8. Keterkaitan KSP Banten Lama dan Tujakstra Kota Serang

Tabel 2. 8. Keterkaitan KSP Banten Lama dan Tujakstra Kota Serang

Kuat Lemah

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 90

No Tujakstra

Keterkaitan

Kuat Lemah

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 91

No Tujakstra

Keterkaitan

Kuat Lemah

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 92

Kuat Lemah

Sumber: Analisis Ahli, 2014

KSP Banten Lama di dalam RTRW Kota Serang

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 93

Berdasarkan dokumen rencana tata ruang wilayah Kota Serang, rencana struktur ruang wilayah Kota Serang meliputi;

1. Pusat pelayanan kota;

2. Sub pusat pelayanan kota; dan

3. Pusat pelayanan lingkungan. Pusat Pelayanan Kota meliputi kawasan pusat Kota Serang, yaitu Kecamatan Serang dan

Kecamatan Cipocok Jaya dengan pusat di Kelurahan Serang dengan fungsi primer pemerintahan, pendidikan, perdagangan, jasa, dan fungsi sekunder perumahan, pertanian lahan kering serta pariwisata buatan. Sub Pusat Pelayanan Kota , meliputi:

1. Sub Pusat di Desa Kasemen, yang melayani Kecamatan Kasemen, diarahkan mempunyai fungsi primer sebagai pariwisata religi dan pariwisata lainnya, pertanian berkelanjutan, perikanan, pergudangan dan industri, serta fungsi sekunder perumahan;

2. Sub Pusat di Desa Taktakan, yang melayani Kecamatan Taktakan, diarahkan mempunyai fungsi primer sebagai resapan air, agropolitan, agribisnis pertanian

dan fungsi sekunder perumahan, pedagangan dan jasa, serta pergudangan dan militer;

3. Sub Pusat di Desa Walantaka, yang melayani Kecamatan Walantaka, diarahkan mempunyai fungsi primer perumahan skala besar, perdagangan dan jasa, industri,

dan fungsi sekunder pertanian lahan kering; dan

4. Sub Pusat di Desa Sukajaya, yang melayani Kecamatan Curug, diarahkan mempunyai fungsi primer sebagai pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan

jasa, perumahan skala besar, dan fungsi sekunder agribisnis, serta pariwisata buatan.

Pusat Pelayanan Lingkungan meliputi:

1. Wilayah Serang, mencakup Kelurahan Serang, Kelurahan Cipare, Kelurahan Kota Baru, Kelurahan Lontar Baru, Kelurahan Kagungan, dan Kelurahan Lopang;

2. Wilayah Cipocok Jaya, mencakup Desa Dalung, Desa Tembong, Desa Karundang, Kelurahan Cipocok, dan Kelurahan Penancangan;

3. Wilayah Kasemen, mencakup Desa Kasunyatan, Desa Margaluyu, Desa Kasemen, Desa Banten, dan Desa Warung Jaud;

4. Wilayah Curug, mencakup Desa Cilaku, Desa Sukajaya, Desa Kemanisan, dan Desa Curug,

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 94

5. Wilayah Walantaka, mencakup Desa Walantaka, Desa Kepuren, Desa Kalodran, Desa Kiara, dan Desa Nyapah,

6. Wilayah Taktakan, mencakup Desa Taman Baru, Desa Drangong, Desa Panggungjati, Desa Kuranji, dan Desa Sepang.

Berdasarkan paparan, tersebut maka dipastikan didalam struktur rencana kota Serang untuk Kecamatan Kasemen ditetapkan sebagai sub pusat pelayanan kota dan pusat pelayanan lingkungan.

KSP Banten Lama di dalam Sistem Jaringan RTRW Kota Serang

System jaringan prasarana kota Serang, meliputi beberapa jaringan diantaranya:

1. Sistem prasarana transportasi;

2. Sistem prasarana telekomunikasi;

3. Sistem prasarana sumber daya energi;

4. Sistem prasarana sumber daya air;

5. Sistem prasarana drainase dan pedestrian;

6. Sistem sarana dan prasarana persampahan;

7. Sistem sarana dan prasarana mitigasi bencana; dan

8. Sistem sarana dan prasarana air minum.

Sistem Prasarana Transportasi

Sistem prasarana transportasi terkait Banten Lama, meliputi ruas:

1. Jaringan Jalan Arteri Sekunder, meliputi Jalan Raya Pandeglang, Jalan Serang- Bantenlama, dan Jalan Banten – Swahluhur;

2. Jalan local, meliputi Jalan Kasemen-Priyayi, Jalan Kasemen-Warungjaud, Jalan Kasemen-Margasana, Jalan Kasemen-Tasikardi,

3. Jaringan Jalan Lingkungan, meliputi jalan-jalan yang berada di lingkungan perumahan dan permukiman;

Selain itu juga mendukung program pengembangan jaringan jalan, sebagai upaya:

1. mendukung pengembangan Jalan Provinsi Banten yang ada di Kota Serang, meliputi Jl. Yusuf Martadilaga, Jl. KH. Abdul Fatah Hasan – Jl. Abdul Hadi, Jl.

Tb. Suwandi – Jl. Letnan Jidun, Jl. Sempu – Dukuh Kawung, Jl. Veteran – Sam‟un, Jl. Tb. A. Khotib, Banten Lama – Pontang, Jl. Trip Jamaksari – Jl. Ayip Usman, Jl. Kemang – Kaligandu, Pakupatan - Palima (Pakupatan - Jln Syech

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 95

Nawawi Al-Bantani), Simpang Taktakan – Gunung Sari, Lopang - Banten Lama;

juga prasarana transportasi lainnya yang berada di Kecamatan Kasemen, yakni;

2. mengembangkan Terminal Tipe B di Sub Pusat Pelayanan Timur, Selatan dan Utara;

2. mendukung status dan peran sarana dan prasarana perkeretaapian; dan

3. sarana pelabuhan laut meliputi pengembangan pelabuhan pengumpul di Karangantu Kecamatan Kasemen.

Sistem Prasarana Telekomunikasi

System prasarana telekomunikasi meliputi pengembangan komunikasi sistem kabel, seluler, dan satelit. Dimana arahan pengembangannya dialokasikan pada suatu titik-titik tertentu secara terpadu sesuai dengan perencanaan (Cell Planning) yang ditetapkan melalui peraturan walikota.

Sistem Prasarana Sumber Daya Energi

System prasarana sumber daya energy meliputi pengembangan sarana dan prasarana kelistrikan dan pengembangan sarana dan prasarana migas. Pengembangan prasarana dan sarana kelistrikan meliputi:

1. pengembangan Gardu Listrik di Kelurahan Trondol;

2. pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)

3. 500 KV dan Saluran Udara dan atau Kabel Tegangan Tinggi 150 KV;

4. pengembangan sistem distribusi 20KV pada daerah yang belum mendapatkan aliran listrik; dan

5. daerah yang belum mendapatkan aliran listrik akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Walikota.

Pengembangan sarana dan prasarana migas meliputi :

1. pengembangan sarana dan prasarana migas di jalur Cilegon-Serang-Tangerang; dan

2. pengembangan Energi Alternatif bagi masyarakat Kota Serang melalui pendistribusian gas melalui perpipaan.

Sistem Prasarana Sumber Daya Air

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 96

System prasarana sumber daya air, yang masuk dalam KSP Banten Lama yakni prasarana pengairan baik untuk sawah irigasi teknis maupun non teknis. Arahan pengelolaan sumber daya air meliputi:

1. pembangunan prasarana sumber daya air;

2. semua sumber air baku dari Situ Ciwaka, Situ Cikulur, serta Sungai Cibanten dan sungai - sungai yang airnya dapat dimanfaatkan secara langsung dan dikembangkan

untuk berbagai kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. zona peruntukan daerah aliran sungai dilakukan dengan membagi tipologi daerah aliran sungai berdasarkan tipologinya;

4. penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai dengan keberadaan wilayah sungai tersebut pada zona kawasan lindung; dan

5. prasarana sumber daya air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan lintas wilayah administratif dikoordinasikan oleh Pemerintah Provinsi.

Sistem Prasarana Drainase dan Pedesterian

System prasarana drainase dan pedeterian meliputi pengembangan dan rehabilitasi jaringan drainase Kota Serang serta penyediaan sarana dan prasarana pejalan kaki yang memadai di sepanjang jalan perkotaan di Kota Serang.

Sistem Sarana dan Prasarana Persampahan

System prasarana persampahan meliputi pengembangan sistem manajemen pengelolaan persampahan dan pengembangan Tempat Pemrosesan Sementara (TPS) dan Tempat Pemrosesan Sampah Akhir (TPSA) Cilowong. Prasarana yang digunakan lintas wilayah secara administratif, Tempat Pemrosesan Sampah Akhir (TPSA) terpadu yang dikelola bersama untuk kepentingan antarwilayah di Bojong Menteng, Kabupaten Serang.

Sistem Sarana dan Prasarana Mitigasi Bencana

System sarana dan prasarana mitigasi bencana meliputi penyediaan rambu arahan jalur evakuasi dan pengembangan prasarana jalan yang menjadi jalur evakuasi yaitu sepanjang Jalan Nasional yang melalui Kota Serang, Jalan Raya Taktakan – Gunungsari sebagai jalur evakuasi sebelah Barat, dan Jalan Raya Ciruas – Petir sebagai jalur evakuasi sebelah Timur. Arahan pengembangan sarana dan prasarana mitigasi bencana meliputi:

1. Ruang Mitigasi Bencana Banjir dan Tsunami diarahkan untuk menuju jalur evakuasi yang menuju daerah yang lebih tinggi yaitu Kecamatan Walantaka (Bagian Timur)

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 97 Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 97

2. Ruang Mitigasi Bencana Gempa antara lain Stadion Maulana Yusuf, Alunalun Barat dan Timur, dan lahan-lahan kosong yang terdekat dengan permukiman masyarakat.

Sistem Sarana dan Prasarana Air Minum

System sarana dan prasarana air minum meliputi pengembangan sumber daya air permukaan dan sumber air tanah yang dikembangkan dengan penyediaan air minum melalui system perpipaan. Rencana pengembangan prasarana sumber air minum dikembangkan di lokasi Situ Ciwaka Kecamatan Walantaka, Situ Cikulur Kecamatan Serang, Kecamatan Taktakan, Cilandak Sayar dan Gelam, pengembangan air bersih dari saluran irigasi Pamarayan Barat. Pengembangan prasarana sumber air tanah untuk air minum dengan melakukan penurapan mata air dan membangun sumur bor, serta pencegahan pencemaran pada Cekungan Air Tanah (CAT).

KSP Banten Lama di dalam Pola Ruang RTRW Kota Serang

Beberapa fungsi pola ruang yang masuk dalam Kecamatan Kasemen meliputi:

1. Kawasan Suaka Alam

2. Kawasan Pelestarian Alam

3. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

4. Kawasan Perlindungan Setempat

5. Kawasan Rawan Bencana Alam

6. Ruang Terbuka Hijau

7. Kawasan Hutan Rakyat

8. Kawasan Pertanian

9. Kawasan Perikanan

10. Kawasan Pariwisata

11. Kawasan Permukiman

12. Kawasan Industri Perdagangan dan Jasa, dan

13. Kawasan Budidaya lainnya

Kawasan Suaka Alam dan Pelesetarian Alam

Kawasan suaka yang berada di Kecamatan Kasemen meliputi Pulau Dua (30 ha). Pulau Dua atau yang dikenal dengan Pulau Burung, Secara administratif Pulau Dua termasuk Desa

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 98

Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, dengan letak geografisnya 106°- 21‟ BT dan 6°01 LS. Curah hujan rata-rata 1500-2000 mm per tahun yang terbasah. Januari dan Agustus merupakan bulan terkering dengan temperatur rata-rata 26°C. Ketinggian pulau antara 0-10 m dpl. Tanah bagian barat pulau agak kering sedangkan timur umumnya rendah dan berawa. Tanah dengan kandungan pasir yang tinggi tidak mampu menahan air hujan sehingga tanah di pulau ini umumnya kering. Sumber air tawar tidak ada. Air rawa berasal dari laut yang menggenang ketika pasang. Pulau ini merupakan cagar alam yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Pulau Dua memiliki lebih dari 85 jenis tumbuhan yang tumbuh, tetapi yang umum dan yang mendominasi jenis api-api (Avicennia marina), bakau (Rhizopora apiculata), dan Diospyros maritime di timur dan sedikit bakau. Bahkan pada garis pantai timur menghadap utara dijumpai formasi tumbuhan api-api yang muda, kemungkinan pengaruh perluasan pulau. Pada pantai timur di tempat terbuka kumpulan beluntas (Pluchea indica less) dan beberapa semak kecil lainnya. Lebih ke arah laut, rumput tembaga/gelang laut (Sesuvium portulacastrum L), dan rerumputan berdaun tajam yang sempat melukai beberapa teman, serta rumput angin (Spinifex littoreus Merr). Makin ke dalam pulau pada rawa-rawa didominasi api-api diselingi bakau (Rhizophora apiculata) dan Sonnerata sp., Ki duduk, ki getah dan waru laut (Hibiscus tiliaceus L.). Sementara di sebelah utara, tanahnya berpasir dan kering serta lebih tinggi. Tumbuhan yang dapat dijumpai Ki ribut, Ki hoy, tulang ayam, kekapasan serta sawo kecik (Manilkara kauki Dub). Tebing pantai dihiasi dengan dadap (Erythrina veriegata L), waru laut, dan kepuh (Sterculia foetida). Jumlah burung di pulau ini lebih dari 14 ribu ekor dari 108 jenis dengan jumlah yang migran sekitar 29 jenis. Para migran yang diduga dari Australia, Jepang, atau Hong Kong itu hanya sekadar cari makan, dalam penerbangannya yang cukup jauh itu untuk menghindari musim dingin

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang

1. perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Sesuai dengan RTRW Provinsi Banten RTRW Kota Serang ditetapkan Situs Kota

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 99

Lama Banten merupakan kesatuan kawasan strategis provinsi yang didalam pekerjaan ini menjadi kawasan Inti.

Sesuai definisinya bahwa Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Untuk itu kawasan kota lama banten meliputi :

1. Istana Keraton Kaibon

2. Istana Keraton Surosowan

3. Masjid Agung Banten

4. Vihara Avalokitesvara

5. Benteng Spellwijk

6. Museum Kepurbakalaan Banten Lama

7. Danau Tasikardi Istana Kaibon adalah sebuah Istana tempat tinggal Ratu Aisyah, ibunda dari Sultan

Syaifuddin. Bentuknya hanyalah tinggal Reruntuhan saja. Disampingnya ada sebuah Pohon besar dan sebuah Kanal. Menurut penduduk sekitar, dulunya ini adalah sebuah Istana yang sangat megah. Namun, Pada tahun 1832, Belanda menghancurkannya saat terjadi peperangan melawan Kerajaan Banten.

Istana Keraton Surosowan, berada tidak Jauh dari Istana Keraton Kaibon, terdapat sebuah Situs Istana Surosoan yang merupakan Kediaman para Sultan Banten, dari Sultan Maulana Hasanudin hingga Sultan Haji yang pernah berkuasa pada tahun 1672-1687, Istana ini dibangun pada tahun 1552. Dibanding Istana Kaibon yang terlihat masih berupa bangunan, Istana Surosoan, hanya tinggal berupa sisa-sisa bangunannya saja. Sisa bangunan megah ini berupa Benteng yang terbuat dari batu merah dan batu karang dengan tinggi 0,5 – 2 meter. Ditengahnya terdapat kolam persegi empat. Konon, kolam tersebut adalah bekas pemandian para putri termasuk Rara Denok. Dengan luas sekitar 4 hektare. Bangunan sejarah ini dihancurkan oleh Belanda pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1680.

Masjid Agung Banten terletak di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kesultanan Demak. Ia adalah putra pertama Sunan Gunung Jati. Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China. Ini adalah

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 100 Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 100

Vihara Avalokitesvara. Vihara ini merupakan salah satu Vihara tertua di Indonesia. Keberadaan Vihara ini diyakini merupakan bukti bahwa pada saat itu penganut Agama yang berbeda dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa Konflik yang berarti. Kondisi di dalam Vihara ini sendiri sejuk karena banyak pepohonan rindang dan terdapat tempat duduk yang nyaman untuk beristirahat. Selasar koridor Vihara yang menghubungkan bangunan satu dengan yang lainnya ini terdapat relief cerita hikayat Ular Putih, yang dilukis dengan berwarna-warni sebagai elemen estetis.

Benteng Spellwijk. Lokasi tidak jauh dari Masjid Agung Banten, benteng ini dibangun sekitar tahun 1585 (menurut informasi lainnya tahun 1682). Dahulunya Benteng Spellwijk digunakan sebagai Menara Pemantau yang berhadapan langsung ke Selat Sunda dan sekaligus berfungsi sebagai penyimpanan meriam-meriam dan alat pertahanan lainnya. Di tempat ini juga terdapat sebuah Terowongan yang katanya terhubung dengan Keraton Surosowan.

Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya. Museum yang terletak antara Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama ini menyimpan banyak benda-benda purbakala. Dilihat dari bentuk bangunannya Museum Situs Kepurbakalaan lebih mirip seperti sebuah rumah yang kemudian dialihfungsikan menjadi museum. Dari sekian banyak benda-benda purbakala yang menjadi koleksinya, benda-benda tersebut dibagi menjadi 5 kelompok besar.

1. Arkeologika, benda-benda yang digolongkan dalam kategori ini adalah Arca, Gerabah, Atap, Lesung Batu, dll.

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 101

2. Numismatika, koleksi bendanya berupa Mata Uang, baik Mata Uang lokal maupun Mata Uang asing yang dicetak oleh masyarakat Banten.

3. Etnografika, benda-benda koleksinya berupa miniatur Rumah Adat Suku Baduy dan berbagai macam Senjata Tradisional dan juga senjata peninggalan Kolonial seperti

Tombak, Keris, Golok, Meriam, Pistol, dll.

4. Keramologika, yaitu benda-benda koleksi berupa macam-macam Keramik. Keramik yang tersimpan berasal dari berbagai tempat seperti Burma, Vietnam, China, Jepang,

Timur Tengah dan Eropa. Tidak ketinggaln pula keramik lokal asal Banten yang biasanya lebih dikenal dengan sebutan Gerabah dan biasanya gerabah ini digunakan sebagai alat-alat rumah tangga.

5. Seni rupa, yang termasuk didalamnya adalah benda-benda seni seperti Lukisan atau Sketsa. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ini menyimpan banyak koleksi

lukisan tetapi hampir keseluruhannya adalah lukisan hasil reproduksi. Selain menyimpan benda-benda koleksi kepurbakalaannya di dalam ruangan, terdapat dua Artefak yang disimpan di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, yaitu artefak Meriam Ki Amuk dan juga alat penggilingan Lada. Yang paling terkenal adalah Meriam Ki Amuk, meriam yang terbuat dari tembaga dengan tulisan arab yang panjangnya sekitar 2,5 meter ini merupakan bantuan dari Ottoman Turki. Konon Meriam Ki Amuk memiliki kembaran yaitu Meriam Ki Jagur yang saat ini tersimpan di halaman belakang Museum Fatahillah Jakarta. Sedangkan alat penggilingan lada yang terbuat dari batu padas yang sangat keras telah hancur menjadi beberapa bagian. Pada zaman dahulu Banten memang dikenal sebagai penghasil lada, itulah yang menyebabkan Belanda datang ke Banten, salah satunya ingin menguasai produksi lada.

Danau Tasikardi. Danau ini terletak tidak jauh dari Istana Kaibon, Konon, Danau tersebut luasnya 5 Hektar dan bagian dasarnya dilapisi oleh Batu Bata, Pada masa itu danau ini dikenal dengan nama "Situ Kardi" yang memiliki sistem ganda, selain sebagai penampung air di Sungai Cibanten yang digunakan sebagai Pengairan Persawahan, danau ini juga dimanfaatkan sebagai pasokan Air bagi keluarga Keraton dan Masyarakat sekitarnya. Air dialirkan dari Pipa-Pipa yang terbuat dari Tanah Liat berdiameter 2-40 cm. Sebelum digunakan air danau harus disaring dan diendapkan ditempat penyaringan khusus yang dikenal dengan Pengindelan Abang atau Penyaringan Merah, Pengindelan Putih atau Penyeringan Putih, dan Pengeindelan Emas atau Penyaringan Emas.

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 102

Gambar 2. 1. Kawasan Situs Banten Lama

Sumber: Michrob, 1993;62 dan olahan tim ahli

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 103

Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat merupakan kawasn lingdung yang befungsi melindungi kawasan sepandan pantai,sepandan sungai,sekitar danau/waduk ,dan sekitar mata air. beberapa kawasan perlindungan setempat yang berada di Kecamatan Kasemen sebagai berikut:

1. Kawasan sekitar sempadan sungai di Cibanten;

2. Kawasan sekitar sempadan pantai di Karangantu dan Sawah Luhur;

3. Kawasan sekitar sempadan sungai di kawasan permukiman yang mencakup Cibanten, Kali Pembuangan Banten, Ciwatu, Ciwaka, Cilaku, Cikadueun, Cigeplak, Kali Kubang, Kali Ciwatek, Kali Ciracas, Cikentang, Cirengas; dan

4. Kawasan pantai berhutan bakau/mangrove di Pulau Dua.

Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam, adalah kawasan yang potensial dilanda bencana alam baik itu banjir (berulang) maupun rawan tsunami yang tidak memiliki frekuensi tetap. Beberapa kawasan yang rawan bencana alam di Kecamatan Kasemen adalah:

1. Kawasan rawan tsunami di sepanjang pantai utara (pantura).

2. Kawasan rawan banjir di DAS Cibanten, Kali Pembuangan banten Ciwaku, Ciwaka, Cilaku, Cikadeun, Cigeplak, Kali Kubang, Kali Ciwatek, Kali Ciracas, Cikentang, dan

Cirengas Wilayah

Ruang Terbuka Hijau.

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR Kawasan Strategis Kota/RTR Kawasan Perkotaan, dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi:

1. Kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis;

2. Kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi;

3. Area pengembangan keanekaragaman hayati;

4. Area penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan;

5. Tempat rekreasi dan olahraga masyarakat;

6. Tempat pemakaman umum;

7. Pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan;

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 104

8. Pengamanan sumber daya baik alam, buatan maupun historis;

9. Penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta kriteria pemanfaatannya;

10. Area mitigasi/evakuasi bencana; dan

11. Ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan perundangan dan tidak mengganggu fungsi utama RTH tersebut.

Kawasan ruang terbuka hijau yang berada di Kecamatan Kasemen meliputi : CA di Pulau Dua (30 ha), TPU, Jalur SUTT/SUTET, Sempadan Sungai, Pantai, Bangunan, jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian; serta kawasan hijau perbatasan antar kabupaten

Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian adalah kawasan pemanfaatan sumber daya hayati untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri dan atau sumber energy. Kawasan pertanian yang berada di Kecamatan Kasemen meliputi:

1. Sawah dengan sistem irigasi maupun irigasi setengah teknis yang terdapat di Wilayah Kecamatan Kasemen dan Kecamatan Walantaka;

2. Sawah tadah hujan di seluruh kecamatan;

3. Pertanian lahan kering tersebar di seluruh kecamtan;

Kawasan Perikanan

Kawasan perikanan adalah adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budidaya perikanan, baik berupa pertambakan (kolam) atau perikanan darat lainnya dan perikanan laut. Kawasan perikanan yang memiliki fungsi tersebut yang ditetapkan di Kecamatan Kasemen meliputi:

1. Rencana pengembangan kawasan pusat perikanan di Karangantu dan pengembangan tempat penyimpanan ikan, pengembangan minapolitan serta wisata perikanan di

Karangantu;

2. Kawasan pengembangan utama komoditi perikanan di pantai utara di Karangantu;

3. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Karangantu; dan

4. Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Karangantu.

5. Kawasan budidaya perikanan air payau di Desa Banten dan Desa Sawah Luhur.

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 105

Kawasan Pariwisata

Kawasan pariwisata adalah Kawasan peruntukkan pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata. Beberapa kawasan pariwisata yang ditetapkan di dalam Kecamatan Kasemen meliputi:

1. Kawasan pengembangan pariwisata religi dan pariwisata lainnya di koridor utara, Kecamatan Kasemen; dan

2. Kawasan pengembangan pariwisata buatan koridor tengah, di Serang, Cipocokjaya dan Curug.

3. kawasan pengembangan pariwisata koridor utara meliputi potensi wisata alam, minat khusus dan budaya antara lain : pantai berbagai peninggalan sejarah seperti

makam dan wisata khusus seperti ziarah, gedung-gedung tua, dan situs sejarah; dan

4. kawasan pengembangan pariwisata koridor tengah meliputi potensi wisata alam buatan, minat khusus dan budaya antara lain : pusat pertokoan dan perdagangan

berbagai sarana wisata buatan, dan kerajinan cinderamata.

Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman adalah adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Di Kecamatan Kasemen, kawasan permukiman ditetapkan sebagai berikut:

1. Kepadatan rendah meliputi sub pusat pelayanan kota dan lingkungan

2. Kepadatan sedang, meliputi permukiman sub pusat pelayanan kota dan lingkungan;

Kawasan Industri dan Perdagangan Jasa

Kawasan industry adalah kawasan yang diperuntukkan bagi industri, berupa tempat pemusatan industri dan/atau unit kegiatan industri. Berdasarkan kriterianya kawasan industry dipersyaratkan : Tersedia sumber air baku cukup; Adanya sistem pembuangan limbah yang baik; Tidak menimbulkan dampak sosial negatif yang berat: Tidak terletak di kawasan pertanian pangan lahan basah yang beririgasi dan yang berpotensi bagi pengembangan irigasi; Tidak terletak di kawasan berfungsi lindung dan kawasan hutan produksi. Sedangkan kawasan perdagangan jasa adalah kawasan yang berfungsi memfasiltiasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat yang membutuhkan dan masyarakat yang menjual jasa.

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 106

Beberapa kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan industry dan jasa perdagangan di Kecamatan Kasemen meliputi:

1. Perdagangan skala wilayah yakni pasar induk dan grosir meliputi tiap pusat

pelayanan;

2. Perdangangan skala kota yakni pertokoan dan pasar di setiap wilayah;

3. Perdagangan sektor informal di kawasan royal dan pasar lama;

4. Kawasan industri ringan di kec Walantaka, industri non kimia sebagai penunjang pelabuhan Bojonegara dan Kawasan Pelabuhan Karangantu di Kecamatan Kasemen

5. Perdaganan skala wilayah di tiap pusat wilayah.

Kawasan Budidaya lainnya yang tersebar di Kota Serang.

Beberapa kawasan budidaya yang terdapat di Kecamatan Kasemen meliputi:

1. Kawasan pendidikan;

2. Kawasan kesehatan;

3. Kawasan pertambangan mineral non logam dan batuan;

4. Sarana transportasi;

5. Sarana perkentoran; dan

6. Sarana penunjang perkotaan lainnya.

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 107

Peta 2. 4. Rencana Struktur Ruang Kota Serang

Sumber: RTRW Kota Serang

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 108

Peta 2. 5. Rencana Pola Ruang Kota Serang

Sumber: RTRW Kota Serang

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 109

Gambar 2. 2. Rencana Struktur Ruang KSP Banten Lama

Sumber: RTRW Kota Serang dan Analisis Tim, 2014

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 110

Gambar 2. 3. Rencana Pola Ruang KSP Banten Lama

Sumber: RTRW Kota Serang dan Analisis Tim, 2014

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 111

KSP Banten Lama di dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang RTRW Kota Serang

Didalam sub bab ini, diuraikan keterkaitan pengendalian pemanfaatan ruang KSP Banten Lama yakni Kecamatan Kasemen sesuai arahan penetapan oleh RTRW Kota Serang.

Peraturan Zonasi Kawasan Suaka Alam Dan Pelestarian Alam

1. Dalam kawasan suaka alam tidak diperkenankan dilakukan pengembangankegiatan selain untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan;

2. Kawasan suaka alam harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0;

b. KDB paling banyak 0 %; dan

c. KDH paling sedikit 90%;

3. Kawasan pelestarian alam harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0,6;

b. KDB paling banyak 30 %;

c. KDH paling sedikit 70 %; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 2 (dua) lantai;

4. Dalam kawasan cagar alam dan pelestarian alam tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya.

Peraturan Zonasi Kawasan Cagar Budaya Dan Ilmu Pengetahuan

1. dalam kawasan ilmu pengetahuan non bangunan tidak diperkenankan dilakukan pengembangan kegiatan selain untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan;

2. dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan bangunan gedung dan halamannya diarahkan sebagai berikut :

a. dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan bangunan gedungdan halamannya tidak diperkenankan dilakukan budidaya yang merusak dan/atau menurunkan fungsi kawasan cagar budaya;

b. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan bangunan gedung dan halamannya tidak dapat dialih fungsikan kecuali terjadi perubahan fungsi dan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;

c. dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan bangunan gedung dan halamannya masih diperkenankan dilakukan kegiatan pariwisata religius dan

ziarah sesuai ketentuan yang berlaku;

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 112 Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 112

kegiatan pariwisata; dan

e. dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan bangunan gedung dan halamannya masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah sesuai ketentuan yang berlaku;

3. cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan objek bangunan harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0.9;

b. KDB paling banyak 30 %;

c. KDH paling sedikit 10%; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 3 (tiga) lantai;

4. cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan objek non bangunan harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0;

b. KDB paling banyak 0 %; dan

c. KDH paling sedikit 90%.

Peraturan Zonasi Kawasan Perlindungan Setempat

1. dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya yang mengakibatkan terganggunya fungsi sungai;

2. dalam kawasan sempadan sungai masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah dan utilitas lainnya dengan ketentuan :

a. tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang budidaya

b. di sepanjang jaringan prasarana tersebut; dan

c. dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. dalam kawasan sempadan waduk/danau tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya yang dapat merusak fungsi danau/waduk;

4. dalam kawasan sempadan waduk/danau diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang pariwisata alam seseuai ketentuan peraturan perundangundangan;

5. dalam kawasan sempadan mata air tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya yang dapat merusak mata air;

6. dalam kawasan sempadan mata air masih diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang pariwisata alam sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 113

7. kawasan perlindungan setempat harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0;

b. KDB paling banyak 0 %; dan

c. KDH paling sedikit 90 %.

Peraturan Zonasi Kawasan Rawan Bencana

1. perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di dalamkawasan rawan bencana alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan bangunan (building code)

sesuai dengan potensi bahaya/bencana alam, serta dilengkapi jalur evakuasi;

2. kegiatan-kegiatan vital/strategis diarahkan untuk tidak dibangun pada kawasan rawan bencana;

3. dalam kawasan rawan bencana masih dapat dilakukan pembangunan prasarana penunjang untuk mengurangi resiko bencana alam dan pemasangan sistem peringatan dini;

4. dalam kawasan rawan bencana alam masih diperkenankan adanya kegiatan budidaya lain seperti pertanian, perkebunan, dan kehutanan, serta bangunan yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang timbul akibat bencana alam.

5. kawasan rawan bencana harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0,3;

b. KDB paling banyak 30 %;

c. KDH paling sedikit 50 %; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 1 (satu) lantai.

Peraturan Zonasi Kawasan Ruang Terbuka Hijau

1. Kawasan ruang terbuka hijau tidak diperkenankan dialihfungsikan;

2. Dalam kawasan ruang terbuka hijau masih diperkenankan dibangun fasilitas pelayanan sosial secara terbatas dan memenuhi ketentuan yang berlaku;

3. Kawasan taman kota, taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran, hutan kota, Taman Pemakaman Umum (TPU), lapangan

olahraga, jalur di bawah Saluran Udara Tegangan Tinggi, serta sempadan pantai dan sungai harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0,1;

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 114 Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 114

c. KDH paling sedikit 80 %; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 1 (satu) lantai;

4. Kawasan Cagar Alam harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0;

b. KDB paling banyak 0 %;

c. KDH paling sedikit 90%;

5. Kawasan Lahan Pertanian Perkotaan harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0,1;

b. KDB paling banyak 10 %;

c. KDH paling sedikit 70 %; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 1 (satu) lantai;

6. Kawasan jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0;

b. KDB paling banyak 0 %; dan

c. KDH paling sedikit 60%.

Peraturan Zonasi Kawasan Pertanian

1. Kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan tidak diperkenankan menggunakan lahan yang dikelola dengan mengabaikan kelestarian lingkungan, misalnya

penggunaan pupuk yang menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan, dan pengolahan tanah yang tidak memperhatikan aspek konservasi;

2. Dalam pengelolaan pertanian tanaman pangan berkelanjutan tidak diperkenankan pemborosan penggunaan sumber air;

3. Peruntukan budidaya pertanian pangan berkelanjutan dan lahan kering diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

kecuali lahan pertanian tanaman pangan yang telah ditetapkan dengan undang- undang;

4. Pada kawasan budidaya pertanian diperkenankan adanya bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian;

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 115

5. Dalam kawasan pertanian masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan;

6. Kegiatan pertanian tidak diperkenankan dilakukan di dalam kawasan lindung;

7. Lahan pertanian berkelanjutan dapat dialihfingsikan hanya untuk kepentingan umum sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang nomor 41 tahun 2009;

8. Kawasan pertanian harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0,4;

b. KDB paling banyak 20 %;

c. KDH paling sedikit 40%; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 2 (dua) lantai;

9. Dalam kawasan perkebunan dan perkebunan rakyat tidak diperkenankan penanaman jenis tanaman perkebunan yang bersifat menyerap air dalam jumlah banyak, terutama

kawasan perkebunan yang berlokasi di daerah hulu/kawasan resapan air;

10. Bagi kawasan perkebunan besar tidak diperkenankan merubah jenis tanaman perkebunan yang tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan;

11. Dalam kawasan perkebunan besar dan perkebunan rakyat diperkenankan adanya bangunan yang bersifat mendukung kegiatan perkebunan dan jaringan prasarana wilayah;

12. Alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi lainnya dapat dilakukan sepanjang sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

13. Sebelum kegiatan perkebunan besar dilakukan diwajibkan untuk dilakukan kajian lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

14. Kegiatan perkebunan tidak diperkenankan dilakukan di dalam kawasan lindung; dan

15. Kawasan perkebunan harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0,6;

b. KDB paling banyak 30 %;

c. KDH paling sedikit 60 %; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 2 (dua) lantai.

Peraturan Zonasi Kawasan Perikanan

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 116

1. Dalam kawasan perikanan masih diperkenankan adanya kegiatan lain yang bersifat mendukung kegiatan perikanan dan pembangunan sistem jaringan prasarana sesuai

ketentuan yang berlaku;

2. Kawasan perikanan diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Dalam kawasan perikanan masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan;

4. Kegiatan perikanan tidak diperkenankan dilakukan di dalam kawasan lindung;

5. Kawasan perikanan harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 2,4;

b. KDB paling banyak 60 %;

c. KDH paling sedikit 30%; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 4 (empat) lantai.

Peraturan Zonasi Kawasan Pariwisata

1. Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata alam;

2. Dalam kawasan pariwisata dilarang dibangun permukiman dan industri yang tidak terkait dengan kegiatan pariwisata;

3. Dalam kawasan pariwisata diperkenankan adanya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata dan sistem prasarana wilayah sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan;

4. Pada kawasan pariwisata diperkenankan dilakukan penelitian dan pendidikan;

5. Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan adanya bangunan lain kecuali bangunan pendukung kegiatan wisata alam;

6. Pengembangan pariwisata harus dilengkapi dengan kajian lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

7. Kawasan pariwisata alam harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 0,9;

b. KDB paling banyak 30 %;

c. KDH paling sedikit 60 %; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 3 (tiga) lantai;

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 117

8. Kawasan pariwisata buatan harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 1,6;

b. KDB paling banyak 40 %;

c. KDH paling sedikit 40 %; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 4 (empat) lantai.

Peraturan Zonasi Kawasan Permukiman

1. Peruntukan kawasan permukiman diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Pada kawasan permukiman diperkenankan adanya sarana dan prasarana pendukung fasilitas permukiman sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku;

3. Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;

4. Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasilitas sosial termasuk ruang terbuka hijau (RTH) perkotaan;

5. Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan adanya kegiatan industry skala rumah tangga dan fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan

lingkungan;

6. Kawasan perumahan yang dibangun oleh pengembang diwajibkan untuk dibangunnya tandon penampungan air;

7. Kawasan permukiman tidak diperkenankan dibangun di dalam kawasan lindung/konservasi dan lahan pertanian dengan irigasi;

8. Dalam kawasan permukiman tidak diperkenankan dikembangkan kegiatan yang mengganggu fungsi permukiman dan kelangsungan kehidupan social masyarakat;

9. Pengembangan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-unangan di bidang perumahan dan permukiman;

10. Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 10,5;

b. KDB paling banyak 70%;

c. KDH paling sedikit 10%; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 15 (lima belas) lantai;

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 118

11. Kawasan Permukiman Kepadatan Sedang harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 6,5;

b. KDB paling banyak 65%;

c. KDH paling sedikit 10%; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 10 (sepuluh) lantai;

12. Kawasan Permukiman Kepadatan Rendah harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 3;

b. KDB paling banyak 60%;

c. KDH paling sedikit 10%; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 5 (lima) lantai.

Peraturan Zonasi Kawasan Perdagangan Dan Jasa

1. Peruntukan kawasan perdagangan dan jasa diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Dalam kawasan perdagangan dan jasa masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Kawasan perdagangan dan jasa harus dilengkapi dengan fasilitas social termasuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan;

4. Kawasan perdagangan dan jasa tidak diperkenankan dibangun di dalam kawasan lindung/konservasi dan lahan pertanian dengan irigasi;

5. Kawasan perdagangan dan jasa skala kesar harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 7;

b. KDB paling banyak 70 %;

c. KDH paling sedikit 10%; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 10 (sepuluh) lantai;

6. Kawasan perdagangan dan jasa skala kecil harus mengikuti ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 3;

b. KDB paling banyak 60 %;

c. KDH paling sedikit 10%; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 5 (lima) lantai.

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 119

Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya Lainnya

1. Persebaran sarana dan prasarana perkotaan harus berdasarkan kebutuhan masyarakat;

2. Lokasi sarana transportasi ditentukan berdasarkan hasil kajian;

3. Lokasi pertambangan galian C ditentukan berdasarkan potensi galian yang ada di Kota Serang;

4. Ketentuan umum intensitas bangunan sebagai berikut:

a. KLB paling banyak 3,5;

b. KDB paling banyak 70 %;

c. KDH paling sedikit 10%; dan

d. tinggi bangunan paling banyak 5 (lima) lantai.

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 120

Tabel 2. 9. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP Banten Lama Sesuai RTRW Kota Serang

Arahan Pengendalian No

Arahan Pemanfaatan Tinggi Ket KLB KDB KDH Bangunan

(6) (7) KAWASAN LINDUNG

1 Kawasan Suaka Alam

2 Kawasan Pelestarian Alam

3 Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

30 10 dengan Objek Bangunan

4 Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

0 0 90 dengan Objek Non Bangunan

5 Kawasan Perlindungan Setempat

6 Kawasan Rawan Bencana

7 Kawasan Taman Kota, Taman Lingkungan Perumahan Dan Permukiman, Taman Lingkungan Perkantoran, Hutan Kota, Taman Pemakaman Umum (TPU),

10 80 1 Lapangan Olahraga, Jalur di Bawah Saluran Udara Tegangan Tinggi, serta Sempadan Pantai dan Sungai

8 Kawasan Cagar Alam

9 Kawasan Lahan Pertanian Perkotaan

10 Kawasan Jalur Pengaman Jalan, Median Jalan, Rel Kereta Api, Pipa Gas dan

0 0 60 Pedestrian

KAWASAN BUDIDAYA

1 Kawasan Pertanian

2 Kawasan Perkebunan

3 Kawasan Perikanan

4 Kawasan Pariwisata Alam

5 Kawasan Pariwisata Buatan

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 121

Arahan Pengendalian No

Arahan Pemanfaatan Tinggi Ket KLB KDB KDH Bangunan

6 Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi Tidak diarahkan di Kec Kasemen

7 Kawasan Permukiman Kepadatan Sedang

8 Kawasan Permukiman Kepadatan Rendah

9 Kawasan Perdagangan dan Jasa Skala

7 70 10 10 Kesar

10 Kawasan Perdagangan dan Jasa Skala

3 60 10 5 Kecil

11 Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya

70 10 5 Lainnya

Sumber: RTRW Kota Serang 2030, 2014

Review RTRW Kabupaten Lebak KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Tujuan Penataan Ruang

Sesuai dengan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak 2034, tujuan penataan ruang Kabupaten Lebak adalah “Mewujudkan Ruang Wilayah Kabupaten Lebak yang Berdaya Saing Tinggi dan Berkelanjutan Berbasis Pertanian, Perkebunan, Pariwisata

dan Pertambangan.”

KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Lebak. Sedangkan strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut :

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 122

1. Peningkatan ketahanan pangan dan agribisnis berbasis kewilayahan. Dalam mewujudkan kebijakan tersebut, strategi yang dapat dilakukan adalah:

1. Mengembangkan dan meningkatkan kawasan pusat pengembangan agropolitan;

2. Mengembangkan kawasan minapolitan; dan

3. Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian.

2. Pengoptimalan kawasan wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan dengan strategi:

1. Mengembangkan kawasan wisata alam;

2. Mengembangkan kawasan wisata budaya;

3. Mengembangkan kawasan wisata buatan;

4. Mengembangkan kawasan wisata alam terpadu di bagian timur;

5. Mengembangkan kawasan objek wisata dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan budaya; dan

6. Mengembangkan dan menguatkan prasarana, sarana dan utilitas pendukung kawasan wisata.

3. Pengembangan potensi pertambangan yang berwawasan lingkungan dengan strategi:

1. Mengembangkan kemitraan dalam rangka meningkatkan produksi dan kemampuan usaha pertambangan;

2. Meningkatkan kualitas pengelolaan bahan tambang secara efesien dan efektif yang ramah lingkungan;

3. Meningkaatkan pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha pertambangan; dan

4. Meningkatkan potensi hasil pertambangan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

4. Peningkatan kualitas pemerataan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana wilayah

1. Menetapkan pusat-pusat kegiatan secara berhirarki;

2. Mengembangkan dan meningkatkan fasilitas, sarana dan prasarana sesuai dengan fungsi dan hierarki pusat-pusat pelayanan;

3. Mengembangkan fungsi atau kegiatan baru pada pusat-pusat pelayanan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan;

4. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan perdesaan sebagai penunjang kawasan agropolitan;

5. Menciptakan pemerataan pembangunan wilayah;

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 123

6. Mengembangkan dan meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tidak terbarukan; dan

7. Mengembangkan sistem jaringan prasarana dan sarana antar pusat kegiatan yang memungkinkan terjaganya akses antar pusat kegiatan/pelayanan.

5. Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung. Dalam mewujudkan kebijakan tersebut, strategi yang dapat dilakukan adalah:

1. Menetapkan kawasan di luar kawasan hutan yang mempunyai fungsi lindung menjadi kawasan lindung;

2. Mempertahankan kawasan lindung yang telah ada agar sesuai dengan fungsi perlindungannya;

3. Meningkatkan kualitas kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan lindung, yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi; dan

4. Mengendalikan bentuk-bentuk kegiatan yang berada di dalam kawasan lindung yang tidak sesuai dengan fungsi perlindungan dan/atau dapat merusak

fungsi perlindungan kawasan lindung;

6. Peningkatan dan pemantapan fungsi dan peran kawasan strategis. Dalam mewujudkan kebijakan tersebut, strategi yang dapat dilakukan adalah:

1. Mengoptimalkan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomi kawasan;

2. Meingkatkan sarana dan prasarana pendukung perkotaan;

3. Membatasi dan mencegah pemanfaatan ruang yang berpotensi mengurangi fungsi perlindungan kawasan;

4. Membatasi pengembangan prasana dan sarana di dalam dan si sekitar kawasan yang ditetapkan untuk fungsi lindung yang dapat memicu perkembangan

kegiatan budi daya;

5. Mengotimalkan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis kawasan lindung melalui pemanfaatan untuk daya tarik wiata, pendidikan

berbasis lingkungan;

6. Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat.

Berdasarkan tujuan, kebijakan dan strategi yang telah dijelaskan diatas maka beberapa kebijakan dan strategi penataan ruang KSP Masyarakat Adat Baduy yang terkait kuat maupun lemah sebagai berikut:

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 124

Tabel 3. 1. Keterkaitan KSP Baduy dan Tujakstra Kabupaten Lebak

Kuat Lemah

Sumber: Analisis Ahli, 2014

KSP Permukiman Adat Baduy di dalam RTRW Kabupaten Lebak

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 125

KSP permukiman adat baduy didalam RTRW Kabupaten Lebak merupakan keterkaitan struktur dan pola kawasan terhadap kawasan permukiman masyarakat adat Baduy yakni Kecamatan Leuwidamar. Beberapa keterkaitan yang dikaji adalah system pusat pelayanan kawasan, system jaringan transportasi, system jaringan energy, system jaringan telekomunikasi, system jaringan sumber daya air, system pengelolaan prasarana dan sarana persampahan dan system mitigasi bencana.

Sistem Pusat Pelayanan

Rencana pengembangan sistem pusat pelayanan di wilayah kabupaten adalah rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten.

1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan fungsi pusat pelayanan kecamatan, pengembangan perdagangan jasa, pendidikan, permukiman, pertanian, dan pariwisata, meliputi Cimarga, Muncang, Bojongmanik dan Leuwidamar;

2. Pusat Pelayanan Lingkungan di Kec Cijaku meliputi PPL Kandagsapi dan Cipalabuh;

3. Pusat Pelayanan Lingkungan di Kec Bojongmanik meliputi PPL Keboncau, Cimayang dan Parakanbeusi.

4. Pusat Pelayanan lingkungan di Kec Muncang meliputi PPL Cikarang dan Ciminyak;

5. Pusat Pelayanan lingkungan di Kec Leuwidamar meliputi PPL Leuwidamar, PPL Lebakparahiyang dan PPL Wantisari;

6. Pusat Pelayanan Lingkungan di Kec Cimarga meliputi PPL Sarageni, Gununganten, dan Margajaya.

Sistem Transportasi

Sistem jaringan transportasi darat di Kabupaten Lebak berupa jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, yang terdiri dari jaringan jalan, jaringan prasarana dan pelayanan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ). Beberapa system jaringan transportasi darat yang terkait sebagai berikut:

1. Meliputi jalan provinsi; Rangkasbitung – Gunungkencana – Cijaku – Malingping, Rangkasbitung – Sajira – Cipanas – Lebakgedong

2. Meliputi jalan kabupaten; Rangkasbitung – Leuwidamar, Leuwidamar – Gajrug, Leuwidamar – Cirinten; seluruh ruas jalan kabupaten yang melintasi kec Cimarga, Muncang, Bojongmanik dan Leuwidamar.

3. Terminal tipe C di Leuwidamar

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 126

Sistem Jaringan Energi

System jaringan energy terkait dengan pengembangan di Kecamatan Leuwidamar meliputi:

1. Pengembangan jaringan energi hingga menjangkau ke keseluruh kab Lebak.

2. Pengembangan jaringan SUTR 20 kV di kec Leuwidamar.

Sistem Jaringan Telekomunikasi

System jaringan telekomunikasi terkait pengembangan kawasan masyarakat adat Baduy meliputi:

1. Pengembangan jaringan jaringan telepon (STO);

2. Pengembangan jaringan telepon nirkabel (BTS)

3. Pengembangana jaringan sistem satelit (BTS)

Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Sistem jaringan sumber daya air, beberapa pengembangan pengelolaan sumber daya air meliputi :

1. Pengembangan sistem WS yang menjadi kewenangan nasional meliputi WS Ciliman - Cibungur, Cibaliung – Cisawarna, Ciujung – Cidurian.

2. Pengembangan situ/waduk dan embung, meliputi Situ Cibolegar di Leuwidamar; Situ Palayangan di Cimarga; Embung di Cimarga yang meliputi Jayamanik, Cikorab,

Cicae; Embung di Leuwidamar meliputi Cikiray, Cidamiang, Ciolot, dan Ciherang; Embung di Muncang meliputi Cikere, Babakanwaluyu, Cikareo, Cirungga, Curugbala, kadubugang; embung di Bojongmanik yakni embung Cisarodok.

3. Pengembangan sistem jaringan irigasi teknis, meliputi Irigasi teknis (kew Kab) di Kec Muncang DI Cilaki; di Kec Muncang meliputi DI Cipeuyah, Cico‟o Timur, DI Eunyay; di Kec Leuwidamar yakni DI Cisimeut; di Kec Bojongmanik yakni DI Cipanggelangan.

4. Pengembangan irigasi sederhana. Meliputi 15 DI Sederhana di Kec Muncang, 7 DI Sederhana di Kec Cimarga, 13 DI Sederhana di Kec Leuwidamar, 13 DI Sederhana di

Kec Bojongmanik.

5. Pengembangna irigasi pedesaan. Meliputi 3 DI Pedesaan di Kec Muncang, 5 DI Pedesaan di Kec Cimarga, 8 DI Pedesaan di Kec Leuwidamar, 5 DI Pedesaan di Kec Bojongmanik.

Sistem Pengelolaan Prasarana Persampahan

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 127

Sistem pengelolaan prasarana persampahan terkait pengembangan kawasan masyarakat adat Baduy meliputi:

1. Pembangunan TPA di Kec Leuwidamar;

2. Pengembangan TPS di seluruh kecamatan;

3. Pengembangan sistem pemilahan awal pada masing-masing PPL.

4. Pengelolaan limbah rumah tangga secara on-site dengan pembangunan jamban keluarga, jamban komunal dan MCK;

5. Penanganan limbah secara oof-site dengan sistem perpipaan melalui pembangunan IPAL;

6. Pengelolaan limbah padat den IPLT, dan

7. Penyediaan sarana pengangkutan limbah ke lokasi pengolahan limbah.

8. Pengelolaan limbah industri di masing – masing kawasan.

Sistem Mitigasi Bencana

Sistem mitigasi bencana terkait pengembangan kawasan masyarakat adat Baduy meliputi :

1. Pengembangan jalur dan ruang evakuasi bencana longsor di Kec Leuwidamar dan Bojongmanik.

2. Pengembangan Sarana Wilayah yang meliputi kesehatan, pendidikan, peribadatan, olahraga dan sosial budaya disesuaikan dengan hasil proyeksi kebutuhan.

KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Pola Ruang RTRW Kabupaten Lebak Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Dibawahnya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten Lebak yaitu kawasan resapan air. Kawasan resapan air di Kabupaten Lebak tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Banjarsari, Bojongmanik, Cibeber, Cigemblong, Cileles, Cimarga, Cipanas, Cirinten, Gunungkencana, Lebakgedong, Leuwidamar, Muncang, Sajira dan Sabang dengan luas 23.695,55 Ha atau sekitar 7,17 % dari luas Kabupaten Lebak.

Kawasan Suaka Alam, Pelesetarian Alam dan Cagar Budaya.

Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya di Kabupaten Lebak merupakan kawasan suaka alam dan pelestarian alam yang karena keadaan alamnya mempunyai

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 128 Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 128

Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lebak terdiri dari rencana DAM Karian, sempadan sungai dan sempadan pantai. Luas rencana kawasan perlindungan setempat adalah 40.974,51 Ha atau 12,40 % dari luas Kabupaten Lebak dan tersebar di seluruh kecamatan.

Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan-kawasan yang memiliki potensi rawan longsor di Kabupaten Lebak sebesar 5.581,81 Ha (1,69% dari luas Kabupaten Lebak). Menurut karakteristik bencananya, maka kawasan rawan longsor di Kabupaten Lebak meliputi Kecamatan Bojongmanik, Cibeber, Cigemblong, Cilograng, Curugbitung, Lebakgedong, Leuwidamar, Panggarangan, dan Sobang. Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana longsor adalah sebagai berikut :

a. Pencegahan terhadap longsor dapat memanfaatkan unsur alam, seperti penanaman pohon pada wilayah potensial longsor.

b. Pengembangan organisasi masyarakat, yang siap dan siaga terhadap kemungkinan tejadinya bencana alam.

c. Pembuatan Cek Dam penahan erosi di lereng gunung dan celah antar bukit dan atau pembuatan DAM penahan dan kantong-kantong pasir yang mengatur erosi di daerah pegunungan.

Kawasan Hutan Produksi

Hutan produksi merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan industri dan ekspor. Kawasan hutan produksi akan dikembangkan dalam rangka mendukung perekonomian wilayah dan kelestarian alam dan lingkungan (ekosistem). Kawasan budidaya hutan di Kabupaten Lebak tersebar di 20 kecamatan, yaitu Kecamatan Banjarasari, Bayah, Bojongmanik, Cibeber, Cigemblong, Cihara, Cijaku, Cileles, Cilograng,

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 129

Cimarga, Cipanas, Ciriten, Gunungkencana, Lebakgedong, Leuwidamar, Muncang, Malingping, Panggarangan, Sajira, Sobang, dan Wanasalam. Rencana luas kawasan hutan produksi di Kabupaten Lebak adalah 52.870,44 Ha (16%) dari luas Kabupaten Lebak. Sebaran kawasan hutan produksi terbesar di Kabupaten Lebak terdapat di Kecamatan Cibeber yaitu seluas 11.820,56 Ha (3,58 %) dari luas Kabupaten Lebak.

Kawasan Pertanian

Kawasan tanaman pangan di Kabupaten Lebak juga diarahkan untuk dipertahankan sebagai kawasan lahan pertanian berkelanjutan dengan luas sebesar 40.170 Ha berupa pertanian pangan lahan basah. Pemanfaatan ruang kawasan pertanian ini meliputi kawasan peruntukan pertanian pangan lahan basah, kawasan peruntukan pertanian pangan lahan kering dan kawasan peternakan. Wilayah potensial untuk pengembangan pertanian pangan lahan basah meliputi hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Lebak. Rencana luas persawahan (lahan basah) di Kabupaten Lebak tahun 2014-2034 adalah 40.170,11 Ha (12,15 %) dari luas Kabupaten Lebak. Dengan memperhatikan kondisi ini, apabila dikembangkan seluruh lahan potensial pertanian pangan lahan basah, maka pendapatan daerah dari sektor ini dapat ditingkatkan. Kawasan peruntukan pertanian pangan lahan keringdi Kabupaten Lebak adalah 44.083,24 Ha (13,34 %) dari luas Kabupaten Lebak yang terdistribusi hampir diseluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Bojongmanik, Cipanas, Rangkasbitung, Sobang dan Wanassalam.

Kawasan Perkebunan

Areal perkebunan di Kabupaten Lebak meliputi perkebunan rakyat (PR), perkebunan besar swasta (PBS), dan perkebunan besar negara (PTPN VIII). Bentuk pengusahaan perkebunan adalah Perkebunan Besar Negara (PTPN) 4 Kebun/ Site, Perkebunan Besar Swasta (PBS) 8 kebun dan yang dominan adalah Perkebunan Rakyat. Komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten Lebak sejumlah 22 jenis, dimana dari 22 jenis komoditas tersebut terdapat beberapa komoditas yang memenuhi potensi cukup baik dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat Kabupaten Lebak yaitu karet, kelapa sawit, kakao, kopi, aren, melinjo, cengkeh, kelapa dalam. Rencana luas kawasan peruntukan perkebunan di Kabupaten Lebak adalah 56.586,00 Ha (17,12 %) dari luas Kabupaten Lebak yang terdistribusi di Kecamatan Banjarsari, Bayah, Bojongmanik, Cibeber, Cigemblong, Cihara, Cijaku, Cileles, Cilograng, Cimarga, Cipanas, Cirinten, Kalanganyar, Leuwidamar, Malingping, Muncang, Panggarangan, dan Sobang.

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 130

Kecamatan Leuwidamar diarahkan untuk pengembangan tanaman cengkeh dan kelapa aren, kakao, karet dan kelapa.

Kawasan Pertambangan

Kawasan pertambangan yang berada di kecamatan leuwidamar, yakni mineral dan batu bara, panas bumi, minyak bumi dan gas bumi.

Kawasan Pariwisata

Objek dan daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Lebak dapat dikelompokkan menjadi tiga satuan kawasan wisata yaitu :

1. Satuan kawasan wisata budaya, merupakan kumpulan objek dan daya tarik wisata budaya seperti tempat bersejarah, pusat kerajinan, desa wisata, pusat budaya serta pertunjukan

seni dan museum. Untuk kategori ini, Kabupaten Lebak memiliki objek desa budaya Baduy yang merupakan objek yang sangat terkenal. Desa Baduy berada di Kecamatan Leuwidamar yang berjarak sekitar 20 Km dari Kota Rangkasbitung. Selain kawasan Baduy, juga terdapat kawasan budaya seren taun di Kecamatan Cibeber, Situs Cibedug di Kecamatan Cibeber dan Situs Kosala di Kecamatan Cipanas.

2. Satuan kawasan wisata alam, merupakan kumpulan obyek/ daya tarik wisata alam seperti tempat istrirahat, hutan wisata, olah raga, pegunungan, bumi perkemahan, wisata agro, wisata tirta, wisata geologi/pertambangan, wisata bahari, dan pantai. Untuk kategori ini,

Kabupaten Lebak memiliki objek Goa Sangkir di Kecamatan Bojongmanik, Curug Indihiyang di Kecamatan Warunggunung, Air Panas Senanghati di Kecamatan Malingping, daya tarik wisata bahari dengan kegiatan yang terfokus pada alam bahari yaitu, kegiatan rekreasi pantai dan wisata bahari. Kabupaten Lebak memiliki panjang garis pantai 91,42 Km². Oleh karena itu, terdapat beberapa potensi wisata pantai yang cukup baik yang dapat dikembangkan seperti Pantai Sawarna (Kecamatan Bayah), Pantai Ciantir (Kecamatan Bayah), Pantai Karang Tengah (Kecamatan Wanasalam), Pantai Tanjung Panto (Kecamatan Wanasalam), Pantai Karang Taraje (Kecamatan Bayah), dan lain-lain.

3. Satuan kawasan wisata buatan, merupakan kumpulan objek dan daya tarik alam yang merupakan perpaduan antara buatan dan alami. Untuk katagori ini, terdapat di Kecamatan

Lebakgedong, Cipanas dan Malingping meliputi wisata arung jeram dan wisata pemandian air panas.

Kawasan Permukiman

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 131

Rencana pola ruang kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Lebak adalah 30.798,49 Ha (9,32% dari luas Kabupaten Lebak) yang terdistribusi di seluruh kecamatan. Rencana pengembangan kawasan peruntukan permukiman perkotaan untuk penampung kebutuhan perkembangan wilayah adalah 14.529,49 Ha (4,40% dari luas Kabupaten Lebak), sedangkan rencana pengembangan kawasan peruntukan permukiman perdesaan adalah 16.269 Ha (4,92 %) dari luas Kabupaten Lebak. Pengelolaan kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan tinggi adalah pada kawasan perkotaan yang meliputi Kecamatan Cibadak, Cikulur, Cipanas, Kalanganyar,

Lebakgedong, Maja, Malingping, Rangkasbitung, dan Warunggunung dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah > 25 unit/Ha.

2. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman sedang adalah kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi Kecamatan Wanasalam, Sajira dan

Bayah dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnnya adalah 15-25 unit/Ha.

3. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman rendah adalah pada kawasan perdesaan yang meliputi Kecamatan Pangarangan, Cihara,

Cilograng, Cibeber, Cijaku, Cigemblong, Banjarsari, Cileles, Gunungkencana, Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Sobang, Cimarga, dan Curugbitung dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah < 15 unit/Ha.

4. Pembangunan Kasiba dan Lisiba (kawasan siap bangun dan lahan siap bangun) di kecamatan-kecamatan dengan rencana pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan atau

perkotaan tinggi seperti Rangkasbitung, Malingping, Maja dan Bayah dengan mempersiapkan lahan siap bangun dan pembuatan prasarana permukiman pendukungnya seperti jalan lingkungan, prasarana air bersih dan atau/limbah, jaringan telekomunikasi dan penerangan pada kawasan yang sesuai dengan peruntukan Kasiba dan Lisiba.

Kawasan Industri

Pertumbuhan sektor industri pengolahan di Kabupaten Lebak pada tahun 2010 mencapai 2,16 %. Pertumbuhan sektor industri tersebut merupakan pertumbuhan sektor terendah dari laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak. Pengembangan industri kecil di Kabupaten Lebak meliputi :

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 132

1. Industri gula merah aren, tersebar di Kecamatan Muncang, Leuwidamar, Bojongmanik, Sajira, Cijaku, Panggarangan, Malingping, Cibeber, Gunung Kencana,

Bayah dan Cipanas.

2. Industri bata, tersebar di Kecamatan Cimarga, Rangkasbitung, Sajira, Malingping dan Warunggunung

3. Industri tenun Baduy, tersebar di Kecamatan Leuwidamar

4. Industri tempurung kelapa, tersebar di Kecamatan Leuwidamar

5. Industri pandai besi, tersebar di Kecamatan Bojongmanik, Cibeber dan Rangkasbitung

6. Industri konveksi, tersebar di Kecamatan Rangkasbitung dan Cimarga

7. Industri anyaman pandan, tersebar di Kecamatan Cikulur, Cileles, Banjarsari, Cijaku, Malingping dan Bojongmanik

8. Industri anyaman bambu, tersebar di Kecamatan Sajira, Cibeber, Rangkasbitung dan Cibadak

9. Industri emping melinjo, tersebar di Kecamatan Warunggunung, Cikulur dan Gunungkencana

10. Industri sale/keripik pisang, tersebar di Kecamatan Bayah

Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya lainnya yang tersebar di Kota Serang.

KSP Permukiman Adat Baduy di dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang RTRW Kabupaten Lebak

Peraturan Zonasi Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Kawasan Cagar Budaya

Kawasan pelestarian alam ditetapkan karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistimnya atau ekosistim tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Untuk menjaga kondisi tersebut ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Diperbolehkan dilakukan kegiatan penelitian, wisata alam yang tidak mengakibatkan penurunan fungsi lahan;

2. Diperbolehkan pembangunan prasarana wilayah, bangunan penunjang fungsi kawasan dan bangunan pencegah bencana alam; dan

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 133

3. Tidak diperbolehkan dilakukan penebangan pohon dan perburuan satwa dalam kawasan taman nasional yang dilindungi undang-undang.

4. Tidak diperbolehkan kegiatan yang merusak kearifan lokal kawasan cagar budaya.

Peraturan Zonasi Kawasan Perlindungan Setempat

Sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 100 m di kiri kanan sungai untuk sungai besar dan 50 m dari kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai dibangun jalan inspeksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Dalam kawasan sempadan sungai, jenis pemanfaatan ruangnya untuk ruang terbuka hijau.

2. Diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan dibatasi untuk menunjang fungsi taman rekreasi terbuka dan fungsi pengamanan sempadan; dan

3. Tidak diperbolehkan kegiatan dan bangunan pada kawasan sempadan sungai. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi terbuka

dan fungsi pengamanan sempadan. Sempadan mata air sekurang-kurangnya memiliki jari-jari 200 m di sekitar mata air yang berfungsi untuk melindungi mata air. Untuk itu maka ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Diperbolehkan pemulihan vegetasi di sekitar radius mata air;

2. Diperbolehkan pemanfaatan sempadan mata air untuk air minum dan irigasi;

3. Tidak diperbolehkan kegiatan yang menyebabakan pencemaran kualitas air dan daerah tangkapan air;

4. Tidak diperbolehkan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas sumber air.

5. Dalam kawasan sempadan mata air tidak diperkenankan kegiatan budidaya terbangun di dalam kawasan sekitar mata air dalam radius 200 (dua ratus) meter.

Peraturan Zonasi Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir. Untuk mencegah korban dan kerugian fisik akibat bencana ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Diperbolehkan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 134

2. Diperbolehkan pembangunan prasarana penunjang untuk mengurangi resiko bencana alam; .

3. Diperbolehkan dengan syarat kawasan permukiman terbangun dengan intensitas rendah didalam kawasan rawan bencana alam dan diterapkan building code,

dilengkapi jalur evakuasi;

4. Diperbolehkan dengan syarat adanya kegiatan budidaya lain seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan serta bangunan untuk mengurangi resiko akibat bencana

alam;

5. Tidak diperbolehkan kegiatan yang berdampak resiko akibat bencana alam.

Peraturan Zonasi Kawasan Pertanian

Untuk menjaga dan mengoptimalkan fungsi kawasan pertanian lahan basah ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Pada kawasan budidaya pertanian lahan basah perkenankan adanya bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian

lahan basah.

2. Dalam kawasan pertanian lahan basah diperkenankan dimanfaatkan sebagai kegiatan perikanan.

3. Dalam kawasan pertanian masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan.

Untuk menjaga fungsi dan optimalisasi kawasan pertanian lahan kering ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Pada kawasan budidaya pertanian lahan kering perkenankan adanya bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian lahan kering;

2. Diperbolehkan pemanfaatan untuk permukiman, peternakan, dan industri;

3. Pengembangan sarana dan prasarana wisata agro secara terbatas; dan

4. Pengembangan sarana dan prasarana industri agro.

5. Dapat dimanfaatkan untuk fungsi perkebunan rakyat.

Peraturan Zonasi Kawasan Pertambangan

Untuk meningkatkan produktivitas dan kelestarian lingkungan pada kawasan pertambangan ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 135

1. Dalam kawasan pertambangan, kegiatan pertambangan dibatasi agar tidak mengakibatkan dampak lingkungan yang merugikan bagi lingkungan hidup biotic dan

abiotik di dalamnya maupun disekitarnya.

2. Pengharusan penjaminan segi-segi keselamatan pekerja dan keamanan lingkungan dalam penyediaan peralatan dan pelaksanaan kegiatan penambangan.

3. Pengharusan pemulihan rona bentang alam pasca penambangan, sesuai ketentuan yang berlaku bagi kawasan pertambangan.

4. Pengembangan kawasan permukiman pendukung kegiatan pertambangan, harus diintegrasikan dengan pengembangan pusat-pusat kegiatan sesuai rencana

pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten.

5. Tidak diperkenankan membangun kawasan permukiman eksklusif dalam kawasan pertambangan yang tidak diintegrasikan dengan rencana struktur ruang kabupaten.

Peraturan Zonasi Kawasan Industri

Dalam usaha mendorong optimalisasi fungsi kawasan peruntukan industri yang sesuai dengan prinsip kelestarian lingkungan maka ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri diprioritaskan untuk mengolah bahan baku lokal menggunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia setempat.

2. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri dapat dilakukan untuk menampung kegiatan aneka industri sesuai dengan karakteristik kawasan.

3. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan industri siap bangun diperbolehkan pada kawasan peruntukan industri.

4. Diperbolehkan pengembangan kawasan permukiman baru pada kawasan peruntukan industri, dengan pembatasan hanya untuk permukiman yang menunjang kegiatan

industri dan kegiatan buffer zone yang mampu mengurangi dampak bagi warga di kawasan permukiman dari kecelakaan industri.

5. Diperbolehkan bagi permukiman penduduk yang sudah terlebih dulu bermukim di kawasan peruntukan industri, tetapi dengan pembatasan kegiatan agar tidak

mengakibatkan kecelakaan industri.

Peraturan Zonasi Kawasan Pariwisata

Dalam upaya mendorong pengembangan dan optimalisasi kawasan pariwisata, maka ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut:

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 136

1. Pemanfaatan potensi alam dan budaya setempat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan yang tidak menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama

yang menjadi obyek wisata alam.

2. Harus dilakukan perlindungan situs warisan budaya setempat pada kawasan wisata.

3. Pembatasan pendirian bangunan non-pariwisata pada kawasan efektif pariwisata.

4. Diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana penunjang pariwisata.

5. Diharuskan penerapan ciri khas arsitektur daerah setempat pada setiap bangunan hotel dan fasilitas penunjang pariwisata pada kawasan wisata.

6. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir pada kegiatan penunjang wisata di kawasan wisata.

7. Dihimbau penggunaan tata busana adat daerah pada petugas jasa pariwisata sesuai dengan jenis jasa yang disediakan pada kawasan wisata.

Peraturan Zonasi Kawasan Permukiman

Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan permukiman sebagai berikut:

1. Dalam kawasan permukiman dapat dimanfaatkan bagi kegiatan pariwisata, perdagangan, jasa, industri, dan lahan kering.

2. Pengharusan penerapan ketentuan tata lingkungan dan tata bangunan.

3. Pengharusan penyediaan kelengkapan, keselamatan bangunan dan lingkungan.

4. Pengharusan penetapan jenis dan penerapan syarat-syarat pendirian dan penggunaan bangunan.

5. Pengharusan penyediaan kolam penampungan air hujan secara merata di setiap bagian daerah yang rawan genangan air dan rawan banjir.

6. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi setiap bangunan untuk kegiatan usaha perdagangan dan jasa serta industri.

7. Kepadatan penghunian satu unit hunian untuk satu rumah tangga dalam kawasan permukiman setinggi-tingginya sama dengan standar kepadatan layak huni, tidak

termasuk bangunan hunian yang terletak di dalam kawasan permukiman tradisional.

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 137

Bab 2 Review RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak | Hal | 138

Bab 2 Pemahaman Pekerjaan | Hal | 1

BAB 3 ANALISIS

Analisis Penguatan Nilai Strategis dan Isu Strategis

Analisis penguatan nilai strategis dan isu strategis Kawasan Banten Lama dan Kawasan Permukiman Adat Baduy merupakan uraian deskripsi yang menguatkan pentingnya kawasan strategis provinsi untuk dikaji dan ditetapkan melalui rancangan rencana tata ruang dan penyusunan peraturan daerahnya. Analisis penguatan nilai strategis dilihat dari catatan sejarah kawasan, peranan geopolitik kawasan, kebijakan pemerintah dan dukungan kebijakan dari internasional. Analisis penguatan nilai strategis dan isu strategis merupakan hal-hal yang menjadi perhatian penting bagi provinsi Banten.

Nilai Strategis KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat Baduy

Nilai strategis adalah hal-hal penting kawasan sehingga perlu mendapat perhatian khusus dari Provinsi. Hal hal penting kawasan tersebut berupa peranan sejarah, peranan social, dan peranan ekonomi wilayah provinsi Banten yang secara keruangan membentuk sturktur dan pola keruangan wilayah. Nilai strategis KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat Baduy meliputi :

1. Kawasan Banten Lama sudah ada sejak tahun 1500, masa kesultanan Demak dan memiliki cerita sejarah pembentukan Kota Banten dahulu dan kini.

2. Sejak tahun 1995, Kota Kuno Banten telah diusulkan ke UNESCO untuk dijadikan salah satu Situs Warisan Dunia.

3. Kawasan permukiman adat Baduy telah ada sejak < abad 16 sebelum runtuhnya kerajaan sunda.

4. Kawasan permukiman adat Baduy didukung dan dilindungi oleh peraturan daerah kabupaten Lebak No. 32 tahun 2001 tentang perlindungan atas hak ulayat masyarkat

Baduy.

5. Kawasan permukiman adat Baduy, telah mengenal posisi politik tatanan air wilayah Ban ten yang sangat penting, sehingga kejadian di tahun 1931 dikenal dengan “Dr

Mulhenfeld endangering the water supply for irrigation in the lowlands ”.

6. Kawasan Banten Lama dan Kawasan Cagar Budaya Masyarakat Adat Baduy mendapat dukungan sebagai salah satu destinasi wisata Indonesia melalui ditetapkannya Peraturan

Bab 3 Analisis | Hal | 1

Presiden No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025

7. Kawasan Banten Lama dan Kawasan Cagar Budaya Masyarakat Adat Baduy didukung melalui telah ditetapkannya Undang Undang no. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya

8. Kawasan Banten Lama dan Kawasan Cagar Budaya Masyarakat Adat Baduy telah ditetapkan melalui peraturan daerah No 2/2011, Tentang RTRW Provinsi Banten 2030.

9. Potensi Kawasan Pulau Dua atau lebih dikenal dengan „Pulau Burung” memiliki interelasi kuat dengan situs-situs cagar budaya Banten Lama menjadi satu kesatuan Objek Destinasi Kawasan Wisata Banten Lama;

10. Potensi Kawasan Pulau Dua atau lebih dikenal dengan „Pulau Burung” memiliki keunggulan kawasan ilmu pengetahuan tentang burung di Asia, sebagai tempat transit para unggas burung dari Australia;

11. Kawasan Banten Lama, merupakan kawasan situs dunia yang potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata sejarah, ilmu pengetahuan dan agama skala

nasional dan internasional;

12. Kawasan Banten Lama merupakan kawasan wisata cagar budaya yang diarahkan untuk dapat mendukung Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Serang dengan fungsi peranan wisata

MICE (meeting, incentive, conference, exhibition).

Isu Strategis KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat Baduy

Isu strategis KSP Banten Lama dan KSP Baduy merupakan permasalahan yang dihadapi kawasan sehingga perlu mendapat perhatian priorias oleh Provinsi Banten. Penyelesaian permasalahan tersebut akan memberikan dampak baik bagi perkembangan kawasan masing- masing baik kepada wilayah kota/kabupatennya juga kepada wilayah Banten. Beberapa permasalahan yang menjadi perhatian khusus Provinsi Banten meliputi permasalahan koordinasi lintas pengelola kawasan atau kelembagaan; permasalahan infrastruktur; permasalahan promosi wisata; dan permasalahan degradasi lingkungan situs dan kawasan adat Baduy. Berikut ini adalah beberapa isu strategis kawasan KSP:

1. Kawasan Banten Lama, yang merupakan kawasan situs cagar budaya telah terjadi degradasi situs yang gawat darurat akibat tidak adanya pengendalian kegiatan di

sekitar situs;

Bab 3 Analisis | Hal | 2

2. Kegiatan perdagangan di sekitar situs telah merusak dan menurunkan daya tarik wisata kawasan Banten Lama;

3. Masyarakat di sekitar situs terutama di Kecamatan Kasemen belum memahami arti penting dan dampak situs cagar budaya bagi kehidupan kesejahteraan masyarakat;

4. Perlunya intervensi berupa penggiatan „desa sadar wisata‟ untuk mendukung kawasan Banten Lama sebagai kawasan wisata cagar budaya;

5. Perlunya kegiatan wisata cagar budaya berbasis masyarakat yang nyaman, aman dan asri di kawasan inti Banten Lama dan seluruh desa yang ada di Kecamatan Kasemen;

6. Keberadaan suku asli Baduy yang masih kuat dengan nilai norma dan tradisi adat istiadatnya memerlukan pengamanan dan pelestarian untuk perlindungan sebagai

bagian dari adat dan tradisi budaya bangsa.

7. Keberadaan obyek sejarah situs Banten Lama sebagai catatan sejarah perlu pengamanan sebagai obyek pengembangan kebudayaan dan pariwisata daerah.

8. Keberadaan sebaran obyek pusaka budaya daerah Banten Lama yang perlu ditetapkan sebagai pengembangan di bidang kebudayaan dan pariwisata.

9. Belum optimalnya penataan ruang kawasan;

10. Belum optimalnya layanan infrastruktur jalan;

11. Belum optimalnya pengelolaan jaringan irigasi;

12. Masih adanya kawasan kumuh dan rawan air;

13. Masih adanya kemiskinan di perdesaan yang perlu ditangani melalui peningkatan infrastruktur perdesaan;

14. Kerusakan pada daerah aliran sungai sebagai salah satu penyebab banjir dan kekeringan;

15. Adanya peningkatan kebutuhan air baku di pedesaan dan perkotaan serta kawasan industri, untuk itu diperlukan pembangunan sarana prasarana air baku seperti waduk, embung dan bendung;

16. Keterbatasan dana dalam pemeliharaan jalan kota;

17. Kurangnya jalur alternatif dan jalan lingkar luar dalam upaya antisipasi dan mengurangi kemacetan lalu lintas perkotaan;

18. Belum optimalnya upaya pelestarian kebudayaan daerah;

19. Belum optimalnya daya saing destinasi pariwisata

20. Belum optimalnya kesiapan destinasi untuk bersaing dikarenakan masih lemahnya pengelolaan destinasi pariwisata dan belum memadainya dukungan transportasi dan

infrastruktur.

Bab 3 Analisis | Hal | 3

21. Belum optimalnya kompetensi dan kapabilitas SDM pariwisata;

22. Belum optimalnya sinergitas dan kemitraan;

23. Belum optimalnya pemanfaatan data dan informasi;

Analisis Deliniasi Kawasan KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat Baduy

Analisis deliniasi kawasan KSP Banten Lama dan KSP Masyarakat Adat Baduy meliputi deliniasi kawasan inti dan kawasan penyangga. Beberapa dasar penentuan deliniasi kawasan dapat berupa penetapan kebijakan spasial seperti RTRWN, RTRW Provinsi dan Undang Undang Cagar Budaya. Selain itu juga analisis spasial struktur dan ruang kawasan yang menjadi kawasan penyangga kawasan inti (situs) Banten Lama.

Kawasan Banten Lama

Deliniasi kawasan Banten Lama meliputi deliniasi kawasan inti dan kawasan penyangga. Kawasan inti meliputi kajian sebaran situs yang berada di Kecamatan Kasemen dan situs yang ada di Kecamatan Kramatwatu di Kabupaten Serang. Kawasan Inti selanjutnya disebut sebaran situs situs cagar budaya termasuk didalamnya adalah kawasan permukiman yang ada disekitar kawasan yang turut menjaga pelestarian situs dan menjadi masyarakat sadar wisata cagar budaya.

Penetapan Kawasan Inti

Beberapa dasar penetapan kawasan inti, mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Ditetapkannya kawasan Banten Lama didalam melalui undang-undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;

2. Letak sebaran situs cagar budaya yang membentuk kesatuan kawasan sejarah situs kerajaan Banten Lama;

3. Adanya penetapan luas kawasan situs cagar budaya oleh pemerintah daerah, seperti Pemerintah Kota Serang yang menetapkan situs Banten Lama sebagai Kawasan Strategis Kota (KSK) Kota Serang;

4. Kajian dari lembaga pendidikan Universitas Indonesia;

5. Dukungan kegiatan dari dinas bina marga dan tata ruang provinsi Banten, berupa master plan revitalisasi kawasan banten lama;

6. Luas kawasan inti Banten Lama adalah 7 hektar.

Bab 3 Analisis | Hal | 4

Penetapan Kawasan Penyangga

Penetapan kawasan penyangga Banten Lama, mempertimbangkan struktur dan pola ruang kawasan eksisting dan analisis terhadap berbagai dokumen kebijakan spasial seperti RTRWN, RTRW Pulau Jawa Bali, RTRW Provinsi Banten dan RTRW Kota Serang. Berdasarkan hasil kajian kebijakan dan analisis struktur dan pola ruang kawasan secara menyeluruh, kawasan penyangga Banten Lama meliputi desa yang berada di luar kawasan BL 1 di Kecamatan Kasemen dan desa yang berada di Kecamatan Kramatwatu, kabupaten Serang. Beberapa pertimbangan penetapan kawasan penyangga Banten Lama antara lain:

1. Ketersediaan data terkait spasial dan non spasial;

2. Dukungan antar pemerintahan daerah;

3. Adanya konektivitas antar kawasan penyangga dengan kawasan sekitar (antar kecamatan);

4. Adanya arahan pengembangan dari rencana tata ruang wilayah/kawasan yang lebih tinggi;

5. Adanya keterkaitan fungsi antar kawasan (berbeda administrative) yang memiliki dampak pengembangan bersama yang kuat;

6. Kawasan penyangga kawasan inti selanjutnya disebut KSP Banten Lama adalah kesatuan administrasi menyeluruh Kecamatan Kasemen.

Kawasan Masyarakat Adat Baduy

Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih teguh dalam menerapkan adat tradisi, yaitu Suku Baduy atau disebut juga orang Kanekes atau orang Baduy. Mereka merupakan suatu kelompok masyarakat adat Sunda yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten

Lebak. Penamaan “Baduy” berasal dari seorang peneliti Belanda karena masyarakatnya nomaden (berpindah-pindah), juga karena adanya sungai Cibaduy dan Gunung Baduy yang

ada di bagian Utara wilayah tersebut (Garna, 1993)4. Sekitar tahun 1980-an, ketika KTP (Kartu Tanda Penduduk) diberlakukan di sini, hampir tidak ada yang menolak dengan sebutan „Urang Baduy‟.

Bab 3 Analisis | Hal | 5

Tatanan hukum adat masyarakat Baduy tidak otonom secara penuh, karena hanya merupakan proses sosial dan merupakan hasil budi dan daya orang orang Baduy. Oleh karena itu, isi

terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep „tanpa perubahan apapun‟, atau perubahan sesedikit mungkin. Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001)5. Kelompok tangtu dikenal sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di 3 kampung (Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik). Kelompok masyarakat panamping adalah dikenal sebagai Baduy Luar yang bisa juga disebut Baduy Pasisian. Mereka tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, yaitu di antaranya Cikadu, Kadu Ketug, Kadu Kolot, Gajeboh, dan Cisagu. Masyarakat adat Baduy tetap menjalankan adat istiadat yang diturunkan nenek moyangnya secara arif dan taat, dan hingga sekarang masih dapat bertahan di lingkungan alamnya. Cara hidup dan perilaku tradisional di tengah masyarakat yang berkembang menjadi unik dan menarik. Masyarakat Baduy juga memiliki beberapa kearifan tradisional yang berkaitan dengan lingkungan hidupnya, antara lain dalam pola pertanian yang khas dan konsep tentang hutan dan kelestariannya. Mereka membagi dan menggolongkan hutan sesuai dengan fungsinya, yaitu hutan untuk konservasi dan hutan untuk dimanfaatkan. Masyarakat Baduy mengasingkan diri dari dunia luar dan dengan sengaja menolak

masyarakat lainnya dengan cara menjadikan daerahnya sebagai tempat suci (di Panembahan Arca Domas) dan keramat. Mereka tidak mendapatkan pengetahuan dari sekolah sehingga tidak mengenal budaya tulis, karena merupakan larangan yang harus dipatuhi. Hal ini didukung oleh sebuah pernyataan bahwa “apabila orang sudah pintar, maka akan jadi penip u”. Dengan demikian, adat istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek

moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja, contohnya dokumen catatan penting mengenai sejarah Baduy dan kisah-kisah magis atau bahkan dalam bentuk prasasti. Arca Domas adalah bangunan berundak dengan 13 tingkatan dan pada tingkat paling atas terdapat sebuah menhir berukuran besar, yang pemercaya dianggap melambangkan Batara Tunggal, Sang Pencipta Roh, dan kepadanya pula roh-roh akan kembali.

Bab 3 Analisis | Hal | 6

Monumen Lebak Sibedug juga merupakan bangunan berundak empat tingkat setinggi ± 6 meter. Di depan undak batu ini terdapat dataran yang di tengahnya terdapat sebuah menhir. Menhir pusat ini ditunjang oleh batu-batuan berukuran kecil. Mengenai fungsinya, B. van Tricht (1929) menduga bahwa Arca Domas bagi masyarakat Baduy merupakan media pemujaan yang berkaitan dengan upacara mendatangkan hujan, sementara Norman Edwin menganggapnya sebagai media upacara menyatakan terima kasih ke Yang Maha Esa/Batara Tunggal ? (Sukendar, 1982: 64). Upaya memberikan perlindungan terhadap tanah-tanah masyarakat Baduy sudah dilakukan jauh sebelum diundangkannya Peraturan Daerah ini yang dirintis sejak Tahun 1986 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor : 203/B.V/Pem/SK/1968 Tanggal 19 Agustus 1968 tentang Penetapan Status Hutan

“Larangan” Desa Kanekes Daerah Baduy sebagai “Hutan Lindung Mutlak” dalam Kawasan Hak Ulayat Adat Propinsi Jawa Barat. Berbagai kesulitan telah dihadapi dalam merumuskan

pemberian perlindungan Hak Ulayat Masyarakat Baduy. Hal ini berkaitan dengan hakikat hukum adat yang hanya diakui dalam bentuk tak tertulis oleh persekutuan hukum yang didasarkan pada kesamaan tempat tinggal (teritorial) dan keturunan (genealogis). Masyarakat Baduy adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak yang mempunyai ciri kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda dengan masyarakat umum. Masyarakat Luar Baduy adalah masyarakat yang bertempat tinggal di luar di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, yaitu Desa Kebon Cau, Blok Cijahe, Kecamatan Bojongmanik. Wilayah Baduy memiliki luas 5.101,85 hektar yang terdiri dari 3.127 hektar Baduy Dalam dan 1.975 hektar Baduy Luar. Berdasarkan data sensus kependudukan sampai dengan 26 Maret 2004, populasi warga Baduy (Luar dan Dalam) berjumlah 1.865 kepala keluarga (KK) atau sekitar 7.265 jiwa yang tersebar di 59 dusun/kampung, dengan jumlah laki-laki 3.636 jiwa dan jumlah perempuan 3.629 jiwa. Sedangkan berdasarkan laporan hasil Juru Tulis Desa Kanekes Tahun 2005, jumlah penduduk Baduy secara keseluruhan sebanyak 10.074 jiwa. Terdiri dari 5.086 orang laki-laki dan 4.988 orang perempuan, dengan jumlah kepala keluarga yaitu 2.665 KK. Jumlah penduduk Baduy bertambah lagi hingga tahun 2006 menjadi 10.879 jiwa, yang terdiri dari 5.486 orang laki-laki dan 5.414 orang perempuan dengan jumlah 2.905 KK. Masyarakat Baduy yang berada di Desa Kanekes terbagi menjadi dua kelompok. Masyarakat Kajeroan/Tangtu yang dikenal dengan nama Baduy Dalam menempati tiga kampung yang dipimpin oleh seorang Puun sebagai pemimpin adat tertinggi masyarakat Baduy. Kelompok

Bab 3 Analisis | Hal | 7 Bab 3 Analisis | Hal | 7

Tabel 3. 2. Perbedaan Baduy Dalam dan Baduy Luar

No Perbedaan

Baduy Dalam

Baduy Luar

1 Cara

Hitam-hitam (mayoritas), tetapi Berpakaian

Putih-hitam

sudah ada yang berpakaian bebas

2 Teknologi Tidak boleh memakai Sudah banyak yang memiliki barang

barang elektronik (handphone,

elektronik

radio)

3 Rumah Berpintu satu, tidak Pintu lebih dari satu (depan, menggunakan

belakang/samping), sudah paku, tanah tempat menggunakan paku, tanah membangun

diratakan dan banyak penyekat

rumah

tidak ruangan

diratakan, terdiri dari satu kamar

4 Mata Pencaharian

Hanya

ngahuma Ngahuma dan berdagang serta

(berladang)

dan bisnis

mulai berdagang

5 Pemilikan Tidak ada (lahan Ada hak kepemilikan pribadi Lahan

milik bersama), turun-temurun

6 Kesehatan Hanya menggunakan Banyak menggunakan obat obat-obatan

modern

dari alam

7 Perilaku Tidak menggunakan Banyak menggunakan bahan terhadap Alam

bahan yang

yang mengandung zat kimia

Sumber: Yuliya Hasanah, 2008

Adapun batas-batas wilayah Baduy, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 32/2001 tentang Perlindungan atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy, Bab III, Pasal 6 yang menyatakan bahwa Desa Kanekes memiliki batas-batas desa yaitu di antaranya dengan Kecamatan Leuwidamar di bagian sebelah utara, berbatasan dengan Desa Bojongmenteng, Desa Cisimeut dan Desa Nayagati. Di sebelah Barat, Desa Kanekes berbatasan dengan 3 desa di Kecamatan Bojongmanik yaitu Desa Parakan Beusi, Desa Kebon

Bab 3 Analisis | Hal | 8

Cau dan Desa Karang Nunggal. Di bagian selatan, Desa Kanekes berbatasan dengan satu kecamatan yaitu Kecamatan Cijaku, Desa Cikate. Di sebelah timur, Desa Kanekes berbatasan dengan Kecamatan Muncang, tepatnya dengan Desa Karang Combong dan Desa Cilebang. Demikian pula pada Bab III, Pasal 7 menyatakan bahwa wilayah Masyarakat Baduy yang berlokasi di Desa Kanekes memiliki batas-batas alam. Batas alam yang menjadi tanda suatu kawasan tertentu, di antaranya sebelah utara yaitu Kali Ciujung sebagai batas alam antara Desa Kanekes dengan desa-desa lainnya. Di sebelah selatan terdapat Kali Cidikit, dan di sebelah Barat terdapat Kali Cibarani serta Kali Cisimeut di bagian timurnya.

Penetapan Kawasan Inti

Beberapa dasar penetapan kawasan inti, mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 32/2001 tentang Perlindungan atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy;

2. Materi teknis rencana tata ruang wilayah kabupaten Lebak;

3. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten;

4. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; dan

5. Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.

Bab 3 Analisis | Hal | 9

6. Kegiatan revitalisasi kawasan permukiman adat Baduy dari provinsi Banten merupakan masukan bagi pekerjaan ini.

7. Kawasan inti Baduy memiliki luas 5.101,85 hektar yang terdiri dari 3.127 hektar Baduy Dalam dan 1.975 hektar Baduy Luar.

Gambar 3. 1. Kawasan Inti Baduy

Sumber: Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten, 2011

Dokumen yang terkait

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

Tatbiq bii'ah lughowiyah wa atsaruha fii maharoh al-kalaam bi ma'had jami'yyah Islamiyyah pondok Aren Tangerang Banten

0 21 73

EFEKTIVITAS siaran dialog interaktif di Radio Maraghita sebaga media komunikasi bagi pelanggan PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten di Kelurahan Lebakgede Bandung

2 83 1

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Prosedur Verifikasi Internal Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

2 110 1

Prosedur Promosi Jabatan Karyawan pada PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten UPJ Majalaya

3 53 1

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Dan Organizational Citizenship Behavior Terhadap Kinerja Pegawai PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Kantor Area Sumedang

17 106 69

Pengaruh Kualitas Software Aplikasi pengawasan kredit (C-M@X) Pt.PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat Dan Banten (DJBB) Terhadap Produktivitas Kerja karyawan UPJ Bandung Utara

5 72 130

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52

Pengaruh Perbedaan Lama Kontak Sabun Ekstrak Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 5