23
Sejarah Indonesia
2. Organisasi-organisasi Militer dan Semimiliter
Sesuai dengan sifat pemerintahan militer, Jepang berusaha mengerahkan rakyat Indonesia, terutama para pemuda melalui berbagai macam organisasi
yang bersifat semimiliter dan juga yang bersifat militer.
a. Pengerahan Tenaga Pemuda
Kelompok pemuda memegang peranan penting di Indonesia, apalagi melihat jumlahnya yang cukup besar. Menurut pe
nilaian Jepang, para pemuda apalagi yang tinggal di daerah pedesaan, belum terpengaruh oleh alam
pikiran Barat. Mereka secara fisik
.
cukup kuat, semangat, dan pemberani. Oleh karena itu, perlu dikerahkan untuk membantu memperkuat posisi Jepang
dalam menghadapi perang. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka para pe
muda dijadikan sasaran utama bagi propaganda Jepang. Dengan“Gerakan Tiga A” serta semboyan Jepang, Indonesia sama
saja, Jepang saudara tua, tampaknya cukup menarik bagi kalangan pemuda. Pernyataan Jepang tentang persamaan, dinilai sebagai suatu perubahan baru
dari keadaan di masa Belanda yang begitu diskriminatif.
Sebelum secara resmi Jepang membentuk organisasi-organisasi semimiliter, Jepang telah melatih para pemuda untuk menjadi pemuda yang disiplin,
memiliki semangat juang tinggi seishin, dan berjiwa ksatria bushido yang tinggi.Sesuai dengan sifat pemuda yang energik, maka yang ditekan kan
kepada para pemuda adalah seishin semangat dan bushido jiwa satria. Selain itu, juga dikembangkan jiwa disiplin dan meng hilangkan rasa rendah
diri. Salah satu cara untuk menanamkan nilat-nilai tersebut kepada kaum muda adalah dengan pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan
khusus. Pen didikan umum, seperti sekolah rakyat sekolah dasar dan sekolah menengah. Sedangkan pendidikan khusus adalah latihan-latihan yang diadakan
oleh Jepang.Latihan-latihan yang diadakan Jepang, antara lain BPAR Bari- san Pemuda Asia Raya.Wadah ini digunakan untuk menanamkan semangat
Jepang. BPAR diadakan dari tingkat pusat di Jakarta. Kemudian di daerah- daerah dibentuk Komite Penginsafan Pemuda, yang anggota-anggotanya
terdiri atas unsur kepanduan. Bentuk komite seperti ini sifatnya lokal dan disesuaikan dengan situasi daerah masing-masing.
Bari san Pemuda Asia Raya tingkat pusat diresmikan pada tanggal 11 Juni 1942 dengan pimpinan dr. Slamet Sudibyo dan S.A. Saleh. Sebenarnya,
24
Kelas XI SMAMASMKMAK Semester 2
BPAR bagian dari Gerakan Tiga A. Program latihan di BPAR diadakan dalam jangka waktu tiga bulan dan jumlah peserta tidak dibatasi. Se mua
pemuda boleh masuk mengikuti latihan. Di dalam latihan-latih an tersebut ditekankan pentingnya semangat dan keyakinan, meng ingat mereka akan
menjadi pimpinan para pemuda.
Selain BPAR, Jepang juga membentuk wadah latihan yang disebut San A Seinen Kutensho di bawah Gerakan Tiga A, yang diprakarsai oleh H.Shimuzu dan
Wakabayashi. Di dalam San A Seinen Kurensho la tihan diadakan selama satu setengah bulan. Latihan-latihannya bersi
fat khusus, yakni ditujukan kepada para pemuda yang sudah pernah aktif di dalam organisasi, misalnya
kepanduan. Di samping latihan -latihan yang berkaitan dengan kedisiplinan dan semangat, pemuda juga diajari mengenai pengetahuan-pengetahuan praktis
seperti memasak, merawat rumah, serta berkebun. Selain itu, pemuda juga dia jari bahasa Jepang. Pada tahap pertama pelatihan, telah dilatih sebanyak
250 orang.
Meskipun telah dibentuk San A Seinen Kutensho, perkumpulan kepanduan juga masih diadakan, misalnya “Perkemahan Kepanduan Indonesia” Perkindo
yang diadakan di Jakarta. Gerakan kepanduan merupakan wadah yang cukup baik untuk mem bina kader yang penuh semangat dan disiplin. Perkumpulan
ini pernah dikunjungi oleh Gunseikan dan tokoh Empat Serangkai dari Putera.
b. Organisasi Semimiliter