ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh Arif Ludianzah H0306042

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN KLATEN

yang dipersiapkan dan disusun oleh Arif Ludianzah H0306042

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 14 Juli 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Dr. Ir. Darsono, M.Si . Ir. Agustono, M.Si . Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP NIP. 19660611 199103 1 002

NIP. 19640801 199003 1 004 NIP. 19480808 197612 2 001

Surakarta, 23 Juli 2010 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten ”. Skripsi ini sebagai syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan dari semua pihak, baik instansi maupun perorangan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Darsono, MSi. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah telah mendampingi dan memberikan ilmu, saran dan masukan selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan yang berharga bagi Penulis.

3. Bapak Ir. Agustono, Msi. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Pendamping yang telah mendampingi dan memberikan ilmu, saran dan masukan selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan yang berharga bagi Penulis.

4. Ibu Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP selaku Dosen Penguji yang telah memberikan ilmu, saran dan masukan selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan yang berharga bagi Penulis.

5. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapeda Kabupaten Klaten, Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Klaten dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan.

9. Kedua orang tua penulis, Ayahku Suharno dan Ibuku Muryantin yang telah memberikan doa restu serta dukungan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

10. Kakakku Luluk Nur Fakhidah dan Bambang Sudibya, dan keponakanku Nafeeza rayya serta semua keluarga di rumah.

11. Guruku SMA N 7 Pak Agus dan Bu Tutik, terimakasih atas segala ilmu, nasehat, wejangan, motivasi dan do’a yang sangat berharga bagi penulis.

12. Teman-teman Exs SMA N 7, Yovano, Sigit, Yarsi-Tofan, Tata, Bibie Nurmie, Andhika dan Sahabat-sahabatku terimakasih atas persahabatan yang begitu indah dan semangat yang tak ternilai.

13. Penyemangatku, Ambarini Nur Susanti, atas support dan motivasinya.

14. Teman-teman kost Subali: Eky, Ari, Adhi Santoso, Kang Setyawan dan Teman- teman Soegali 2006 Anang Budi, Bagus, Wahyudi, Danang, Firzadi, Habib,

Lukas, Joko, Hanif, Yoga atas masukkannya dalam penyelelesaian skripsi ini.

15. Teman-teman soegirly 2006, Endang Wiwin, Hervikarani, Erna, Dina, Sauma, Tomi, Cha-cha, Roma, Vita, Melinda, Ipung, Nina, Mutasi, Amel, Ani, Fika terima kasih buat kebersamaannya selama ini.

16. Teman-teman senasib-seperjuanganku, mahasiswa Agrobisnis angkatan 2006 terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang akan selalu jadi kenangan terindah.

17. Teman-temanku mahasiswa Agrobisnis angkatan 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009, dan seluruh teman-teman Fakultas Pertanian UNS terimakasih atas segala kebersamaannya selama ini.

18. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Surakarta, Juli 2010

Penulis

22. Perkembangan Pendapatan Penduduk di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................

59

23. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................

60

24. Hasil Analisis Varian Variable-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten. ......................

63

63

25. Hasil Analisis Uji-t Masing-Masing Variabel Bebas ......................

26. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten .

64

68

27. Nilai Elastisitas Permintaan kedelai di Kabupaten Klaten ..............

28. Hasil Analisis Varian Variable-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten .................................................

71

72

29. Hasil Analisis Uji - t Masing -Masing Variabel Bebas ......................

30. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten ...

73

31. Elastisitas Permintaan Kedelai dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang di Kabupaten Klaten ..........................................................

75

DAFTAR GAMBAR

1. Kurva Permintaan ............................................................................

16

2. Pergeseran Kurva Permintaan .........................................................

25

3. Kerangka Pendekatan Masalah .......................................................

4 Grafik Perkembangan Permintaan Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ............................................................................

51

5 Grafik Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................

53

6 Grafik Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................

55

7 Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................

56

8 Grafik Perkembangan Harga telur di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ........................................................................................

58

60

9 Grafik Perkembangan Pendapatan Penduduk di Kabupaten Klaten

10 Grafik Perkembangan Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008 ............................................................................

61

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Penelitian ................................................................................

2. Regresi Analisis Permintaan Statis dan Dinamis Kedelai di Kabupaten Klaten ............................................................................

95

3. Uji Heteroskedastisitas Analisis Permintaan Statis dan Dinamis .. 102

4. Perhitungan Standar Koefisien Regresi Analisis Permintaan Statis dan Dinamis .....................................................................................

107

5. Surat Ijin Penelitian ......................................................................... 111

6. Peta Kabupaten Klaten .................................................................... 112

7. Gambar Kedelai Lokal dan Impor ................................................... 113

8. Dokumentasi Daerah Penelitian ...................................................... 113

RINGKASAN

Arif Ludianzah. H 0306042. 2010. “ Analisis Permintaan Kedelai Di

Kabupaten Klaten”. Skripsi dengan bimbingan Dr. Ir. Darsono, M.Si dan Ir. Agustono, M.Si. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian untuk menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai dan tingkat kepekaan (elastisitas) permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

Metode dasar yang digunakan deskriptif analitis. Pengambilan lokasi penelitian secara purposive di Kabupaten Klaten. Data yang dianalisis merupakan data sekunder (time series) selama 16 tahun (1993-2008). Analisis data menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan fungsi logaritma berganda, untuk memperoleh koefisien elastisitas yang di gunakan dalam model analisis statis dan dinamis.

Hasil analisis data menggunakan metode regresi non linier berganda dengan model yang dispesifikasi cukup baik, dimana model analisis statis nilai R 2 sebesar

0,880 yang berarti sebesar 88,0% permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan oleh variabel harga kedelai, harga beras, harga jagung, harga telur pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk, sedangkan sisanya sebesar 12,0% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian seperti selera dan preferensi konsumen konsumen. Berdasarkan uji F variabel harga kedelai, harga beras, harga jagung, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk secara bersama berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Berdasarkan uji t variabel jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 99%, sedangkan harga kedelai dan pendapatan penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 95%. Variabel yang dispesifikasi dalam model dan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten adalah harga beras, harga jagung, dan harga telur. Variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan kedelai adalah jumlah penduduk.

Hasil analisis data untuk model analisis dinamis diperoleh nilai R 2 sebesar 0,869 yang berarti sebesar 86,9% permintaan kedelai di Kabupaten Klaten dapat

dijelaskan oleh variabel permintaan kedelai tahun sebelumnya, harga kedelai, harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk, sedangkan sisanya sebesar 13,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian seperti selera dan preferensi konsumen konsumen. Berdasarkan uji F variabel permintaan kedelai tahun sebelumnya, harga kedelai, harga beras, harga jagung, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk secara bersama berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten. Berdasarkan uji t variabel harga kedelai dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 95%, sedangkan pendapatan penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi dalam model dan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Kabupaten Klaten adalah permintaan kedelai tahun sebelumnya, harga beras, harga jagung, dan harga telur. Variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan kedelai adalah jumlah penduduk

Elastisitas permintaan untuk model statis berdasarkan elastisitas harga, permintaan kedelai bersifat inelastis. Berdasarkan elastisitas pendapatan, kedelai merupakan barang normal. Sedangkan untuk model analisis dinamis, elastisitas permintaan jangka pendek dan jangka panjang untuk harga kedelai bersifat inelastis dengan nilai sebesar -0,134 dan -0,1595. Artinya perubahan harga kedelai sebesar 1% akan menurunkan permintaan kedelai sebesar -0,134 % dalam jangka pendek dan -0,1595% dalam jangka panjang. Nilai elastisitas permintaan jangka pendek dan jangka panjang untuk pendapatan penduduk bersifat inelastis dengan nilai sebesar 0,094 dan 0,1119. Artinya perubahan pendapatan penduduk sebesar 1% akan menaikkan permintaan kedelai sebesar 0,094% dalam jangka pendek dan 0,1119 % dalam jangka panjang. Nilai elastisitas permintaan jangka pendek dan jangka panjang untuk jumlah penduduk bersifat elastis dengan nilai sebesar 2,150 dan 2,5595. Artinya perubahan pendapatan penduduk sebesar 1% akan menaikkan permintaan kedelai sebesar 2,150 % dalam jangka pendek dan 2,5595% dalam jangka panjang.

SUMMARY

Arif Ludianzah. H 0306042. 2010. "Demand Analysis of Soybean In

Klaten Regency." Thesis with the guidance of Dr. Ir. Darsono, M. Si and Ir. Agustono, MSi Faculty of Agriculture, University of Sebelas Maret Surakarta.

The aims are to analyze and identify the factors that affect demand for soybeans and the level of sensitivity (elasticity) demand of soybean in Klaten Regency.

The basic method used descriptive analysis. Intake of study sites in a purposive in Klaten Regency. The data is analyzed secondary data (time series) during 16 years (1993-2008). Data analysis using OLS (Ordinary Least Square) with a double logarithmic function, to obtain the coefficient of elasticity that is in use in static and dynamic analysis model.

Results of data analysis using non-linear regression method with the specified model is good enough, where the static analysis model R 2 value of 0,880

which means 88,0% soybean demand in Klaten Regency can be explained by the variable soybean price, the price of rice, corn prices, prices egg income population, and population, while the remaining 12,0% is explained by other variables outside the research consumer tastes and preferences of consumers. Based on F test variable soybean price, the price of rice, corn prices, incomes of the population, and population collectively significant effect on demand for soybeans in Klaten Regency. Based on t test population variable has a significant effect on the demand for soybeans in Klaten Regency at 99% confidence level, while soybean prices and incomes of population had significant effect on demand for soybeans in Klaten Regency at 95% confidence level. Variables specified in the model and no significant effect on soybean demand in Klaten Regency is the price of rice, corn prices, and egg prices. The most influential variables on demand for soybeans is the total population.

Results of data analysis to model the dynamic analysis obtained R 2 value of 0,869 which means 86.9% soybean demand in Klaten Regency can be explained by

the variable demand for soybeans the previous year, the price of soybeans, rice prices, the price of corn, egg prices, incomes of the population, and number population, while the rest equal to 13,1% explained by other variables such research beyond consumer tastes and preferences of consumers. Based on F test of soybean demand variable to the previous year, soybean prices, the price of rice, corn prices, incomes of the population, and population collectively significant effect on demand for soybeans in Klaten Regency. Based on t test variable soybean price and the number of people significantly affected the demand for soybeans in Klaten Regency at 95% confidence level, whereas the population income significantly affect demand for soybeans in Klaten Regency at 90% confidence level. Variables specified in the model and no significant effect on soybean demand in Klaten Regency is soybean demand the previous year, the price of rice, corn prices, and the price of eggs. The most influential variables on demand for soybeans is the number of residents

Elasticity of demand for the static model based on price elasticity, demand for soybeans is inelastic. Based on the income elasticity, soy is a normal good.

Whereas for a dynamic analysis model, the elasticity of demand for short-term and long term for soybean prices is inelastic with a value of -0,134 and -0,1595. This means a change of 1% soybean prices will reduce demand for soybeans -0,134% in the short term and -0,1595% in the long term. The elasticity of demand for short- term and long-term residents for revenue is inelastic with a value of 0,094 and 0,1119. This means that changes in population income by 1% would raise soybean demand for 0.094% in the short term and 0,1119% in the long term. The elasticity of demand for short-term and long term for the total population is elastic with a value of 2,150 and 2,5595. This means that changes in population income by 1% would raise soybean demand for 2,150% in the short term and 2,5595% in the long term.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian di suatu negara harus tercerminkan oleh kemampuan negara tersebut dalam swasembada pangan, atau paling tidak mencapai ketahanan pangan. Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman, dan juga halal, yang didasarkan pada optimasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumberdaya domestik. Salah satu indikator untuk mengukur ketahanan pangan adalah ketergantungan ketersediaan pangan nasional terhadap impor (Puslitbangtan, 1995).

Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1996 pasal I tentang pangan yang dirumuskan sebagai usaha mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga, dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau untuk setiap individu (Tambunan, 2008:1).

Permasalahan utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia saat ini adalah terkait dengan fakta bahwa pertumbuhan permintaan komoditi pangan yang lebih cepat daripada pertumbuhan penyediaanya. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas komoditi pangan Permasalahan utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia saat ini adalah terkait dengan fakta bahwa pertumbuhan permintaan komoditi pangan yang lebih cepat daripada pertumbuhan penyediaanya. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas komoditi pangan

11 juta ton atau 10% dari total pemanfaatan biji kedelai. Produksi biofuel global diperkirakan akan meningkat hampir 90% selama 10 tahun ke depan, mencapai angka 192 milyar liter pada tahun 2018.

Ketika produksi kedelai domestik tidak mencukupi permintaan akan kedelai, pemerintah menetapkan kebijakan untuk impor kedelai. Masuknya kedelai impor ke dalam pasar kedelai nasional, hal tersebut mempengaruhi perilaku konsumen pasar untuk memilih kedelai impor, karena harganya yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga kedelai lokal. Namun saat ini, kondisi menjadi terbalik, dimana pasokan kedelai baik domestik maupun impor sangat menurun. Akibatnya penawaran kedelai domestik tidak mampu memenuhi permintaan di pasaran, sehingga membuat pemerintah mengambil kebijakan baru menurunkan bea masuk yang dulunya sebesar 5 - 10% menjadi 0 % pada saat ini, dengan harapan pasokan dalam negeri mampu memenuhi tingkat kebutuhan akan kedelai (Oktiningtyas, 2009).

Di Indonesia, kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang cukup besar, dan diperkirakan pada tahun 2010 ini akan mencapai 2,79 juta ton (Nasution, 1990). Sedangkan World Bank (1992) memproyeksikan bahwa pada tahun 2010 kebutuhan kedelai akan mencapai

4,90 juta ton. Permintaan kedelai yang meningkat tersebut disamping disebabkan oleh masih tingginya pertambahan jumlah penduduk (1,9% pertahun), juga akibat meningkatnya pendapatan masyarakat, serta berkembangnya industri makanan dan pakan ternak yang menggunakan bahan baku kedelai terutama untuk industri peternakan ayam ras (Puslitbangtan, 1991).

Menurut Amang dan Sawit dalam Sudaryanto (1996), konsumsi kedelai per kapita per tahun meningkat sekitar 160 persen dalam periode waktu 13 tahun dari tahun 1970 sampai 1993. Konsumsi tahu dan tempe per kapita per tahun saja meningkat berturut-turut dari 3,4 kg dan 3,9 kg pada tahun 1984 menjadi 3,9 kg dan 4,2 kg pada tahun 1990. Mengingat kemampuan produksi dalam negeri yang masih rendah, sementara permintaan terhadap kedelai akan meningkat sekitar 2,92 persen per tahun, maka impor kedelai akan meningkat dari 1,04 juta ton pada tahun 2000 menjadi 1,22 juta ton pada tahun 2010.

Tanaman kedelai merupakan tanaman yang dibudidayakan di lahan sawah dan di lahan kering. Sekitar 60% areal pertanaman kedelai terdapat di lahan sawah dan 40% lainnya di lahan kering. Areal pertanamannya tersebar di seluruh Indonesia. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan utama di Indonesia setelah padi dan jagung. Sebagian besar komoditas kedelai dikonsumsi setelah melalui olahan seperti tempe, tahu, tauco,susu kedelai dan kecap. Di samping itu, kedelai juga merupakan bahan baku pakan ternak. Kebutuhan terhadap kedelai yang terus meningkat dari tahun ke tahun, bukan saja disebabkan karena pertambahan penduduk, tetapi juga karena meningkatnya konsumsi perkapita dan pertumbuhan peternakan unggas (Siregar, 2005).

Penurunan produksi kedelai nasional, menyebabkan kebutuhan kedelai nasional semakin tidak dapat dipenuhi. Apabila diamati, peningkatan volume dan nilai impor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini berarti, produksi dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan akan kedelai. Sehingga impor yang dilakukan untuk menutup defisit tersebut. Berikut perkembangan luas panen, produktivitas, produksi kedelai, konsumsi dan volume impor kedelai nasional.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, Produksi, Konsumsi, dan Impor Kedelai di Indonesia, Tahun 2004-2008

Tahun Luas Panen

Produktivitas

Produksi Kedelai Konsumsi Impor

Ton Ton 2004

Ha Kw/Ha

Sumber : Statistika Indonesia, 2008 Sektor pertanian masih menjadi tulang punggung ekonomi di Kabupaten

Klaten, sebagian lahan sawah dan tegalan yang ada di Kabupaten Klaten digunakan sebagai lahan tanaman kedelai, dimana luasan tanamannya terbesar pada tahun 2006 mencapai 4.759 Ha. Perkembangan luas panen, produktivitas dan produksi kedelai di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 2004-2008

Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Kedelai

Ha %

Kw/Ha %

6.797 66,84 Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 2008

Tabel 2 menyatakan bahwa, produksi kedelai di Kabupaten Klaten selama lima tahun terakhir berfluktuatif dan cenderung mengalami peningkatan. Produksi kedelai terbesar terjadi pada tahun 2006 sebesar 7.780 ton dari luas panen 4.759 Ha. Selanjutnya produksi kedelai pada tahun-tahun berikutnya terus mengalami penurunan. Pada tahun 2007 produksi kedelai mengalami penurunan drastis, yaitu hanya sebesar 4.074 ton. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, diantaranya petani beralih pada komoditas pertanian lainnya yang lebih menguntungkan serta adanya alih fungsi lahan.

Kabupaten Klaten merupakan salah satu daerah yang mengkonsumsi kedelai, karena selain sebagai bahan pangan kedelai juga di gunakan sebagai pakan ternak. Perkembangan usaha kecil/rumah tangga yang menggunakan Kabupaten Klaten merupakan salah satu daerah yang mengkonsumsi kedelai, karena selain sebagai bahan pangan kedelai juga di gunakan sebagai pakan ternak. Perkembangan usaha kecil/rumah tangga yang menggunakan

Kedelai dibutuhkan sebagai bahan pangan sumber protein nabati bagi manusia dan makin diperlukan dalam berbagai industri olahan makanan yang berbahan baku kedelai. Pada umumnya permintaan kedelai di Kabupaten Klaten tiap tahunnya meningkat disertai oleh peningkatan jumlah penduduknya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji masalah permintaan kedelai di Kabupaten Klaten terkait dengan faktor-faktor yang berpengaruh serta tingkat elastisitasnya.

Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Klaten adalah 1.300.494 Jiwa, Sedangkan jumlah kebutuhan kedelai untuk konsumsi masyarakat dan pakan ternak di Kabupaten Klaten ialah 13.785.236,40 kg/tahun (BPS Kabupaten Klaten, 2008). Berikut data Jumlah produksi, permintaan, dan defisit kedelai di Kabupaten Klaten tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel

3. Tabel 3. Jumlah Produksi, Kebutuhan dan Defisit Kedelai di Kabupaten

Klaten, 2004-2008. Tahun

Produksi Kedelai

(ton/th)

(ton/th)

- 6.988 Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 2008

Tabel 3, dapat dilihat bahwa produksi kedelai di Kabupaten Klaten berfluktuatif dan cenderung mengalami peningkatan. Disisi lain permintaan kedelai di Kabupaten Klaten meningkat setiap tahunnya, sehingga ketersediaan kedelai masih belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk dan masih terjadi defisit. Semakin meningkatnya permintaan kedelai di Kabupaten

Klaten ini mendorong peneliti untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menyebabkan tingginya tingkat permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

B. Perumusan Masalah

Di Indonesia kedelai merupakan tanaman yang menduduki prioritas ketiga setelah padi dan jagung. Permintaan pasar dalam negeri untuk komoditi kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi atau bahan baku kebutuhan industri sampai saat ini belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Produksi kedelai dalam negeri mengalami penurunan dan harga ditingkat internasional naik, hal itu menyebabkan harga produk olahan yang menggunakan bahan baku dari kedelai seperti tempe, tahu, pakan ternak, dll melambung, bahkan kedelai sempat menjadi langka dipasaran. Padahal tahu dan tempe merupakan sumber protein penting yang terjangkau oleh rakyat. Produksi kedelai dalam negeri yang tidak dapat memenuhi kebutuhan menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan mengimpor kedelai dari berbagai negara pengekspor kedelai.

Induk Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (INKOPTI), melaporkan bahwa sampai saat ini, dengan berbagai alasan teknis produksi pasokan kedelai lokal hanya mampu memenuhi sekitar 10% dari total kebutuhan industri tempe/tahu Indonesia, sedangkan sisanya harus diimpor (Oktaveri, 2010).

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan olahan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan dengan bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya daya beli masyarakat akan produk yang bernilai gizi tinggi sehingga permintaan kedelai diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun yang akan datang. Oleh karena itu masalah pangan terutama kedelai yang terkait dengan penyediaan, distribusi, harga, konsumsi, permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan topik yang menarik untuk dikaji.

Produksi kedelai yang menurun diantaranya di sebabkan oleh menurunnya gairah petani menanam kedelai karena dianggap kurang menguntungkan, produktivitas kedelai masih rendah karena teknologi belum diterapkan secara tepat, lemahnya permodalan petani untuk pengadaan saprodi, dan benih kedelai unggul masih Produksi kedelai yang menurun diantaranya di sebabkan oleh menurunnya gairah petani menanam kedelai karena dianggap kurang menguntungkan, produktivitas kedelai masih rendah karena teknologi belum diterapkan secara tepat, lemahnya permodalan petani untuk pengadaan saprodi, dan benih kedelai unggul masih

di Kabupaten Klaten ? Bagaimana elastisitas permintaan kedelai di Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

2. Menganalisis elastisitas permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti serta sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pangan terutama yang berkaitan dengan meningkatkan atau menurunkan permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

3. Bagi pihak lain Hasil penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai tambahan informasi, wawasan, dan pengetahuan serta sebagai pembanding untuk penelitian selanjutnya.

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Listyaningrat (2007:59) yang berjudul Analisis Permintaan Kedelai di Kota Surakarta diketahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Permintaan Kedelai di Kota Surakarta serta elastisitas permintaan kedelai di Kota Surakarta. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Kota Surakarta antara lain, harga kedelai, harga beras sebagai barang komplementer, dan pendapatan perkapita.

Berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi (R 2 ) didapatkan nilai sebesar 0,923 yang berarti bahwa variabel-variabel bebas (harga kedelai, harga beras,

jumlah penduduk dan pendapatan perkapita) secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel tak bebas (jumlah permintaan kedelai) sebesar 92,3%. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti. Pada uji F diketahui bahwa variabel yang digunakan secara bersama-sama mempengaruhi permintaan kedelai di Kabupaten Surakarta pada tingkat signifikansi 95 %. Uji t menunjukkan bahwa variabel bebas yang signifikan terhadap permintaan kedelai adalah pendapatan perkapita saja pada tingkat kepercayaan 95%.

Penelitian Wardino (2001:76-77) yang berjudul Analisis Permintaan Kedelai di Kabupaten Wonogiri diketahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Kabupaten Wonogiri serta elastisitas permintaan kedelai di Kabupaten Wonogiri. Faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Kabupaten Wonogiri antara lain, harga kedelai, harga jagung sebagai barang substitusi, harga beras sebagai barang komplementer dan pendapatan perkapita. Data yang digunakan adalah data sekunder dan model analisis yang digunakan ada dua yaitu analisis permintaan statis dan analisis permintaan dinamis. Berdasarkan hasil analisis

Permintaan Statis, koefisien determinasi (R 2 ) didapatkan nilai sebesar 0,828 yang berarti bahwa variabel-variabel bebas (harga kedelai, harga beras, harga

jagung dan pendapatan perkapita) secara bersama-sama mampu menjelaskan jagung dan pendapatan perkapita) secara bersama-sama mampu menjelaskan

Berdasarkan analisis permintaan dinamis, koefisien determinasi (R 2 ) yang didapatkan sebesar 0,831 yang berarti bahwa variabel-variabel bebas secara

bersama-sama mampu menjelaskan variabel tak bebas sebesar 83,1%. Pada uji F diketahui bahwa variabel yang digunakan secara bersama-sama mempengaruhi permintaan kedelai di Kabupaten Wonogiri pada tingkat signifikansi 95 %. Uji t menunjukkan bahwa variabel bebas yang signifikan terhadap permintaan kedelai adalah pendapatan perkapita saja pada tingkat kepercayaan 95%. Adapun besarnya elastisitas pendapatan untuk model analisis permintaan statis adalah 1,39. Sedangkan untuk model analisis permintaan dinamis, besarnya elastisitas adalah 1,3741 untuk jangka pendek dan 1,5597 untuk jangka panjang. Tanda elastisitas disini semuanya positif yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan pendapatan 10 % maka jumlah kedelai yang diminta naik sebesar 13,741 % untuk jangka pendek dan 15,597 % untuk jangka panjang.

Berdasarkan hasil penelitian Analisis Permintaan Kedelai di Kabupaten Wonogiri, menunjukkan bahwa faktor-faktor bebas yang berpengaruh antara lain harga kedelai, harga jagung sebagai harga barang substitusi, harga beras sebagai harga komplementer dan pendapatan perkapita. Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa melalui uji F, variabel-variabel bebasnya mempengaruhi secara bersama-sama variabel tak bebasnya (permintaan kedelai di Kabupaten Wonogiri). Sedangkan melalui uji t, diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah pendapatan perkapita. Hasil penelitian di atas menjadi acuan bagi penelitian permintaan kedelai lokal dalam menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dan faktor yang memberikan pengaruh terbesar serta elastisitas permintaan kedelai di Kabupaten Klaten.

B. Tinjauan Pustaka

1. Kedelai Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah, tumbuh tegak, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Nama botani kedelai yang 1. Kedelai Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah, tumbuh tegak, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Nama botani kedelai yang

Protein, karbohidrat dan lemak adalah zat makanan penting yang diperlukan dalam jumlah relatif banyak disamping nutrisi mineral lainnya bagi kehidupan manusia. Di dalam hal ini, kedelai merupakan salah satu dari sembilan species kacang-kacangan terpenting. Kedelai adalah tanaman yang dapat memberikan dua dari tiga nutrisi tersebut yaitu protein dan lemak. Kandungan protein dan lemak dari tanaman ini sekitar 40 % dan 20 %. Di samping itu tanaman kedelai di Indonesia sudah lama dikenal sebagai tanaman bahan makanan dan telah diusahakan sejak awal abad ke 20 serta dapat dijangkau oleh daya beli rakyat dari semua lapisan masyarakat (Soeprajitno, 1980:7).

Rukmana (1995:11) menjelaskan bahwa kedelai mempunyai peran dan sumbangan yang besar bagi peyediaan bahan pangan bergizi bagi penduduk dunia, sehingga disebut sebagai ”Gold from the soil” (Emas yang muncul dari tanah) dan juga sebagai ”The World Miracle”, karena kandungan proteinnya kaya akan asam amino. Kandungan gizi kedelai di sajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Gizi Dalam Tiap 100 Gram Bahan Kedelai Banyaknya dalam 100 Gram

Kandungan gizi

Kedelai Kering Kalori

Kedelai Basah

331,00 kal Protein

286,00 kal

34,90 gr Lemak

30,20 gr

15,60 gr

18,10 gr

Karbohidrat

34,80 gr Kalsium

30,10 gr

227,00 mgr Fosfor

196,00 mgr

585,00 mgr Zat Besi

506,00 mgr

8,00 mgr Vitamin A

6,90 mgr

110,00 SI Vitamin B1

95,00 SI

1,07 mgr Vitamin C

0,93 mgr

0 0 Air

10,00 gr Bagian yang dapat dimakan

20,00 gr

100,00 % Sumber : Direktorat Gizi Depkes R.I, 2006

Kedelai sebagai bahan makanan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Di antara jenis kacang-kacangan, kedelai merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral dan serat yang paling baik. Lemak kedelai terkandung beberapa fosfolipida penting, yaitu lesitin, sepalin dan lipositol.

Kedelai sudah diyakini banyak orang untuk penyembuhan penyakit, seperti diabetes, ginjal, anemia, rematik, diare, hepatitis, dan hipertensi. Kandungan zat dalam kedelai diyakini cukup berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit tersebut. Dengan berbagai manfaat dan khasiatnya itu, sangat disayangkan sampai saat ini negara Indonesia masih belum dapat memenuhi sendiri kebutuhan akan kedelai (Wisnu, 2006).

2. Pembudidayaan Kedelai Menurut Darman (1998:8) untuk dapat tumbuh dengan baik, tanaman kedelai memerlukan tanah yang gembur, cukup lembab dan ketersediaan hara cukup di dalam tanah. Di lahan sawah, penanaman kedelai setelah panen dapat dilakukan tanpa pengolahan tanah. Apabila tanah cukup lembab, bersih dari gulma dan tanggul jerami padi di potong (dibabat) sampai ke dekat permukaan tanah. Kalau lahan masih tergenang air atau terlalu becek, perlu dibuat saluran drainase sedalam 25-30 cm di sekeliling dan dalam petakan dengan jarak 2-3 m antar saluran. Apabila tanahnya telah mongering dan banyak ditumbuhi gulma, lahan perlu diolah (minimum) dan diairi sebelum tanam. Di lahan sawah bekas panen palawija, diperlukan pengolahan tanah minimum 1 kali. Hal ini dimaksudkan untuk penggemburan tanah dan pengendalian gulma.

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara

21-34 0

C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-

27 0 C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 0

C. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu

pemasakan biji dan pengeringan hasil. (Anonim, 2009 a ). Berdasarkan Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan (1986),

waktu tanam yang tepat ialah permulaan musim hujan. Sedangkan musim panen hendaknya jatuh pada musim kemarau. Sebaiknya diadakan pertanaman serentak dalam areal yang luas. Penanaman kedelai sepanjang tahun tidak dianjurkan.

Menurut Kartasapoetra (1988:17) kebanyakan varietas tanaman ini baru memberikan hasil setelah berumur antara 3-4 bulan. Panenan sebaiknya dilakukan apabila 90 % dari kulit buahnya telah berwarna coklat, dalam kegiatan ini hendaknya diperhatikan usaha pencegahan kehilangan hasil terutama pada waktu penyabitan tanaman yang ada di lapangan dan saat perontokan.

3. Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu dan dalam periode tertentu. Hukum permintaan mengatakan bahwa untuk barang normal ada hubungan terbalik antara harga dan kuantitas, yaitu apabila harga naik maka kuantitas 3. Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu dan dalam periode tertentu. Hukum permintaan mengatakan bahwa untuk barang normal ada hubungan terbalik antara harga dan kuantitas, yaitu apabila harga naik maka kuantitas

Menurut Sukirno (2005:76) permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yang terpenting adalah:

a. Harga barang itu sendiri Semakin rendah harga suatu komoditi, semakin banyak jumlah yang akan diminta, apabila faktor lain dianggap tetap. Dan sebaliknya naiknya harga suatu komoditi menyebabkan permintaan terhadap komoditi tersebut turun.

b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut Hubungan antara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat dibedakan dalam tiga golongan, yaitu : barang pengganti (substitusi), barang penggenap/pelengkap (komplementer), dan barang yang tidak mempunyai kaitan sama sekali (barang netral).

1) Barang pengganti Sesuatu barang dinamakan barang pengganti apabila dapat menggantikan fungsi dari barang lain secara sempurna. Contohnya adalah minuman kopi dapat digantikan dengan minuman teh. Apabila harga barang pengganti murah maka permintaan terhadap barang yang digantikannya akan turun.

2) Barang pelengkap Sesuatu barang dinamakan barang pelengkap apabila barang tersebut selalu digunakan bersama-sama dengan barang-barang yang lain. Contohnya adalah gula sebagai pelengkap dari minuman kopi atau teh. Apabila harga barang pelengkap tinggi maka permintaan terhadap suatu komoditas akan turun.

3) Barang Netral

Sesuatu barang dikatakan barang netral apabila barang tersebut tidak mempunyai keterkaitan yang erat dengan barang lain. Contohnya permintaan akan beras tidak berkaitan dengan permintaan akan buku.

c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat

Perubahan pendapatan akan menimbulkan perubahan dalam permintaan barang. Berdasarkan sifat perubahan permintaan yang akan berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai jenis barang dapat dibedakan menjadi empat golongan : barang inferior, barang esensial, barang normal, dan barang mewah.

1) Barang Inferior Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orang- orang yang berpendapatan rendah. Bila pendapatan naik, permintaan akan barang inferior tersebut berkurang. Contoh, pada pendapatan yang sangat rendah orang-orang mengkonsumsi ubi kayu sebagai makanan pokok. Setelah pendapatannya meningkat dan mampu membeli beras, maka orang tersebut akan meninggalkan ubi kayu sebagai makanan pokoknya.

2) Barang Esensial Barang esensial adalah barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, yang biasanya berupa barang kebutuhan pokok seperti beras. Permintaan terhadap barang ini tidak berubah walaupun pendapatan meningkat.

3) Barang Normal Sesuatu barang dinamakan barang normal apabila barang tersebut mengalami kenaikan permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan, misalnya pakaian, sepatu, perabot rumah, dan berbagai jenis makanan.

4) Barang Mewah Barang mewah adalah jenis barang yang akan dibeli masyarakat apabila ia sudah berpendapatan sangat tinggi, misalnya perhiasan, perabot rumah yang mahal, mobil sedan, dan lainnya.

d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertntu besarnya akan menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapatan tersebut diubah corak distribusinya.

e. Cita rasa masyarakat Perubahan cita rasa masyarakat dapat mempengaruhi permintaan berbagai jenis barang.

f. Jumlah penduduk Jumlah penduduk tidak secara langsung berpengaruh terhadap permintaan suatu barang. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti dengan perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian akan semakin banyak orang yang menerima pendapatan dan ini akan menambah daya beli masyarakat. Dengan penambahan daya beli ini permintaan terhadap suatu barang akan bertambah.

g. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang. Ramalan konsumen bahwa harga-harga akan bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang.

Menurut Samuelson (2003:54) hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta adalah berbanding terbalik (negatif). Jika harga naik, kuantitas yang diminta turun, hubungan yang demikian disebut “Hukum Permintaan”. Kuantitas yang diminta cenderung turun apabila harga naik dapat dijelaskan oleh dua alasan : Pertama adalah efek substitusi, apabila harga sebuah barang naik, pembeli akan menggantinya dengan barang serupa lainnya dengan harga yang lebih murah. Kedua adalah efek pendapatan, apabila harga naik dan pendapatan tetap maka permintaan turun.

4. Kurva permintaan Menurut Sukirno (2005:78) Kurva permintaan adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga. Kurva permintaan pada umumnya menurun dari kiri 4. Kurva permintaan Menurut Sukirno (2005:78) Kurva permintaan adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga. Kurva permintaan pada umumnya menurun dari kiri

P (Harga)

Gambar 1. Kurva Permintaan

Kurva permintaan akan bergeser kekanan atau kekiri, yaitu seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2, jika terdapat perubahan-perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan pindah kekanan atau kekiri.

Gambar 2. Pergeseran Kurva Permintaan

5. Elastisitas Salah satu ukuran derajad kepekaan yang sering digunakan dalam analisis permintaan adalah elastisitas, yang didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat dari perubahan nilai salah 5. Elastisitas Salah satu ukuran derajad kepekaan yang sering digunakan dalam analisis permintaan adalah elastisitas, yang didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat dari perubahan nilai salah

Persentase perubahan Q D Q/Q

Elastisitas =

Persentase perubahan X D X/X

Dimana Q adalah jumlah barang yang diminta, X adalah variabel dalam fungsi permintaan, dan delta jumlah perubaan variabel tersebut. Oleh karena itu, setiap variabel independen dalam fungsi permintaan memiliki satu elastisitas (Arsyad, 2002:135).

Faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai elastisitasnya yaitu sebagai berikut:

a. Adanya barang substitusi. Bila suatu barang memiliki substitusi, maka permintaannya cenderung elastis (ED>1)

b. Persentase pendapatan yang digunakan/ jenis barang. Semakin besar pendapatan yang digunakan untuk mendapatkan barang kebutuhan pokok, maka permintaan semakin elastis.

c. Jangka waktu analisis/ perkiraan atau pengetahuan konsumen. Dalam jangka pendek permintaan cenderung tidak elastis karena perubaan yang terjadi di pasar belum diketahui konsumen.

d. Tersedianya sarana kredit. Bila terdapat fasilitas kredit, maka permintaan cenderung inelastis atau elastis sempurna.

(Putong, 2002:53). Menurut Arsyad (1995:46) dalam ilmu ekonomi dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu:

a. Elastisitas harga

b. Elastisitas pendapatan

c. Elastisitas silang Dari ketiga jenis elastisitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Elastisitas Harga (Ep)

Elastisitas harga menunjukkan derajad kepekaan jumlah produk yang diminta terhadap perubahan harga, cateris paribus. Elastisitas harga dapat diperoleh dengan cara:

persentase perubahan jumlah barang yang diminta Ep =

Persentase perubahan harga

1) Bila Ep > 1, permintaan elastis. Apabila harga naik 1 %, maka jumlah permintaan akan turun lebih dari 1%, begitu juga sebaliknya.

2) Bila Ep < 1, permintaan inelastis. Apabila harga naik 1 %, maka jumlah permintaan akan naik kurang dari 1%, begitu juga sebaliknya.

3) Bila Ep = 1, elastisitas tunggal (unitary elasticity). Permintaan suatu barang tidak terpengaruh oleh perubahan harga.

4) Bila Ep = 0, permintaan inelastis sempurna. Berapapun kenaikan harga suatu barang mengakibatkan jumlah barang yang diminta tetap.

5) Bila Ep = ~, permintaan elastis sempurna. Kenaikan harga sedikit saja akan menjatuhkan permintaan barang menjadi 0, dimana kurvanya berbentuk horizontal .

b. Elastisitas Pendapatan (E I )

Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta disebabkan oleh perubahan pendapatan (Income) sebesar 1 persen.

persentase perubahan jumlah barang yang diminta

Persentase perubahan pendapatan ( D Q / Q ) D Q I

Suatu produk normal yang memiliki koefisien elastisitas pendapatan bernilai tinggi (biasanya lebih besar dari 1), maka dianggap sebagai produk normal atau sekunder sedangkan produk normal koefisien elastisitas pendapatan di bawah satu (0<EI<1) dianggap sebagai barang primer atau kebutuhan pokok. Interpretasi nilai elastisitas pendapatan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Interpretasi Elastisitas Pendapatan Elastisitas Golongan

Interpretasi

barang

Positif Barang Normal Jumlah yang diminta meningkat begitu pendapatan naik

E I >1

Barang Elastis

Jumlah yang diminta lebih besar dari proporsi kenaikan pendapatan