Laporan Keuangan Bank Sinarmas Indonesia

31 Maret 2014 (Tidak Diaudit) dan 31 Desember 2013 (Diaudit) serta untuk Periode-periode Tiga Bulan yang Berakhir

31 Maret 2014 (Tidak Diaudit) dan 31 Maret 2013 (Tidak Diaudit)

Halaman

Surat Pernyataan Direksi tentang Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan PT. Bank Sinarmas Tbk. yang Berakhir pada Tanggal 31 Maret 2014 (Tidak Diaudit) dan

31 Desember 2013 (Diaudit) serta untuk Periode-periode Tiga Bulan yang Berakhir pada Tanggal 31 Maret 2014 (Tidak Diaudit) dan 31 Maret 2013 (Tidak Diaudit).

Laporan Keuangan – Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 serta untuk periode-periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Maret 2013

Laporan Posisi Keuangan

Laporan Laba Rugi Komprehensif

Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Arus Kas

Catatan atas Laporan Keuangan

31 Desember 2013 ASET

375.908 Giro pada Bank Indonesia

1.461.477 Giro pada bank lain

247.772 Penempatan pada bank lain dan

Pihak ketiga

Bank Indonesia

1.355.340 Cadangan kerugian penurunan nilai

Pihak ketiga

(248) Jumlah - bersih

1.355.092 Efek yang dibeli dengan janji jual

139.348 Bunga diterima dimuka yang belum diamortisasi

kembali - pihak ketiga

(136) Jumlah bersih

139.212 Kredit yang diberikan

Pihak berelasi

32 944.678 Pihak ketiga

10.966.071 Cadangan kerugian penurunan nilai

(56.333) Jumlah - bersih

10.909.738 Tagihan akseptasi

Pihak berelasi

32 - Pihak ketiga

238.324 Pendapatan bunga akrual

73.261 Biaya dibayar dimuka

265.222 Aset tetap

Biaya perolehan

739.508 Akumulasi penyusutan

(195.068) Jumlah - bersih

544.440 Aset Ijarah - bersih

Biaya perolehan

126.015 Akumulasi penyusutan

(21.459) Jumlah - bersih

Aset lain-lain - bersih

JUMLAH ASET

Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.

31 Desember 2013 LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas

31 Maret 2014

Catatan

Liabilitas segera

32 3.299.063 Pihak ketiga

Pihak berelasi

13.819.061 Simpanan dari bank lain

32 36.199 Pihak ketiga

Pihak berelasi

256.681 Liabilitas akseptasi

238.324 Utang pajak

31.878 Surat berharga yang diterbitkan

355 Beban bunga akrual

16.925 Liabilitas pajak tangguhan - bersih

2 62.341 Liabilitas imbalan kerja jangka panjang

2 19.529 Liabilitas lain-lain

Jumlah Liabilitas

Modal saham - nilai nominal Rp 100 per saham Modal dasar - 20.000.000.000 saham Modal ditempatkan dan disetor -

13.120.531.702 saham pada tanggal 31 Maret 2014 dan 13.116.881.498 saham pada tanggal 31 Desember 2013

23 1.311.688 Tambahan modal disetor - bersih

766.224 Rugi yang belum direalisasi atas penurunan

(33.002) Saldo laba

nilai wajar efek tersedia untuk dijual

Ditentukan penggunannya

36 4.500 Tidak ditentukan penggunaannya

Jumlah Ekuitas

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS

Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.

(Angka-angka Disajikan dalam Jutaan Rupiah, kecuali Dinyatakan Lain)

PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL

Pendapatan bunga dan bagi hasil

335.437 Beban bunga dan bagi hasil

129.427 Pendapatan Bunga - Bersih

206.010 Pendapatan Operasional Lainnya

Provisi dan komisi selain dari kredit

2 52.690 Keuntungan dari penjualan efek yang diperdagangkan - bersih

2 - Keuntungan kurs mata uang asing - bersih

2 - Lain-lain

29 322 Jumlah Pendapatan Operasional

259.022 Beban Operasional Lainnya

99.673 Tenaga kerja

Umum dan administrasi

28 65.535 Penyusutan aset tetap

13 12.761 Kerugian penurunan nilai aset keuangan

2 6.365 Kerugian dari penurunan nilai wajar efek yang diperdagangkan - bersih

2 2.122 Kerugian kurs mata uang asing - bersih

2 987 Kerugian dari penjualan efek yang diperdagangkan - bersih

2 635 Lain-lain

30 164 Jumlah Beban Operasional

LABA SEBELUM PAJAK

BEBAN PAJAK

LABA BERSIH

PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN

Laba (rugi) yang belum di realisasi atas kenaikan (penurunan) nilai wajar dari efek-efek dalam kelompok tersedia untuk dijual - bersih

JUMLAH LABA KOMPREHENSIF

LABA BERSIH PER SAHAM (Dalam Rupiah Penuh)

Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.

Laba (Rugi) yang Belum Direalisasi atas Peningkatan

Saldo Laba

Tambahan Modal

(Penurunan) Nilai Wajar Efek

Ditentukan

Tidak Ditentukan

Catatan

Modal Saham

Disetor - Bersih

Tersedia untuk Dijual

Penggunaanya

Penggunaanya Jumlah Ekuitas

484.250 1.825.608 Penambahan modal saham dari

Saldo pada tanggal 1 Januari 2013

78 Penambahan modal saham dari

konversi Waran Seri I

423.012 Jumlah laba komprehensif

konversi Waran Seri II

56.624 58.118 Saldo pada tanggal 31 Maret 2013

tahun berjalan

Saldo pada tanggal 1 Januari 2014

704.850 2.754.260 Penambahan modal saham dari

544 Penambahan modal saham dari

konversi Waran Seri I

- Jumlah laba komprehensif

konversi Waran Seri II

36.315 37.662 Saldo pada tanggal 31 Maret 2014

tahun berjalan

Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.

(Angka-angka Disajikan dalam Jutaan Rupiah, kecuali Dinyatakan Lain)

31 Maret 2013 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

31 Maret 2014

Catatan

Pendapatan bunga dan bagi hasil serta provisi dan komisi selain dari kredit

386.855 Pendapatan operasional lainnya

29 322 Beban bunga dan bagi hasil

(130.713) Keuntungan selisih kurs mata uang asing - bersih

(153.749) (4.530) Pembayaran pajak penghasilan badan

(16.765) Beban umum dan administrasi

(137.917) 27 (99.673) Beban tenaga kerja

28 (65.999) Beban operasional lainnya

30 (164) Arus kas operasional sebelum perubahan

aset dan liabilitas operasi (117.998) 69.333 Penurunan (kenaikan) aset operasi:

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia

6 (11.538) Efek-efek

(145.544) 7 (143.641) Efek yang dibeli dengan janji dijual kembali

8 - Kredit yang diberikan

(258.775) 9 364.565 Biaya dibayar dimuka

12 (36.847) Obyek ijarah

14 5.333 Aset lain-lain

15 17.492 Kenaikan (penurunan) liabilitas operasi: Liabilitas segera

17 (334.472) Simpanan dari bank lain

18 (34.161) Utang pajak

20 (5.861) Liabilitas lain-lain

22 6.416 Kas Bersih Diperoleh (Dipergunakan) dari

Aktivitas Operasi (297.681) (188.412)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI

Hasil penjualan aset tetap 13 13 1 Perolehan aset tetap

13 (32.461) Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN

Hasil konversi Waran

423.090 Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Pendanaan

KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS

3.694.992 2.726.378 Pengaruh perubahan kurs mata uang asing

KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN

KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN

PENGUNGKAPAN TAMBAHAN

Kas dan Setara Kas terdiri dari: Kas

230.328 Giro pada Bank Indonesia

1.251.956 1.209.439 Giro pada bank lain

1.623.526 749.353 Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia - jangka waktu jatuh tempo tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan

743.600 Efek-efek - jangka waktu jatuh tempo tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan

- Jumlah Kas dan Setara Kas

Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.

1. Umum

a. Pendirian dan Informasi Umum

PT Bank Sinarmas Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tahun 1989 dengan nama PT Bank Shinta Indonesia, berdasarkan Akta No. 52 tanggal 18 Agustus 1989 dari Buniarti Tjandra, S.H., notaris di Jakarta, dan telah diubah dengan Akta No. 91 tanggal 15 September 1989 dari notaris yang sama. Akta pendirian ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C2-9142.HT.01.01-TH.89 tanggal 27 September 1989 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 49 tanggal 21 Juni 2005, Tambahan No. 6448.

Pada tanggal 26 Januari 2007, Perusahaan berganti nama menjadi PT Bank Sinarmas. Perubahan nama tersebut telah disetujui melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan yang didokumentasikan dalam Akta No. 1 tanggal 21 November 2006 dari Triphosa Lily Ekadewi, S.H., notaris di Jakarta. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. W7-03960 HT.01.04-TH.2006 tanggal 20 Desember 2006. Perubahan nama tersebut juga telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.9/4/KEP.GBI/2007 tanggal 22 Januari 2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Shinta Indonesia menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Sinarmas.

Selanjutnya, berdasarkan Akta No. 1 tanggal 8 Oktober 2009 dari Endang Saritomo Utari, S.H., notaris di Jakarta, terdapat perubahan Anggaran Dasar dalam rangka melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip perbankan syariah dan perpanjangan masa jabatan direksi dan komisaris. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri

Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-AH.01.10-22483. Tahun 2009 tanggal 11 Desember 2009.

Hukum

dan

Hak Asasi

Manusia

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 6 April 2010 yang didokumentasikan dalam Akta No. 31 tanggal 6 April 2010 dari Sutjipto, S.H., Mkn, notaris di Jakarta, pemegang saham menyetujui pemecahan nilai nominal saham Perusahaan dari Rp 500.000 (dalam Rupiah penuh) per saham menjadi Rp 100 (dalam Rupiah penuh) per saham dan perubahan status Perusahaan menjadi Perusahaan Terbuka (Tbk) dengan nama PT Bank Sinarmas Tbk.

Perubahan tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-22745.AH.01.02 tahun 2010 tanggal 4 Mei 2010 serta dilaporkan kepada Bank Indonesia melalui surat No. SKL.121/2010/PRESDIR-CorpSec tanggal

7 Mei 2010.

Kantor pusat Perusahaan beralamat di Sinar Mas Land Plaza, Menara I, Jln. M.H. Thamrin No.51, Jakarta. Perusahaan memiliki 1 kantor cabang utama, 72 kantor cabang, 1 kantor cabang fungsional, 130 kantor cabang pembantu, 27 kantor cabang syariah, 141 kantor kas, 10 kantor kas syariah dan 2 mobil kas keliling di Indonesia.

PT Sinar Mas Multiartha (SMMA) Tbk, merupakan entitas induk dari Perusahaan yang didirikan di Indonesia. Sedangkan, BNYM SA/NV Cust of Bank of Singapore merupakan entitas induk perusahaan SMMA.

Pemegang saham akhir (ultimate shareholder) Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2014 dan

31 Desember 2013 adalah Indra Widjaja.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar, maksud dan tujuan didirikannya Perusahaan adalah untuk menjalankan usaha di bidang perbankan.

Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 16 Februari 1990, sesuai dengan izin usaha yang diberikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. 56/KMK.013/1990 tanggal 16 Februari 1990. Sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No. 27/156/KEP/DIR tanggal

22 Maret 1995, Perusahaan memperoleh peningkatan status menjadi Bank Devisa.

Perusahaan memperoleh izin usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah berdasarkan surat keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No. 11/13/KEP.DpG/2009 tanggal 27 Oktober 2009.

Pada tanggal 30 Januari 2012, Perusahaan memperoleh Surat Keputusan No. KEP21/BL/2012 dari Ketua badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan mengenai persetujuan Perusahaan sebagai kustodian di pasar modal. Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan ini, kegiatan kustodian belum dimulai.

b. Penawaran Umum Efek Perusahaan

Pada tanggal 29 November 2010, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) *) melalui surat No. S- 10683/BL/2010 untuk penawaran umum perdana atas 1.600 lembar saham Perusahaan dengan nilai nominal Rp 100 (dalam Rupiah penuh) per saham pada harga penawaran Rp 150 (dalam Rupiah penuh) per saham dimana melekat 1.920.000.000 waran Seri I (Catatan 23). Setiap pemegang 5 (lima) saham baru Perusahaan berhak memperoleh 6 (enam) waran dimana setiap 1 (satu) waran memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 (satu) saham baru Perusahaan dengan harga pelaksanaannya sebesar Rp 150 (dalam Rupiah penuh), yang dapat dilakukan mulai tanggal 13 Juni 2011 sampai dengan tanggal 11 Desember 2015. Saham-saham Perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 13 Desember 2010.

*) Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Penawaran umum perdana saham Perusahaan telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia melalui surat No. 12/52/DPB3/TPB 3 - 1 tanggal 5 Agustus 2010.

Pada tanggal 15 Juni 2012, Perusahaan memperoleh Pernyataan Efektif dari Ketua Bapepam dan LK melalui surat No. S-7561/BL/2012 untuk Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) kepada Pemegang Saham dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atas 1.203.186.138 lembar Saham Biasa Atas Nama dengan nilai nominal Rp 100 (dalam Rupiah penuh) per saham yang ditawarkan dengan harga pelaksanaan Rp 250 (dalam Rp penuh) per saham dimana melekat 2.996.614.532 waran Seri II (Catatan 23). Setiap pemegang 400 saham lama berhak atas 53 HMETD untuk membeli 53 saham, dimana pada setiap 53 saham baru melekat 132 Waran Seri II yang diberikan oleh Perusahaan secara cuma-cuma. Waran Seri II diberikan sebagai insentif kepada pemegang saham untuk melakukan pembelian saham baru yang bernilai nominal Rp 100 (dalam Rupiah penuh) per saham dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 250 (dalam Rupiah penuh) per saham yang dapat dilakukan selama masa laku pelaksanaan yaitu mulai tanggal 11 Januari 2013 sampai dengan 29 Juni 2017 dimana setiap 1 (satu) Waran Seri II berhak membeli 1 (satu) saham baru pada harga pelaksanaannya .

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, sebesar 98,97% atau 12.985.531.702 dan 98,97% atau sebanyak 12.981.631.498 saham Perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia.

c. Dewan Komisaris, Direksi, dan Karyawan

Susunan pengurus Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal 10 Juni 2013 yang didokumentasikan dalam Akta No.

31 tanggal 10 Juni 2013 yang dibuat oleh Aryanti Artisari, S.H., M.H., notaris di Jakarta, adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris Komisaris Utama

Tjendrawati Widjaja

Komisaris Independen

Wimpie Rianto

Komisaris Independen

Sammy Kristamuljana

Direksi Direktur Utama

Freenyan Liwang

Direktur Unit Usaha Syariah

Heru Agus Wuryanto

Direktur Operasional

Halim

Direktur Enterprise Banking

Loa Johnny Mailoa

Direktur Kepatuhan

Salis Teguh Hartono

Direktur Manajemen Risiko dan Human Capital

Hanafi Himawan

Susunan keanggotaan komite-komite yang dimiliki Perusahaan yaitu Komite Audit, Komite Remunerasi dan Nominasi, Komite Pemantau Risiko, dan Dewan Pengawas Syariah pada tanggal 31 Maret 2014 dan

31 Desember 2013 adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013

Komite Audit

Ketua

Wimpie Rianto

Anggota

Tjendrawati Widjaja Edwin Hidayat Abdullah Agustinus Antonius Ketut Sanjaya

Komite Remunerasi dan Nominasi

Ketua

Sammy Kristamuljana

Anggota

Tjendrawati Widjaja Wahyu Zaeni

Komite Pemantau Risiko

Ketua

Wimpie Rianto

Anggota

Sammy Kristamuljana Agustinus Antonius Edwin Hidayat Abdullah

Dewan Pengawas Syariah

Ketua

Ali Mustafa Yaqub

Anggota

Ahmadi bin Sukarno

Kepala Audit Internal Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah Darwanti Juliastuti .

Sekretaris Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 adalah Yuliani Winarsih.

Personel manajemen kunci Perusahaan terdiri dari Komisaris, Direksi, Group Head, Kepala Kantor Wilayah, Wakil Kepala Kantor Wilayah, Kepala Divisi dan Pimpinan Cabang.

Jumlah rata-rata karyawan Perusahaan (tidak diaudit) adalah 3.815 untuk tanggal 31 Maret 2014 dan 3.551 untuk tanggal 31 Desember 2013.

Laporan keuangan PT Bank Sinarmas Tbk untuk periode yang berakhir 31 Maret 2014 telah diselesaikan dan diotorisasi untuk terbit oleh Direksi pada tanggal 29 April 2014. Direksi Perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut.

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting

a. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun dan disajikan dengan menggunakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia, meliputi pernyataan dan interpretasi yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.

Laporan keuangan juga disusun dan disajikan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dan Peraturan No. VIII.G.7 tentang “Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik”, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK)

(sekarang Otoritas Jasa Keuangan/OJK) No. Kep-347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012.

Laporan keuangan disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 2009), “Penyajian Laporan Keuangan”.

Dasar pengukuran laporan keuangan ini adalah konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain, sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan keuangan ini disusun dengan metode akrual, kecuali laporan arus kas.

Laporan arus kas disusun menggunakan metode langsung yang dimodifikasi dan arus kas dikelompokkan atas dasar kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Untuk tujuan penyusunan laporan arus kas, kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia giro pada bank lain, penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia dan efek-efek dengan jatuh tempo tiga bulan atau kurang dan yang tidak dijaminkan serta yang tidak dibatasi pencairannya.

Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan untuk periode yang berakhir

31 Maret 2014 adalah konsisten dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2013.

Laporan keuangan Bank untuk unit usaha syariah juga disusun berdasarkan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) 101 (Revisi 2011), “Penyajian Laporan Keuangan Syariah”, PSAK 59, “Akuntansi Perbankan Syariah”, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (“PAPSI”) dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, mencakup pula pedoman akuntansi dan pelaporan yang ditetapkan oleh otoritas perbankan Indonesia dan Bapepam-LK (sekarang, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)).

Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah mata uang Rupiah (Rupiah) yang juga merupakan mata uang fungsional Perusahaan.

Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mengharuskan penggunaan estimasi tertentu. Hal tersebut juga mengharuskan manajemen untuk membuat pertimbangan dalam proses penerapan kebijakan akuntansi. Area yang kompleks atau memerlukan tingkat pertimbangan yang lebih tinggi atau area di mana asumsi dan estimasi berdampak signifikan terhadap laporan keuangan diungkapkan di Catatan 3.

b. Penjabaran Mata Uang Asing

Mata Uang Fungsional dan Pelaporan

Akun-akun yang tercakup dalam laporan keuangan Perusahaan diukur menggunakan mata uang dari lingkungan ekonomi utama dimana Perusahaan beroperasi (mata uang fungsional).

Laporan keuangan disajikan dalam Rupiah, yang merupakan mata uang fungsional dan mata uang penyajian Perusahaan.

Transaksi dan Saldo

Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan kedalam mata uang fungsional menggunakan kurs pada tanggal transaksi. Laba atau rugi selisih kurs yang timbul dari penyelesaian transaksi dan dari penjabaran pada kurs akhir tahun atas aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Aset non-moneter yang diukur pada nilai wajar dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal nilai wajar ditentukan. Selisih penjabaran akun ekuitas dan akun nonmoneter serupa yang diukur pada nilai wajar diakui dalam komponen laba rugi.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, kurs konversi yakni kurs Reuters pada pukul 16:00 Waktu Indonesia Barat (WIB), yang digunakan oleh Perusahaan adalah sebagai berikut:

31 Maret 2014 31 Desember 2013

Poundsterling Inggris

Dolar Australia

Dolar Amerika Serikat

Dolar Singapura

Yuan China

Dolar Hong Kong

Yen Jepang

c. Transaksi Pihak Berelasi

Pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan Perusahaan:

1. Orang atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi dengan Perusahaan jika orang tersebut:

a. memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas Perusahaan;

b. memiliki pengaruh signifikan atas Perusahaan; atau

c. personil manajemen kunci Perusahaan atau entitas induk Perusahaan.

2. Suatu entitas berelasi dengan Perusahaan jika memenuhi salah satu hal berikut:

a. Entitas dan Perusahaan adalah anggota dari kelompok usaha yang sama.

b. Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut adalah anggotanya).

c. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama.

d. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.

e. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pascakerja untuk imbalan kerja dari Perusahaan atau entitas yang terkait dengan Perusahaan. Jika Perusahaan adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, maka entitas sponsor juga berelasi dengan Perusahaan.

f. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam huruf (1).

g. Orang yang diidentifikasi dalam huruf (1) (a) memiliki pengaruh signifikan atas entitas atau merupakan personil manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).

Semua transaksi signifikan dengan pihak berelasi telah diungkapkan dalam laporan keuangan.

d. Kas dan Setara Kas

Kas terdiri dari kas dan bank. Setara kas adalah semua investasi yang bersifat jangka pendek dan sangat likuid yang dapat segera dikonversikan menjadi kas dengan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya, dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi pencairannya.

e. Instrumen Keuangan

Perusahaan mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, Perusahaan menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. Pembelian atau penjualan yang reguler atas instrumen keuangan diakui pada tanggal transaksi.

Instrumen keuangan pada pengakuan awal diukur pada nilai wajarnya, yang merupakan nilai wajar kas yang diserahkan (dalam hal aset keuangan) atau yang diterima (dalam hal liabilitas keuangan). Nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima ditentukan dengan mengacu pada harga transaksi atau harga pasar yang berlaku. Jika harga pasar tidak dapat ditentukan dengan andal, maka nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima dihitung berdasarkan estimasi jumlah seluruh pembayaran atau penerimaan kas masa depan, yang didiskontokan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku untuk instrumen sejenis dengan jatuh tempo yang sama atau hampir sama. Pengukuran awal instrumen keuangan termasuk biaya transaksi, kecuali untuk instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas keuangan, dimana biaya tersebut adalah biaya yang tidak akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh atau menerbitkan instrumen keuangan. Biaya transaksi tersebut diamortisasi sepanjang umur instrumen menggunakan metode suku bunga efektif.

Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan, menggunakan suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur instrumen keuangan atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari instrumen keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Perusahaan mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tanpa mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan, namun termasuk seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.

Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai untuk penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih.

Pengklasifikasian instrumen keuangan dilakukan berdasarkan tujuan perolehan instrumen tersebut dan mempertimbangkan apakah instrumen tersebut memiliki kuotasi harga di pasar aktif. Pada saat pengakuan awal, Perusahaan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, aset keuangan tersedia untuk dijual, liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi; dan melakukan evaluasi kembali atas kategori-kategori tersebut pada setiap tanggal pelaporan, apabila diperlukan dan tidak melanggar ketentuan yang disyaratkan.

Penentuan Nilai Wajar

Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif pada tanggal laporan posisi keuangan adalah berdasarkan kuotasi harga pasar atau harga kuotasi penjual/dealer (bid price untuk posisi beli dan ask price untuk posisi jual), tanpa memperhitungkan biaya transaksi. Apabila bid price dan ask price yang terkini tidak tersedia, maka harga transaksi terakhir yang digunakan untuk mencerminkan bukti nilai wajar terkini, sepanjang tidak terdapat perubahan signifikan dalam perekonomian sejak terjadinya transaksi. Untuk seluruh instrumen keuangan yang tidak terdaftar pada suatu pasar aktif, maka nilai wajar ditentukan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian meliputi teknik nilai kini (net present value), perbandingan terhadap instrumen sejenis yang memiliki harga pasar yang dapat diobservasi, model harga opsi (options pricing models), dan model penilaian lainnya.

Perusahaan mengklasifikasi pengukuran nilai wajar dengan menggunakan hirarki nilai wajar yang mencerminkan signifikansi input yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Hirarki nilai wajar memiliki tingkat sebagai berikut:

1. Harga kuotasian dalam pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik (Tingkat 1);

2. Input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Tingkat 1 yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau secara tidak langsung (Tingkat 2);

3. Input untuk aset atau liabilitas yang bukan berdasarkan data yang dapat diobservasi (Tingkat 3).

Tingkat pada hirarki nilai wajar dimana pengukuran nilai wajar dikategorikan secara keseluruhan ditentukan berdasarkan input tingkat terendah yang signifikan terhadap pengukuran nilai wajar secara keseluruhan. Penilaian signifikansi suatu input tertentu dalam pengukuran nilai wajar secara keseluruhan memerlukan pertimbangan dengan memperhatikan faktor-faktor spesifik atas aset atau liabilitas tersebut.

Laba/Rugi Hari ke-1

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan nilai wajar yang dihitung menggunakan teknik penilaian dimana variabelnya merupakan data yang diperoleh dari pasar yang dapat diobservasi, maka Perusahaan mengakui selisih antara harga transaksi dengan nilai wajar tersebut (yakni Laba/Rugi hari ke-1) dalam laporan laba rugi komprehensif, kecuali jika selisih tersebut memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset yang lain. Dalam hal tidak terdapat data yang dapat diobservasi, maka selisih antara harga transaksi dan nilai yang ditentukan berdasarkan teknik penilaian hanya diakui dalam laporan laba rugi komprehensif apabila data tersebut menjadi dapat diobservasi atau pada saat instrumen tersebut dihentikan pengakuannya. Untuk masing-masing transaksi, Perusahaan menerapkan metode pengakuan Laba/Rugi Hari ke-1 yang sesuai.

Aset Keuangan

1. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi meliputi aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki untuk diperdagangkan apabila aset keuangan tersebut diperoleh terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat. Derivatif juga diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan kecuali derivatif yang ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai yang efektif.

Aset keuangan ditetapkan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat pengakuan awal jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul dari pengukuran aset atau pengakuan keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar yang berbeda; atau

b. Aset tersebut merupakan bagian dari kelompok aset keuangan, liabilitas keuangan, atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan; atau

c. Instrumen keuangan tersebut memiliki derivatif melekat, kecuali jika derivatif melekat tersebut tidak memodifikasi secara signifikan arus kas, atau terlihat jelas dengan sedikit atau tanpa analisis, bahwa pemisahan derivatif melekat tidak dapat dilakukan.

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dicatat pada laporan posisi keuangan pada nilai wajarnya. Perubahan nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Bunga yang diperoleh dicatat sebagai pendapatan bunga, sedangkan pendapatan dividen dicatat sebagai bagian dari pendapatan lain-lain sesuai dengan persyaratan dalam kontrak, atau pada saat hak untuk memperoleh pembayaran atas dividen tersebut telah ditetapkan.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, efek-efek berupa obligasi korporasi, obligasi Pemerintah, dan aset lain-lain berupa tagihan derivatif diklasifikasikan dalam kategori ini.

2. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat dan tidak diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau aset tersedia untuk dijual.

Setelah pengukuran awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi komprehensif. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, kategori ini mencakup kas, giro pada Bank Indonesia dan bank lain, penempatan pada bank lain, efek-efek berupa tagihan atas wesel ekspor, efek yang dibeli dengan janji jual kembali, kredit yang diberikan, tagihan akseptasi, pendapatan bunga akrual serta aset lain-lain berupa setoran jaminan, tagihan sehubungan dengan penyelesaian Bank Indover, tagihan komisi asuransi, tagihan sehubungan dengan ATM bersama dan tagihan komisi reksadana.

3. Investasi Dimiliki Hingga Jatuh Tempo

Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dan manajemen Perusahaan memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Apabila Perusahaan menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo, maka seluruh aset keuangan dalam kategori tersebut terkena aturan pembatasan (tainting rule) dan harus direklasifikasi ke kelompok tersedia untuk dijual.

Setelah pengukuran awal, investasi ini diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif, setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi komprehensif. Keuntungan dan kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi komprehensif pada saat penghentian pengakuan dan penurunan nilai dan melalui proses amortisasi menggunakan metode suku bunga efektif.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, kategori ini mencakup penempatan pada Bank Indonesia dalam bentuk deposit facility dan term deposit, efek-efek dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi Pemerintah, obligasi korporasi, dan Republik Indonesia - ROI Loans.

4. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual

Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain. Aset keuangan ini diperoleh dan dimiliki untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan dapat dijual sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atau karena perubahan kondisi pasar.

Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar, dengan laba atau rugi yang belum direalisasi diakui sebagai pendapatan komprehensif lain sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya atau dianggap telah mengalami penurunan nilai, dimana pada saat itu akumulasi laba atau rugi direklasifikasi ke komponen laba rugi dan dikeluarkan dari ekuitas.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, kategori ini mencakup investasi efek-efek dalam bentuk obligasi korporasi dan obligasi Pemerintah.

Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas

Liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas Perusahaan diklasifikasikan berdasarkan substansi perjanjian kontraktual serta definisi liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas. Kebijakan akuntansi yang diterapkan atas instrumen keuangan tersebut diungkapkan berikut ini.

Instrumen Ekuitas

Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Instrumen ekuitas dicatat sejumlah hasil yang diterima, setelah dikurangkan dengan biaya penerbitan langsung.

Liabilitas Keuangan

1. Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Liabilitas keuangan diklasifikasikan dalam kategori ini apabila liabilitas tersebut merupakan hasil dari aktivitas perdagangan atau transaksi derivatif yang tidak dimaksudkan sebagai lindung nilai, atau jika Perusahaan memilih untuk menetapkan liabilitas keuangan tersebut dalam kategori ini.

Perubahan dalam nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, Perusahaan tidak memiliki liabilitas keuangan dalam kategori ini.

2. Liabilitas Keuangan yang Diukur Pada Biaya Perolehan Diamortisasi

Kategori ini merupakan liabilitas keuangan yang dimiliki tidak untuk diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal tidak ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

Instrumen keuangan yang diterbitkan atau komponen dari instrumen keuangan tersebut, yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, jika substansi perjanjian kontraktual mengharuskan Perusahaan untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada pemegang instrumen keuangan, atau jika liabilitas tersebut diselesaikan tidak melalui penukaran kas atau aset keuangan lain atau saham sendiri yang jumlahnya tetap atau telah ditetapkan.

Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi pada pengakuan awal diukur pada nilai wajar dan sesudah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi, dengan memperhitungkan dampak amortisasi (atau akresi) berdasarkan suku bunga efektif atas premi, diskonto, dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.

Pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013, kategori ini mencakup liabilitas segera, simpanan, simpanan dari bank lain, liabilitas akseptasi, surat berharga yang diterbitkan, beban bunga akrual, serta liabilitas lain-lain dalam bentuk liabilitas premi penjaminan Pemerintah serta setoran jaminan L/C dan bank garansi.

Instrumen Keuangan Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai

Derivatif pada pengakuan awal diakui sebesar nilai wajar pada tanggal kontrak derivatif dan selanjutnya diukur kembali pada nilai wajar. Metode pengakuan laba atau rugi yang timbul dari pengukuran kembali tergantung apakah derivatif tersebut ditujukan untuk instrumen lindung nilai, dengan demikian tergantung pada, sifat item yang dilindung nilai. Perusahaan mengkategorikan derivatif sebagai salah satu dari:

1. Lindung nilai atas nilai wajar dari aset atau liabilitas yang diakui, atau komitmen pasti yang belum diakui (lindung nilai atas nilai wajar); atau

2. Lindung nilai atas risiko tertentu yang menyertai aset atau liabilitas yang diakui atau prakiraan transaksi yang kemungkinan besar terjadi (lindung nilai atas arus kas).

Pada saat dimulainya transaksi, Perusahaan mendokumentasikan hubungan antara instrumen lindung nilai dan item yang dilindung nilai, termasuk tujuan manajemen risiko dan strategi untuk melakukan berbagai transaksi lindung nilai. Perusahaan juga mendokumentasikan penelaahannya, baik pada tahap awal maupun selama proses transaksi, mengenai apakah derivatif yang digunakan dalam transaksi lindung nilai efektif untuk saling hapus atas perubahan nilai wajar atau arus kas dari item yang dilindung nilai.

1. Lindung nilai atas nilai wajar

Perubahan nilai wajar derivatif yang ditujukan dan memenuhi syarat sebagai lindung nilai atas nilai wajar diakui dalam komponen laba rugi, bersama dengan perubahan nilai wajar aset atau liabilitas yang dilindung nilai yang diatribusikan pada risiko yang dilindung nilai. Perusahaan menerapkan akuntansi lindung nilai atas nilai wajar hanya untuk lindung nilai risiko suku bunga tetap atas pinjaman. Laba atau rugi terkait dengan porsi efektif dari lindung nilai swap suku bunga atas pinjaman berbunga tetap diakui dalam komponen laba rugi pada akun “Bunga dan beban keuangan lainnya”, bersama dengan perubahan nilai wajar dari pinjaman berbunga tetap yang dilindung nilai dan teratribusi pada risiko suku bunga. Laba atau rugi terkait dengan porsi yang tidak efektif diakui dalam komponen laba rugi pada akun “Penghasilan (beban) lain-lain – Bersih”.

Jika lindung nilai tidak lagi memenuhi kriteria akuntansi lindung nilai, maka penyesuaian atas nilai tercatat item yang dilindung nilai diamortisasi ke komponen laba rugi sepanjang sisa periode hingga jatuh tempo menggunakan metode suku bunga efektif.

2. Lindung nilai atas arus kas

Porsi efektif dari perubahan nilai wajar derivatif yang ditujukan untuk dan memenuhi syarat sebagai lindung nilai atas arus kas diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Laba atau rugi terkait dengan porsi yang tidak efektif langsung diakui dalam komponen laba rugi pada akun “Penghasilan (beban) lain-lain – Bersih”.

Jumlah yang terakumulasi dalam ekuitas dipindahkan ke komponen laba rugi dalam periode dimana item yang dilindung nilai mempengaruhi komponen laba rugi. Laba atau rugi terkait dengan porsi efektif dari lindung nilai swap suku bunga atas pinjaman berbunga mengambang diakui dalam komponen laba rugi pada akun “Bunga dan beban keuangan lainnya”. Namun, jika prakiraan transaksi yang dilindung nilai mengakibatkan pengakuan aset non-keuangan, maka laba atau rugi yang sebelumnya ditangguhkan di ekuitas harus ditransfer dari ekuitas dan dimasukkan dalam pengukuran awal nilai perolehan aset tersebut.

Dalam melakukan usaha bisnisnya, Perusahaan melakukan transaksi instrumen keuangan derivatif seperti kontrak tunai dan berjangka mata uang asing, dan swap mata uang asing. Instrumen keuangan derivatif dinilai dan dibukukan di laporan posisi keuangan pada nilai wajar dengan menggunakan harga pasar. Derivatif dicatat sebagai aset apabila memiliki nilai wajar positif dan sebagai liabilitas apabila memiliki nilai wajar negatif. Keuntungan atau kerugian yang terjadi dari perubahan nilai wajar diakui sebagai laba/rugi.

Saling Hapus Instrumen Keuangan

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, Perusahaan saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.

Penghentian Pengakuan Aset dan Liabilitas Keuangan

1. Aset Keuangan

Aset keuangan (atau bagian dari suatu aset keuangan, atau kelompok aset keuangan serupa) dihentikan pengakuannya jika:

a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir;

b. Perusahaan telah mentransfer haknya untuk menerima arus kas dari aset keuangan dan (i) telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, atau (ii) secara substansial tidak mentransfer atau tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, namun telah mentransfer pengendalian atas aset keuangan tersebut.

Ketika Perusahaan telah mentransfer hak untuk menerima arus kas dari suatu aset keuangan atau telah menjadi pihak dalam suatu kesepakatan, dan secara substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan dan masih memiliki pengendalian atas aset tersebut, maka aset keuangan diakui sebesar keterlibatan berkelanjutan Perusahaan dengan aset keuangan tersebut. Keterlibatan berkelanjutan dalam bentuk pemberian jaminan atas aset yang ditransfer diukur berdasarkan jumlah terendah antara nilai aset yang ditransfer dengan nilai maksimal dari pembayaran yang diterima yang mungkin harus dibayar kembali oleh Perusahaan.

2. Liabilitas Keuangan

Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya jika liabilitas keuangan tersebut berakhir, dibatalkan, atau telah kadaluarsa. Jika liabilitas keuangan tertentu digantikan dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama namun dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau terdapat modifikasi secara substansial atas ketentuan liabilitas keuangan yang ada saat ini, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dianggap sebagai penghentian pengakuan liabilitas keuangan awal. Pengakuan timbulnya liabilitas keuangan baru serta selisih antara nilai tercatat liabilitas keuangan awal dengan yang baru diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.

f. Penurunan Nilai Dari Aset Keuangan

Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, manajemen Perusahaan menelaah apakah suatu aset keuangan atau kelompok aset keuangan telah mengalami penurunan nilai.

1. Aset keuangan pada biaya perolehan diamortisasi

Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, Perusahaan mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan), dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara andal.

Bukti obyektif bahwa aset keuangan mengalami penurunan nilai meliputi wanprestasi atau tunggakan pembayaran oleh debitur, kesulitan keuangan, restrukturisasi kredit dengan persyaratan yang tidak mungkin diberikan Perusahaan jika debitur tidak mengalami kesulitan keuangan, indikasi debitur atau penerbit dinyatakan pailit, hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan, atau data yag dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset tersebut, termasuk memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok tersebut.

Manajemen pertama-tama menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara kolektif untuk aset keuangan yang jumlahnya tidak signifikan secara individual. Jika manajemen menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik aset keuangan tersebut signifikan atau tidak signifikan, maka aset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.

Jika terdapat bukti obyektif bahwa rugi penurunan nilai telah terjadi, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yang merupakan suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut langsung dikurangi dengan penurunan nilai yang terjadi atau menggunakan akun cadangan dan jumlah kerugian yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.

Perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak.

Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara kolektif, aset keuangan dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik risiko kredit seperti mempertimbangkan segmentasi kredit dan status tunggakan. Karakteristik yang dipilih adalah relevan dengan estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset tersebut yang mengindikasikan kemampuan debitur atau rekanan untuk membayar seluruh liabilitas yang jatuh tempo sesuai persyaratan kontrak dari aset yang dievaluasi.

Arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara kolektif, diestimasi berdasarkan arus kas kontraktual dan kerugian historis yang pernah dialami atas aset-aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok tersebut. Kerugian historis yang pernah dialami kemudian disesuaikan berdasarkan data terkini yang dapat diobservasi untuk mencerminkan kondisi saat ini yang tidak berpengaruh pada periode terjadinya kerugian historis tersebut, dan untuk menghilangkan pengaruh kondisi yang ada pada periode historis namun sudah tidak ada lagi saat ini.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0