Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi
4) Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi
Terdapat banyak lahan kosong
Gb. IV.5. Lokasi Site Sumber : RUTRK Solo Baru 1990-2010
d. Hasil :
Gb. IV.6. Lokasi terpilih Sumber : Dok. Analisa pribadi, 2010
2. Proses Penentuan Konsep Site
a. Tujuan :
b. Kriteria site :
1) Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi (total ruang yang
dibutuhkan 20000 m 2 ).
2) Kondisi lingkungan mampu mendukung keberadaan fasilitas. a)
Aspek keamanan dan kenyamanan sebagai bangunan yang menampung kegiatan anak-anak, site harus berada di daerah yang relatif aman, dalam arti arus lalu lintas tidak terlalu tinggi.
b) Gangguan kebisingan cukup kecil dan tidak berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.
c. Proses :
Dari alternatif blok site maka dilakukanlah penyaringan blok site dengan menggunakan tabel. Blok yang terpilih adalah yang paling sesuai dengan kriteria site. Tabel IV.2.Penilaian alternatif site
Kriteria
Blok site
Site A
Site B
Site C Site D
Luas lahan mampu menampung semua aktivitas yang diwadahi
(total ruang yang dibutuhkan m 2 )
Luas lahan memberikan kemungkinan pengembangan
Aspek keamanan dan kenyamanan sebagai bangunan yang
menampung kegiatan anak-anak, site harus berada di daerah yang relatif aman, dalam arti arus lalu lintas tidak terlalu tinggi, lokasi berada di daerah yang tidak rawan kejahatan Gangguan kebisingan cukup kecil dan tidak berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan
Jumlah
Sumber : Analisa pribadi, 2010 Nilai :
1 : kurang 2 : cukup 3 : sangat
d. Hasil :
Dari tabel penialian alternatif site, blok site yang memenuhi 4 spesifikasi persyaratan adalah site C.
1) Eksisting site
a) Site merupakan lahan kosong
b) Luas site
24000 m 2
Gb.IV.9.Eksisting Site Sumber : Analisa pribadi, 2010
2) Batas site
a) Sebelah utara
: Jalan utama, perumahan
b) Sebelah selatan
: Lahan kosong
c) Sebelah timur : Sekolah Kristen Kalam Kudus (SMU)
d) Sebelah barat : Jalan lingkungan, lahan kosong
Perumahan Sumber : Dokumen pribadi, 2010
Jalan utama menuju site Sumber :Dokumen pribadi,20109
C. Proses Penentuan Konsep Peletakan Pintu Utama (Main entrance) dan Pintu Servis (Service entrance)
1. Tujuan : Menentukan letak pintu utama (masuk- keluar) dan pintu servis (masuk-keluar)
Kriteria :
Pelaku kegiatan utama di Sekolah Montessori adalah anak-anak, maka penting untuk memperhatikan keamanan saat mengantar dan menjemput anak. Satu pintu utama untuk masuk dan keluar site dapat mengurangi resiko.
Proses :
Gb.IV.11.Eksisting jalan di sekitar site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
Pintu masuk terdiri dari dua bagian, yaitu pintu utama (main entrance) dan pintu servis (service entrance). Pintu utama mencakup fungsi pelayanan sedangkan pintu servis mencakup fungsi servis. Berikut aspek-aspek yang menentukan peletakan pintu utama dan pintu servis :
a. Arah datang pengunjung.
b. Mudah dikenali dan dicapai dari jalan utama.
c. Kelancaran lalu lintas dan keamanan pengguna tanpa ada gangguan dengan kegiatan sirkulasi dalam site.
d. Pemisahan fungsi.
Hasil :
Gb.IV.12.Letak pintu utama dan pintu servis
Sumber : Analisa pribadi, 2010
D. Proses Penentuan Zone Berdasarkan Tingkat Kebisingan
1. Tujuan : Mendapatkan zoning berdasarkan tingkat kebisingan, dan peletakan tanaman sebagai barier suara.
2. Kriteria : Semakin jauh sebuah zona dari sumber kebisingan maka zona tersebut keadaannya semakin tenang dan privat.
3. Proses :
Gb.IV.13.Analisa kebisingan Sumber : Analisa pribadi, 2010
4. Hasil :
E. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pencapaian
1. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Utama (ME)
a. Tujuan : Mendapatkan zoning berdasarkan pada pintu utama(ME).
b. Kriteria : Semakin jauh letak sebuah zona dari pencapaian pintu utama (ME) maka akan semakin sulit dijangkau oleh publik atau semakin privat.
c. Proses :
Gb.IV.15.Letak pintu utama/ME (masuk-keluar) site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
d. Hasil :
Gb.IV.16.Penentuan zoning berdasarkan pencapaian ME site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
2. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Pada Pintu Servis (SE)
a. Tujuan : Mendapatkan zoning berdasarkan pada pintu servis (SE).
b. Proses :
Gb.IV.17.Letak pintu servis/SE (masuk-keluar) site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
c. Hasil :
Gb.IV.18.Penentuan zoning berdasarkan pencapaian SE site
Sumber : Analisa pribadi, 2010
F. Proses Penentuan Konsep Zone Berdasarkan Fungsi
1. Tujuan : Untuk mendapatkan tata letak/zoning dalam site untuk masing-masing daerah kelompok kegiatan Sekolah Montessori.
Kriteria :
Rincian jenis aktivitas berdasarkan sifat kegiatan.
Proses :
1) Zona penerima
1) Hall
2) Ruang informasi
3) Ruang tunggu
4) Ruang pengelola
2) Zona kegiatan utama (pendidikan) a)
Ruang pendidik
b) Ruang kelas dan pendidikan KB-TK-SD
3) Zona penunjang a)
Ruang kesehatan/UKS b)
Ruang serbaguna c)
Ruang tunggu d)
Kantin e)
Koperasi
4) Zona servis Kegiatan yang bersifat operasional bangunan
Hasil :
Gb.IV.19.Penzoningan
Sumber : Analisa pribadi, 2010
G. Proses Penentuan Konsep Massa Berdasarkaan Pada Prinsip Pendidikan Montessori
Proses
Penentuan Konsep Bentuk Dasar Massa
a. Tujuan : Untuk mendapatkan bentuk dasar massa sebagai dasar merancang wadah kegiatan.
b. Kriteria : Bentuk dasar massa mengambil pendekatan filosofi hubungan antara pendidik/guru dengan murid/anak didik, khususnya hubungan dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, di mana kegiatan ini mengutamakan hubungan timbal balik yang intensif dan kemudahan sistem pengawasan antara guru dengan murid.
c. Proses :
1) Ruang kelas Montessori terdiri dari small group area dan shared learning area. Dua area
ini dipisahkan agar keteraturan dalam ruang kelas bisa tercapai (prinsip keteraturan
Montessori).
Gb.IV.20.Pembagian ruang kelas Sumber : Analisa pribadi, 2010
2) Peletakan perabot memberi anak kebebasan untuk memilih aktivitasnya di dalam kelas (prinsip kebebasan Montessori). Contoh perabot yang digunakan dalam ruang kelas Montessori : Ukuran perabot seperti meja dan kursi anak disesuaikan dengan ukuran anak sehingga anak dapat dengan mudah memindah-mindah meja dan kursi sesuai dengan aktivitas
yang diinginkan. Anak juga bisa berpartisipasi menjaga ruang kelas tetap rapi (prinsip
kebebasan dan keteraturan Montessori).
Gb.IV.21.Contoh perabot ruang kelas Montessori Sumber : Analisa pribadi, 2010