FRONT UMAT ISLAM DAN PERANANNYA DALAM KEGIATAN SOSIAL KEAGAMAAN DI KABUPATEN KLATEN 2002-2007

KEGIATAN SOSIAL KEAGAMAAN DI KABUPATEN KLATEN 2002-2007 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

LUTHFI ANNADWI MAGDA

C0505036

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

FRONT UMAT ISLAM DAN PERANANNYA DALAM KEGIATAN SOSIAL KEAGAMAAN DI KABUPATEN KLATEN

2002-2007

Disusun Oleh : LUTHFI ANNADWI MAGDA

C0505036

Telah Disetujui oleh Pembimbing

Pembimbing

Dra. Hj. Isnaini W. W, M. Pd NIP. 195905091985032001

Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Sejarah

Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum

NIP. 19540223198601200

ii

FRONT UMAT ISLAM DAN PERANANNYA DALAM KEGIATAN SOSIAL KEAGAMAAN DI KABUPATEN KLATEN

2002-2007

Disusun Oleh : LUTHFI ANNADWI MAGDA

C0505036

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal ..... ................ 2010

Jabatan

Tandatangan Ketua

Nama

Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum ( ) NIP. 19540223198601200

Sekretaris Waskito Widi W, S.S ( ) NIP. 197108282005011001

Penguji I Dra. Hj. Isnaini W. W, M. Pd ( ) NIP. 195905091985032001

Penguji II M. Bagus Sekar Alam, S.S. M.Si ( ) NIP. 197709042005011001

Dekan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A NIP. 195303141985061001

iii

PERNYATAAN

Nama : LUTHFI ANNADWI MAGDA Nim

: C 0505036

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Front Umat Islam Dan Peranannya Dalam Kegiatan Sosial Keagamaan Di Kabupaten Klaten 2002- 2007” adalah betul-betul karya sendiri, bukan dari plagiat dan tidak dibuat oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 2010 Yang membuat pernyataan

Luthfi Annadwi Magda

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada: · Ayah dan Ibu.

· Adik-adikku & Kakakku.

MOTTO

“Menuntut ilmu itu wajib bagi orang Islam laki-laki dan perempuan”

(HR. Ibnu Abdil Barri)

"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui

lagi Maha Bijaksana "

(QS Al Baqoroh 32 )

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan lancar guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana .

Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesakan skripsi ini.

2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret yang telah mencurahkan segenap pengetahuan yang dimilikinya kepada penulis.

3. Dra. Hj. Isnaini W. W, M. Pd, selaku dosen pembimbing utama karena dorongan dan petunjuk beliaulah penulis tetap mempertahankan tema untuk menyusun skripsi ini.

4. M. Bagus Sekar Alam, S.S. M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan di Jurusan Ilmu Sejarah.

vii

5. Serta terima kasih terucap kepada seluruh Staf Pengajar Ilmu Sejarah UNS, yang telah membagikan ilmunya sehingga memberikan inspirasi kepada penulis untuk mengangkat tema ini sebagai hasil skripsi.

6. Terimakasih kepada para sahabatku Masruri, Supri, Tri P, Andi, Robert, dan seluruh mahasiswa sejarah 05. yang telah memberikan semangat, sehingga dapat selesai penulisan ini.

7. Almamater.

8. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna dari penulisan skripsi ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna mencapai penulisan yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 2010 Yang membuat pernyataan

LUTHFI ANNADWI MAGDA

viii

B. Pola Gerakan Sosial dan Keagamaan FUI dalam Menghadapi Permasalahan Kemasyarakatan yang Timbul di Daerah Klaten. 46

1. Front Umat Islam Sebagai Gerakan Sosial Keagamaan…... 46

2. Front Umat Islam Sebagai Gerakan Relawan…………...... 48

BAB IV. PERANAN FRONT UMAT ISLAM TERHADAP MASYARAKAT KLATEN

A. Peranan FUI dalam Bidang Kemanusiaan dan Sosial………… 55

B. Peranan FUI dalam Bidang Keagamaan …………………….. 70

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 78 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 81 DAFTAR INFORMAN……………………………………………………… 84 LAMPIRAN………………………………………………………………….. 85

DAFTAR TABEL

A. Tabel 1 : Data Kriminal Indonesia 2005- Mei/2007………………. 30

B. Tabel 2 : Tabel Susunan Pengurus Front Umat Islam…………….. 35

C. Tabel 3 : Tabel Majlis Pengendali Front Umat Islam…………...... 40

D. Tabel 4 : Tabel Pengalaman kerelawanan FUI…………………… 56

E. Tabel 5 : Tabel Korban akibat gempa daerah Klaten……….……. 59

F. Tabel 6 : Tabel Daftar pendistribusian MCK dari UNICEF……… 61

G. Tabel 7 : Tabel Daftar penyantunan Korban gempa, Mushola dan Madrasah……………………………………………….. 62

xi

DAFTAR ISTILAH

1. Degenerasi : Kemunduran atau Kemerosotan

2. Depolitisasi : Penghilangan kegiatan Politik

3. Derivatif : Berasal dari dasar kata

4. Egosentrisme : sifat dan kelakuan yang selalu menjadikan diri sendiri

sebagai pusat segala hal.

5. Fragmentasi : Pencuplikan

6. Hujah : Tanda,bukti

7. Islamofobia : Perasaan takut terhadap Islam

8. Kejumudan : Kebekuan, kemandegan

9. Kolegial : Bersifat sama

10. Nirlaba : Tidak mencari untung

11. Presidium : Pimpinan tertinggi

12. Salaf : Orang terdahulu

13. Stagnasi : Keadaan terhenti

14. Tajdid : Pembaharuan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto-foto kegiatan FUI................................................................. 85 Lampiran 2 : Catatan harian Bapak Syafi’i S.Ag............................................. 90 Lampiran 3 : Pamflet kegiatan FUI.................................................................. 100 Lampiran 4 : Laporan FUI dalam proyek bantuan MCK dari UNICEF.......... 104 Lampiran 5 : Manajemen program rehabilitasi pasca gempa di klaten............ 113 Lampiran 6 : Progress Report aksi tanggap bencana FUI................................ 115

ii xiii

ABSTRAK

Luthfi Annadwi Magda. C0505036. 2010. Front Umat Islam dan Peranannya dalam Kegiatan Sosial Keagamaan di Kabupaten Klaten 2002-2007 Skripsi : Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini berusaha untuk melihat tentang munculnya gerakan-gerakan Islam pada masa reformasi dengan studi kasus Front Umat Islam dan peranannya dalam kegiatan sosial keagamaan di Kabupaten Klaten 2002-2007. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan pokok dalam permasalahan yaitu (1) mengenai latar belakang munculnya gerakan Front Umat Islam (FUI), (2) tentang setrategi dan pola gerakan Front Umat Islam. (3) peranan Front Umat Islam terhadap kegiatan kemanusiaan, sosial dan keagamaan di daerah Klaten.

Penelitian ini merupakan Penelitian Sejarah, Metode Penelitian yang dipergunakan adalah metode sejarah. Metode sejarah meliputi Heuristik, Kritik Sumber: Ekstern dan Intern, Interpretasi dan Historiografi. Analisa data digunakan dalam penelitian adalah analisa kualitatif deskriptif, yaitu analisa yang didasarkan pada hubungan sebab akibat dari suatu fenomena historis. Analisa data diperoleh dari dokumen/ surat kabar, wawancara dan studi pustaka.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa. Front Umat Islam didirikan pada tanggal 15 November 2002. munculnya FUI didasari oleh kepedulian para generasi muda muslim akan maraknya premanisme di Klaten, memberikan semangat untuk membela saudara-saudaranya yang teraniaya, sehingga mereka membentuk suatu kelompok yang dinamakan Front Umat Islam. FUI merupakan organisasi sosial keagamaan yang tidak berbadan hukum, karena FUI hanya sebuah komunitas bersama dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan ukhuwah Islamiyah. Isu yang dibawa oleh Front Umat Islam adalah Ukhuwah Islamiyah dan Amar ma’ruf nahi munkar. Banyaknya perpecahan yang terjadi di tubuh Islam dan permasalahan-permasalahan yang bertentangan dan dilarang oleh agama Islam membuat risih para pemuda Islam yang berkomitmen tinggi terhadap Islam, mereka menginginkan bersatunya umat Islam dan tegaknya amar ma’ruf nahi munkar . Strategi dan pola gerakan yang dilakukan oleh Front Umat Islam dalam menegakkan Ukhuwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar diantaranya adalah dengan jalan tabligh akbar, kajian rutin, dan dakwah sosial. Dakwah difokuskan pada pembinaan dan pemurnian tauhid.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, FUI mempunyai peranan yang penting dalam hal keagamaan, kemanusiaan dan sosial di Kabupaten Klaten. Ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh FUI baik dalam hal keagamaan maupun sosial, misalnya mengadakan kajian rutin maupun akbar untuk mendidik generasi muslim yang siap untuk ber Ukhuwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya Dinullah, sedangkan di bidang kemanusiaan dan sosial FUI bergerak sebagai relawan kemanusiaan ketika terjadi bencana-bencana di Indonesia hal ini dapat dilihat ketika terjadi tsunami di Aceh, Gunung Merapi, Gempa Jateng-DIY, Banjir Solo dll.

iii xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bermunculannya gerakan-gerakan Islam pasca runtuhnya rezim Orde Baru merupakan dampak nyata yang disebabkan adanya reformasi. Reformasi membuka peluang bagi umat Islam untuk menampakan perjuangannya, bentuk- bentuk kebangkitan Islam tersebut beraneka ragam. Namun ada tema-tema yang jelas seperti dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Kebangkitan Islam tersebut tampak pada pemahaman tentang sistem politik, ekonomi, dan sosial yang ada telah gagal, ketidak sukaan dengan negara-negara Barat yang senantiasa selalu memojokkan Islam membuat ketidak nyamanan umat Islam. Keyakinan bahwa Islam memberikan ideologi yang memadai bagi negara dan masyarakat, suatu alternatif yang sah untuk menggantikan nasionalisme, sosialisme, dan kapitalis

sekuler. 1 Menurut M. Amien Rais dalam ”Cakrawala Islam” terdapat

kecenderungan-kecenderungan ideologis terhadap negara-negara mayoritas Islam setelah memperoleh kemerdekaannya, yang dapat digolongkan menjadi empat kelompok. Pertama adalah Tradisionalis Islam, diwakili oleh para ulama konservatif dan pembela status quo. Yang kedua Sekular Nasional, diwakili oleh pegawai-pegawai negeri tingkat tinggi, tokoh-tokoh militer, dan kaum minoritas

1 John.L.Esposito, Ancaman Islam : Mitos atau Realitas ?, ( Bandung, Mizan, 1994 ), halaman 75.

iv iv

umumnya kemudian kehilangan daya-tarik di dalam masyarakat muslim. 2 Menurut Khursid Ahmad dalam ”The Nature of Islamic Resurgence”,

terdapat tiga kelompok pemikir-pemikir Islam kontemporer. Ketiga kelompok itu disebut kaum Modernis, Tradisionalis dan Tajdid. Wilfred Cantwell Smith dalam “ Islam In Modern History” (1957) mendefinisikan kaum Mordernis, sebagai pemikir muslim yang terbaratkan yang mencari dasar-dasar Islam untuk melegitimasi pandangan-pandangan mereka yang asing, atau orang-orang muslim yang terikat dengan tradisi mereka namun berkeinginan mengimpor gagasan- gagasan Barat tertentu yang mereka benarkan dan merujuk pada Islam terus- menerus. Di kalangan intelektual muslim tertentu, modernisme ini pada akhirnya menjadi sumber sekulerisme. Mereka mengecam taklid, mendukung penggunaan pengetahuan ilmiah dan teknik Barat, dan menempatkan akal sebagai inti pemikiran Islam. Tradisionalis pemikir muslim yang masih terikat dengan tradisi didalamnya termasuk kaum modernis, sekularis dan terbaratkan. Dan yang ketiga adalah kaum Tajdid berarti pembaharuan, usaha memperbaiki semangat Islam yang otentik, kembali ke prinsip-prinsip Islam yang fundamental sebagaimana

ditemukan dalam Al Quran dan Sunnah. 3

2 Muhammad Amien Rais, Cakrawala Islam,( Bandung : Mizan, 1987 ), halaman 187. 3 Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam, ( Bandung : Pustaka, 2001), halaman 30-31.

Dari sudut tuntutan Syariat, konsep jama’ah dalam Islam adalah konsekuensi logis. Karakteristik Islam dengan manhajnya yang konfrehensif menghendaki adanya jama’ah Islam yang akan menjaganya dan memelihara eksistensinya dalam realitas. Prinsipnya harus ada jama’ah dengan landasan : Islam sebagai Akidah, Syariat dan Manhaj yang menjadi sumber seluruh

konsepsinya. 4 Munculnya wajah-wajah jamaah pergerakan Islam di tengah masyarakat

kemudian memberikan nuansa baru terhadap masyarakat dalam memahami Islam sebagai bukan hanya sekedar ritual belaka, tetapi Islam secara menyeluruh yakni sebagai ideologi, gaya hidup, negara, hingga masalah keluarga maupun pribadi. Masyarakat menemukan pemahaman baru tentang Islam, dengan kata lain masyarakat mulai tercerahkan bahwa ternyata Islam memiliki dimensi yang begitu luas dan agung, meskipun masih banyak masyarakat yang belum bisa menerima cara pandang baru tersebut karena kebanyakan dari mereka lebih enjoy dengan cara pandang lama.

Bagi umat Islam Indonesia, kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) selama ini memang tidak memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk menegakan syariat Islam secara formal. Bahkan pergulatan antara kekuatan Islam, nasionalis dan non-muslim sendiri sudah berlangsung sebelum Republik ini diproklamirkan. Islam menjadi musuh dalam perpolitikan di Indonesia dimulai sejak dihapusnya tujuh kata yang terdapat dalam piagam Jakarta (rancangan Pancasila) pada sila pertama (Dekrit Presiden 5 Juli 1959), hingga runtuhnya

4 Sholah as-Showiy, Jama’atul Muslimin, ( Surakarta : Pustaka Al-Alaq, 1998 ), halaman 11.

vi vi

Harapan dari bergulirnya Orde reformasi adalah terciptanya jaminan kebebasan dalam menyuarakan pendapat. Tak terkecuali gerakan Islam baik di sektor politik maupun sosial-masyarakat, semua beramai-ramai menikmati angin segar kebebasan berpendapat yang kemudian iklim ini banyak yang menyebut dengan istilah demokrasi. Sehingga muncullah wajah-wajah gerakan Islam (jamaah) dengan berbagai simbol (atribut) dan paradigma gerakannya. Semuanya lantang meneriakkan semangat penegakkan syariat Islam, khilafah Islam, pemurnian aqidah Islam (anti bid’ah), negara Islam, dan lain-lain.

Syariat Islam kini kembali bergema menyertai terbukanya kebebasan bagi masyarakat Islam di Indonesia setelah runtuhnya rezim Orde Baru yang selalu memojokan Umat Islam. Secara setatistik jumlah umat Islam di Indonesia berjumlah 87,6%, jika melihat jumlah Umat Islam yang mayoritas tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa syariat Islam dapat ditegakkan di bumi Indonesia ini. Syariat Islam dapat menjadi solusi bagi rakyat Indonesia yang memimpikan kedamaian dan kemakmuran, syariat Islam juga dapat menjadi alternatif bagi panduan bermasyarakat dan bernegara. Yang sangat disayangkan adalah para pemimpin-pemimpin Islam di Indonesia tidak mempunyai pandangan yang sama mengenai penegakan syariat Islam, hal itu disebabkan karena masalah penafsiran yang berbeda-beda.

Reformasi 1998 yang menyebabkan ormas-ormas Islam parpol-parpol Islam banyak berdiri, ini merupakan sebuah kebebasan yang dirasakan setelah

vii vii

Isu tentang syariat Islam menjadi salah satu faktor lahirnya gerakan ini. Disamping problematika umat Islam yang mengalami penindasan di berbagai wilayah baik di dalam maupun di luar negeri. Dari dalam negeri seperti Ambon dan Poso, sedangkan dari luar negeri adalah invasi Amerika Serikat ke Afganistan, Irak dan konflik Palestina-Israel dan lain-lain. Selain itu berdirinya Front Umat Islam juga dilatarbelakangi oleh keprihatinan pada maraknya premanisme dan isu Kristenisasi di Klaten dan sekitarnya. Platfromnya adalah organisasi dakwah yang berkonsentrasi pada dakwah sosial.

Front Umat Islam Klaten (FUI) yang dibahas dalam studi ini merupakan satu di antara banyak gerakan Islam yang muncul di Indonesia karena pengaruh reformasi 1998 yang menyebabkan ormas-ormas Islam parpol-parpol Islam banyak berdiri. Organisasi ini merupakan salah satu di antara banyak gerakan Islam di dunia muslim khususnya di Indonesia yang dengan setia berjuang dengan tekad yang kuat demi tegaknya Dinul Islam (agama Islam). Penegakan Syariat Islam dan Amar Ma’ruf, Nahyi Munkar merupakan salah-satu faktor berdirinya

viii

Front Umat Islam. Maraknya premanisme dan isu kristenisasi di daerah Klaten dan sekitarnya karena lemahnya hukum dan pemerintahan, berbagai peristiwa yang menimpa umat muslim di Klaten pada khususnya tidak begitu diperhatikan bahkan sengaja dibiarkan sehingga melukai umat Islam. Hal ini menyebabkan munculnya gerakan yang militan dalam memerangi kedhaliman salahsatu gerakan tersebut adalah Front Umat Islam. Dalam perintah Al Quran, ”Amar Ma’ruf, Nahyi Munkar”, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, memerlukan partisipasi semua anggota masyarakat. Mengajak kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran berlaku pada masyarakat dan pemerintah, termasuk dalam urusan-urusan pemerintahan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Dalam kegiatan dakwahnya Front Umat Islam Klaten lebih condong kepada dakwah sosial dengan cara membantu masyarakat yang sedang membutuhkan bantuan, sembari membantu mereka juga memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang Islam. Dalam kegiatan sosialnya Front Umat Islam mengandalkan para anggotanya dan simpatisan yang menjadi relawan. Sebagai contohnya adalah ketika Gunung Merapi bersetatus siaga pada tahun 2006 Front Umat Islam mendirikan Posko untuk para pengungsi dan juga ketika terjadi Gempa Bumi di Jateng-DIY Front Umat Islam menjadi garda terdepan dalam penanganan korban gempa dari menolong korban yang masih hidup sampai pencarian jenazah korban yang meninggal. Mereka juga menjadi penyalur bantuan untuk korban Gempa baik di Klaten dan sekitarnya.

ix

Istilah Front dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah gerakan kesatuan atau gerakan bersama dalam mencapai suatu tujuan politik atau idiologi. 5

Organisasi keagamaan merupakan bagian tak terpisahkan dari eksistensi agama itu sendiri. Organisasi keagamaan ini memiliki bentuk dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks dari yang hanya berupa jamaah sholat, perkumpulan pengajian, organisasi masa keagamaan, sampai dalam bentuk yang kompleks

seperti negara. 6 Telah menjadi rahasia umum gerakan Islam semenjak awal abad ini tampil dalam polarisasinya yang sangat beragam, yang perkembangannya

secara umum terbagi atas dua pola pemikiran serta sosial keagamaan, yaitu antara tradisionalisme dan modernisme. 7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang melatarbelakangi munculnya organisasi Front Umat Islam (FUI) di Kabupaten Klaten ?.

2. Bagaimana setrategi dan pola gerakan sosial keagamaan Front Umat Islam (FUI) dalam menghadapi permasalahan-permasalahan kemasyarakatan yang timbul di daerah Klaten tahun 2002-2007?.

5 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, PN Balai Pustaka, 1996. 6 Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), halaman 39. 7 Delier Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, ( Jakarta : LP3ES, 1985 ), halaman 85.

3. Peran apa saja yang dilakukan Front Umat Islam (FUI) dalam bidang kemanusiaan, sosial dan keagamaan di Kabupaten Klaten tahun 2002-2007 ?.

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengetahui latar belakang munculnya Front Umat Islam Klaten.

2. Mengetahui bagaimana strategi dan dakwah Front Umat Islam dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada di Kabupaten Klaten.

3. Mengetahui peranan Front Umat Islam Klaten dalam bidang kemanusiaan, sosial dan keagamaan terhadap kehidupan masyarakat Klaten dan sekitarnya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu sejarah khususnya pergerakan Islam kontemporer di Indonesia.

2. Penelitian ini mempunyai manfaat yang sangat penting dalam rangka memperkaya khasanah historiografi di Indonesia karena masih banyak peristiwa-peristiwa lokal yang belum diteliti.

3. Untuk memberikan pengertian kepada masyarakat bahwasanya Islam bukan sesuatu yang menakutkan karena ajaran Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (universal).

xi

4. Untuk memberi masukan kepada semua pihak bahwa Islam bukanlah lawan tetapi kawan dalam membangun tatanan kehidupan yang baik.

E. Tinjauan Pustaka

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme hingga Post-Modernism, dalam buku ini dijelaskan tentang pergolakan politik di berbagai tempat, dengan corak dan pola yang beraneka ragam. Pergerakan Islam di masa modern banyak disebabkan oleh ekspansi kekuatan militer, politik, intelektual dan kultural Barat. Hal ini menyebabkan respon yang lazim disebut sebagai ”pembaharuan” di kalangan kaum muslimin. Pembaharuan ini tampil dalam berbagai dhikotomi modernis tevivalis, kaum muda-kaum tua, dan moderat/akomodasionis fundamentalis. Dikotomi dan pembelaan semacam ini jelas bukan sekadar tipologi, akan tetapi lebih jauh lagi

berakar pada posisi masing-masing dalam menghadapi ketegangan teologis. 8 Delier Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Dalam

buku ini dijelaskan tentang perkembangan pergerakan Islam di Indonesia, dan asal mula munculnya pergerakan Islam di Indonesia. perkembangan pergerakan Islam di Indonesia secara umum terbagi atas dua pola pemikiran serta sosial keagamaan,

yaitu antara tradisionalisme dan modernisme. 9 Munculnya organisasi modern seperti Muhammadiyah dan NU merupakan wujud pergolakan pemikiran tentang

8 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme

hingga Post-Modernism, ( Jakarta :Paramadina, 1996 ). 9 Delier Noer, op. cit.

xii xii

Kuntowijoyo, Paradigma Islam : Interpretasi Untuk Aksi. dalam buku ini dijelaskan tentang dinamika gerakan umat Islam di Indonesia dengan merunut pada sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Sehingga dapat mempengaruhi perkembangan pergerakan Islam saat ini. Secara kronologis dapat diamati kecenderungan gerakan Umat Islam yang terlepas dari ”mainstream” organisasi yang telah ada. Munculnya Islam jama’ah serta faktor-faktor yang

melatarbelakanginya juga disinggung dalam buku ini. 10 Sholah AS-Showiy, Jama’atul Muslimin Tinjauan salaf dalam realitas

Masa Kini. Buku ini menjelaskan bahwa pentingnya jama’ah bagi kaum muslimin dalam menegakkan Islam, Umar bin Khotthob r.a berkata, ”Sesungguhnya tak akan tegak Islam kecuali dengan Jama’ah, tak akan tegak Jama’ah tanpa kepemimpinan (pemimpin), dan tak akan terwujud kepemimpinan kecuali dengan ketaatan”. Umat Islam akan terpecah belah ketika meninggalkan Jama’ah. Dalam buku ini juga menerangkan pula beberapa kaidah pembentukan jama’ah menurut

Rasulullah SAW. 11 Fachri Ali dan Bachtiar Efendi, Merambah Jalan Baru Islam,

Rekonstruksi, Pemikiran Islam Masa Orde Baru . Dalam buku ini menampilkan analisis sosial historis perkembangan pemikiran Islam di Indonesia sejak masuknya Islam hingga perkembangan mutakhirnya berikut ketegangannya,

10 Kuntowijoyo, Paradigma Islam. Interpretasi Untuk Aksi, ( Bandung : Mizan, 1999 ). 11 Sholah as-Showiy, Jama’atul Muslimin Tinjauan salaf dalam realitas Masa Kini, (

Jakarta : Pustaka Al Alaq, 1998 ).

xiii xiii

kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar kita. 12

F. Metode Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mencapai penulisan sejarah, maka usaha untuk merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti itu melalui metode sejarah. Menurut Nugroho Notosusanto adalah kumpulan prinsip-prinsip atau aturan sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan penulisan sejarah, menilai secara kritis dan menyajikan sintesa dalam bentuk tulisan. 13 Mengingat penelitian adalah sejarah, maka prosedur penelitian menggunakan tahapan-tahapan dalam metode sejarah, sebagai berikut :

1. Heuristik, yaitu kegiatan mencari bahan atau menyelidiki sumber sejarah untuk mendapatkan bahan penelitian. Menurut Nugroho Notosusanto, heuristik adalah kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau yang merupakan peristiwa sejarah dengan cara melakukan pengumpulan bahan-bahan tertulis, tercetak dan sumber- sumber lainnya yang relevan. Di sini pencarian data dilakukan dengan cara mencari arsip dan majalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

12 Fachri Ali dan Bachtiar Efendi, Merambah Jalan Baru Islam, Rekonstruksi, Pemikiran Islam Masa Orde Baru , ( Bandung : Mizan, 1989 ).

13 Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah : Suatu Pengalaman, (Jakarta:

Yayasan Indayu, 1978), halaman 56.

xiv

Dalam tahap ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :

a. Studi Dokumenter Stusi Dokumenter adalah cara pengumpulan data yang digali dari bahan- bahan yang berbentuk dokumen. Dokumen merupakan bahan utama untuk penelitian sejarah sebagian data dan fakta yang tersimpan di dalamnya. Melalui dokumen dapat mengungkapkan pertanyaan apa, kapan, di mana dan mengapa. Dokumen dapat dibedakan menjadi dua macam : verbal yang berbentuk tulisan, sedangkan dalam arti luas selain tertulis juga meliputi foto, rekaman, monumen, artefak, dan peninggalan laiannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen antara lain surat kabar, foto-foto, rekaman kaset dari ceramah tabligh akbar.

b. Wawancara Untuk melengkapi data dan dokumen, maka studi wawancara juga dilakukan. Wawancara adalah percakapan seseorang dengan orang lain, dengan tujuan tertentu yaitu mendapatkan keterngan atau penelitian secara lisan. Metode wawancara ialah cara yang digunakan untuk tujuan tugas tertentu, mencoba

mendapatkan sumber lisan dari orang yang menjalani peristiwa itu. 14 Wawancara dengan informan tersebut bertujuan untuk menggali atau mencari informasi data-

data pribadi dan keterangan-keterangan lisan dari subyek yang diwawancarai dengan percakapan lisan dan bertatap muka. Informan dalam penelitian ini adalah :

14 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007), halaman 102-106.

xv

1. Ketua Umum FUI beliau merupakan salah satu pendiri FUI yang pertama kali sehingga mengetahui pergerakan FUI dari awal berdirinya sampai sekarang.

2. Wakil Ketua I FUI beliau merupakan kordinator lapangan FUI.

3. Wakil Ketua II FUI beliau adalah Ustad dan yang mengetahui tentang setrategi FUI dalam berdakwah.

c. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan digunakan untuk melengkapi penelitian ini. Studi kepustakaan menggunakan buku yang terkait dengan tema gerakan Islam, khususnya di Indonesia. Selain buku, studi pustaka dilengkapi dengan tabloid, majalah serta makalah yang terkait.

2. Kritik Sumber, adalah tahap mencari autentitas sumber melalui kritik intern yang menyangkut isi sumber atau melalui ekstern yang berkaitan dengan topik dan obyek yang diteliti. Kritik ini dimaksudkan untuk menentukan sumber- sumber yang dipilih apakah sumber tersebut memiliki keabsahan tentang otentitas dan kredibilitas (kesahihan sumber). Dalam sejarah cara tersebut dilakukan melalui proses kritik sumber.

3. Interpretasi kegiatan memberikan penafsiran terhadap data sejarah yang telah diteliti hasilnya. Hal tersebut dilakukan karena data yang diperoleh harus dipilahkan antara sumber yang relevan dan yang tidak relevan. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengklasifikasikan data ke dalam pola, kategori dan satuan urutan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang terdapat dalam data. Penelitian ini adalah

xvi xvi

4. Historiografi, ialah tahap akhir dalam penulisan sejarah. Historiografi merupakan kegiatan menyampaikan hasil sintesa fakta-fakta yang diperoleh dalam bentuk kisah sejarah. Dalam tahap ini peneliti merangkai fakta-fakta sejarah menjadi sebuah kisah sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya.

G. Sistematika Penulisan

Dalam upaya memudahkan penulisan penelitian ini agar mudah dipahami oleh para pembaca, maka akan dibagi menjadi beberapa bab. Dalam setiap bab memuat sub bab yang masih umum sifatnya, yang mana antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

Bab I Pada bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab II Pada bab ini akan dipaparkan pergerakan Islam di Surakarta, latar belakang berdirinya Front Umat Islam dan perkembangan pergerakan Islam pada masa reformasi.

xvii

Bab III Pada bab ini akan dipaparkan tentang struktur keorganisasian dan setrategi pola gerakan keagamaan dan sosial Front Umat Islam dalam menghadapi permasalahan-permasalahan kemasyarakatan yang timbul di daerah Klaten tahun 2002-2007

Bab IV Pada bab ini diuraikan analisa dan pembahasan mengenai peran apa saja yang dilakukan Front Umat Islam dalam bidang kemanusiaan, sosial dan keagamaan di Kabupaten Klaten tahun 2002-2007

Bab V dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan.

xviii

BAB II LATAR BELAKANG LAHIRNYA FRONT UMAT ISLAM KLATEN TAHUN 2002-2007

A. Gerakan Islam di Surakarta tahun 1905 - 1972

Agama Islam merupakan agama yang terbuka untuk siapa saja dan agama yang menerima pemeluk dari golongan dan lapisan sosial masyarakat apapun tanpa dibedakan ras maupun golongannya. Ajarannya cukup sederhana dan mudah untuk difahami. Dalam agama Islam tidak pernah ada tempat bagi keberhalaan dan keyakinan tidak rasional. Islam mengajarkan para pemeluknya agar mau mempergunakan akal, serta mendorong pemakaian intelek. Islam bukan agama dalam pengertian biasa, yang membatasi masalahnya hanya pada hal-hal pribadi saja. Tetapi merupakan pandangan hidup yang lengkap, yang melingkupi seluruh aspek kehidupan, baik pribadi dan sosial, materi dan moral, ekonomi dan politik, legal dan cultural, serta nasional dan internasional.

Kehidupan manusia dengan komunitas-komunitas kelompok masyarakat yang ada dan lingkungan kehidupan mereka akan mengalami perubahan secara terus menerus. Perubahan ini menurut ajaran Islam sering disebut sebagai

sunatullah 15 sesuatu yang merupakan realitas sosial dan pasti dialami dalam kehidupan. Dengan demikian Islam yang diyakini sebagai trensenden dan bersifat

universal, pada tingkat realitas sosial tidak dapat menghindarkan diri dari

15 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam. ( Jakarta : Paramadina, 1996 ) halaman 76.

xix xix

Kemunduran peradaban Islam, akibat penjajahan oleh negara-negara Barat, dan persinggungan Islam dengan Barat telah banyak menggoyahkan rasa percayadiri kaum muslimin. Melihat kemunduran yang dialami kaum muslimin melahirkan berbagai analisis untuk menanggulangi kemunduran itu. Lahirlah tokoh-tokoh Islam dengan berbagai analisis dan pemikiran-pemikirannya, menghiasi khasanah dunia pergerakan dan pemikiran Islam. Perlu ditekankan bahwa gerakan Islam adalah sebagai pencarian bentuk kehidupan muslim yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Gerakan ini meyakini kemunduran yang dialami umat Islam karena meninggalkan ajaran Rasulullah.

Hal ini sejalan dengan analisa Akbar S. Ahmed yang mengatakan, bahwa sambutan yang luas terhadap gerakan-gerakan ini, sesungguhnya disebabkan oleh, antara lain : faktor perlawanan terhadap Barat yang hegemonik, dan terlalu dalam ikut campur di negara-negara Islam, seperti yang terjadi di Irak, Libya, Afganistan, Bosnia, dan Palestina. Umat Islam sudah lama diperlakukan tidak adil oleh Barat secara politik, ekonomi dan budaya, sehingga mereka harus mendeklarasikan perlawanannya terhadap Barat. Dominasi Barat terhadap negara-

xx xx

Secara intelektual kaum muslim sangat lemah, oleh karena itu mereka tidak mampu melakukan dialog yang seimbang dengan Barat. Impotensi intelektual ini secara langsung atau tidak disebabkan juga oleh hubungan kekuasaan yang senjang antara Barat dan Dunia Islam. Kesenjangan ini berdampak buruk negatif terhadap perkembangan atau pertumbuhan intelektual masyarakat Islam. Pada giliranya masyarakat Islam hanya menjadi konsumen- konsumen ideologi Barat, dan tidak dapat melihat lagi perbendaharaan Islam

sendiri yang kaya-raya. 16 Di masa sekarang ini nampaknya kaum muslim mulai merasakan mutlak

perlunya untuk kembali kepada identitas dan khasanah Islam sendiri, setelah terbukti bahwa imitasi atas segala yang bercorak Barat, termasuk konsep kenegaraan dan sistem sosial, tidak memberikan kebahagiaan kepada mereka baik lahir maupun batin. Para pemimpin dan cendekiawan muslim kian menyadari bahwa Islam sebagai agama wahyu Allah, sesungguhnya sangatlah tepat dijadikan referensi atau bahan rujukan besar, yang tidak habis-habisnya ditimba bagi pembinaan kehidupan manusia yang lebih damai, adil, tenteram dan sejahtera. Dengan demikian tidak berlebihan jika kita katakan bahwa dewasa ini kaum muslimin sedang memasuki revolusi tahap ketiga, yaitu revolusi mental dan intelektual, untuk menemukan kembali ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh.

16 Muhammad Amien Rais, Cakrawala Islam, ( Bandung : Mizan, 1987 ), halaman 36.

xxi

Setelah berakhirnya sistem kekhalifahan tahun 1924, dunia Islam mulai ramai membicarakan konsep negara Islam. Selama masa penjajahan Barat atas dunia Islam, kaum muslimin tidak sempat dan juga tidak mampu berpikir tentang ajaran agama mereka secara jelas, komprehensif dan tuntas mengenai pelbagai masalah. Untuk kurun yang cukup lama kaum muslimin secara sengaja dipisahkan dari ajaran-ajaran Islam oleh penjajah Barat, dan dalam proses alienasi masyarakat Islam dari agamanya itu, kolonialisme dan imperialisme Barat melakukan proses peracunan-Barat (westoxication) atas dunia Islam. Sebagai masyarakat Islam kemudian dihinggapi penyakit yang oleh Abul Hassan Bani Sadr disebut westomania, sejenis penyakit kejiwaan yang menganggap Barat adalah segala-

galanya. 17 Muncullah berbagai kelompok Islam yang ingin menegakkan agamanya, baik organisasi lokal maupun nasional.

Surakarta merupakan salah-satu kota di Indonesia yang menjadi pusat munculnya organisasi-organisasi Islam di Indonesia, misalnya munculnya Serikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh pengusaha batik Solo, pada tahun 1905 Haji Samanhoedi (1868-1956) mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) di Surakarta. Umat Islam memberikan respon besar terhadap organisasi yang menjadi simbol persatuan umat melawan hegemoni penjajah ini. Dalam waktu singkat SDI telah mempunyai cabang di berbagai pelosok Indonesia.

Pada tahun 1912, organisasi ini mengubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI) yang dalam waktu tujuh tahun kemudian telah mampu menghimpun dua

17 Ibid, halaman 36.

xi xi

gentar Gubernur Jenderal Belanda AWF Idenburg. Karena itu, ia berusaha memecah SI menjadi perkumpulan kecil, dengan hanya memberikan pengakuan pada cabang-cabangnya yang mempunyai anggaran dasar sendiri dan tidak

memiliki kaitan dengan pusat. Namun, siasat Idenburg ini gagal. 19 Selama masa- masa awal kemunculannya, SI selalu mengedepankan semangat nasionalisme

Islam Jawa untuk menggalang dukungan dari kalangan rakyat. Maka wajar kemudian SI sering terlibat dalam gerakan protes, baik pada pemerintahan kolonial maupun pada pihak keraton Surakarta Hadiningrat. Setelah kantor pusat SI pindah ke Surabaya, SI Solo lebih cenderung pada gerakan Islam Marxis yang dibawa oleh Haji Misbah. Gerakannya tetap menyuarakan pembelaan pada kaum tertindas. Pada waktu digantinya nama SDI menjadi SI tahun 1912 pada tahun itu juga muncul sebuah organisasi Islam di Yogyakarta yang dinamakan Muhammadiyah.

Muhammadiyah didirikan K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Yogyakarta, pada saat itu juga di Solo Muhammadiyah berkembang dengan pesat. Sedangkan Muhammadiyah Klaten berdiri pada tahun 1920, yang dirintis Kyai Ibrahim seorang ulama dari Solo. Di awal berdirinya Muhammadiyah masih berbentuk cabang, yakni cabang Klaten Kota, dengan sekretariat di rumah Bapak

18 Turnan Kahin, George Mc, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia . ( University Press, Pustaka Sinar Harapan,1995 ), halaman 85.

19 Anwar Haryono, Perjalanan Politik Bangsa: Menoleh ke Belakang Menatap Masa Depan , ( Jakarta : Gema Insani Press ), halaman. 20.

xxiii

H. Sierad. Muhammadiyah mempunyai peranan yang penting dalam masyarakat, Muhammadiyah memiliki dominasi yang kuat di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Sekolahan Muhammadiyah di Surakarta mulai dari TK, MI/SD, SMP/MTS, MA/ SMA/SMK sampai perguruan tinggi ada. Bahkan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) merupakan perguruan tinggi swasta paling besar di Surakarta. Di bidang kesehatan Muhammadiyah memiliki PKU Muhammadiyah yang merupakan rumah sakit besar, Muhammadiyah juga memiliki klinik-klinik kesehatan yang tersebar di berbagai tempat di Surakarta. Demikian juga dengan jaringan ekonomi Muhammadiyah sangat bagus dan terbukti telah mampu memberi konstribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan anggotanya. Dan dari perkembangannya Muhammadiyah telah berkembang dan berpengaruh di negara-negara Jiran seperti Malaysia dan Singapura. Kemudian organisasi Islam yang berdiri setelah Muhammadiyah adalah Nahdlatul Ulama (NU).

Sejak didirikannya NU pada tahun 1926 oleh K.H. Hasyim Ashari, NU sebagai organisasi sosial-keagamaan, NU memiliki dua aspek penting, yakni

aspek doktrin dan aspek tradisi. 20 Dua aspek di dalam NU tersebut berjalan sebagaimana doktrin Islam, dan tradisi umumnya masyarakat muslim. NU lebih

dominan pada adat, tradisi dan kemasyarakatannya. Hal ini didukung oleh paham

20 Zaki Badawi, A Dictionary of The Social Scienses; English, French,Arabic”, ( Beirut: Librairie du Liban, 1993 ). halaman 56.

xxiv xxiv

Munculnya ormas-ormas Islam seperti Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama (NU), merupakan contoh yang nyata. Masa-masa ini sering disebut sebagai

masa munculnya Islam modern. 21 Interaksi umat Islam Indonesia dengan wacana keagamaan dan dinamikanya tidak mungkin dipisahkan dengan dinamika di luar

negeri khususnya Timur Tengah. Karena bagaimanapun organisasi Islam yang telah mapan seperti Nahdhlatul Ulama maupun Muhammadiyah pun terinspirasi dan bisa dikatakan mengadopsi perkembangan wacana keagamaan yang berkembang di sana. Dalam tubuh Nahdhlatul Ulama sendiri pengaruh gerakan- gerakan tarekat yang mengadopsi dari luar negeri seperti Naqsabandiyah dan Tijaniyah yang berpusat dan berkembang di Syiria dan Mesir cukup signifikan, begitu pula pergerakan Islam Al-Haramain dengan tokohnya Syaikh Muhammad Maliki yang berkembang di Nejd menjadi rujukan utama para ulama di Nahdhliyin . Sedangkan Muhammadiyah pada awal-awal berdirinya tidak terlepas mengadopsi ide-ide pembaharuan Islam moderat yang dipelopori Syaikh Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad Abdul Wahab, hingga Jamaludin Al-Afghani ataupun Muhammad Iqbal. Dari perbedaan pemahaman tersebut membuat NU dan Muhammadiyah mengalami konflik yang berkepanjangan.

21 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, ( Jakarta : LP3ES, 1985 ), halaman 110.

xxv

Di tahun 1935 kota Solo digunakan sebagai tempat muktamar NU (Nahdlatul Ulama) ke-10 yang sekaligus menandai gesekan konflik baru antara

Muhammadiyah dengan NU yang lebih sinkretis. 22 Konflik antara organisasi- organisasi Islam tersebut membuat risih masyarakat muslim yang mendambakan

persatuan umat, sehingga muncullah organisasi-organisasi yang bertujuan untuk menyatukan umat muslim. Sebagai contohnya adalah MTA yang berdiri pada tahun 1972.

Majelis Tafsir Al-Quran adalah lembaga dakwah dalam bentuk yayasan yang didirikan oleh Ustadz Abdullah Tufail Saputra pada tanggal 19 September 1972. Sebagai seorang pedagang Ustadz Abdullah Tufail Saputra pernah berkeliling ke berbagai wilayah Indonesia. Ia melihat bahwa amalan umat Islam dimana-mana jauh dari tuntunan Islam. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak bisa bersatu. Ia telah menempuh berbagai cara untuk menyatukan kelompok- kelompok Islam namun tidak mendapat tanggapan yang positif dari para tokoh dikalangan umat Islam. Akhirnya beliau memutuskan untuk mendirikan lembaga dakwah yang bertujuan mengajak umat Islam kembali kepada Al Qur'an dan As Sunnah yang kemudian diberi nama Yayasan Majlis Tafsir Al Qur'an (MTA). Sekarang MTA (Majelis Tafsir Al-Quran) dipimpin oleh H. Ahmad Sukina, di

22 Robby Sugara, Islam Radikal di Solo dari Kelompok Muslim Modernis, ( www.syirah.com ) di akses 27 April 2010. halaman 1.

xxvi

Surakarta mempunyai peranan pada bidang penerbitan dan dakwah lewat radio MTA. 23

Pasca kemerdekaan gerakan Islam di Solo lebih terpengaruh pada kondisi dan isu nasional. Hal ini berlangsung sampai pada tahun 1998 ketika terjadi momentum reformasi. Gerakan Islam di Solo terbagi menjadi dua bagian besar. Pertama yang moderat dan kedua yang radikal. Yang moderat diwakili oleh NU, MTA dan Muhammadiyah sedangkan yang radikal diwakili MMI (Majelis Mujahidin Indonesia), HTI (HisbutTahrir Indonesia), FPIS (Front Pemuda Islam Surakarata), LUIS (Laskar Umat Islam Surakarta) dan FKAM (Forum

Komunikasi Aktifis Masjid). 24

B. Munculnya Gerakan-gerakan Islam Pada Masa Reformasi.

Krisis moneter pada bulan Juli 1997, yang sebelumnya telah melanda beberapa daerah Asia, mulai menyentuh Indonesia. Hal itu terlihat dari turunnya secara drastis nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika menyentuh angka psikologis Rp 6.200,00 setiap Dolarnya, kemudian nilai tukar Rupiah terus melorot. Terjadinya krisis moneter itu sangat berlawanan dengan prediksi-prediksi pemerintah dan beberapa pengamat sebelumnya yang mengatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia kuat, dan siap memasuki Era Pasar Bebas. Rakyat dikagetkan oleh melambungnya harga-harga bahan makanan pokok yang

23 Ibid. halaman 2. 24 Ibid. halaman 1.

xxvii xxvii

Dari krisis moneter berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis multi dimensi, yang akhirnya menjadi krisis kepercayaan. Terjadi pelarian modal ke luar negeri, dan lahirlah krisis perbankan. Terjadi pula Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dimana-mana. Demonstrasi-demonstrasi terjadi dimana-mana yang disertai dengan anarkisme. Puncaknya terjadi 14 Mei 1998 massa melampiaskan kemarahannya, sehingga terjadi pembakaran-pembakaran dan anarkisme massa yang banyak memakan korban, tidak hanya harta benda saja akan tetapi nyawa manusia juga menjadi korbannya. Akhirnya krisis politik pun tidak dapat dicegah tuntutan dan desakan agar Soeharto mundur menjadi tidak terbendung lagi.

M. Amien Rais salah seorang tokoh reformasi, dalam pertemuannya dengan komisi II DPR 18 Mei 1998 menyatakan, “Hari-hari pemerintah Orde Baru sudah bisa dihitung. Bukan lagi a matter of months (hitungan bulan). Jangan terlambat lagi karena setelah tanggal 20 Mei, saya khawatir the whole political landscape has changed dramatically and completely (seluruh peta perpolitikan

berubah sepenuhnya secara dramatis)”. 25 Setelah pertemuan Amien Rais dengan komisi II DPR, sore harinya gedung DPR/MPR didatangi ribuan Mahasiswa,

suasana di gedung rakyat itu diliputi ketegangan. Mahasiswa menuntut sidang istimewa MPR, dan Presiden Soeharto mundur. Akhirnya pada hari kamis, 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB di Istana Merdeka Presiden Soeharto mengucapkan pidato pengunduran dirinya. Berikut cuplikan pidato Presiden.

25 A.M. Fatwa, Dari Cipinang Ke Senayan, ( Jakarta : INTRANS, 2003 ), halaman 63.

xxviii

“………dengan memperhatikan ketentuan pasal 8 UUD 1945 dan secara sungguh-sungguh memperhatikan pandangan-pandangan DPR dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya membacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998………sesuai dengan pasal 8 UUD 1945, maka Wakil Presiden RI, Prof. Dr. Ir. B.J. Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan

Presiden/mandataris MPR 1998-2003”. 26

Mundurnya Presiden Soeharto dan naiknya Wakil Presiden B.J Habibie menjadi Presiden, menandai lahirnya Era reformasi. Euphoria politik menyambut reformasi sangat terasa dengan cepatnya proses pertumbuhan partai politik. Dalam kurun waktu kurang dari sepuluh bulan (akhir Mei 1998 hingga awal Februari 1999), jumlah partai politik yang berdiri mencapai 181 buah. Artinya dalam masa itu setiap bulan berdiri sekitar 18 partai baru, atau setiap pekan berdiri 4-5 partai

baru. 27 Disamping itu banyak terjadi demontrasi-demontrasi massa menyampaikan aspirasi mereka secara bebas, dibebaskanya tahanan-tahanan

politik masa Orde Baru, berkembangnya kebebasan Pers. Reformasi adalah istilah untuk pembangunan masyarakat yang banyak digunakan di negara-negara Amerika Latin. Dalam bahasa Inggrisnya disebut social reform. Reformasi sosial atau pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk peningkatan taraf hidup masyarakat tentunya harus berdasarkan dalil-dalil pembangunan pula.

Euphoria reformasi ternyata tidak hanya membawa kepada hal yang positif saja akan tetapi dampak-dampak negatif mulai terlihat yang mengarah pada tindakan-tindakan pengrusakan seperti yang terjadi saat awal reformasi 1998,

26 Ibid, halaman 71. 27 Eef Saefullah Fatah, Zaman Kesempatan : Agenda-agenda Besar Demokratisasi Pasca

Orde Baru , ( Bandung : Mizan, 2000 ), halaman 248.

xxix xxix

20 Mei 2002 , Timor Timur diakui secara internasional sebagai negara merdeka dengan nama Timor Leste , pada masa Habibie, maka beberapa daerah lainnya juga ingin melepaskan diri dari NKRI. Daerah itu adalah Aceh dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka), Irian dengan OPM (Organisasi Papua Merdeka), dan Maluku dengan RMS (Rakyat Maluku Selatan) menginginkan hal yang sama untuk memisahkan diri dari NKRI.

Tidak siapnya rakyat dan pemerintahan Indonesia dalam menerima reformasi yang dibarengi dengan krisis, yang mengakibatkan harga-harga bahan pokok melambung tinggi hal itu menyebabkan kemiskinan meningkat tajam tindak kriminalpun secara otomatis juga meningkat karena pengaruh ekonomi. Indonesia merupakan salah satu negara muslim terbesar di dunia, jika tingkat kriminalitas tinggi secara otomatis yang terkena dampak dari kriminalitas itu adalah masyarakat muslim, oleh karena itu mereka membuat kelompok-kelompok yang membela masyarakat muslim.

xxx