Hubungan Self Efficacy dan Regulasi Emosi dengan Kenakalan Remaja

F. Hubungan Self Efficacy dan Regulasi Emosi dengan Kenakalan Remaja

Perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa akan membawa banyak perubahan besar bagi remaja, antara lain perubahan fisik, perubahan sosial dan perubahan emosi. Perubahan-perubahan tersebut akan menimbulkan gejolak dan ketegangan emosi dalam diri remaja (Hurlock, 1980). Dalam kondisi emosi yang Perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa akan membawa banyak perubahan besar bagi remaja, antara lain perubahan fisik, perubahan sosial dan perubahan emosi. Perubahan-perubahan tersebut akan menimbulkan gejolak dan ketegangan emosi dalam diri remaja (Hurlock, 1980). Dalam kondisi emosi yang

Self efficacy adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensi untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan (Bandura, 1977 dalam Baron 2003). Self efficacy pada remaja membantu mereka dalam mengatasi berbagai keadaan sulit akibat dari perubahan remaja dan berbagai tuntutan dari dalam diri dan lingkungannya, dengan self efficacy memungkinkan remaja mampu beradaptasi dengan kondisi sulit yang dialaminya dan mampu mengatasi konflik, sehingga remaja dapat berperilaku adaptif dan tidak terjerumus dalam kenakalan remaja.

Menurut Bandura (1997) Self efficacy tinggi dapat menghindarkan remaja dari perilaku yang beresiko seperti minum-minuman beralkohol, merokok, dan perilaku seks bebas. Self efficacy yang tinggi pada remaja dapat membantu mereka untuk melakukan tugas perkembangan sehingga dapat tumbuh menjadi manusia yang dewasa. Self efficacy yang rendah pada remaja dapat menimbulkan kenakalan remaja seperti pencurian, berbohong, merusak, terlibat dalam Menurut Bandura (1997) Self efficacy tinggi dapat menghindarkan remaja dari perilaku yang beresiko seperti minum-minuman beralkohol, merokok, dan perilaku seks bebas. Self efficacy yang tinggi pada remaja dapat membantu mereka untuk melakukan tugas perkembangan sehingga dapat tumbuh menjadi manusia yang dewasa. Self efficacy yang rendah pada remaja dapat menimbulkan kenakalan remaja seperti pencurian, berbohong, merusak, terlibat dalam

Kartono (1992) menyatakan salah satu faktor internal timbulnya kenakalan remaja adalah kondisi emosi remaja. Kondisi emosi pada masa remaja penuh dengan ketegangan, ketegangan emosi semakin meninggi dengan berbagai tuntutan dari dalam dan lingkungan yang dihadapi remaja, sehingga kemampuan mengatur emosi untuk menghasilkan reaksi yang adaptif dan dapat diterima masyarakat sekitar diperlukan bagi setiap individu termasuk remaja. Keberhasilan indvidu mengatur, mengelola emosi sehingga dapat memunculkan reaksi yang adaptif merupakan fungsi kerja regulasi emosi yang memadai.

Thompson (1994, dalam Putnam, 2005) mendefinisikan regulasi emosi sebagai proses intrinsik dan ekstrinsik yang bertanggung jawab memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosi secara intensif dan khusus, untuk menyelesaikan suatu tujuan. Campos (2004, dalam Putnam, 2005) tujuan implisit dari regulasi emosi adalah untuk mempertinggi emosi positif seperti kebahagiaan dan kegembiraan dan mengurangi emosi negatif seperti marah dan sedih.

Regulasi emosi yang rendah berhubungan dengan perilaku tidak terkontrol (uncontrolled), perilaku sosial yang tidak konstruktif, perilaku agresi yang tinggi, perilaku pro sosial yang rendah dan rentan terhadap pengaruh emosi negatif dan penolakan sosial, sebaliknya dengan regulasi emosi yang tinggi berhubungan dengan perilaku terkontrol, perilaku sosial yang konstruktif, dan perilaku pro sosial tinggi (Strongman, 2003). Eisenberg (2000) adakalanya regulasi emosi Regulasi emosi yang rendah berhubungan dengan perilaku tidak terkontrol (uncontrolled), perilaku sosial yang tidak konstruktif, perilaku agresi yang tinggi, perilaku pro sosial yang rendah dan rentan terhadap pengaruh emosi negatif dan penolakan sosial, sebaliknya dengan regulasi emosi yang tinggi berhubungan dengan perilaku terkontrol, perilaku sosial yang konstruktif, dan perilaku pro sosial tinggi (Strongman, 2003). Eisenberg (2000) adakalanya regulasi emosi

Remaja yang mempunyai regulasi emosi tinggi dapat mengetahui apa yang dirasakan, dipikirkan dan apa yang menjadi latar belakang dalam melakukan suatu tindakan, mampu untuk mengevaluasi emosi-emosi yang dialami sehingga bertindak secara rasional bukan secara emosional, dan mampu untuk memodifikasi emosi yang dialami (Thompson, 1994 dalam Putnam, 2005) sehingga dimungkinkan remaja dapat terhindar dari kenakalan remaja. Berdasarkan uraian di atas diduga kuat ada hubungan antara tingkat kenakalan remaja dengan self efficacy dan regulasi emosi.