Kawasan Strategis Provinsi Banten Lama d
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat hikmat dan pengetahuan yang diberikan kepada tim penyusun Laporan Antara Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kawasan Strategis Provinsi Sudut Pandang Sosial Budaya (Kawasan Banten Lama Di
Kota Serang Dan Kawasan Baduy di Kabupaten Lebak) dapat selesai dengan baik. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
menetapkan bahwa kawasan yang termasuk dalam kawasan strategis adalah Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain, adalah kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia.
Berdasarkan kajian hukumnya, terkait dengan kawasan banten lama, kawasan strategis ini mendapat perlindungan dari RTRW Banten 2030, yakni PERDA No 2 Tahun 2011. Sedangkan KSP Masyarakat Adat Baduy, selain mendapat perlindungan dari RTRW tersebut juga terdapat perlindungan lainnya berupa Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 32 Tahun 2001 Tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy. Pada pasal 4 didalam peraturan daerah tersebut disampaikan bahwa “Segala peruntukkan lahan terhadap hak ulayat Masyarakat Baduy diserahkan sepenuhnya kepada Masyarakat Baduy”. Yang artinya Penataan ruang didalam KSP Masyarakat Adat Baduy yang mencakup sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang dilandasi/didasari/diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat Baduy.
Pada penyusunan konsep pengembangan kawasan, diharapkan kawasan penyangga yang masuk dalam kesatuan kawasan strategis provinsi dikaji lebih dalam sehingga kulitas rencana tata ruang menjadi lebih baik.
Sesuai dengan kerangka acuan kerja (KAK), maka diharapkan Laporan Antara ini dapat memberikan proses untuk mengelurkan output atau keluaran (produk) berupa Arahan
Zonasi, Pengaturan Perijinan, Insentif dan Disinsentif, dan pengaturan sanksi
administratif di kedua KSP tersebut. Kata kunci pada laporan ini adalah kawasan inti, kawasan penyangga, KSP, Baduy, dan
Banten Lama.
Jakarta, Oktober 2014
Tim Penyusun
Kata Pengantar dan Daftar Isi | Hal | 2
Kata Pengantar | Hal | 7
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa prinsip otonomi adalah mengurus dan mengatur pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan prinsip tersebut, dilaksanakan pula suatu prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung-jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antar daerah dengan daerah lainnya, dan juga mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan pemerintah. Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak di capai, maka pemerintah wajib melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pengaturan, perencanaan, pemanfaatan, pelaksanaan sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penyelenggaraan penataan ruang tersebut meliputi aspek-aspek pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan, dimana untuk masing-masing aspek tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dalam mewujudkan ruang wilayah nasional, provinsi, kabupaten, kota atau kawasan lainnya. Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang, sementara pelaksanaan penataan ruang meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Banten Lama di Kota Serang dan Kawasan Masyarakat Adat Baduy merupakan salah satu Kawasan Strategis Provinsi yang telah ditetapkan di dalam RTRW Provinsi Tahun 2010- 2030 dengan kepentingan social budaya yang lokasi wilayahnya berada di Kota Serang dan Kabupaten Lebak.
Bab 1 Pendahuluan | Hal | 1
Dengan demikian pengawasan yang akan dilakukan adalah terhadap kinerja aspek-aspek pengaturan penataan ruang, pembinaan penataan ruang, perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Memperhatikan demikian banyak dan kompleksnya aspek penataan ruang yang perlu mendapat pengawasan, di sisi lain secara administratif disebutkan bahwa unsur pengawasan terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, maka perlu disusun “Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Strategis Provinsi Sudut Pandang Sosial Budaya (Kawasan Banten Lama Di Kota Serang Dan Kawasan Masyarakat Adat Baduy Di Kabupaten Lebak )”
Maksud, Tujuan Dan Sasaran Maksud
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi adalah arahan yang diperuntukan sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi :
1. Indikasi arahan peraturan zonasi,
2. Arahan perizinan,
3. Arahan insentif dan disinsentif, serta
4. Arahan sanksi dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah provinsi.
Tujuan
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang wilayah provinsi;
2. Menghindari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
3. Menjaga keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
4. Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;
5. Mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan
6. Melindungi kepentingan umum.
Bab 1 Pendahuluan | Hal | 2
Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah Indikasi arahan peraturan zonasi, pengaturan perijinan, insentif dan disinsentif, serta pengaturan sanksi administratif kawasan strategis provinsi sudut pandang sosial budaya.
Ruang Lingkup Studi Lingkup Wilayah
Wilayah studi dalam kegiatan Penyusunan Teknis Arahan Zonasi, Pengaturan Perijinan, Insentif dan Disinsentif, dan Pengaturan sanksi Administratif Kawasan Strategis Provinsi Sudut Pandang Sosial Budaya pada Kawasan Banten Lama Di Kota Serang dan Kawasan Masyarakat Adat Baduy di Kabupaten Lebak.
Lingkup Pekerjaan
Lingkup kegiatan ini meliputi :
1. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi merupakan dasar penentuan peraturan zonasi pada sistem provinsi.
2. Arahan perizinan wilayah provinsi adalah arahan yang digunakan sebagai dasar penyusunan ketentuan perizinan di wilayah kabupaten/kota.
3. Arahan insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang didorong perwujudannya dalam
rencana tata ruang dan Arahan disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi atau mengurangi pertumbuhan, agar tidak terjadi kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung maupun budi daya yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang serta Arahan disinsentif berfungsi sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
4. Arahan sanksi merupakan arahan ketentuan pengenaan sanksi administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang, yang akan menjadi acuan bagi pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota.
Bab 1 Pendahuluan | Hal | 3
Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah berupa laporan yang berisikan tentang :
1. Dokumen Penyusunan Teknis Arahan Zonasi, Pengaturan Perijinan,Insentif dan Disinsentif, dan Pengaturan sanksi Administratif Kawasan Strategis Provinsi Sudut
Pandang Sosial Budaya (Kawasan Banten Lama Di Kota Serang) dan Kawasan Masyarakat Adat Baduy di Kabupaten Lebak.
2. Data dan Analisis Kajian beserta Laporan Ringkasan.
3. Album Peta Wilayah Studi.
4. 1 (satu) Dokumen Laporan Materi Teknis Arahan Zonasi, Pengaturan Perijinan,Insentif dan Disinsentif, dan Pengaturan sanksi Administratif Kawasan
Kawasan Strategis Provinsi Sudut Pandang Sosial Budaya (Kawasan Banten Lama Di Kota Serang) dan Kawasan Masyarakat Adat Baduy di Kabupaten Lebak.
Sistematika Pembahasan
Bab 1 Pendahuluan. Berisi mengenai permasalahan yang diungkapkan dalam sub bab latar belakang, tujuan dilaksanakannya pekerjaan, sasaran yang harus dicapai, manfaat pekerjaan bagi pemerintah daerah dan pusat, keluaran pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan, lingkup wilayah kajian pekerjaan dan peta lokasi pekerjaan.
Bab
2 Review RTRW Berisi mengenai keterkaitan KSP Banten Lama dan KSP Provinsi.
Permukiman Adat Baduy dalam lingkup kota terhadap RTRW Provinsi Banten
Bab 3 Review RTR Kota Berisi mengenai keterkaitan KSP Banten Lama dan KSP Serang dan Kabupaten Lebak Permukiman Adat Baduy dalam lingkup kecamatan
terhadap masing-masing RTRW Kota Serang dan RTRW Kabupaten Lebak
Bab 1 Pendahuluan | Hal | 4
Bab 4 Rumusan Konsep RTR Berisi mengenai rumusan konsep rencana tata ruang KSP
kawasan strategis Banten Lama dan Permukiman Adat Baduy
Bab 5 Rencana Kerja Berisi rencana kerja yang dijabarkan dalam batasan waktu Selanjutnya
yang telah ditetapkan,
Bab 1 Pendahuluan | Hal | 5
Bab 1 Pendahuluan | Hal | 1
BAB 2 REVIEW RTRW PROVINSI
Didalam bab ini, dijelaskan kajian keterkaitan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Banten Lama didalam RTRW Provinsi Banten. Keterkaitan tersebut dijelaskan dalam beberapa substansi yakni peranan KSP dalam struktur ruang skala provinsi dan pola ruang dalam skala provinsi.
KSP Banten Lama di dalam RTRW Provinsi Banten
Didalam sub bab ini, diuraikan keterkaitan KSP Banten Lama dalam lingkup Kota Serang sebagai Pusat Kegiatan Nasional serta peranan lainnya dalam lingkup wilayah provinsi Banten. KSP Banten Lama yang berkedudukan di Kota Serang dibahas menurut keterkaitan tujuan, kebijakan, strategi, rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan arahan pengendalian pemanfaatan ruangnya.
KSP Banten Lama di dalam TUJAKSTRA RTRW Banten
Sesuai dengan RTRW Provinsi Banten, dinyatakan bahwa tujuan penataan ruang provins Banten adalah Mewujudkan Ruang Wilayah Banten sebagai Pintu Gerbang Simpul Penyebaran Primer Nasional-Internasional yang Aman, Nyaman, Produktif dan Berkelanjutan melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan yang mendukung ketahanan pangan, industri, dan pariwisata. Sedangkan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi Banten terdiri atas;
1. kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang;
2. kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang kawasan lindung;
3. kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang kawasan budi daya;
4. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil;
5. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis. Secara mendetail dijelaskan turunan dari tiap kebijakan sebagai berikut;
1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:
1. Peningkatan kualitas fungsi-fungsi pelayanan pada pusat-pusat pelayanan dalam wilayah Provinsi Banten;
1. Mengembangkan dan meningkatkan fasilitas dan sarana yang sesuai dengan fungsi dan hierarki pusat-pusat pelayanan;
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 1
2. Mengembangkan fungsi atau kegiatan baru pada pusat-pusat pelayanan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanannya.
3. Mensinergikan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Provinsi Banten dengan sistem pusat pelayanan nasional (PKN dan PKW); dan
4. Mewujudkan pusat kegiatan wilayah baru yang dipromosikan (PKWp) pada pusat-pusat pertumbuhan wilayah sebagai upaya
sinergitas system pelayanan perkotaan nasional dan pengembangan wilayah provinsi dan pengembangan wilayah kabupaten/kota.
2. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam wilayah Provinsi Banten yang merata dan berhierarki, dan peningkatan akses dari dan ke luar wilayah
Provinsi Banten; dan
1. Meningkatkan keterkaitan antar pusat atau antar kawasan perkotaan, keterkaitan antara pusat atau kawasan perkotaan dengan kawasan
perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dengan kawasan sekitarnya;
2. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan;
3. Mengendalikan perkembangan kota atau perkotaan yang terletak di pesisir pantai utara;
4. Mewujudkan kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
5. Mengembangkan pusat penyebaran primer pelabuhan hub internasional bojonegara yang didukung dengan berfungsinya
kawasan-kawasan strategis provinsi dan jaringan jalan cincin Provinsi Banten; dan
6. Mewujudkan jembatan selat sunda sebagai jalur transportasi nasional penghubung jawa – sumatera yang terhubung dengan sistem jaringan jalan nasional lintas utara, tengah, dan selatan pulau jawa di wilayah
Provinsi Banten.
3. Peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang merata di seluruh
wilayah Provinsi Banten.
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 2
1. meningkatkan jaringan prasarana transportasi dan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;
2. meningkatkan jaringan energi listrik dengan pengembangan pembangkit tenaga listrik melalui memanfaatkan sumber energi
terbarukan dan tidak terbarukan secara optimal;
3. mewujudkan
penyediaan jaringan energi/kelistrikan termasuk jaringan pipa dan kabel dasar laut;
keterpaduan
sistem
4. mengembangkan prasarana telekomunikasi yang dapat menjangkau seluruh wilayah;
5. meningkatkan kuantitas dan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.
6. mewujudkan sistem jaringan transportasi yang aman melalui perbaikan dan peningkatan infrastruktur, penanganan kawasan banjir
di permukiman wilayah Tangerang (Jabodetabekpunjur), pengendalian ruang kawasan Bandara Soekarno Hatta, tertatanya sistem jaringan energi, minyak dan gas alam, pengelolaan panas bumi, dan pemanfaatannya secara aman;
7. mewujudkan interaksi infrastruktur jaringan transportasi (jalan dan kereta api) di Provinsi Banten yang nyaman sesuai ketentuan teknis,
dan terhubung dengan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi/kabupaten/kota dan simpul transportasi antar moda di Kota Cilegon, Tangerang, dan Bandara Panimbang melalui pembangunan jaringan jalan tol; dan
8. mewujudkan pemanfaatan kawasan Selat Sunda secara produktif dengan memperhatikan pembangunan infrastruktur ramah lingkungan.
2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang meliputi:
1. peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya;
1. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem
wilayah;
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 3
2. meningkatkan kualitas kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan lindung, yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan hutan
konservasi;
3. mengendalikan bentuk-bentuk kegiatan yang berada di dalam kawasan lindung yang tidak sesuai dengan fungsi perlindungan dan/atau dapat merusak fungsi perlindungan kawasan lindung.
4. mewujudkan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung; dan
5. mewujudkan kawasan taman nasional dan kawasan lindung khususnya di wilayah banten selatan yang memberi manfaat kepada
masyarakat sekitarnya dan mendukung pengembangan lingkungan hidup nasional dan internasional dalam rangka pengendalian perubahan iklim.
2. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup;
1. menetapkan kawasan lindung dan/atau fungsi perlindungan di ruang darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; dan
2. menetapkan proporsi luas kawasan berfungsi lindung dalam wilayah Provinsi Banten paling sedikit 30% dari luas wilayah.
3. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup; dan
1. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;
2. meningkatkan daya dukung lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu
kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
3. meningkatkan kemampuan daya tampung lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang dibuang ke dalamnya;
4. mengendalikan terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan;
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 4
5. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa
depan;
6. mewujudkan sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfatannya secara bijaksana, dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan
7. mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.
4. perwujudan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang.
1. mengelola sempadan sungai untuk menjamin tidak terjadinya kerusakan pada pinggiran sungai dan tidak terganggunya aliran
sungai dan beban di kawasan sekitarnya;
2. mengamankan, memelihara, dan mengembangkan hutan mangrove sebagai pengamanan terhadap abrasi dan erosi pantai;
3. mempertahankan kawasan cagar alam, kawasan hutan lindung, taman nasional, kawasan konservasi laut bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan keberlanjutan; dan
4. meningkatkan fungsi perlindungan kawasan setempat dan kawasan perlindungan bawahnya.
3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kawasan Budi Daya, meliputi
1. peningkatan produktivitas kawasan budidaya;
1. memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di luar kawasan lindung serta kawasan bekas pertambangan harus
direhabilitasi menjadi kawasan budidaya sesuai dengan sifat dan kondisi lahannya;
2. meningkatkan produktivitas kawasan budidaya pertanian dengan usaha- usaha intensifikasi dan diversifikasi pertanian; dan
3. mewujudkan kawasan budidaya melalui pengembangan hutan produksi, pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata,
permukiman, dan kawasan peruntukan lainnya secara produktif melalui pemberdayaan masyarakat di perkotaan dan perdesaan.
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 5
2. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya; dan
1. mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan budidaya beserta prasarana pendukungnya secara sinergis dan
berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya dengan mengalokasikan ruang dan akses masyarakat;
2. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi;
3. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mendukung perwujudan ketahanan pangan;
4. mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi; dan
5. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di wilayah laut kewenangan Provinsi Banten.
3. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
1. mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya terbangun pada kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana
dan potensi kerugian akibat bencana;
2. mengembangkan kawasan perkotaan dengan bangunan bertingkat terutama untuk kegiatan-kegiatan dengan fungsi komersial atau bernilai
ekonomi tinggi guna penghematan ruang dan memberikan ruang terbuka pada kawasan tersebut;
3. mengembangkan proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota; dan
4. mengendalikan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan
perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya.
4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Laut, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, meliputi;
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 6
1. pelestarian lingkungan pesisir dan laut termasuk sempadan pantai sebagai kawasan lindung, serta memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan akses
ke sempadan pantai;
1. mewujudkan pengelolaan sumberdaya secara terpadu melalui penyusunan tata ruang pesisir dan laut dengan memperhatikan keterkaitan ekosistem darat dan laut dalam satu bioekoregion;
2. mengoptimalkan dukungan pemda dan meningkatkan koordinasi antar pemda untuk mengantisipasi perkembangan aktivitas ekonomi dan industri di wilayah pesisir dan laut banten yang berpotensi merusak
lingkungan;
3. meningkatkan koordinasi antar sektor terkait dalam monitoring, pengawasan dan penegakan hukum di bidang pengelolaan lingkungan;
4. meningkatkan koordinasi penataan ruang, menata kembali peraturan perundangan dan penegakan hukum dalam rangka pengendalian dampak
negatif pencemaran yang diakibatkan oleh segenap aktivitas ekonomi di wilayah pesisir dan laut;
5. menyediakan sebagian kawasan sebagai kawasan lindung yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan;
6. meningkatkan pendanaan pengelolaan lingkungan melalui penerapan pajak lingkungan terhadap aktivitas ekonomi di wilayah pesisir;
7. menyeimbangkan peningkatan dan pengembangan aktivitas ekonomi dan kelestarian sumberdaya dan lingkungan pesisir dan laut; dan
8. mengintegrasikan wilayah hulu dan hilir dalam rangka melindungi kawasan muara sungai, estuari, dan kawasan lain di daerah pesisir.
2. peningkatan kualitas lingkungan laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil;
1. mengendalikan penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan pesisir dan laut melalui implementasi tata ruang yang telah dilegalisasi; dan
2. mewujudkan rehabilitasi kawasan yang terdegradasi dan kawasan penyangga.
3. peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil;
1. meningkatkan koordinasi penataan ruang dan penegakan hukum secara partisipatif dalam mengelola lingkungan dan sumberdaya pesisir dan
laut;
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 7
2. mengupayakan mendorong masyarakat untuk menjadi bagian dari lembaga kontrol sosial untuk monitoring aktivitas yang merusak
lingkungan; dan
3. meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya pencemaran dan kerusakan lingkungan.
4. peningkatan pemerataan nilai tambah melalui pemanfaatan sumberdaya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan bagi kesejahteraan
masyarakat lokal;
1. mengoptimalkan dukungan pemda untuk memanfaatkan posisi strategis dan pertumbuhan ekonomi bagi pembangunan wilayah pesisir dan laut
secara terpadu dan berkelanjutan; dan
2. meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya berbasis karakteristik ekosistem dan lingkungan lokal.
5. peningkatan pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil; dan
1. mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.
2. mengendalikan berbagai kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem pada kawasan pulau-pulau kecil;
3. meningkatkan daya saing pulau-pulau kecil sesuai dengan potensinya serta meminimalkan aspek-aspek penyebab ketertinggalan;
4. mengembangkan sistem transportasi pembuka akses wilayah tertinggal dan terisolir khususnya pada kawasan pulau-pulau kecil; dan
5. mengalokasikan ruang untuk kepentingan umum pada pulau-pulau kecil sebagai upaya menghindari penguasaan tanah secara keseluruhan.
6. pengembangan wisata bahari di pulau peruntukan pariwisata dan di pulau yang ada permukimannya.
1. memanfaatkan peluang pasar pada kawasan wisata bahari Daerah untuk pembangunan wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil;
2. meningkatkan pemanfaatan potensi wisata bahari untuk menangkap peluang pasar domestik dan internasional di Daerah sebagai pintu
gerbang keluar dan masuk wilayah Ibukota DKI Jakarta;
3. meningkatkan promosi yang didasarkan atas keunggulan lokasi strategis dan karakteristik sumberdaya untuk menangkap peluang dan minat
investasi di wilayah pesisir dan laut Daerah;
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 8
4. mengoptimalkan ketersediaan infrastruktur yang memadai untuk menangkap pertumbuhan ekonomi pada kawasan wisata bahari Daerah;
5. meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai pelaku dan fungsi control kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan;
6. meningkatkan peran daerah sebagai regulator kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan;
7. meningkatkan aktivitas pariwisata yang ramah lingkungan di lokasi strategis untuk menangkap peluang pasar domestik dan internasional.
5. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis, meliputi;
1. pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional dan daerah;
1. menetapkan kawasan strategis Provinsi Banten yang berfungsi lindung;
2. mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan strategis Provinsi Banten yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan dan/atau
menurunkan kualitas kawasan lindung;
3. mengendalikan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis Provinsi Banten yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan dan/atau
menurunkan kualitas kawasan lindung;
4. mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis Provinsi Banten yang dapat memicu
perkembangan kegiatan budidaya;
5. mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis Provinsi Banten yang berfungsi sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun;
6. mewujudkan rehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar
kawasan strategis Provinsi Banten; dan
7. menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang secara produktif dan berkelanjutan melalui pengendalian pembangunan kawasan-kawasan
strategis dan pengendalian ruang terbuka hijau di wilayah kabupaten/kota.
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 9
2. pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer dan ramsar;
1. melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya;
2. meningkatkan kepariwisataan;
3. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
4. melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup.
3. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional dan daerah yang produktif, efisien dan mampu
bersaing dalam perekonomian nasional dan internasional;
1. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam, kegiatan budidaya unggulan, dan posisi atau letak strategisnya sebagai
penggerak utama pengembangan wilayah;
2. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
3. mengintensifkan promosi peluang investasi;
4. memanfaatkan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;
5. mengendalikan kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan dan efisiensi pemanfaatan kawasan;
6. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi;
7. mewujudkan penataan kawasan andalan melalui pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan industri dan pariwisata secara produktif;
dan
8. mewujudkan terbentuknya sinergisitas interaksi ekonomi wilayah hulu dan hilir pada pusat-pusat pertumbuhan dengan pemasaran regional dan
nasional melalui sistem jaringan transportasi wilayah dan nasional.
4. pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan;
1. memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;
2. meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;
3. mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat;
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 10
4. meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan;
5. meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi; dan
6. mewujudkan terselenggaranya interaksi kawasan-kawasan strategis nasional di Provinsi Banten dengan penataan struktur ruang dan pola ruang di wilayah provinsi dan wilayah kabupaten/kota.
5. pelestarian dan peningkatan sosial budaya bangsa;
1. meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya bangsa yang mencerminkan jati diri yang berbudi luhur;
2. mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat; dan
3. melestarikan situs warisan budaya bangsa.
6. pemanfaatan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan
1. mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
2. meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; dan
3. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.
7. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
1. mendelineasikan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan kemanan negara yang terletak di wilayah Provinsi
Banten;
2. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan;
3. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan strategis dengan kawasan budidaya terbangun; dan
4. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 11
Untuk melihat keterkaitan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang kawasan strategis provinsi Banten, yakni KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang. Maka, dilakukan pendekatan berupa analisis keterkaitan kuat dan lemah tiap strategi-kebijakan terhadap struktur dan pola ruang yang terkait langsung dengan KSP Banten Lama dan dengan Kota Serang secara umum. Lebih detailnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. 1. Keterkaitan Tujakstra, Struktur dan Pola Ruang RTRW Banten Keterkaitan
KEBIJAKAN I
Kebijakan 1.1 Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4 Kebijakan 1.2 Strategi 1
Strategi 2 Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6 Kebijakan 1.3 Strategi 1
Strategi 2 Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6 Strategi 7
Strategi 8
KEBIJAKAN II
Kebijakan 2.1 Strategi 1
Strategi 2 Strategi 3
Strategi 4 Strategi 5
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 12
Keterkaitan
No Uraian
Ya
Tidak
Kebijakan 2.3 Strategi 1
Strategi 6 Strategi 7
Kebijakan 2.4 Strategi 1
KEBIJAKAN III
Kebijakan 3.1 Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Kebijakan 3.2 Strategi 1
Kebijakan 3.3 Strategi 1
KEBIJAKAN IV
Kebijakan 4.1 Strategi 1
Strategi 2 Strategi 3
Kebijakan 4.2 Strategi 1
Strategi 2
Kebijakan 4.3 Strategi 1
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 13
Keterkaitan
No Uraian
Kebijakan 4.4 Strategi 1
Strategi 2
Kebijakan 4.5 Strategi 1
Kebijakan 4.6 Strategi 1
KEBIJAKAN V
Kebijakan 5.1 Strategi 1
Kebijakan 5.2 Strategi 1
Kebijakan 5.3 Strategi 1
Kebijakan 5.4 Strategi 1
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 14
Strategi 2 Strategi 3
Kebijakan 5.5 Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Kebijakan 5.6 Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Kebijakan 5.7 Strategi 1
Berdasarkan analisis keterkaitan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa;
1. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 1.1 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
2. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 1.2 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
3. terdapat 5 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 1.3 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
4. terdapat 2 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 2.1 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
5. terdapat 2 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 2.2 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
6. terdapat 6 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 2.3 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
7. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 2.4 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
8. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 3.1 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 15
9. terdapat 5 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 3.2 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
10. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 3.3 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
11. terdapat 7 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.1 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
12. terdapat 2 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.2 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
13. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.3 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
14. terdapat 2 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.4 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
15. terdapat 5 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.5 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
16. terdapat 7 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 4.6 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
17. terdapat 4 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.1 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
18. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.2 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
19. terdapat 8 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.3 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
20. terdapat 5 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.4 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
21. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.5 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
22. terdapat 3 strategi yang menjadi bagian dari kebijakan 5.6 terkait erat dengan pengembangan KSP Banten Lama yang berada di Kota Serang;
KSP Banten Lama di dalam Struktur Ruang RTRW Banten
Seperti yang diketahui bahwa KSP Banten lama merupakan KSP yang secara geografis terletak didalam administrasi kecamatan Kasemen. Dimana Kecamatan Kasemen merupakan kecamatan yang berada dalam wewenang administrative Kota Serang. Didalam Rencana Tata
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 16
Ruang Wilayah Provinsi Banten. Kota Serang merupakan kota yang memiliki peranan sangat penting bagi nasional sehingga oleh RTRWN dan RTRW Provinsi Banten ditetapkan menjadi Pusat Kegiatan Nasiona (PKN). Dan perlu diketahui juga bahwa Pusat Pemerintah Provinsi Banten juga berada di Kota Serang.
KSP Banten Lama di dalam Rencana Sistem Perkotaan
Pada skala wilayah kota maka, KSP Banten Lama terkait dengan Pengembangan Wilayah Kota Serang, dimana Kota Serang juga telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang-nya. Berdasarkan RTRW Provinsi yang telah dijelaskan pada sub bab diatas, oleh RTRW Provinsi Banten, didalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya membagi Wilayah Kerja Pembangunan Provinsi-nya menjadi 3. Yakni yakni: WKP I meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan, WKP II meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon, WKP III meliputi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Adapun arahan fungsi dan peranan masing-masing Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) tersebut meliputi :
1. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I diarahkan untuk pengembangan kegiatan industri, jasa, perdagangan, pertanian, dan permukiman/ perumahan;
2. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II diarahkan untuk pengembangan kegiatan pemerintahan, pendidikan, kehutanan, pertanian, industri, pelabuhan, pergudangan, pariwisata, jasa, perdagangan, dan pertambangan;
3. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) III diarahkan untuk pengembangan kegiatan kehutanan, pertanian, pertambangan, pariwisata, kelautan dan perikanan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 2.1. Satuan wilayah pengembangan tersebut di atas memiliki fungsi :
1. Menciptakan keserasian dan keseimbangan struktur ruang wilayah.
2. Sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah hinterlandnya, diharapkan mampu sebagai motor penggerak pembangunan.
3. Sebagai motor penggerak perekonomian wilayah.
4. Sebagai stimulator bagi perkembangan pembangunan dan pertumbuhan perekonomian wilayah.
Berdasarkan penetapan WKP tersebut, ditetapkan bahwa untuk Kota Serang masuk dalam WKP II dengan arahan fungsi untuk pengembangan kegiatan pemerintahan, pendidikan,
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 17 Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 17
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 18
Peta 2. 1. Wilayah Kerja Pembangunan Provinsi Banten
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 19
KSP Banten Lama di dalam Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Terkait dengan system rencana pengembangan jaringan transportasi, KSP Banten Lama terkait erat dengan beberapa system jaringan. Diantaranya ;
1. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat;
2. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi laut;
3. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi udara;
4. Rencana pengembangan angkutan massal.
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat
Untuk rencana pengembangan system jaringan transportasi darat, beberapa jaringan jalan yang terkait (berdampak) kepada pengembangan KSP Banten Lama adalah adanya rencana pengembangan jaringan jalan nasional yang meliputi arteri primer (AP) dan kolektor primer (KP) dan jalan tol/bebas hambatan, diantaranya;
1. Rencana meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan arteri primer di Provinsi Banten meliputi Merak – Cilegon – Serang – Tangerang – Batas DKI Jakarta, Merak
– Cilegon – Ciwandan – Anyer – Carita – Labuan – Panimbang –Cigeulis – Cibaliung – Muarabinuangeun – Malingping – Simpang – Bayah – Cisolok – batas Provinsi Jawa Barat untuk mewujudkan pengembangan jaringan jalan „Ring Barat-Selatan‟
Provinsi Banten sebagai perwujudan pengembangan jaringan jalan arteri lintas selatan pulau jawa, mewujudkan pengembangan jaringan jalan „Ring Utara‟ pada ruas Pantura Bojonegara – Banten Lama – Tirtayasa – Kronjo – Mauk – Teluknaga –
Bandara Soekarno Hatta.
2. Rencana pengembangan jaringan jalan tol/bebas hambatan antar kota di Provinsi Banten meliputi Jembatan Selat Sunda, Tangerang – Merak, Cilegon – Bojonegara, Serpong – Tigaraksa – Balaraja, Balaraja – Teluknaga – Bandara Soekarno Hatta
(Lingkar Utara). Selain itu juga ada rencana pengembangan jaringan jalan provinsi yang meliputi jaringan jalan kolektor primer yang merupakan jalan penghubung antara PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dengan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) , yaitu ;
1. Rencana meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan provinsi pada ruas Tangerang – Serpong – batas Provinsi Jawa Barat sebagai akses penghubung wilayah Provinsi Banten – Provinsi Jawa Barat.
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 20
Untuk pengembangan terminal transportasi darat, beberapa rencana pengembangan yang terkait dengan KSP Banten adalah ;
1. meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan terminal penumpang tipe A Terminal Pakupatan;
2. pengembangan terminal penumpang tipe B untuk melayani angkutan antar kota dalam provinsi dan angkutan kota/pedesaan, yakni Terminal Tipe B Cipocokjaya.
Untuk pengembangan jaringan kereta api, yang meliputi jaringan jalur kereta api umum, jaringan jalur kereta api khusus, serta stasiun kereta api, meliputi:
1. Rencana pengembangan jaringan prasarana kereta api yang menghubungkan kawasan-kawasan industri, simpul-simpul transportasi utama antara lain
pembangunan jaringan prasarana baru pada lintas Stasiun Tonjong Baru – Pelabuhan Bojonegara, Serpong – Tangerang – Bandara Soekarno Hatta, Lintas Serang – Cikande – Cikupa – Serpong, dan Manggarai – Bandara Soekarno Hatta.
2. Rencana peningkatan aksesibilitas jaringan prasarana dan jaringan pelayanan yang
melayani kawasan perkotaan jalur kereta api lintas Cilegon – Serang – Pandeglang
– Rangkasbitung (CISEPARANG).
3. Rencana peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan prasarana kereta api pada lintas Merak – Cilegon – Serang – Tangerang – Jakarta.
4. Rencana pengembangan pelayanan angkutan kereta api bisnis dan eksekutif yang melayani angkutan perkotaan terutama pada lintas Tangerang – Duri, Rangkasbitung
– Serpong – Tanah Abang dan lintas Merak – Cilegon – Serang – Rangkasbitung.
5. Rencana peningkatan aspek keselamatan transportasi kereta api dengan pengembangan penyediaan sarana dan prasarana keselamatan terutama perlintasan
sebidang pada ruas jalan provinsi yang kepadatan lalu lintas kendaraannya tinggi.
6. Rencana peningkatan pelayanan sarana dan prasarana Stasiun Merak (Kota Cilegon), Serang (Kota Serang), Rangkasbitung (Kabupaten Lebak), Pasar Anyar (Kota
Tangerang), Serpong (Kota Tangerang Selatan).
Selain itu juga, terdapat pengembangan jaringan penyeberangan yang terkait dengan keberadaan KSP Banten Lama, yakni Pengembangan jaringan penyeberangan pengembangan pelayanan angkutan penyeberangan yang melayani pulau-pulau berpenghuni diantaranya penyeberangan Cituis/ Tanjungkait/ Tanjungpasir – Kepulauan Seribu, Karangantu – Pulau Tunda, Grenjang – Pulau Panjang, Sumur – Pulau Panaitan, Muarabinuangeun – Pulau Deli, Labuan – Pulau Sangiang, Merak – Kepulauan Anak Gunung Krakatau.
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 21
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut
Terkait pengembangan sistem jaringan transportasi laut, rencana pengembangan system jarnigan transportasi laut yang terkait dengan KSP Banten Lama adalah pengembangan pelabuhan perikanan yaitu kewenangan pusat meliputi peningkatan Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu sebagai Pelabuhan Nusantara di Kota Serang.
Rencana Pengembangan Angkutan Massal
Terkait dengan pengembangan angkutan massal, terkait dengan KSP Banten Lama adalah pengembangan angkutan massal berupa pengembangan angkutan masal cepat di wilayah Jabodetabekpunjur dalam sistem transportasi yang saling terkait dengan sistem transportasi Provinsi DKI Jakarta dan pengembangan angkutan massal perkotaan Cilegon – Serang – Pandeglang – Rangkasbitung (CISEPARANG).
KSP Banten Lama di dalam Rencana Sistem Prasarana Lainnya
Didalam RTRW Provinsi Banten, untuk KSP Banten Lama terdapat beberapa arahan rencana prasarana yang terkait dengan pengembangan kawasannya diantaranya adalah;
1. Rencana pengembangan sistem jaringan energi;
2. Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi;
3. Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air;
4. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.
KSP Banten Lama terhadap Sistem Jaringan Energi
Didalam arahan rencana pengembangan sistem jaringan energi di Provinsi Banten, KSP Banten Lama yang masuk dalam administrasi wilayah Kota Serang, terdapat beberapa sistem jaringan yang terkait yakni;
1. Sistem jaringan listrik tegangan tinggi SUTET (500kV)
2. Sistem jaringan listrik tegangan tinggi SUTT (150 kV)
3. Sistem jaringan listrik tegangan tinggi SUTT (70 kV) Juga terdapat Gardu Induk yang masuk dalam kesisteman jaringan energi listrik sebesar 10 kV yang berada di Pusat Kota Serang.
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 22
Selain itu juga terdapat beberapa rencana pengembangan jaringan pipa minyak dan gas diantaranya;
1. Menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang pengolahan dan/atau tempat penyimpanan setelah melalui koordinasi dengan kabupaten/kota;
2. Menyalurkan minyak dan gas bumi dari kilang pengolahan atau tempat penyimpanan ke konsumen setelah melalui koordinasi dengan kabupaten/kota;
3. Pengembangan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang meliputi pelaksanaan dan pengendalian usaha eksplorasi dan eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna serta berdaya saing tinggi dan berkelanjutan; mendukung dan menumbuhkembangkan
kemampuan daerah untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional dan regional; mendorong terciptanya lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup;
4. Rencana transmisi dan distribusi gas diarahkan di Kota Cilegon, Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang
Selatan.
KSP Banten Lama terhadap Sistem Jaringan Telekomunikasi
Terkait rencana pengembangan system jaringan telekomunikasi skala provinsi, diarahkan pengembangan system jaringan telekomunikasi meliputi jaringan terrestrial dan jaringan satelit. Untuk pengembangan jaringan teresterial dilakukan secara menerus hingga seluruh masyarakat dapat terlayani dari pelosok (tidak terlayani) hingga ke kawasan perkotaan. Sedangkan untuk pembangunan Base Tranceiver Station (BTS), keterpaduan penggunaan tower bersama diarahkan untuk dilakukan secara bersama dan diatur melalui keputusan gubernur.
KSP Banten Lama terhadap Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Sesuai arahan dari RTRW Provinsi Banten, rencana pengembangan system jaringan sumber daya air diarahkan untuk mendukung air baku dengan mengoptimalkan peruntukan sumber air permukaan dan sumber air tanah. Beberapa rencana pengembangan system jaringan sumber daya air yang terkait dengan KSP Banten Lama sebagai berikut;
1. Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku industri dalam mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan
air minum di wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya;
Bab 2 Review RTRW Provinsi Banten | Hal | 23
2. Bendungan Cidanau di Kabupaten Serang untuk kebutuhan air baku industri dalam mendukung kawasan industri juga sebagai jaringan air baku untuk kebutuhan air
minum di wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya;
3. Cekungan Air Tanah (CAT) Rawa Danau di Serang-Pandeglang.