Instrumen Keuangan

g. Giro Wajib Minimum (GWM)

Pada tanggal 4 Oktober 2010, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan peraturan No.12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 13/10/PBI/2011 tanggal 9 Februari 2011 dan terakhir diubah dengan PBI No. 15/15/PBI/2013 yang berlaku efektif sejak tanggal 24 Desember 2013. Berdasarkan peraturan tersebut, GWM terdiri dari GWM Rupiah dan GWM mata uang asing. GWM Rupiah terdiri dari GWM Utama, GWM Sekunder dan GWM Loan to Deposit Ratio (LDR).

GWM Utama adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI sebesar persentase tertentu dari dana pihak ketiga.

GWM Sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN) dan/atau Excess Reserve, yang besarnya ditetapkan BI sebesar persentase tertentu.

GWM LDR adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia sebesar persentase dari DPK yang dihitung berdasarkan selisih LDR yang dimiliki oleh bank dan target LDR yang wajib dipenuhi oleh bank.

GWM yang wajib dibentuk adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Rupiah GWM Primer Konvensional

GWM Sekunder Konvensional

Mata uang asing Konvensional

h. Penempatan pada Bank Lain dan Bank Indonesia

Penempatan pada bank lain merupakan penanaman dana dalam bentuk deposito berjangka syariah, call money, deposit on call, deposit facility, term deposit dan lain-lain.

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Penempatan pada bank lain dikategorikan sebagai aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang, sedangkan penempatan pada Bank Indonesia dalam bentuk deposit facility dan term deposit dikategorikan sebagai aset keuangan dalam kelompok investasi dimiliki hingga jatuh tempo. Lihat Catatan 2e untuk kebijakan akuntansi aset keuangan dalam kelompok pinjaman diberikan dan piutang dan dimiliki hingga jatuh tempo.

i. Efek-efek

Efek-efek yang dimiliki terdiri dari SBI, obligasi korporasi, wesel jangka menengah, tagihan wesel ekspor, dan efek-efek pasar uang dan pasar modal lainnya.

Obligasi Pemerintah terdiri dari Obligasi Pemerintah dalam rangka program rekapitalisasi dan Obligasi Pemerintah yang dibeli dari pasar.

Efek-efek dan Obligasi Pemerintah diklasifikasikan sebagai aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan, pinjaman yang diberikan dan piutang, tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo. Lihat Catatan 2e untuk kebijakan akuntansi atas aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan, pinjaman yang diberikan dan piutang, tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo.

Pada pengukuran awal, efek-efek dan Obligasi Pemerintah disajikan sebesar nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Untuk efek-efek dan Obligasi Pemerintah yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, biaya transaksi diakui secara langsung sebagai laba/rugi.

Investasi Sukuk

1. Investasi sukuk diukur pada biaya perolehan

Investasi pada sukuk pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan, termasuk biaya transaksi. Selisih antara biaya perolehan dan nilai nominal diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk.

Jika terdapat indikasi penurunan nilai maka jumlah kerugian penurunan nilai tersebut diukur sebagai selisih antara jumlah terpulihkan sukuk dengan nilai tercatatnya.

2. Investasi sukuk diukur pada nilai wajar

Investasi pada sukuk pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan, tidak termasuk biaya transaksi. Setelah pengakuan awal, selisih antara nilai wajar dan jumlah tercatat diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.

j. Kredit yang diberikan

Kredit yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disetarakan dengan kas, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam dengan debitur yang mewajibkan debitur untuk melunasi utang berikut bunganya setelah jangka waktu tertentu.

Kredit yang diberikan diklasifikasikan sebagai aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang. Lihat Catatan 2e untuk kebijakan akuntansi aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang.

Kredit yang diberikan pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan biaya tambahan untuk memperoleh aset keuangan tersebut, dan setelah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai.

Termasuk dalam kredit yang diberikan adalah pembiayaan syariah yang terdiri dari piutang murabahah dan pembiayaan mudharabah. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan (marjin) yang disepakati dan penjual harus mengungkapan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah selaku pengelola dana (mudharib), menjalankan usaha dengan penentuan awal keuntungan dan kerugian (nisbah).

Pembiayaan syariah disajikan sebesar jumlah pembiayaan dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai dengan jumlah minimum berdasarkan PBI No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum” yang diubah dengan peraturan BI No. 8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 dan peraturan BI No. 9/2/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 serta peraturan BI No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 terakhir melalui peraturan BI No. 14/15/PBI/2012 tanggal

24 Oktober 2012.

Restrukturisasi kredit meliputi modifikasi persyaratan kredit, konversi kredit menjadi saham atau instrumen keuangan lainnya dan/atau kombinasi dari keduanya.

Kredit yang direstrukturisasi disajikan sebesar nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat kredit pada tanggal restrukturisasi atau nilai tunai penerimaan kas masa depan setelah restrukturisasi. Kerugian akibat selisih antara nilai tercatat kredit pada tanggal restrukturisasi dengan nilai tunai penerimaan kas masa depan setelah restrukturisasi diakui sebagai laba/rugi. Setelah restrukturisasi, semua penerimaan kas masa depan yang ditetapkan dalam persyaratan baru dicatat sebagai pengembalian pokok kredit yang diberikan dan pendapatan bunga sesuai dengan syarat-syarat restrukturisasi.

k. Tagihan dan Liabilitas Akseptasi

Tagihan akseptasi diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang. Lihat Catatan 2e untuk kebijakan akuntansi atas pinjaman yang diberikan dan piutang.

Liabilitas akseptasi diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. Lihat Catatan 2 untuk kebijakan akuntansi atas liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi.

l. Efek yang Dibeli dengan Janji Jual Kembali

Efek yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo) disajikan sebagai tagihan sebesar harga jual kembali yang disepakati dikurangi dengan selisih antara harga beli dan harga jual kembali yang disepakati (pendapatan bunga yang ditangguhkan) dan cadangan kerugian penurunan nilai. Selisih antara harga beli dan harga jual kembali yang disepakati tersebut diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif sebagai pendapatan bunga selama jangka waktu sejak efek itu dibeli hingga saat dijual kembali.

Efek yang dibeli dengan janji jual kembali diklasifikasikan sebagai aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang. Lihat Catatan 2e untuk kebijakan akuntansi aset keuangan dalam kelompok pinjaman diberikan dan piutang.

m. Kontrak Jaminan Keuangan

Kontrak jaminan keuangan adalah kontrak yang mengharuskan penerbit untuk melakukan pembayaran kepada pemegang kontrak atas kerugian yang terjadi karena debitur tertentu gagal untuk melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo, sesuai dengan ketentuan dari instrumen utang. Jaminan keuangan tersebut diberikan kepada bank, lembaga keuangan dan badan-badan lainnya atas nama debitur untuk menjamin kredit dan fasilitas-fasilitas perbankan lainnya.

Pengakuan awal jaminan keuangan dalam laporan keuangan adalah sebesar nilai wajar pada saat jaminan diberikan. Nilai wajar jaminan keuangan pada saat berlakunya transaksi pada umumnya sama dengan premi yang diterima karena diberikan dengan syarat dan kondisi normal dan nilai wajar awal diamortisasi sepanjang umur jaminan keuangan.

Setelah pengakuan awal kontrak, jaminan keuangan dicatat pada nilai yang lebih tinggi antara biaya perolehan diamortisasi dengan nilai kini pembayaran yang diharapkan akan terjadi (ketika pembayaran atas jaminan menjadi besar kemungkinan terjadinya), dan selisihnya dibebankan sebagai beban operasional lainnya pada laporan laba rugi komprehensif.

n. Aset Tetap

Perusahaan menerapkan PSAK No. 16 (2008) tentang Aset Tetap. Perusahaan memilih untuk menggunakan model biaya untuk pengukuran aset tetap.

Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada. Tanah tidak disusutkan dan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada.

Biaya perolehan awal aset tetap meliputi harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaan yang ditetapkan.

Biaya pengurusan legal hak atas tanah ketika tanah diperoleh pertama kali diakui sebagai bagian dari biaya perolehan tanah, dan biaya ini tidak disusutkan. Biaya pengurusan perpanjangan atau pembaruan legal hak atas tanah diakui sebagai aset takberwujud dan diamortisasi sepanjang umur hukum hak atas tanah.

Beban-beban yang timbul setelah aset tetap digunakan, seperti beban perbaikan dan pemeliharaan, dibebankan ke laporan laba rugi komprehensif pada saat terjadinya. Apabila beban-beban tersebut menimbulkan peningkatan manfaat ekonomis di masa datang dari penggunaan aset tetap tersebut yang dapat melebihi kinerja normalnya, maka beban-beban tersebut dikapitalisasi sebagai tambahan biaya perolehan aset tetap. Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus (straight-line method) selama masa manfaat aset tetap sebagai berikut:

Tahun/Years

Inventaris kantor

Kendaraan bermotor

Nilai tercatat aset tetap ditelaah kembali dan dilakukan penurunan nilai apabila terdapat peristiwa atau perubahan kondisi tertentu yang mengindikasikan nilai tercatat tersebut tidak dapat dipulihkan sepenuhnya.

Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Biaya inspeksi signifikan yang dikapitalisasi tersebut diamortisasi selama periode sampai dengan saat inspeksi signifikan berikutnya.

Aset tetap yang dijual atau dilepaskan, dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai yang terkait dengan aset tetap tersebut.

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya (derecognized) pada saat dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dengan jumlah tercatat dari aset tetap tersebut, dan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif pada tahun terjadinya penghentian pengakuan.

Nilai residu, umur manfaat, serta metode penyusutan ditelaah setiap akhir tahun dan dilakukan penyesuaian apabila hasil telaah berbeda dengan estimasi sebelumnya.

o. Aset Ijarah

Aset ijarah diakui sebesar biaya perolehan (mengacu pada PSAK No. 16: Aset Tetap dan PSAK No. 19: Aset tidak berwujud).

Aset ijarah, yakni kendaraan bermotor, mesin, alat berat dan piranti lunak, disusutkan atau diamortisasi sesuai dengan jangka waktu sewa atau umur ekonomis aset, mana yang lebih pendek, dimana pada akhir masa akad, aset tersebut akan dihibahkan ke nasabah.

Untuk akad ijarah muntahiyah bitamlik (sewa pembiayaan), apabila pada saat perpindahan kepemilikan aset ijarah dari pemilik kepada penyewa dilakukan dengan cara hibah, maka jumlah tercatat aset ijarah diakui sebagai beban.

Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan kepada penyewa.

Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait yakni penyusutan dan pemeliharaan serta perbaikan. Pendapatan ijarah neto disajikan sebagai bagian dari “pendapatan bunga dan bagi hasil” dalam laporan laba rugi komprehensif.

p. Agunan yang Diambil Alih

Agunan kredit yang diberikan, berupa tanah dan aset lainnya, yang telah diambil alih oleh Perusahaan disajikan dalam perkiraan “Aset lain-lain”.

Agunan yang diambil alih dicatat pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual. Selisih antara nilai agunan yang diambil alih dengan sisa pokok pinjaman yang diberikan, jika ada, dibebankan ke laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan.

Selisih antara nilai agunan yang telah diambil alih dan hasil penjualannya diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penjualan agunan.

Biaya-biaya yang berkaitan dengan pemeliharaan dan perbaikan agunan yang diambil alih dibebankan ke laporan laba rugi komprehensif pada saat terjadinya.

Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan.

Manajemen melakukan evaluasi secara berkala atas nilai agunan yang diambil alih. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan.

q. Transaksi Sewa

Penentuan apakah suatu kontrak merupakan, atau mengandung unsur sewa adalah berdasarkan substansi kontrak pada tanggal awal sewa, yakni apakah pemenuhan syarat kontrak tergantung pada penggunaan aset tertentu dan kontrak tersebut berisi hak untuk menggunakan aset tersebut.

Evaluasi ulang atas perjanjian sewa dilakukan setelah tanggal awal sewa hanya jika salah satu kondisi berikut terpenuhi:

1. Terdapat perubahan dalam persyaratan perjanjian kontraktual, kecuali jika perubahan tersebut hanya memperbaharui atau memperpanjang perjanjian yang ada;

2. Opsi pembaruan dilakukan atau perpanjangan disetujui oleh pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian, kecuali ketentuan pembaruan atau perpanjangan pada awalnya telah termasuk dalam masa sewa;

3. Terdapat perubahan dalam penentuan apakah pemenuhan perjanjian tergantung pada suatu aset tertentu; atau

4. Terdapat perubahan subtansial atas aset yang disewa.

Apabila evaluasi ulang telah dilakukan, maka akuntansi sewa harus diterapkan atau dihentikan penerapannya pada tanggal dimana terjadi perubahan kondisi pada skenario 1, 3 atau 4 dan pada tanggal pembaharuan atau perpanjangan sewa pada skenario 2.

Sewa Operasi – sebagai Lessor

Sewa dimana Perusahaan tetap mempertahankan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Biaya langsung awal yang dapat diatribusikan secara langsung dengan negosiasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke nilai tercatat aset sewaan dan diakui ke laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan selama masa sewa sesuai dengan dasar pengakuan pendapatan sewa.

Sewa Operasi – sebagai Lessee

Pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi komprehensif dengan dasar garis lurus (straight-line) selama masa sewa.

r. Biaya Dibayar Dimuka

Biaya dibayar dimuka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.

s. Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan

Pada setiap akhir periode pelaporan tahunan, Perusahaan menelaah apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat uji tahunan penurunan nilai aset perlu dilakukan, maka Perusahaan membuat estimasi jumlah terpulihkan aset tersebut.

Jumlah terpulihkan yang ditentukan untuk aset individual adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar aset atau Unit Penghasil Kas (UPK) dikurangi biaya untuk menjual dengan nilai pakainya, kecuali aset tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk yang secara signifikan independen dari aset atau kelompok aset lain. Jika nilai tercatat aset lebih besar daripada nilai terpulihkannya, maka aset tersebut dinyatakan mengalami penurunan nilai dan nilai tercatat aset diturunkan nilai menjadi sebesar nilai terpulihkannya. Rugi penurunan nilai dari operasi yang berkelanjutan diakui pada laporan laba rugi komprehensif sebagai “Rugi penurunan nilai”. Dalam menghitung nilai pakai, estimasi arus kas masa depan bersih didiskontokan ke nilai kini dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar kini dari nilai waktu uang dan risiko spesifik atas aset. Dalam menghitung nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, transaksi pasar kini juga diperhitungkan, jika tersedia.

Jika transaksi pasar kini tidak tersedia, Perusahaan menggunakan model penilaian yang sesuai untuk menentukan nilai wajar aset. Perhitungan-perhitungan ini harus didukung oleh metode penilaian tertentu (valuation multiples) atau indikator nilai wajar lain yang tersedia.

Kerugian penurunan nilai, jika ada, diakui pada laporan laba rugi komprehensif sesuai dengan kategori biaya yang konsisten dengan fungsi dari aset yang diturunkan nilainya.

Penelaahan dilakukan pada akhir setiap periode pelaporan tahunan untuk mengetahui apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai aset yang telah diakui dalam periode sebelumnya mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. Jika indikasi dimaksud ditemukan, maka Perusahaan mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Kerugian penurunan nilai yang diakui dalam periode sebelumnya dipulihkan hanya jika terdapat perubahan asumsi-asumsi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui. Dalam hal ini, jumlah tercatat aset dinaikkan ke jumlah terpulihkannya. Pemulihan tersebut dibatasi sehingga nilai tercatat aset tidak melebihi jumlah terpulihkannya maupun nilai tercatat, neto setelah penyusutan, seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut pada tahun-tahun sebelumnya. Pemulihan rugi penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Setelah pemulihan tersebut, penyusutan aset tersebut disesuaikan di periode mendatang untuk mengalokasikan nilai tercatat aset yang direvisi, dikurangi nilai sisanya, dengan dasar yang sistematis selama sisa umur manfaatnya.

t. Liabilitas Segera

Liabilitas segera adalah liabilitas Perusahaan kepada pihak lain yang sifatnya wajib segera dibayarkan sesuai perjanjian yang ditetapkan sebelumnya.

Liabilitas segera disajikan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi. Lihat Catatan 2e untuk kebijakan akuntansi atas liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.

u. Simpanan dan Simpanan dari Bank Lain

Simpanan dan simpanan dari bank lain diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan simpanan dan simpanan dari bank lain dikurangkan dari jumlah simpanan yang diterima. Lihat Catatan 2e untuk kebijakan akuntansi atas liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.

Simpanan merupakan liabilitas kepada nasabah dalam bentuk giro, tabungan dan deposito berjangka.

Giro merupakan simpanan nasabah yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat melalui cek atau dengan cara pemindahbukuan dengan bilyet giro atau sarana perintah pembayaran lainnya.

Tabungan merupakan simpanan nasabah yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan syarat tertentu yang disepakati pada saat pembukaan rekening tabungan. Penarikan atas tabungan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau instrumen sejenis, tetapi menggunakan formulir penarikan tersendiri yang hanya berlaku di bank yang bersangkutan dan/atau menggunakan kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Deposito berjangka merupakan simpanan nasabah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo sesuai dengan jangka waktu yang disepakati dengan nasabah pada saat penempatannya, dimana nasabah akan dikenakan penalti apabila melakukan penarikan sebelum tanggal jatuh temponya.

Simpanan termasuk simpanan syariah dan investasi tidak terikat yang terdiri dari:

 Tabungan Wadiah merupakan titipan dana dalam bentuk tabungan dimana pemilik dana mendapatkan pendapatan bonus.

 Investasi tidak terikat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito berjangka mudharabah merupakan simpanan dana pelanggan yang memberikan pemilik dana imbalan bagi hasil dari pendapatan unit syariah atas penggunaan dana tersebut sesuai dengan nisbah yang ditetapkan dan disetujui sebelumnya.

Simpanan dari bank lain merupakan liabilitas kepada bank lain dalam bentuk giro, call money kurang dari atau 90 hari, dan deposito berjangka dengan periode jatuh tempo menurut perjanjian masing-masing.

v. Surat Berharga yang Diterbitkan

Surat berharga yang diterbitkan adalah surat berharga dalam bentuk cek perjalanan (travellers’ cheques).

Surat berharga yang diterbitkan disajikan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi. Lihat Catatan 2e untuk kebijakan akuntansi atas liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.

w. Biaya Emisi Saham

Biaya emisi saham dikurangkan dari bagian tambahan modal disetor yang timbul dari penerbitan saham dan tidak diamortisasi.

x. Pengakuan Pendapatan Bunga, Beban Bunga, Pendapatan Syariah dan Bagi Hasil Syariah

Pendapatan dan Beban Bunga

Pendapatan dan beban bunga untuk semua instrumen keuangan diakui di dalam laporan laba rugi komprehensif secara akrual dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

Biaya transaksi yang terjadi dan dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan atau penerbitan instrumen keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diamortisasi sepanjang umur instrumen keuangan menggunakan metode suku bunga efektif dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga untuk biaya transaksi terkait aset keuangan, dan sebagai bagian dari beban bunga untuk biaya transaksi terkait liabilitas keuangan.

Jika penurunan nilai diakui untuk aset keuangan atau kelompok aset keuangan serupa dalam kategori dimiliki hingga jatuh tempo, pinjaman yang diberikan dan piutang atau tersedia untuk dijual, maka pendapatan bunga yang diperoleh setelah pengakuan penurunan nilai tersebut diakui berdasarkan suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas masa depan pada saat perhitungan kerugian penurunan nilai.

Pendapatan dan Beban/Bagi Hasil Syariah

Pendapatan syariah terdiri dari keuntungan murabahah, pendapatan ijarah muntahiyah bittamlik (sewa), dan bagi hasil pembiayaan mudharabah.

Keuntungan murabahah dan pendapatan ijarah muntahiyah bittamlik diakui selama periode akad berdasarkan konsep akrual. Pendapatan bagi hasil pembiayaan mudharabah diakui pada saat diterima atau dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai porsi bagi hasil (nisbah) yang disepakati.

y. Pengakuan Pendapatan dan Beban Provisi dan Komisi

Provisi dan Komisi Terkait Instrumen Keuangan

Pendapatan dan beban provisi dan komisi yang terkait dengan perolehan instrumen keuangan dalam kategori dimiliki hingga jatuh tempo, pinjaman diberikan dan piutang, serta tersedia untuk dijual, atau terkait jangka waktu tertentu yang jumlahnya signifikan, dicatat sebagai bagian dari nilai wajar aset atau liabilitas keuangan dan diamortisasi sesuai dengan jangka waktunya dengan menggunakan suku bunga efektif.

Provisi dan Komisi Lainnya

Provisi dan komisi lainnya yang tidak terkait dengan kegiatan perolehan instrumen keuangan dan jangka waktu tertentu yang jumlahnya signifikan, dan diamortisasi menggunakan metode garis lurus sesuai dengan jangka waktu transaksi yang bersangkutan. Sedangkan, pendapatan dan beban provisi dan komisi lainnya yang tidak signifikan langsung diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat terjadinya transaksi.

Pendapatan provisi dan komisi lainnya, meliputi pendapatan yang tidak terkait dengan kredit, seperti jasa banca assurance, pendapatan terkait dengan ekspor impor dan bank garansi, dan pendapatan yang diakui pada saat jasa diberikan.

z. Pendapatan dan Beban Operasional Lainnya

Pendapatan operasional lainnya diakui pada saat terjadinya.

Beban operasional lainnya diakui pada saat terjadinya dengan menggunakan metode akrual.

aa. Pajak Penghasilan

Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam tahun yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan liabilitas menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak

aset dan liabilitas. Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan serta rugi fiskal yang belum dikompensasikan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang.

Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi komprehensif, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan disajikan di laporan posisi keuangan, kecuali aset dan liabilitas pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan liabilitas pajak kini.

Perubahan terhadap liabilitas pajak dicatat ketika surat tagihan pajak diterima atau, jika Perusahaan mengajukan keberatan, pada saat hasil banding telah ditetapkan.

bb. Laba per Saham

Laba per saham dasar dihitung berdasarkan laba bersih dibagi jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.

Laba per saham dilusian dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar pada tahun yang bersangkutan yang telah disesuaikan dengan dampak dari semua efek berpotensi saham biasa dilutif.

cc. Imbalan Kerja

Liabilitas imbalan kerja jangka pendek

Imbalan kerja jangka pendek merupakan upah, gaji, dan iuran jaminan sosial (Jamsostek). Imbalan kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah yang tak-terdiskonto sebagai liabilitas pada laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan jumlah yang telah dibayar dan sebagai beban pada laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan.

Liabilitas imbalan kerja jangka panjang

Liabilitas imbalan kerja jangka panjang merupakan imbalan pasca-kerja manfaat pasti yang dibentuk tanpa pendanaan khusus dan didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan saat pensiun. Metode penilaian aktuarial yang digunakan untuk menentukan nilai kini liabilitas imbalan pasti, beban jasa kini yang terkait, dan beban jasa lalu adalah metode Projected Unit Credit. Beban jasa kini, beban bunga, beban jasa lalu yang telah menjadi hak karyawan, dan dampak kurtailmen atau penyelesaian (jika ada) diakui pada laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan. Beban jasa lalu yang belum menjadi hak karyawan dan keuntungan atau kerugian aktuarial yang timbul dari penyesuaian atau perubahan asumsi aktuarial yang melebihi batas koridor atau lebih besar daripada 10% dari nilai kini imbalan pasti dibebankan atau dikreditkan ke komponen laba rugi selama jangka waktu rata-rata sisa masa kerja karyawan, sampai imbalan tersebut menjadi hak karyawan (vested).

dd. Informasi Segmen

Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

PSAK No. 5 (Revisi 2009) mensyaratkan identifikasi segmen operasi berdasarkan laporan internal komponen-komponen Perusahaan yang secara berkala dilaporkan kepada pengambil keputusan operasional dalam rangka alokasi sumber daya ke dalam segmen dan penilaian kinerja Perusahaan.

Segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas:

1. Yang terlibat dalam aktivitas bisnis untuk memperoleh pendapatan dan menimbulkan beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari entitas yang sama);

2. Hasil operasinya dikaji ulang secara reguler oleh pengambil keputusan operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya; dan

3. Tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan.

Informasi yang dilaporkan kepada pengambil keputusan operasional untuk tujuan alokasi sumber daya dan penilaian kinerjanya lebih difokuskan pada kategori masing-masing produk, yang mana serupa dengan segmen usaha yang dilaporkan pada periode-periode terdahulu.

ee. Provisi

Provisi diakui jika Perusahaan mempunyai kewajiban kini (hukum maupun konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu, yang memungkinkan Perusahaan harus menyelesaikan kewajiban tersebut dan estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.

Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada tanggal pelaporan, dengan mempertimbangkan risiko dan ketidakpastian terkait kewajiban tersebut. Ketika provisi diukur menggunakan estimasi arus kas untuk menyelesaikan kewajiban kini, maka nilai tercatat provisi adalah nilai kini arus kas tersebut.

Jika sebagian atau seluruh pengeluaran untuk menyelesaikan provisi diganti oleh pihak ketiga, maka penggantian itu diakui hanya pada saat timbul keyakinan bahwa penggantian pasti akan diterima dan jumlah penggantian dapat diukur dengan andal.

3. Penggunaan Estimasi, Pertimbangan dan Asumsi Manajemen

Dalam penerapan kebijakan akuntansi Perusahaan, seperti yang diungkapkan dalam Catatan 2 pada laporan keuangan, manajemen harus membuat estimasi, pertimbangan, dan asumsi atas nilai tercatat aset dan liabilitas yang tidak tersedia oleh sumber-sumber lain. Estimasi dan asumsi tersebut, berdasarkan pengalaman historis dan faktor lain yang dipertimbangkan relevan.

Manajemen berkeyakinan bahwa pengungkapan berikut telah mencakup ikhtisar estimasi, pertimbangan dan asumsi signifikan yang dibuat oleh manajemen, yang berdampak terhadap jumlah-jumlah yang dilaporkan serta pengungkapan dalam laporan keuangan.

Pertimbangan

Pertimbangan-pertimbangan berikut dibuat oleh manajemen dalam proses penerapan kebijakan akuntansi Perusahaan yang memiliki dampak yang paling signifikan terhadap jumlah-jumlah yang diakui dalam laporan keuangan: Pertimbangan-pertimbangan berikut dibuat oleh manajemen dalam proses penerapan kebijakan akuntansi Perusahaan yang memiliki dampak yang paling signifikan terhadap jumlah-jumlah yang diakui dalam laporan keuangan:

Perusahaan menentukan klasifikasi aset dan liabilitas tertentu sebagai aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan menilai apakah aset dan liabilitas tersebut memenuhi definisi yang ditetapkan dalam PSAK No. 55. Aset keuangan dan liabilitas keuangan dicatat sesuai dengan kebijakan akuntansi Perusahaan sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 2.

b. Aset Keuangan yang Tidak Memiliki Kuotasi Harga di Pasar yang Aktif

Perusahaan mengklasifikasikan aset keuangan dengan mengevaluasi, antara lain, apakah aset tersebut memiliki atau tidak memiliki kuotasi harga di pasar yang aktif. Evaluasi tersebut juga mencakup apakah kuotasi harga suatu aset keuangan di pasar yang aktif, merupakan kuotasi harga yang tersedia secara reguler, dan kuotasi harga tersebut mencerminkan transaksi di pasar yang aktual dan terjadi secara reguler dalam suatu transaksi wajar.

c. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan

Cadangan kerugian penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang dipelihara pada jumlah yang menurut manajemen adalah memadai untuk menutup kemungkinan tidak tertagihnya aset keuangan. Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, Perusahaan secara spesifik menelaah apakah telah terdapat bukti obyektif bahwa suatu aset keuangan telah mengalami penurunan nilai (tidak tertagih).

Cadangan yang dibentuk adalah berdasarkan pengalaman penagihan masa lalu dan faktor-faktor lainnya yang mungkin mempengaruhi kolektibilitas, antara lain kemungkinan kesulitan likuiditas atau kesulitan keuangan yang signifikan yang dialami oleh debitur atau penundaan pembayaran yang signifikan.

Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka saat dan besaran jumlah yang dapat ditagih diestimasi berdasarkan pengalaman kerugian masa lalu. Cadangan kerugian penurunan nilai dibentuk atas akun- akun yang diidentifikasi secara spesifik telah mengalami penurunan nilai. Akun pinjaman yang diberikan dan piutang dihapusbukukan berdasarkan keputusan manajemen bahwa aset keuangan tersebut tidak dapat ditagih atau direalisasi meskipun segala cara dan tindakan telah dilaksanakan. Suatu evaluasi atas piutang, yang bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah cadangan yang harus dibentuk, dilakukan secara berkala sepanjang tahun. Oleh karena itu, saat dan besaran jumlah cadangan kerugian penurunan nilai yang tercatat pada setiap periode dapat berbeda tergantung pada pertimbangan dan estimasi yang digunakan.

Nilai tercatat aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo serta pinjaman diberikan dan piutang Perusahaan (tidak termasuk akun Syariah) tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 diungkapkan sebagai berikut:

Nilai Tercatat 31 Maret 2014

31 Desember 2013

Aset Keuangan

Dimiliki hingga jatuh tempo Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia

Pinjaman diberikan dan piutang Kas

Giro pada Bank Indonesia

Giro pada bank lain

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia

Efek yang dibeli dengan janji dijual kembali

Kredit yang diberikan - bersih

Tagihan akseptasi

Pendapatan bunga akrual

Aset lain-lain

Jumlah

Komitmen sewa operasi – Perusahaan sebagai lessee

Perusahaan telah menandatangani sejumlah perjanjian sewa ruangan, kendaraan dan mesin ATM. Perusahaan menentukan bahwa sewa tersebut adalah sewa operasi karena Perusahaan tidak menanggung secara signifikan seluruh risiko dan manfaat dari kepemilikan aset-aset tersebut.

Komitmen sewa operasi – Perusahaan sebagai lessor

Perusahaan telah menandatangani sejumlah perjanjian sewa ruangan. Perusahaan menentukan bahwa sewa tersebut adalah sewa operasi karena Perusahaan menanggung secara signifikan seluruh risiko dan manfaat dari kepemilikan aset-aset tersebut.

e. Cadangan kerugian penurunan nilai investasi tersedia untuk dijual

Perusahaan berpedoman pada PSAK No. 55 (Revisi 2011) untuk menentukan apakah terjadi penurunan nilai atas investasi tersedia untuk dijual. Penentuan tersebut mensyaratkan pertimbangan yang signifikan. Dalam membuat pertimbangan tersebut, Perusahaan mengevaluasi, antara lain, lamanya dan sejauh mana nilai wajar investasi tersebut berada di bawah biaya perolehannya; tingkat kesehatan keuangan serta gambaran bisnis jangka pendek dari investee, termasuk faktor-faktor seperti kinerja industri dan sektor industri, perubahan teknologi serta arus kas operasi serta pendanaan.

f. Pajak Penghasilan

Pertimbangan yang signifikan dibutuhkan untuk menentukan jumlah pajak penghasilan. Ketidakpastian atas interpretasi dari peraturan pajak serta jumlah transaksi dan perhitungan mengakibatkan ketidakpastian penentuan jumlah pajak penghasilan. Jika hasil pemeriksaan pajak berbeda dengan jumlah yang sebelumnya telah dibukukan, maka selisih tersebut akan berdampak terhadap aset dan liabilitas pajak kini dan tangguhan dalam periode dimana hasil pemeriksaan tersebut terjadi.

Estimasi dan Asumsi

Asumsi utama mengenai masa depan dan sumber utama lain dalam mengestimasi ketidakpastian pada tanggal pelaporan yang mempunyai risiko signifikan yang dapat menyebabkan penyesuaian material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas dalam periode berikutnya diungkapkan di bawah ini. Perusahaan mendasarkan asumsi dan estimasi pada parameter yang tersedia saat laporan keuangan disusun. Kondisi yang ada dan asumsi mengenai perkembangan masa depan dapat berubah karena perubahan situasi pasar yang berada di luar kendali Perusahaan. Perubahan tersebut tercermin dalam asumsi ketika keadaan tersebut terjadi:

a. Nilai Wajar Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mensyaratkan pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan tertentu pada nilai wajarnya, dan penyajian ini mengharuskan penggunaan estimasi. Komponen pengukuran nilai wajar yang signifikan ditentukan berdasarkan bukti-bukti obyektif yang dapat diverifikasi (seperti nilai tukar, suku bunga), sedangkan saat dan besaran perubahan nilai wajar dapat menjadi berbeda karena penggunaan metode penilaian yang berbeda.

b. Estimasi Masa Manfaat Aset Tetap

Masa manfaat dari masing-masing aset tetap Perusahaan diestimasi berdasarkan jangka waktu aset tersebut diharapkan tersedia untuk digunakan. Estimasi tersebut didasarkan pada penilaian kolektif berdasarkan bidang usaha yang sama, evaluasi teknis internal dan pengalaman dengan aset sejenis. Estimasi masa manfaat setiap aset ditelaah secara berkala dan diperbarui jika estimasi berbeda dari perkiraan sebelumnya yang disebabkan karena pemakaian, usang secara teknis atau komersial serta keterbatasan hak atau pembatasan lainnya terhadap penggunaan aset. Dengan demikian, hasil operasi di masa mendatang mungkin dapat terpengaruh secara signifikan oleh perubahan dalam jumlah dan waktu terjadinya biaya karena perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang disebutkan di atas. Penurunan estimasi masa manfaat ekonomis setiap aset tetap akan menyebabkan kenaikan beban penyusutan dan penurunan nilai tercatat aset tetap.

Tidak terdapat perubahan dalam estimasi masa manfaat aset tetap. Estimasi masa manfaat aset tetap diungkapkan pada Catatan 2n.

Nilai tercatat aset tetap pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 diungkapkan pada Catatan

c. Imbalan Pasca-Kerja

Penentuan liabilitas dan imbalan pasca-kerja dipengaruhi oleh asumsi tertentu yang digunakan oleh aktuaris dalam menghitung jumlah tersebut. Asumsi-asumsi tersebut dijelaskan dalam Catatan 36 dan mencakup, antara lain, tingkat diskonto dan tingkat kenaikan gaji. Hasil aktual yang berbeda dengan asumsi Perusahaan diakumulasi dan diamortisasi ke masa depan dan oleh karena itu, secara umum berdampak pada beban yang diakui dan liabilitas yang tercatat pada periode-periode mendatang. Manajemen berkeyakinan bahwa asumsi-asumsi yang digunakan adalah tepat dan wajar, namun demikian, perbedaan signifikan pada hasil aktual, atau perubahan signifikan dalam asumsi-asumsi tersebut dapat berdampak signifikan pada jumlah liabilitas imbalan kerja jangka panjang.

d. Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan

Penelaahan atas penurunan nilai dilakukan apabila terdapat indikasi penurunan nilai aset tertentu. Penentuan nilai wajar aset membutuhkan estimasi arus kas yang diharapkan akan dihasilkan dari pemakaian berkelanjutan dan pelepasan akhir atas aset tersebut. Perubahan signifikan dalam asumsi- asumsi yang digunakan untuk menentukan nilai wajar dapat berdampak signifikan pada nilai terpulihkan dan jumlah kerugian penurunan nilai yang terjadi mungkin berdampak material pada hasil operasi Perusahaan.

Nilai tercatat aset non-keuangan berupa aset tetap dan aset lain-lain (agunan yang diambil alih dan aset tetap yang tidak digunakan) diungkapkan pada Catatan 13 dan 15.

e. Aset Pajak Tangguhan

Aset pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer antara nilai tercatat aset dan liabilitas pada laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak jika besar kemungkinan bahwa jumlah laba fiskal akan memadai untuk pemanfaatan perbedaan temporer yang diakui. Estimasi manajemen yang signifikan diperlukan untuk menentukan jumlah aset pajak tangguhan yang diakui berdasarkan kemungkinan waktu terealisasinya dan jumlah laba kena pajak pada masa mendatang serta strategi perencanaan pajak masa depan.

4. Giro pada Bank Indonesia

Mata uang asing (Catatan 34)

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, akun ini termasuk dalam giro pada Bank Indonesia adalah giro yang didasarkan pada prinsip perbankan syariah sebesar Rp 37.667 dan Rp 19.800.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, Giro Wajib Minimum (GWM) Perusahaan dalam mata uang Rupiah untuk GWM Utama masing-masing adalah sebesar Rp 899.300 dan Rp 793.580 serta untuk GWM sekunder masing-masing adalah sebesar Rp 393.236 dan Rp 387.219, sedangkan untuk mata uang asing masing-masing adalah sebesar Rp 374.586 dan Rp 417.270.

Rasio GWM Perusahaan untuk mata uang Rupiah dan mata uang asing pada tanggal

31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, adalah:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

GWM yang telah dibentuk Rupiah GWM Primer Konvensional

GWM Sekunder Konvensional

Mata uang asing Konvensional

5. Giro pada Bank Lain

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Pihak ketiga Rupiah PT Bank Central Asia Tbk

Standard Chartered Bank

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

Lain-lain (di bawah Rp 1.000)

Mata uang asing (Catatan 34) Standard Chartered Bank, Amerika Serikat

Wells Fargo Bank, N.A, Amerika Serikat

United Overseas Bank, Singapura

Bank of Amerika, Merrill Lynch, Amerika Serikat

PT Bank Central Asia Tbk

Deutsche Bank Trust Company Americas, Amerika Serikat

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

Bank of China, Indonesia

Wells Fargo Bank, N.A, Inggris

Deutsche Bank AG, Jerman

OCBC, Singapura

Bank of China, Australia

Bank International Ningbo, China

Bank of China, China

United Overseas Bank, Amerika Serikat

Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Jepang

Barclays Bank PLC, Inggris

Standard Chartered Bank, Hong Kong

DBS Bank, Hong Kong

Lain-lain (di bawah Rp 1.000)

Jumlah mata uang asing

Kolektibilitas dari giro pada bank lain pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 dikelompokkan sebagai Lancar.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, tidak terdapat saldo giro pada bank lain yang diblokir.

Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai atas giro pada bank lain sehingga tidak diperlukan cadangan kerugian penurunan nilai.

6. Penempatan pada Bank Lain dan Bank Indonesia

31 Maret 2014

Jenis Penempatan

Jangka Waktu

Suku Bunga

Rupiah Penempatan pada Bank Indonesia Deposit facility

Penempatan pada bank lain Deposito berjangka

31 - 33 hari

Jenis Penempatan

Jangka Waktu

Suku Bunga

Rupiah Penempatan pada Bank Indonesia Deposit facility

Penempatan pada bank lain Deposito berjangka

14 - 31 hari

Mata uang asing (Catatan 34) Penempatan pada Bank Indonesia Term deposit

Penempatan pada bank lain Deposito berjangka

31 - 32 hari

2,00 - 2,50

Call money

1 - 32 hari

Penempatan pada bank lain dikategorikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang, sedangkan penempatan pada Bank Indonesia dalam bentuk deposit facility dan term deposit dikategorikan sebagai investasi dimiliki hingga jatuh tempo.

Penempatan pada bank lain dalam mata uang Rupiah pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 merupakan penempatan pada:

Nama Bank

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Deposito berjangka PT Bank Ekspor Indonesia

PT Bank Pundi

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk

Jumlah

Penempatan bank lain dalam mata uang asing merupakan penempatan pada:

Nama Bank

Call Money Wells Fargo Bank, N.A., Amerika Serikat

24.500.000

Standard Charterd Bank, Amerika Serikat

7.006.413

PT Bank Capital Indonesia Tbk

Deposito Berjangka PT Bank Muamalat Indonesia Tbk

10.000.000

PT Bank Capital Indonesia Tbk

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, tidak terdapat saldo penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia yang dijaminkan.

Kolektibilitas penempatan pada bank lain pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah Lancar.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, seluruh penempatan pada bank lain adalah penempatan pada pihak ketiga.

Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai atas penempatan pada bank lain sehingga tidak diperlukan cadangan kerugian penurunan nilai.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, seluruh penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia mempunyai jatuh tempo kurang dari 1 bulan.

7. Efek-Efek

a. Jenis dan tujuan investasi efek-efek adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Rupiah Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Obligasi korporasi

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia 2013 Seri A

Sukuk Ijarah PLN I 2013

Sukuk Mudharabah Adira Finance 2013 Seri C

Nilai wajar

Obligasi Pemerintah SR005

Nilai wajar

Jumlah diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Tersedia untuk dijual Obligasi korporasi Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia

2013 Seri A PT Pembangunan Perumahan I 2013

Adira Dinamika Multi Finance I 2011 Seri B

Japfa II 2012

SAN Finance II 2012 Seri C

Bank Victoria IV 2013

Astra Sedaya Finance III 2013 Seri A

FIF I 2012 Seri B

Astra Sedaya Finance III 2013 Seri B

Bank BII I Tahun Seri A

Astra Sedaya Finance XII 2011 Seri D

Perum Pegadaian II 2012 Seri B

FIF I 2012 Seri C

Nilai wajar

Obligasi Pemerintah FR059

Nilai wajar

Jumlah tersedia untuk dijual

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Dimiliki hingga jatuh tempo Sertifikat Bank Indonesia

Sertifikat Deposito Bank Indonesia

Bunga diterima dimuka yang belum diamortisasi

Nilai bersih

Obligasi Pemerintah FR0020

Obligasi korporasi PT Global Mediacom

PT FIF 2014 Seri A

PT Adira Finance II Seri A

Sukuk Ijarah PLN V 2010 Seri A

Sukuk Ijarah Indosat IV 2009 Seri A

Jumlah dimiliki hingga jatuh tempo

Jumlah Rupiah

Mata uang asing (Catatan 34) Dimiliki hingga jatuh tempo

Republik Indonesia - ROI Loan

Jumlah dimiliki hingga jatuh tempo

Pinjaman yang diberikan dan piutang Tagihan atas wesel ekspor

Jumlah mata uang asing

Cadangan kerugian penurunan nilai

Jumlah - Bersih

Seluruh efek-efek yang dimiliki Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 merupakan efek-efek yang diterbitkan oleh pihak ketiga.

b. Efek-efek dimiliki hingga jatuh tempo adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014

Sampai dengan

Lebih dari

Lebih dari

Jumlah

1 tahun

1-5 tahun

5 tahun

Berdasarkan jangka waktu Rupiah

Sertifikat Bank Indonesia

Obligasi Pemerintah

Obligasi korporasi

Jumlah - Rupiah

Mata uang asing Republik Indonesia - ROI Loan

Berdasarkan jatuh tempo Rupiah

Sertifikat Bank Indonesia

Obligasi Pemerintah

Obligasi korporasi

Jumlah - Rupiah

Mata uang asing Republik Indonesia - ROI Loan

Sampai dengan

Lebih dari

Lebih dari

Jumlah

1 tahun

1-5 tahun

5 tahun

Berdasarkan jangka waktu Rupiah

Sertifikat Bank Indonesia

Sertifikat Deposito Bank Indonesia

Obligasi Pemerintah

Obligasi korporasi

Jumlah - Rupiah

Mata uang asing Republik Indonesia - ROI Loan

Berdasarkan jatuh tempo Rupiah

Sertifikat Bank Indonesia

Sertifikat Deposito Bank Indonesia

Obligasi Pemerintah

Obligasi korporasi

Jumlah - Rupiah

Mata uang asing Republik Indonesia - ROI Loan

Jumlah

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Rupiah Sertifikat Bank Indonesia

7,00 - 7,25

6,8 - 7,25

Obligasi Pemerintah

6,00 - 12,80

6,25 - 12,8

Obligasi korporasi

6,15 - 10,50

9,15 - 10,00

Mata uang asing Republik Indonesia - ROI Loan

6,75 - 10,38

6,75 - 10,37

Tagihan atas wesel ekspor

1,21 - 2,75

1,21 - 2,75

d. Nilai wajar dari obligasi (termasuk obligasi Pemerintah) yang dimiliki hingga jatuh tempo pada tanggal

31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah masing-masing sebesar Rp 828.870 dan Rp 753.856.

e. Nilai tercatat dari obligasi sukuk yang direklasifikasi dari kategori tersedia untuk dijual ke kategori diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan kategori dimiliki hingga jatuh tempo selama tahun 2013 adalah masing-masing sebesar Rp 57.459 dan Rp 36.437.

f. Rincian peringkat obligasi korporasi dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PT Pefindo) atau Moody’s seperti yang dilaporkan oleh Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

PT Indosat Tbk - Sukuk Ijarah

idAA+(sy)

idAA+(sy)

SAN Finance

idAA-

idAA-

PT Japfa

idA+

idA+

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

Baa3

PT Adira Multi Finance

idAA+

idAA+

PT Astra Sedaya Finance

idAA+

idAA+

PT Adira Multi Finance - Sukuk Mudharabah

idAA+ (sy)

idAA+ (sy)

Bank Ekspor Indonesia

idAAA

idAAA

PT Pembangunan Perumahan

idA

idA

PT Bank Victoria

idA-

idA-

PT Bank Internasional Indonesia Seri A

idAAA

idAAA

PT Federal International Finance

idAA+

idAA+

PT Global Mediacom

idA+

Syariah Ijarah PT Perusahaan Listrik Negara

idAAA(sy)

idAAA(sy)

g. Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 kolektibilitas efek-efek adalah Lancar.

h. Perubahan cadangan kerugian penurunan nilai efek-efek adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Mata Uang

Mata Uang

Saldo awal tahun

127 - 127 Pencadangan (pemulihan)

121 - 121 Saldo akhir tahun

tahun berjalan

Manajemen berpendapat bahwa jumlah cadangan kerugian penurunan nilai efek-efek pada tanggal

31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang akan timbul akibat tidak tertagihnya efek-efek.

i. Tidak terdapat penghapusan efek-efek selama periode yang berakhir 31 Maret 2014 dan

31 Desember 2013.

8. Efek yang Dibeli dengan Janji Jual Kembali

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, efek-efek yang dibeli dengan janji jual kembali terdiri dari:

31 Maret 2014 Pendapatan bunga

Nilai

yang belum

Nilai

bersih Jenis

nominal

direalisasi

Jangka waktu

Tanggal jatuh tempo

Rupiah Obligasi Pemerintah

31 Desember 2013 Pendapatan bunga

Nilai

yang belum

Nilai

bersih Jenis

nominal

direalisasi

Jangka waktu

Tanggal jatuh tempo

Rupiah Obligasi Pemerintah

Efek yang dibeli dengan janji jual kembali pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 telah diselesaikan pada tanggal jatuh tempo.

9. Kredit yang Diberikan

a. Jenis Kredit

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Pihak berelasi (Catatan 32) Rupiah Pinjaman tetap

Pinjaman rekening koran

Pinjaman cicilan

Pinjaman konsumsi

Pinjaman karyawan

Piutang syariah - murabahah

Mata uang asing (Catatan 34) Pinjaman tetap

Jumlah - pihak berelasi

Pihak ketiga Rupiah Pinjaman konsumsi

Pinjaman cicilan

Pinjaman tetap

Pinjaman anjak piutang

Piutang syariah - murabahah

Pembiayaan mudharabah

Pinjaman rekening koran

Pinjaman karyawan

Pinjaman investasi

Mata uang asing (Catatan 34) Pinjaman cicilan

Pinjaman tetap

Piutang syariah - murabahah

Pinjaman Anjak Piutang

Jumlah - pihak ketiga

Cadangan kerugian penurunan nilai

Jumlah - bersih

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Rupiah Rumah tangga

Perdagangan besar dan eceran

Real estat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan

Perantara keuangan

Industri pengolahan

Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya

Pertambangan dan penggalian

Transportasi, pergudangan, dan komunikasi

Pertanian, perburuan dan kehutanan

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum

Listrik, gas dan air

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

Jasa pendidikan

Jasa perorangan yang melayani rumah tangga

Mata uang asing (Catatan 34) Industri pengolahan

Pertambangan dan penggalian

Perdagangan besar dan eceran

Perantara keuangan

Jasa pendidikan

Transportasi, pergudangan, dan komunikasi

Pertanian, perburuan dan kehutanan

Cadangan kerugian penurunan nilai

Jumlah - bersih

Jangka waktu kredit diklasifikasikan berdasarkan periode kredit sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian kredit dan waktu yang tersisa sampai dengan saat jatuh temponya:

Berdasarkan Periode Perjanjian Kredit:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Rupiah Kurang dari atau sama dengan 1 tahun

Lebih dari 1 - 2 tahun

Lebih dari 2 - 5 tahun

Lebih dari 5 tahun

Mata uang asing (Catatan 34) Kurang dari atau sama dengan 1 tahun

Lebih dari 1 - 2 tahun

Lebih dari 2 - 5 tahun

Lebih dari 5 tahun

Cadangan kerugian penurunan nilai

Jumlah - bersih

Berdasarkan Sisa Umur Jatuh Tempo:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Rupiah Kurang dari atau sama dengan 1 tahun

Lebih dari 1 - 2 tahun

Lebih dari 2 - 5 tahun

Lebih dari 5 tahun

Mata uang asing (Catatan 34) Kurang dari atau sama dengan 1 tahun

Lebih dari 1 - 2 tahun

Lebih dari 2 - 5 tahun

Lebih dari 5 tahun

Cadangan kerugian penurunan nilai

Jumlah - bersih

d. Suku bunga per tahun kredit diberikan adalah sebagai berikut:

Dolar Singapura

Dolar Amerika Serikat

2,50 - 12,00

2,50 - 12,00

e. Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, saldo kredit yang diberikan kepada pihak berelasi masing-masing sebesar Rp 882.024 dan Rp 929.492 dijamin oleh deposito berjangka (Catatan 17).

f. Jumlah kredit yang dijamin dengan jaminan tunai pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing sebesar Rp 1.075.409 dan Rp 1.112.574 (Catatan 17).

g. Saldo kredit channeling pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing adalah sebesar Rp 3.369.501 dan Rp 3.323.881, dimana sebesar Rp 2.354.394 dan Rp 2.424.810 dari saldo kredit channelling disalurkan melalui pihak berelasi (Catatan 32).

h. Kredit yang diberikan kepada karyawan merupakan kredit untuk membeli kendaraan, rumah dan keperluan lainnya yang dibebani bunga 0% untuk kredit dibawah 1 tahun dan 6% untuk kredit antara 1 sampai dengan 10 tahun.

i. Selama periode 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, jumlah kredit yang direstrukturisasi masing- masing sebesar Rp 19.610 dan Rp 20.642.

j. Saldo kredit pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 berdasarkan klasifikasi kolektibilitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai berikut:

31 Maret 2014 Dalam

Rupiah Pihak berelasi (Catatan 32)

Pihak ketiga

Mata uang asing (Catatan 34) Pihak berelasi (Catatan 32)

Pihak ketiga

31 Desember 2013 Dalam

Rupiah Pihak berelasi (Catatan 32)

Pihak ketiga

Mata uang asing (Catatan 34) Pihak berelasi (Catatan 32)

Pihak ketiga

Jumlah

Jumlah

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Rupiah Transportasi, pergudangan dan komunikasi

Pertambangan dan penggalian

Rumah tangga

Real estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan

Perantara keuangan

Perdagangan besar dan eceran

Industri pengolahan

Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan, dan perorangan lainnya

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

l. Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, tidak terdapat penyediaan dana kepada pihak berelasi dan pihak ketiga yang melampaui Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

m. Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, kredit non-performing yang telah dihentikan pembebanan bunganya masing-masing adalah sebesar Rp 174.609 dan Rp 276.562.

n. Mutasi cadangan kerugian penurunan nilai kredit adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Mata Uang

Mata Uang

Saldo awal Individual

19.724 25.556 18.311 43.867 Kolektif

36.608 1 36.609 48.380 1 48.381 Pencadangan (pemulihan) tahun berjalan Individual

(1.987) Penerimaan kembali kredit hapus buku Individual

(10.233) Selisih kurs penjabaran Individual

Saldo akhir

Manajemen berpendapat bahwa jumlah cadangan kerugian penurunan nilai untuk kredit yang diberikan adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang akan timbul akibat tidak tertagihnya kredit yang diberikan tersebut.

o. Mutasi kredit yang dihapus buku selama periode 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Mata Uang

Mata Uang

Saldo awal tahun 25.590 66.396 91.986 15.813 52.679 68.492 Mutasi selama tahun berjalan Penghapusan

10.233 Penerimaan kembali

96 - 96 10.233 -

(448) Hapus tagih

- (8) Selisih kurs penjabaran

13.717 Saldo akhir

p. Jaminan pemberian kredit umumnya berupa tanah, bangunan, mesin, persediaan dan deposito berjangka.

q. Rasio kredit usaha kecil terhadap jumlah kredit yang diberikan pada tanggal 31 Maret 2014 dan

31 Desember 2013 adalah masing-masing sebesar 2,86% dan 2,50%.

r. Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 Rasio Non-Performing Loan (NPL) Perusahaan (secara bruto) adalah masing-masing sebesar 1,55% dan 2,50%, sedangkan secara neto adalah masing-masing sebesar 1,21% dan 2,12%.

s. Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, rasio kredit bermasalah terhadap jumlah aset keuangan adalah masing –masing sebesar 1,15% dan 1,81%.

t. Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, rasio cadangan kerugian penurunan nilai kredit yang telah dibentuk terhadap kredit yang diberikan adalah masing –masing sebesar 0,53% dan 0,51%.

10. Tagihan Akseptasi

a. Berdasarkan jangka waktu perjanjian:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Pihak berelasi (Catatan 32) Rupiah 1 bulan atau kurang

1-3 bulan

3-6 bulan

lebih dari 6 bulan

Pihak ketiga Mata Uang Asing (Catatan 34) 1 bulan atau kurang

1-3 bulan

3-6 bulan

lebih dari 6 bulan

Jumlah

Jumlah

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Pihak berelasi Rupiah 1 bulan atau kurang

1-3 bulan

3-6 bulan

6-12 bulan

Jumlah

Pihak ketiga Mata Uang Asing (Catatan 34) 1 bulan atau kurang

1-3 bulan

3-6 bulan

6-12 bulan

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, seluruh tagihan akseptasi digolongkan sebagai lancar.

Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai atas tagihan akseptasi sehingga tidak diperlukan cadangan kerugian penurunan nilai.

11. Pendapatan Bunga Akrual

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Bunga atas: Kredit

Penempatan pada bank lain

Pendapatan bunga akrual dari pihak berelasi pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 masing- masing adalah sebesar Rp 7 dan Rp 482 (Catatan 32).

12. Biaya Dibayar Dimuka

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Promosi dan pengembangan usaha

Renovasi cabang baru

Pemeliharaan perangkat lunak

Premi penjaminan LPS

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, biaya dibayar dimuka yang dibayarkan kepada pihak berelasi masing-masing sebesar Rp 7.065 dan Rp 33.997 (Catatan 32).

13. Aset Tetap

Perubahan selama tahun berjalan

Biaya perolehan: Tanah

Inventaris kantor

Kendaraan bermotor

Akumulasi penyusutan: Bangunan

Inventaris kantor

Kendaraan bermotor

Nilai Tercatat

Perubahan selama tahun berjalan

Biaya perolehan: Tanah

Inventaris kantor

Kendaraan bermotor

Akumulasi penyusutan: Bangunan

Inventaris kantor

Kendaraan bermotor

Nilai Tercatat

Jumlah beban penyusutan yang dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif pada 31 Maret 2014 dan

31 Maret 2013 masing-masing sebesar Rp 15.204 dan Rp 12.761.

Perusahaan memiliki beberapa bidang tanah dengan hak legal berupa Hak Guna Bangunan yang berjangka waktu antara 9 (sembilan) sampai dengan 41 (empat puluh satu) tahun yang akan jatuh tempo antara tahun 2014 dan 2042. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat masalah dengan perpanjangan hak atas tanah karena seluruh tanah diperoleh secara sah dan didukung dengan bukti pemilikan yang memadai.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, Perusahaan menjual aset tetapnya dengan nilai tercatat masing-masing sebesar Rp 13 dan Rp 1.863 pada harga jual masing-masing sebesar Rp 2 dan Rp 1.965. Keuntungan (kerugian) bersih penjualan aset tetap tersebut dibukukan pada akun Pendapatan (Beban) Operasional Lainnya (Catatan 29 (Catatan 30)).

Aset tetap Perusahaan kecuali tanah dengan nilai perolehan sebesar Rp 663.003 dan Rp 659.218 pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 diasuransikan terhadap risiko kebakaran, gempa bumi, huru- hara, pencurian dan risiko lainnya pada PT Asuransi Sinar Mas, pihak berelasi, dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 663.003 dan Rp 657.697 (Catatan 32). Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, tidak ada aset tetap Perusahaan yang ditempatkan sebagai jaminan.

Nilai wajar tanah dan bangunan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp 228.785 dan Rp 228.675.

Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai atas aset tetap tersebut pada tanggal

31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013.

14. Aset Ijarah

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, akun ini merupakan obyek sewa dari transaksi Ijarah Muntahiyah Bittamlik dengan opsi perpindahan hak milik obyek sewa dengan hibah.

Perubahan selama tahun berjalan

1 Januari 2014

Penambahan

Pengalihan pada

31 Maret 2014

akhir masa akad

Biaya perolehan: Kendaraan bermotor

30.569 Alat-alat berat

2.354 Aset Multijasa

182.095 Akumulasi penyusutan:

7.744 Alat-alat berat

Kendaraan bermotor

1.660 Aset Multijasa

38.672 Nilai Tercatat

Perubahan selama tahun berjalan

1 Januari 2013

Penambahan

Pengalihan pada

31 Desember 2013

akhir masa akad

Biaya perolehan: Kendaraan bermotor

30.400 Alat-alat berat

2.354 Aset Multijasa

126.015 Akumulasi penyusutan:

7.729 Alat-alat berat

Kendaraan bermotor

1.660 Aset Multijasa

21.459 Nilai Tercatat

15. Aset Lain-lain – Bersih

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Uang muka pembelian aset

Uang muka renovasi gedung kantor

Barang cetakan dan materai

Tagihan komisi asuransi

Agunan yang diambil-alih

Setoran jaminan

Biaya promosi yang ditangguhkan

Tagihan komisi reksadana

Tagihan sehubungan dengan ATM bersama

Uang muka pengembangan sumber daya manusia

Kiriman uang

Tagihan sehubungan dengan penyelesaian Bank Indover

Uang muka dinas karyawan

Tagihan derivatif

Cadangan kerugian penurunan nilai aset lain-lain

Jumlah - bersih

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, nilai tercatat agunan yang diambil-alih adalah sebesar Rp 21.951 dan Rp 21.796 setelah dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai masing-masing sebesar Rp 51 dan Rp 50.

Pada tahun 2013, Perusahaan menjual aset tetap yang tidak digunakan dengan nilai tercatat sebesar nihil pada harga jual sebesar Rp 66. Keuntungan bersih penjualan aset tetap yang tidak digunakan tersebut dibukukan pada akun Pendapatan Operasional Lainnya (Catatan 29).

Berikut adalah rincian agunan yang diambil-alih berdasarkan kolektibilitasnya sesuai ketentuan Bank Indonesia:

Dalam perhatian khusus

Kurang lancar

Diragukan

Macet

Jumlah

Mutasi cadangan kerugian penurunan nilai aset lain – lain adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Saldo awal

Selisih kurs penjabaran

Saldo akhir

Aset lain-lain kepada pihak berelasi pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah masing- masing sebesar Rp 21.372 dan Rp 52.352 (Catatan 32).

Manajemen berpendapat bahwa jumlah cadangan kerugian penurunan nilai untuk aset lain-lain adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang akan timbul akibat tidak tertagihnya aset tersebut.

16. Liabilitas Segera

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Kiriman uang

Liabilitas sehubungan dengan ATM bersama

Beban akrual

Liabilitas administrasi kredit

Liabilitas pada perusahaan asuransi

Liabilitas sehubungan dengan Visa

Liabilitas setoran Jamsostek

Liabilitas segera lainnya kepada pihak berelasi pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah masing-masing sebesar Rp 3.321 dan Rp 619 (Catatan 32).

17. Simpanan

Simpanan terdiri dari:

Deposito berjangka

Jumlah

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Konvensional Pihak berelasi (Catatan 32) Rupiah

Mata uang asing (Catatan 34)

Pihak ketiga Rupiah

Mata uang asing (Catatan 34)

Syariah Pihak berelasi (Catatan 32) Rupiah Giro Mudharabah

Giro Wadiah

Mata uang asing (Catatan 34) Giro Wadiah

Pihak ketiga Rupiah Giro Mudharabah

Giro Wadiah

Mata uang asing (Catatan 34) Giro Wadiah

Suku bunga giro per tahun Rupiah

0,00 - 7,00

0,00 - 6,50

Mata uang asing

0,00 - 2,50

0,00 - 2,50

Saldo giro yang diblokir dalam rangka jaminan kredit yang diberikan, bank garansi dan letter of credit pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing adalah sebesar Rp 11.643 dan Rp 19.683 (Catatan 9 dan 33).

b. Tabungan terdiri atas:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Konvensional Rupiah Pihak berelasi (Catatan 32) Tabungan Sinarmas

Tabungan Sinarmas Gold

Pihak ketiga Tabungan Sinarmas

Tabungan Sinarmas Gold

Syariah Rupiah Pihak berelasi (Catatan 32) Tabungan Wadiah

Tabungan Mudharabah

Pihak ketiga Tabungan Wadiah

Tabungan Mudharabah

Suku bunga tabungan per tahun Rupiah

0,00 - 5,50

0,00 - 5,52

Saldo tabungan yang diblokir dalam rangka jaminan kredit yang diberikan, bank garansi dan letter of credit pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah sebesar nihil (Catatan 9 dan 33).

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Konvensional Pihak berelasi (Catatan 32) Rupiah

Mata uang asing (Catatan 34)

Pihak ketiga Rupiah

Mata uang asing (Catatan 34)

Syariah Deposito Mudharabah Pihak berelasi (Catatan 32) Rupiah

Pihak ketiga Rupiah

Klasifikasi deposito berjangka berdasarkan jangka waktu adalah sebagai berikut:

Berdasarkan periode deposito berjangka:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Pihak berelasi

Pihak

Pihak berelasi

Pihak

Jumlah Rupiah Kurang dari 1 bulan

3.203.953 Mata uang asing

(Catatan 34) Kurang dari 1 bulan

44.152 1 bulan

287.066 3 bulan

176.352 6 bulan

246.495 12 bulan

852.271 Jumlah

1.606.336 Jumlah

Berdasarkan sisa umur sampai dengan saat jatuh tempo:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Pihak berelasi

Pihak

Jumlah

Pihak berelasi

Rupiah 1 bulan atau kurang

1 - 3 bulan

3 - 6 bulan

6 - 12 bulan

Mata uang asing (Catatan 34) 1 bulan atau kurang

1 - 3 bulan

3 - 6 bulan

6 - 12 bulan

Suku bunga deposito berjangka per tahun Rupiah

5,00 - 10,50

5,00 - 10,50

Mata uang asing

0,15 - 3,75

0,15 - 3,50

Saldo deposito berjangka yang diblokir dalam rangka jaminan kredit yang diberikan, bank garansi dan letter of credit pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing adalah sebesar Rp 1.131.668 dan Rp 1.208.490 (Catatan 9 dan 33).

18. Simpanan dari Bank Lain

Deposito berjangka

Call money

a. Giro terdiri dari:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Konvensional Pihak berelasi (Catatan 32) Mata uang asing (Catatan 34)

Pihak ketiga Rupiah

Syariah Pihak ketiga Rupiah

Jumlah

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Suku bunga per tahun Rupiah

0,00 - 5,00

0,00 - 5,00

Dolar Amerika Serikat

b. Deposito berjangka merupakan deposito berjangka yang ditempatkan oleh pihak ketiga dalam Rupiah.

Termasuk dalam deposito berjangka pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah deposito berjangka yang didasarkan pada prinsip perbankan syariah masing-masing sebesar Rp 132.050 dan nihil.

Klasifikasi deposito berjangka berdasarkan jangka waktu adalah sebagai berikut:

Berdasarkan periode deposito berjangka

Berdasarkan sisa umur sampai dengan saat jatuh tempo

31 Maret 2014

31 Desember 2013

1 bulan atau kurang

1 - 3 bulan

3 - 6 bulan

6 - 12 bulan

Jumlah

Suku bunga per tahun:

c. Pada tanggal 31 Maret 2014, Call Money di tempatkan oleh pihak ketiga dalam mata uang asing dengan jangka waktu kurang dari 1 bulan dan suku bunga pertahun sebesar 0,14%-0,15%. Sedangkan pada tanggal

31 Desember 2013, Call Money ditempatkan oleh pihak ketiga dalam Rupiah dengan jangka waktu kurang dari 1 bulan dan suku bunga per tahun sebesar 7,05%.

19. Liabilitas Akseptasi

a. Berdasarkan jangka waktu perjanjian:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Pihak ketiga Rupiah 1 bulan atau kurang

1-3 bulan

3-6 bulan

lebih dari 6 bulan

Mata Uang Asing (Catatan 34) 1 bulan atau kurang

1-3 bulan

3-6 bulan

lebih dari 6 bulan

b. Berdasarkan sisa umur sampai dengan saat jatuh tempo:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Pihak ketiga Rupiah 1 bulan atau kurang

1-3 bulan

3-6 bulan

6-12 bulan

Jumlah

Mata Uang Asing (Catatan 34) 1 bulan atau kurang

1-3 bulan

3-6 bulan

6-12 bulan

20. Utang Pajak

Utang pajak terdiri dari:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Pajak kini

Pajak penghasilan Pasal 4

Pasal 23 dan 26

Jumlah pajak penghasilan

Pajak Pertambahan Nilai

Jumlah

Besarnya pajak yang terutang ditetapkan berdasarkan perhitungan pajak yang dilakukan sendiri oleh Perusahaan (self-assessment). Berdasarkan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 mengenai Perubahan Ketiga atas Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Kantor Pajak dapat melakukan pemeriksaan atas perhitungan pajak dalam jangka waktu 5 tahun (dari sebelumnya 10 tahun) setelah terutangnya pajak, dengan beberapa pengecualian, sedangkan untuk tahun pajak 2007 dan sebelumnya ketetapan tersebut berakhir paling lama pada akhir tahun pajak 2013.

21. Beban Bunga Akrual

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Pihak berelasi (Catatan 32) Rupiah Deposito

Mata uang asing (Catatan 34) Deposito

Jumlah pihak berelasi

Pihak ketiga Rupiah Deposito

Mata uang asing (Catatan 34) Deposito

Jumlah pihak ketiga

22. Liabilitas Lain –Lain

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Pendapatan diterima dimuka

Taksiran pajak penghasilan

Setoran jaminan

Kewajiban derivatif

Premi Penjaminan Pemerintah (Catatan 40g)

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, pendapatan diterima dimuka merupakan pendapatan dari provisi lainnya yang diamortisasi selama jangka waktu transaksi serta pendapatan provisi atas kredit yang belum dicairkan.

23. Modal Saham dan Tambahan Modal Disetor

Susunan pemegang saham Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 sebagai berikut:

31 Maret 2014

Jumlah Lembar

Persentase

Jumlah

Pemegang Saham

Saham

Kepemilikan

Modal Disetor

Rp

PT Sinar Mas Multiartha Tbk

PT Shinta Utama

Freenyan Liwang, Direktur Utama

Halim, Direktur

Jumlah Lembar

Persentase

Jumlah

Pemegang Saham

Saham

Kepemilikan

Modal Disetor

Rp

PT Sinar Mas Multiartha Tbk

PT Shinta Utama

Freenyan Liwang, Direktur Utama

Halim, Direktur

Pada tanggal 15 Juni 2012, berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham yang didokumentasikan dalam Akta No. 21 tanggal 15 Juni 2012 dari Andalia Farida, SH., MH, notaris di Jakarta, pemegang saham menyetujui penerbitan saham sebanyak 1.203.186.138 lembar saham dengan nilai nominal Rp 100 (dalam Rupiah penuh) per saham dan penerbitan waran secara cuma-cuma sebanyak-banyaknya 2.996.614.532 lembar (Catatan 1b dan 24) untuk ditawarkan melalui Penawaran Umum Terbatas I.

Jumlah penerimaan dari Penawaran Umum Terbatas I Rp 300.797 dengan biaya emisi saham Rp 3.776.

PT Shinta Utama dan PT Sinar Mas Multiartha Tbk telah menandatangani dan menyampaikan surat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam keikutsertaan Perusahaan dalam program penjaminan Pemerintah (Catatan 40g).

Perubahan lembar saham untuk periode-periode yang berakhir 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut:

Jumlah Saham

Jumlah Saham pada tanggal 1 Januari 2013

Penambahan modal disetor melalui konversi Waran Seri I (Catatan 24)

Penambahan modal disetor melalui konversi Waran Seri II (Catatan 24)

Jumlah Saham pada tanggal 31 Desember 2013

Penambahan modal disetor melalui konversi Waran Seri I (Catatan 24)

Penambahan modal disetor melalui konversi Waran Seri II (Catatan 24)

Jumlah Saham pada tanggal 31 Maret 2014

Perubahan tambahan modal disetor sampai dengan tanggal 31 Maret 2014:

Jumlah Rp

Penawaran Umum Perdana tahun 2010 (Catatan 1b)

Biaya emisi saham tahun 2010

Konversi Waran Seri I tahun 2011 (Catatan 24)

Konversi Waran Seri I tahun 2012 (Catatan 24)

Penawaran Umum Terbatas I tahun 2012 (Catatan 1b)

Biaya emisi saham tahun 2012

Jumlah tambahan modal disetor pada tanggal 31 Desember 2012

Konversi Waran Seri I tahun 2013 (Catatan 24)

Konversi Waran Seri II tahun 2013 (Catatan 24)

Jumlah tambahan modal disetor pada tanggal 31 Desember 2013

Konversi Waran Seri I tahun 2014 (Catatan 24)

Konversi Waran Seri II tahun 2014 (Catatan 24)

Jumlah tambahan modal disetor pada tanggal 31 Maret 2014

Manajemen Permodalan

Tujuan utama dari pengelolaan modal Perusahaan adalah untuk memastikan bahwa Perusahaan mempertahankan rasio modal yang sehat dalam rangka mendukung bisnis dan memaksimalkan nilai pemegang saham. Perusahaan wajib untuk memenuhi rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Manajemen menggunakan peraturan rasio permodalan untuk memantau kecukupan modal, sesuai dengan standar industri. Pendekatan Bank Indonesia untuk pengukuran modal tersebut terutama didasarkan kepada pemantauan kebutuhan modal yang diwajibkan (diukur sebagai 8% pada periode 31 Maret 2014 dan

31 Desember 2013 dari aset tertimbang menurut risiko) terhadap modal yang tersedia.

Perusahan telah memenuhi semua persyaratan modal yang diwajibkan sepanjang tahun.

Perusahaan wajib memperhitungkan Risiko Pasar karena telah memenuhi kriteria sebagaimana diatur oleh Peraturan Bank Indonesia yang berlaku, yaitu jumlah aset sebesar Rp 10.000.000 atau lebih. Perhitungan dilakukan menggunakan metode standar sesuai dengan PBI dimaksud.

Rasio kecukupan modal pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing sebesar 21,39% dan 21,82%. Rasio kecukupan modal pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 dihitung sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.

Perhitungan rasio kecukupan modal pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

I. Komponen Modal A. Modal Inti

B. Modal Pelengkap

II. Jumlah modal

III. Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Risiko kredit setelah memperhitungkan risiko spesifik

Risko pasar

Risiko operasional

Jumlah ATMR untuk risiko kredit, pasar dan operasional

IV. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang tersedia KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit

KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit dan pasar

KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit dan operasional

KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit dan operasional dan pasar

V. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang diwajibkan

* Tidak termasuk pengaruh pajak tangguhan

24. Waran

Pada tanggal 13 Desember 2010, Perusahaan menerbitkan waran Seri I secara cuma-cuma sejumlah 1.920.000.000 waran yang melekat pada saham yang diterbitkan dalam rangka Penawaran Umum Perdana. Setiap pemegang lima (5) saham baru Perusahaan berhak memperoleh enam (6) waran dimana setiap satu (1) waran memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu (1) saham baru Perusahaan dengan harga Pelaksanaannya sebesar Rp 150 (dalam Rupiah penuh) dan dapat dikonversi menjadi saham mulai tanggal 13 Juni 2011 sampai dengan 11 Desember 2015. Saham-saham Perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 13 Desember 2010.

Sehubungan dengan Pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas I pada tanggal 15 Juni 2012 (Catatan 1 dan 23), jumlah dan harga pelaksanaan Waran Seri I yang belum dikonversi disesuaikan menjadi 120.646.622 waran dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 149 (dalam Rupiah penuh) per lembar saham.

Selama Periode 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, sebanyak 3.650.200 Waran Seri I dan 7.569.399 Waran Seri I telah dikonversi menjadi 3.650.200 saham dan 7.569.399 saham dengan jumlah penerimaan sebesar Rp 544 dan Rp 1.128.

Jumlah Waran Seri I yang belum dikonversikan menjadi saham sebanyak 109.427.023 dan 113.077.223 pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013.

Pada tanggal 15 Juni 2012, Perusahaan menerbitkan Waran Seri II secara cuma-cuma sejumlah 2.996.614.532 waran yang melekat pada saham yang diterbitkan dalam rangka Penawaran Umum Terbatas I. Setiap pemegang lima puluh tiga (53) saham baru Perusahaan berhak memperoleh seratus tiga puluh dua (132) waran dimana setiap satu (1) waran memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu (1) saham baru Perusahaan dengan harga pelaksanaannya sebesar Rp 250 (dalam Rupiah penuh) dan dapat dikonversi menjadi saham mulai tanggal 11 Januari 2013 sampai dengan 29 Juni 2017.

Selama periode 31 Maret 2014, sebanyak 4 Waran Seri II telah dikonversi menjadi 4 saham dengan jumlah penerimaan sebesar Rp 1.000 (angka penuh).

Jumlah Waran Seri II yang belum dikonversikan menjadi saham sebanyak 171.138.667 dan 171.138.671 pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013.

25. Pendapatan Bunga dan Bagi Hasil

31 Maret 2014

31 Maret 2013

Rupiah Kredit yang diberikan

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia

Giro pada bank lain

Efek yang dibeli dengan janji jual kembali

Mata uang asing Kredit yang diberikan

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia

Giro pada bank lain

Pendapatan bunga dan bagi hasil yang diterima dari pihak berelasi selama periode 31 Maret 2014 dan

31 Maret 2013 masing-masing sebesar Rp 8.456 dan Rp 16.421 atau masing-masing 3,72% dan 4,89% dari jumlah pendapatan bunga dan bagi hasil (Catatan 32).

Termasuk dalam pendapatan bunga dan bagi hasil selama periode 31 Maret 2014 dan 31 Maret 2013 adalah bagi hasil transaksi syariah masing-masing sebesar Rp 45.006 dan Rp 27.418.

26. Beban Bunga dan Bagi Hasil

31 Maret 2014

31 Maret 2013

Rupiah Deposito berjangka

Premi penjaminan Pemerintah (Catatan 40g)

Simpanan dari bank lain

Mata uang asing Deposito berjangka

Simpanan dari bank lain

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Maret 2013, bunga yang dibayar kepada pihak berelasi masing-masing sebesar Rp 26.553 dan Rp 32.262 atau masing-masing 16,11% dan 24,93% dari jumlah beban bunga dan bagi hasil (Catatan 32).

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Maret 2013, termasuk dalam beban bunga dan bagi hasil adalah bagi hasil transaksi syariah masing-masing sebesar Rp 15.580 dan Rp 10.958.

27. Beban Umum dan Administrasi

Riset dan pengembangan

Perbaikan dan pemeliharaan

Cetakan dan alat tulis

Sewa gedung

Pendidikan dan pengembangan

Listrik dan air

Perjalanan dinas

Jasa profesional

Beban umum dan administrasi yang dibayar kepada pihak berelasi pada 31 Maret 2014 dan 31 Maret 2013 masing-masing sebesar Rp 18.086 dan Rp 10.451 (Catatan 32).

28. Beban Tenaga Kerja

Tunjangan Hari Raya

Tunjangan lainnya

29. Pendapatan Operasional Lainnya – Lain-lain

30. Beban Operasional Lainnya – Lain-lain

Beban tanggung jawab sosial

Kerugian penjualan aktiva yang diambil-alih

Kerugian penjualan aset tetap (catatan 13)

31. Laba per Saham Dasar

31 Maret 2014

31 Maret 2013

Laba bersih

Rata-rata tertimbang jumlah saham untuk perhitungan laba per saham dasar

Rata-rata tertimbang jumlah saham untuk perhitungan laba per saham dilusian

Laba bersih per saham (dalam Rupiah penuh) Dasar

Rata-rata tertimbang jumlah saham beredar untuk perhitungan laba per saham dilusian periode

31 Maret 2014 dan 31 Maret 2013 telah memperhitungkan efek berpotensi saham biasa yang dilutif yakni Waran Seri I dan Waran Seri II (Catatan 24).

32. Sifat dan Transaksi Pihak Berelasi

Sifat Pihak Berelasi

Selain karyawan kunci, pihak berelasi dengan Perusahaan adalah perusahaan-perusahaan yang berada dibawah Perusahaan Sinar Mas, karena Perusahaan Sinar Mas merupakan pemegang saham utama dari Perusahaan:

a. Pemegang saham (termasuk pemegang saham akhir) Perusahaan.

PT Sinarmas Multiartha Tbk, PT Shinta Utama dan Indra Widjaja.

b. Perusahaan-perusahaan yang dimiliki secara langsung atau tidak langsung oleh pemegang saham Perusahaan.

c. Perusahaan-perusahaan yang dikendalikan oleh anggota keluarga dekat pemegang saham dan manajemen kunci Perusahaan.

Transaksi Pihak Berelasi

Dalam kegiatan usahanya, Perusahaan juga melakukan transaksi-transaksi tertentu dengan pihak-pihak berelasi yang meliputi antara lain:

a. Transaksi aset dan liabilitas dengan pihak berelasi adalah sebagai berikut:

terhadap jumlah

terhadap jumlah

Jumlah

aset/liabilitas

Jumlah

aset/liabilitas

Aset

Kredit PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry

Kenny Santoso

PT Maritim Sinar Utama

PT Tjiwi Kimia

Hendra Jaya Kosasih

Lain - lain (dibawah Rp 1.000)

Tagihan Akseptasi

Pendapatan bunga akrual

Biaya dibayar dimuka

Aset lain - lain

Liabilitas segera

Simpanan dari bank lain

Beban bunga akrual

b. Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, sebesar Rp 2.354.394 dan Rp 2.424.810 dari saldo kredit channeling disalurkan melalui pihak berelasi (Catatan 9).

c. Pendapatan bunga dan bagi hasil yang diterima dari pihak berelasi untuk periode 31 Maret 2014 dan

31 Maret 2013 masing-masing sebesar Rp 8.456 dan Rp 16.421, atau masing-masing 3,72% dan 4,89% dari jumlah pendapatan bunga dan bagi hasil (Catatan 25).

d. Beban bunga dan bagi hasil yang dibayar kepada pihak berelasi untuk periode 31 Maret 2014 dan

31 Maret 2013 masing-masing sebesar Rp 26.553 dan Rp 32.262, atau masing-masing 16,11% dan 24,93% dari jumlah beban bunga dan bagi hasil (Catatan 26).

e. Beban umum dan administrasi yang dibayar kepada pihak berelasi untuk periode 31 Maret 2014 dan

31 Maret 2013 masing-masing sebesar Rp 18.086 dan Rp 10.451 (Catatan 27).

f. Perusahaan memberikan kompensasi kepada karyawan kunci. Imbalan yang diberikan kepada direksi dan anggota manajemen kunci lainnya adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014 Personil

kunci lainnya

Gaji dan imbalan kerja jangka pendek

Imbalan pesangon

31 Maret 2013 Personil

kunci lainnya

Gaji dan imbalan kerja jangka pendek

Imbalan pesangon

g. Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, saldo transaksi komitmen dan kontinjensi (berupa L/C dan bank garansi) dengan pihak berelasi masing-masing sebesar Rp 150.192 dan Rp 138.818 (Catatan 33). Saldo jaminan tunai dari pihak berelasi sehubungan dengan transaksi L/C dan bank garansi pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing sebesar Rp 14.500 dan Rp 14.500.

h. Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, aset tetap Perusahaan, kecuali tanah diasuransikan kepada PT Asuransi Sinar Mas dengan nilai pertanggungan seluruhnya masing-masing sebesar Rp 663.003 dan Rp 657.697 (Catatan 13).

33. Komitmen dan Kontinjensi

a. Komitmen pembelian dan penjualan tunai mata uang asing

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Pembelian tunai mata uang asing (spot dan forward) Dolar Amerika Serikat

Poundsterling Inggris

Dolar Australia

Yen Jepang

Penjualan tunai mata uang asing (tom, spot dan forward) Dolar Amerika Serikat

Poundsterling Inggris

Dolar Australia

Yen Jepang

Transaksi tom, spot, forward di atas akan selesai masing-masing dalam 1 hari, 2 hari dan 20 hari sampai

46 hari.

b. Perusahaan memiliki tagihan dan liabilitas komitmen dan kontinjensi dalam rangka ekspor-impor, pemberian garansi dan pemberian kredit kepada nasabah dengan rincian sebagai berikut:

Liabilitas Komitmen Fasilitas kredit kepada nasabah

yang belum digunakan

Irrevocable letters of credit

Tagihan Kontinjensi Pendapatan bunga dalam penyelesaian

Liabilitas Kontinjensi Bank garansi

Jumlah - bersih

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, saldo transaksi komitmen dan kontinjensi berupa L/C dan bank garansi dengan pihak berelasi masing-masing sebesar Rp 150.192 dan Rp 138.818 (Catatan 32).

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, jangka waktu untuk L/C masing-masing berkisar antara 1 - 9 bulan dan 1 - 12 bulan, sedangkan untuk bank garansi masing-masing berkisar antara 14 hari - 39 bulan dan 18 hari - 38 bulan.

Saldo L/C yang dijamin dengan jaminan tunai pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing adalah sebesar Rp 28.940 dan Rp 48.399 (Catatan 17).

Saldo bank garansi yang dijamin dengan jaminan tunai pada tanggal 31 Maret 2014 dan

31 Desember 2013 masing-masing adalah sebesar Rp 248.721 dan Rp 225.136 (Catatan 17).

34. Aset Dan Liabilitas Dalam Mata Uang Asing

a. Posisi aset dan liabilitas dalam mata uang asing adalah sebagai berikut: Ekuivalen Rp 31 Maret 2014

31 Desember 2013

Aset Kas

Giro pada Bank Indonesia

Giro pada bank lain

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia

Tagihan Akseptasi

Pendapatan bunga akrual

Aset lain-lain

Jumlah Aset

Liabilitas Liabilitas segera

Simpanan dari bank lain

Liabilitas Akseptasi

Beban bunga akrual

Liabilitas lain-lain

Jumlah Liabilitas

Aset/Liabilitas - Bersih

Berikut ini disajikan rincian posisi devisa neto Perusahaan sebagaimana disampaikan Perusahaan kepada Bank Indonesia:

31 Maret 2014 Laporan Posisi Keuangan dan Rekening Administratif

Mata Uang

Aset

Liabilitas

Bersih Absolut

Dolar Amerika Serikat

Poundsterling Inggris

Yen Jepang

Dolar Hong Kong

Dolar Singapura

Dolar Australia

Yuan China

31 Desember 2013 Laporan Posisi Keuangan dan Rekening Administratif

Mata Uang

Aset

Liabilitas

Bersih Absolut

Dolar Amerika Serikat

Poundsterling Inggris

Yen Jepang

Dolar Hong Kong

Dolar Singapura

Dolar Australia

Yuan China

Posisi devisa neto pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 dihitung berdasarkan Peraturan Bank Indonesia. Rasio PDN Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing adalah sebesar 1,06% dan 0,75%.

35. Nilai Wajar Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan

Nilai wajar adalah nilai dimana suatu instrumen keuangan dapat dipertukarkan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar, dan bukan merupakan nilai penjualan akibat kesulitan keuangan atau likuidasi yang dipaksakan. Nilai wajar diperoleh dari kuotasi harga atau model arus kas diskonto.

Berikut adalah nilai tercatat aset keuangan dan estimasi nilai wajar Perusahaan dari aset keuangan dan liabilitas keuangan (tidak termasuk akun Syariah) pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut:

Estimasi Nilai

Nilai

Estimasi Nilai

Aset Keuangan

Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Efek-efek

Tagihan derivatif

Dimiliki hingga jatuh tempo Efek-efek

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia

Tersedia untuk dijual Efek-efek

Pinjaman diberikan dan piutang Kas

Giro pada Bank Indonesia

Giro pada bank lain

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia

Efek yang dibeli dengan janji jual kembali

Kredit yang diberikan - bersih

Tagihan akseptasi

Pendapatan bunga akrual

Aset lain-lain

Jumlah Aset Keuangan

Liabilitas Keuangan

Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Liabilitas derivatif

Liabilitas Keuangan Lain-lain Liabilitas segera

Simpanan dari bank lain

Liabilitas akseptasi

Surat berharga yang diterbitkan

Beban bunga akrual

Liabilitas lain-lain

Jumlah Liabilitas Keuangan

Hirarki Nilai Wajar

Tabel berikut mengungkapkan hirarki nilai wajar dari aset keuangan dan liabilitas keuangan (tidak termasuk akun Syariah) pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013:

Aset Keuangan Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Tagihan derivatif

Tersedia untuk dijual

Jumlah Aset Keuangan

Liabilitas Keuangan Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Liabilitas derivatif

Jumlah liabilitas keuangan

Aset Keuangan Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Tagihan derivatif

Tersedia untuk dijual

Jumlah Aset Keuangan

Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif adalah berdasarkan kuotasi harga pasar pada tanggal pelaporan. Pasar dianggap aktif apabila kuotasi harga tersedia sewaktu-waktu dan dapat diperoleh secara rutin dari bursa, pedagang efek, perantara efek, kelompok industri atau badan penyedia jasa penentuan harga, atau badan pengatur, dan harga tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar. Kuotasi harga pasar yang digunakan untuk aset keuangan yang dimiliki oleh Perusahaan adalah harga penawaran (bid price) terkini. Instrumen keuangan seperti ini termasuk dalam hirarki Tingkat 1. Instrumen yang termasuk dalam hirarki Tingkat 1 terdiri dari investasi dalam obligasi (termasuk obligasi Pemerintah) dan ROI Loan dan diklasifikasikan sebagai surat berharga tersedia untuk dijual atau diperdagangkan.

Nilai wajar instrumen keuangan yang tidak diperdagangkan di pasar aktif ditentukan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian ini memaksimalkan penggunaan data pasar yang dapat diobservasi yang tersedia dan sesedikit mungkin mengandalkan estimasi spesifik yang dibuat oleh entitas. Jika seluruh input signifikan yang dibutuhkan untuk menentukan nilai wajar dapat diobservasi, maka instrumen tersebut termasuk dalam hirarki Tingkat 2. Instrumen yang termasuk dalam hirarki Tingkat 2 adalah tagihan derivatif.

Teknik penilaian spesifik yang digunakan untuk menentukan nilai wajar instrumen keuangan adalah kuotasi harga pasar atau kuotasi harga penjual untuk instrumen sejenis.

Metode dan asumsi berikut ini digunakan oleh Perusahaan untuk melakukan estimasi atas nilai wajar setiap kelompok instrumen keuangan:

 Nilai wajar efek-efek, kecuali Sertifikat Bank Indonesia dan wesel ekspor pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah berdasarkan harga pasar. Nilai wajar Sertifikat Bank Indonesia dan wesel ekspor, adalah mendekati nilai tercatatnya karena bersifat jangka pendek.

 Nilai wajar kredit yang diberikan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah berdasarkan metode arus kas diskonto menggunakan suku bunga pasar yang berlaku.

 Nilai wajar aset keuangan selain efek-efek dan kredit yang diberikan pada tanggal 31 Maret 2014 dan

31 Desember 2013, adalah mendekati nilai tercatatnya karena bersifat jangka pendek.

 Nilai wajar liabilitas keuangan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, dengan fitur dapat ditarik sewaktu-waktu, atau jatuh tempo dalam jangka pendek adalah sama dengan yang terutang pada saat penarikan yakni sebesar nilai tercatatnya.

36. Saldo Laba yang Ditentukan Penggunaannya

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham yang didokumentasikan dalam Akta No. 31 tanggal 10 Juni 2013 dari Aryanti Artisari, S.H, M.H., notaris di Jakarta, pemegang saham menyetujui untuk menyisihkan saldo laba sebesar Rp 500 untuk cadangan umum.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, saldo laba yang ditentukan penggunaannya untuk cadangan umum adalah masing-masing sebesar Rp 4.500 dan Rp 4.500.

37. Kontinjensi

Perusahaan menghadapi perkara hukum atau gugatan yang timbul dari kegiatan normal usahanya. Manajemen Perusahaan bersama dengan penasehat hukum berpendapat bahwa liabilitas akhir atas perkara hukum atau gugatan tersebut, jika ada, tidak memiliki pengaruh yang material terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, tidak ada provisi yang dibentuk atas liabilitas kontinjensi tersebut.

38. Informasi Segmen

a. Segmen Usaha

Informasi segmen Perusahaan disajikan berdasarkan jenis kegiatan usahanya, yakni pemasaran dan kredit, treasuri, dan ekspor-impor. Kegiatan usaha tersebut menjadi dasar pelaporan informasi segmen primer Perusahaan, sebagai berikut:

31 Maret 2014

Bank Umum

Unit Usaha Syariah

Pemasaran

Pemasaran

Jumlah Pendapatan

dan Kredit

Treasuri

Ekspor-impor

dan Kredit

Treasuri

Pendapatan bunga dan bagi hasil

390.133 Pendapatan operasional lainnya

11.493 Jumlah Pendapatan

Beban bunga dan bagi hasil

164.811 Beban operasional lainnya

24 3.565 Jumlah Beban

168.376 Pendapatan segmen - bersih

233.250 Pendapatan yang tidak dapat dialokasikan

39.331 Beban yang tidak dapat dialokasikan

227.187 Laba sebelum pajak

45.394 Beban pajak

9.079 Laba bersih

31 Maret 2013

Bank Umum

Unit Usaha Syariah

Pemasaran

Pemasaran

Jumlah Pendapatan

dan Kredit

Treasuri

Ekspor-impor

dan Kredit

Treasuri

Pendapatan bunga dan bagi hasil

335.437 Pendapatan operasional lainnya

6.891 Jumlah Pendapatan

15 129.427 Beban operasional lainnya

Beban bunga dan bagi hasil

12.124 Jumlah Beban

141.551 Pendapatan segmen - bersih

200.777 Pendapatan yang tidak dapat dialokasikan

48.105 Beban yang tidak dapat dialokasikan

178.102 Laba sebelum pajak

70.780 Beban pajak

14.156 Laba bersih

31 Maret 2014

Bank Umum

Unit Usaha Syariah

Pemasaran

Pemasaran

dan Kredit

Treasuri

Ekspor-impor

dan Kredit

Aset segmen

16.392.703 Aset yang tidak dapat dialokasikan

1.248.791 Jumlah Aset

Liabilitas

14.664.207 Liabilitas yang tidak dapat dialokasikan

Liabilitas segmen

185.392 Jumlah Liabilitas

31 Desember 2013

Bank Umum

Unit Usaha Syariah

Pemasaran

Pemasaran

dan Kredit

Treasuri

Ekspor-impor

dan Kredit

16.208.570 Aset yang tidak dapat dialokasikan

Aset segmen

1.238.885 Jumlah Aset

Liabilitas

Liabilitas segmen

627.583 7 14.365.829 Liabilitas yang tidak dapat dialokasikan

327.366 Jumlah Liabilitas

Pendapatan bunga berdasarkan wilayah geografis adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014

31 Maret 2013

DKI Jakarta

Pulau Jawa (diluar Jakarta)

Pulau Sumatera

Pulau Sulawesi dan Maluku

Pulau Bali dan Lombok

Pulau Kalimantan

Pulau Jayapura

Nilai tercatat aset segmen dan tambahan atas aset tetap berdasarkan wilayah geografis atau lokasi aset tersebut adalah sebagai berikut:

Nilai Tercatat Aset Segmen

Penambahan Aset Tetap

31 Desember 2013 DKI Jakarta

72.252 Pulau Jawa (diluar Jakarta)

14.045 Pulau Sumatera

8.142 Pulau Sulawesi dan Maluku

5.112 Pulau Bali dan Lombok

3.033 Pulau Kalimantan

1.547 Pulau Jayapura

39. Tujuan dan Kebijakan Manajemen Risiko Keuangan

Perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya menyadari bahwa situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan senantiasa mengalami perkembangan yang diikuti dengan semakin meningkatnya eksposur dan kompleksitas risiko kegiatan usaha perbankan, serta meningkatnya kebutuhan akan praktek tata kelola yang sehat (Good Corporate Governance). Sebagai tanggapan Perusahaan terhadap kondisi tersebut, Perusahaan menerapkan suatu kebijakan manajemen risiko yang bertujuan untuk memastikan bahwa risiko-risiko yang timbul dalam kegiatan usahanya dapat diidentifikasi, diukur, dikelola dan dilaporkan, yang pada akhirnya akan memberikan manfaat berupa peningkatan nilai perusahaan yang disertai peningkatan kepercayaan pemegang saham dan masyarakat, memberikan gambaran lebih akurat mengenai kinerja di masa mendatang termasuk kemungkinan kerugian yang akan terjadi, dan meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan serta penilaian risiko dengan adanya ketersediaan informasi yang terkini, yang dengan sendirinya meningkatkan kinerja dan daya saing Perusahaan.

Untuk menyesuaikan dengan standar manajemen risiko pada perbankan internasional, Perusahaan secara terus-menerus mengembangkan dan meningkatkan kerangka sistem pengelolaan risiko dan struktur pengendalian internal yang terpadu dan komprehensif, sehingga dapat memberikan informasi bagi Perusahaan adanya potensi risiko secara lebih dini dan selanjutnya mengambil langkah-langkah yang memadai untuk meminimalkan dampak risiko. Kerangka manajemen risiko ini dituangkan dalam kebijakan, prosedur, limit-limit transaksi dan kewenangan dan ketentuan lain serta berbagai perangkat manajemen risiko yang berlaku di seluruh lingkup aktivitas usaha.

Perusahaan memiliki Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) yang bekerja secara independen dari unit bisnis dan audit internal. SKMR bertugas untuk menunjang pengelolaan risiko yang lebih menyeluruh, terpadu, terukur dan terkendali. Tugas dan tanggung jawab SKMR mencakup:

a. Memberikan masukan kepada Direksi dalam penyusunan kebijakan, strategi serta kerangka manajemen risiko;

b. Mengembangkan prosedur dan alat untuk identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko; b. Mengembangkan prosedur dan alat untuk identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko;

d. Pemantauan posisi/eksposur risiko secara keseluruhan (composite), per jenis risiko maupun per aktvitas fungsional sesuai limit risiko yang ditetapkan;

e. Melakukan stress testing guna mengetahui dampak dari pelaksanaan kebijakan dan strategi manajemen risiko terhadap kinerja masing-masing satuan kerja operasional;

f. Pengkajian terhadap usulan aktivitas dan/atau produk baru yang diajukan atau dikembangkan oleh suatu unit tertentu yang ada pada Bank. Pengkajian difokuskan terutama pada aspek kemampuan Bank untuk melakukan aktivitas dan atau produk baru termasuk system dan prosedur yang digunakan serta dampaknya terhadap eksposur risiko Bank secara keseluruhan;

g. Memberikan rekomendasi mengenai besaran atau maksimum eksposur risiko yang wajib dipelihara Bank kepada satuan kerja operasional dan kepada Komite Manajemen Risiko, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki Satuan Kerja Manajemen Risiko;

h. Evaluasi terhadap akurasi model dan validitas data yang digunakan oleh Bank untuk mengukur risiko, bagi Bank yang menggunakan model untuk keperluan intern;

i. Penyusunan dan penyampaian laporan profil risiko kepada Direktur Utama dan Komite Manajemen Risiko secara berkala atau sekurangkurangnya secara triwulanan. Apabila kondisi pasar berubah dengan cepat maka frekuensi laporan harus ditingkatkan. Sedangkan untuk eksposur risiko yang relatif lambat, frekuensi laporan disampaikan sekurang-kurangnya secara triwulanan. Apabila kondisi pasar berubah dengan cepat maka frekuensi laporan harus ditingkatkan.

j. Pelaksanaan kaji ulang secara berkala untuk memastikan : 

Kecukupan kerangka manajemen risiko 

Keakuratan metodologi penilaian risiko  Kecukupan sistem informasi manajemen risiko.

Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi liabilitasnya, yang timbul dari aktivitas fungsional Perusahaan seperti perkreditan (penyediaan dana), tresuri, investasi dan pembiayaan perdagangan (trade finance).

Risiko kredit dikelola melalui penetapan kebijakan - kebijakan dan proses-proses yang meliputi kriteria pemberian kredit dan persetujuan kredit, penetapan harga, pemantauan, pengelolaan kredit bermasalah dan manajemen portofolio. Perusahaan juga dengan ketat memantau perkembangan portofolio kredit Perusahaan yang memungkinkan Perusahaan untuk melakukan tindakan pencegahan secara tepat waktu (Early Warning) apabila terjadi penurunan kualitas kredit.

Proses pemantauan kualitas kredit sampai dengan penanganan kredit bermasalah terus ditingkatkan dengan berbagai strategi yang dimonitor secara periodik untuk memastikan agar kualitas portofolio kredit tetap terjaga. Pengelolaan kredit yang efektif dapat meminimalkan kerugian dan mengoptimalkan penggunaan modal yang dialokasikan untuk risiko kredit.

Perusahaan telah memiliki kebijakan dan pedoman tertulis terkait dengan kegiatan perkreditan yang antara lain mengatur prosedur analisa kredit, persetujuan kredit, pencatatan dan pengawasan kredit, dan restrukturisasi kredit. Kebijakan dan prosedur tersebut dikaji secara berkala untuk disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas bisnis Perusahaan.

Perusahaan mengukur dan memantau risiko untuk setiap debitur baik secara individual, sektor ekonomi maupun seluruh portofolio kredit dengan menerapkan four - eyes principle secara konsisten. Perusahaan juga telah menerapkan standar dan prosedur untuk mendukung terciptanya suatu proses pemberian kredit yang mempertimbangkan risiko dan perolehan hasil.

Untuk mendukung pertumbuhan kredit konsumen yang sehat maka dikembangkan Loan Origination System (LOS) untuk penerapan parameter-parameter risiko secara terintegrasi dan menyeluruh dalam proses pengajuan kredit konsumen. Dilakukan juga penyempurnaan kebijakan dan prosedur untuk pengelolaan portofolio kredit konsumen yang lebih baik.

Berikut adalah eksposur maksimum laporan posisi keuangan dan rekening administratif yang terkait risiko kredit pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Jumlah Bruto

Jumlah Neto

Jumlah Bruto

Jumlah Neto

Laporan Posisi Keuangan

Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Efek-efek

40.638 Aset lain-lain Tagihan derivatif

Obligasi korporasi

28 28 Dimiliki hingga jatuh tempo Efek-efek Obligasi korporasi

3.972 Tersedia untuk dijual Efek-efek Obligasi korporasi

127.454 Pinjaman yang diberikan dan piutang Giro pada bank lain

247.772 Penempatan pada bank lain Call money

432.113 Deposito berjangka

161.700 Efek-efek Tagihan atas wesel ekspor

207.001 Kredit yang diberikan (termasuk kredit yang diberikan berdasarkan prinsip syariah)

10.909.738 Tagihan akseptasi

238.324 Pendapatan bunga akrual

73.261 Aset lancar lain-lain

Komitmen dan kontinjensi

Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum digunakan

265.516 Bank garansi

921.253 Irrevocable letters of credit

Eksposur maksimum risiko kredit tercermin dari persentase setiap kategori kredit yang diberikan terhadap jumlah kredit. Portofolio kredit yang diberikan terdiversifikasi ke dalam 20 jenis sektor ekonomi, dimana untuk posisi 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, kelompok sektor ekonomi yang memperoleh penyaluran kredit terbesar dari Perusahaan adalah sektor ekonomi Rumah Tangga dan Perdagangan Besar dan Eceran.

Perusahaan mengkategorikan debitur yang menerima kredit berdasarkan segmen pasar, yaitu korporasi, komersial dan ritel. Tabel dibawah ini menunjukan komposisi kredit yang diberikan Perusahaan berdasarkan segmen pasar beserta tingkat NPL pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013:

31 Maret 2014

31 Desember 2013

Baki Debet

Kredit bermasalah

Baki Debet

Kredit bermasalah

29,32 71,84 Komersial

Korporasi

2,84 Ritel

25,32 Jumlah

Sebagai bagian dari manajemen portofolio, Perusahaan juga melakukan pemantauan perkembangan risiko portofolio kredit melalui perhitungan Credit Risk Profile yang menggambarkan potensi risiko inheren dan efektifitas kualitas penerapan manajemen risiko. Perusahaan juga melakukan monitoring perkembangan dan kualitas portofolio berdasarkan konsentrasi per kategori portofolio, 25 debitur besar, sektor industri, sektor wilayah, jenis produk, tujuan penggunaan, dan jenis valuta. Dengan demikian, Perusahaan dapat mengambil langkah-langkah antisipasi dan mitigasi risiko secara portofolio maupun secara individu dan juga melalui penyempurnaan proses penerapan manajemen risiko kredit, baik melalui penyempurnaan kebijakan perkreditan maupun pengembangan sistem infomasi kredit yang memadai.

Berikut adalah eksposur risiko kredit atas aset keuangan (termasuk kredit yang diberikan berdasarkan prinsip syariah) pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013:

31 Maret 2014 Telah jatuh tempo

Belum jatuh tempo

tetapi tidak

dan tidak mengalami

mengalami

Mengalami

penurunan nilai

penurunan nilai

penurunan

Jumlah

Giro pada bank lain

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia

Efek-efek Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Dimiliki hingga jatuh tempo

Tersedia untuk dijual

Pinjaman yang diberikan dan piutang

Kredit yang diberikan

Tagihan akseptasi

Pendapatan bunga akrual

Aset lain-lain

31 Desember 2013 Telah jatuh tempo

Belum jatuh tempo

tetapi tidak

dan tidak mengalami

mengalami

Mengalami

penurunan nilai

penurunan nilai

penurunan

Jumlah

Giro pada bank lain

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia

Efek-efek Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Dimiliki hingga jatuh tempo

Tersedia untuk dijual

Pinjaman yang diberikan dan piutang

Kredit yang diberikan

Tagihan akseptasi

Pendapatan bunga akrual

Aset lain-lain

Risiko Pasar

Dalam melaksanakan aktivitasnya, Perusahaan terekspos pada risiko pasar yang terdiri atas risiko suku bunga dan risiko nilai tukar. Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional Perusahaan seperti kegiatan treasuri dan investasi dalam surat berharga dan pasar uang, kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance). Perusahaan senantiasa melakukan pengelolaan terhadap risiko pasar tersebut secara rutin dan/atau berkala.

Pemantauan terhadap risiko pasar dilakukan secara harian. Pemantauan tersebut antara lain dilakukan terhadap posisi surat berharga kategori available for sale (AFS) dan trading book (TB), Posisi Devisa Neto (PDN) serta transaksi forex.

a. Risiko Suku Bunga

Pengelolaan risiko suku bunga dilakukan terhadap posisi instrumen keuangan baik dalam trading book maupun banking book. Risiko suku bunga dalam trading book dihitung dengan metode standar sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, yaitu meliputi risiko spesifik (menggunakan Metode Jatuh Tempo) dan risiko umum. Sedangkan risiko suku bunga dalam banking book dikelola dengan melakukan analisa repricing gap antara Risk Sensitive Asset (RSA) dan Risk Sensitive Liabilities (RSL).

Analisa repricing gap dilakukan untuk mengukur dampak dari perubahan suku bunga (naik/turun) pada banking book tersebut terhadap pendapatan bunga bersih (NII). Pengelolaan risiko suku bunga dilengkapi dengan analisa sensitivitas secara periodik untuk mengukur dampak dari perubahan suku bunga yang signifikan. Berdasarkan simulasi, dampak kenaikan suku bunga sebesar 0.50% (kenaikan BI Rate terbesar selama satu tahun terakhir) terhadap posisi RSA dan RSL Bank per 31 Maret 2014 berpotensi menurunkan NII sebesar + Rp 13 Milyar.

Risiko suku bunga dipantau secara harian antara lain terhadap posisi surat berharga yang dimiliki Perusahaan khususnya yang terekspos risiko pasar, yaitu surat berharga dalam kategori Available for Sale dan Trading Book. Perusahaan memiliki limit/Management Action Trigger yang menjadi acuan bagi Perusahaan dalam mengambil tindakan apabila terdapat potensi kerugian (potential loss) yang timbul dari proses marked to market.

Tabel berikut merupakan rata-rata suku bunga efektif per tahun untuk aset dan liabilitas yang signifikan (tidak termasuk akun Syariah):

31 Maret 2014

Rupiah

Mata Uang Asing

Aset Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia (termasuk giro pada bank lain)

Kredit yang diberikan

Liabilitas Simpanan

Simpanan dari bank lain

Mata Uang Asing/

Aset Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia (termasuk giro pada bank lain)

Kredit yang diberikan

Liabilitas Simpanan

Simpanan dari bank lain

Tabel berikut ini menyajikan portofolio Perusahaan (tidak termasuk portofolio yang diperdagangkan) pada nilai tercatatnya, yang dikelompokkan menurut mana yang lebih awal antara tanggal re-pricing atau tanggal jatuh tempo kontraktual:

Bunga Mengambang Giro pada bank lain

1.623.526 Kredit yang diberikan

Bunga Mengambang Simpanan

7.938.470 Simpanan dari bank lain

> 3 bulan 31 Desember 2013 > 1 tahun

Bunga Mengambang Giro pada bank lain

247.772 Kredit yang diberikan

Bunga Mengambang Simpanan

8.915.134 Simpanan dari bank lain

b. Risiko Nilai Tukar

Kebijakan pengelolaan risiko nilai tukar berpedoman pada batas Posisi Devisa Neto (PDN) sesuai ketentuan Bank Indonesia yaitu Perusahaan wajib mengelola dan memelihara PDN paling tinggi 20% dari Modal. Untuk memudahkan Treasury Dealer dalam melakukan pemantauan terhadap PDN, maka Perusahaan telah mengembangkan program bantu yang secara otomatis dapat menunjukkan PDN. Selain itu, pengelolaan risiko nilai tukar secara harian juga dilakukan Perusahaan dengan cara menghitung potensi kerugian yang mungkin timbul sebagai dampak dari adanya perubahan nilai tukar terhadap posisi Perusahaan. Pada tanggal 31 Maret 2014, jika mata uang Rupiah melemah/menguat sebesar 0,3% terhadap Dolar Amerika Serikat dengan asumsi variabel lain konstan, maka laba setelah pajak untuk tahun berjalan akan lebih tinggi (rendah) sebesar Rp 66 juta , terutama diakibatkan keuntungan (kerugian) dari penjabaran aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, efek utang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, serta keuntungan (kerugian) penjabaran pinjaman dalam mata uang Dolar Amerika Serikat.

Perusahaan telah menetapkan berbagai limit untuk mengantisipasi risiko pasar atas mata uang asing baik karena perubahan kurs maupun fluktuasi suku bunga. Limit yang telah ditetapkan Perusahaan antara lain limit maksimum posisi terbuka kumulatif dan per major currency yang bertujuan untuk membatasi eksposur risiko nilai tukar serta memastikan kepatuhan terhadap ketentuan PDN.

c. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan antara lain oleh ketidakmampuan Perusahaan dalam memenuhi liabilitas yang telah jatuh tempo dan menutup posisi di pasar. Risiko likuiditas merupakan risiko yang terpenting pada bank umum dan perlu dikelola secara berkesinambungan.

Pemantauan terhadap likuiditas Perusahaan dilakukan secara harian dan sebagai bagian dari sistem informasi manajemen hasil pemantauan tersebut dilaporkan kepada Manajemen. Pemantauan antara lain dilakukan terhadap komposisi posisi keuangan Perusahaan, aktivitas dana keluar dan dana masuk yang tercermin dari transaksi RTGS dan SKN, aktivitas money market, posisi aset likuid baik primer maupun sekunder, serta rasio-rasio likuiditas seperti rasio kecukupan aset likuid dan Loan to Deposit Ratio. Pemantauan terhadap pemenuhan Giro Wajib Minimum baik primer maupun sekunder dilakukan untuk memastikan bahwa Perusahaan selalu menjaga GWM sesuai yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia.

Pengelolaan likuiditas Perusahaan juga dilakukan dengan mempelajari pola pergerakan dana dan atau perilaku nasabah Dana Pihak Ketiga, khususnya dana nasabah inti dan nasabah yang memiliki tingkat volatilitas cukup tinggi. Dengan mempelajari perilaku nasabah, maka Perusahaan dapat menjaga kecukupan likuiditas yang diperlukan secara tepat untuk menutup kebutuhan tersebut. Perusahaan menjaga kecukupan secondary reserves pada level yang aman dengan besaran kecukupan disesuaikan dengan kondisi likuiditas Perusahaan secara spesifik maupun kondisi likuiditas di pasar.

Core fund atau dana yang tidak ditarik oleh nasabah dan dinilai stabil berada dalam besaran yang cukup baik. Perusahaan senantiasa melakukan pemantauan terhadap posisi core fund dan berupaya untuk secara berkesinambungan meningkatkan persentase terhadap jumlah dana yang dimiliki. Core fund menjadi bagian yang sangat penting bagi Perusahaan dalam menjalankan fungsi intermediasi berupa penyediaan dana jangka panjang. Hal ini mengingat portofolio dana pihak ketiga yang dimiliki Perusahaan sebagian besar berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan dana mengendap antara lain diciptakan program-program yang mengharuskan dana nasabah ditahan dan tidak dapat ditarik sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan program.

Asset and Liability Committee (ALCO) berperan sebagai forum manajemen senior tertinggi untuk memonitor situasi likuiditas Perusahaan. ALCO bertanggung jawab untuk menentukan kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan aset dan liabilitas Perusahaan sejalan dengan prinsip kehati-hatian manajemen risiko dan peraturan yang berlaku. ALCO menyetujui kerangka limit transaksi, mempertimbangkan struktur laporan posisi keuangan jangka panjang dari Perusahaan.

Pada dasarnya, risiko likuiditas dikelola sesuai dengan kerangka kebijakan, pengawasan, dan batasan yang memastikan bahwa konsentrasi pendanaan bersifat minimal, sumber dan jangka waktu pendanaan telah terdiversifikasi.

Berikut adalah jadwal jatuh tempo liabilitas keuangan (termasuk simpanan dan simpanan dari bank lain berdasarkan prinsip syariah) berdasarkan pembayaran kontraktual yang tidak didiskontokan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013:

Nilai Tercatat Liabilitas

Biaya transaksi

148.186 Simpanan

Liabilitas segera

14.014.449 Simpanan dari bank lain

307.060 Surat berharga yang diterbitkan

355 Beban bunga akrual

- 19.364 Liabilitas lain-lain

- 21.737 Jumlah Liabilitas

Nilai Tercatat Liabilitas

Biaya transaksi

Liabilitas segera

13.819.061 Simpanan dari bank lain

256.681 Surat berharga yang diterbitkan

355 Beban bunga akrual

- 16.925 Liabilitas lain-lain

3.651 Jumlah Liabilitas

Sebagian besar liabilitas yang dimiliki oleh Perusahaan akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 bulan, namun berdasarkan pengalaman Perusahaan sebagian besar dari liabilitas tersebut pada saat jatuh tempo akan diperpanjang (roll over). Upaya yang dilakukan Perusahaan agar nasabah tetap mempertahankan dananya pada Perusahaan yaitu dengan meningkatkan kualitas pelayanan serta memberikan penawaran suku bunga yang wajar dan kompetitif. Dengan upaya tersebut, Perusahaan juga mengharapkan dapat menarik nasabah baru untuk menempatkan dananya pada Perusahaan. Perusahaan juga melakukan upaya lain untuk memitigasi adanya penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah dimana Perusahaan juga memantau 100 deposan inti, khususnya 25 deposan inti terbesar, dengan cara mengevaluasi profil dan perilaku dari deposan-deposan tersebut sehingga Perusahaan dapat melakukan antisipasi terhadap penarikan dana besar yang akan dilakukan deposan. Sampai dengan saat ini, Perusahaan tidak pernah mengalami kesulitan likuiditas maupun kondisi yang berpotensi menimbulkan risiko bagi Perusahaan. Apabila terdapat potensi risiko, Perusahaan memiliki sejumlah upaya antisipasi seperti ketersediaan Giro Wajib Minimum, Cadangan Sekunder, serta penetrasi yang baik terhadap pasar antar Perusahaan.

d. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Perusahaan.

Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko operasional juga dapat melekat pada setiap aktivitas fungsional Perusahaan, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan dana), treasuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, Teknologi Sistem Informasi dan Sistem Informasi Manajemen, serta pengelolaan SDM.

Kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengelolaan risiko operasional di Perusahaan senantiasa disusun, dikaji ulang dan disempurnakan untuk memastikan kecukupan mekanisme kontrol pada semua kebijakan dan prosedur telah memadai. Perusahaan juga secara aktif melakukan sosialisasi untuk membangun budaya sadar risiko dan meningkatkan kualitas kontrol dalam rangka mitigasi risiko operasional.

Perusahaan mulai mengembangkan dan menerapkan beberapa sistem dan perangkat risiko operasional. Perangkat risiko operasional tersebut digunakan untuk mengukur potensi risiko pada kondisi sekarang, lampau (historis) dan untuk mengukur besarnya potensi kejadian risiko di masa depan. Dengan adanya pendekatan ini, diharapkan Perusahaan dapat lebih komprehensif dalam mengelola risiko operasional.

Untuk mengelola risiko operasional, Perusahaan mengembangkan beberapa perangkat sebagai berikut:

Risk Control Self Assessment (RCSA)

Pelaksanaan RCSA dilakukan secara self - assessment oleh karyawan Perusahaan dalam rangka mengukur besarnya pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh masing-masing karyawan. Melalui pelaksanaan RCSA tersebut, diharapkan seluruh karyawan Perusahaan dapat semakin meningkatkan pengendalian internal serta budaya sadar risiko pada setiap lini bisnis.

Loss Event Database (LED)

Perusahaan membangun dan mengembangkan perangkat risiko operasional lainnya seperti Loss Event Database (LED) yang tujuannya untuk menyusun database atas kejadian-kejadian yang terjadi sebagai akibat risiko operasional serta mengukur besarnya kerugian yang diakibatkan oleh kejadian operasional tersebut. Melalui LED tersebut, Perusahaan diharapkan dapat mulai menghitung besarnya modal yang diperlukan untuk menutup kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh kejadian-kejadian dalam aktivitas operasional Perusahaan.

Perusahaan saat ini juga telah mulai mengembangkan alat ukur lainnya seperti Key Risk Indicator (KRI). KRI merupakan perangkat risiko operasional yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko sejak dini dalam rangka pengendalian risiko terhadap setiap aktivitas bisnis dan operasional Perusahaan. Melalui pengembangan terhadap KRI, kedepannya Perusahaan akan memilki dashboard risiko operasional, dimana dashboard tersebut digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui besarnya potensi risiko operasional Bank.

Perusahaan telah membentuk Tim Task Force “Peningkatan Kualitas Kinerja Bank” yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan kinerja pada seluruh aktivitas Perusahaan. Melalui Tim Task Force tersebut, Perusahaan dapat semakin meningkatkan sistem pengendalian internal serta sekaligus sebagai wadah untuk meningkatkan budaya sadar risiko.

e. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang timbul dari kelemahan aspek hukum, antara lain akibat dari tindakan hukum, tidak adanya peraturan yang mendukung atau kelemahan dari ketentuan-ketentuan yang mengikat secara hukum, seperti kegagalan untuk mematuhi persyaratan hukum suatu perjanjian dan celah-celah dalam pengikatan jaminan.

Pelaksanaan identifikasi, pengukuran, dan pemantauan terhadap potensi risiko hukum dilaksanakan terhadap seluruh aktivitas Perusahaan, terutama kegiatan operasional Perusahaan dengan melibatkan pihak ketiga yang memiliki potensi benturan kepentingan atau gugatan hukum.

Untuk meminimalkan risiko hukum, Perusahaan antara lain melalui Unit Kerja Corporate Legal pada kantor pusat serta Legal Officer pada Kantor Cabang, selalu melakukan pemantauan terhadap potensi munculnya litigasi/tuntutan hukum kepada Perusahaan. Dalam setiap aktivitas, baik perkreditan, operasional maupun tresuri, Perusahaan juga selalu memperhatikan kelengkapan aspek hukum terutama yang berkaitan dengan aktivitas perikatan perjanjian dengan nasabah/debitur dan kelengkapan dokumen legalitas.

Terkait dengan penerapan manajemen risiko hukum, satuan kerja manajemen risiko juga melakukan kajian-kajian terkait dengan aktivitas Perusahaan yang dapat meningkatkan eksposur risiko hukum serta memberikan rekomendasi dalam rangka memitigasi risiko tersebut.

f. Risiko Strategis

Risiko strategis adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategi Perusahaan yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya Perusahaan terhadap perubahan eksternal.

Rencana Kerja dan Rencana Strategik yang telah ditetapkan Perusahaan dikomunikasikan kepada pejabat dan pegawai Perusahaan pada setiap jenjang organisasi, dan memantau kemajuan yang dicapai dari realisasi anggaran dan kinerja sesuai dengan yang telah ditetapkan.

g. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan Perusahaan tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku, seperti Ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), Kualitas Aset Produktif (KAP), Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Aset Produktif, Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), Posisi Devisa Neto (PDN) dan lainnya.

Dalam rangka menerapkan manajemen risiko kepatuhan yang efektif, Perusahaan telah melakukan identifikasi dan pengelolaan terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya eksposur risiko kepatuhan, yaitu :

 Penerapan Good Corporate Governance (GCG) secara efektif untuk memastikan dan memantau kepatuhan terhadap setiap peraturan dan persyaratan eksternal maupun internal.

 Melakukan pemantauan terhadap setiap perubahan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta memastikan penerapannya pada Perusahaan.

 Melakukan penilaian secara aktif dan berkala terhadap kecukupan kebijakan Pedoman dan Prosedur Internal yang dimiliki oleh Bank untuk memastikan kesesuaiannya terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

 Melakukan identifikasi dan analisa kepatuhan (compliance analysis) atas rencana dan pengembangan produk dan aktivitas baru guna memastikan kepatuhannya terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Melakukan pemantauan terhadap terlaksananya prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking), antara lain dalam hal permodalan (KPMM), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), Giro Wajib Minimum (GWM), Posisi Devisa Neto (PDN) dan Non Performing Loan (NPL).

h. Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha Perusahaan atau persepsi negatif terhadap Perusahaan.

Salah satu upaya yang dilakukan Perusahaan untuk meningkatkan pengelolaan risiko reputasi adalah dengan meningkatkan pelayanan (Service Level Agreement) pada seluruh unit bisnis, terutama unit bisnis yang berhadapan langsung dengan nasabah, seperti Front Liner dan Unit Kerja Pengaduan Nasabah (Contact Center).

Selain itu, pengendalian risiko reputasi juga dilakukan melalui pengelolaan brand image yang dilakukan oleh Corporate Secretary, seperti pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada beberapa institusi dan masyarakat.

i. Penilaian Profil Risiko

Secara berkala Perusahaan melakukan penilaian risiko terhadap kedelapan risiko diatas sebagaimana telah diatur oleh Perusahaan Indonesia. Penilaian risiko dilakukan melalui proses penilaian sendiri (self- assessment) untuk menghasilkan profil risiko yang terdiri dari risiko inheren yaitu risiko yang melekat pada aktivitas Perusahaan dan kualitas penerapan manajemen risiko yaitu pengendalian terhadap risiko inheren.

Hasil penilaian profil Perusahaan telah disampaikan kepada Direktur Utama dan Komite Manajemen Risiko kemudian disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara triwulanan. Untuk profil risiko Perusahaan posisi 31 Maret 2014, secara keseluruhan dinila i pada peringkat 2 atau “Low To Moderate ” dan stabil bila dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. Hasil penilaian profil tersebut disampaikan pula kepada Komite Pemantau Risiko.

40. Informasi Lainnya

a. Rasio aset produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah aset produktif pada tanggal 31 Maret 2014 dan

31 Desember 2013 masing-masing adalah sebesar 1,17% dan 1,88%.

b. Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 Rasio Non-Performing Loan (NPL) Perusahaan (secara bruto) adalah masing-masing sebesar 1,55% dan 2,50%, sedangkan secara neto adalah masing-masing sebesar 1,21% dan 2,12%.

c. Rasio kredit yang diberikan terhadap simpanan (LDR) pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing sebesar 79,77% dan 78,72%.

d. Imbal hasil aset atau Return on Assets (ROA) untuk 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing adalah sebesar 1,01% dan 1,71%.

e. Return of Equity (ROE) 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing adalah sebesar 5,46% dan 9,23%.

f. Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT).

Perusahaan senantiasa menerapkan prinsip APU dan PPT dalam pelaksanaan aktivitas pengenalan nasabah dengan mengacu pada kebijakan dan prosedur APU dan PPT yang telah disempurnakan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

Kewajiban untuk menerapkan prinsip APU dan PPT tidak hanya terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia saja, tetapi juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Pasal 19), yang pada intinya menjelaskan bahwa setiap orang yang melakukan usaha dengan penyedia jasa keuangan harus menyerahkan identitas diri secara lengkap, disamping itu penyedia jasa keuangan juga harus memastikan orang yang melakukan hubungan usaha bertindak untuk diri sendiri atau orang lain. Jika bertindak untuk orang lain, maka penyedia jasa keuangan harus meminta informasi mengenai identitas pihak lain tersebut.

Perusahaan akan terus memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tertulis mengenai program APU dan PPT sejalan dengan perkembangan modus pencucian uang atau pendanaan terorisme.

Pengkinian terhadap seluruh data nasabah dilakukan Perusahaan secara terus-menerus dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko yang melekat pada nasabah yang bersangkutan dan perkembangan pengkinian data nasabah dikirimkan oleh Perusahaan kepada Bank Indonesia melalui Laporan Direktur Kepatuhan.

Pelatihan secara berkala kepada seluruh karyawan Perusahaan mengenai APU dan PPT dan peraturan prudential banking dilakukan oleh Unit Kepatuhan guna mewujudkan budaya kepatuhan pada seluruh lini bisnis Perusahaan. Pelatihan dilakukan melalui e-learning yang dapat diakses oleh karyawan Perusahaan serta melalui metode tatap muka secara periodik.

g. Jaminan Pemerintah Terhadap Liabilitas Pembayaran Bank Umum.

Sejak tahun 2005, program penjaminan Pemerintah dilaksanakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

LPS akan membayarkan klaim penjaminan yang layak dibayar setelah melalui prosedur rekonsiliasi dan/atau verifikasi sesuai dengan Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan (PLPS) yang berlaku.

41. Informasi Keuangan Unit Syariah

Perusahaan memperoleh izin usaha sebagai bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah berdasarkan Surat Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.11/13/Kep.DpG/2009 tanggal

27 Oktober 2009.

Sesuai dengan Surat dari BI No.10/57/DpG/ DPbS tanggal 27 Mei 2008 perihal ”Penyeragaman Nama Produk dan Jasa Perbankan Syariah”, mulai bulan September 2008, semua produk syariah/jasa perbankan syariah diseragamkan menjadi Islamic Banking (iB).

Informasi keuangan unit syariah pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014 31 Desember 2013

Laporan Posisi Keuangan Aset

Giro pada Bank Indonesia

Penempatan pada bank syariah lain dan Bank Indonesia

Efek-efek - bersih

Piutang iB - bersih

Pendapatan yang masih akan diterima

Biaya dibayar dimuka

Aset tetap - bersih

Aset ijarah - bersih

Aset lain-lain

Liabilitas Liabilitas segera

Simpanan iB

Simpanan dari bank lain

Utang pajak

Pendapatan diterima di muka

Liabilitas lain-lain

Saldo laba

Informasi keuangan unit syariah pada tahun - tahun yang berakhir 31 Maret 2014 dan 31 Maret 2013, adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014

31 Maret 2013

Laba Rugi Komprehensif Pendapatan bagi hasil

Beban bagi hasil

Penghasilan setelah bagi hasil

Pendapatan lainnya

Beban lainnya

Beban lainnya - Bersih

Laba

42. Pengungkapan Tambahan Transaksi Bukan Kas

Aktivitas investasi dan pendanaan yang tidak mempengaruhi kas dan setara kas dan laporan arus kas Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah penghapusbukuan kredit yang diberikan sebesar Rp 96 dan Rp10.233.

43. Penerbitan Standar Akuntansi Keuangan Baru

Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) dan Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan (PPSAK) yang berlaku efektif pada periode yang dimulai

1 Januari 2014 sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0