Hasil Analisis Statistik
V.3 Hasil Analisis Statistik
Analisis statistik dilakukan pada 9 titik ukur yakni P3, P4, Pz, F3, F4, Fz, C3, C4, Cz untuk naracoba A dan 2 titik ukur yakni P3, P4 untuk Naracoba B, C dan D seperti pada subbab V.3.1 dan V.3.2. Analisis statistik dilakukan dengan membuat distribusi amplitudo kedalam histogram amplitudo, yakni pembagian amplitudo kedalam rentang-rentang amplitudo sehingga diperoleh frekuensi (frequency of occurence). Dari distribusi histogram amplitudo akan diperoleh nilai masing-masing parameter yakni Mean, Standar Deviasi, Skewness dan Kurtosis.
V.3.1 Naracoba A
Distribusi histogram amplitudo dibagi atas Pra, Pasang jarum dan Proses akupuntur sehingga diperoleh hasil seperti ditunjukan pada Gambar V.3.
A. Skala ketiga S a gambar sa ama
B. Skala gamb S bar disesuaik kan
Gam mbar V.3. H Histogram A Amplitudo ti itik ukur P3 3
Perhatikan Gambar V.3A, terlihat bahwa setelah dilakukan amplitudo histogram dari titik ukur P3 diperoleh hasil bahwa pada Proses akupuntur nilai frekuensinya lebih besar dibanding Pra akupuntur, hal ini terkait data pada Proses akupuntur
lebih banyak dan mengumpul pada rentang amplitudo -50 sampai 50 μV. Hal tersebut dapat diamati lebih jelas pada Gambar V.3B, dimana standar deviasi dari distribusi Pasca akupuntur menurun ditandai sempitnya lebar pita amplitudo dibanding dengan standar deviasi Pra maupun Pasang jarum dimana pita amplitudo lebih lebar, artinya standar deviasi besar.
Untuk menganalisa distribusi amplitudo dari ke-9 titik ukur naracoba A digunakan empat parameter statistik seperti yang diperlihatkan pada Tabel V.1.
Kondisi Parameter P3 P4 Pz F3 F4 Fz C3 C4 Cz
0.0011 0.0231 0.0318 -0.0194 -0.0074 -0.0117 0.003 -0.0131 0.0059
Mean
Standar Deviasi 21.3825 21.3667 21.3225 19.3735 18.3439 18.4182 19.0597 21.3371 18.2983 Akupuntur Skewness 10.6263 11.0681 12.2383 15.0795 14.5263 18.2778 14.907 11.5123 18.0822
Pra
Kurtosis
0.0008 -0.0158 -0.011 0.01 0.0203 0.0129 0.008 0.0552 0.012 Pasang Standar Deviasi 20.6937 18.4567 14.6949 17.716 17.7923 12.0006 15.5156 16.6644 7.73 Jarum Skewness 1.1458 1.357 1.8518 1.3418 1.176 2.4616 1.6241 1.5461 8.1155
Mean
Kurtosis
0.0078 0.0049 -0.0011 0.0014 -0.0004 -0.0014 -0.0019 0.0029 -0.0017
Mean
Standar Deviasi 12.7236 13.1598 12.0771 8.8806 8.8139 7.149 9.1388 9.6546 7.06 Akupuntur Skewness 2.8947 2.6222 3.6657 8.5035 6.7958 8.1281 7.7914 5.184 8.764
Proses
Kurtosis
Tabel V.1. Parameter statistik Pra, Pasang Jarum dan Proses akupuntur
Pada Tabel V.1, terlihat bahwa nilai mean cenderung menurun pada saat Proses akupuntur dibanding dengan Pra akupuntur, hal ini menunjukan bahwa terjadi pergeseran nilai amplitudo rata-rata akibat akupuntur. Demikian halnya dengan parameter standar deviasi, juga mengalami penurunan saat Proses akupuntur, yang mengindikasikan terjadinya penurunan fluktuasi amplitudo akibat akupuntur. Hal ini dimungkinkan karena naracoba pada Proses akupuntur cenderung berada dalam kondisi rileks atau bahkan tidur. Penurunan nilai parameter mean dan standar deviasi menuju nilai nol (0) menunjukan distribusi saat Proses akupuntur menuju distribusi Gaussian.
Parameter r skewness secara um mum juga mengalam mi penurun nan saat P Proses akupuntur r, khususny ya dibagian n Parietal lobe nilain nya lebih kecil diban nding Frontal lo obe dan Cen ntral lobe . Berdasarka an literatur bagian Par rietal merup pakan bagian ya ang sensitif f terhadap s sensasi sep erti sentuha an ataupun n tusukan ja arum. Sedangkan n untuk par rameter kurt tosis menga alami penur runan saat P Proses akup puntur untuk bag gian Parie tal tetapi untuk bagi ian Fronta al dan Cen ntral meng alami kenaikan.
Jika dilaku ukan segme entasi data k kedalam du urasi segmen ntasi 1 detik k, 5 detik d an 10 detik mak ka akan dipe eroleh hasil distribusi p parameter st tatistik untu uk ke-9 titik k ukur relatif sep erti yang di itunjukan ol leh Gamba r V.4 A, B dan C.
A. Dist tribusi Param meter Statis stik durasi s segmentasi 1 detik
B. Dist tribusi Param meter Statis stik durasi s segmentasi 5 detik
C. Distr ribusi Param meter Statis tik durasi se egmentasi 1 10 detik
Gambar
V.4. Perban ndingan seg gmentasi 1 d detik, 5 deti ik dan 10 de etik Naraco ba A
Berdasark kan perband dingan segm mentasi dura asi 1 detik, 5 5 detik dan 10 detik, te erlihat bahwa par rameter mea an dan stan ndar deviasi i makin men nurun seirin ng bertamba ahnya durasi seg gmentasi. H al ini diseb abkan oleh semakin ba anyak jumla ah nilai pem mbagi sedangkan n nilai masi ing-masing data relatif f konstan. A Akibat dari p penurunan mean
dan stand dar deviasi maka para ameter skew wness dan kurtosis m meningkat se eiring
bertambah hnya duras si segmenta asi. Untuk k lebih jel as perhatik kan persam maan
(IV-1(IV- -2 (IV-3 , dan n (IV-4 ).
Jika kemu udian dilaku ukan histog gram terhad ap empat p parameter st tatistik dipe eroleh hasil yang g ditunjukan n dalam Ga ambar V.5 A A, B, C, D yang merup upakan histo ogram untuk dur rasi segmen ntasi 1 det ik. Jika dip perhatikan terlihat dis stribusi kee empat parameter r tersebut sa aat Proses akupuntur mendekati distribusi G Gaussian. U Untuk parameter r mean dan s standar dev viasi cender rung menga alami penuru unan, sedan ngkan untuk para ameter skew wness untuk k standar de viasi histog gram dan ku urtosis histo ogram memiliki kecondong an ke kiri, sehingga n nilai skewn ness -nya po ositif. Dan u untuk parameter r kurtosis sa aat Proses ak kupuntur leb bih tinggi d dibanding Pr ra akupuntu ur.
A. Mean H Histogram
B. Standar Dev S viasi Histogr ram
C C. Skewnes s Histogram m
D D. Kurtosis s Histogram m
Gam mbar V.5. H Histogram P Parameter S Statistik dura asi segment tasi 1 detik
V.3.2 Naracoba B, Naracoba C dan Naracoba D
Pada bagian ini dikuantifikasi parameter statistik dengan titik ukur P3 dan P4. Dengan menggunakan cara yang sama pada naracoba A diperoleh hasil keempat parameter statistik untuk naracoba B, C dan D seperti ditunjukan oleh Tabel V.2.
Naracoba D Kondisi Parameter
Naracoba B
Naracoba C
Mean 2.1119 0.0363 0.1902 0.1239 1.1395 0.1058 Standar Deviasi 54.728 19.5221 36.181 18.3509 48.3112 41.8873
Pra Skewness -0.0989 -0.0638 0.0341 0.3381 -0.7502 1.063
Kurtosis 7.556 2.536 3.8476 3.6389 36.0463 34.8435 Mean -0.313 -0.0797 0.197 0.1494 0.155 0.09 Standar Deviasi 48.1174 32.957 9.1182 6.0434 10.7865 9.2127
Proses Skewness -0.0927 1.7729 -0.0274 0.0369 -0.1278 -0.0182
Kurtosis 28.1442 119.069 12.2216 8.0446 14.1224 10.2612 Mean
0.0349 0.0471 0.0551 0.1792 0.3086 -0.5598 Standar Deviasi 13.0854 9.381 21.0151 9.758 38.4217 34.1368
Pasca Skewness 0.0162 -0.0105 -1.6955 -5.2183 -0.8829 -1.6324
Kurtosis 38.143 41.1955 88.1511 142.856 56.305 48.9107
Tabel V.2. Parameter Statistik Pra, Proses dan Pasca akupuntur
Secara umum hal yang sama pada naracoba A juga terjadi pada naracoba B, C dan
D, yakni nilai parameter mean dan standar deviasi mengalami penurunan yang menunjukan bahwa fluktuasi distribusi amplitudo cenderung stabil Pasca akupuntur. Sedangkan untuk parameter skewness mengalami kenaikan untuk naracoba C dan D dimana nilainya negatif yang menunjukan bahwa distribusi cenderung condong ke kanan. Parameter kurtosis cenderung mengalami kenaikan Pasca akupuntur menunjukan distribusi lebih berpuncak.
Untuk distribusi dari masing-masing parameter secara umum dinamikanya hampir sama dengan naracoba A, demikian juga dengan analisis histogram dari masing- masing parameter.