Fungsi dan Proses Regulasi Emosi

5. Fungsi dan Proses Regulasi Emosi

Kemampuan regulasi emosi atau keterampilan mengelola emosi menjadi penting bagi individu untuk dapat efektif dalam melakukan coping terhadap berbagai masalah yang mendorong individu mengalami kecemasan dan depresi. Individu yang mampu mengelola emosi-emosinya secara efektif, akan lebih memiliki daya tahan untuk tidak terkena kecemasan dan depresi. Terutama jika individu mampu mengelola emosi-emosi negatif yang dialaminya seperti perasaan sedih, marah, benci, kecewa, atau frustasi (Thompson, 1995; Goleman, 1995 dalam Safaria, 2007).

Menurut Thompson (1994, dalam Putnam, 2005) proses regulasi emosi penting untuk memperoleh emosi yang adaptif dan perilaku yang terorganisir. Thompson memandang regulasi emosi merupakan fungsi yang utama karena peran efektif regulasi emosi antara lain menanggapi emosi secara fleksibel, merespon sesuai dengan situasi, menaikkan penampilan dan merubah secara cepat dan efektif respon emosi untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. Campos (2004, dalam Putnam, 2005) tujuan implisit dari regulasi emosi adalah untuk memepertinggi emosi positif seperti kebahagiaan dan kegembiraan dan mengurangi emosi negatif seperti marah dan sedih.

Proses model regulasi emosi menurut Gross (1998) adalah sebagai berikut:

Pengalaman S 1 S 1 x

A2 m 1 Tendens

Perilaku S 2 S 3 z

A3 m 2 Respon

A4 m 3 Emosi

A5 Fisiologis

Modulasi Respon

Regulasi Awal Regulasi Akhir

Antecedent-Focused

Response-Focused

Emotion Regulation

Emotion Regulation

Gambar 1. Proses Model Regulasi Emosi

Gambar di atas menunjukkan lima strategi regulasi emosi, yaitu pemilihan situasi, modifikasi situasi, penyebaran perhatian, perubahan kognitif, dan modulasi respon. Pemilihan situasi adalah memilih situasi yang cenderung akan

dilakukan (dalam gambar terlihat situasi S 1 dipilih daripada S 2 ). Situasi yang telah dipilih perlu disesuaikan dengan memodifikasi dampak emosionalnya (S 1 x, S 2 y,

S 3 z). Situasi mempunyai aspek yang berbeda dan penyebaran perhatian digunakan untuk memlih aspek mana yang akan diperhatikan lebih fokus. Setelah memusatkan perhatian pada satu aspek situasi, perubahan kognitif mengarah pada

pemilihan dari banyaknya kemungkinan pengartian (m 1 ,m 2 ,m 3 ) yang akan didekati. Akhirnya modulasi respon menunjuk pada pengaruh tendensi respon yang telah dipilih, yang pada gambar tersebut ditunjukkan dengan pengurangan pengungkapan perilaku.

Proses regulasi emosi menurut Gross (1998; dalam Putnam, 2005):

1. Antecedent focused, Menurut Gross (1998, dalam Richard & Gross, 2000) dalam situasi yang menekan, antecendent-focused mengambil peranan menafsirkan situasi yang menekan dengan cara menurunkan emosi, proses tersebut disebut dengan penilaian kembali atau reappraisal. Tahap-tahap dalam antecendent focused antara lain:

a. Pemilihan situasi, yaitu mendekati atau menjauhi beberapa orang, tempat, atau objek sebagai usaha untuk mengatur emosi.

b. Modifikasi situasi, yaitu berusaha memodifikasi situasi yang menimbulkan emosi sebagai usaha untuk merubah pengaruh kuat emosi.

c. Penyebaran perhatian, yaitu bagaimana individu menunjukan perhatian mereka terhadap situasi yang mempengaruhi emosi mereka. Merubah fokus perhatian dengan strategi: 1). Distraction atau selingan, yaitu fokus perhatian pada situasi yang tidak

emosional. 2). Consentration, yaitu fokus perhatian pada alternatif aktivitas yang tidak emosionil. 3). Rumination atau perenungan, yaitu fokus perhatian langsung pada perasaan dan konsekuensinya.

d. Perubahan kognisi, yaitu merubah bagaimana kita menilai situasi, mengubah situasi yang emosional dengan cara mengubah bagaimana kita berpikir tentang situasi atau kemampuan kita untuk mengatur tuntutan emosi. Memodifikasi nilai-nilai kognisi dari stimulus emotional dengan cara: 1). Menilai kemampuan yaitu menilai kemampuan untuk mengatur situasi

yang dirasakan. 2). Pertahanan psikologi yaitu penolakan, isolasi, dan intelektualisasi. 3). Interpretasi positif yaitu menginterpretasikan kejadian secara lebih positif. 4). Downward social comparison yaitu membandingkan satu situasi dengan

situasi lain yang tidak menguntungkan. 5). Cognitive reframing yaitu ketika sebuah pengalaman kegagalan dengan satu tujuan tetapi penyusunan kembali pengalaman kegagalan adalah sebuah keberhasilan dengan menghormati tujuan yang lain.

6). Reappraisal yaitu merubah situasi secara kognitif sebagai usaha untuk mengurangi pengaruh emosional.

2. Response Focused Dalam proses timbulnya emosi Respponse-focused relatif belakangan, ketika reaksi emosi hampir siap untuk diaktifkan, kemudian individu mengatur emosi dengan mengurangi atau menambah (Ekman & Friesen, 1969, dalam Gross & Munoz, 1995). Response focused mempengaruhi secara langsung respon fisiologis, pengalaman, atau perilaku dengan cara: 1). Zat-zat kimia yaitu menggunakan obat-obatan, makanan, atau zat lain untuk

mengenai sasaran psikologi dan pengalaman. 2). Kegiatan yaitu menggunakan latihan atau relaksasi untuk mengurangi aspek psikologi dan pengalaman emosi negatif. 3). Mengatur ekspresi emosional yaitu menggunakan kebiasaan menyatakan perasaan untuk meningkatkan atau menurunkan pengalaman emosional. 4). Self-harm yaitu melukai diri untuk mengurangi aspek psikologi dan pengalaman emosi negatif. Jadi proses regulasi emosi terbagi menjadi dua yaitu antecendent-focused emotional regulation dan response-focused emotion regulation. Antecedent- focused emotional regulation muncul pada awal munculnya emosi meliputi pemilihan situasi, modifikasi situasi, penyebaran perhatian dan perubahan kognisi. Respone-focused emotion regulation muncul relatif belakang setelah reaksi emosi hampir siap untuk dimunculkan.