-bukan,” dan mengucapkan bait [305] Setelah berkata demikian kepadanya, ratu
berikut:
kemudian berpikir, “Seandainya saja Raja Kusa berada di sini sekarang, ia akan mampu membuat ketujuh raja itu pergi. Dan
Apakah Anda telah menjadi buta atau dungu berbicara setelah membebaskan putriku dari penderitaannya, ia akan
demikian? Jika Kusa benar datang ke tempat ini, membawanya pergi bersama dirinya,” dan ia mengucapkan bait
mengapa Anda tidak memberitahukannya kepada kami? berikut: [306] Mendengar ini, Pabhavati berpikir, “Ibuku tidak Di manakah ia yang mampu mengalahkan kerajaan
memercayaiku. Ia tidak tahu bahwa Kusa berada di sini dan telah musuh dan menaklukkan musuh-musuhnya?
tinggal selama tujuh bulan. Akan kubuktikan kepadanya,” dan Ia, Kusa yang mulia dan bijaksana, mampu
dengan menarik tangan ibunya, ia membuka jendela dan membebaskan kita dari kesusahan ini.
menjulurkan tangannya, menunjuk pada dirinya (Kusa), kemudian mengucapkan bait berikut:
Kemudian Pabhavati berpikir, “Lidah ibuku tidaklah seharusnya mengucapkan pujian untuk Kusa. Saya akan
Ibu, lihatlah juru masak di sana, dengan pinggang yang memberitahunya bahwa Kusa sebenarnya selama ini tinggal di
tegak lurus;
sini dan disibukkan dengan pekerjaan seorang juru masak,” dan Dengan membungkuk, ia mencuci tempayan dan kuali, ia mengucapkan bait berikut:
di tempat putri raja tinggal.
Sang penakluk yang mengalahkan semua musuhnya, Dikatakan, kala itu, Kusa memiliki pemikiran berikut: ia berada di sini!
“Hari ini keinginanku akan terkabulkan. Dikarenakan takut akan kematian, Pabhavati akan memberitahukan keberadaanku di tempat ini. Saya akan mencuci dan membersihkan peralatan
166 burung bangau kecil. Ardea cinerea, burung pucung seriap.
masakku.” Dan ia pun mengambil air dan mulai mencuci. [307] Ia menunggangi dua ribu ekor gajah, bukan seorang Kemudian ratu memaki putrinya dalam bait berikut ini:
budak, saya bersumpah; Yang Anda lihat berdiri di sana adalah putra Raja Okkāka.
Apakah Anda ingin menjadi kaum candala 167 atau, seorang wanita kaum kesatria mencintai seorang budak,
Ia menunggangi dua ribu ekor kuda, bukan seorang memberikan aib yang besar bagi Kerajaan Madda?
budak, saya bersumpah; Yang Anda lihat berdiri di sana adalah putra Raja Okkāka.
Kemudian Pabhavati berpikir, “Ibuku tidak tahu bahwa dikarenakan dirikulah, Kusa berada di tempat ini sampai
Ia menaiki dua ribu buah kereta (pertempuran), bukan sekarang dengan status demikian,” dan mengucapkan bait
seorang budak, saya bersumpah; Yang Anda lihat berdiri berikut:
di sana adalah putra Raja Okkāka.
Bukannya saya ingin menjadi kaum candala, saya Ia memiliki dua ribu ekor sapi jantan, bukan seorang bersumpah, atau ingin memberikan aib bagi kerajaanku.
budak, saya bersumpah; Yang Anda lihat berdiri di sana Akan tetapi, ia, bukan seorang budak, adalah putra Raja
adalah putra Raja Okkāka.
Okkāka. Ia memiliki dua ribu ekor sapi perah, bukan seorang Dan untuk memuji kemasyhurannya, Pabhavati berkata:
budak, saya bersumpah; Yang Anda lihat berdiri di sana adalah putra Raja Okkāka.
Ia memberikan makanan kepada dua ribu orang brahmana, bukan seorang budak, saya bersumpah;
Demikianlah kejayaan dari Sang Mahasatwa yang dipuji Yang Anda lihat berdiri di sana adalah putra Raja
olehnya dalam enam bait kalimat. Kemudian ibunya berpikir, “Ia Okkāka.
berbicara dengan amat meyakinkan. Pastilah itu benar adanya,” setelah memercayainya, ia pergi memberitahu raja seluruh kejadiannya. Raja bergegas menjumpai Pabhavati dan bertanya, “Apakah itu benar, yang mereka katakan, bahwa Raja Kusa berada di sini?” “Ya, Ayah. Sampai hari ini, sudah tujuh bulan ia berada di sini dengan samaran sebagai seorang juru masak
167 caṇḍāla, kasta rendah. KBBI: rendah; hina; nista.
putri-putrimu.” Tidak memercayainya, raja bertanya kepada si Setelah demikian dibalas dengan kata-kata yang baik, bungkuk, dan ketika mendengar kebenaran dari permasalahan
raja masuk ke istana dan memanggil Pabhavati, ini darinya, raja mencerca perbuatan putrinya dan mengucapkan
memerintahkannya untuk pergi meminta maaf pada sang raja, bait berikut:
[308] dan mengucapkan bait ini:
Sebagai gajah yang menyamar sebagai katak, ketika Pergilah, gadis bodoh, minta maaf pada Raja Kusa yang pangeran gagah perkasa ini datang ke sini;
gagah perkasa, kemungkinan nyawamu akan dapat Adalah merupakan kesalahan dan keburukanmu dengan
terselamatkan.
menyembunyikannya dari kedua orang tuamu. Mendengar perkataan ayahnya ini, ia pun pergi Demikian raja mencercanya dan kemudian bergegas
menjumpai Kusa, ditemani oleh adik-adiknya dan para menemui Kusa, dan setelah mengucapkan salam, bersikap
pelayannya. Dalam keadaan berdiri sebagaimana adanya waktu anjali, mengakui kesalahannya, raja mengucapkan bait ini:
itu dengan pakaian pelayannya, Kusa melihatnya datang menuju ke arahnya dan berpikir, “Hari ini akan kuhancurkan
Dalam perihal tidak mengenali Maharaja dalam kesombongan si Pabhavati dan membuatnya tunduk di bawah samarannya, jika kami ada melakukan kesalahan
kakiku di tanah berlumpur,” dan dengan menuang habis semua terhadap Yang Mulia, dengan tulus kami memohon maaf.
air yang telah diambilnya ke sana, ia memijak-mijak sebidang tempat sebesar tempat dilakukan pemisahan padi dengan
Mendengar ini, Sang Mahasatwa berpikir, “Jika saya bijinya, menjadikan seperti tempat tumpukan lumpur. Pabhavati berbicara kasar kepadanya, hatinya pasti akan hancur. Saya
menghampirinya dan bersembah sujud di tempat berlumpur itu akan mengucapkan kata-kata yang menenangkan dirinya.”
meminta maaf.
Dengan berdiri di antara peralatan masaknya, ia mengucapkan bait berikutnya:
Untuk menjelaskan ini, Sang Guru berkata:
Memainkan peran sebagai seorang juru masak adalah Pabhāvatī, yang rupanya seperti makhluk dewa, perbuatanku yang salah,
mematuhi perkataan ayahnya:
tenanglah, bukanlah perbuatan salahmu jika tidak Dengan kepala tunduk ke bawah, dipegangnya kedua mengenali diriku.
kaki Raja Kusa yang gagah perkasa.
Kemudian Pabhavati mengucapkan bait-bait berikut: Akan kutanggung betapa pun susahnya, atas cintaku kepadamu, dan kukalahkan semuanya yang datang ke
Malam dan siangku tanpa dirimu, wahai raja,
Madda untuk mengambil dirimu.
telah berakhir: Lihatlah sekarang saya bersujud di kakimu,
Kusa, yang dipenuhi dengan kebanggaan seorang mohon Anda tidak lagi marah padaku.
kesatria seperti seakan-akan melihat bidadari Dewa Sakka, raja para dewa, yang melayani dirinya, berpikir, “Selagi saya masih
Saya berjanji padamu, jika Anda berkenan mendengar hidup, siapa yang berani datang dan membawa pergi istriku?” permohonanku ini, tak kan kulakukan (lagi) perbuatan
dan setelah bangkit dari tempatnya, seperti seekor singa, berkata yang menyakiti Tuanku.
di halaman istana, “Biarlah semua penghuni kota ini mengetahui keberadaanku,” dan dengan berjingkrak, bertepuk tangan, ia
Akan tetapi, jika Anda menolak permohonanku, maka meneriakkan, “Sekarang saya akan menghadapi mereka, ayahku akan membunuh putrinya sendiri, memotongnya
mintalah mereka untuk menyiapkan kuda dan keretaku,” dan ia berkeping-keping, dan memberikannya kepada para raja.
mengucapkan bait berikut:
Mendengar ini, Raja Kusa berpikir, “Jika kukatakan, Ayo cepat pasangkan kuda-kuda terbaikku pada kereta, ‘Inilah akibat yang harus Anda terima,’ hatinya pasti akan hancur.
dan lihatlah diriku, yang dengan gagah berani, berangkat Saya akan mengucapkan kata-kata yang menenangkan dirinya,”
menghancurkan musuh-musuhku di sana. dan ia berkata: Kemudian ia mengucapkan perpisahan kepada Akan kukabulkan permohonanmu, Pabhāvatī, selama
Pabhavati dengan berkata, “Untuk menangkap musuh-musuhmu Anda bersamaku; Janganlah takut, saya tidak marah
adalah tugasku. Pergilah mandi dan berhiaslah, kemudian padamu.
masuklah ke dalam istanamu.” Dan Raja Madda mengutus para menterinya sebagai pengawal kehormatannya. Mereka menarik
[309] Dengarkanlah aku, wahai putri raja, saya juga berjanji sebuah layar yang mengelilingi dirinya di dapur dan menyediakan padamu: Tak kan kulakukan perbuatan yang
seorang tukang pangkas untuknya. Setelah janggutnya dirapikan, menyakitimu.
rambutnya dibersihkan, dihiasi dengan segala kebesarannya dan dikelilingi oleh para pengawal, ia berkata, “Saya akan menuju ke rambutnya dibersihkan, dihiasi dengan segala kebesarannya dan dikelilingi oleh para pengawal, ia berkata, “Saya akan menuju ke
belakang tuannya, Kusa, yang turun mengeluarkan suara “Sekarang lihatlah betapa besarnya kekuatanku.”
auman singa dalam pertempurannya.
Sang Guru mengucapkan bait ini untuk menjelaskannya: Semua hewan, ketika mendengar suara Kusa yang menyerupai auman singa itu, dan juga semua kesatria
Wanita-wanita Kerajaan Madda melihatnya berdiri akan lari dari medan pertempuran, disebabkan oleh rasa demikian di sana, seperti singa pemberani, sewaktu ia
takut dan panik.
memukulkan kedua tangannya di udara. Pasukan bergajah, pasukan berkuda, pasukan berkereta, [310] Kemudian Raja Madda mengirimkan untuknya
dan pasukan berjalan kaki, ketika mendengar suara gajah yang telah terlatih untuk dapat berdiri tenang dalam situasi
auman Kusa menjadi terpencar dan lari kocar-kacir, perang, dihias dengan luar biasanya. Kusa naik ke punggung
disebabkan oleh rasa takut dan panik. gajah itu dengan sebuah payung putih terbentang di atasnya dan memerintahkan agar Pabhavati dibawa menghadap dirinya, dan
Dewa Sakka yang bergembira melihat kemenangan di setelah mendudukkannya di belakang, ia pun berangkat melalui
barisan depan pertempuran, memberikan sebuah gerbang timur, dikawal oleh empat kelompok pengawal 168 . Dan
permata ajaib, yang disebut Verocana. begitu berjumpa dengan rombongan musuhnya, ia berkata: “Saya adalah Raja Kusa. Bagi mereka yang masih menghargai
Memenangkan pertempuran, Kusa mengambil batu nyawanya, silakan berlutut,” dan ia mengeluarkan suara seperti
permata, dan kemudian kembali ke Madda dengan auman singa sebanyak tiga kali dan kemudian menghancurkan
duduk di atas punggung gajah.
musuh-musuhnya. Para kesatria itu, dalam keadaan hidup dan terikat, Sang Guru menjelaskan masalah ini dengan berkata:
dibawanya serta, dan kemudian ia berkata kepada ayahnya, ‘Lihatlah, Paduka, musuh-musuhmu ini.
pasukan yang menunggangi gajah (pasukan bergajah), pasukan berkuda, pasukan berkereta (perang), dan pasukan berjalan kaki.
Hidup mereka tergantung padamu, setelah kalah dalam Nikahkanlah mereka—Anda adalah maharaja kami— pertempuran, Anda boleh membunuh atau
sesuai dengan keinginanmu.
membebaskan mereka,’ Maka ia pun memerintahkan orang untuk mendandani [311] Raja kemudian membalas:
masing-masing putri dengan cantiknya dan menikahkan mereka masing-masing kepada ketujuh raja tersebut.
Musuh-musuh ini adalah milikmu, bukan milikku. Anda-lah maharaja kami, hendak membunuh atau
Sang Guru menjelaskan masalah ini dengan lima bait membebaskan mereka.
berikut:
Setelah mendapatkan balasan demikian, Sang Demikian Kusa raja bersuara singa memberikan putri- Mahasatwa pun berpikir, “Apalah gunanya bagiku jika orang-
putri Raja Madda, satu gadis kepada satu raja, gadis- orang ini mati? Janganlah membiarkan kedatangan mereka tidak
gadis cantik dengan kesatria-kesatria pemberani. mendapatkan hal yang baik. Pabhavati memiliki tujuh orang adik perempuan, putri-putri Raja Madda. Saya akan menikahkan
Gembira atas anugerah yang didapatkan dari Kusa raja mereka dengan ketujuh kesatria ini,” dan ia mengucapkan bait
bersuara singa, para kesatria kembali ke kerajaan berikut:
masing-masing.
Putri-putrimu ini berjumlah tujuh, seperti para dewi, Sambil membawa batu permata ajaibnya, Verocana, sangat cantik untuk dilihat;
Kusa kembali ke Kusāvatī, sang raja gagah perkasa, Nikahkanlah mereka, masing-masing, kepada tujuh
dengan membawa pulang Pabhāvatī. kesatria ini, calon menantumu. Menaiki satu kereta, pasangan kerajaan ini pulang ke Kemudian raja berkata:
rumah. Tak ada yang bersinar lebih terang antara satu dengan lainnya, karena mereka memiliki keanggunan
Kami dan mereka berada di bawah kuasamu, memenuhi
yang sama.
segala kehendakmu;
Sang ibu keluar menyambut kepulangan anaknya. Mulai kesempatan ini, Sang Guru berkata, “Para Bhikkhu, janganlah saat itu, sebagai pasangan suami istri mereka tinggal di
mencemooh bhikkhu ini. Orang bijak di masa lampau, meskipun kerajaan yang damai dan melewati hari-hari yang
ditawarkan satu kekuasaan untuk memimpin seluruh Jambudīpa, bahagia.
menolaknya dan (memilih untuk) menghidupi orang tua mereka.
[312] Setelah menyelesaikan uraian-Nya di sini, Sang Konon, dahulu kala Kota Bārāṇasī (Benares) dikenal Guru memaklumkan kebenarannya dan mempertautkan kisah
dengan nama Brahmavaḍḍhana. Kala itu, seorang raja yang kelahiran mereka:—Di akhir kebenarannya, bhikkhu yang tadinya
bernama Manoja 170 berkuasa di kota itu. Terdapatlah seorang menyesal itu menjadi kukuh dalam tingkat kesucian
brahmana hartawan yang memiliki kekayaan sebesar delapan Sotapanna:—“Pada masa itu, sang ayah dan ibu adalah anggota
ratus juta tetapi tidak memiliki seorang putra, dan istrinya keluarga kerajaan, putra yang lebih muda adalah Ānanda
memohon untuk mendapatkan seorang putra atas permintaan (Ananda), pengasuh bungkuk adalah Khujjuttarā, Pabhāvatī
suaminya. Bodhisatta, yang beranjak meninggalkan alam brahma (Pabhavati) adalah ibu dari Rāhula, yang lainnya adalah pengikut
ketika itu, terkandung di dalam rahimnya, dan pada hari Sang Buddha, dan Raja Kusa adalah diriku sendiri.”
kelahirannya diberi nama Sona. Di saat ia mampu berlari, seorang makhluk lain lagi beranjak meninggalkan alam brahma dan ia juga terkandung di dalam rahim istrinya, dan pada hari kelahirannya diberi nama Nanda. Segera setelah Weda diajarkan
No. 532.
kepada mereka dan mereka menguasai seluruh ilmu pengetahuan, sang brahmana yang memperhatikan betapa
SONA-NANDA-JĀTAKA rupawan kedua putranya berkata kepada istrinya, “Istriku, bagaimana jika kita mengikat putra kita, Sona, dalam ikatan
“Dewakah atau gandhabbakah,” dan seterusnya. Ini perkawinan?” Sang istri menyetujuinya dan memberitahukan adalah sebuah kisah yang diceritakan oleh Sang Guru ketika
masalah ini kepada putranya. [313] Ia membalas, “Saya sudah berada di Jetavana, tentang seorang bhikkhu yang menghidupi
merasa cukup dengan kehidupan duniawi sekarang ini. Selama ibunya. Kejadian yang membawa sampai ke kisah ini sama
Anda masih hidup, saya akan menjagamu, dan setelah Anda seperti yang terdapat di dalam Sāma-Jātaka 169 . Dalam
meninggal nanti, saya akan pergi ke Himalaya dan meninggalkan
169 Vol. VI. No. 540
170 Manoja-Jātaka, Vol. III. No. 397.
keduniawian menjadi seorang petapa.” Sang istri kemudian buah-buahan manis untuk mereka makan, menyediakan baik air mengulangi perkataan ini kepada suaminya, dan ketika mereka
dingin maupun air panas untuk mandi, merapikan rambut telah berkali-kali berbicara kepadanya tetapi tidak berhasil
beranyam mereka, membasuh kaki mereka, dan melakukan membujuknya, mereka beralih kepada Nanda, dengan berkata,
pelayanan lain sejenisnya. Setelah beberapa lama berlalu “Putraku, jalanilah kehidupan berkeluarga.” Ia menjawab, “Saya
dengan keadaan demikian, Yang Bijak Nanda berpikir, “Saya tidak akan menerima sesuatu yang ditolak oleh abangku, benda
berkewajiban menyediakan buah-buahan untuk ayah dan ibuku,” yang seolah-olah seperti dahak (yang dikeluarkan). Saya juga
jadi buah apa saja yang dapat dikumpulkannya di sekitar tempat akan mengikuti tindakan abangku menjadi seorang pabbajita
itu baik pada waktu kemarin maupun dua hari sebelumnya, akan sepeninggal kalian.” Kedua orang tua tersebut berpikir,
dibawanya pada awal pagi dan diberikannya kepada orang “Meskipun masih belia, mereka telah meninggalkan kesenangan
tuanya untuk dimakan. Mereka kemudian memakannya dan, indriawi. Jika mereka ini saja memiliki keinginan menjalani
setelah mencuci mulut, melakukan puasa Uposatha. Sedangkan kehidupan seorang petapa, bagaimana pula dengan kami?” dan
Yang Bijak Sona pergi jauh untuk mengumpulkan buah-buahan mereka berkata, “Mengapa harus menunggu kami meninggal
yang manis dan masak, dan mempersembahkannya kepada baru meninggalkan keduniawian? Kami akan meninggalkan
mereka. Kemudian mereka berkata, “Anakku, awal pagi hari ini kehidupan berumah tangga sekarang (menjalankan kehidupan
kami sudah memakan apa yang dibawakan oleh adikmu. petapa).” Dan setelah memberitahukan kepada raja tentang niat
Sekarang kami melakukan puasa Uposatha. Kami tidak mereka tersebut, mereka mendermakan seluruh kekayaan,
memerlukan buah-buahan ini sekarang. Jadi buah-buahannya menjadikan pelayan mereka budak yang bebas dan membagikan
tidak dimakan dan juga tidak diterima mereka. Hari berikutnya apa yang benar dan pantas diberikan kepada saudara-saudara
juga terjadi hal yang sama, dan begitu seterusnya. [314] mereka, dan mereka berempat meninggalkan Brahmavaḍḍhana
Demikianlah, dengan lima kesaktian yang dimilikinya, ia pergi ke menuju ke Himalaya. Mereka membuat satu tempat pertapaan di
tempat jauh untuk mengumpulkan buah-buahan, tetapi mereka dalam hutan yang menyenangkan, di dekat sebuah danau yang
tidak memakannya. Kemudian Sang Mahasatwa berpikir, “Ibu ditumbuhi oleh lima jenis teratai, dan di sana mereka tinggal
dan ayahku adalah orang lembut, dan Nanda membawakan sebagai petapa. Dua bersaudara itu menjaga kedua orang tua
buah-buahan baik yang belum masak maupun setengah masak mereka. Pada setiap awal pagi hari, mereka menyiapkan serat-
untuk mereka makan. Dan bila keadaannya terus begini, mereka serat kayu untuk sikat gigi dan air untuk cuci muka. Mereka
tidak akan dapat hidup untuk waktu yang lama. Akan kuhentikan menyapu bagian luar dari tempat pertapaan, bagian kamar, dan
perbuatannya.” Maka untuk memberitahunya, ia berkata, “Mulai semuanya, menyediakan air untuk mereka minum, membawakan
hari ini, jika Anda hendak membawakan buah-buahan untuk hari ini, jika Anda hendak membawakan buah-buahan untuk
memohon maaf darinya. Dan jika ini dilakukan, ketenaran dari mereka untuk dimakan.” Meskipun diberitahu demikian, tetapi
abangku akan tersebar ke seluruh India dan bersinar terang karena menginginkan jasa kebajikan untuk dirinya sendiri, ia
seperti matahari dan bulan.” Dengan kesaktiannya, ia tiba di Kota tidak mengindahkan perkataan saudaranya. Sang Mahasatwa
Brahmavaḍḍhana di depan pintu istana raja dan mengirimkan kemudian berpikir, “Nanda tidak menghiraukan perkataanku,
pesan kepada raja (melalui penjaga pintu) yang berbunyi, melakukan perbuatan yang salah. Akan kuusir dirinya.” Dengan
“Seorang petapa hendak bertemu dengan Anda.” Raja berkata, memiliki pemikiran bahwa ia sendiri yang akan menjaga kedua
“Ada urusan apa seorang petapa datang menemuiku? Ia pasti orang tuanya, ia pun berkata, “Nanda, Anda tidak mengindahkan
datang untuk mendapatkan makanan.” Raja memberikannya perkataanku, tidak berbuat sesuai apa yang dinasihatkan oleh
makanan, tetapi ia tidak mengambilnya. Kemudian raja yang bijak. Saya adalah putra sulung. Ibu dan ayah adalah
memberikannya beras, dan kain, dan daun pinang sirih 171 , tetapi tanggung jawabku: Akan kujaga mereka sendirian. Anda tidak
ia tidak juga mengambilnya. Akhirnya raja mengutus seorang lagi boleh tinggal di tempat ini, pergilah ke tempat lain,” dan ia
pengawal untuk menanyakan alasan kedatangannya, dan untuk menjentikkan jarinya. Setelah diusir demikian, Nanda tidak lagi
memberikan jawaban kepada pengawal itu, ia berkata, “Saya boleh berada di hadapan saudaranya, dan setelah mengucapkan
datang untuk melayani raja.” Mendengar ini, raja kembali perpisahan dengannya, ia menghampiri kedua orang tuanya dan
mengirim pengawalnya dengan berkata, “Saya memiliki banyak memberitahu mereka apa yang terjadi. Setelah menuju ke gubuk
pelayan, mintalah ia lakukan saja pekerjaannya sebagai seorang daunnya sendiri, Nanda melatih meditasi kasiṇa dan kemudian
petapa.” Ketika mendengar jawaban raja, ia membalas, “Dengan dari hari itu ia mengembangkan lima kesaktian dan delapan
kekuatanku sendiri akan kudapatkan kekuasaan untuk pencapaian (meditasi). Ia berpikir, “Aku dapat mengambil pasir
memerintah seluruh India dan memberikannya kepada rajamu.” permata dari kaki Gunung Sineru dan dengan menaburkannya di
Sewaktu mendengar hal ini, raja berpikir, “Pada umumnya, para kamar abangku, kudapat memohon maaf darinya, dan jika itu
petapa adalah orang yang bijak. Pastilah mereka mengetahui tidak berhasil, akan kuambilkan air dari Danau Anotatta dan
suatu trik tertentu untuk itu.” Kemudian raja meminta pengawal kemudian memohon maaf darinya. Jika itu tidak berhasil, dan jika
untuk membawanya menghadap, memberikannya tempat duduk abangku akan memaafkanku setelah kudatangkan makhluk-
dan setelah memberi salam hormat kepadanya, bertanya, makhluk dewata, maka akan kubawa empat maharaja dan juga
“Bhante, apakah Anda mampu mendapatkan kekuasaan untuk Dewa Sakka, kemudian memohon maaf darinya. Dan jika ini juga tidak berhasil, akan kubawa raja termasyhur di seluruh India, 171 tambūla. PED: pohon sirih (betel) atau daun pohon sirih (yang biasanya dikunyah-kunyah
setelah selesai menyantap makanan).
memerintah seluruh India, seperti yang dikatakan, dan akan yang ditembakkan oleh masing-masing pasukan, dan tak memberikannya kepadaku?” “Ya, Paduka.” “Bagaimana Anda
seorang pun di kedua kubu itu yang terluka. Dan ketika semua melakukannya?” “Paduka, tanpa mencucurkan darah siapa pun,
panah milik mereka habis, kedua kubu pasukan itu hanya dapat bahkan tidak sedikit pun jumlah yang dapat diminum seekor lalat
berdiri tak berdaya. Dan Nanda mendatangi Raja Kosala, kecil, tanpa menghabiskan harta kekayaanmu. Dengan
mencoba meyakinkan dirinya, dengan berkata, “Paduka, kesaktianku sendiri, akan kudapatkan kekuasaanku dan
janganlah takut. Tidak ada bahaya yang mengancam kuberikan kepadamu. Hanya saja, hari ini juga, tanpa ditunda lagi
kerajaanmu. Kerajaan masih akan tetap menjadi milikmu, Anda Anda harus berangkat maju.” Raja memercayai kata-katanya dan
cuma menyerah kepada Raja Manoja.” Ia memercayai apa yang berangkat, dikawal oleh para pasukannya. Jika cuaca panas,
Nanda katakan dan setuju dengannya. Kemudian dengan Nanda menciptakan peneduh (untuk melindungi mereka dari
membawanya ke hadapan Raja Manoja, Nanda berkata, “Raja panas) dan membuatnya terasa dingin. Jika hari hujan, ia tidak
Kosala menyerah padamu, Paduka. Biarlah kerajaannya tetap membiarkan air membasahi pasukan tersebut; ia menjaga
menjadi miliknya.” Manoja juga mengiyakannya dan setelah kehangatan hembusan angin. Ia menghilangkan tunggul-tunggul
menerima penyerahannya, ia melanjutkan perjalanan dengan pohon, semak-semak berduri dan segala jenis bahaya. Ia
dengan kedua pasukan itu ke Kerajaan Aṅga dan menaklukkan membuat jalanan menjadi sama ratanya seperti saat ia
Aṅga, kemudian menaklukkan Magadha. Dengan cara demikian, mengembangkan meditasi kasiṇa. Dengan membentangkan
ia menjadikan dirinya sebagai raja termasyhur di seluruh India, pakaian dari kulit antelop-nya, ia duduk bersila di atasnya di
dan dengan ditemani oleh mereka (para raja), ia pun kembali ke angkasa, dan berada di depan pasukan raja. Dengan cara
Kota Brahmavaḍḍhana. Kala itu, raja menghabiskan waktu demikian, pertama kalinya mereka tiba di Kerajaan Kosala, dan
selama tujuh tahun, tujuh bulan, dan tujuh hari untuk setelah membuat barak di dekatnya, ia mengirimkan sebuah
menaklukkan seluruh kerajaan yang dikuasai oleh para raja pesan kepada Raja Kosala, memintanya untuk menyerah atau
tersebut. Dari masing-masing kerajaan, ia mengambil semua bertempur dengannya. Raja menjadi marah dan berkata, “Apa-
jenis makanan, yang keras dan yang lunak, dan seluruh raja apaan ini, saya tidak lagi menjadi raja? Saya akan bertempur
yang berjumlah seratus satu orang, selama tujuh hari ia denganmu,” dan ia pun berangkat maju memimpin pasukannya
mengadakan pesta bersama mereka. Yang Bijak Nanda saat itu di depan, [316] dan kedua kubu pasukan itu pun terlibat dalam
berpikir, “Saya tidak akan memperlihatkan diriku kepada raja satu pertempuran. Yang Bijak Nanda, setelah membentangkan
sampai ia selesai menikmati kesenangan dari kekuasaan ini dengan lebar pakaian dari kulit antelop yang sedang didudukinya
selama tujuh hari.” Dengan berkeliling untuk mendapatkan derma tersebut di antara kedua kubu pasukan, menarik semua panah
makanan di negeri Kuru Utara, ia tinggal di Gua Emas di makanan di negeri Kuru Utara, ia tinggal di Gua Emas di
yang memiliki kesaktian.
berlalu, pada hari ketujuh, Manoja memikirkan kembali tentang Kebenaranlah yang kuberitahukan ini padamu. kejayaan dan kekuasaannya, dan teringat kepada dirinya, “Kejayaan ini bukan diberikan oleh ayahku, ibuku, atau
Ketika mendengar perkataannya ini, raja berpikir, “Ia saudaraku yang lainnya. Kejayaan ini murni dari Nanda si
mengatakan bahwa ia adalah seorang manusia. Meskipun petapa, dan hari ini adalah hari ketujuh sejak terakhir kali saya
demikian, ia sangatlah membantuku. Akan kubalas ia dengan melihatnya. Di mana gerangan teman yang memberikan
keagungan yang kuberikan padanya,” dan kemudian berkata: kejayaan demikian ini kepadaku?” Dan ia pun kemudian terus teringat kepada Nanda. Dan Nanda, yang mengetahui bahwa
Besar pelayanan yang Anda berikan kepada kami, dirinya telah diingatnya, datang dan berdiri di angkasa muncul di
melebihi yang dapat diungkapkan dengan kata-kata, di hadapannya. Raja berpikir, “Saya tidak tahu apakah petapa ini
tengah derasnya hujan tak setetes air pun yang adalah seorang manusia atau seorang dewa. [317] Jika ia adalah
mengenai kami.
seorang manusia, akan kuberikan kepadanya kekuasaan ini yang memerintah seluruh India. Akan tetapi, jika ia adalah seorang
Satu peneduh Anda ciptakan untuk kami ketika angin dewa, akan kuberikan penghormatan yang selayaknya diberikan
panas berhembus.
kepada seorang dewa,” untuk membuktikan pemikirannya, ia Dari batang-batang panah 172 mematikan Anda mengucapkan bait pertama berikut:
melindungi kami, di tengah musuh-musuh yang tak terhitung jumlahnya.
Dewakah atau gandhabbakah dirimu? Atau Anda adalah Sakka, yang muncul di tengah-tengah manusia, dengan
Berikutnya banyak kerajaan makmur yang Anda jadikan segala kesaktiannya? Kami sangat ingin
saya sebagai pemimpinnya, terdapat seratus kesatria mengetahuinya darimu.
yang kemudian tunduk pada kata-kata kami.
Mendengar perkataannya, Nanda memaparkan keadaan Apa yang menjadi pilihanmu dari harta kekayaan kami, sebenarnya dalam bait kedua berikut:
dengan senang hati diberikan padamu;
Bukanlah Dewa, bukanlah gandhabba, apalagi Sakka diriku ini; Saya hanyalah seorang manusia
172 Teks Pali menuliskan suratānaṁ/saratānaṁ (PTS); saratāṇaṃ (CSCD).
Kereta yang ditarik oleh kuda atau gajah, atau wanita- Tinggal bersama orang tuaku ini adalah seorang bijak, wanita yang didandani dengan indahnya, atau bahkan
Sona, dengannya tak bisa kudapatkan jasa kebajikan jika sebuah kediaman (istana) menjadi pilihanmu, itu pun
dari mereka. Jika Anda dapat membantuku, akan menjadi milikmu.
kemarahannya akan reda.
Di Kerajaan Aṅga atau Magadha jika Anda ingin Kemudian raja berkata kepadanya: berdiam, atau di Kerajaan Assaka atau Avanti,
Dengan senang hati, wahai brahmana, akan kulakukan akan dengan senang hati pula kami berikan.
permintaanmu ini. Akan tetapi, siapa gerangan yang harus kubawa untuk
Bahkan setengah dari kerajaan yang kami miliki akan
dapat mewujudkannya?
diberikan dengan senang hati, katakan saja apa yang hendak Anda miliki, dengan segera itu menjadi milikmu.
[319] Kemudian Yang Bijak Nanda berkata: Lebih dari seratus perumah tangga, lebih dari seratus
[318] Mendengar perkataan raja ini, Nanda, untuk brahmana, dan semua kesatria mulia dan terkemuka ini, menjelaskan keinginannya, berkata:
beserta dengan Manoja, cukup untuk mewujudkan keinginanku.
Bukanlah kekuasaan yang kuinginkan, bukan pula sebuah kerajaan atau kota, ataupun kekayaan yang
Kemudian raja berkata:
kuhendaki. Mari kita pergi, dengan kuda-kuda dan gajah-gajah pada keretanya; Mari kita pergi, kembangkanlah panji-panjiku
“Tetapi jika memang Anda mengasihi diriku,” katanya
pada tiang-tiang kereta.
lagi, “Lakukanlah satu hal yang kukatakan berikut ini.” Saya akan pergi ke tempat Kosiya 173 sang petapa itu tinggal.
Di dalam kerajaanmu kedua orang tuaku tinggal, menikmati ketenangan di satu tempat pertapaan
Demikian dikawal oleh empat kelompok pengawal, raja dalam hutan.
itu berangkat mencari tempat ia, petapa tenang itu,
173 Nama keluarga (marga) dari Sona dan ayahnya.
bertempat tinggal. —Bait ini diucapkan oleh Ia Yang pegunungan Himalaya. Lain halnya dengan Raja Manoja yang Sempurna Kebijaksanaan-Nya.
ketika melihatnya dalam penampilan seorang resi, berujar:
Pada hari ketika raja tiba di tempat pertapaan yang Siapa gerangan itu, yang mengambil air, dengan cara dituju, Yang Bijak Sona terpikir [320], “Hari ini sudah lebih dari
terbang demikian di angkasa, dengan pemikul yang tidak tujuh tahun, tujuh bulan dan tujuh hari sejak adikku pergi
bersentuhan dengannya pada jarak empat aṅgula? meninggalkan kami. Di mana gerangan ia berada sekarang?” Kemudian memindai dengan menggunakan mata dewanya, ia
Disapa demikian oleh raja, Sang Mahasatwa melihat saudaranya dan berkata dalam dirinya sendiri, “Ia sedang
mengucapkan dua bait berikutnya:
menuju ke sini beserta dengan seratus satu raja dan rombongan pasukan yang berjumlah dua puluh empat legiun 174 untuk
Saya adalah Sona, yang sempurna dalam perilaku meminta maaf kepadaku. Para raja ini beserta dengan
dan praktik moral (sila);
pasukannya telah menyaksikan banyak hal luar biasa yang Kedua orang tuaku kujaga dengan perasaan tanpa lelah dilakukan oleh adikku, dan karena tidak mengetahui kesaktianku,
siang dan malam.
mereka berkata tentang diriku, ‘Petapa palsu ini terlalu bangga dengan kesaktiannya dan mencoba membandingkan dirinya
Buah-buahan dan akar-akaran di hutan kukumpulkan dengan pemimpin kami.’ Dengan kesombongan yang demikian
sebagai makanan untuk mereka, dengan selalu ini, mereka dapat berakhir di alam neraka. Akan kutunjukkan
mengingat bagaimana baiknya mereka dahulu terhadap kepada mereka sedikit dari kekuatanku,” dan melayang di
diriku.
angkasa dengan meletakkan pemikulnya tidak bersentuhan dengan bahunya pada jarak empat aṅgula, demikian ia terbang,
Mendengar perkataannya ini, raja ingin untuk berteman melewati dekat pada raja, untuk mengambil air di Danau
dengannya dan mengucapkan bait berikut:
Anotatta. Ketika melihat kedatangannya tersebut, Nanda tidak memiliki keberanian untuk memperlihatkan dirinya, ia menghilang
[321] Kami ingin mengunjungi tempat pertapaan Kosiya dari tempat ia duduk, melarikan diri dan bersembunyi di
tinggal, tunjukkanlah jalannya, Sona, yang membawa kami menuju ke sana.
174 akkhohiṇī ; PED: salah satu dari angka yang paling tinggi. CSCD: pasukan lengkap. Dalam KBBI, kata legiun berarti pasukan bala tentara terdiri atas 5.000-6.000 personel.
Kemudian Sang Mahasatwa dengan kekuatannya raja dengan membawakannya air dari Anotatta, dan kemudian memunculkan setapak jalan yang mengarah ke tempat
membuat barak yang tidak jauh dari tempat pertapaan tersebut. pertapaan itu, dan mengucapkan bait ini:
Kemudian raja mandi dan berhias diri dengan segala kebesarannya, dan dengan diikuti oleh seratus satu raja tersebut,
Inilah jalannya: Perhatikanlah dengan baik, wahai raja, ia pergi bersama pula dengan Nanda dalam segala kehormatan kumpulan pohon koviḷāra 175 yang menyerupai awan, di
dan kejayaannya, masuk ke tempat pertapaan, memohon sanalah Kosiya tinggal.
kepada Bodhisatta untuk memaafkan saudaranya. Kemudian ayah dari Bodhisatta, ketika melihat raja datang menghampiri
Demikian sang maharesi memberi petunjuk kepada para mereka, bertanya kepada Bodhisatta dan beliau pun kesatria, kemudian kembali terbang ke angkasa pulang
menjelaskan masalahnya kepada dirinya.
ke kediamannya. [322] Untuk memperjelas kejadian ini, Sang Guru Berikutnya setelah menyapu tempat pertapaannya, ia
berkata:
masuk ke dalam gubuk daun, membangunkan ayahnya dan memberikannya tempat duduk.
Ketika melihatnya, dalam kebesarannya, datang menghampiri, dikelilingi oleh rombongan kesatria, Kosiya
‘Marilah,’ katanya, ‘Wahai maharesi, duduklah di sini,
demikian berujar:
karena para kesatria terkemuka akan melewati jalan ini.’ Siapa ini yang berombongan datang ke sini diiringi Laki-laki tua itu mendengar perkataan putranya, muncul
dengan tabuhan genderang, bunyi dari trompet dan dari di hadapannya, keluar dari gubuknya dan duduk di dekat
kerang, suara-suara musik yang dilantunkan untuk para pintu. —Bait-bait tersebut di atas diucapkan oleh Ia Yang
raja? Siapa ini yang datang dengan segala kejayaannya? Sempurna Kebijaksanaan-Nya. Siapa ini yang, dalam kebesarannya, datang dengan Dan pada waktu yang bersamaan ketika Bodhisatta
serban emas, terang seperti cahaya, dan dipersenjatai kembali ke tempat pertapaannya, Nanda menghadap kepada
dengan panah, seorang pemuda pemberani?
175 Bauhinia variegata.
Siapa ini yang datang, dalam kebesarannya, dengan Milik siapakah ini, legiun-legiun pasukan tak terhitung wajah bercahaya keemasan, seperti bara kayu
jumlahnya, berbaris di belakangnya seperti ombak di khadira 176 , bersinar di perapian?
lautan luas?
Siapa ini yang datang, dalam kebesarannya, dengan Adalah Manoja, raja dari para raja, dengan Nanda yang payung dipegang demikian melindunginya, badannya
datang ini, seakan-akan seperti Indra, raja para dewa, ke menghalangi pancaran sinar matahari?
tempat pertapaan orang yang menapaki kehidupan suci.
Siapa ini yang dengan kipas bulu ekor sapi yak di kedua Itu adalah miliknya, legiun-legiun pasukan tak terhitung sisi, terlihat seperti ia yang bijaksana, duduk di atas
jumlahnya, berbaris di belakangnya seperti ombak di punggung gajah?
lautan luas.
Siapa ini yang datang, dalam kebesarannya, dengan
[323] Sang Guru berkata:
payung yang semuanya berwarna putih, di sekelilingnya Dengan aroma wangi cendana, mengenakan busana semua mengenakan baju besi, merupakan keturunan
terbaik dari negeri Kāsi, mereka semuanya memberi bangsawan?
hormat bersikap anjali dan menghampiri sang resi.
Siapa ini yang datang, dalam kebesarannya, dikelilingi Kemudian Raja Manoja memberi hormat, mengambil oleh seratus satu kesatria, serombongan raja mulia, baik
tempat di satu sisi, dan setelah saling memberi salam, di depan maupun di belakang?
mengucapkan dua bait berikut:
Siapa ini yang datang, dalam kebesarannya, dengan Saya pikir mungkin Anda dalam keadaan baik dan sehat, bala tentaranya, diikuti oleh empat kelompok pengawal—
dengan buah-buahan dan akar-akaran yang dapat pasukan bergajah, berkuda, berkereta, berjalan kaki?
dikumpulkan di tempat tinggalmu, bukan?
Saya pikir mungkin Anda ada diganggu oleh lalat, nyamuk, atau hewan kecil bersayap lainnya, atau bahkan dari serangan hewan pemangsa, bukan?
176 Acacia catechu.
Bait-bait berikutnya ini kemudian diucapkan oleh mereka dalam bentuk tanya jawab:
Kuterima semua tawaran persembahanmu, tetapi mohon dengarkanlah apa yang ingin disampaikan oleh Nanda,
Kami berada dalam keadaan baik dan sehat, dengan
teman kami, berikut ini.
buah-buahan dan akar-akaran yang dapat dikumpulkan di tempat tinggalku.
Karena, kami semua dalam rombongan ini, yang datang ke tempat ini adalah untuk meminta padamu
Kami bebas dari gangguan lalat, nyamuk, atau hewan mendengarkan permohonan dari Nanda. kecil bersayap lainnya, dan tidak diserang oleh hewan pemangsa.
Lebih dari seratus perumah tangga, lebih dari seratus brahmana, dan semua kesatria mulia dan terkemuka ini,
Banyak pohon akasia 177 yang tumbuh, tak ada penyakit beserta dengan Manoja, cukup untuk mewujudkan mematikan yang pernah muncul di tempat pertapaan ini.
keinginanku.
Selamat datang, wahai raja! Merupakan suatu Para yaksa yang berkumpul di tempat ini, dan makhluk- kesempatan yang berbahagia Anda datang ke tempat ini.
makhluk halus lainnya, tua dan muda, dengarkanlah apa Anda adalah orang yang agung dan berjaya: Katakan,
yang hendak kukatakan.
keperluan apa yang membawamu datang? Hormatku pada mereka ini, kusapa ia yang berada di Buah tiṇḍukā, piyālā 178 , kāsumārī, serta buah-buahan
samping resi, bagiku ia adalah seorang abang, tepat di lainnya yang manis; Ambillah yang terbaik yang kami
sebelah kananmu.
miliki, wahai raja, dan makanlah. Untuk melayani kedua orang tuaku yang telah berusia Dan air yang dingin ini dari sebuah gua yang
lanjut adalah permohonanku:
tersembunyi di bukit yang tinggi, wahai raja, ambillah air Berhentilah menghalangiku atas kewajiban mulia ini. ini dan minumlah jika berminat 179 .
177 khadira; Acacia catechu.
Tiga bait kalimat ini muncul di dalam Jātaka Vol. IV, hal. 270, versi bahasa Inggris; 178 Dinamakan Diospyros embryopteris (tiṇḍukā) dan Buchanania latifolia (piyālā).
Sattigumba-Jātaka.
[325] Pelayanan yang baik kepada orang tua kita telah lama Ia, yang tahu kebenaran, tahu akan jalan kebenaran, dilakukan oleh dirimu;
berbuat kebajikan menjaga praktik moral, tidak akan Orang bajik pastilah setuju dengan perbuatan ini—
terlahir di alam menyedihkan.
mengapa Anda tidak bersedia memberikannya kepadaku? Dengan jasa kebajikan yang diperoleh
Saudara laki-laki atau wanita, orang tua, dan semua membuatku dapat terlahir di alam menyenangkan.
yang terikat hubungan darah, kewajiban utama terletak pada yang paling tua.
Ada juga orang lain yang tahu dalam jalan kewajiban ini, merupakan jalan menuju alam surga, sama sepertimu
Sebagai putra tertua, kewajiban yang cukup berat ini yang mengetahuinya.
kupikul. Dan seperti nahkoda yang mengemudikan laju sebuah kapal, demikianlah diriku tidak akan pernah
Tetapi diriku dihalangi untuk memperoleh jasa kebajikan
meninggalkan kebenaran.
seperti ini, di saat kuberikan pelayanan agar orang tuaku mendapatkan kebahagiaan.
Mendengar perkataan ini, para raja tersebut bersukacita dan berkata, “Hari ini kami mengetahui bahwa dari keseluruhan [326] Setelah demikian Nanda berkata, Sang Mahasatwa
anggota keluarga, kewajiban utama terletak pada pundak anak pun membalas, “Anda telah mendengar apa yang hendak
yang paling tua,” mereka berpaling dari Nanda dan beralih dikatakannya. Sekarang dengarkanlah apa yang akan
kepada Sang Mahasatwa, mengucapkan dua bait berikut, kukatakan,” dan mengucapkan bait berikut ini:
melantunkan pujian:
Kalian semua yang menjubeli iring-iringan saudaraku, Telah kami dapatkan pengetahuan, seperti api yang dengarkanlah kata-kataku kali ini;
bersinar di kegelapan, demikianlah yang dilakukan oleh Ia yang mengurus ayah ibunya di hari tua mereka,
Kosiya memaklumkan kebenaran kepada kami. berbuat buruk terhadap orang yang lebih tua, akan terbakar, terlahir di alam neraka.
Seperti matahari yang, dengan sinarnya, menerangi seluruh lautan, menunjukkan bentuk dari makhluk- makhluk hidup, yang baik maupun yang buruk, Seperti matahari yang, dengan sinarnya, menerangi seluruh lautan, menunjukkan bentuk dari makhluk- makhluk hidup, yang baik maupun yang buruk,
dan ibu,” kemudian untuk memberitahukan kebajikannya ini, ia berkata:
[327] Demikianlah, walaupun para raja ini telah sekian lama berada di pihak Nanda dengan menyaksikan hasil dari
Nanda, Anda mengetahui dengan sangat baik kekuatan gaibnya, tetapi kali ini hanya dengan kekuatan dari
Kebenaran, seperti yang diajarkan oleh para ariya kebijaksanaannya, Sang Mahasatwa dapat membuat mereka
kepadamu ‘Jadilah mulia untuk berbuat bajik’—Anda berpaling darinya. Dikarenakan mereka dapat menerima
benar-benar membuatku berbahagia. perkataannya, mereka pun menjadi pelayan yang amat patuh. Kemudian Nanda berpikir, “Abangku adalah orang yang cendekia
Hormatku kepada ayah dan ibu: Dengarkanlah apa yang dan pandai dalam memaparkan kebenaran. Ia telah
kukatakan ini,
memenangkan hati para raja tersebut dan membuat mereka Kehadiran Sona di sini sebagai suatu beban tidaklah beralih kepadanya. Selain dirinya, saya tidak lagi memiliki orang
pernah dirasakan dalam suasana apa pun. lain sebagai tempat untuk bernaung. Akan kubuat permohonanku ini,” dan ia mengucapkan bait berikut:
Ayah dan ibu telah kurawat dalam waktu yang lama, mendapatkan kebahagiaan, sekarang Nanda datang dan
Dikarenakan permohonanku tidak mendapatkan memohon dengan rendah hati untuk mendapatkan giliran perhatian ataupun uluran tangan, maka aku akan
melayani kalian berdua.
menjadi seorang pelayan yang siap menjalankan semua perintahmu.
[328] Siapa pun di antara Anda berdua, yang mengamalkan kehidupan suci, yang ingin dirawat oleh Nanda, Sang Mahasatwa, secara naluriah, tidak menyimpan
bersuaralah dan Nanda akan menjagamu. perasaan benci atau perasaan marah terhadap Nanda. Ia berbuat demikian, dengan memarahinya, hanyalah untuk
Kemudian ibunya, bangkit dari duduknya, berkata, “Sona menurunkan kesombongan dirinya di saat ia berbicara dengan
anakku, adikmu telah lama pergi dari rumah. Sekarang ia begitu bangganya. Tetapi ketika mendengar apa yang
akhirnya kembali lagi, saya sebenarnya tidak berani untuk dikatakannya setelah itu, ia menjadi amat gembira, dan karena
memintanya menjagaku karena kami berdua selama ini memiliki keinginan untuk menolongnya, ia berkata, “Sekarang
tergantung kepada dirimu. Akan tetapi, jika Anda mengizinkan, tergantung kepada dirimu. Akan tetapi, jika Anda mengizinkan,
datang ke sini, ia menyayangi suamiku begitu juga diriku, mengucapkan bait berikut:
bersama kami, ia membuat rumahnya.
Sona, putra tempat kami bergantung, jika Anda memberi Meskipun Nanda menyayangi ayahnya, tetapi biarkanlah izin, saya akan memeluk dan mencium Nanda, yang
ia membuat pilihan tempat tinggal,—Anda yang menjalankan kehidupan suci.
memenuhi kebutuhan ayah—Nanda akan memenuhi kebutuhanku.
Kemudian Sang Mahasatwa berkata kepada ibunya, “Baiklah, Bu, saya berikan izin itu: pergi dan dekaplah putramu,
Sang Mahasatwa menyetujui perkataan ibunya dengan Nanda, dan ciumlah ia di keningnya, hilangkanlah kesedihanmu.
berkata, “Baiklah kalau begitu,” dan memberi nasihat kepada Maka sang ibu pun menghampiri Nanda, memeluknya di
saudaranya dengan berkata, “Nanda, Anda telah mendapatkan hadapan orang banyak itu, menciumnya di bagian kening,
bagian dari seorang anak tertua; seorang ibu, sesungguhnya, menghilangkan kesedihan di dalam hatinya, dan berkata kepada
adalah seorang penolong yang mulia. Janganlah lengah (dalam) Sang Mahasatwa dalam bait berikut:
menjaganya,” dan untuk memberitahukan kebajikan dari seorang ibu, ia mengucapkan dua bait berikut:
Seperti tunas pohon bodhi yang berguncang karena hembusan angin kencang, demikianlah guncangan
Welas asih, baik hati, tempat kita bernaung ia yang kegembiraan yang ada di hatiku sewaktu melihat Nanda.
memberi kita makan dengan air susunya, seorang ibu adalah sebuah jalan menuju surga, dan ia
Kelihatannya seperti mimpi, diriku ini yang dapat bertemu
amat menyayangimu.
kembali dengan Nanda. Dengan perasaan gembira dan puas kuteriakkan, ‘Nanda
Ia merawat dan membesarkan kita dengan penuh kembali kepadaku.’
perhatian: ia dilengkapi dengan jasa-jasa kebajikan, seorang ibu adalah sebuah jalan menuju surga, dan ia
Akan tetapi jika, setelah bangun, tak lagi kulihat Nanda,
amat menyayangimu.
maka hatiku akan menjadi mangsa bagi kesedihan yang lebih besar daripada yang sebelumnya.
Untuk menjaganya, anak yang polos itu, baik dari dingin kebajikan dari seorang ibu dalam dua bait kalimat tersebut, dan
maupun dari panas, ia dapat disebut sebagai seorang ketika ibunya duduk kembali di tempat duduknya, ia berkata,
pengasuh baik hati, untuk selalu membahagiakan “Nanda, Anda telah mendapatkan seorang ibu yang menanggung
anaknya.
hal-hal yang sulit untuk dilakukan. Kita berdua telah dibesarkan olehnya dengan susah payah. Sekarang, Anda harus menjaga
Barang berharga apa saja yang dimiliki oleh suami dan dirinya dengan penuh kesadaran dan jangan berikan buah-
dirinya, akan disimpan untuk anaknya, ‘Mungkin,’ buahan masam kepadanya untuk dimakan,” dan untuk
pikirnya, ‘suatu hari nanti, anakku akan memerlukan dan menjelaskan, di tengah kumpulan orang banyak tersebut, hal-hal
menggunakannya.’
yang amat sulit yang harus ditanggung oleh seorang ibu, ia berkata:
‘Lakukan ini, lakukan itu, Anakku terkasih,’ sang ibu yang cemas itu akan berujar, dan ketika anaknya tumbuh
[330] Untuk mendapatkan seorang putra, ia bersembah sujud beranjak dewasa, ia pun masih tetap khawatir. memohon dalam doanya, memindai dan mempelajari
Anak pergi, tanpa memedulikan apa pun, untuk mencari musim-musim yang silih berganti dan perbintangan.
seorang istri sampai malam hari; Ibu cemas dan menggerutu, ‘Mengapa ia (anakku) tidak
Dalam masa mengandung, ia merasakan keinginannya pulang sewaktu langit masih terang?’ yang terkabulkan, dan segera bayi yang tidak tahu apa- apa itu akan menjadi teman yang disayangi.
Jika seseorang yang dibesarkan dengan cara demikian mengabaikan ibunya, tidak merawatnya, tempat berakhir
Hartanya ini dijaga dengan perhatian yang amat sangat di mana lagi yang diharapkannya selain neraka? selama hampir satu tahun, kemudian baru melahirkannya dan sejak saat itu ia menyandang gelar seorang ibu.
Jika seseorang yang dibesarkan dengan cara demikian mengabaikan ayahnya, tidak merawatnya, tempat
Dengan air susunya dan ninabobo, ia menenangkan berakhir di mana lagi yang diharapkannya selain neraka? anak yang rewel itu, Dengan terdekap dalam pelukan hangat ibu,
Dikatakan orang yang terlalu mencintai kekayaannya, kesedihannya akan teratasi segera.
akan kehilangan kekayaannya itu,
Orang yang mengabaikan ibunya akan segera amat Demikianlah orang tua, yang patut menerima pujaan, menyesali akibatnya.
yang berada pada kedudukan yang tinggi, oleh guru terdahulu disebut sebagai brahma. Begitu besarnya
Dikatakan orang yang terlalu mencintai kekayaannya,
ketenaran mereka.
akan kehilangan kekayaannya itu, Orang yang mengabaikan ayahnya akan segera amat
Orang tua yang baik selayaknya menerima menyesali akibatnya.
penghormatan yang selayaknya pula dari anak-anaknya. Ia yang bijak akan memberikan penghormatan, dengan
Kebahagiaan, kegembiraan, canda tawa, dan
pelayanan yang baik nan benar.
kesenangan adalah hal yang pasti didapatkan oleh ia yang merawat ibunya di hari tua mereka.
Ia seharusnya menyediakan makanan dan minuman, memenuhi kebutuhan untuk tempat tidur dan pakaian,
Kebahagiaan, kegembiraan, canda tawa, dan mandi dan meminyaki tubuh serta membasuh kaki kesenangan adalah hal yang pasti didapatkan oleh ia
mereka.
yang merawat ayahnya di hari tua mereka. Atas kewajiban (pelayanan) anak terhadap orang tua ini, Selalu memberi, berkata yang baik, berbuat yang baik
orang bijak menyerukan suaranya. Dalam kehidupan ini dan bijaksana, disertai dengan tindakan tanpa pilih kasih
ia berlimpah ruah dengan kebahagiaan, demikian juga di tempat manapun dan waktu kapanpun jua—
setelah meninggal, menerima kebahagiaan di surga. Sifat-sifat ini seperti as pada roda kereta. Meskipun kekurangan sifat ini, tetapi gelar seorang ibu
[323] Demikian, seakan-akan seperti memutar Gunung selalu saja menarik bagi anak.
Sineru, Sang Mahasatwa menyampaikan uraian kebenaran. Setelah mendengar ini, semua raja beserta para pasukan
[331] Seorang ibu begitu juga seorang ayah seharusnya mereka menjadi orang yang yakin. Maka kemudian setelah mendapatkan penghormatan yang mulia, orang bijak
mengukuhkan mereka dalam menjalankan lima sila dan akan setuju dengan orang yang di dalam dirinya terdapat
menasihati mereka agar berderma dengan penuh kesadaran, sifat bajik demikian.
serta kebajikan lainnya, ia pun membubarkan mereka. Mereka semua, setelah memerintah kerajaan masing-masing dengan serta kebajikan lainnya, ia pun membubarkan mereka. Mereka semua, setelah memerintah kerajaan masing-masing dengan
ASĪTINIPĀTA. alam dewa. Yang Bijak Sona dan Nanda, selama hidup mereka, melayani orang tua mereka dan kemudian terlahir di alam brahma.
BUKU XXI.
No. 533.
Sang Guru mengakhiri uraian-Nya di sini dan CULLAHAṀSA-JĀTAKA 180 . memaklumkan kebenaran serta mempertautkan kisah kelahiran mereka:—Di akhir kebenarannya, bhikkhu yang menghidupi
[333] “Semua burung yang lain,” dan seterusnya. Ini ibunya itu mencapai tingkat kesucian Sotapanna—: “Pada masa
adalah sebuah kisah, yang diceritakan oleh Sang Guru ketika itu, orang tua adalah anggota kerajaan raja agung, Nanda adalah
berdiam di Veluvana, tentang bagaimana Yang Mulia Ananda 181 Ānanda, Raja Manoja adalah Sāriputta, seratus satu raja
beberapa pemanah (kesatria) adalah delapan puluh Mahāthera (Mahathera)
diperintahkan untuk membunuh Sang Tathāgata (Tathagata), ditambah beberapa (puluh) Thera lainnya, dua puluh empat
dan pemanah pertama yang diutus oleh Devadatta 182 untuk legiun pasukan adalah pengikut (siswa) Sang Buddha, dan Yang
melakukan tugas ini kembali kepadanya dan berkata, “Bhante, Bijak Sona adalah diriku sendiri.”
saya tak mampu membunuh Yang Terberkahi ( Bhagavā); Beliau memiliki kekuatan yang mahatinggi, orang yang digdaya,” Devadatta membalasnya, “Baiklah, Tuan, Anda tidak perlu membunuh petapa Gotama lagi. Saya sendiri yang akan membunuh petapa Gotama.” Maka ketika Sang Tathagata sedang berjalan, dengan bayangan berada di sebelah barat, menuju ke puncak Gunung Burung Hering, Devadatta naik ke atas Gunung Burung Hering itu dan melontarkan sebuah batu yang besar, dengan memiliki pikiran, “Dengan batu ini saya pasti dapat membunuh petapa Gotama.” Akan tetapi, adanya dua
180 Bandingkan dengan Haṁsa-Jātaka, Vol. IV. No. 502, dan Jātaka-Mālā, XXII. 181 āyasmanto ānandassa; āyasmant = Yang Mulia; yang telah berusia, yang sepuh (hampir
mirip dengan kata Thera). Kadang juga muncul dengan bentuk āyasmā. 182 Untuk cerita mengenai Devadatta, bandingkan Cullavagga, VII.
gunung di tempat tersebut menghentikan jalannya batu itu, dan belas kendi untuk diminum, dan bawa ia ke jalan tempat petapa satu serpihannya terlontar, menusuk masuk ke dalam kaki Sang
Gotama sering berada.” “Baik,” jawab si penjaga. Raja Bhagava, menyebabkan kaki-Nya berdarah dan timbulnya
mengumumkan di seluruh kota dengan tabuhan genderang, sensasi sakit yang kuat. Jīvaka, yang dengan menggunakan
“Besok Nalagiri akan dimabukkan dengan minuman (keras) dan pedang mencungkilnya keluar, menyebabkan darah kotor dan
dilepaskan di jalan. Para penduduk harus melakukan apa yang daging yang membusuk ikut keluar, dan setelah mencuci bersih
seharusnya dilakukan pada awal pagi, dan setelahnya tidak luka-Nya, memberikan obat dan membuatnya menjadi sembuh.
boleh ada seorang pun yang berkeliaran di jalanan.” Devadatta Sang Guru kemudian berjalan seperti sediakala, diikuti oleh para
turun dari istana raja dan pergi menuju ke kandang gajah, dan anggota saṅgha (sangha), dengan gaya layaknya seorang
berkata kepada para penjaga demikian, “Kami mampu, saya Buddha. Maka ketika Devadatta melihat Beliau dalam keadaan
beritahukan padamu, menurunkan status seorang yang tinggi demikian, ia berpikir, “Tak ada manusia, sewaktu melihat
menjadi rendah, demikian juga sebaliknya menaikkan status kesempurnaan rupa dari petapa Gotama, yang berani untuk
orang yang rendah menjadi tinggi. Jika Anda hendak mendekati-Nya (untuk melukai-Nya). Akan tetapi, gajah Nāḷāgiri
mendapatkan satu kehormatan, besok pagi berikan enam belas (Nalagiri) milik raja adalah seekor hewan yang liar dan buas,
kendi minuman yang amat memabukkan kepada Nalagiri. Dan [334] dan ia tidak tahu apa pun mengenai kebajikan dari Sang
ketika petapa Gotama berjalan di jalan anu, lukailah gajah ini Buddha, Dhamma, dan Sangha. Ia akan mampu menyebabkan
dengan angkusa runcing, dan ketika dalam kemurkaannya kehancuran bagi sang petapa.” Maka pergilah ia menghadap
dirobohkannya kandang ini, tuntunlah ia ke jalan, tempat petapa kepada raja dan memberitahukan permasalahannya. Raja
Gotama biasa berjalan, yang demikian akan menyebabkan menyetujui gagasan ini, dan setelah memanggil si penjaga gajah,
kehancuran bagi sang petapa.” Mereka menyetujuinya. Kabar ini ia berkata demikian kepadanya, “Penjaga 183 , besok kamu harus
tersebar luas di seluruh kota. Para upasaka yang dekat kepada membuat gajah Nalagiri minum sampai mabuk, dan di saat fajar
Buddha, Dhamma, dan Sangha menghampiri Sang Guru dan menyingsing lepaskan ia di jalan tempat petapa Gotama
berkata, “Bhante, Devadatta telah bertemu dengan raja dan berjalan.” Dan Devadatta menanyakan kepada si penjaga
mereka berencana, keesokan hari, untuk melepaskan Nalagiri di mengenai berapa banyak minuman (keras) yang biasa diminum
jalan tempat Anda biasa berpindapata. Janganlah memasuki kota oleh Nalagiri dalam satu hari. Ketika dijawab, “Delapan kendi,
besok untuk berpindapata, tetaplah tinggal di sini saja. Kami Bhante,” ia pun menambahkan, “Besok berikan padanya enam
akan menyediakan makanan di wihara untuk para anggota Sangha, dengan Buddha sebagai pemimpin mereka.” Sang
Kata yang digunakan di dalam teks Pali adalah samma, yang merupakan sebuah
Guru, tanpa langsung mengatakan, “Saya tidak akan memasuki
panggilan keakraban.
kota besok untuk berpindapata,” menjawab mereka dengan bersamaku memasuki kota.” Sang Thera pun melakukan berkata, “besok akan kulakukan sesuatu yang luar biasa dan
demikian, dan semua bhikkhu berkumpul di Veluvana. Sang kujinakkan Nalagiri, serta kutaklukkan para penganut pandangan
Guru, beserta dengan kumpulan banyak angota sangha, salah tersebut. Dengan tidak berpindapata di Rajagaha, saya
memasuki Rajagaha, dan para penjaga gajah menjalankan akan meninggalkan kota ini, dengan diikuti oleh para Sangha,
perintah yang telah diberikan sebelumnya, dan demikian terdapat menuju ke Veluvana, dan para penduduk Rajagaha akan datang
kumpulan banyak orang. Para orang yang memiliki keyakinan ke Veluvana dengan membawa banyak makanan, dan besok
(terhadap Buddha) berpikir, “Hari ini akan terjadi sebuah akan terdapat banyak makanan di ruang makan wihara.” Dengan
pertarungan antara gajah Buddha dengan gajah Nalagiri. Kita cara inilah, Sang Guru mengabulkan permintaan mereka.
akan menyaksikan kekalahan dari Nalagiri oleh kekuatan Setelah mengetahui bahwa Sang Tathagata menyetujui
seorang Buddha,” dan mereka naik ke lantai atas dan berdiri di permintaan mereka, mereka berangkat meninggalkan kota,
atap-atap rumah atau bagian atas rumah. Sedangkan para membawa banyak makanan dan berkata, “Kami akan
penganut pandangan salah, yang tidak memiliki keyakinan, memberikan dana ini di wihara.”
berpikir, “Nalagiri adalah sesosok makhluk yang liar dan buas, Pada penggal awal malam hari, Sang Guru mengajarkan
dan tidak tahu apa pun mengenai kebajikan dari Buddha, Dhamma; pada penggal tengah malam hari, Beliau menjawab
Dhamma, dan Sangha. Hari ini ia akan menghancurkan rupa pertanyaan dari para makhluk dewata; pada bagian pertama
keemasan sang petapa Gotama dan menyebabkan kematiannya. penggal akhir malam hari, Beliau berbaring di sebelah kanan sisi-
Hari ini kita akan melihatnya dari belakang lawan kita.” Dan Nya, layaknya seekor singa; [335] pada bagian kedua penggal
mereka mengambil tempat di lantai atas atau tempat-tempat akhir malam hari, Beliau meditasi menikmati pencapaian buah
tinggi lainnya. Dan gajah itu, ketika melihat Sang Bhagava (nibbana); dan pada bagian ketiga penggal akhir malam hari,
berjalan ke arahnya, membuat orang-orang ketakutan dengan Beliau meditasi Belas Kasih Nirbatas, meninjau orang-orang
menghancurkan rumah-rumah, dengan menggunakan gadingnya yang matang untuk dicerahkan dan ketika mengetahui bahwa
menghancurkan gerobak-gerobak menjadi seperti bubuk, dan sebagai hasil dari penjinakkan gajah Nalagiri akan ada sebanyak
dengan kedua telinga dan ekornya yang dalam keadaan siaga delapan puluh empat makhluk dapat diarahkan pada
karena kemarahan, berlari seperti gunung ber-menara menuju ke pemahaman yang jelas akan Dhamma, maka pada awal pagi,
arah Sang Bhagava. Ketika melihat keadaannya ini, para bhikkhu setelah memenuhi kebutuhan jasmani-Nya, Beliau menyapa
berkata demikian kepada Bhagava, “Bhante, gajah Nalagiri ini Yang Mulia Ananda, “Ananda, hari ini mintalah semua bhikkhu,
adalah sesosok makhluk yang liar dan buas, sesosok pembunuh yang berada di enam belas wihara di sekitar Rajagaha, untuk ikut
manusia, dan ia sedang menuju ke jalan kendaraan ini. Ia tidak
tahu akan kebajikan dari Buddha, Dhamma, dan Sangha. Sebaiknya Bhagava, Sugata (Yang Sempurna Menempuh Jalan), menghindarinya.” “Jangan takut, Para Bhikkhu,” jawab-Nya, “Saya mampu mengatasinya.” Kemudian Yang Mulia Sāriputta (Sariputta) memohon kepada Sang Guru, “Bhante, ketika ada pelayanan yang harus diberikan kepada seorang ayah, maka beban itu seharusnya lah diberikan kepada putra tertua. Saya akan menaklukkan makhluk ini.” Kemudian Sang Guru berkata, “Sariputta, kekuatan dari Buddha adalah satu hal dan kekuatan dari siswa-Nya adalah hal yang lain,” dan Beliau menolak permohonannya dengan berkata, “Anda harus tetap berada di sini.” Permohonan ini juga diucapkan oleh delapan puluh Mahathera, tetapi juga ditolak oleh Beliau. Kemudian Yang Mulia Ananda, dikarenakan rasa kasihnya terhadap Sang Guru tidak bisa membiarkan ini terjadi, berkata, “Biarlah gajah ini membunuh diriku terlebih dahulu,” dan ia pun berdiri di depan Sang Guru, bersiap mengorbankan nyawanya untuk Sang Tathagata. Maka Sang Guru berkata kepadanya, “Pergilah, Ananda, jangan berdiri di depanku. Thera itu membalas, “Bhante, [336] gajah ini adalah hewan yang liar dan buas, pembunuh manusia, seperti api pada awal sebuah siklus. Biarlah ia membunuh diriku terlebih dahulu sebelum dapat mendekati Anda.” Dan walaupun telah ditolak sebanyak kali, sang Thera tetap tidak bergeming berada di tempatnya. Kemudian Sang Bhagava, dengan kekuatan dari kesaktian-Nya, membuatnya mundur dan menempatkannya berdiri di antara bhikkhu-bhikkhu lainnya. Pada waktu ini, ada seorang wanita yang ketika melihat gajah Nalagiri menjadi ketakutan, dan ketika berlari
menyelamatkan diri, anak yang digendongnya itu terjatuh dan berusaha untuk melarikan diri, berada di antara Sang Tathagata dan gajah Nalagiri. Gajah tersebut yang mengejar wanita itu sampai pada tempat anaknya berada, yang kemudian mengeluarkan suara jeritan yang amat keras. Untuk memancarkan cinta kasih, Sang Guru mengeluarkan ucapan yang manis seperti Brahma, berseru demikian kepada Nalagiri, “He, Nalagiri, mereka yang membuatmu mabuk kesakitan dengan enam belas kendi minuman keras tidaklah memintamu melakukan ini, menyerang orang lain melainkan diriku. Janganlah menyia-nyiakan tenagamu dengan berlari ke sana dan ke sini, datanglah kepadaku.” Ketika mendengar suara dari Sang Guru, ia membuka matanya dan melihat rupa yang demikian sempurna dari Yang Terberkahi (Sang Bhagava), dan ia pun menjadi amat terguncang. Dengan kekuatan seorang Buddha, pengaruh dari minuman keras itu pun hilang seketika. Setelah menurunkan belalainya dan mengibas-ngibaskan telinganya, ia menghampiri Sang Tathagata dan bersujud di bawah kaki Beliau. Kemudian Sang Guru menyapanya dengan berujar, “Nalagiri, Anda adalah seekor gajah hewan, saya adalah gajah Buddha. Mulai hari ini, janganlah menjadi liar dan buas, pembunuh manusia; tetapi kembangkanlah perasaan cinta kasih.” Setelah berkata demikian, Beliau menjulurkan tangan kanan-Nya dan dengan lembut mengusap kening gajah tersebut, demikian mengajarkan Dhamma kepadanya:
Jika menyerang gajah ini, maka Anda akan berakhir meratap di kediaman yang menyedihkan.
Dengan melukai gajah ini, Anda akan terlahir jauh dari kandang gajah. Sejak saat itu, ia menjadi hewan yang jinak dan alam-alam menyenangkan.
tidak melukai manusia lagi. Sang Guru, setelah keinginannya terpenuhi, memutuskan bahwa harta yang terkumpul itu harus
Dengan tidak menghindari kemabukan dan kelalaian, tetap menjadi milik mereka yang melemparkannya, dan dengan orang dungu yang lengah itu tidak akan pernah
berpikir, “Hari ini, telah kulakukan suatu keajaiban yang luar mencapai alam menyenangkan.
biasa. Tidaklah patut bagiku untuk berpindapata di kota ini,” dan Jikalau di kehidupan berikutnya hendak mendapatkan
setelah menaklukkan para penganut pandangan salah tersebut, kebahagiaan surgawi, maka Anda harus melakukan apa
diikuti oleh kumpulan anggota sangha, Beliau berangkat yang benar dari ini. 184 meninggalkan kota seperti seorang pemenang menuju ke Veluvana. Para penduduk kota, dengan membawa makanan,
Seluruh tubuh gajah itu digetarkan dengan perasaan minuman dan juga makanan utama (makanan keras), pergi ke kegiuran, dan seandainya saja ia bukan seekor hewan (buas), ia
wihara dan memberikan dana makanan dalam jumlah besar. akan telah mendapatkan buah dari tingkat kesucian Sotapanna.
Pada sore harinya, ketika sedang duduk di dalam balai Melihat kejadian luar biasa ini, orang-orang bersorak-sorai.
kebenaran, para bhikkhu memulai sebuah pembicaraan, “ Āvuso, Dalam kegembiraan, mereka melemparkan beragam jenis
Yang Mulia Ānanda (Ananda) mendapatkan hal yang luar biasa perhiasan dan dengan semuanya itu menutupi seluruh tubuh
dengan mengorbankan nyawanya demi Sang Tathagata. Ketika gajah tersebut. [337] Sejak saat itu, Nalagiri dikenal dengan
melihat gajah Nāḷāgiri (Nalagiri), meskipun sebanyak tiga kali nama Dhanapālaka (Penjaga Kekayaan)—Kala itu, bersamaan
ditolak oleh Sang Guru untuk tetap berdiam di sana, Yang Mulia dengan kejadian Dhanapālaka ini, sebanyak delapan puluh
Ananda tidak bergerak dari tempatnya tersebut. Āvuso, Yang empat makhluk menikmati buah dari pembebasan 185 —Dan Sang
Mulia Ananda benar-benar adalah seorang pelaku sesuatu yang Guru memantapkan gajah Nalagiri dalam lima sila. Dengan
luar biasa.” Sang Guru, yang berpikir, “Pembicaraan itu menggunakan belalainya mengambil tanah yang ada di bawah
membahas tentang jasa kebajikan Ananda, saya harus berada di kaki Sang Bhagava, gajah itu memercikkannya di kepalanya.
sana,” beranjak keluar dari ruangan yang wangi ( gandhakuṭi ) Kemudian dengan posisi badan berdiri sembari memberi hormat
menuju ke tempat itu dan bertanya kepada mereka, dengan kepada Dasabala selama Beliau masih terlihat dalam
berkata, “Apa yang sedang kalian bicarakan, Para Bhikkhu, pandangannya, kemudian berbalik arah dan masuk menuju
dengan duduk di sini?” Dan ketika mereka menjawab, “Mengenai topik anu,” Beliau kemudian berkata, “Bukan hanya kali ini, tetapi
184 Syair-syair ini muncul di dalam Cullavagga, VII. 3. 12.
juga di masa lampau Ananda, bahkan ketika ia terlahir dalam
185 amataṃ piviṃsu.
wujud seekor hewan, mengorbankan hidupnya demi diriku.” akan pergi ke sana,” dan dengan para pengikutnya, ia pun Setelah berkata demikian, Beliau menceritakan sebuah kisah
terbang ke danau tersebut. Sewaktu terbang turun dari udara, ia masa lampau.
hinggap tepat di tempat jerat itu berada, dan pada saat itu juga jerat tersebut yang terasa seperti papan besi menjerat dan
Dahulu kala di Kerajaan Mahiṁsaka, di Kota Sakuḷa, mengikatnya dengan kuat. Dengan berpikiran untuk melepaskan seorang raja yang bernama Sakuḷa memerintah kerajaannya
jerat itu, ia menyentak-nyentakkan kakinya, pertama-tama kulit dengan benar. Kala itu, tak jauh dari kota tersebut tinggallah
luarnya koyak, kemudian dagingnya, dan yang terakhir adalah seorang pemburu di suatu perkampungan pemburu yang hidup
uratnya, sampai kemudian jerat itu menyentuh bagian tulangnya dengan menangkap burung dan menjualnya ke kota. Di dekat
yang menyebabkan darah mengalir keluar dan timbulnya rasa kota terdapat sebuah danau teratai yang bernama Mānusiya,
sakit yang amat. Ia kemudian berpikir, “Jika saya mengeluarkan dengan keliling seluas dua belas yojana, ditumbuhi oleh lima
suara jeritan burung yang tertangkap, saudara-saudaraku akan jenis teratai. Berbagai jenis burung selalu terbang ke sana, dan
menjadi terkejut dan, tanpa makan dalam keadaan lapar, mereka pemburu itu dengan bebas meletakkan jeratnya di tempat
akan terbang melarikan diri, kemudian karena tubuh mereka tersebut. Kala itu juga, Raja Angsa Dhataraṭṭha (Dhatarattha)
yang masih lemah, mereka akan jatuh ke dalam air. Maka dengan pengikutnya sejumlah sembilan puluh enam ribu ekor
demikian ia menahan rasa sakitnya dan setelah saudara- burung angsa lainnya tinggal di Gua Emas di Gunung Cittakūṭa,
saudaranya telah makan kenyang dan sedang bersenang- dan panglimanya yang bernama Sumukha. Suatu hari, [338]
senang, ia mengeluarkan suara jeritan burung yang tertangkap. sekelompok angsa emas terbang ke Danau Mānusiya, dan
Sewaktu mendengar suara jeritan ini, angsa-angsa tersebut setelah memuaskan diri mereka di tempat makan yang berlimpah
menjadi takut akan kematian dan terbang kabur ke arah ruah tersebut, mereka terbang kembali ke Cittakūṭa dan berkata
Cittakūṭa. Segera setelah mereka pergi, Sumukha, sang demikian kepada Raja Angsa Dhatarattha, “Maharaja, ada
panglima angsa, berpikir, “Apakah mungkin ini berarti bahwa sebuah danau teratai yang bernama Mānusiya, sebuah tempat
sesuatu yang buruk menimpa maharaja? Saya akan mencari makan yang terdapat di tengah tempat hunian manusia. Mari kita
tahu apa yang terjadi,” dan terbang dengan kecepatan penuh, pergi mencari makan di tempat itu.” Ia menjawab, “Tempat
dan ketika tidak melihat Sang Mahasatwa di antara kelompok hunian manusia itu adalah tempat yang berbahaya: janganlah
burung bagian depan yang sedang terbang kabur tersebut, ia melakukan hal itu.” Dan meskipun demikian ia menolak untuk
melanjutkan mencari di bagian pertengahan dari kelompok pergi, tetapi dikarenakan desakan yang terus-menerus, ia
burung yang sedang terbang kabur tersebut, ketika tidak juga akhirnya berkata, “Jika ini adalah kesenangan kalian, maka kita
melihatnya, ia berkata, “Tidak diragukan lagi, sesuatu yang buruk melihatnya, ia berkata, “Tidak diragukan lagi, sesuatu yang buruk
keadaan menyedihkan demikian;
berlumuran darah dan mengalami rasa sakit yang amat, Saya merasa cukup bahagia untuk berbagi apa yang berbaring di tempat berlumpur. Ia pun turun di tanah dan dengan
dialami olehmu bersama.
mencoba untuk menenangkan Sang Mahasatwa, “Jangan takut, Maharaja, saya akan membebaskan Anda dari jerat ini dengan
Apa lagi yang akan dialami oleh ia yang tertangkap, mengorbankan nyawaku.” Kemudian untuk menguji dirinya, Sang
selain berakhir di dapur (perapian)? Mahasatwa mengucapkan bait pertama berikut:
Bagaimana bisa, dalam keadaanmu yang masih baik dan bebas, Anda menyerahkan semua itu demi ini?
Semua burung yang lain, tanpa memedulikan diriku, telah bergegas terbang kabur;
Apalah gunanya bagiku atau bagimu, wahai burung, Persahabatan apa yang dapat diharapkan dari ia yang
Anda berada di sini, atau bagi saudara-saudara kita yang tertangkap? Pergilah, jangan tunda lagi.
selamat itu, jika kita berdua mati nantinya?
Berikutnya bait-bait ini yang diucapkan 186 : Terbungkus, wahai yang bersayap emas, dalam kegelapan adalah hasil dari perbuatanmu ini;
Baik saya pergi maupun tinggal di sini bersamamu, saya Kebaikan apa yang akan didapatkan jika pengorbanan juga harus mati suatu hari nanti:
yang seperti ini dilakukan?
Saya telah bersama denganmu dalam suka, tak boleh kutinggalkan dirimu dalam duka.
Tidakkah Anda lihat kebaikan dari mengikuti yang benar, wahai raja burung?
Saya harus memilih antara mati bersamamu atau hidup Dengan tepatnya kehormatan akan ditunjukkan kepada sendiri dalam keadaan sedih,
mereka apa yang mungkin didapatkan dari perbuatan Dan lebih baik bagiku untuk mati bersama daripada
baik mereka.
hidup bersedih kehilangan dirimu. [340] Melihat kebenaran dan semua kebaikan yang muncul
dari yang benar, dikarenakan rasa kasihku kepadamu,
Dalam bentuk sebuah dialog antara raja angsa yang terjerat dan sahabat setianya,
dengan bahagia kuberikan nyawaku.
Sumukha. Kemudian diinterupsi oleh sang pemburu.
Jika benar memperhatikan yang benar, seseorang tidak Dan sewaktu tiba di tempat setelah berlari dengan akan meninggalkan temannya dalam keadaan duka,
kecepatan penuh, si pemburu, dalam pikirannya yang tidak untuk menyelamatkan nyawanya sendiri;
berkecamuk, berujar, ‘Apakah mereka tertangkap atau Perbuatan demikian yang disetujui oleh para bijaksana
tidak?’
dan para benar. Yang satu dilihatnya tertangkap di dalam jeratnya, Kewajiban muliamu telah kau lakukan, telah kuketahui
sedangkan yang satunya lagi yang tidak terbelenggu pula rasa kasihmu,
ataupun terikat dilihatnya sedang menatapi temannya Pergilah segera, jika masih ingin melakukan hal yang
yang terjerat.
kusetujui. Dengan pikiran bingung dan ragu, ia melihat pasangan Mungkin pada waktunya nanti kekuasaan memimpin
burung mulia ini, —saat itu mereka telah dewasa, dua seluruh saudaraku, dengan pengetahuan dan
burung yang menawan hati— dan demikian ia berkata pengendalian diri yang lebih, akan beralih kepadamu.
kepada mereka.
Selagi demikian kedua burung berbincang, terlihat oleh Benar adanya bila ia yang terjerat tidak dapat terbang mereka, seperti maut yang mendatangi orang, adalah si
melarikan diri;
pemburu. Tetapi mengapa, burung yang kuat, masih dalam keadaan bebas tak terikat berada di sini bersamanya?
Dua sahabat yang merasakan kedatangannya itu takut, diam membisu dan tak bergerak, sewaktu ia mendekat
Wahai musuh para unggas (burung), ia adalah teman ke arah mereka.
sekaligus pemimpinku, ia sama berharganya dengan nyawaku;
Karena melihat angsa-angsa terbang kabur ke sana dan Meninggalkan dirinya—Tidak, tidak akan pernah ke sini, dan menghilang di angkasa, musuh mereka ini
kulakukan itu, sampai maut memanggilku. 187 bergegas menuju tempat kedua burung mulia itu berada.
187 Bait ini juga muncul di dalam Vol. IV. hal. 265, versi bahasa Inggris; [426]; (hal. 668, versi bahasa Indonesia).
[341] Bagaimana bisa burung ini tidak melihat jerat dari sang Saya tidak boleh memikirkan hidupku sendiri di saat pemburu? Tugas dari para pemimpin biasanya adalah
temanku ini akan menghadapi kematian, harus berhati-hati terhadap mara bahaya.
Jika Anda dapat merasa puas dengan satu saja, maka bebaskanlah ia dan makanlah dagingku
Di saat kehidupan akan berakhir dan waktu kematian
sebagai penggantinya.
telah mendekat, meskipun berada dekat dengan jerat, tidak akan terlihat olehmu apa pun. 188 Kami berdua sama dalam hal umur, panjang dan besar badan; Tidak ada ruginya bagimu jika Anda mengambil
Jerat jenis apa saja, wahai burung-burung yang mulia,
diriku sebagai pengganti dirinya.
sering kali sia-sia: Dalam waktu tertentu akhirnya satu tertangkap di jerat
Anggap saja seperti ini keadaannya yang tersembunyi itu dan akan dibunuh.
dan hilangkanlah rasa laparmu dengan diriku; Pertama, ikatlah aku dalam jerat,
[342] Untuk berbicara kepadanya agar dapat kemudian lepaskanlah raja burung ini. melunakkan hati si pemburu dan memohon agar Sang Mahasatwa dapat dilepaskan, ia (Sumukha) mengucapkan bait
Dengan cara tersebut Anda bisa mendapatkan berikut:
keinginanmu dan saya bisa mendapatkan keinginanku, Dan kedamaian dapat tercipta di antara angsa dan
Apakah ini merupakan buah dari kebahagiaan, berbicara
dirimu, selama kehidupan itu ada.
demikian ramah denganmu, dan apakah dirimu bersedia, kumohon padamu, mengampuni nyawa kami dan
Demikianlah dengan pemaparan kebenaran itu hati si melepaskan kami berdua pergi?
pemburu menjadi lunak, sama seperti kapas yang dicelupkan ke dalam minyak. Dan sewaktu hendak menyerahkan Sang
Si pemburu, yang menjadi terpikat akan perkataan manis Mahasatwa kepadanya, seperti seorang pelayan kepada Sumukha, mengucapkan bait berikut :
majikannya, ia berkata:
Sebagai saksi semua saudaramu, sahabatmu, mereka
188 Bait ini juga muncul di dalam Vol. IV. hal. 265, versi bahasa Inggris; [425]; (hal. 668, versi
yang bijak, mereka yang menjadi bawahanmu,
bahasa Indonesia).
Dikarenakan Anda seorang sendiri, raja para burung ini bawahnya. Bodhisatta, seperti seolah-olah tidak pernah terkena memperoleh kebebasannya.
jerat, dapat duduk dengan gembiranya dalam keadaan seperti sediakala. Kemudian Sumukha yang melihat betapa gembiranya
Sedikit sekali seseorang bisa memiliki seorang sahabat
perbuatannya, dalam sepertimu yang selalu siap berbagi nasib yang sama,
kebahagiaannya sendiri melantunkan pujian terhadap si seperti yang Anda tunjukkan waktu rajamu tertangkap di
pemburu.
dalam jerat mematikan. Sang Guru, untuk menjelaskan ini, berkata: Maka kubebaskan sahabatmu yang juga rajamu, mengikutimu pergi ke kejauhan,
Si angsa yang bersukacita atas pembebasan sang raja, Bergegaslah, pergi dari tempat ini, ke tempat saudara-
untuk menghormati tuannya,
saudaramu berada dan bersinarlah layaknya sebuah demikian ini menyenangkan telinga si penolong dengan bintang.
kata-kata yang menyenangkan pula:
[344] Dan setelah berkata demikian, si pemburu dengan ‘Pemburu, bersama dengan sanak saudaramu, semoga niat baik dalam hatinya menghampiri Sang Mahasatwa.
Anda berbahagia, seperti diriku ini yang berbahagia Kemudian setelah memutuskan belenggu, ia menggendongnya
melihat raja burung ini dibebaskan.’ dalam pelukan, membawanya keluar dari air, membaringkannya di tepi danau pada rumput hijau yang segar, dan dengan
Setelah demikian memuji si pemburu, Sumukha berkata kelembutan yang amat sangat melepaskan jerat yang mengikat
kepada Bodhisatta, “Raja, laki-laki ini telah memberikan bantuan kakinya dan melemparnya jauh-jauh. Kemudian dengan pikiran
yang besar: Jika ia tidak mau mendengarkan kata-kata kita, ia dipenuhi dengan perasaan cinta kasih yang besar terhadap Sang
bisa saja mendapatkan harta yang banyak, baik dengan Mahasatwa, ia mengambil air dan membersihkan darah dari
menjadikan kita sebagai hewan jinak yang dipelihara untuk lukanya, dan membasuhnya berulang-ulang kali. Dikarenakan
kesenangan dan memberikan kita kepada raja-raja, maupun kekuatan dari pikirannya yang dipenuhi dengan perasaan cinta
dengan membunuh dan menjual kita sebagai makanan. Akan kasih, lukanya menjadi sembuh kembali: urat menyatu dengan
tetapi, tanpa memedulikan kehidupannya sendiri, ia urat, daging menyatu dengan daging, dan kulit menyatu dengan
mendengarkan kata-kata kita. [345] Mari kita bawa ia ke hadapan kulit. Kulit yang baru terbentuk dan demikian juga kulit-kulit di
raja dan buat ia menjadi bahagia dalam hidupnya.” Sang
Mahasatwa setuju dengan hal ini. Kemudian setelah berbincang Setelah Sumukha berkata demikian, si pemburu dengan Sang Mahasatwa dalam bahasa mereka sendiri,
membalas, “Janganlah bersenang hati berjumpa dengan raja. Sumukha menyapa si pemburu dalam bahasa manusia dan
Sesungguhnya para raja memiliki pikiran yang susah ditebak: bertanya kepadanya, “ Samma, mengapa Anda membuat jerat?”
mereka akan mengurungmu untuk kesenangan mereka atau dan ketika ia menjawabnya, “Untuk mendapatkan uang,”
bahkan mereka akan membunuhmu.” Sumukha berkata, “Jangan Sumukha kemudian menambahkan, “Jika memang ini alasannya,
takut, Teman. Dengan pemaparan kebenaran, saya telah bawalah kami bersamamu ke kota dan persembahkan kami
melunakkan hati dari seorang makhluk kejam sepertimu dan kepada raja, dan saya akan membujuknya menganugerahkan
telah membuatmu menurutiku, seorang pemburu yang tangannya kepadamu harta yang banyak,” dan ia mengucapkan bait-bait
merah dengan lumuran darah. Raja, sesungguhnya juga, penuh berikut:
dengan kebaikan dan kebijaksanaan, dan orang yang demikian mampu membedakan perkataan yang baik dan yang buruk. Si
Mari kuajarkan padamu bagaimana mendapatkan harta pemburu berkata, “Baiklah, jangan marah kepadaku. Karena ini yang banyak, setelah bertemu dengan angsa mulia ini
adalah keinginanmu, [346] maka akan kubawa kalian janganlah melakukan kesalahan sekecil apa pun.
kepadanya.” Maka ia pun menaikkan sepasang burung itu ke pemikulnya dan pergi ke istana, dan membawa mereka
Cepat, bawa kami ke istana raja, dengan suara, badan menghadap kepada raja, kemudian ketika dipertanyakan oleh dan segalanya, dengan tetap berdiri, tak akan melompat,
raja, si pemburu pun menjelaskan seluruh kejadiannya. di kedua sisi pemikulmu. Sang Guru, untuk menjelaskan masalah ini, berkata: Dan katakanlah, ‘Wahai paduka, ke tempat ini kami bawa dua ekor angsa emas, yang satu adalah panglima dan
Untuk menuruti perkataan mereka, ia melakukan hal yang satunya lagi adalah raja.
yang dikehendaki oleh angsa-angsa itu; Dengan cepat mebawa mereka ke istana raja, dengan
Raja manusia yang melihat raja angsa ini akan menjadi suara, badan dan segalanya, dengan tetap berdiri, tak begitu riang dan gembira, ia akan menganugerahkan
akan melompat, di kedua sisi pemikulnya. harta yang banyak kepadamu. ‘Wah, yang ada di sini,’ katanya, ‘dua angsa emas, akan melompat, di kedua sisi pemikulnya. harta yang banyak kepadamu. ‘Wah, yang ada di sini,’ katanya, ‘dua angsa emas,
terjerat itu dan meminta mereka untuk pergi.
Bagaimana bisa makhluk-makhluk hebat yang bersayap Si angsa yang bersukacita atas pembebasan sang raja, ini menjadi mangsamu, Pemburu?
untuk menghormati tuannya,
Bagaimana caranya Anda mendekati mereka, tidak demikian ini menyenangkan telinga si penolong dengan membuat mereka takut dan terbang pergi?
kata-kata yang menyenangkan pula:
Wahai paduka, raja manusia, di setiap danau terdapat ‘Pemburu, bersama dengan sanak saudaramu, semoga jerat atau jaring; Di setiap tempat hunian burung
Anda berbahagia, seperti diriku ini yang berbahagia kupasang perangkap.
melihat raja burung ini dibebaskan.
Demikianlah pada satu jerat yang tersembunyi ini, saya Mari kuajarkan padamu bagaimana mendapatkan harta mendapatkan raja angsa itu;
yang banyak, setelah bertemu dengan angsa mulia ini Tetapi temannya, yang masih dalam keadaan bebas,
janganlah melakukan kesalahan sekecil apa pun. tetap berada di sampingnya dan mencoba membebaskannya.
Cepat, bawa kami ke istana raja, dengan suara, badan dan segalanya, dengan tetap berdiri, tak akan melompat,
Panglima angsa itu melakukan kewajiban di luar yang
di kedua sisi pemikulmu.
dapat dicapai oleh para pemberani lainnya, berusaha sekuat tenaganya untuk menenangkan pemimpinnya.
Dan katakanlah, “Wahai paduka, ke tempat ini kami bawa dua ekor angsa emas, yang satu adalah panglima
Di sana ia berdiri, yang seharusnya dapat terbang pergi, dan yang satunya lagi adalah raja.” merasa puas dapat memberikan nyawanya jika sang raja angsa, yang terus dipujinya, dibebaskan.
Raja manusia yang melihat raja angsa ini akan menjadi begitu riang dan gembira, ia akan menganugerahkan
Mendengar kata-katanya, segera diriku ini seperti
harta yang banyak kepadamu.’
mendapatkan kehormatan;
[347] Demikianlah atas permintaanya, sepasang burung ini Melihat raja duduk di sebuah kursi emas nan indah, si datang ke sini atas tuntunan dariku, yang sebenarnya
angsa, untuk menyenangkan pendengarannya, bertanya mereka telah kubebaskan untuk terbang pulang.
demikian:
Demikianlah nasib hidup dari unggas malang ini, yang Apakah Anda, Paduka, dalam keadaan baik dan sehat? meskipun ia adalah makhluk yang sempurna, karena
Pastinya kerajaanmu makmur dan Anda memimpin tergerak oleh rasa iba terhadap diriku, si pemburu kejam.
dengan benar.
Angsa ini, wahai paduka, kupersembahkan kepadamu, Wahai raja angsa, saya berada dalam keadaan baik dan Di antara para pemburu, sangatlah langka untuk dapat
sehat; Kerajaanku makmur dan kupimpin dengan benar. menemukan unggas yang seperti ini. Apakah Anda memiliki orang-orang yang benar sebagai [348] Demikian dengan berdiri di sana diucapkannya
para menteri dan pejabat kerajaanmu, yang bebas dari pujian terhadap kebajikan Sumukha. Kemudian Raja Sakuḷa
kesalahan dan keburukan, yang siap mati demi dirimu memberikan kepada raja angsa tersebut sebuah tempat duduk
yang baik?
yang agung dan kepada Sumukha sebuah kursi bagus berwarna emas. Setelah mereka duduk di tempat masing-masing, raja
Saya memiliki orang-orang yang benar sebagai para menyajikan kepada mereka biji-bijian dengan madu, air gula, dan
menteri dan pejabat kerajaanku, yang bebas dari sebagainya, dalam bejana emas. Ketika mereka selesai makan,
kesalahan dan keburukan, yang siap mati demi diriku dengan bersikap anjali, raja memohon kepada Sang Mahasatwa
yang baik.
untuk mengajarkan kebenaran, dan duduk di kursi emas. Atas permintaannya ini, sang raja angsa pun beruluk salam dan
Apakah Anda memiliki seorang istri yang statusnya sama berbincang-bincang dengannya.
denganmu, patuh, santun dalam ucapan, diberkahi dengan anak, rupawan, nama nan indah, dan penurut
Untuk menjelaskan ini, Sang Guru berkata:
terhadap suaminya?
Saya memiliki seorang istri yang statusnya sama denganku, patuh, santun dalam ucapan, diberkahi Saya memiliki seorang istri yang statusnya sama denganku, patuh, santun dalam ucapan, diberkahi
meninggalkan tempat itu.
[349] Setelah demikian Bodhisatta beruluk salam Datang dan mengunjungimu, wahai paduka, adalah dengannya, raja kemudian berbincang kembali dengannya dan
keinginan dari Sumukha, yang memiliki pemikiran bahwa berkata:
teman kami mungkin memperoleh harta yang banyak dengan berbuat demikian.
Ketika ketidakberuntungan menimpamu menyebabkan dirimu berada di tangan musuhmu yang mematikan,
Pemikiranmu benar; Selamat datang semuanya! Apakah di saat itu, wahai angsa, Anda mengalami
Senang berjumpa dengan kalian di sini, dan dengan penderitaan?
senang hati kuberikan yang pantas didapatkan oleh si pemburu.
Apakah ia kemudian datang dan dengan kayu memukulimu?
[350] Setelah berkata demikian, raja menatap seorang Karena sebagaimana yang kudengar, hal inilah yang
pejabat kerajaannya, dan ketika ia bertanya, “Apa yang harus dilakukan oleh para makhluk kejam itu.
kulakukan, Paduka?” Raja membalas, “Pastikan rambut dan janggut dari pemburu ini dirapikan, setelah ia selesai mandi
Tidak pernah diriku berada dalam bahaya, sejauh yang dan badannya dioles dengan minyak, hiaslah dirinya dengan dapat kuingat; Ia juga tidak pernah memperlakukan kami
mewah, kemudian bawa ia ke sini.” Ketika semua itu telah sebagai musuhnya sama sekali.
dikerjakan dan pemburu itu dibawa menghadap kepada raja kembali, raja menganugerahkan kepadanya sebuah
Si pemburu, yang heran dan terkejut, bertanya kepada perkampungan yang tiap tahunnya memberikan penghasilan kami;
sebesar seratus ribu keping uang, ditambah dengan sebuah Dan Sumukha, yang paling bijak, menjawab
kediaman yang berbatasan dengan dua jalan, sebuah kereta pertanyaannya.
megah, serta emas kepingan dan emas lantakan yang banyak.
Mendengar kata-katanya, si pemburu segera Sang Guru, untuk menjelaskan ini, berkata: menunjukkan hormatnya, dengan perasaan sukacita
Dengan kekayaan yang berlimpah ruah, raja pemaparan kebenaran darinya.” Maka untuk berbincang menganugerahi si pemburu;
dengannya, raja mengucapkan satu bait berikut: Si angsa emas kemudian berujar dengan perkataan yang menyenangkan pendengaran.
Jika Yang Bijak dan yang terpelajar Sumukha mengucapkan keinginannya dalam sepatah atau dua
Kemudian Sang Mahasatawa mengajarkan kebenaran patah kata, kebahagiaanku akan menjadi lebih besar. kepada raja. Raja bersukacita setelah mendengarkan pengajaran tersebut, dan dengan memiliki pemikiran untuk memberikan
Kemudian Sumukha berkata:
balasan berupa tanda penghormatan kepada sang pengajar kebenaran, ia menganugerahkan kepadanya payung putih
Tidak bisa, di hadapan Anda dan Tuanku, tidak pantas (kerajaan) dan mengalihkan kerajaan kepadanya, dengan
mengucapkan sepatah kata pun, seolah-olah diriku mengucapkan bait-bait berikut:
adalah raja nāga.
Apa pun yang kumiliki, apa pun itu yang disebutkan Karena raja angsa emas ini dan Anda, wahai raja yang akan berada di bawah kekuasaanmu jika Anda
berkuasa, mendapatkan penghormatan dariku atas dasar menginginkannya.
apa pun.
Apakah itu akan dijadikan sebagai derma atau apakah itu Diriku yang hanyalah seorang bawahan, tidaklah pantas akan digunakan olehmu;
ikut bersuara ketika terjadi percakapan di antara para Kepadamu kuberikan semua kekayaan dan
pemimpin yang mulia.
kepunyaanku, kepadamu kerajaanku kuberikan. Raja yang mendengar perkataannya merasa gembira Tetapi kemudian Sang Mahasatwa mengembalikan
dan berkata, “Pantaslah si pemburu memuji dirimu, dan pastinya payung putih yang telah diberikan oleh raja itu. Dan raja berpikir,
tidak ada yang lain seperti dirimu ini, seorang pembabar “Saya telah mendengar kebenaran yang diajarkan oleh raja
Kebenaran yang bersuara manis,” dan mengulangi bait-bait angsa. Sumukha yang dipuji oleh pemburu, mengucapkan kata-
berikut:
kata semanis madu, [351] saya juga harus mendengar
Si pemburu benar sekali dengan memuji angsa ini Izinkanlah kami pergi, Paduka, agar dapat sebagai yang paling bijak di antara angsa lainnya:
menghilangkan kesedihan mereka;
Kebijaksanaan yang demikian tidak ditemukan dalam Dengan rendah hati, kami memohon izin agar dapat pikiran orang yang tidak disiplin.
berjumpa dengan teman-teman kami kembali.
Dari makhluk-makhluk mulia yang pernah kujumpai, Saya merasa senang luar biasa bersahabat dengan pastinya angsa inilah yang terbaik di antara mereka
Yang Mulia;
semua, dengan anugerah alamiah yang tertinggi, tiada Mulai saat ini, saya percaya, teman-temanku tidak perlu taranya.
merasa takut lagi.
Rupa muliamu dan pemaparan manismu terdengar oleh Selesai ia berkata demikian, raja pun memperbolehkan telingaku seperti suara yang menyenangkan,
mereka untuk pulang kembali. Dan Sang Mahasatwa keinginanku adalah agar Anda berdua bersedia tinggal
memaparkan kepada raja tentang bahaya dari melakukan lima bersamaku untuk waktu yang lama.
jenis perbuatan buruk, dan berkah dari melakukan kebajikan, serta menasihatinya dengan berkata, “Jagalah sila, perintahlah
[352] Kemudian Sang Mahasatwa, dalam pujiannya kerajaanmu (selalu) dengan benar, menangkanlah hati rakyat- terhadap raja, berkata:
rakyatmu dengan empat poin merangkul orang 189 ,” dan tanpa ditunda lagi, ia terbang menuju Cittakūṭa.
Anda bersikap kepada kami seperti seseorang yang berhadapan dengan sahabat karibnya:
[358] Untuk menjelaskan ini, Sang Guru berkata: Demikian bagusnya kebaikanmu, Paduka, yang diberikan kepada kami, burung-burung miskin.
Demikian Raja Angsa Dhattaraṭṭha berbicara kepada raja manusia, kemudian angsa-angsa itu terbang dengan
Sayangnya akan terdapat suatu kekosongan bagi kecepatan penuh ke tempat saudara-saudara mereka saudara-saudara kami, dan banyak dari mereka yang
berada.
bersedih jika tidak melihat kami.
189 Saṅgahavatthu : kemurahan hati (dāna); ucapan yang lembut, tidak menyakiti orang lain (peyyavajja); tindakan yang bermanfaat (athacariyā), perlakuan yang sama (samānattatā).
Melihat para pemimpin mereka kembali dalam keadaan [354] Sang Guru mengakhiri uraian-Nya sampai di sini, selamat dari tempat hunian manusia, kumpulan burung
dengan berkata, “Para Bhikkhu, bukan hanya kali ini, tetapi juga bersayap menyambut hangat mereka dengan suara riuh.
di masa lampau Ānanda mengorbankan hidupnya demi diriku,” dan Beliau mempertautkan kisah kelahiran ini: “Pada masa itu,
Setelah demikian mengelilingi pemimpin yang mereka Channa adalah si pemburu, Sāriputta adalah raja manusia, percayai, angsa-angsa emas ini memberikan hormat
Ānanda adalah Sumukha, para siswa Sang Buddha adalah yang selayaknya kepada seorang raja, bersukacita atas
sembilan puluh ribu ekor angsa 190 itu, dan diriku sendiri adalah pembebasan dirinya.
sang raja angsa.”
Sewaktu mengelilingi raja mereka, angsa-angsa ini bertanya kepadanya, “Bagaimana cara Anda menyelamatkan diri?” Sang Mahasatwa memberitahukan mereka tentang
No. 534.
penyelamatan dirinya atas bantuan dari Sumukha, dan juga tentang perbuatan dari Raja Sakuḷa dan sang pemburu. Setelah
MAHĀHAṀSA-JĀTAKA. mendengar ini, kumpulan angsa ini dalam kebahagiaan mereka melantunkan pujian, dengan berkata, “Semoga Sumukha
“Ke sana perginya burung-burung itu,” dan seterusnya. panjang umur, Panglima kita; dan Raja Sakuḷa, serta si pemburu.
Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Veḷuvana Semoga mereka berbahagia dan bebas dari penderitaan.”
(Veluvana), tentang bagaimana Ānanda Thera (Ananda) mengorbankan hidupnya. Awal dari munculnya kisah ini sama
Untuk menjelaskan masalah ini, Sang Guru mengulangi seperti kisah sebelumnya yang telah diceritakan di atas, tetapi bait terakhir berikut:
dalam kesempatan ini, sewaktu Sang Guru menceritakan kejadian masa lampau yang berhubungan dengan kisah berikut.
Demikianlah semuanya, yang hatinya penuh dengan perasaan cinta kasih, akan berhasil dalam segala hal
Dahulu kala di Benares, seorang raja bernama Saṁyama yang dilakukan seperti kedua angsa ini yang dapat
(Samyama) memiliki seorang permaisuri yang bernama Khemā. terbang kembali kepada teman-teman mereka dengan
selamat.
190 Pada bagian awal kisah, di PTS tertulis channavuti dan di bagian akhir kisah ini tertulis navuti; sedangkan di CSCD baik di awal maupun di akhir tertulis channavuti. Chanavuti = 96;
navuti = 90.
Kala itu, Bodhisatta dengan pengikutnya berupa sembilan puluh ribu ekor burung angsa berdiam di Gunung Cittakūṭa. Pada suatu subuh, Ratu Khemā melihat suatu penampakan dalam tidurnya: Beberapa ekor angsa berwarna keemasan datang, duduk di takhta kerajaan, dan mengkhotbahkan hukum kebenaran dengan suara merdu. Sewaktu ratu mendengarkan dan menyatakan persetujuannya, serta belum puas akan pemaparan kebenaran itu, hari sudah terang, angsa-angsa itu mengakhiri pemaparannya dan terbang pergi melalui jendela yang terbuka. Ratu yang bergegas bangkit kemudian berteriak, “Tangkap mereka, tangkap angsa-angsa itu sebelum mereka terbang pergi,” dan ketika ia menjulurkan tangannya tersebut, ia pun terbangun. Mendengar perkataannya, para pelayan berkata, “Ada di mana angsa-angsanya?” dan tersenyum lembut. Ratu pun menyadari bahwa itu adalah sebuah mimpi, dan berpikir, “Saya tidak mungkin melihat hal yang tidak ada: Pasti ada angsa emas di dunia ini. Akan tetapi, jika kukatakan kepada raja seperti ini, ‘Saya ingin mendengar khotbah kebenaran yang dipaparkan oleh angsa-angsa emas,’ maka raja akan membalas, ‘Tidak pernah kita lihat adanya angsa emas; tidak ada itu yang namanya khotbah kebenaran oleh angsa-angsa emas,’ dan raja tidak akan menghiraukannya. Tetapi, jika kukatakan, ‘Ini adalah sebuah idaman (keinginan) dari seorang wanita yang sedang hamil,’ raja akan mencari mereka dengan cara apa pun dan dengan demikian keinginanku akan terpenuhi.” Maka dengan berpura-pura sakit, [355] ratu memberikan perintah kepada para pelayannya dan kemudian berbaring tidur. Ketika duduk di takhta kerajaannya dan tidak melihat adanya kehadiran sang ratu di
waktu yang biasanya ia terlihat, raja pun menanyakan keberadaan Ratu Khemā. Sewaktu mendengar bahwa ratu sedang sakit, raja langsung pergi menjumpainya, dan dengan duduk pada ranjangnya di satu sisi, mengusap punggungnya dan menanyakan apakah ia sakit. “Paduka,” jawabnya, “saya tidaklah sakit, melainkan sedang mengidam sebagai seorang wanita yang hamil.” “Katakanlah, Ratu, apa yang diinginkan dan segera kubawakan untukmu.” “Paduka, saya ingin mendengar khotbah kebenaran dari seekor angsa emas, dengan dirinya yang duduk di takhta kerajaan, di bawah naungan payung putih, kemudian saya ingin memberikan penghormatan kepadanya dengan untaian-untaian bunga dan tanda-tanda hormat lain sebagainya, dan menyatakan persetujuanku kepadanya. Jika keinginanku ini dapat terpenuhi, maka diriku akan baik-baik saja. Akan tetapi, jika tidak dapat terpenuhi, maka tidak akan ada kehidupan lagi bagiku.” Kemudian raja menghibur dirinya dan berkata, “Jika memang ada hal seperti ini di alam manusia, pasti akan kudapatkan untukmu: Janganlah mengkhawatirkannya.” Beranjak keluar dari kamar ratu, raja berdiskusi dengan para menterinya, dengan berkata, “Dengarkanlah semuanya, Ratu Khemā tadi berkata, ‘Jika dapat kudengar khotbah kebenaran oleh seekor angsa emas, maka diriku akan baik-baik saja; sebaliknya, tidak akan ada kehidupan lagi bagiku.’ Katakanlah, apakah ada yang namanya angsa emas itu?” “Paduka, kami belum pernah melihat ataupun mendengar tentang angsa emas.” “Siapa gerangan yang tahu tentangnya?” “Para brahmana, Paduka.” Raja memanggil para brahmana dan bertanya kepada mereka, dengan berkata, “Apa ada angsa emas yang mengkhobatkan kebenaran?” “Ya,
Paduka, menurut tradisi turun-temurun kami, bahwa ikan, kota ini, Paduka, perintahkanlah orang untuk membuat sebuah kepiting, kura-kura, rusa, burung merak, angsa memang ada
danau yang lebarnya tiga gāvuta dan panjangnya juga tiga yang berwarna keemasan. Dikatakan bahwasannya di antara
gāvuta, dengan nama Danau Khema, diisi dengan air, ditanam mereka itu, keluarga dari angsa Dhataraṭṭha adalah yang paling
dengan beragam jenis biji-bijian dan juga dengan lima jenis bijak dan terpelajar. Ditambah dengan manusia, maka terdapat
teratai. Kemudian serahkanlah penjagaannya kepada seorang tujuh makhluk yang dapat ditemukan berwarna keemasan.” Raja
pemburu yang ahli dan tidak boleh ada seorang pun yang menjadi amat senang dan bertanya, “Di manakah gerangan
mendekatinya, dan dengan menempatkan penjaga di keempat tempat tinggal dari angsa-angsa emas yang terpelajar itu?” “Kami
sudutnya, umumkanlah bahwa itu adalah sebuah danau yang tidak tahu, Paduka.” “Kalau begitu, siapa yang mengetahuinya?”
dilindungi. Ketika mendengar kabar tentang danau ini, segala Dan ketika mereka menjawab, “Para pemburu,” raja segera
jenis burung (unggas) akan mendatanginya. Dan angsa-angsa mengumpulkan semua pemburu yang terdapat di kerajaannya
ini, yang mendengar kabar tentang betapa amannya danau ini dan bertanya kepada mereka, “ Tāta 191 , di manakah tempat
dari teman-temannya, akan datang mengunjunginya. Saat itu, tinggal dari angsa emas Dhataraṭṭha?” Kemudian seorang
Anda dapat menangkap mereka dengan menggunakan jerat.” pemburu berkata, “Paduka, disebutkan di dalam tradisi turun-
Setelah mendengar semua ini, raja memerintahkan orang untuk temurun kami, mereka berdiam di daerah pegunungan Himalaya,
membuat sebuah danau seperti yang mereka uraikan, di tempat tepatnya di Gunung Cittakūṭa.” “Apakah Anda tahu bagaimana
yang mereka sebutkan, dan memanggil seorang pemburu yang cara menangkap mereka?” “Saya tidak tahu, Paduka.” Raja
ahli, memberikan kepadanya seribu keping uang dengan berkata, kemudian memanggil para brahmana bijaknya [356] dan setelah
“Mulai hari ini, berhentilah dari pekerjaanmu: Saya akan memberitahu mereka bahwa angsa emas terdapat di Gunung
menghidupi istri dan keluargamu. Jagalah danau yang aman ini Cittakūṭa, ia menanyakan apakah mereka tahu bagaimana cara
dengan hati-hati dan jauhkanlah dari jangkauan orang-orang, menangkap angsa-angsa itu? Mereka berkata, “Paduka,
umumkanlah di keempat sudutnya bahwa danau ini adalah mengapa harus kita yang pergi dan menangkap mereka?
danau yang dilindungi, dan katakan bahwa semua burung yang Dengan satu siasat, kita dapat membawa mereka datang ke kota
datang dan pergi adalah milikku. Dan ketika angsa-angsa emas dan menangkap mereka.” “Siasat apakah itu?” “Di sebelah utara
datang ke danau ini, Anda akan mendapatkan kehormatan yang besar.” Dengan mengucapkan kata-kata yang mendorong
semangat ini, raja menugaskannya untuk menjaga danau yang
sebutan kasih atau ramah atau penuh hormat untuk orang yang lebih muda atau lebih tua, lebih rendah atau tinggi statusnya. Sering kali di dalam terjemahan bahasa Inggris, kata yang
dilindungi itu. Sejak hari itu, si pemburu berbuat sesuai dengan
digunakan adalah ‘Friend’ atau ‘Dear’, yang biasanya diterjemahkan menjadi, ‘Teman’ atau
apa yang diperintahkan oleh raja kepadanya dan menjaga
‘Yang terkasih.’ ‘Yang terkasih.’
merupakan kesayangan yang sangat berharga di mata Mulai hari itu, segala jenis burung datang ke danau itu. Dan dari
suaminya, dan disebabkan oleh hal ini lah, maka kedua keluarga kabar yang disebarkan dari yang satu kepada yang lainnya
angsa ini menjadi amat akrab. Suatu hari, angsa-angsa yang bahwa danau itu adalah danau yang aman dan damai, berbagai
berada di bawah pimpinan Bodhisatta menanyakan hal ini jenis angsa yang berbeda pun mendatanginya. Yang pertama
kepada angsa-angsa pāka, “Barusan dari mana kalian datang adalah angsa rumput, yang berikutnya datang dari kabar
mendapatkan makanan?” “Kami mencari makanan di dekat yang disebarkan oleh mereka adalah angsa (yang berwarna)
Benares, di Danau Khema. Di manakah kalian mencari kuning, dengan cara yang sama seperti sebelumnya yang
makanan?” “Di tempat anu,” jawab mereka. “Mengapa kalian berikutnya datang adalah angsa merah, angsa putih dan angsa
tidak pergi ke tempat kami? Tempat itu adalah sebuah danau pāka 192 . Setelah mereka datang, Khemaka melapor demikian
yang indah, dikerumuni oleh berbagai jenis burung, ditumbuhi kepada raja: “Lima jenis angsa, Paduka, telah datang, dan
oleh lima jenis teratai, berlimpah ruah dalam biji-bijian dan buah- mereka tetap mencari makan di danau. Karena sekarang angsa
buahan, terdengar banyak suara dengung dari kelompok- pāka telah datang, maka beberapa hari lagi angsa emas akan
kelompok lebah yang berbeda-beda. Di keempat sudutnya datang: [357] Janganlah cemas, Paduka.” Mendengar kabar ini,
terdapat manusia yang menjaganya dari bahaya. Tak ada raja membuat pengumuman di seluruh kota dengan tabuhan
seorang pun yang diperbolehkan untuk mendekat: apalagi untuk genderang bahwa tak seorang pun boleh pergi ke danau itu, dan
melukai mereka.” Dengan cara demikian ini, mereka siapa pun yang melanggarnya maka tangan dan kakinya akan
melantunkan pujian terhadap danau yang aman itu. Mendengar dipotong, serta barang-barang kebutuhan rumah tangganya akan
apa yang dikatakan oleh angsa pāka, angsa-angsa itu kemudian disita; Mulai saat itu, tak ada seorang pun yang pergi ke sana.
memberitahu Sumukha, “Mereka mengatakan bahwa di dekat Waktu itu, angsa pāka berdiam di tempat yang dekat dari
Benares terdapat sebuah danau yang indah, dikerumuni oleh Cittakūṭa di Gua Emas. Mereka adalah burung angsa yang kuat
berbagai jenis burung, ditumbuhi oleh lima jenis teratai, dan warna badan mereka berbeda dengan warna badan dari
berlimpah ruah dalam biji-bijian dan buah-buahan, terdengar angsa emas Dhataraṭṭha, tetapi badan putri dari raja angsa pāka
banyak suara dengung dari kelompok-kelompok lebah yang ini berwarna emas. Maka ayahnya yang berpikir bahwa putrinya
berbeda-beda. Anda beritahukanlah kepada Raja Dhataraṭṭha, itu adalah pasangan yang cocok untuk Raja Dhataraṭṭha,
jika ia memberikan izin, maka kami akan pergi dan mencari makanan di sana.” Sumukha memberitahu sang raja angsa, yang berpikir, “Manusia itu adalah orang yang penuh dengan siasat
192 salah satu jenis angsa.
dan ahli dalam hal perencanaan. Pasti ada sesuatu di balik semua ini. Selama ini tidak pernah ada danau yang demikian: pastinya danau itu dibuat agar dapat menangkap kami.” Dan ia berkata kepada Sumukha, “Janganlah pergi ke tempat itu. Danau itu tidak dibuat oleh mereka dengan niat yang baik, danau itu dibuat agar dapat menangkap kita. Manusia itu adalah orang yang penuh dengan siasat dan ahli dalam hal perencanaan: Tetap sajalah di tempat kita mencari makan seperti biasanya.” [358] Untuk kedua kalinya, angsa-angsa emas itu memberitahu Sumukha bahwa mereka sangat ingin mengunjungi Danau Khema, dan Sumukha kemudian menyampaikan keinginan mereka ini kepada raja. Kemudian Sang Mahasatwa berpikir, “Saudara-saudaraku tidak lah boleh menjadi terus-terusan cemas karena diriku: Kita akan pergi ke sana.” Maka ditemani dengan sembilan puluh ribu angsa, ia pergi dan mencari makan di sana, bersenang-senang layaknya seekor angsa dan kemudian kembali ke Cittakūṭa. Khemaka, setelah mereka makan dan terbang kembali, pergi melaporkan berita ini kepada Raja Benares. Raja merasa amat senang dan berkata, “ Samma Khemaka, coba tangkaplah satu atau dua ekor angsa itu dan akan kuberikan kepadamu kehormatan yang besar.” Setelah mengucapkan kata-kata ini, raja membayarkan biaya pengeluarannya dan memintanya pergi. Sekembalinya ke tempat itu, pemburu tersebut duduk di dalam sebuah tempayan yang besar 193 dan mengawasi pergerakan dari angsa-angsa tersebut. Para Bodhisatta adalah makhluk yang terbebas dari ketamakan.
193 cāṭipañjara.
Oleh karena itu, Sang Mahasatwa hanya memakan biji-bijian di tempat pertama kali ia mulai hinggap, sedangkan semua yang lainnya selalu berpindah-pindah, memakan di bagian ini dan di bagian itu. Maka pemburu tersebut berpikir, “Angsa yang satu ini bebas dari keserakahan: Ini lah yang harus kutangkap.” Keesokan harinya sebelum angsa-angsa itu tiba, ia pergi cukup dekat ke danau tersebut dan dengan bersembunyi di dalam tempayan, ia tetap duduk di dalamnya dan melihat melalui lubang dari tempayan tersebut. Pada waktu itu, Sang Mahasatwa yang diikuti oleh sembilan puluh ribu angsa lainnya turun di tempat yang sama seperti hari sebelumnya, dan melanjutkan memakan biji-bijian dari batas hari sebelumnya. Pemburu tersebut, yang melihat melalui lubang di dalam tempayan keindahan dari burung yang luar biasa ini, berpikir, “Angsa ini sebesar sebuah kereta, berwarna keemasan, di lehernya dililiti oleh tiga garis berwarna merah. Tiga garis yang menuruni bagian tenggorokan melewati bagian tengah perut, sedangkan tiga garis lainnya menghiasi dan menuruni bagian punggungnya, dan badannya bersinar seperti onggokan emas yang terbentuk pada benang yang terbuat dari kumpulan benang wol emas. Pasti ia adalah raja dari angsa-angsa ini, dan ini yang akan kutangkap.” Raja angsa itu, setelah makan di lapangan yang luas, bersenang-senang di air dan kemudian dikelilingi oleh kelompoknya terbang kembali ke Cittakūṭa. Selama lima hari, ia mencari makan dengan cara seperti ini. Pada hari keenam, pemburu itu memilin suatu tali yang besar dari ekor kuda hitam dan memasang suatu jerat pada satu tongkat, karena mengetahui dengan jelas bahwa raja angsa itu akan hinggap di Oleh karena itu, Sang Mahasatwa hanya memakan biji-bijian di tempat pertama kali ia mulai hinggap, sedangkan semua yang lainnya selalu berpindah-pindah, memakan di bagian ini dan di bagian itu. Maka pemburu tersebut berpikir, “Angsa yang satu ini bebas dari keserakahan: Ini lah yang harus kutangkap.” Keesokan harinya sebelum angsa-angsa itu tiba, ia pergi cukup dekat ke danau tersebut dan dengan bersembunyi di dalam tempayan, ia tetap duduk di dalamnya dan melihat melalui lubang dari tempayan tersebut. Pada waktu itu, Sang Mahasatwa yang diikuti oleh sembilan puluh ribu angsa lainnya turun di tempat yang sama seperti hari sebelumnya, dan melanjutkan memakan biji-bijian dari batas hari sebelumnya. Pemburu tersebut, yang melihat melalui lubang di dalam tempayan keindahan dari burung yang luar biasa ini, berpikir, “Angsa ini sebesar sebuah kereta, berwarna keemasan, di lehernya dililiti oleh tiga garis berwarna merah. Tiga garis yang menuruni bagian tenggorokan melewati bagian tengah perut, sedangkan tiga garis lainnya menghiasi dan menuruni bagian punggungnya, dan badannya bersinar seperti onggokan emas yang terbentuk pada benang yang terbuat dari kumpulan benang wol emas. Pasti ia adalah raja dari angsa-angsa ini, dan ini yang akan kutangkap.” Raja angsa itu, setelah makan di lapangan yang luas, bersenang-senang di air dan kemudian dikelilingi oleh kelompoknya terbang kembali ke Cittakūṭa. Selama lima hari, ia mencari makan dengan cara seperti ini. Pada hari keenam, pemburu itu memilin suatu tali yang besar dari ekor kuda hitam dan memasang suatu jerat pada satu tongkat, karena mengetahui dengan jelas bahwa raja angsa itu akan hinggap di
menemukan Sang Mahasatwa dalam tiga kelompok burung Keesokan harinya ketika si raja angsa terbang turun ke danau,
angsa tersebut, ia berpikir, “Tidak diragukan lagi, sesuatu yang kakinya masuk tepat di dalam jerat yang mengikatnya dengan
buruk telah menimpa raja.” Dan ia terbang kembali (ke danau kuat seperti kuatnya papan besi. Dengan berpikiran untuk
tersebut dan menemukan Sang Mahasatwa yang sedang melepaskan jerat tersebut, ia menyentak-nyentakkan kakinya
terjerat), dengan berkata, “Jangan takut, Maharaja, saya akan sekuat tenaga. Pertama, kulitnya yang berwarna keemasan
membebaskan Anda dari jerat ini dengan mengorbankan terkoyak, berikutnya adalah dagingnya yang berwarna
nyawaku,” ia mencoba untuk menenangkannya, dan duduk di kemerahan terpotong, kemudian uratnya terluka parah, dan yang
tanah. Sang Mahasatwa berpikir, “Sembilan puluh ribu angsa terakhir kakinya 194 itu pasti telah putus jika saja ia tidak berhenti
telah terbang kabur meninggalkanku, dan yang satu ini terbang berusaha (membebaskan kakinya), karena terpikir bahwa
kembali sendirian. Saya ingin tahu apakah Sumukha juga akan makhluk yang cacat tidak akan ada gunanya bagi raja. Ketika
terbang meninggalkanku atau tidak ketika si pemburu datang. rasa sakit yang demikian itu menyerangnya, raja angsa itu
Kemudian untuk menguji dirinya, dalam keadaan berlumuran berpikir, “Jika saya mengeluarkan suara jeritan burung yang
darah dan dengan bersandar pada tongkat yang terikat pada tertangkap, saudara-saudaraku akan menjadi terkejut dan, tanpa
jerat itu, ia mengulangi tiga bait berikut:
makan dalam keadaan lapar, mereka akan terbang melarikan diri, kemudian karena tubuh mereka yang masih lemah, mereka
Ke sana perginya burung-burung itu, angsa-angsa emas, akan jatuh ke dalam air.” Maka dengan menahan rasa sakitnya,
semuanya dirundung dengan rasa takut, ia tetap berada dalam kuasa jerat tersebut, berpura-pura
Wahai Sumukha, pergilah! Apa yang Anda memakan padi. Ketika kawanan burung angsa itu telah makan
lakukan di sini?
kenyang dan sedang bersenang-senang ala angsa, ia pun mengeluarkan suara jeritan burung yang tertangkap. Sewaktu
Saudara-saudaraku telah meninggalkanku, mereka telah mendengar suara jeritan ini, kawanan angsa tersebut terbang
terbang melarikan diri;
kabur, sama seperti yang dijelaskan (dalam kisah) sebelumnya. Tanpa memikirkan apa pun, mereka terbang pergi. Kali ini, Sumukha yang berpikir tentang jeritan tersebut, sama
Mengapa Anda tinggal sendirian (tidak pergi)?
Di teks Pali tertulis pādā, bentuk jamak dari pādo dan berarti bahwa kedua kakinya
Terbanglah, Sumukha, terbanglah! Persahabatan apa
terjerat; sedangkan di teks Inggris tertulis foot, bentuk tunggal dari feet dan berarti bahwa
yang diharapkan dari ia yang tertangkap?
satu kakinya terjerat.
Jangan sia-siakan kesempatan, selagi Anda masih Setelah Sumukha mengucapkan empat bait tersebut mampu bebas pergi.
seperti mengeluarkan suara singa, Sang Mahasatwa, memberitahukan sifat bajiknya, berujar:
[360] Ketika mendengar ini, Sumukha berpikir, “Raja angsa ini tidak mengetahui sifat cinta kasihku; ia mengira bahwa
Sifatmu ini, wahai Sumukha, telah berada pada jalur saya hanyalah seorang teman yang mengucapkan kata-kata
yang benar; Tidak meninggalkan pemimpinmu dan sanjungan. Akan kutunjukkan kepadanya betapa besarnya cinta
temanmu, mencari tempat yang aman. kasihku,” dan ia mengulangi empat bait berikut: [361] Melihat dirimu demikian, tidak ada rasa takut yang Tidak, tidak akan kutinggalkan dirimu, Dhataraṭṭha, di
muncul dalam pikiranku; Dalam keadaan gawat ini, Anda saat masalah menimpamu; melainkan aku akan tetap
akan menemukan cara untuk menyelamatkanku. tinggal dan berada di sisimu, baik hidup maupun mati. Ketika mereka sedang berbincang demikian, pemburu Tidak akan kutinggalkan dirimu, Dhataraṭṭha, di saat
yang berdiri di ujung danau yang melihat kawanan angsa terbang masalah menimpamu, ataupun kuikuti yang lainnya
kabur dalam tiga kelompok dan mencari tahu apa arti dari itu, dengan tindakan yang tak mulia itu.
menoleh ke tempat ia meletakkan jeratnya dan melihat Bodhisatta yang sedang bersandar pada tongkat tempat jeratnya
Hati dan jiwaku adalah satu denganmu, teman bermain terpasang. Dengan perasaan riang gembira, ia menegakkan dan sahabat dari kecil;
punggungnya dan, dengan membawa sebuah pentungan kayu, Dari semua pengikutmu, diriku dikenal sebagai panglima
bergegas ke tempat itu dan berdiri di hadapan kedua angsa yang berani.
tersebut, seperti api pada awal nyalanya, dengan kepala berada tinggi pada posisi di atas mereka dan tumit kakinya tertanam di
Sekembaliku kepada saudara-saudaramu apa yang
tanah berlumpur tersebut.
harus kukatakan nantinya jika kutinggalkan dirimu dan terbang kabur tanpa memikirkan apa pun?
Untuk menjelaskan ini, Sang Guru berkata: Tidak, lebih baik mati daripada hidup, dengan melakukan perbuatan yang rendah.
Ketika kedua angsa mulia ini berbincang, terlihat si dirinya, kulit, daging, urat atau tulang, ambillah itu dari badanku. pemburu yang bergegas, dengan pentungan kayu di
Lagi, jika Anda menginginkan untuk menjadikannya hewan tangannya, datang mendekat ke arah mereka.
peliharaan, maka ambillah diriku, atau jika Anda menginginkan untuk mendapatkan uang, maka dapatkanlah uang dengan
Ketika melihat dirinya, Sumukha berdiri di depan raja, menjualku: jangan membunuhnya, ia dilimpahi dengan pemimpinnya yang berada dalam penderitaan itu yang
yang demikian. Jika bersemangat.
membunuhnya, Anda tidak akan dapat melarikan diri dari neraka dan alam penuh siksaan lainnya.” Setelah demikian menakuti
Jangan takut, wahai angsa mulia, karena rasa takut pemburu tersebut dengan alam neraka dan membuatnya tidaklah cocok untuk makhluk sepertimu,
demikian mendengarkan perkataan manisnya, Sumukha berdiri Suatu usaha akan kulakukan dengan tepat, dengan
mendekat Bodhisatta, berusaha tetap untuk menenangkannya. kebenaran sebagai pembelaanku, dan segera dengan
Pemburu, yang mendengar perkataannya, berpikir, “Meskipun ia tindakanku akan kubebaskan dirimu sekali lagi.
hanyalah seekor hewan, ia mampu melakukan apa yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Karena manusia tidak mampu
Demikian Sumukha menenangkan Sang Mahasatwa, bertahan dalam persahabatan. Oh, betapa bijak, pandai dan beralih kepada pemburu tersebut, berbicara dalam bahasa
berbicara, dan mulia makhluk ini!” Batinnya diliputi dengan manusia, ia bertanya, “Siapakah namamu, Samma? [362]
kegiuran dan kenyamanan, bulunya berdiri, dibuangnya Kemudian ia menjawab, “Wahai raja angsa emas, saya dipanggil
pentungan kayu itu, mengangkat tangannya dalam sikap anjali, Khemaka.” Sumukha berkata, “Jangan berpikir, Teman
seperti seseorang yang memuja matahari, ia berdiri sembari Khemaka, bahwa yang tertangkap di dalam jerat tali ekor kuda
mengucapkan kebajikan dari Sumukha.
yang Anda buat itu adalah seekor angsa biasa. Ia adalah pemimpin dari sembilan puluh ribu angsa, Raja Dhataraṭṭha. Ia
Untuk menjelaskan masalah ini, Sang Guru berkata: adalah sosok yang bijak, bajik, dan berada dalam empat poin merangkul pengikut (orang). Tidak seharusnyalah ia dibunuh.
Pemburu yang mendengar apa yang dikatakan oleh Saya akan melakukan apa yang seharusnya ia lakukan
angsa yang pandai bicara itu, dengan bulu yang berdiri (untukmu). Saya juga berwarna keemasan dan demi dirinya akan
dan sikap anjali memberi hormat.
kuberikan nyawaku ini. Jika Anda menginginkan bulunya, maka ambil saja buluku; atau jika Anda menginginkan yang lain dari
Tidak pernah terdengar atau terlihat sebelumnya, dalam tidak akan terlepas dari empat alam rendah: Biarlah Raja bahasa manusia, seekor angsa memaparkan kebenaran
Benares melakukan apa yang diinginkannya kepada diriku; saya kepada seorang manusia dengan lidahnya sendiri.
akan memberikan tawanan ini kepada Sumukha sebagai hadiah cuma-cuma
membebaskannya,” dan kemudian Apa hubunganmu dengan angsa ini, di saat yang lainnya
dan
mengucapkan bait berikut:
telah terbang kabur melarikan diri, Anda yang masih berdiri bebas tinggal sendiri di samping angsa yang
Anda adalah makhluk mulia, dengan menghormati orang terjerat?
yang membuatmu masih hidup sampai saat ini; Terbanglah ke mana Anda suka: kepada rajamu yang
[363] Ketika ditanya dengan pertanyaan ini oleh pemburu
bajik itu kuberikan kebebasannya.
yang diliputi pikiran bahagia, Sumukha berpikir, “Hatinya mulai menjadi lembut. Akan kuberitahukan jawabannya untuk
[364] Setelah berkata demikian, si pemburu dengan niat melunakkan hatinya,” dan berkata:
baik dalam hatinya menghampiri Sang Mahasatwa dan dengan mematahkan tongkat tersebut, dibaringkannya ia di tanah,
Ia adalah rajaku, wahai musuh para unggas (burung), setelah mencabut tongkat tersebut dibebaskannya ia dari saya adalah panglimanya; Tak bisa kutinggalkan dirinya
belenggu itu. Kemudian dibawanya angsa itu keluar dari danau untuk menghadapi kesulitannya sendiri, kemudian
dan, setelah membaringkannya pada rumput kusa 195 , dengan terbang pergi mencari tempat yang aman.
lembut dilepaskannya jerat yang mengikat kakinya. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta kasih yang besar terhadap
Tak boleh kubiarkan raja dari sejumlah besar pengikut Sang Mahasatwa, ia mengambil air dan membersihkan darah ini mati di sini, sendirian;
dari lukanya, membasuhnya berulang-ulang kali. Dikarenakan Kutemukan kebahagiaan berada di dekatnya:
kekuatan dari cinta kasihnya, urat kembali menyatu dengan urat, Ia adalah tuanku.
daging menyatu dengan daging, dan kulit menyatu dengan kulit, dan kakinya menjadi seperti semula, tidak ada bedanya dengan
kaki yang satunya lagi, dan Bodhisatta duduk dengan kewajibannya, pemburu itu menjadi bersukacita dan dengan bulu
berdiri, ia berpikir, “Jika saya membunuh raja angsa ini yang
Teks Pali, baik CSCD maupun PTS, tertulis dabbatiṇa yang berarti rerumputan atau
dilimpahi dengan kebajikan dan sifat baik lainnya, maka saya
belukar. Akan tetapi di versi PTS terdapat catatan kaki yang menuliskan variasi lain yakni dabbhatiṇa yang dapat berarti (se)kumpulan rumput kusa.
gembiranya dalam keadaan seperti sediakala. Kemudian Setelah mendengar ini, Sumukha berpikir, “Tanpa Sumukha, yang melihat betapa gembiranya si raja angsa
memedulikan kehidupannya sendiri, [365] pemburu ini telah dikarenakan perbuatannya, bersukacita dalam dirinya dan
menimbulkan kesulitan besar dengan membebaskan kami. Jika berpikir, “Laki-laki ini telah memberikan bantuan yang besar
kami kembali dari tempat ini ke Cittakūṭa, maka tidak akan ada kepada kami, sedangkan kami tidak memberikan apa-apa
yang mengetahui kebijaksanaan dari Raja Dhataraṭṭha ataupun kepada dirinya. Jika saja ia menangkap kami dan memberikan
tindakan (demi) persahabatanku, raja tidak akan menjadi kukuh kami kepada para menteri raja, maka ia pasti mendapatkan
dalam lima sila, dan keinginan ratu tidak akan terpenuhi.” Dan banyak uang. Dan jika pun ia menangkap kami untuk dirinya
kemudian ia menjawab, “ Samma, kalau memang begini sendiri, ia dapat menjual kami dan mendapatkan uang juga: Saya
kejadiannya, Anda tidak boleh membiarkan kami pergi: bawalah akan menanyakan dirinya.” Maka dalam keinginannya untuk
kami kepada raja dan ia akan bertindak sesuai dengan apa yang memberikan sesuatu, Sumukha menanyakan ini dan berkata:
diinginkannya kepada kami.”
Untuk menjelaskan ini, ia mengucapkan bait berikut: Jika Anda menyiapkan jerat ini atas tujuan sendiri, maka kebebasan ini kami terima tanpa ada pemikiran apa pun.
Anda adalah seorang abdi raja; karenanya harus memenuhi segala keinginan raja;
Akan tetapi sebaliknya, wahai pemburu, dengan Raja Saṁyama yang akan bertindak sesuai dengan apa membiarkan kami bebas tanpa izin dari raja, pastinya ini
yang dikehendakinya.
adalah suatu tindak pencurian. Mendengar ini, pemburu tersebut berkata, “Wahai yang Mendengar ini, pemburu tersebut berkata, “Saya tidak
mulia, janganlah bersenang hati berjumpa dengan raja. bertujuan menangkap kalian untuk diriku sendiri, saya disuruh
Sesungguhnya para raja adalah makhluk yang berbahaya. oleh Saṁyama, Raja Benares,” dan kemudian ia menceritakan
Mereka akan mengurungmu sebagai hewan peliharaan atau kepada mereka tentang seluruh ceritanya dimulai dari waktu ratu
mereka akan membunuhmu.” Kemudian Sumukha berkata, melihat penampakan sampai pada waktu raja mendapat kabar
“Teman pemburu, jangan mengkhawatirkan kami. Dengan tentang kedatangan angsa-angsa jenis ini dan berkata, “ Samma
pemaparan kebenaran-ku dapat kubuat makhluk kejam Khemaka, coba tangkaplah satu atau dua ekor angsa itu dan
sepertimu menjadi berhati lembut. Mengapa saya tidak bisa akan kuberikan kepadamu kehormatan yang besar,” dan
melakukan hal yang sama terhadap raja? Para raja adalah memintanya pergi dengan membayarkan biaya pengeluarannya.
orang-orang yang bijak dan mengerti akan kata-kata yang baik orang-orang yang bijak dan mengerti akan kata-kata yang baik
Segera setelah pemburu tersebut berangkat dengan sebagai tawanan, melainkan letakkan saja kami dalam keranjang
membawa mereka, Raja Angsa Dhataraṭṭha teringat akan bunga. Untuk Raja Dhataraṭṭha buatlah keranjang besar yang
istrinya, putri dari raja angsa pāka, dan kemudian berkata kepada dihiasi dengan teratai putih, dan untukku buatlah keranjang kecil
Sumukha, dalam pengaruh dari noda batinnya, meratapinya. yang dihiasi dengan teratai merah, kemudian letakkan sang raja di bagian depan dan aku di bagian belakang, dengan posisi yang
Untuk menjelaskan masalah ini, Sang Guru berkata: lebih rendah. Bawalah kami secepat mungkin ke hadapan raja.” Sewaktu mendengar perkataan Sumukha ini, pemburu tersebut
Raja angsa yang ketika dibawa pergi itu, berujar berpikir, “Ketika berjumpa dengan raja, Sumukha pasti
demikian kepada Sumukha: ‘Pasangan cantik dan berkeinginan untuk membicarakan tentang menganugerahkan
anggunku pastinya sedang bersedih atas diriku. Jika ia kehormatan yang besar kepada diriku,” dan dengan perasaan
mendengar bahwa diriku mati, maka hidupnya juga akan gembira demikian, ia membuat keranjang dari tanaman menjalar,
berakhir.
dan setelah menghiasnya dengan bunga teratai, ia pun berangkat dengan meletakkan kedua angsa itu pada posisi yang
Seperti burung pucung sendirian berada di tepi samudra telah diberitahukan sebelumnya.
bersedih atas pasangannya, Suhemā—kulitnya berkilau bak emas—meratapi tuannya.
Untuk menjelaskan masalah ini, Sang Guru berkata: Mendengar ini, Sumukha berpikir, “Angsa ini, yang Sang pemburu mengangkat mereka dengan kedua
seharusnya telah siap untuk memberikan wejangan kepada tangannya, seperti yang diberitahukan kepadanya
orang lain, dikarenakan pengaruh nafsu, mengucapkan omong sebelumnya, meletakkan mereka, angsa berbulu emas,
kosong persis seperti ketika air mendidih 196 , atau sama seperti dalam keranjang masing-masing.
ketika burung-burung yang terbang dari satu tepi dan mencari makan di satu ladang biji-bijian. Bagaimana kalau dengan
[366] Sekarang Dhataraṭṭha dan Sumukha terlihat bersinar kekuatan (kebijaksanaanku) kujelaskan padanya mengenai dengan bulu-bulu mereka,
dengan rasa aman di dalam keranjang; sang pemburu
196 Frasa ‘omong kosong’ dalam kisah ini disamakan (dibandingkan) dengan suara air yang
membawa mereka pergi.
mendidih atau hancurnya ranting-ranting kering di bawah tempayan, dan juga suara ribut dari burung-burung yang terbang turun mencari makan di satu ladang biji-bijian.
keburukan dari wanita dan menyadarkan kembali dirinya?” dan ia [368] Kemudian Dhataraṭṭha, dalam keadaan dirinya berkata:
yang masih terikat akan wanita (istrinya), berkata, “Anda tidak mengetahui kebaikan dari wanita, tetapi orang bijak
Ia yang demikian agung dan tiada taranya, pemimpin mengetahuinya. Mereka tidaklah seharusnya menerima celaan.” dari bangsa angsa, yang meratapi angsa lawan jenisnya
Dalam bentuk penjelasan, kemudian ia berkata: menunjukkan kekuatan pikiran yang kecil, Kebenaran yang diyakini oleh para bijak, siapa yang Seperti angin yang akan menerbangkan segala bau baik
berani menentangnya?
harum maupun busuk, Wanita yang terlahir di alam ini, memiliki kekuatan dan atau seperti anak kecil serakah, yang seolah-olah buta,
ketenaran yang besar.
memakan makanan yang mentah ataupun yang matang, Mereka terbentuk untuk hiburan, dilengkapi dengan [367] Tanpa adanya penilaian yang benar dalam suatu ikatan,
kesenangan, benih di dalam diri mereka akan tumbuh orang dungu tidak dapat melihat apa yang harus
berkembang, sumber dari kehidupan, laki-laki yang hidup dihindari atau apa yang harus dilakukan dalam keadaan
bersama mereka tidak akan mencela mereka. genting. Apakah Anda sendiri, Sumukha, yang mengetahui Dalam keadaan kurang waras, Anda membicarakan
tentang wanita itu?
tentang wanita yang dilimpahi dengan segala sifat Apakah Anda memperolah kebijaksanaan itu menyenangkan, yang biasanya bagi kaum laki-laki
dikarenakan tergerak oleh rasa takut? adalah seperti rumah minum bagi para pemabuk. Tipu daya, penipuan, ketidakbahagiaan, penyakit,
Di saat menghadapi bahaya, setiap makhluk bertahan bencana, seperti rantai yang paling kuat mengikat, jerat
dengan gagah berani meskipun memiliki rasa cemas, kematian yang terpasang dalam pikiran—demikianlah
dalam satu keadaan krisis, makhluk bijak berusaha wanita itu: Ia yang memercayai mereka adalah orang
melindungi kita dari bahaya.
yang paling buruk. Sehingga para kaum kesatria hendaknya memiliki seorang pemberani yang kuat untuk menasihati mereka, yang paling buruk. Sehingga para kaum kesatria hendaknya memiliki seorang pemberani yang kuat untuk menasihati mereka,
tahu apa yang harus dilakukan: sementara itu, saya akan menenangkan rajaku terlebih dahulu,” dan mengucapkan bait
Janganlah sampai para juru masak istana memasak
berikut:
kita hari ini; Seperti pohon bambu yang menyebabkan buahnya mati,
Jangan takut, wahai angsa mulia, karena rasa takut demikianlah jadinya bulu yang berwarna emas ini
tidaklah merupakan bagian dirimu yang semestinya; menyebabkan kita mati (bila itu terjadi).
Saya akan melakukan sesuatu, dengan keadilan sebagai pembelaanku, dan dengan tindakan heroik-ku, segera
Di saat bebas Anda tidak terbang pergi, sekarang Anda dirimu akan menjadi bebas kembali. tertahan dikarenakan keinginan sendiri, berhentilah mengucapkan kata-kata yang
Ketika mereka sedang berbicara demikian dalam bahasa membahayakan, bangkitlah, penuhi bagian dari pejantan
hewan (angsa), pemburu tersebut tidak mengerti sepatah kata (seorang laki-laki).
pun yang mereka ucapkan. Akan tetapi dengan tetap membawa mereka dengan pemikul, mereka pun tiba di Benares, diiringi
[369] Dengan mengucapkan pujian terhadap wanita, oleh orang banyak yang dipenuhi dengan ketakjuban dan Sang Mahasatwa membuat Sumukha membisu. Akan tetapi
kekaguman bersikap anjali. Sewaktu tiba di depan pintu istana, ketika melihat bagaimana tidak puas dirinya itu, ia berusaha
pemburu tersebut meminta penjaga pintu untuk mengumumkan mendapatkan perhatiannya dengan mengulangi bait berikut:
kedatangan mereka (kepada raja).
Suatu tindakan yang patut semestinya dilakukan Menjelaskan masalah ini, Sang Guru berkata: (sekarang), dengan keadilan sebagai pembelaanmu dan dengan tindakan heroikmu, Temanku, selamatkanlah
Pemburu dengan bawaannya tiba mendekat ke gerbang nyawaku.
istana; ‘Umumkan kedatanganku kepada raja,’ teriaknya, ‘angsa emas ada di sini.’
[370] Kemudian Sumukha berpikir, “Ia benar-benar dikuasai oleh rasa takut akan kematian; ia tidak mengetahui
Penjaga pintu pergi menjumpai raja dan memberitahukan kekuatan (pengetahuanku). Nanti setelah bertemu dengan Raja
kedatangan pemburu tersebut. Raja menjadi amat senang dan kedatangan pemburu tersebut. Raja menjadi amat senang dan
uang, sebuah kereta dengan kuda-kuda berdarah murni, sebuah takhta kerajaan dengan payung putih yang dibentangkan di atas
rumah besar yang lengkap dan kehormatan lain yang besar. kepalanya, raja memperhatikan Khemaka bergerak menuju ke
Ketika menerima begitu banyaknya anugerah, pemburu itu dipan dengan bawaannya. Ketika melihat angsa-angsa berwarna
berkata untuk menjelaskan apa yang telah dilakukannya, emas itu, ia berkata, “Keinginan hatiku telah terpenuhi,” dan
“Paduka, yang saya bawakan kepadamu ini bukanlah angsa- memberikan perintah kepada pejabat kerajaannya agar
angsa biasa; Yang satu ini adalah raja dari sembilan puluh ribu memberikan pelayanan yang semestinya kepada pemburu
angsa lainnya, bernama Dhataraṭṭha, dan yang satunya lagi tersebut.
adalah panglimanya, Sumukha.” Kemudian raja bertanya, “Teman, bagaimana Anda menangkap mereka?”
Untuk menjelaskan masalah ini, Sang Guru berkata: Untuk menjelaskan ini, Sang Guru berkata: Setelah melihat angsa-angsa ini yang memiliki penampilan yang suci dan (tanda) keistimewaan, Raja
Melihat pemburu yang menjadi riang gembira itu, Raja Saṁyama berujar demikian kepada para pejabat
Kāsi berkata, ‘Khemaka, jika memang di danau sana kerajaannya:
ada puluhan ribu angsa yang datang untuk mencari makan,
‘Berikan kepada pemburu itu makanan dan minuman, pakaian, dan kepingan-kepingan emas sebanyak yang
jelaskanlah bagaimana Anda mampu memilih angsa hendak dimiliki seseorang.’
jenis yang ini dan menangkapnya dalam keadaan [371] Karena begitu gembiranya, ia menunjukkan
hidup?’
kegembiraannya itu dengan berkata demikian, “Pergi dan dandani pemburu itu, kemudian bawa ia kembali ke hadapanku.”
Untuk menjawabnya, pemburu itu berkata: Maka para pejabat kerajaannya pun membawa ia turun, merapikan rambut dan janggutnya, dan setelah ia mandi,
Selama tujuh hari nan panjang dengan perhatian yang dioleskan minyak, didandani dengan mewah, membawanya
teliti, tidak sia-sia kutandai tempat itu, kembali ke hadapan raja. Kemudian raja menganugerahkan
untuk mendapatkan jejak dari angsa nan elok, saya kepadanya dua belas perkampungan yang tiap tahunnya sebuah
bersembunyi dalam sebuah tempayan.
Angsa istimewa yang satu lagi ini dalam keadaan bebas Kutemukan tempat angsa itu biasanya makan, dan di
berdiri di samping yang terperangkap, berusaha sana pula segera kupasang jerat, ia pun kemudian
menenangkan temannya, kemudian berbicara dalam masuk dalam jerat tersebut.
bahasa manusia.
[372] Setelah mendengar ini, raja berpikir, “Orang ini Demikianlah dengan cara ini diberitahukan olehnya datang berdiri di depan pintu istana, memberitahukan tentang
tentang kebaikan dari Sumukha. “Segera sewaktu mengetahui tibanya Raja Dhataraṭṭha, dan sekarang ia hanya membicarakan
bahwa angsa Dhataraṭṭha terjerat, ia pun tinggal (di sampingnya) tentang angsa yang satu ini. Apa arti dari semua ini?” dan ia
dan menghiburnya temannya itu. Di saat melihatku datang, ia mengucapkan bait berikut:
menyambutku dan, dengan tetap berada di udara, berbicang denganku dalam bahasa manusia serta memberitahukan tentang
Pemburu, Anda hanya membicarakan tentang satu kebaikan dari Dhataraṭṭha. Setelah melunakkan hatiku, [373] angsa saja, sedangkan di sini saya melihat
sekali lagi ia berdiri di depan temannya. Kemudian saya, Paduka, ada dua angsa;
setelah mendengar kecakapan Sumukha (dalam berbicara) Ini adalah suatu kesalahan, mengapa Anda membawa
menjadi tergugah dan melepaskan Dhataraṭṭha. Demikianlah angsa yang kedua ini ke hadapanku?
cerita tentang bebasnya Dhataraṭṭha dari jerat dan tibanya diriku di sini bersama dengan angsa-angsa ini, yang semuanya
Kemudian pemburu itu berkata, “Tidak ada perubahan disebabkan oleh Sumukha.” Ketika diberitahukan mengenai ini, rencana dari diriku, pun tidak ada niat dariku untuk
raja menjadi berkeinginan untuk mendengar pemaparan mempersembahkan angsa yang kedua ini kepada orang lain:
kebenaran dari Sumukha. Di saat pemburu itu sedang lagipula tadinya cuma ada satu angsa yang masuk dalam jerat
memberikan penghormatan kepadanya, matahari terbenam, yang kupasang,” dan dalam bentuk penjelasan, ia berkata:
sehingga lampu-lampu dihidupkan, kelompok para kesatria dan yang lainnya berkumpul bersama, dan Ratu Khemā yang datang
Angsa yang memiliki garis-garis seperti warna emas bersama dengan rombongan penari duduk di sebelah kanan raja. yang turun sampai ke bagian dadanya terperangkap
Kemudian karena memiliki keinginan untuk membujuk Sumukha dalam jeratku, kubawa ia ke tempat ini, wahai raja,
agar berbicara, raja mengucapkan bait berikut: atas permintaanmu.
Mengapa, Sumukha, Anda diam saja? Apakah disebabkan oleh perasaan takut (karena segan) sampai
Rombongan pengawal tidak kuinginkan, kota atau Anda tidak mengucapkan sepatah kata pun di hadapan
kekayaan tidak kubutuhkan,
orang-orang kerajaanku? di antara angkasa yang tak berjalur kami temukan suatu jalan dan bepergian melalui angkasa.
Mendengar ini, Sumukha, untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak takut, berkata:
Jika Anda adalah orang yang berpegang teguh pada kebenaran, maka kami bersedia memberikan pelajaran
Saya tidak takut, Raja Kasi, untuk berbicara di hadapan yang berguna untuk kebaikanmu dalam perkataan bijak barisan kerajaanmu, namun saya hanya akan berkata-
yang saling berhubungan.
kata jika kesempatan yang tepat itu muncul. Tetapi jika Anda adalah seorang pembohong, seorang Mendengar jawaban ini, raja yang berkeinginan untuk
yang tidak benar, seorang yang tidak mulia, membuatnya berbicara dalam waktu yang lebih lama, berkata:
maka kata-kata pemburu ini dengan sia-sia tidak akan menarik bagimu.
Tidak ada pemanah berbaju besi, tidak ada pelindung kepala, tidak ada tameng yang kulihat,
Mendengar ini, raja berkata, “Mengapa Anda tidak ada kawanan kuda atau pengawal, tidak ada
mengatakan bahwa diriku (mungkin) adalah seorang pembohong kereta, tidak ada bala tentara.
dan seorang yang tidak benar? Apa yang telah kulakukan?” Kemudian Sumukha berkata, “Baiklah, dengarkan diriku,” dan ia
Tidak kulihat adanya emas kepingan atau lantakan, tidak
mengucapkan bait-bait berikut:
ada tempat yang dihiasi oleh bangunan-bangunan indah, tidak ada menara pengawas yang dibuat agar tak dapat
Atas masukan dari para brahmana, Anda membuat dimasuki dengan parit kecil di sekelilingnya, berada di
Danau Khema yang terkenal ini,
manakah Sumukha sehingga tidak memiliki rasa takut. dan kepada para unggas (burung) di keempat sudutnya Anda umumkan itu dilindungi.
[374] Ketika raja menanyakan demikian mengapa ia tidak merasa takut, Sumukha menjawabnya dalam bait berikut:
Di danau yang demikian damai dilengkapi dengan air bersih nan jernih, burung-burung mendapatkan makanan
‘Jika saja mereka ada di sini, mereka dapat memaparkan yang berlimpah ruah dan kehidupan yang aman.
kata-kata yang benar dan membantu.’ Maka kuperintahkan pemburu itu untuk menangkap dan
Di saat mendengar kabar ini yang tersebar luas, kami membawamu ke tempat ini, wahai burung. pun terbang datang mengunjungi tempat indah itu, dan yang kami dapatkan adalah masuk dalam
Mendengar ini, Sumukha berkata, “Anda telah berindak perangkapmu! Janjimu adalah palsu.
salah, Paduka,” dan ia mengucapkan bait-bait berikut ini:
Dalam samaran ucapan yang tidak benar, setiap Kita tidak seharusnya mengucapkan kata tidak benar perbuatan buruk, perbuatan tamak atau serakah akan
meskipun takut akan kematian yang mendekat, menghilangkan kesempatan terlahir kembali sebagai
tidak juga ketika mengalami penderitaan terakhir manusia atau dewa, melainkan mengarahkan pada alam
menjelang kematian, saat kita bernapas dengan neraka.
terengah-engah.
[375] Demikianlah bahkan di tengah rombongan anggota Ia yang menggunakan seekor burung untuk menangkap kerajaan ia membuat raja menjadi merasa malu. Kemudian raja
burung lainnya, atau binatang yang satu untuk berkata kepadanya, “Saya tidak memerintahkan orang
mendapatkan binatang lainnya, atau dengan kata-kata, menangkapmu, Sumukha, untuk membunuhmu dan memakan
seorang pengucap menjebak, ia tidak menghindarkan dagingmu. Akan tetapi, sewaktu mendengar betapa bijaknya
dirinya dari perbuatan rendah.
dirimu itu, saya berkeinginan untuk mendengarkan kebijaksanaanmu itu,” dan untuk menjelaskan masalahnya, raja
Dan ia yang mengucapkan kata-kata mulia dengan niat berkata:
melakukan perbuatan rendah, maka baik di kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya akan berada jauh dari
Bukanlah perbuatan yang buruk dariku, wahai Sumukha, kebahagiaan menuju ke tempat yang menyedihkan. bukanlah karena serakah kutangkap dirimu; Ketenaran dirimu akan pemikiran yang bijaksana dan
Janganlah terlalu bersenang hati ketika berjaya, jangan mendalam, inilah yang menyebabkan tindakanku itu.
bersusah hati ketika gagal, bersusah hati ketika gagal,
maupun mati.
[376] Di tahap akhir kehidupan menjadi orang bijak, terlihat Setelah mendengar perkataan raja, pengawal kerajaan tujuan dari kematian,
membawakan tempat duduk untuk mereka, dan setelah mereka setelah melalui jalan yang benar di alam ini, terlahir di
duduk, pengawal kerajaan membasuh kaki-kaki mereka dengan alam menyenangkan.
air yang harum dan meminyakinya dengan minyak yang disuling ratusan kali.
Setelah mendengar ini, tetaplah berada dalam kebenaran (hal yang benar), wahai paduka, dan
[377] Untuk menjelaskan ini, Sang Guru berkata: bebaskanlah Raja Angsa Dhataraṭṭha, suri teladan para angsa.
Raja angsa duduk di sebuah tempat duduk berkaki delapan, bersinar terang, semuanya adalah emas,
Mendengar ini, raja berkata: beralaskan kain dari Kota Kasi, betapa suatu pemandangan yang indah.
Pergi ambillah air untuk kaki-kaki mereka, dan berikan tempat duduk;
Di sebelah rajanya, Sumukha duduk, panglimanya yang Kubebaskan angsa termulia di muka bumi ini dari
setia dan pemberani,
kurungannya. di atas tempat duduk beralaskan kulit harimau, dan terbuat dari emas.
Bersama dengan panglima pemberaninya, demikian cakap dan bijak, mengajarkan bahwa harus bersimpatik
Kepada mereka, banyak kesatria dari Kasi yang baik dalam keadaan menyenangkan maupun tidak
membawa makanan dalam mangkuk-mangkuk emas, menyenangkan.
makanan pilihan yang lezat untuk dimakan, persembahan dari raja-raja mereka.
Pastinya jenis yang ini pantas mendapatkan yang baik, sama seperti pemimpinnya,
Ketika semua makanan ini telah disajikan kepada mereka, Raja Kasi, untuk menyambut mereka, mengambil Ketika semua makanan ini telah disajikan kepada mereka, Raja Kasi, untuk menyambut mereka, mengambil
yang baik.
bijian dan meminum air gula (air yang manis). Kemudian Sang Mahasatwa, yang memperhatikan persembahan raja dan
Apakah Anda memiliki seorang istri yang statusnya sama penghormatan yang diberikannya, beruluk salam berbincang
denganmu, patuh, santun dalam ucapan, diberkahi dengannya.
dengan anak, rupawan, nama nan indah, dan penurut terhadap suaminya?
Sang Guru, untuk menjelaskan masalah ini, berkata: Saya memiliki seorang istri yang statusnya sama Dengan berpikir, ‘Betapa suatu persembahan pilihan
denganku, patuh, santun dalam ucapan, diberkahi yang diberikan oleh Raja Kasi ini kepada kami,’ unggas
dengan anak, rupawan, nama nan indah, dan penurut itu, yang ahli dalam hal-hal kerajaan, bertanya demikian:
terhadap suaminya. 197
Apakah Anda, Paduka, dalam keadaan baik dan sehat? [378] Dan apakah kerajaanmu berada dalam keadaan Pastinya kerajaanmu makmur dan Anda memimpin
bahagia, bebas dari segala tindak penindasan, tidak dengan benar.
dikuasai oleh tindakan semena-mena, melainkan dipimpin dengan benar?
Wahai raja angsa, saya berada dalam keadaan baik dan sehat; Kerajaanku makmur dan kupimpin dengan benar.
Kerajaanku berada dalam keadaan bahagia, bebas dari segala tindak penindasan, tidak dikuasai oleh tindakan
Apakah Anda memiliki orang-orang yang benar sebagai semena-mena, melainkan dipimpin dengan benar. para menteri dan pejabat kerajaanmu, yang bebas dari kesalahan dan keburukan, yang siap mati demi dirimu
Apakah Anda mengusir orang-orang jahat dari yang baik?
kerajaanmu, memberikan kehormatan kepada orang- orang baik, atau apakah Anda menjauh dari kebenaran,
Saya memiliki orang-orang yang benar sebagai para
mengikuti jalan yang tidak benar?
menteri dan pejabat kerajaanku, yang bebas dari
197 Keenam bait kalimat ini telah muncul sebelumnya di [348].
Kuusir orang-orang jahat dari kerajaanku, memberikan Hal yang tak kuketahui dituduhkan kepadaku oleh kehormatan kepada orang-orang baik,
burung ini dengan salahnya, dalam bahasa yang kasar. segala keburukan kujauhkan dari diriku, dan mengikuti
Dalam hal ini, diperlihatkan kebijaksanaan yang kurang. jalan yang benar. [379] Ketika mendengar ini, Sumukha berpikir, “Raja Apakah Anda, Paduka, menyadari betapa cepatnya
yang bajik ini menjadi tidak senang, saya telah membuatnya waktu kehidupan berputar, atau apakah Anda tidak sadar
menjadi marah: Saya harus memohon pengampunan darinya,” dalam kelengahan, menganggap kehidupan berikutnya
dan ia berkata:
pastilah bebas dari penderitaan? Saya telah bersalah terhadapmu, raja manusia, Kusadari betapa cepatnya waktu kehidupan berputar,
mengucapkan kata-kata berisikan kekasaran, wahai burung, dan dengan kukuh berada dalam sepuluh
tetapi ketika raja angsa ini tertangkap, hatiku serasa kebenaran, kehidupan berikutnya bagiku akan bebas dari
hancur.
penderitaan. Seperti bumi yang menampung semua makhluk, seperti Kedermawanan, moralitas, kemurahan hati, kejujuran,
ayah terhadap anaknya, mohon Anda memaafkan kelembutan, pengendalian diri, welas asih, belas kasih,
kesalahan yang telah diperbuat.
kesabaran, kesantunan—
burung tersebut, Sifat-sifat bajik demikian ini dapat terlihat tertanam dalam
memeluknya, dan setelah mendudukkannya pada sebuah tempat diriku, darinya ketika berbuah maka hasil berupa
duduk emas, raja menerima pengakuan kesalahannya dan kegembiraan dan kebahagiaan akan menjadi milikku.
berkata:
Sumukha yang tidak mengetahui kesalahan yang telah Saya berterima kasih kepadamu, Anda tidak kami perbuat, dengan lalainya memberikan celah bagi
menyembunyikan sifat aslimu (terhadap diriku), kata-kata kasar dan nada suara yang tidak
Anda mematahkan sifat kerasku, Anda adalah seorang menyenangkan.
yang jujur (terus terang).
menjadi guru kami, mengajarkan kepada kami sepuluh Dan setelah mengucapkan kata-kata ini, raja yang amat
kualitas seorang raja (rajadhamma 198 ). bersukacita dengan pemaparan kebenaran oleh Sang Mahasatwa dan dengan sifat Sumukha yang terus terang,
Jika izin dan persetujuanmu bisa didapatkan, kami ingin berpikir, “Ketika seseorang merasa gembira, maka seharusnya
memohon pamit pulang untuk bertemu dengan sanak orang
itu melakukan
saudara kami.
kegembiraannya itu,” dan untuk memberikan kerajaannya yang berjaya itu kepada angsa-angsa tersebut, ia berkata:
Raja memperbolehkan mereka untuk pulang dan, ketika Bodhisatta sedang memaparkan kebenaran, matahari pun mulai Permata, perak, emas, dan batu berharga lainnya
terbit.
terdapat dalam tempat tinggalku ini, di Kerajaan Kasi, Menjelaskan masalah ini, Sang Guru berkata: [380] Batu permata, permata yang berulir, busana, kayu cendana kuning, kulit kijang (antelop), gading, kuningan,
Malam yang panjang dilewati oleh Raja Kasi dengan besi, benda-benda ini dan kekuasaan atas
pemikiran yang mendalam,
kepemimpinannya kuberikan kepadamu. kemudian atas permintaan angsa mulia itu, memberikan persetujuannya.
Dan setelah dengan kata-kata demikian menghormati kedua angsa tersebut, dengan memberikan payung putih,
Setelah mendapatkan izin untuk pergi, dengan berkata, menyerahkan kerajaan kepada mereka. Kemudian Sang
“Janganlah lengah dan pimpinlah kerajaanmu selalu dengan Mahasatwa berbicara kepada raja, dengan berkata:
benar,” Bodhisatta memantapkan raja dalam lima latihan moralitas (Pancasila Buddhis). [381] Dan raja memberikan
Karena Anda ingin memberikan balasan (kehormatan) kepada mereka biji-bijian dengan madu, air gula dan sebagainya, kepada kami, wahai raja manusia, cukuplah dengan
dalam bejana emas. Ketika mereka selesai makan, raja memuja
dāna (kedermawanan), sīla (moralitas), pariccāga (kemurahan hati), ajjava (kejujuran), maddava (kelembutan), tapo (pengendalian diri), akkodha (cinta kasih), avihimsā (belas kasih), khanti (kesabaran), avirodhana (kesantunan).
mereka dengan wewangian, untaian-untaian bunga dan Melihat kedua pemimpin mereka pulang kembali dengan sebagainya. Raja mengangkat tinggi kandang emas Bodhisatta,
selamat dari tempat hunian manusia, sedangkan Ratu Khemā mengangkat Sumukha. Kemudian di
kelompok makhluk bersayap itu bersorak-sorai saat matahari terbit, mereka membuka jendela dan, sembari
menyambut kepulangan mereka.
berkata, “Pergilah, Tuan-tuan,” mereka pun melepaskan angsa- angsa itu.
Demikian mereka mengelilingi pemimpin yang mereka percayai, angsa-angsa emas itu memberikan
Untuk menjelaskan masalah ini, Sang Guru berkata: penghormatan kepada raja mereka, sembari bersukacita atas pembebasannya.
Kemudian ketika matahari telah terbit dan fajar menyingsing,
Selagi demikian mengikuti raja mereka, angsa-angsa angsa-angsa itu segera menghilang dari pandangan
tersebut bertanya kepadanya dengan berkata, “Maharaja, mereka dalam birunya langit.
bagaimana Anda bisa meloloskan diri?” Sang Mahasatwa memberitahukan kepada mereka tentang pembebasan dirinya
Salah satu dari mereka, Sang Mahasatwa, selepasnya dikarenakan bantuan dari Sumukha, dan juga tentang perbuatan dari kandang emas, terbang melayang di angkasa dan berkata,
dari Raja Saṁyama dan para anggota kerajaannya. Setelah “Paduka, janganlah cemas. Tetaplah waspada dan hidup dengan
mendengar ini, sekolompok angsa tersebut melantunkan pujian menjalani nasihat kami,” demikian ia menenangkan raja dan
dalam kegembiraan mereka dengan berkata, “Semoga Sumukha segera menuju ke Cittakūṭa bersama dengan Sumukha. Dan
panjang umur, Panglima kita, dan raja serta si pemburu. Semoga kesembilan puluh angsa lainnya yang keluar dari Gua Emas
mereka berbahagia dan bebas dari penderitaan sedang berada di dasar gunung. Ketika melihat kedua angsa itu terbang datang, mereka langsung menyambut dan mengikuti
[382] Untuk menjelaskan masalah ini, Sang Guru mereka pulang ke rumah. Demikianlah dengan ditemani oleh
berkata:
sekelompok saudaranya, mereka tiba di Cittakūṭa. Demikianlah semuanya, yang hatinya penuh dengan Untuk menjelaskan ini, Sang Guru berkata:
perasaan cinta kasih, akan berhasil dalam segala hal yang dilakukan, perasaan cinta kasih, akan berhasil dalam segala hal yang dilakukan,
terpandang yang tinggal di Sāvatthi, yang setelah mendengar Dhamma yang dibabarkan oleh Sang Guru, menjadi merasa
Sang Guru mengakhiri uraian-Nya sampai di sini dan damai dan bertahbis menjadi bhikkhu. Menjalankan sila dengan mempertautkan kisah kelahiran mereka: “Pada masa itu,
sempurna dan latihan dhutaṅga, serta dengan hati yang penuh pemburu adalah Channa, Ratu Khemā adalah bhikkhuni Khemā,
cinta kasih terhadap rekan sesama bhikkhu-nya, setiap hari raja adalah Sāriputta, para pengikut raja adalah para siswa
sebanyak tiga kali ia memberikan pelayanan terhadap Buddha, Buddha, Sumukha adalah Ānanda, dan raja angsa adalah diriku
Dhamma, dan Sangha. Ia menunjukkan dirinya sebagai contoh sendiri.”
yang patut ditiru dalam hal perilaku yang sempurna dan kedermawanan. Untuk memenuhi kewajiban dalam hal persaudaraan yang baik, maka apa pun yang diterimanya, selama masih ada yang membutuhkannya, akan diberikannya kepada orang tersebut, sampai-sampai ia sendiri tidak memiliki makanan. Kedermawanan dan kesukaannya dalam berderma tersebar di luas dalam perkumpulan saṅgha (sangha). Suatu hari dibicarakan oleh para bhikkhu di dalam balai kebenaran tentang bagaimana bhikkhu anu demikian dermawannya dan demikian sukanya berderma sehingga bila ia mendapatkan air yang hanya cukup untuk menutupi rongga tangan, ia akan terlebih dahulu
No. 535.
memberikannya kepada rekannya sesama bhikkhu, dengan perasaan bebas dari keserakahan—tekadnya sama seperti tekad
SUDHĀBHOJANA-JĀTAKA 199 . seorang Bodhisatta. Dengan telinga dewa-Nya, Sang Guru mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, kemudian
“Bukanlah seorang penjaja,” dan seterusnya. Ini adalah keluar dari gandhakuṭi, menghampiri mereka dan menanyakan sebuah kisah yang diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di
apa topik pembicaraan mereka. Ketika mereka menjawab, Jetavana, tentang seorang Bhikkhu yang (berpikiran) dermawan.
“Topiknya adalah ini,” Beliau berkata, “Para Bhikkhu, di masa lampau bhikkhu ini adalah orang yang sangat jauh dari suka berderma, demikian kikirnya sehingga ia tidak mau memberi,
199 Bandingkan Vol. I. No. 78, Illisa-Jātaka.
meskipun itu hanyalah (sebesar) setetes minyak pada ujung karenanya, ambil dan lakukan apa saja sesuka hatimu dengan rumput. Saya mengubah dirinya, membuatnya menjadi orang
kekayaan itu,” ia berkata, “Bolehkah saya, Paduka, memberikan yang tidak mementingkan diri sendiri, dan dengan
uangku sebagai dana (derma)?” Raja menjawab, “Silakan.” Ia memberitahukan tentang buah dari kedermawanan membuatnya
pun meminta orang untuk membangun enam balai distribusi kukuh dalam berderma; karena itulah, ketika meskipun
dana, masing-masing satu di keempat gerbang kota, satu di mendapatkan air yang hanya cukup untuk menutupi rongga
bagian tengah kota, dan satu lagi di pintu rumahnya; dan dengan tangan, ia akan berkata, ‘Saya tidak akan meminum setetes pun
pengeluaran harian sebesar enam ratus ribu keping uang, ia tanpa memberikannya (kepada yang lain) terlebih dahulu,’ dan ia
terus memberikan derma dalam jumlah yang besar semasa mendapatkan suatu anugerah dari-Ku. Dan sebagai hasilnya ia
hidupnya dan memberikan petunjuk demikian kepada putra- menjadi orang yang dermawan dan suka memberi,” dan setelah
putranya, “Pastikan kalian tidak memutuskan tradisiku ini untuk mengatakan ini, Beliau menceritakan sebuah kisah masa
memberikan derma,” dan setelah meninggal dunia, ia terlahir lampau.
kembali sebagai Dewa Sakka. Putranya, dengan cara sama tetap memberikan derma, terlahir kembali sebagai Canda, putra dari
Dahulu kala, ketika Brahmadata menjadi Raja Benares, Canda terlahir sebagai Suriya, putra dari Suriya terlahir sebagai hiduplah seorang perumah tangga kaya yang memiliki harta
Matali ( Mātali ), putra dari Matali terlahir sebagai Pancasikha sebesar delapan ratus juta, dan raja memberikan kepadanya
( Pañcasikha). Kemudian putra dari Pancasikha, generasi kedudukan sebagai bendahara. Setelah demikian diberikan
keenam, bernama Maccharikosiya (hartawan yang kikir) kehormatan oleh raja dan dihargai oleh para penduduk kota dan
mendapatkan kedudukan sebagai bendahara dan ia tetap desa, ia hidup dalam kemakmuran duniawinya itu. Suatu hari, ia
memiliki kekayaan sebesar delapan ratus juta. Tetapi ia berpikir, “Kejayaan ini tidaklah kudapatkan dengan kemalasan
berpikiran, “Generasi-generasi terdahuluku adalah orang dungu. dan perbuatan buruk dalam kehidupan sebelumnya, [383],
Mereka menghabiskan (dengan cuma-cuma) kekayaan yang melainkan dengan perbuatan baik (kebajikan); hal ini diperlukan
demikian susahnya dikumpulkan, saya akan menjaga untuk memastikan keadaanku yang baik di kehidupan
kekayaanku. Saya tidak akan memberikan uang sepeser pun berikutnya.” Maka ia pergi menghadap kepada raja dan berkata
kepada satu orang pun.” Ia menghancurkan, membakar semua demikian kepadanya, “Paduka, di rumahku terdapat kekayaan
balai distribusi dana dan menjadi seorang yang amat kikir. Para yang berjumlah sebesar delapan ratus juta. Ambillah kekayaan
pengemis berkumpul di depan gerbang rumahnya dan dengan itu dariku.” Dan ketika raja berkata, “Saya tidak memerlukan
menjulurkan tangan mereka meneriakkan, “Wahai Tuan kekayaanmu; saya memiliki kekayaan yang berlimpah ruah;
Bendahara yang mulia, janganlah menghentikan tradisi para Bendahara yang mulia, janganlah menghentikan tradisi para
mentega cair yang segar. Ketika melihat Maccharikosiya, wakil menghentikan tradisi keluarganya.” Merasa malu, ia
bendahara itu bangkit dari duduknya dan berkata, “Mari, Yang menempatkan seorang penjaga untuk menghalau para
Mulia Bendahara, silakan duduk di tempat ini dan makan bubur pengemis yang berdiri di depan gerbang rumahnya, dan karena
beras ini bersama.” Sewaktu ia melihat bubur beras itu, mulutnya terus diperlakukan demikian, mereka pun tidak pernah lagi
dipenuhi dengan air liur dan ia sangat ingin untuk mencicipinya, menampakkan wajah di gerbang rumahnya. Sejak saat itu, ia
tetapi pemikiran ini muncul dalam dirinya, “Jika saya memakan terus-menerus menghitung uangnya, tetapi ia tidak
bubur beras ini, maka nanti ketika wakil bendahara ini datang ke menghabiskannya
rumahku, saya harus membuatkannya sesuatu untuk membalas menghabiskannya dengan istri dan anak-anaknya. Ia menjalani
kebaikannya ini, dan dengan ini, uangku akan terbuang sia-sia. hidup memakan beras yang masih disertai dengan bubuk
Saya tidak akan memakannya.” Sewaktu terus dan terus didesak merahnya, disajikan dengan bubur masam, mengenakan pakaian
untuk makan, ia tetap menolaknya dengan berkata, “Saya sudah usang, hanya berupa filamen (benang tipis) dari akar-akaran dan
makan; saya sudah kenyang sekarang.” Akan tetapi, selagi wakil tangkai
bendahara itu sedang menikmati makanannya, ia hanya bisa menggunakan payung dari dedaunan, serta mengendarai kereta
melihatnya dengan mulut yang dipenuhi dengan air liur. Setelah reyot yang ditarik oleh sapi yang sudah tua pula. Demikianlah
selesai makan, ia pun berangkat bersamanya menuju ke istana. uang orang yang kikir ini [384] disimpan seperti sebuah kelapa
Sepulangnya ke rumah, ia dipenuhi dengan rasa ingin untuk yang ditemukan oleh seekor anjing 200 . Suatu hari ketika ia
memakan bubur beras, tetapi kembali ia berpikir, “Jika kukatakan hendak menghadap kepada raja (untuk bekerja), ia berpikir untuk
bahwa saya ingin makan bubur beras, maka banyak orang juga membawa serta wakil bendaharanya 201 . Sewaktu tiba di
akan ingin untuk memakannya dan akibatnya beras dalam rumahnya, ia melihat wakil bendahara itu sedang duduk bersama
jumlah yang banyak akan habis. Saya tidak akan mengatakan dengan istri dan anak-anaknya, menikmati bubur beras yang
apa pun kepada siapa pun.” Maka selama siang dan malam, ia melewati hari-harinya dengan hanya memikirkan bubur beras, tidak yang lainnya. Akan tetapi, karena takut menghabiskan kekayaannya, ia tidak memberitahukan siapa pun dan
200
Sebuah kiasan yang digunakan untuk menggambarkan suatu kepunyaan yang tak ada
menyimpan keinginannya itu dalam dirinya sendiri. Karena tidak
gunanya.