Penalaran Hukum (Legal Reasoning) Putusan Perkara KPPU No. 102015 dalam Perdagangan Sapi Impor di (JABODETABEK).

4. Penalaran Hukum (Legal Reasoning) Putusan Perkara KPPU No. 102015 dalam Perdagangan Sapi Impor di (JABODETABEK).

  Penalaran hukum (legal reasoning) adalah kegiatan berpikir problematis tersistematis (gesystematiseerd probleemdenken) dari subjek hukum (manusia) sebagai makhluk individu dan sosial di dalam lingkaran kebudayaannya. Penalaran hukum dapat didefinisikan sebagai kegiatan berpikir yang bersinggungan dengan pemaknaan hukum yang multiaspek

  (multidimensional dan multifaset). 50

  1. Pertimbangan sebelum memutus Setelah membaca laporan dugaan pelanggaran, membaca tanggapan parar terlapor

  terhadap laporan dugaan pelanggaran, mendengar keterangan para saksi, keterangan para ahli, keterangan para terlapor, membaca surat-surat dan dokumen-dokumen perkara, membaca kesimpulan hasil persidangan dari investigator dan para terlapor.

  Sekretariat Komisi telah melakukan penelitian tentang adanya Dugaan Pelanggaran Pasal 11 dan Pasal 19 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Perdagangan Sapi Impor (JABODETABEK), setelah dilakukan penyelidikan, pemberkasan dan gelar laporan maka Komisi menyatakan layak untuk masuk ke tahap Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 10KPPU-I2015.

  2. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal

  A. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

  49 Ibid, h 970 50 Shidarta, “Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan”, (Disertasi, Universitas Katolik

  Parahyangan, 2004), halaman 486

  Pasal 11 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 menyatakan “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat ”Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi mempertimbangkan unsur- unsur sebagai berikut:

  a) Unsur Pelaku Usaha

  Pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. Pelaku usaha dalam perkara a quo adalah PT Andini Karya Makmur, (Terlapor I), PT Andini Persada Sejahtera (Terlapor II), PT Agro Giri Perkasa (Terlapor III), PT Agrisatwa Jaya Kencana (Terlapor IV), PT Andini Agro Loka (Terlapor V), PT Austasia Stockfeed (Terlapor VI), PT Bina Mentari Tunggal (Terlapor VII), PT Citra Agro Buana Semesta (Terlapor VIII), PT Elders Indonesia (Terlapor IX), PT Fortuna Megah Perkasa (Terlapor X), PT Great Giant Livestock (Terlapor XI), PT Lembu Jantan Perkasa (Terlapor XII), PT Legok Makmur Lestari (Terlapor XIII), PT Lemang Mesuji Lestary (Terlapor XIV), PT Pasir Tengah (Terlapor XV), PT Rumpinary Agro Industry (Terlapor XVI), PT Santosa Agrindo (Terlapor XVII), PT Sadajiwa Niaga Indonesia (Terlapor XVIII), PT Septia Anugerah (Terlapor XIX), PT Tanjung Unggul Mandiri (Terlapor XX), PT Widodo Makmur Perkasa (Terlapor XXI), PT Kariyana Gita Utama (Terlapor XXII), PT Sukses Ganda

  Lestari (Terlapor XXIII), PT Nusantara Tropical Farm (Terlapor XXIV), PT Karya Anugerah Rumpin (Terlapor XXV), PT Sumber Cipta Kencana (Terlapor XXVI), PT Brahman Perkasa Sentosa (Terlapor XXVII), PT Catur Mitra Taruma (Terlapor XXVIII), PT Kadila Lestari Jaya (Terlapor XXIX), CV Mitra Agro Sangkuriang (Terlapor XXX), CV Mitra Agro Sampurna (Terlapor XXXI), PT Karunia Alam Sentosa Abadi (Terlapor XXXII), Dengan demikian unsur pelaku usaha terpenuhi.

  b) Perjanjian

  Esensi dari perjanjian dalam perkara a quo adalah pada apakah terdapat perbuatan mengikatkan diri satu pelaku usaha atau lebih kepada pelaku usaha lain berupa rangkaian pertemuan yang membahas mengenai kuota dan harga sapi impor yang dilakukan dalam wadah 
APFINDO difasilitasi APFINDO melalui rangkaian pertemuan yang pada akhirnya penunjukkan kesamaan tindakan yang dilakukan oleh para Terlapor yang diperkuat 
dengan alat bukti pengakuan. Dengan demikian unsur perjanjian 
terpenuhi.

  c) Pelaku Usaha Pesaing

  Pelaku usaha pesaing adalah pelaku usaha lain yang berada di dalam satu pasar bersangkutan dalam perkara a quo adalah PT Andini Karya Makmur, (Terlapor I), PT Andini Persada Sejahtera (Terlapor II), PT Agro Giri Perkasa (Terlapor III), PT Agrisatwa Jaya Kencana (Terlapor IV), PT Andini Agro Loka (Terlapor V), PT Austasia Stockfeed (Terlapor VI), PT Bina Mentari Tunggal (Terlapor VII), PT Citra Agro Buana Semesta (Terlapor VIII), PT Elders Indonesia (Terlapor IX), PT Fortuna Megah Perkasa (Terlapor X), PT Great Giant Livestock (Terlapor XI), PT Lembu Jantan Perkasa (Terlapor XII), PT Legok Makmur Lestari (Terlapor XIII), PT Lemang Mesuji Lestary (Terlapor XIV), PT Pasir Tengah (Terlapor XV), PT Rumpinary Agro Industry (Terlapor XVI), PT Santosa Agrindo (Terlapor XVII), PT

  Sadajiwa Niaga Indonesia (Terlapor XVIII), PT Septia Anugerah (Terlapor XIX), PT Tanjung Unggul Mandiri (Terlapor XX), PT Widodo Makmur Perkasa (Terlapor XXI), PT Kariyana Gita Utama (Terlapor XXII), PT Sukses Ganda Lestari (Terlapor XXIII), PT Nusantara Tropical Farm (Terlapor XXIV), PT Karya Anugerah Rumpin (Terlapor XXV), PT Sumber Cipta Kencana (Terlapor XXVI), PT Brahman Perkasa Sentosa (Terlapor XXVII), PT Catur Mitra Taruma (Terlapor XXVIII), PT Kadila Lestari Jaya (Terlapor XXIX), CV Mitra Agro Sangkuriang (Terlapor XXX), CV Mitra Agro Sampurna (Terlapor XXXI), PT Karunia Alam Sentosa Abadi (Terlapor XXXII) merupakan pelaku usaha yang berada pada pasar bersangkutan yang sama, dengan demikian unsur pelaku usaha pesaing terpenuhi.

  d) Yang Bermaksud Untuk Mempengaruhi Harga

  Sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 11, suatu kartel dimaksudkan untuk mempengaruhi harga. Untuk mencapai tujuan tersebut anggota kartel setuju mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa sebagaimana terbukti adanya rescheduling sales yang dikategorikan sebagai sebagai pengaturan pasokan yang berdampak pada kenaikan harga. Dengan demikian unsur yang bermaksud untuk mempengaruhi harga terpenuhi.

  e) Mengatur Produksi danatau Pemasaran Suatu Barang

  Mengatur produksi artinya adalah menentukan jumlah produksi baik bagi kartel secara keseluruhan maupun bagi setiap anggota. Hal ini bisa lebih besar atau lebih kecil dari kapasitas produksi perusahaan atau permintaan akan barang atau jasa yang bersangkutan. Sedangkan mengatur pemasaran berarti mengatur jumlah yang akan dijual dan atau wilayah dimana para anggota menjual produksinya. Dalam perkara a quo pengaturan pemasaran yang dilakukan oleh para Terlapor terbukti dengan adanya perilaku rescheduling sales yang dikategorikan sebagai pengaturan danatau Mengatur produksi artinya adalah menentukan jumlah produksi baik bagi kartel secara keseluruhan maupun bagi setiap anggota. Hal ini bisa lebih besar atau lebih kecil dari kapasitas produksi perusahaan atau permintaan akan barang atau jasa yang bersangkutan. Sedangkan mengatur pemasaran berarti mengatur jumlah yang akan dijual dan atau wilayah dimana para anggota menjual produksinya. Dalam perkara a quo pengaturan pemasaran yang dilakukan oleh para Terlapor terbukti dengan adanya perilaku rescheduling sales yang dikategorikan sebagai pengaturan danatau

  f) Mengakibatkan Terjadinya Persaingan Usaha Tidak Sehat.

  Pasal 1 angka 6 Pedoman Pasal 11 
Peraturan Komisi Nomor 04 Tahun 2010 menyatakan bahwa persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur. Kartel adalah suatu kolusi atau kolaborasi dari para pelaku usaha. Oleh karena itu segala manfaat kartel hanya ditujukan untuk kepentingan para anggotanya saja, sehingga tindakan-tindakan mereka ini dilakukan secara tidak sehat dan tidak jujur. Dalam hal ini misalnya dengan mengurangi produksi atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha, misalnya dengan penetapan harga atau pembagian wilayah, tindakan penahanan pasokan yang dilakukan para Terlapor dengan cara tidak merealisasikan jumlah kuota impor sapi (SPI) yang telah disetujui oleh pemerintah dan melakukan rescheduling sales telah mengakibatkan kenaikan harga yang tidak wajar yang merugikan kepentingan konsumen danatau kepentingan umum. Dengan demikian unsur mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat terpenuhi.

  B. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 19 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

  Pasal 19 huruf c Undang-Undang Nomor 5 
Tahun 1999 menyatakan “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa membatasi peredaran dan atau penjualan Pasal 19 huruf c Undang-Undang Nomor 5 
Tahun 1999 menyatakan “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa membatasi peredaran dan atau penjualan

  a) Pelaku Usaha

  Pelaku usaha dalam unsur ini adalah pelaku usaha sebagaimana dimaksud melakukan satu atau beberapa kegiatan baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain. Pelaku usaha yang dimaksud dalam 
perkara a quo merupakan pelaku usaha yang berada dalam pasar bersangkutan yang sama yaitu pasar penjualan sapi impor di wilayah Jabodetabek. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa para Terlapor baik secara sendiri maupun bersama-sama telah melakukan tindakan yang mengakibatkan realisasi impor sapi tidak sesuai dengan persetujuan impor yang ditetapkan (diamanatkan) Pemerintah. Para Terlapor dengan difasilitasi oleh APFINDO telah secara seragam melakukan tindakan serupa untuk pengatur penjualan dalam rangka menjaga pasokan kepada pelanggannya. Dengan demikian unsur Melakukan Satu Atau Beberapa Kegiatan Baik Sendiri Maupun bersama Pelaku Usaha Lain terpenuhi.

  b) Membatasi Peredaran danatau Penjualan Barang 
dan atau Jasa pada Pasar Bersangkutan

  Sebagaimana telah diuraikan, telah terjadi penahanan peredaran danatau penjualan sapi impor di wilayah JABODETABEK yang dilakukan oleh para Terlapor secara seragam dengan cara tidak melakukan realisasi impor sesuai dengan 
jumlah kuota yang ditetapkan Pemerintah secara seragam dengan cara 
Rescheduling Sales Dengan demikian, unsur Membatasi Peredaran dan atau Penjualan Barang dan atau Jasa pada 
Pasar Bersangkutan terpenuhi.

  c) Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli Dan Atau Persaingan Usaha Tidak

  Sehat

  Tindakan penahanan pasokan yang dilakukan para Terlapor dengan cara tidak merealisasikan jumlah kuota impor sapi (SPI) yang telah disetujui oleh pemerintah dan melakukan rescheduling sales telah menimbulkan dampak pada kenaikan harga yang tidak wajar yang merugikan kepentingan konsumen. Dengan demikian, unsur Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan atau persaingan Usaha Tidak Sehat terpenuhi.

  3. Pertimbangan Majelis Komisi Sebelum Memutus Setelah mempertimbangkan Laporan Dugaan Pelanggaran, Tanggapan masing-masing

  Terlapor terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran, keterangan para Saksi, keterangan para Ahli, keterangan para Terlapor, surat-surat danatau dokumen, Kesimpulan Hasil Persidangan yang disampaikan baik oleh Investigator maupun masing-masing Terlapor (fakta persidangan), Majelis Komisi menilai, menganalisis, menyimpulkan, dan memutuskan perkara berdasarkan alat bukti yang cukup tentang telah terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 yang diduga

  dilakukan oleh para Terlapor dalam Perkara Nomor 10KPPU-I2015. 51

  Majelis Komisi sebelum memutus mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan bagi para Terlapor sebagai berikut;

  1. Bahwa Majelis Komisi menilai terlapor XIV selama 
dalam proses persidangan tidak kooperatif dalam menyerahkan surat danatau dokumen, maka Majelis Komisi mengenakan denda pemberat sebesar 30 (tiga puluh per seratus);

  2. Bahwa Majelis Komisi menilai terlapor XI, terlapor XIV, dan terlapor XXIV selama dalam proses persidangan tidak kooperatif dengan tidak hadir memenuhi panggilan pemeriksaan dalam kapasitasnya sebagai terlapor, maka Majelis Komisi

  51 Putusan Perkara Nomor 10KPPU-I2015, h 904 51 Putusan Perkara Nomor 10KPPU-I2015, h 904

  3. Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan adanya hubungan afiliasi diantara para terlapor, maka Majelis Komisi mengenakan denda pemberat masing-masing sebesar

  10 (sepuluh per seratus);

  4. Bahwa sesuai pertimbangan Majelis Komisi, Majelis Komisi memiliki penilaian khusus bagi terlapor II, IX, X, XIV, XVIII, XIX, XXIII, XXV, XXVI, XXVIII, XXX, dan terlapor XXXII, maka Majelis Komisi mengurangi denda masing-masing sebesar

  20 (dua puluh per 
seratus).

  5. Bahwa menilai terlapor I sampai terlapor XXXII telah bersikap baik dan kooperatif selama proses persidangan, maka Majelis Komisi mengurangi denda masing-masing sebesar 10 
(sepuluh per seratus). Kecuali terlapor XIV Majelis Komisi mengenakan denda pemberat sebesar 30 (tiga puluh per seratus). 52

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24