Variabel - Variabel yang Memengaruhi Tingkat Upah

4.3 Variabel - Variabel yang Memengaruhi Tingkat Upah

Tahap kedua yang dilakukan dalam pengujian analisis Heckman dua tahap adalah mengestimasi tingkat upah dengan menggunakan metode Ordinary Least

Square (OLS). Model yang digunakan adalah model upah Mincer dengan menambahkan variabel yang didapat dari Sakernas 2016 yang dijadikan sebagai variabel penjelas dan variabel invers mills ratio yang dihasilkan dari tahap pertama

sebagai variabel koreksi. Berikut merupakan hasil estimasi model upah angkatan kerja terdidik:

Tabel 8. Hasil estimasi model upah angkatan kerja terdidik Provinsi Jawa Barat tahun 2016 dengan menggunakan metode OLS

Variabel

P>|t| (1)

Koefisien

Standar Error

2,10 0.036 Status_Kawin

3,82 0.000 Tempat_Tinggal

-1,73 0.084 DI,DII,DIII

Umur 2 -0,00079

2,41 0.016 DIV,S1

2,65 0.008 S2,S3

12,34 0.000 Variabel respon : Ln upah Sumber : Sakernas 2016 (diolah)

Pada pengujian menggunakan OLS ini dapat dicari pengaruh variabel penjelas secara simultan terhadap upah menggunakan uji F. Hasil yang didapatkan dari statistik uji F yaitu sebesar 45,23 atau dengan p-value sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan minimal ada satu variabel penjelas yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upah.

Kemudian untuk mengetahui variabel apa saja yang memiliki pengaruh terhadap upah maka dilakukan pengujian secara parsial menggunakan statistik uji t. Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa sebagian besar variabel berpengaruh secara signifikan terhadap upah, sedangkan hanya variabel status Kemudian untuk mengetahui variabel apa saja yang memiliki pengaruh terhadap upah maka dilakukan pengujian secara parsial menggunakan statistik uji t. Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa sebagian besar variabel berpengaruh secara signifikan terhadap upah, sedangkan hanya variabel status

Dalam menentukan apakah metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) tersebut dapat digunakan, ada beberapa asumsi yang harus terpenuhi. Asumsi yang harus terpenuhi yaitu normalitas, homoskedastisitas dan nonmultikolinieritas. Dalam hasil uji asumsi, terdapat asumsi yang terlanggar yaitu asumsi normalitas, homoskedastisitas, dan nonmultikolinearitas. Selanjutnya melakukan pengecekan outlier dan hasilnya terdapat outlier yang berpengaruh . Dalam penelitian ini menggunakan metode alternatif untuk menanggulangi terlanggarnya asumsi yang disebabkan adanya outlier yang berpengaruh tersebut, yaitu dengan menggunakan metode regresi robust dengan metode estimasi MM. Hal ini sesuai dengan penelitian Yuliana (2011) yang menyatakan metode Heckman dapat dilanjutkan dengan regresi robust apabila asumsi OLS tidak terpenuhi.

Dari hasil pengolahan metode regresi robust dengan estmasi MM untuk melihat variabel yang memengaruhi tingkat upah, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil estimasi model tingkat upah angkatan kerja terdidik Provinsi Jawa Barat tahun 2016 dengan menggunakan regresi robust

Variabel

z P>|z| (1)

Koefisien

Standar Error

0,004 Status_Kawin

0,001 Tempat_Tinggal

0,006 DI,DII,DIII

Umur 2 -0,00027

0,000 DIV,S1

0,000 S2,S3

0,000 Komuter

0,000 Lambda

0,000 _cons

Persamaan model tingkat upah berdasarkan variabel penjelas yang telah terbentuk dari metode regresi robust tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dari persamaan regresi robust di atas dapat dihitung besarnya upah angkatan kerja terdidik tersebut sehingga dapat digunakan untuk mengestimasi reservation wage bagi angkatan kerja terdidik. Untuk mempermudah interpretasi pada variabel penjelas dapat dilakukan dengan menghitung exp( �̂) -1 atau

, �̂ − (Gujarati, 2004).

Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh secara signifkan terhadap upah. Berdasarkan pengujian statistik upah laki-laki lebih besar bisa dibandingkan perempuan. Nilai koefisien jenis kelamin sebesar 0,19987, maka nilai exp( �̂)-1 adalah 0,2212. Artinya, dapat disimpulkan bahwa laki-laki memiliki upah 22,14 persen lebih tinggi dibandingkan perempuan. Menurut Mincer (2010), upah pekerja perempuan akan lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki peluang untuk putus kerja lebih tinggi karena didorong kekuatan untuk mengasuh anak. Hal ini yang membuat upahnya menjadi sedikit. Mincer mencatat bahwa pengusaha lebih enggan untuk menginvestasikan pekerjaan perusahaan Jenis kelamin berpengaruh secara signifkan terhadap upah. Berdasarkan pengujian statistik upah laki-laki lebih besar bisa dibandingkan perempuan. Nilai koefisien jenis kelamin sebesar 0,19987, maka nilai exp( �̂)-1 adalah 0,2212. Artinya, dapat disimpulkan bahwa laki-laki memiliki upah 22,14 persen lebih tinggi dibandingkan perempuan. Menurut Mincer (2010), upah pekerja perempuan akan lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki peluang untuk putus kerja lebih tinggi karena didorong kekuatan untuk mengasuh anak. Hal ini yang membuat upahnya menjadi sedikit. Mincer mencatat bahwa pengusaha lebih enggan untuk menginvestasikan pekerjaan perusahaan

Status Perkawinan

Dari hasil regresi tersebut, status kawin memiliki pengaruh positif terhadap upah. Berdasarkan koefisiennya, yaitu sebesar 0,08476, nilai exp( �̂) -1 = 0,0884 yang mengartikan bahwa seseorang dengan status kawin atau pernah kawin memiliki upah lebih tinggi 8,84 persen dibandingkan yang belum kawin. Hal ini

dikarenakan seseorang yang sudah kawin memiliki tanggungan keluarga. Salah satu keuntungan bagi seseorang yang sudah kawin ialah memiliki tunjangan lebih banyak dibandingkan seseorang yang belum kawin.

Pelatihan

Variabel pelatihan memiliki koefisien yang berpengaruh signifikan positif terhadap upah. Berdasarkan koefisiennya, yaitu sebesar 0,12032, nilai exp( �̂) -1 = 0,1278. Artinya angkatan kerja terdidik yang mengikuti pelatihan akan mendapatkan upah lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengikuti pelatihan, yaitu

sebesar 12,78 persen. Hal tesebut sesuai dengan pernyataan Borjas (2015) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kemampuan angkatan kerja, maka upah yang diterimanya akan semakin tinggi, meskipun pendidikan dan pekerjaan yang sama dengan angkatan kerja lainnya. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian Mincer (1987) yang menyatakan bahwa pengalaman atau on the job training memilik pengaruh terhadap perbedaan pendapatan. Semakin besar jumlah rata-rata sebesar 12,78 persen. Hal tesebut sesuai dengan pernyataan Borjas (2015) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kemampuan angkatan kerja, maka upah yang diterimanya akan semakin tinggi, meskipun pendidikan dan pekerjaan yang sama dengan angkatan kerja lainnya. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian Mincer (1987) yang menyatakan bahwa pengalaman atau on the job training memilik pengaruh terhadap perbedaan pendapatan. Semakin besar jumlah rata-rata

Tempat Tinggal

Variabel tempat tinggal berpengaruh signifikan positif terhadap upah. Koefisian dari hasil statistik sebesar 0,15235 atau dengan nilai exp( �̂) -1 sebesar 0,1645. Hal ini menunjukkan bahwa upah angkatan kerja terdidik yang tinggal di

perkotaan 16,45 persen lebih tinggi dibandingkan dengan angkatan kerja terdidik yang tinggal di perdesaan. Penghasilan di daerah urban atau perkotaan akan cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perdesaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Handayani (2006) yang menyatakan bahwa perbedaan upah antara perkotaan dan perdesaan pada skala perusahaan. Perusahaan berskala besar cenderung berada di perkotaan. Kondisi ini akan menarik mereka yang angkatan kerja dengan pendidikan tinggi untuk melakukan migrasi ke kota.

Umur

Variabel umur secara linier berpengaruh signifikan terhadap upah. Dari koefisien yang didapat secara linier, umur memiliki pengaruh yang positif terhadap upah dengan nilai exp( �̂) -1 = 0,0321. Artinya setiap penambahan 1 tahun umur angkatan kerja terdidik akan meningkatkan upah sebesar 3,21 persen, sedangkan dari koefisien umur secara kuadratik, umur memiliki pengaruh yang negatif dengan nilai exp( �̂) -1 = - 0,00026. Hal ini berarti pada saat pengangguran terdidik Variabel umur secara linier berpengaruh signifikan terhadap upah. Dari koefisien yang didapat secara linier, umur memiliki pengaruh yang positif terhadap upah dengan nilai exp( �̂) -1 = 0,0321. Artinya setiap penambahan 1 tahun umur angkatan kerja terdidik akan meningkatkan upah sebesar 3,21 persen, sedangkan dari koefisien umur secara kuadratik, umur memiliki pengaruh yang negatif dengan nilai exp( �̂) -1 = - 0,00026. Hal ini berarti pada saat pengangguran terdidik

Umur tertentu tersebut dapat diperoleh dari turunan pertama pada persamaan upah terhadap umur.

Umur = � �_���ℎ = 0,03164 - (2 x 0,00027Umur) = 0

Umur = 58,59 tahun

Penelitian terkait yang dilakukan oleh Kawuryan (1998) dan Rahayu (2010) menyebutkan bahwa partisipasi kerja berhubungan dengan upah dan keduanya berhubungan linear dan kuadratik menyerupai huruf U terbalik terhadap umur.

Tingkat Pendidikan

Variabel pendidikan pada penelitian ini terdiri dari SMA/sederajat, DI/DII/DIII, DIV/S1, dan S2/S3. Dari hasil statistik menunjukkan seluruh variabel pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap tingkat upah. Selain itu, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula upah yang diterima oleh pengangguran terdidik. Hal ini ditunjukkan dari setiap nilai koefisien pada edu1, edu2, dan edu3. Pada tingkat pendidikan DI/DII/DIII, angkatan kerja terdidik mendapatkan upah yang lebih tinggi dari SMA/sederajat, yaitu sebesar 34,18 persen. Selanjutnya pada tingkat pendidikan DIV/S1, angkatan kerja terididik mendapatkan upah yang lebih tinggi dari SMA/sederajat sebesar 66,96 persen. Lalu pada tingkat pendidikan S2/S3, angkatan kerja terdidik mendapatkan upah lebih besar dari yang lulusan SMA/sederajat, yaitu sebesar 160,98 persen.

Komuter

Variabel komuter menunjukkan pengaruh yang signifkan positif terhadap upah. Koefisien dari hasil statistik menunjukkan 0,43221 atau dengan nilai

exp �̂ − sebesar 0,5406. Hasil tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang bekerja dalam kategori komuter akan mendapatkan upah lebih tinggi 54,06 persen dibandingkan orang yang bekerja tidak dalam kategori komuter.

4.4 Estimasi Reservation Wage Tenaga Kerja Terdidik Berdasarkan Karkateristik Tertentu (Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin, Status Perkawinan, dan Tempat Tinggal) dengan variabel lain dianggap konstan

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil estimasi reservation wage bagi angkatan kerja terdidik berdasarkan analisis regresi robust dari fungsi upah. Berdasarkan penelitian Pasay (2012), dari hasil analisis persamaan upah, selanjutnya diestimasi dan didapatkan upah minimum yang diharapkan atau reservation wage oleh tenaga kerja terdidik yang mana hasil tersebut dapat menjadi gambaran reservation wage oleh pengangguran terdidik.

Hasil dari estimasi reservation wage berdasarkan karakteristik tertentu, yaitu tingkat pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, dan tempat tinggal dengan menganggap variabel lainnya konstan. Namun pada penelitian ini disertakan juga hasil estimasi reservation wage untuk seluruh kombinasi variabel, yaitu tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, status perkawinan, tempat tinggal, pelatihan, dan status komuter.

Hasil estimasi reservation wage berdasarkan karakteristik tertentu, yaitu memperlihatkan bahwa pada angkatan kerja terdidik dengan lulusan SMA/sederajat dan berjenis kelamin laki-laki, reservation wage terendahnya pada kategori berstatus belum kawin dan tinggal di perdesaan dengan rata-rata sebesar Rp1.715.362,00, sedangkan reservation wage tertingginya yaitu pada kategori kawin/pernah kawin dan tinggal di perkotaan dengan rata-rata sebesar Rp2.894.408,00. Pada angkatan kerja terdidik dengan lulusan SMA/sederajat dan berjenis kelamin perempuan, reservation wage terendahnya pada kategori berstatus belum kawin dan tinggal di perdesaan dengan rata-rata sebesar Rp1.623.175,00, sedangkan reservation wage tertingginya, yaitu pada kategori kawin/pernah kawin dan tinggal di perkotaan dengan rata-rata sebesar Rp2.509.466,00 atau dengan kata lain seseorang yang memiliki tingkat pendidikan SMA/sederajat, berjenis kelamin perempuan, berstatus kawin/pernah kawin, dan tinggal di perkotaan akan ingin bekerja apabila upah yang ditawarkan secara rata-rata minimal sebesar Rp2.509.466,00.

Hasil estimasi pada angkatan kerja terdidik dengan lulusan DI/DII/DIII dan berjenis kelamin laki-laki, reservation wage terendahnya pada kategori berstatus belum kawin dan tinggal di perdesaan dengan rata-rata sebesar Rp2.312.922,00, sedangkan reservation wage tertingginya yaitu pada kategori kawin/pernah kawin dan tinggal di perkotaan dengan rata-rata sebesar Rp4.104.001,00. Pada angkatan kerja terdidik dengan lulusan DI/DII/DIII dan berjenis kelamin perempuan, reservation wage terendahnya pada kategori berstatus belum kawin dan tinggal di perdesaan dengan rata-rata sebesar Rp2.014.468,00, sedangkan reservation wage Hasil estimasi pada angkatan kerja terdidik dengan lulusan DI/DII/DIII dan berjenis kelamin laki-laki, reservation wage terendahnya pada kategori berstatus belum kawin dan tinggal di perdesaan dengan rata-rata sebesar Rp2.312.922,00, sedangkan reservation wage tertingginya yaitu pada kategori kawin/pernah kawin dan tinggal di perkotaan dengan rata-rata sebesar Rp4.104.001,00. Pada angkatan kerja terdidik dengan lulusan DI/DII/DIII dan berjenis kelamin perempuan, reservation wage terendahnya pada kategori berstatus belum kawin dan tinggal di perdesaan dengan rata-rata sebesar Rp2.014.468,00, sedangkan reservation wage

Hasil estimasi pada angkatan kerja terdidik dengan lulusan DIV/S1 dan berjenis kelamin laki-laki, reservation wage terendahnya pada kategori berstatus belum kawin dan tinggal di perdesaan dengan rata-rata sebesar Rp2.642.346,00, sedangkan reservation wage tertingginya yaitu pada kategori kawin/pernah kawin dan tinggal di perkotaan dengan rata-rata sebesar Rp4.914.141,00. Pada angkatan kerja terdidik dengan lulusan DIV/S1 dan berjenis kelamin perempuan, reservation wage terendahnya pada kategori berstatus belum kawin dan tinggal di perdesaan dengan rata-rata sebesar Rp2.549.253,00, sedangkan reservation wage tertingginya yaitu pada kategori kawin/pernah kawin dan tinggal di perkotaan dengan rata-rata sebesar Rp4.133.615,00.

Selanjutnya hasil estimasi pada angkatan kerja terdidik dengan lulusan S2/S3 dan berjenis kelamin laki-laki, reservation wage terendahnya pada kategori berstatus belum kawin dan tinggal di perkotaan dengan rata-rata sebesar Rp5.077.820,00, sedangkan reservation wage tertingginya yaitu pada kategori kawin/pernah kawin dan tinggal di perkotaan dengan rata-rata sebesar Rp8.419.798,00. Pada angkatan kerja terdidik dengan lulusan S2/S3 dan berjenis kelamin perempuan, reservation wage terendahnya pada kategori berstatus belum kawin dan tinggal di perdesaan dengan rata-rata sebesar Rp4.831.896,00 atau dengan kata lain seseorang yang memiliki tingkat pendidikan S2,S3, berjenis kelamin perempuan, berstatus belum kawin, dan tinggal di perdesaan akan ingin bekerja apabila upah yang ditawarkan secara rata-rata minimal sebesar Rp4.831.896,00, sedangkan reservation wage tertingginya yaitu pada kategori Selanjutnya hasil estimasi pada angkatan kerja terdidik dengan lulusan S2/S3 dan berjenis kelamin laki-laki, reservation wage terendahnya pada kategori berstatus belum kawin dan tinggal di perkotaan dengan rata-rata sebesar Rp5.077.820,00, sedangkan reservation wage tertingginya yaitu pada kategori kawin/pernah kawin dan tinggal di perkotaan dengan rata-rata sebesar Rp8.419.798,00. Pada angkatan kerja terdidik dengan lulusan S2/S3 dan berjenis kelamin perempuan, reservation wage terendahnya pada kategori berstatus belum kawin dan tinggal di perdesaan dengan rata-rata sebesar Rp4.831.896,00 atau dengan kata lain seseorang yang memiliki tingkat pendidikan S2,S3, berjenis kelamin perempuan, berstatus belum kawin, dan tinggal di perdesaan akan ingin bekerja apabila upah yang ditawarkan secara rata-rata minimal sebesar Rp4.831.896,00, sedangkan reservation wage tertingginya yaitu pada kategori

“... sengaja dikosongkan ...”