Universitas Sumatera Utara
2.1.7. Interaksi Orangtua dan Anak
Menurut Galvin dan Brommel, keluarga merupakan sebuah kelompok manusia yang memiliki hubungan yang akrab yang mengembangkan rasa
berumah tangga dan identitas kelompok, lengkap dengan ikatan yang kuat mengenai kesetiaan dan emosi dan mengalami sejarah dan menatap masa depan
Budyatna Ganiem, 2012: 169. Anak dan orangtua merupakan salah satu jalinan hubungan yang ada didalam keluarga.
Dari segi keberadaan anggota keluarga, maka keluarga dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Keluarga inti Nuclear Family, yaitu keluarga yang didalamnya hanya
terdapat tiga posisi sosial, yaitu suami – ayah, istri – ibu, dan anak Sibling.
2. Keluarga Batih Extended Family, yaitu keluarga yang terdiri dari
keluarga besar yang masih memiliki kedekatan.
Interaksi pertama manusia terjadi dalam keluarga. Biasanya, lingkungan pertama yang berhubungan dengan seorang anak adalah orangtua, saudara dan
kerabat dekat yang tinggal serumah. Melalui keluargalah seorang anak mengetahui proses sosial. Peranan komunikasi yang sangat penting dalam
keluarga yaitu adanya interaksi yang meliputi saling bertukar informasi antar anggota, sarana sosialisasi bagi anak dan melatih tugas – tugas yang ada didalam
rumah tangga, keluarga dan sebagai dasar dalam melakukan kerja sama dengan anggota keluarga Mardiah, 1999: 6.
Orangtua dan anak saling berinteraksi dengan erat dan saling membutuhkan. Pada hubungan tersebut, orangtua harus tetap memiliki kedudukan yang lebih
kuat dari pada anaknya Grusec, 1997: 27. Hubungan antara orangtua dan anak di cirikan dengan adanya rasa saling tergantung dan menguntungkan, karena di
dalam hubungan tersebut terdapat berbagai kebutuhan dan harapan. Anak tergantung pada orangtua.
Secara garis besar, interaksi orangtua dan anak dibagi menjadi empat macam, diantaranya konflik, kerja sama, suasana kebersamaan, dan belajar
melalui pengamatan Grusec, 1997: 34 – 35. 1.
Konflik Menurut Macobby dan Martin, interaksi antara orangtua dan anak sering
diwarnai dengan konflik apabila telah mengarah pada pola penegakan
Universitas Sumatera Utara
disiplin orangtua untuk mengendalikan perilaku anak. Konflik antara orangtua dan anak sering terjadi pada kondisi yang bersifat ambigu.
Konflik dapat terjadi apabila negosiasi dan kompromi antara orangtua dan anak tidak tercapai. Konflik dapat terjadi apabila tidak terjadi
kesepahaman dalam proses komunikasi antargenerasi.
2. Kerja Sama
Proses kerja sama antara orangtua dan anak dapat terjalin apabila ada kesamaan tujuan dan terjadi penerimaan di kedua pihak. Pada proses
kerja sama, anak harus bersedia mendengarkan dan melaksanakan perintah dari orangtuanya. Anak harus berusaha memenuhi harapan
orangtuanya. Selain itu, orangtua juga harus mampu menunjukan perilaku kooperatif dengan tetap memperhatikan dan menerima saran
dari anak.
3. Suasana Kebersamaan
Suasana kebersamaan tidak akan tercipta apabila selama proses interaksi, orangtua cenderung memaksakan kehendak dan bereaksi
secara emosional kepada anak. Hubungan yang telah terjalin lama akan menghasilkan berbagai konsekuensi pada kedua pihak, berupa reaksi
umpan balik terhadap perilaku yang dilakukan oleh orang lain. Oleh karena itu, orangtua harus mampu mencari strategi yang tepat untuk
menjamin rasa aman pada diri anak, dengan menghindari tindakan kekerasan ketika mendisiplinkan anak.
4. Belajar Melalui Pengamatan
Selama proses sosialisasi, seorang anak tidak hanya cukup melakukan imitasi saja melakukan pengamatan, tetapi anak tersebut juga berperan
aktif dalam menyeleksi nilai dan perilaku orang lain di lingkungan sosialnya. Belajar melalui pengamatan tidak hanya berperan dalam
proses pentransferan, tetapi juga berperan untuk memahami nilai dari orangtuanya. Interaksi orangtua dan anak sangat penting dalam proses
internalisasi nilai, karena interaksi tersebut menyediakan konteks untuk melakukan komunikasi dan negosiasi.
Menurut Fitzpatrick dan rekan, komunikasi keluarga tidaklah bersifat acak, tetapi sangat terpola berdasarkan atas skema – skema tertentu yang menentukan
bagaimana anggota keluarga berkomunikasi satu dengan lainnya. Skema – skema ini terdiri atas pengetahuan mengenai seberapa intim suatu keluarga, derajat
individualitas dalam keluarga, dan faktor eksternal keluarga seperti teman, jarak geografis, pekerjaan, dan hal – hal lainnya di luar keluarga Morissan, 2014: 291.
Untuk menciptakan hubungan yang baik dalam keluarga diperlukan adanya sikap keterbukaan dan kejujuran didalam melakukan interaksi. Menurut Rahmat
Universitas Sumatera Utara
Mardiah, 1999: 6, sikap amat besar dalam komunikasi interpersonal. Ada dua sikap dalam berkomunikasi yaitu sikap terbuka dan tertutup. Ciri – ciri sikap
komunikasi terbuka yaitu menilai pesan secara objektif, berorientasi pada isi dan fleksibel. Sementara sikap tertutup yaitu menilai pesan berdasarkan motif pribadi,
kaku, menolak pesan yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Interaksi dan waktu merupakan dua komponen mendasar bagi relasi
orangtua dan anak. Menurut Hide Lestari, 2012: 17 relasi orangtua dan anak mengandung beberapa prinsip pokok, yaitu:
1. Interaksi. Orangtua dan anak berinteraksi pada suatu waktu yang
menciptakan suatu hubungan. Berbagai interaksi tersebut membentuk kenangan pada interaksi di masa lalu dan antisipasi terhadap interaksi di
kemudian hari.
2. Kontribusi mutual. Orangtua dan anak sama – sama memiliki
sumbangan dan peran dalam interaksi, demikian juga terhadap relasi keduanya.
3. Keunikan. Setiap relasi orangtua dan anak bersifat unik melibatkan dua
pihak, dan karenanya tidak dapat ditirukan dengan orangtua atau dengan anak lain.
4. Pengharapan masa lalu. Interaksi orangtua – anak yang telah
membentuk suatu cetakan pada pengharapan keduanya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, orangtua akan memahami bagaimana
anaknya akan bertindak pada suatu situasi. Demikian pula sebaliknya anak kepada orangtuanya.
5. Antisipasi masa depan. Karena relasi orang – tua anak bersifat kekal,
masing – masing membangun pengharapan yang dikembangkan dalam hubungan keduanya.
Diperlukan usaha agar tercapai komunikasi yang baik dengan cara membina dan memelihara komunikasi di dalam keluarga. Hubungan antara anggota
keluarga harus dipupuk dan dipelihara dengan baik. Dalam membina hubungan baik antara suami istiri, ayah ibu, membutuhkan waktu yang cukup, diwarnai
suasana yang santai sebagai kesempatan saling mengungkapkan isi hati, atau kekesalan yang berkaitan dengan pekerjaan masing – masing dan keakraban yang
menyejukan. Karena biasanya kendala komunikasi antara orangtua dan remaja
Universitas Sumatera Utara
berpangkal pada masalah waktu. Orangtua mengalami dan Gunarsa Gunarsa, 2004 : 207
Agar komunikasi, hubungan timbal balik bisa terpelihara dengan baik, maka hubungan timbal balik dalam keluarga menggambarkan kaitan yang kuat sebagai
berikut Gunarsa Gunarsa, 2004: 208 1.
Hubungan suami istri berdasarkan kasih dan cinta 2.
Hubungan orangtua dengan didasarkan kasih sayang 3.
Hubungan orangtua dengan anak remaja berdasarkan kasih sabar 4.
Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sesama Komunikasi keluarga yang efektif antara orangtua dan anak yaitu jelas,
singkat, lengkap, mudah dimengerti, tepat dan saling memperhatikan, dapat membentuk gaya hidup dalam keluarga yang sehat. Selain itu, komunikasi yang
penuh dengan kasih sayang, persahabatan, kerjasama, penghargaan, kejujuran, kepercayaan, dan keterbukaan akan memberikan dampak situasi hubungan yang
sehat antara orangtua dan anak, sehingga tercipta suatu keadaan yang harmonis dan tentram didalam keluarga.
2.1.8. Remaja