Durasi segmentasi 10 detik

C. Durasi segmentasi 10 detik

Gambar V.7. Contour distribusi power spectral dengan durasi segmentasi yang

berbeda-beda

V.4.1 Naracoba A

Pada naracoba A dikuantifikasi parameter power spectral untuk masing-masing ke-9 titik ukur. Diperoleh hasil yang dikelompokkan dalam lobe yakni Parietal, Frontal , dan Central lobe yang dapat secara lengkap dilihat pada lampiran.

Perhatikan Gambar V.8 yang merupakan contour titik ukur P3 dan P4. Jika diperhatikan gambar tersebut terlihat bahwa frekuensi yang dominan berada pada rentang frekuensi gelombang Delta (0 – 3 Hz) dan gelombang Alpha (8 – 13 Hz), demikian juga dengan titik ukur yang lain. Dan jika keseluruhan titik ukur seperti pada lampiran diamati terlihat bahwa gelombang Alpha Parietal lobe lebih dominan dibanding gelombang lainnya kecuali untuk waktu 8 – 12 menit gelombang dominan pada frekuensi Delta (0 – 3 Hz) dan Teta (4 – 7 Hz).

Pada bagian Frontal tidak terlalu nampak perbedaan yang signifikan antar ke-3 titik ukur yakni F3, F4 dan Fz kecuali jika dibandingkan dengan bagian parietal nilai power spectral-nya lebih rendah (Tabel V.3) disamping itu ditandai berkurangnya warna merah yang mengindikasikan nilai yang tinggi (lampiran).

Untuk bagian Central, perbedaan yang cukup menarik adalah pada titik ukur C4 dan Cz. Pada titik ukur C4, nilai power spectral lebih tinggi pada frekuensi delta (0 - 3 Hz) sampai menit ke-18 kemudian makin berkurang sesudahnya. Sedangkan pada titik ukur Cz terlihat munculnya gelombang teta (4 – 7 Hz) walaupun tidak dominan dibanding gelombang alpha dan delta (Gambar V.9). Dibanding dengan bagian Parietal dan Frontal, bagian Central nilainya lebih rendah dan untuk semua titik ukur nilai terendah adalah titik ukur berekstensi-z atau yang berada digaris tengah otak (Tabel V.3).

Tingginya nilai power spectral pada bagian parietal dan frontal mengindikasikan bahwa bagian ini lebih sensitif menerima sensasi sentuhan dan rasa nyeri yang muncul pada stimulasi akupuntur.

A. Titik ukur P3

B. Titik ukur P4

Ga ambar V.8. Contour di stribusi pow wer spectrall titik ukur P P3 dan P4

A. Titik ukur C4

B. Titik ukur Cz

Gambar V.9. Contour dis stribusi pow wer spectrall titik ukur C C4 dan Cz

Nilai distr ribusi rata-r rata power s spectral unt tuk rentang g frekuensi gelombang EEG ditunjukan n seperti p pada Gam mbar V.10 untuk par rietal lobe dengan d durasi segmentas si 10 detik.

Gamba ar V.10. Di istribusi rata a-rata powe r spectral parietal lobe p e untuk dura asi

s egmentasi 1 10 detik

Terlihat b bahwa gelo ombang be eta selalu l lebih kecil dibanding gkan gelom mbang lainnya. G Gelombang g aktif Pra a akupuntur r didomina asi oleh ge elombang delta, ditandai n nilai yang p aling tinggi i (garis war rna biru). S edangkan P Proses akup puntur lebih berf fluktuasi an ntara gelom mbang delta dan alpha. . Untuk me elihat lebih jelas perhatikan n Tabel V

V.3 yang m menyatakan n nilai rata a-rata powe er spectral l Pra akupuntur r, Pasang jar rum dan Pro oses akupun ntur.

Rata-rata power spectral ( 2 μV ) Kondisi Gelombang

16.26 16.01 14.60 13.46 12.02 11.85 13.09 13.71 11.71 Akupuntur Alpha 23.16 23.50 23.04 10.37

Teta

9.95 9.36 12.10 13.94 10.28 Beta 6.66

6.78 6.76 6.64 5.88 6.47 6.49 6.88 6.36 Delta 34.50 28.47 19.12 23.58 26.94 12.61 19.34 35.92 6.21 Pasang

Teta 9.09 8.12 5.27 5.33 5.26 2.63 5.07 4.60 1.72 Akupuntur Alpha 13.58 16.16 14.96

3.77 3.82 2.48 5.25 6.81 3.32 Beta 1.03

Tabel V.3. Nilai rata-rata power spectral Pra dan Pasca akupuntur

Dari tabel tersebut terlihat bahwa Pra akupuntur gelombang otak dominan berada pada gelombang Delta dengan nilai power spectral tertinggi pada titik ukur C4

2 (37,80 2 μV ) dan P3 yakni (26,04 μV ) dan terendah pada titik ukur Cz yakni (15,43 2 μV ).

Kemudian Proses akupuntur terjadi perubahan dominasi frekuensi gelombang otak. Secara umum semua titik ukur mengalami penurunan. Proses akupuntur gelombang Alpha lebih dominan pada bagian parietal dengan titik ukur tertinggi

pada P4 yakni (16,16 2 μV ), sedangkan untuk bagian frontal dan central dominan tetap pada gelombang Delta. Jika diamati secara keseluruhan nilai power spectral

terendah pada titik ukur Cz yakni (0,61 2 μV ).

Jika diamati kesimetrisan antara hemisphere kanan dan kiri untuk masing-masing lobe , yaitu Parietal, Frontal dan Central diperoleh hasil seperti pada Tabel V.4. Nilai positif menunjukan bahwa hemisphere kiri lebih tinggi dibandingkan dengan hemisphere kanan. Nilai selisih hemisphere kiri dan kanan pada saat Pra akupuntur terbesar berada pada gelombang Delta, sedangkan Proses akupuntur terjadi perubahan pada bagian parietal dengan nilai terbesar pada gelombang Alpha. Hal ini menunjukan bahwa bagian parietal memiliki sensitifitas akibat Jika diamati kesimetrisan antara hemisphere kanan dan kiri untuk masing-masing lobe , yaitu Parietal, Frontal dan Central diperoleh hasil seperti pada Tabel V.4. Nilai positif menunjukan bahwa hemisphere kiri lebih tinggi dibandingkan dengan hemisphere kanan. Nilai selisih hemisphere kiri dan kanan pada saat Pra akupuntur terbesar berada pada gelombang Delta, sedangkan Proses akupuntur terjadi perubahan pada bagian parietal dengan nilai terbesar pada gelombang Alpha. Hal ini menunjukan bahwa bagian parietal memiliki sensitifitas akibat

Kondisi Gelombang Parietal Frontal Central

Delta

1.44 2.07 -19.21

0.25 1.44 -0.62 Akupuntur

-2.58 -0.05 -1.56

Beta

Tabel V.4. Selisih power spectral hemisphere kiri dan kanan durasi segmentasi

10 detik

Jika dilakukan pengamatan nilai standar deviasi dari distribusi power spectral diperoleh hasil seperti pada Tabel V.5. Terlihat bahwa terjadi penurunan standar deviasi Pra dan Proses akupuntur. Pra akupuntur standar deviasi terbesar berada pada gelombang Delta. Proses akupuntur standar deviasi terbesar pada gelombang Teta (hemisphere kiri) dan Delta (hemisphere kanan dan tengah otak). Ini menunjukan bahwa terjadi respon dalam tubuh akibat akupuntur.

Standar Deviasi power spectral ( 2 μV ) Kondisi Gelombang

Teta 34.81 35.45 36.21 36.61 32.41 36.17 35 37.86 35.72 Akupuntur Alpha 23.91 24.72 25.41 23.42 21.16 23.6 21.88 24.03 23.38

Beta 18.82 19.22 19.73 19.73 17.38 19.76 18.71 20.9 19.36 Delta 28.81 21.4

7.26 12.18 10.67 5.05 Akupuntur Alpha 9.9 10.05 11.18

Proses Teta

Tabel V.5. Standar deviasi power spectral Pra dan Pasca akupuntur durasi

segmentasi 10 detik

Pada Tabel V.6 ditunjukan selisih standar deviasi Pra dan Proses akupuntur. Nilai terbesar berada pada gelombang Delta dan Teta yang menunjukan bahwa fluktuasi terbesar terjadi pada gelombang ini dengan nilai terbesar pada titik ukur

Cz (37,22 2 μV ).

Gelombang P3 P4 Pz F3 F4 Fz C3 C4 Cz Delta

Tabel V.6. Selisih standar deviasi Pra dan Pasca akupuntur durasi segmentasi 10

detik

V.4.2 Naracoba B, Naracoba C dan Naracoba D

Pada naracoba B, naracoba C dan naracoba D dikuantifikasi parameter power spectral untuk titik ukur P3 dan P4. Hasil yang diperoleh berturut-turut ditunjukan oleh Gambar V.11, Gambar V.12 dan Gambar V.13.

Hasil distribusi power spectral untuk naracoba B menunjukan bahwa gelombang aktif Pra dan Proses akupuntur relatif berada pada rentang frekuensi Teta (4 – 7 Hz). Secara umum terjadi penurunan nilai power spectral dari Pra sampai Pasca akupuntur. Jika diamati dengan teliti bahwa pada saat jarum akupuntur ditusukan terlihat peningkatan nilai power spectral sampai dengan menit ke-13 diindikasikan oleh warna merah. Setelah itu nilai power spectral cenderung menurun dan berfluktuasi diantara frekuensi Teta. Dalam hal ini terjadi perubahan distribusi power spectral dan diperkirakan naracoba mulai mengantuk beberapa menit setelah penusukan dan kemungkinan tertidur, ditandai warna kuning kemerahan pada rentang gelombang Teta (perhatikan Gambar V.11). Kemudian pada menit ke-50 terjadi perubahan gelombang Teta menuju gelombang Alpha. Disini naracoba diperkirakan mulai bangun.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24