Kaitan antara Lupus Eritematosus Sistemik dengan Dermatoglifi Tangan

3. Kaitan antara Lupus Eritematosus Sistemik dengan Dermatoglifi Tangan

Sejak Sarah Holt, dalam Fuller (1973), menemukan bahwa terdapat komponen genetik yang kuat pada jumlah guratan, yang Sejak Sarah Holt, dalam Fuller (1973), menemukan bahwa terdapat komponen genetik yang kuat pada jumlah guratan, yang

Pada tahun 1976 Schaumann dan Alter’s menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Dermatoglyphics in medical disorders” dan berisi ringkasan mengenai penemuan-penemuan pola dermatoglifi pada kondisi berbagai macam penyakit. Sedangkan saat ini pola dermatoglifi tangan bahkan dapat digunakan sebagai suatu alat diagnostik terhadap penyakit tertentu dan memiliki nilai akurasi yang cukup tinggi untuk meramalkan suatu prognosis. Tahun 2001, di Jerman, seorang dokter bernama dr. Alexander Rodewald berhasil mendiagnosis banyak kelainan kongenital berdasarkan gambaran tangan dengan tingkat akurasi mencapai 90%. Selain itu dr. Stowens pada tahun 2003 juga dapat melakukan hal yang sama untuk mendiagnosis skizofrenia dan leukimia (Ramani et al., 2011).

Diduga hampir setiap gangguan pada awal kehamilan dapat mengganggu atau mempengaruhi proses pembentukan pola dermatoglifi. Contohnya adalah ketika seorang ibu hamil keracunan Diduga hampir setiap gangguan pada awal kehamilan dapat mengganggu atau mempengaruhi proses pembentukan pola dermatoglifi. Contohnya adalah ketika seorang ibu hamil keracunan

Contoh terbaik untuk menunjukkan gangguan prenatal pada formasi dermatoglifi adalah pada penyakit sindrom Down (Trisomi 21). Sepuluh ulnar loop muncul pada sekitar 35% pasien sindrom Down dan hanya sekitar 4% pada orang normal (Verbov, 1970). Eliza (2002) menemukan bahwa pola hipotenar pada sindrom Down sangat sering berupa tipe ulnar loop sedangkan responden normal dengan tipe whorl dan ukuran sudut atd pada telapak tangan penderita sindrom Down adalah 76 – 80 sedangkan responden normal 45-49.

Pada pasien dengan sindrom Down terdapat retardasi pertumbuhan di hampir seluruh bagian dari tubuh. Pola dermatoglifi abnormal dari sindrom Down dapat dikaitkan dengan perubahan bentuk tangan dari pasien dengan sindrom tersebut. Sedangkan pada trisomi 18 terdapat frekuensi yang tinggi pada pola simple arch dan kelainan itu terjadi sebagai suatu konsekuensi akibat hipoplasia “fetal mound” (Verbov, 1970). Apabila terdapat defek genetik yang tidak mempengaruhi tungkai maka tidak ditemukan adanya pola abnormal dari dermatoglifi. Sebagai contoh tidak ditemukannya pola yang aneh pada penderita fenilketonuria dan defek biokimia lain. Namun

pada pasien skizofrenia (Penrose, 1968). Penelitian terbaru juga menemukan adanya perbedaan signifikan beberapa parameter dermatoglifi pada pasien dengan penyakit autoimun artritis reumatoid dibandingkan responden normal. Dari hasil penemuan tersebut maka disarankan pemeriksaan dermatoglifi dapat digunakan sebagai diagnostik penyaring untuk populasi dengan risiko tinggi penyakit reumatoid artritis (Elsaadany et al., 2010).

Kelainan aberasi kromosom sering menunjukkan pola dermatoglifi yang abnormal jika dibandingkan orang sehat (Vormittag, 1981). Sedangkan pada penyakit yang diakibatkan oleh kelainan gen tunggal abnormalitas dari pola dermatoglifi jarang ditemukan (Loesch, 1983). Terdapat lebih dari 25 gen diketahui berkontribusi dalam predisposisi seseorang terhadap LES (Moser, 2009). Oleh karena itu pola dermatoglifi yang abnormal dapat ditemukan pada pasien LES karena adanya kelainan pada berbagai gen tersebut.

Beberapa penelitian menurut Qazi et al. (1974), Schur (1990), Dubois et al. (1976), Vormittag et al. (1981) dilakukan untuk melihat apakah terdapat gambaran pola yang khas pada dermatoglifi tangan pasien LES dibandingkan dengan responden normal. Dari beberapa studi tersebut ditemukan hasil yang berbeda-beda namun memiliki Beberapa penelitian menurut Qazi et al. (1974), Schur (1990), Dubois et al. (1976), Vormittag et al. (1981) dilakukan untuk melihat apakah terdapat gambaran pola yang khas pada dermatoglifi tangan pasien LES dibandingkan dengan responden normal. Dari beberapa studi tersebut ditemukan hasil yang berbeda-beda namun memiliki

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Schur (1990), secara signifikan ditemukan adanya perbedaan pola dermatoglifi di palmar tangan kanan, triradius medial tangan kanan, dan triradius lateral tangan kiri pada pasien LES, kerabat dekat LES, dan responden normal. Tidak ditemukan perbedaan secara imunologi dan marker genetik lainnya. Menurut penelitian tersebut, penilaian dermatoglifi, meskipun menarik, tidak dapat memberikan petunjuk untuk investigasi lebih lanjut mengenai LES.

Penelitian mengenai dermatoglifi dan LES juga dilakukan di Austria. Penelitian tersebut memberikan simpulan bahwa terdapat beberapa parameter dari dermatoglifi telapak tangan yang berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan responden normal. Selain itu, berdasar penelitian tersebut dikatakan bahwa pola dermatoglifi tidak memiliki keterkaitan dengan antigen HLA (Vormittag et al., 1981).

Terdapat hasil yang berbeda-beda di antara penelitian yang telah dilakukan. Hal itu dapat terjadi karena penelitian tersebut dilakukan di negara yang berbeda-beda sehingga akan terdapat perbedaan ras dan populasi yang artinya dapat terjadi perbedaan latar Terdapat hasil yang berbeda-beda di antara penelitian yang telah dilakukan. Hal itu dapat terjadi karena penelitian tersebut dilakukan di negara yang berbeda-beda sehingga akan terdapat perbedaan ras dan populasi yang artinya dapat terjadi perbedaan latar