Kontribusi Perempuan Pengrajin Tikar Pandan Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo

(1)

DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER)

KONTRIBUSI PEREMPUAN PENGRAJIN TIKAR PANDAN DALAM SOSIAL EKONOMI KELURGA DI DESA JUHAR KECAMATAN JUHAR KECAMATAN JUHAR KABUPAT KARO

A. Petunjuk Pengisian:

1. Pilihlah dan berikan tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat menurut saudara-saudari.

2. Isilah titik-titik dengan benar sesuai dengan jawaban saudara-saudari.

3. Berikan jawaban saudara-saudari sebagaimana adanya, sesuai dengan bentuk pertanyaan. B. Indentitas Responden

1. Nomor Urut Responden: 2. Nama : 3. Jenis kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan terahir : 6. Agama : 7. Status : 8. Jumlah Keluarga : 9. Pekerjaan suami :

Pertanyaan

C. Pengenalan tentang tikar pandan

1. Apakah ibu mengetahui tentang apa itu tikar pandan? a. Ya

b. Tidak

2. Apa yang melatarbelakangi ibu untuk ikut serta sebagai pengrajin tikar pandan? a. Kebutuhan ekonomi

b. Kebutuhan tambahan

c. Ajakan lingkungan masayarakat

3. Apakah ibu mengetahui bagaimana cara pembuatan tikar pandan? a. Ya


(2)

b. Sedikit-sedikit c. Tidak

4. Sejak kapan ibu ikut serta sebagai pengarjin tikar pandan?

Jawab………. 5. Sepengetahuan ibu jenis tikar pandan apa yang banyak diminati masyarakat?

Jawab………. Berikan alasan……….

D.Kontibusi Perempuan pengrajin tikar pandan D1 Modal

6. Darimana modal ibu untuk pembuatan tikar pandan? a. Modal pribadi

b. Pinjaman bank c. Dan lain-lain

7. Berapa kisaran modal ibu yang dibutuhkan untuk pembuatan satu (1) tikar pandan? a. Rp. 80.000,-s/d Rp.100.000

b. Rp.150.000 c. > RP.200.000

D 2. Sasaran Penjualan dan Pemasaran Tikar Pandan 8. Jenis tikar apa yang sering di pasarkan?

Jawaban……… Alasanya……… 9. Kemana saja tikar yang ibu hasilkan dipasarkan?

a. Lokal b. Pengepul

10. Siapa yang sering menjadi peminat tikar pandan yang ibu pasarkan atau tawarkan? a. Wisatawan

b. Orang-orang adat c. Masyarakat setempat

11. Apakah jenis tikar pandan yang di tawarkan bernilai jual yang sama antara satu tikar dengan tikar yang lainya?

a. Ya b. Tidak


(3)

E.Ekonomi Keluarga EI. Sumber Pendapatan

12. Berapa pendapatan yang dihasilkan ibu selama menjadi pengrajin tikar pandan? a. Rp. 560.000 - Rp600.000

b. Rp. 600.00 - Rp800.000 c. > Rp 800.000

13. Apakah pendapatan yang ibu proleh murni dari hasil pengrajin tikar pandan atau ada pendapatan lain?

a. Ya b. Tidak

Jika ada sebutkan………

14. Bagaimana frekuensi pendapatan yang ibu proleh dari hasil anyaman? a. Perhari

b. Perminggu c. Perbulan

E2. Pengeluaran Konsumsi

15. Berapa jumlah yang harus ibu keluarkan untuk kebutuhan konsumsi selama sebulan? a. Rp. 100.000 – Rp.500.000

b. Rp. 500.000 – Rp.1.000.000 c. > Rp 1.000.000

16. Bagaimana frekuensi makan keluarga ibu dalam sehari? a. Satu kali

b. Dua kali c. Tiga kali

17. Apakah dengan pendapatan yang ibu proleh cukup untuk pengeluaran konsumsi sehari-hari?

a. Cukup b. Tidak cukup

Berikan alasanya………. E3. Kesehatan

18. Jika sakit, kemana ibu dan keluarga berobat? a. Rumah sakit

b. Obat tradisional c. Puskesmas


(4)

d. Klinik

19. Apakah ibu sering periksa kesehatan selama menjadi pengrajin tikar pandan? a. Sering

b. Jarang c. Tidak pernah

Jika tidak pernah berikan alasan………..

20. Apakah dengan pendapatan yang ibu proleh cukup untuk membiayai kesehatan ibu dan keluarga?

a. Cukup b. Tidak cukup Berikan

Alasan………..

21. Apakah ibu dan keluarga tercatut sebagai Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan?

a. Ya b. Tidak

Jika ya sejak kapan……… Jika tidak, Mengapa………

E4. Pendidikan

22. Seberapa pentingkah pendidikan bagi keluarga ibu? a. Sangat penting

b. Penting c. Tidak penting

Berikan alasan………..

23. Berapa jumlah anak ibu yang bersekolah?

Sebutkan………. 24. Apa jenis jenjang pendidikan anak ibu?

a. SD b. SMP c. SMA

d. Perguruan Tinggi

25. Apa status sekolah yang di tempuh oleh anak ibu? a. Negri


(5)

b. Swasta

26. Apakah anak ibu mendapatkan bantuan pendidikan dari sekolah untuk membantu pendidikan anak ibu?

a. Ya b. Tidak

Jika ya, Sebutkan jenis bantuan………. 27. Dengan penghasilan yang ibu proleh apakah cukup untuk membiayai anak sekolah?

a. Cukup b. Tidak cukup

E5. Tabungan

28. Apakah ibu mempunyai tabungan? a. Ya

b. Tidak

29. Jika Menabung, Kemana ibu menabung? a. Bank

b. Koperasi

c. Menyimpan sendiri

30. Bagaimana frekuensi ibu menabung? a. Sering

b. Tidak sering c. Jarang

31. Apakah tujuan ibu menabung?

a. Untuk kebutuhan modal usaha

b. Untuk kebutuhan dimasa yang akan dating c. Untuk kebutuhan yang tidak terduga


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adjim, Arijadi.2011. Kerajinan dan kebudayaan. Jakarta: Mitra Sejati

Arsyat, Lincolin. 2008. Buku Panduan Usaha Kecil Menengah Industri Manu faktur, Jakarta.

Dea, Marsuki.2005.Analisis Prekonomian Nasional dan Internasional. Jakarta: Mitra WacanaMedia

Depdiknas 2000 Peran Serta Ibu rumah tangga Dalam Pengembangan kebudayaan Tradisional di Derah Riau.

Fahrudin, Adi.2012.Pengantar Kesejahteraan Sosial, Bandung: Refrika Aditama Koejaraningrat. 1990. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Mubyarto, 1983. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, BPFE, Yogyakarta. Sumoatmojo, 1988. Studi Geografi, Alumni. Bandung

Rasyad, Rasdihan. Metode Statistik Deskriptif. Jakarta : Pt Grasindo

Sawit, Hussein, Et al. ( 1994 ). Peluang Kerja Rumah Tangga di Pedesaan Jawa. Yogyakarta: BPFE

Sa’udah. 2005. Sosiologi Keluarga. Malang : UMM Pres

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grafindo Monoratama Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan: PT.Grasindo Monoratama. Soekanto, Soedjono. 1990. Teori Sosiologi. Jakarta : Ghalia Indonesia

Sayuti E R. 1997. Skipsi Peranan Isrti Bekerja Dalam Kontribusinya Menambahi Pendapatan Keluarga.UHN. Medan.

Taryati, 1999.Berorientasi Pada Masyarakat. Jakarta: Global Pasifik.

Usria Dhavida dan Lisa Sri Dwiyanti.Kerajinan Anyaman Pandan Di Sumatera Barat.(Padang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Propinsi Sumatera Barat ‘Adhityawarman’, 1997).Hlm. 7. Sumber Lain


(7)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang perumhan dan kawasan pemukiman.

Undang-undang Republik Indonesia no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

Sumber online

indonesia,diakses tanggal 25 mei 2016 pukul 19.05WIB)

yahoo.com/blogs/newsroom-blog/perbedaan-makna-perempuan-dan-wanita-091915009.html,diakses tanggal 25 mei 2016)

(http://www.Kamus besar bahasa Indonesia pukul 21.05 WIB)


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan atau mendriskipsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung(Siagian,2011:52)

Melalui penelitian deskriptif, penulis ingin mengambarkan secara jelas dan mendalam tentang kontribusi perempuan pengrajin tikar pandan terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo.

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo.Alasan pemelihan lokasi ini karena cukup banyak perempuan yang bekerja sebagai pengrajin tikar pandan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.Peneliti juga ingin mengetahui bagaimana kontribusi perempuan pengrajin tikar pandan terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa ini.

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian.Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dalam proses penelitian (Siagian, 2011 : 155) Berdasarkan pendapat tersebut maka populasi dalam penelitian ini berjumlah 30perempuan pengrajin tikar pandan yang tinggal di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo.


(9)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari objek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti, dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sampel adalah bagian bersifat representative dari populasi yang diambil datanya secara langsung . Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar bagian dari populsai, melainkan bagian yang benar-benar mewakili populasi. (Siagian, 2011 : 156 )

Untuk menjamin keterwakilan populasi dan sampel, maka penulis menggunakan

teknik penarikan sampel (purposive sampling).Porposive sampling artinya penetapan

sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah 30 perempuan pengrajin tikar pandan. Dengan kriteria

adalah sebagai berikut:

1. Perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak

2. Perempuan pengrajin tikar pandan

3. Memiliki suami yang bekerja ataupun tidak bekarja.

3.4 Teknik Pengumpulan data

Untuk memproleh data yang di perlukan maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan, yaitu Pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan di teliti melalui penelahaan buku, jurnal dan karya tulis yang ada kaitanya terhadap masalah yang di teliti.

b. Studi lapangan, yaitu mengadakan penelitian langsung ke lokasi untuk mendapatkan data yang lengkap sesuai dengan masalah yang di teliti. Adapun alat-alat yang digunakan dalam rangka studi lapangan ini, yaitu:


(10)

1. Kuesioner, atau angket yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebar data pertanyaan untuk di jawab oleh perempuan pengarajin tikar pandan sehingga peneliti memproleh data dan informasi yang di perlukan dalam penelitian.

2. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek dan fenomena mengenai kontribusi perempuan pengarajin tikar pandan objek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

3. Wawancara yaitu percakapan atau tanya jawab yang di lakukan pengumpulan data dengan perempuan pengarajin tikar pandan untuk memberikan data atau informasi yang di perlukan dalam peneliti.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisis data deskriftip yaitu analisis data yang ada pada tiap-tiap sampel kajian dan tidak digunakan dalam rangka merumuskan generasi menyeluruh. Dengan demikian kesimpulan pada analiisis data statistik deskriptif hanya berlaku pada satu tabel tanpa generalisasi. Dalam analisis data statistik deskriptif akan digunakan tabel tunggal atau yang hanya menyajikan data dari satu variabel (Siagian, 2011 : 228).

Dengan demikian analisis data statistik deskriptif hanya berlaku pada satu tabel tanpa generalisasi. Kekuatan pada analisis data statistik deskriftip terletak pada kemampuan interpretasi data yang di sajikan dalam tabel. Dalam teknik analisis data ini, di perlukan kemampuan interpretasi data peneliti yang kuat (Siagian, 2011 : 228).


(11)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI

4.1

Letak geografis Desa Juhar

Desa Juhar berjarak 46 km dari kota Kabanjahe yang merupakan ibukota daerah Kabupaten Karo dan berjarak sekitar 130 km dari Kota Medan sebagai ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, letak wilayah Desa ini dikelilingi dan dibatasi oleh beberapa Desa serta pegunungan. Dengan batas-batas wilayah:

•Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Juhar, Desa Pasar Baru, Desa Mbetung.

•Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ketawaren, Desa Buluh Pancur, Desa Lau Kidupen.

•Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sigenderang.

•Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jandi dan Desa Kidupen.

. Desa Juhar berada 710-800 M / DPL dari permukaan laut. Suhu udara di Desa Juhar berkisar antara 22º s/d 29º derajat celcius dengan kelembapan udaranya rata-rata 28º. Ada dua musim yangterdapat di Desa Juhar yaitu musim Hujan dan Kemarau.Musim hujan pertama terjadi antara bulan Agustus sampai bulan Januari, dan musim kemarau terjadi pada bulan Maret sampai bulan Oktober. Hal ini disebabkan karena arah angin yang berhembus di Desa Juhar terbagi atas dua yaitu: pada musim hujan, angin berhembus dari arah barat sedangkan pada musim kemarau angin Timur Tenggara berhembus dari arah Timur.

Desa Juhar terbagi atas tigawilayah hukum adat hal ini terjadi karena berkaitan dengan perkembangan Desa Juhar yang tidak lepas dari para pemuka Desa Juhar tersebut. Adapun ke tiga wilayah hukum adat tersebut adalah Desa Juhar Ginting, Juhar Perangin-angin, Juhar Tarigan dan memiliki pemerintah sebelum kemerdekaan Republik Indonesia di namakan dengan Urung dan setelah Indonesia Merdeka Pada tahun 1945 maka urung digantikan dengan kepala Kampung dan kemudian diganti menjadi Kepala Desa.


(12)

4.1.1. Keadaan Demografis

Di dataran tinggi Karo, Desa sebagai kesatuan teritorial yang luas dihuni oleh keluarga-keluarga yang berasal dari satu klen disebut kesain. Jadi kesainmerupakan bagian-bagian dari suatu kuta, sebab kuta biasanya terdiri dari penduduk yang berasal dari klen yang berbeda-beda.

Suatu kelompok kekerabatan yang besar dalam Masyarakat Karo adalah merga, tetapi istilah mergasendiri mempunyai beberapa pengertian. Merga bisa berarti klen besar yang patrilineal, misalnya merga Ginting, Sembiring, Tarigan,Perangin-angin, Karo-karo. Selain itu mergapada orang Karo bisa juga berarti bagian dari klen besar patrilineal, misalnya Barus, Suka, Pandia, Singarimbun, Tambun dan sebagainya. (Repository.usu.ac.id/bitstream/gambaran umum desa juhar diakses tanggal 26 mei 2016)

Pada orang Karo nama merga merupakan nama kolektif tanpa menghiraukan adanya satu nenek moyang, berbeda dengan orang Batak Toba bahwa nama marga menunjukkan nama dan nenek moyang asalnya. Jika misalnya seorang Karo bernama Perangin-angin, Bangun, maka hal itu tiduk berarti bahwa dulu nenek moyangnya bernama Bangun, anak dari si Perangin-angin.

Penduduk asli Desa Juhar adalah marga Tarigan yang berasal dari daerah Desa Lingga, tidak ada bukti yang pasti mengenai tahun kedatangan marga Tarigan ke daerah Juhar akan tetapi dari penuturannya dan informasi dapat di prediksi bahwa marga Tarigan sudah mulai bermukim di daerah tersebut dan Desa Juhar mulai dikenal orang-orang di sekitar daerah tersebut pada Tahun 1700 akan tetapi masyarakatnya terdiri hanya beberapa keluarga saja dan kemudian di susul oleh marga Perangin-angin dan marga Ginting.

Ketiga klan klompok marga masyarakat tersebut kemudian menetap bersama dan membangun Desa Juhar baik dari sistem mata pencaharian hingga pemerintahan Desa Juhar tersebut. Sistem adat Karo adalah pola pemerintahan tradisional yang dibawa oleh


(13)

pemuka kampung di Desa Juhar, kebiasaan-kebiasaan adat yang turun-temurun membentuk pola kehidupan masyarakat Desa Juhar. Sehingga dalam kesehariannya masyarakat Desa Juhar memakai bahasa Karo dalam komunikasi sehari-hari.

4.2 Sejarah Menganyam Tikar

Mbayu amak atau menganyam tikar umumya tidak asing lagi bagi orang-orang Karo.Kerajinan mengayam tikar di Desa Juhar mulai di gemari masyarakat sejak tahun 1921.Di daerah Singalorlau,mbayu amak adalah suatu kebiasaan perempuan menganyam tikar dari daun pandan (bengkuang). Mereka biasanya menganyam tikar pada masa senggang ataupun sehabis dari ladang para ibu-ibu rumah tangga biasanya menganyam yang dulu dilakukan di depan rumah ture (beranda rumah adat) tapi sekarang di lakukan di depan rumah mereka masing masing. Tikar pandan anyaman tersebut banyak dihasilkan masyarakat Desa Juhar, karena tumbuhan pandan sebagai bahan bakunya banyak ditemukan di Desa Juhar, selain itu juga tikar pandan tersebut digemari banyak orang.

4.3. Kondisi Demografis Desa Juhar

4.3.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Adapun jumlah penduduk di Desa ini ada sebanyak 300 Kepala keluarga, Dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah 1

2

Laki-laki Perempuan

650 720

Jumlah 1.370


(14)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.1 tertera bahwa 1.370 jiwa jumlah penduduk di Desa Juhar, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 650 jiwa untuk penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan 720 jiwa penduduk untuk berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah populasi penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih mendominasi dibandingkan jumlah populasi penduduk yang berjenis kelamin laki-laki.

4.3.2. Disrtibusi Penduduk Berdasarkan Agama

Tabel 4.2

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah

1 2

Kristen Islam

1.220 150 Jumlah 1.370 Sumber: Kantor Kepala Desa Juhar

Dari data yang di sajikan pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa semua penduduk di Desa ini sudah memiliki agama atau kepercayaan. Adapun agama yang dianut di Desa ini ada dua, yaitu agama Kristen dan Islam. Penduduk yang mendominasi adalah penduduk yang menganut agama Kristen.

4.3.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku

Berdasarkan data yang di proleh dari kantor Desa Juhar dapat diketahui bahwa seluruh penduduk yang tinggal di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo yang berjumlah 1.370 orang dengan jumlah kepala keluarga 300 kk adalah suku Karo.

Suku Karo merupakan suku yang sudah sejak dulu mendiami Desa Juhar, bahkan hingga saat ini warga pendatang yang kemudian tinggal di Desa ini pun pada umumnya berasal


(15)

dari suku Karo .Oleh karna itu tidak mengherankan jika suku Karo adalah satu-satunya yang mendiami Desa Juhar.

4.3.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Penduduk di Desa ini pada umumnya berpendidikan tinggi dengan uraian sebagai berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Formal Terahir

No Kategori Jumlah

1 2 3 4 5

PNS SMA SMP

SD Sederajat PRA Sekolah

150 420 320 210 170

Jumlah 1.370

Sumber: Kantor Kepala Desa Juhar

Berdasarkan data yang di sajikan tabel 4.3 dapat diketahui tingkat pendidikan formal terahir penduduk di Desa Juhar sebanyak 150 jiwa penduduk pegawai negri sipil. Sebanyak 570 jiwa penduduk sekolah menengah atas. Sebanyak 320 jiwa penduduk menamatkan sekolahnya hanya di tingkat sekolah menengah pertama, selain itu sebanyak 210 jiwa penduduk menamatkan sekolahnya sampai pada tingkat sekolah dasar saja, kemudian sebanyak 170 jiwa penduduk yang pra sekolah.


(16)

4.3.5. Disrtibusi Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian

Adapun mata pencaharian di Desa ini pada umumnya adalah bertani

Tabel 4.4

Disrtibusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1 2 3 4 5

Petani PNS Pedagang Buruh bagunan Supir

1080 130 50 60 50 Jumlah 1370

Sumber: Kantor Kepala Desa Juhar

Jenis mata pencaharian penduduk Desa Juhar sangat beragam, berdasarkan data yang yang di sajikan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Desa Juhar bermata pencaharian petani, sebanyak 1080 jiwa penduduk Desa Juhar bermata pencaharian sebagai petani, sebanyak 130 jiwa bermata pencaharian sebagai pegawai negri sipil, sebayak 50 jiwa bermata pencaharian sebagai pedagang, sebanyak 60 jiwa bermata pencaharian sebagai buruh bangunan dan sebanyak 50 jiwa bermata pencaharian sebagai supir becak.


(17)

4.4. Sarana dan Prasarana Desa Juhar

4.4.1. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Juhar adalah 4 (empat) unit sekolah dasar, 1 (satu) unit sekolah menengah pertama dan 1 (satu) unit sekolah menengah atas.

Data disrtibusi berdasarkan sarana pendidikan formal disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.5

Distribusi Sarana Pendidikan Formal

No Kategori Jumlah

1 2 3

Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas

4 1 1 Jumlah 6 Sumber: Kantor Kepala Desa Juhar

Berdasarkan data yang di sajikan pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa jumlah pendidikan formal yang terdapat di Desa Juhar adalah sebanyak 6 unit. Adapun ke enam sarana pendidikan tersebut meliputi Sekolah Dasar Negri 1, Sekolah Dasar Negri 2 , Sekolah Dasar Negri 3 dan Sekolah Dasar Negri Impres. Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Juhar dan Sekolah Mengah Atas Negri 1 Juhar. Keadaan sarana dan prasarana belajar mengajar cukup baik dengan jumlah tenaga pengajar yang memadai.

4.4.2. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Juhar tediri dari 1 unit puskesmas dan 4 bidan Desa dan perawat yang tinggal di Desa tersebut.Puskesmas tersebut terletak di Desa itu sendiri.Pada umumya penduduk Desa Juhar berobat ke puskesmas tersebut. Sementara itu posyandu bagi balita diadakan setiap tiga bulan sekali.


(18)

4.4.3. Sarana Rumah Ibadah

Tabel 4.6

N0 Kategori Jumlah

1 2 3

Greja Katolik Greja GBKP Masjid

1 2 1 Jumlah 4 Sumber:Kantor KepalaDesa Juhar

Berdasarkan data yang di sajikan pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa jumlah rumah ibadah yang terdapat di Desa Juhar adalah sebanyak 4 unit. Adapun ke empat sarana rumah ibadah tersebut meliputi, Greja Katolik, Greja GBKP 1, Greja GBKP 2 dan Masjid.

4.4.4 Sarana Transportasi

Sarana transportasi di Desa Juhar terbilang cukup mudah karena sudah ada sarana transportasi sperti bus umum, mobil, sepeda motor, becak dan sepeda. Akses sarana transportasi ke kota Medan dapat menggunakan mini bus yang dapat di akses setiap waktu. Kondisi jalan yang terdapat di Desa Juhar juga terlihat cukup baik, utuk jalan ke Kabupaten jalanya dalam kondisi jalan yang diperkeras dan di aspal. Jalan Desa sudah di aspal dan jalan antar dusun masih jalan disemen saja.

4.4.5 Sarana Olah Raga

Ada beberapa jenis sarana olah raga yang terdapat di Desa Juhar diantaranya ada lapangan sepak bola, lapangan bola volly, lapangan badminton dan tenis meja. Perkembangan jaman yang ada pada saat ini meenjadi bertambah pula sarana olah raga yang ada di Desa ini seperti bela diri


(19)

4.4.6 Sarana Pemerintahan Desa

Data disrtibusi berdasarkan sarana pemerintahan Desa Juhar yang di sajikan dalam tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7

Distribusi Sarana Pemerintah Desa Juhar

No Sarana dan Prasarana Status/Jumlah

1 2 3 4 5 6 7

Balai desa Perangkat Desa Air

Lisrtik Meja Kursi Lemari

Ada Ada Ada Ada 3 buah 9 buah 3 buah Sumber:Kantor Kepala Desa Juhar

Berdasarkan data yang di sajikan pada tabel 4.6 dapat diketahui sarana dan prasarana pemerintahan yang terdapat di Desa Juhar cukup memadai dengan kondisi yang cukup baik, dengan adanya sarana dan prasarana tersebut sangat di harapkan pemerintahan Desa Juhar dapat melayani masayarakat dengan baik.

4.5. Kegiatan Sosial

Adapun kegiatan-kegiatan yang masih di lakukan di Desa Juhar meliputi kegiatan sosial di bidang agama dan lingkungan.


(20)

Kegiatan sosial di bidang agama dilakukan dengan mengadakan kegiatankegiatan seperti kebaktian mingguan yang di adakan di rumah-rumah penduduk secara bergilir.Pelaksanaan kegiatan kebaktian tersebut berbeda-beda tergantung pelaksanaanya.

2.Kegiatan Sosial Di Bidang Lingkungan

Kegiatan sosial di bidang lingkungan biasa di lakukan warga dengan kegiatan seperti bergontong royong membersihkan jalan dan saluran-saluran air yang ada di Desa.

3.Kegiatan Sosial Berupa Adat

Kegiatan adat biasanya sering dilakukan oleh masyarakat Desa Juhar misalnya menghadiri acara adat pernikahan dan acara adat kematian .Masyarakat Desa Juhar yang mayoritasnya suku Karo masih menjunjung tinggi adat istadat mereka.Setiap pelaksanaan adat yang berlangsung di desa itu harus diikut oleh mereka.


(21)

BAB V

ANALISIS DATA

5.1. Pengantar

Pada bab ini penulis akan menganalisa data-data yang telah di proleh dari hasil penelitian dengan menyebarkan angket (kuesioner) kepada sebanyak 30 responden. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian-bagian tertentu berdasarkan jawaban responden.Analisi data yang di matsud adalah interpestasi langsung berdasarkan data dan informasi yang di proleh dilapangan. Adapun data-data yang dianalisis pada bab ini adalah sebagai berikut:

5.2. Karakteristik Umum Responden

5.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang diproleh dari lapangan adapun seluruh responden yang berjumlah 30 orang (100%) yang terdapat dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut berkaitan dengan kriteria penetapan sampel dan judul skripsi yang ditetapkan yaitu perempuan pengrajin tikar pandan , maka seluruh responden yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perempuan

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2 3 4

20-30 31-40 41-50 >50

9 10 8 3

30 33,3 26,7 10

Jumlah 30 100


(22)

Berdasarkan data yang di sajikan tabel 5.1 di ketahui usia responden bervariasi dari usia muda 20 tahun hingga 52 tahun. Sebanyak 9 (30 %)responden berada pada rentang usia antara 20 sampai dengan 30 tahun, di karenakan responden terlalu cepat menikah, sehingga responden membantu prekonomian keluarga dengan menjadi pengrajin tikar, yang mana suami responden tersebut adalah petani. 10(33,3%) responden berada pada rentang usia antara 31 sampai dengan dengan 40 tahun, disebabkan oleh kebutuhan yang mulai bertambah dimana responden sudah mempunyai anak yang bersekolah 8 (26,7%) responden berada pada rentang usia antara 41 sampai dengan 50 tahun dikarenakan responden ingin menambah ekonomi keluarga untuk kebutuhan yang tak terduga , seperti contoh untuk biaya kuliah anak , berobat keluarga , dan lain-lain. 3(10%) responden berada pada usia di atas 51 tahun untuk menambah kebutuhan yang tak terduga dan jaminan hari tuanya.

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terahir

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2 3 4

SD SMP SMA PNS

3 5 21 1

10 16,7 70 3,3

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.2 dapat diketahui tingkat pendidikan formal terahir responden. Sebanyak 3 (10%) responden hanya menamatkan pendidikanya dibangku sekolah dasar saja, sebanyak 5 (16,7%) responden menamatkan pendidikanya sampai ketingkat sekolah menengah pertama dan sebanyak 21 (70%) responden menyelesaikan pendidikanya sampai ketingkat sekolah menengah atas dan untuk


(23)

responden yang menyelesaikan pendidikan formalnya sampai sarjana yaitu Sebanyak 1 (73,3%) responden.

Rendahya tingkat pendidikan formal terakhir responden pada umumnya disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama adalah keterbatasan ekonomi keluarga dan yang kedua adalah karena pada zaman dahulu akses responden untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sangat sulit sehingga letak sekolah yang jauh membuat banyak dari responden yang putus sekolah bahkan tidak dapat mengenyam bangku pendidikan.

5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama

Berdasarkan data yang diproleh dari lapangan mengenai agama yang dianut oleh responden adapaun seluruh responden yang berjumlah 30 Orang yang terdapat dalam penelitian ini beragama Kristen. Pada distribusi responden berdasarkan agama tidak terdapat kriteria tertentu dalam penetapan sebagai responden.

5.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Berdasarkan data yang di proleh dari lapangan mengenai status pernikahan responden adapun seluruh responden yang berjumlah 30 orang yang terdapat dalam penelitian ini bersetatus menikah dan berperan sebagai ibu rumah tangga.

5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Tabel 5.3.

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak

No Jumlah Anak Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2

1-2 anak 3-4 anak

17 13

56,7 43,3

Jumlah 30 100


(24)

Berdasarkan data yang disajikan dalam table 5.3 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki jumlah anak sebanyak 1-2 orang anak yaitu 17 (56,7%) responden dan sebanyak 13 (43,3%) responden memiliki 3-4 orang anak.

5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami

No Pekerjaan Suami Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2 3 4

Petani Supir Pns

Buruh bagunan

20 7 1 2

66,7 23,3 3,3 6,7

Jumlah 30 100

Sumber Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan data yang di sajikan dalam tabel 5.4.diketahui bahwa pada umumya pekerjaan suami para responden adalah petani. Dimana jumlah responden yang suaminya bekerja sebagai petani sebanyak 20(66,7%) orang, sebagai supir sebanyak 7 (23,3%) orang, sebagai pns sebanyak 1 (3,3%) orang dan buruh bagunan sebanyak 2 (6,7%) orang.

5.3. Pengenalan Tentang Tikar pandan

5.3.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Tikar Pandan

Berdasarkan data yang diproleh dari lapangan mengenai pengetahuan responden tentang tikar, dapat diketahui keseluruhan responden yang berjumlah 30 orang (100%) dalam penelitian ini mengetahui apa yang dimaksud dengan tikar pandan, jenis-jenis tikar pandan. Pengetahuan tentang tikar tersebut merupakan pengetahuan yang wajib dan harus dimiliki oleh setiap pengrajin tikar pandan, karena tanpa pengetahuan tersebut maka pengrajin akan mengalami kesulitan dalam pembuatan tikar tersebut.


(25)

5.3.2. Distribusi Responden Berdasarkan Latar Belakang Ikut Serta Sebagai Pengrajin Tikar

Berdasarkan data yang diproleh dari lapangan adapun seluruh responden dengan berjumlah 30 orang yang terdapat dalam penelitian ini menyatakan bahwa alasan yang melatar belakangi mereka ikut serta sebagai pengrajin tikar pandan adalah karena kebutuhan ekonomi. Besarnya pengeluaran tak sebanding dengan pemasukan yang diterima membuat para perempuan yang berperan sebagai ibu rumah tangga ikut serta bekerja untuk membantu prekonomian keluarga, dengan bakat yang dimiliki yaitu menganyam tikar maka para perempuan tersebut akhirnya bekerja sebagai pengarajin tikar.

5.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bagaimana Pembuatan Tikar

Pandan

Berdasarkan data yang diproleh dari lapangan mengenai pengetahuan responden dalam pembuatan tikar pandan, adapun seluruh responden yang berjumlah 30 orang yang terdapat dalam penelitian ini menyatakan bahwa mereka mengetahu bagaimana cara pembuatan tikar dengan baik. Dengan modal pengetahuan mengenai pembuatan tikar tersebutlah maka para responden yang bekerja sebagai pengrajin tikar dapat membuat/menganyam tikar dengan baik karena pengetahuan pembuatan tikar tersebut adalah modal yang paling pokok yang harus dimiliki oleh pengrajin tikar pandan.

5.3.4. Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Berperan sebagai Pengrajin

Berdasarkan data yang di proleh dari lapangan dapat diketahui lamanya para responden bekerja sebagai pengrajin tikar.Karena pertanyaan ini bersifat terbuka, maka jawaban yang diberikan oleh responden juga sangat beragam. Namun dari beragam jawaban tersebut kebanyakan dari responden sudah menekuni pekerjaan sebagai pengrajin tikar sejak dari anak-anak dengan usia berkisar antara 10 sampai 15 tahun. Seperti salah


(26)

seorang responden Idawati Tarigan (39) mengatakan “Saya mulai menganyam tikar sejak duduk di bangku sekolah dasar nak, saat itu usia saya baruberusia 10 tahun’’.

Jawaban responden lain menyatakan jika mereka mulai menganyam tikar sejak mereka baru menikah, salah seorang responden Emsum Natalia (32 tahun) mengatakan “Saya telah menekuni pekerjaan sebagai pengrajin tikar sejak saya menikah umur saya 25 tahun.Berdasarkan jawaban dari pada responden tersebut dapat diketahui bahwa para responden tersebut telah menekuni pekerjaan sebagai pengrajin tikar sudah sejak lama, bahkan dari antara responden tersebut ada yang telah menekuni pekerjaan sebagai pengarajin tikar selama kurang lebih 30 tahun.

5.3.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Tikar Yang Diminati Oleh

Masyarakat

Berdasarkan data yang diproleh dari lapangan mengenai jenis tikar yang diminati oleh masayarakat dapat diketahui jenis tikar yang diminati masayarakat adalah jenis tikar yang berkuran 2x3m atau 8 jingkal, menurut penuturan salah seorang responden Helmarina (42 tahun) “Jenis tikar yang banyak diminati masyarakat pada saat ini adalah tikar yang berukuran 2 x 1 m atau ukuran 4 jingkal. Tikar jenis ini biasa digunakan oleh masyarakat untuk acara pesta adat Karo”

Selain tikar jenis tersebut, jenis tikar yang banyak diminati oleh masyarakat lainya adalah tikar yang berukuran 2 x 3 atau beruuran 8 jingkal. Seperti yang dituturkan salah seorang responden Demawati Br Ginting (50 tahun) “ Setau saya nakku tikar yang diminati masyarakat kita ini tikar berukuran 2 x 3 m ukuran 8 jingkal banyak diminati masayarakat, meskipun harganya cukup mahal. Pengerjaanya yang lebih lama dibandingkan dengan jenis tikar yang lain.


(27)

5.4. Modal

5.4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Modal

Berdasarkan data yang diproleh dari lapangan mengenai sumber modal responden dalam melakukan usahanya, adapun seluruh responden yang berjumlah 30 orang yang terdapat dalam penelitian ini menyatakan bahwa sumber modal yang digunakan responden dalam pembuatan tikar adalah modal pribadi karena sampai saat ini belum ada program ataupun bantuan modal dari pemerintah bagi pengrajin tikar di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo.

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Modal

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2

Rp 80.000 – Rp 100.000 Rp 150.000

18 12

60 40

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel 5.5 dapat diketahui bahwa jumlah modal yang dibutuhkan responden dalam pembuatan tikar berbeda-beda, hal tersebut disesuaikan dengan jenis tikar yang akan dibuat. Berdasarkan data pada tabel sebanyak 18 (60%) responden mengeluarkan biaya sebesar Rp 80.000 sampai dengan Rp 100.000 untuk modal pembuatan tikarnya, sementara itu sebanyak 12 (40%)responden menjawab jika mereka mengeluarkan biaya sebesar Rp 150.000.

5.4.2 Sasaran Penjualan Dan Pemasaran Tikar

5.4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Tikar yang Dipasarkan

Berdasasarkan data yang diproleh dari lapangan adapun jenis-jenis tikar yang banyak diminati oleh responden meliputi tikar yang berukuran 2 x 1 m atau berukuran (4


(28)

jinggkal) dan tikar yang berukuran 2 x 3 m atau berukuran (8 jinggkal). Para pengrajin tikar tersebut sebelum memasarkan hasil kerajinanya terlebih dahulu melihat pangsa pasar. Mereka melihat jenis tikar apa yang banyak diminati masyarakat pada saat ini, maka jenis tikar tersebutlah yang akan dibuat oleh pengrajin tersebut. Jenis-jenis tikartersebut merupakan jenis tikar yang banyak di pasarkan karena jenis tikar tersebut selain banyak diminati masayarakat, dapat digunakan dalam berbagai acara adat.

5.4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pemasaran Tikar Pandan

Berdasarkan data yang di proleh di lapangan mengenai pemasaran tikar pandan adapun seluruh responden yang berjumlah 30 orang yang terdapat dalam penelitian ini menyatakan bahwa mereka menjual tikar tikar pandan merekan ke distributor penjualan tikar. Setelah distributor membeli tikar dari pengarajin tikar, kemudian distributor tersebut menjual tikar ke pasar nasional seperti ke Jakarta dan pulau Jawa.

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Peminat Tikar Pandan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2

Orang-orang adat Masyarakat setempat

22 8

73.3 26,7 Jumlah 30 100 Sumber: Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.6 dapat diketahui siapa saja yang menjadi peminat tikar pandan yang di pasarkan oleh para responden. Sebanyak 22 (73,3%) responden mengatakan yang menjadi peminat tikar mereka adalah orang-orang adat, ini di sebabkan bahwa dalam upacara adat khususnya adat Karo masih memerlukan tikar pandan sebagai prangkat penting dalam menjalankan upacara adat Karo tersebut. Sementara 8 (26,7%) responden lainya mengatakan jika yang menjadi peminat tikar mereka adalah masyarakat setempat.


(29)

5.4.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Nilai Jual tikar

Berdasarkan data yang di proleh dari lapangan adapun seluruh responden yang berjumlah 30 orang yang terdapat dalam penelitian ini menyatakan bahwa jenis tikar yang ditawarkan bernilai jual tidak sama antara satu tikar dengan jenis tikar yang lainya. Berbagai alasan dikemukan oleh responden yang menyatakan apa yang menjadi perbedaan nilai jual tikar tersebut.

Perbedaan nilai jual tersebut pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai hal seperti ukuran tikar, motif dan kualitas tikar tersebut. Salah seorang responden mengatakan Meri Br Tarigan( 52 tahun) “ Kalau harga jual setiap tikar beda, nakku berbeda-bedanya harga tersebut tergantung dengan kesepakatan harga yang dibuat antara si penjual dengan si pembeli dengan melihat jenis tikar ataupu ukuran tikar dan kualitas tikar tersebut.”

5.5. Ekonomi Keluarga

5.5.1. Sumber Pendapatan

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2

Rp 500.000 – Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 – Rp 1 500.000

14 16

46,7 53,3

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.7 dapat diketahui jumlah pendapatan yang diterima oleh responden selama bekerja menjadi pengarajin tikar tiap bulanya. Sebanyak 14 (46,7%) responden mengaku mendapatkan penghasilan sebesar Rp500.000 samapai dengan Rp 1.000.000 tiap bulanya, sementara itu sebanyak 16 (53,3%) responden


(30)

mengaku mendapatkan penghasilan sebesar Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 1.500.00 setiap bulanya.

Besar dan kecilnya pendapatan yang diproleh masing-masing responden tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah tikar yang diproduksi setiap bulanya dan harga jual dari tikar tersebut. Semakin banyak tikar yang dihasilkan maka semakin besar kemungkinan responden memproleh pendapatan yang besar, begitu juga dengan harga jual yang diberikan oleh pengrajin tikar dalam membuat harga para pengrajin harus melihat terlebih dahulu jenis tikarnya baru dapat menetapkan harga.

Tabel 5.8.

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Pendapatan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2

Ya Tidak

21 9

70 30 Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Berdasarkan data yang di sajikan dalam tabel 5.8 dapat diketahui apakah sumber pendapatan yang diproleh oleh responden murni dari hasil pengrajin tikar pandan atau tidak. Sebanyak 21 (70%) responden mengatakan bahwa pendapatan yang diproleh responden murni dari hasil pengrajin tikar, sementara itu 9 (30%) responden mengatakan bahwa pendapatan yang di proleh responden tidak berasal dari hasil pengrajin tikar saja.

Adapun alasan yang diberikan salah seorang responden Roslida Tarigan (47 tahun) mengatakan “pendapatan yang saya proleh setiap bulanya tidak hanya berasal dari hasil pengrajin tikar saja nak, tetapi ada pendapatan tambahan lainya yang saya dapatkan dari hasil bertani”.Sementara itu responden lain yang menjawab bahwa pendapatan yang diproleh murni dari hasil pengrajin tikar Eka Ginting (25 Tahun) mengatakan “Pendapatan yang saya proleh memang murni dari hasil pengrajin


(31)

tikardek, karena menganyam tikar adalah talenta yang saya miliki. Dengan mengembangkan talenta saya tersebut saya dapat menghasilkan pendapatan.

Tabel 5.9

Ditribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Prolehan pendapatan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2

Perminggu Perbulan

10 20

33,3 66,7

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan dal tabel 5.9 dapat diketahui frekuensi prolehan pendapatan responden. Sebanyak 10 (33,3%) responden mengatakan bahwa pendapatan yang mereka terima adalah perminggu. Sementara itu sebanyak 20 (66,7%) responden mengatakan bahwa pendapatan yang mereka terima adalah perbulan. Perbedaan prolehan pendapatan dari hasil menganyam tikar karena responden menjual tikar kepada penggumpul yang menampung tikar-tikar tersebut dan akan dijual kembali ke pasaran, dan penggumpul tersebut akan membayar pembelian tikar tersebut kepada pengrajin tikar.


(32)

5.5.2. Pengeluaran Konsumsi

Tabel 5.10

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pengeluaran

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2 3

Rp 100.000 – Rp 500.000 Rp 500.000 – Rp 1.000.000 Rp > 1.000.000

14 12 4

46,7 40 13 Jumlah 30 100

Sumber: Hasil kuesioner 2016.

Berdasarkan data yang di sajikan tabel 5.10 dapat diketahui biaya yang harus dikeluarkan oleh responden setiap bulanya untuk kebutuhan konsumsi keluarga. Sebanyak 14 (46,7%) responden megeluarkan biaya sebesar Rp 100.000 sampai dengan Rp 500.000 setiap bulanya untuk kebutuhan konsumsi. Sementara itu sebanyak 12 (40%) responden mengeluarkan biaya sebesar Rp 500.000 sampai dengan Rp 1.000.000 dan sebanyak 4 (13%) responden mengeluarkan biaya di atas dari Rp 1.000.000 untuk biaya konsumsi tiap bulanya.

Besar kecilnya pengeluaran tiap keluarga responden yang harus di keluarkan untuk biaya konsumsi setiap bulanya tergantung dari jumlah pendapatan yang diproleh dengan jumlah pengeluaran yang dapat dilihat dari jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab responden, pola konsumsi, dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh keluarga responden itu sendiri setiap harinya.


(33)

Tabel 5.11

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan

No Kategori Frekunsi (F) Persentase (%)

1 2

Dua kali Tiga kali

2 28

6,7 93,3

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.11 dapat diketahui frekuensi makan responden dalam sehari. 2 (6,7%) responden makan dua kali dalam sehari, hal tersebut karena pola konsumsi responden yang sudah terbiasa makan dua kali dalam sehari. Sementara itu sebanyak 28 (93,3%) responden makan tiga kali dalam sehari. Frekuensi makan responden dalam sehari di pengaruhi oleh pola konsumsi masing-masing tiap responden. Pola konsumsi responden yang makan tiga kali dalam sehari adalah pagi, siang dan malam sementara untuk pola konsumsi responden yang makan 2 kali dalam sehari hanya siang dan malam saja.

Tabel 5.12

Distribusi Responden Berdasarkan Kecukupan Antara Pendapatan

Dengan Pengeluaran

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2

Cukup Tidak cukup

27 3

90 10

Jumlah 30 100


(34)

Berdasarkan data yang disajikan 5.12 dapat diketahui cukup atau tidak cukupnya pendapatan yang diproleh responden untuk memenuhi biaya konsumsi. Berdasarkan data tersebut sebanyak 27 (90%) responden menjawab jika pendapatan yang di proleh responden cukup untuk memenuhi biaya konsumsi, sementara itu 3 (10%) responden yang mengatakan pendapatan yang di proleh tidak cukup untuk memenuhi biaya konsumsi.

Alasan yang diberikan salah seorang responden yang menjawab jika pendapatan yang diproleh cukup utuk memenuhi biaya konsumsi Em Br Karo (50 tahun) mengatakan “Sejauh ini pendapatan yang saya proleh masih terbilang cukup untuk biaya makan sehari-hari, terkecuali ada kebutuhan-kebutuhan lain yang mendadak dan harus segera di penuhi makadengan pendapatan yang pas-pasan, saya akan mengurangi konsumsi untuk dapat memenuhi kebutuhan yang mendadak tersebut.”

5.5.3. Kesehatan

Tabel 5.13

Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Berobat Ketika Sakit

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2 3

Rumah sakit Puskesmas Bidan

5 13 12

16,7 43,3 40

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan data yang di sajikan tabel 5.13 dapat diketahui kemana responden pergi berobat ketika mereka sakit. Berdasarkan data tersebut 5 (16,7%) responden memilih berobat kerumah sakit menurutnya di rumah sakit peralatanya sudah lengkap dan tenaga


(35)

medisnya juga lebih banyak dan terlatih, 13 (43,3%) responden memilih berobat ke puskesmas mereka memilih puskesmas karena biaya berobatnya murah dan sebanyak 12 (40%) responden berobat ke bidan karena bidan selalu siap sedia dan selalu berada di tempat, bahkan malam hari ketika ada pasien bidan selalu siap sedia untuk mengobati.

Tabel 5.14

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pemeriksaan Kesehatan

No Kategori Frekunsi (F) Persentase (%)

1 2

Sering Jarang

3 27

10 90

Jumlah 30 100

Sumber :Hasil Kuesioner 2016

Berdasarkan data yang di sajikan tabel 5.14 dapat di ketahui frekuensi responden dalam memeriksa kesehatan sebanyak 3 (10%) responden menjawab jika mereka sering memeriksa kesehatan ke puskesmas terdekat, sementara itu sebanyak 27 (90%) responden menjawab jika mereka jarang memeriksa kesehatannya. Berdasarkan data yang di proleh tersebut dapat ditarik kesimpulan jika kesadaran responden untuk memeriksakan kesehatanya masih kurang.

Pemeriksaan kesehatan disini sangat penting dilakukan secara rutin oleh para responden yang bekerja sebagai pengrajin tikar yang mana keseluruhan pengrajin tersebut adalah kaum perempuan.Pekerjaan menganyam tikar biasa dilakukan oleh para pengrajin dengan duduk, maka tidak heran jika para pengrajin tikar tersebut bisa menghabiskan harinya dengan duduk menganyam tikar.Pentingnya memeriksakan kesehatan diri merupakan upaya preventif yang dapat dilakukan oleh para responden untuk mencengah penyakit yang timbul sebagai dampak yang disebabkan dari kegiatan mereka menganyam tikar pandan setiap harinya.


(36)

Tabel 5.15

Distribusi Responden Berdasarkan Kecukupan Pendapatan Untuk Biaya Kesehatan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2

Cukup Tidak cukup

20 10

66,7 33,3

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan Data yang disajikan tabel 5.15 dapat diketahui cukup atau tidaknya pendapatan yang diproleh responden yang digunakan untuk memenuhi biaya kesehatan seperti biaya memeriksakan kesehatan dan biaya berobat ketika sakit. Sebanyak 20 (66,7%) responden menjawab jika pendapatan yang diproleh cukup untuk memenuhi biaya kesehatan keluarga mereka, karen ikut serta dalam program bpjs kesehatan. Sementara itu sebanyak 10 (33,3%) responden menjawab jika pendapatan yang diproleh tidak cukup untuk memenuhi biaya kesehatan keluarga mereka , karena pendapatan yang mereka terima hanya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan makan.

Tabel 5.16

Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Program BPJS

No Kategori Frekunsi (F) Persentase (%)

1 2

Ya Tidak

20 10

66,7 33,3

Jumlah 30 100


(37)

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa 20 (66,7%) responden ikut serta dalam program BPJS, sementara itu 10 (33,3%) responden lainya tidak mengikuti program BPJS. Adapun alasan responden yang tidak mengikuti program BPJS adalah karena yang mendapat kartu BPJS di Desa Juhar harus benar-benar orang yang tidak mampu dan belum terdaftar di kartu kemiskinan.

5.5.4. Pendidikan

5.5.4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pentingnya Pendidikan

Berdasarkan data yang diproleh dari lapagan adapun seluruh responden yang berjumlah 30 orang yang terdapat dalam penelitian ini menjawab jika peran pendidikan bagi keluarga responden sangatlah penting.Berbagai alasan di kemukakan oleh responden yang mengatakan jika pendidikan itu sangat penting, Berikut pemaparan responden.

Seorang responden Lianna Tarigan (48 tahun) mengatakan “Menurutku Pendidikan itu sangat penting nak, terutama bagi anak- anak kami.Karena pendidikan saat ini kan sangat menentukan bagaimana masa depan mereka nantinya. Oleh karena saya sebagai orang tua akan mengusahakan anak-anak saya agar dapat sekolah setinggi-tingginya meskipun harus bekerja mati-matian”.

Sementara itu responden lainya Sutilawati Sembiring (37 Tahun) mengatakan ”Pendidikan anak itu sangat penting, karena kami sebagai orang tua mengiginkan anak-anak kami agar hidup lebih maju nantinya dibandingkan dengan kehidupan kami orang tuanya pada saat ini”. Berdasarkan penuturan dari kedua responden tersebut dapat diketahui jika pendidikan bagi responden sangat lah penting, karena para responden mengiginkan anak-anak mereka dapat lebih maju kedepanya, tidak melihat bagaimanapun sulitnya kehidupan responden saat ini mereka tetap mengusahakan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya dengan bekerja lebih keras lagi sebagai pengarajin tikar.


(38)

Tabel 5.17

Distribudi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Yang Bersekolah

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%) 1 2 3 1 Anak 2 Anak 3 Anak 6 16 8 20 53,3 26,7

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.17 dapat diketahui jumlah anak dari responden yang bersekolah. Sebanyak 6 (20%) responden memiliki 1 orang anak yang bersekolah, 14 (53,3%) responden memiliki 2 orang anak yang masih bersekolah, dan 8 (26,75) responden memili 3 orang anak yang bersekolah.

Setiap anak- anak responden mengecap pendidikan di berbagai tingkat yang berbeda-beda mulai dari tingkat PAUD, Sekolah Dasar (SD), Sekolah menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi,

Tabel 5.18

Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase

1 2 3 4 SD SMP SMA Perguruan Tinggi 12 9 5 4 40 30 16,7 13,3 Jumlah 30 100 Sumber: Hasil kuesioner 2016


(39)

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.18 dapat diketahui tingkat pendidikan dan jumlah anak dari responden yang bersekolah.Jawaban responden pada kategori tingkat pendidikan yang ditempuh dan jumlah anak yang bersekolah pada jenjang pendidikan yang berbeda-beda, walaupun sebelumya tidak ada kriteria yang mengharuskan responden memiliki anak yang bersekolah.

Berdasarkan data pada tabel yang tertera 12 (40%) responden pada saat ini sedang menyekolahkan anaknya di tingkat pendidikan sekolah dasar, kemudian 9 (30%) responden menyekolah kan anaknya di tingkat pendidikan sekolah menengah pertama, sebanyak 5 (16,7%) responden sedang menyekolahkan anaknya di tingkat pendidikan sekolah menengah atas dan sebanyak 4(13,3%) responden sedang menyekolahkan anaknya di tinggkat perguruan tinggi.

Tabel 5.19

Distribusi Responden Berdasarkan Status Sekolah

No Kategori Frekuensi (F) Persentase ( %)

1 2

Negri Swasta

23 7

76,7 23,3 Jumlah 30 100

Sumber: Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.19 dapat diketahui status sekolah yang ditempuh oleh anak-anak dari responden sebanyak 23 (76,7%) responden menyekolahkan anak mereka di sekolah negri, sementara itu sebanyak 7 (23,3%) responden menyekolahkan anak mereka di swasta. Alasan responden menyekolahkan anaknya di sekolah negri adalah karena biaya yang dikeluarkan relatif murah selain itu letak sekolah yang dekat dari rumah. Sementara untuk responden yang menyekolahkan anaknya di sekolah swasta disebabkan karena anaknya yang tidak lulus ke sekolah negri karena nilai yang tidak mencukupi.


(40)

Tabel 5.20

Distribusi Responden Berdasarkan Bantuan Pendidikan Yang Diterima

No Kategori Frekuensi (F) Persentase ( %)

1 2

Ada Tidak

23 7

76,7 23,3

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.20 dapat diketahui jumlah responden yang mendapatkan bantuan pendidikan bagi anak-anak mereka yang sedang bersekolah. Sebanyak 23 (76,7%) responden menyatakan jika mereka mendapatkan bantuan pendidikan, sementara itu 7 (23,3%) responden yang tidak mendapatkan bantuan pendidikan hal tersebut dikarenakan anak dari responden tersebut yang bersekolah di swasta.

Jenis Bantuan yang paling banyak diterima responden adalah KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan beasiswa untuk murid yang kurang mampu, namun bantuan ini hanya diperuntukan bagi sekolah negri saja sehingga bagi mereka yang bersekolah di swasta tidak dapat menerima bantuan untuk pendidikan. Oleh karena itu para responden berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di sekolah negri, karena tidak dapat dipungkiri oleh responden bahwa bantuan yang mereka terima sangat meringankan beban responden dalam menyekolahkan anak-anaknya.


(41)

Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Kecukupan Pendapatan Untuk Biaya Pendidikan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2

Cukup Tidak cukup

23 7

76,7 23.,3

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.21 dapat diketahui apakah penghasilan yang diproleh responden cukup untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka. Sebanyak 23 (76,7%) responden menjawab jika pendapatan yang mereka proleh cukup untuk membiayai anak-anak mereka, hal ini dikarenakan bantuan untuk biaya pendidikan yang diterima oleh responden. Sementara itu sebanyak 7 (23,3%) responden menjawab jika pendapatan yang mereka proleh tidak cukup untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka, adapun alasan yang diberikan responden adalah karena anak mereka bersekolah di swasta yang mengeluarkan biaya lebih mahal di bandingkan sekolah negri, kemudian anak mereka yang telah duduk di perguruan tinggi membutuhkan biaya yang mahal dan pendapatan yang di proleh hanya cukup untuk makan.

Cukup atau tidak cukupnya pendapatan yang diproleh responden untuk membiayai anak bersekolah tergantung dari jumlah pendapatan responden dengan jumlah anak dan jenjang pendidikan anak yang bersekolah.Semakin banyak jumlah anak yang bersekolah dan semakin tinggi jenjang pendidikannya maka secara otomatis semakin besar pengeluaran responden untuk biaya pendidikan.

5.5.4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Mempunyai Tabungan Atau Tidak

Berdasarkan data yang diproleh dari lapagan adapun seluruh responden yang berjumlah 30 orang yang terdapat dalam penelitian inimemiliki tabungan.Hal ini menunjukkan


(42)

bahwa adanya kesadaran para responden bahwa pentingnya untuk menabung menyisihkan sebagian dari pendapatan untuk berjaga-jaga.Sebagian responden menyimpan tabungan di bank yang ada di Desa Juhar yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Koprasi.

Tabel 5.22

Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Menabung

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2 3

Bank Koprasi

Menyimpan Sendiri 18 7 5

60 23,3 16,7

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.22 dapat diketahui dimana tempat responden menabung. Sebanyak 18 (60%) responden mengatakan bahwa mereka menabung uangnya di bank dengan alasan responden yang mempertimbangkan keamanan uang mereka walaupun ketika mereka membutuhkan uang mereka harus melalui proses yang diatur oleh pihak bank, tidak mudah dengan menyimpan sendiri, sementra itu sebanyak 7 (23,3%) responden lainya mengatakan mereka menabung uangnya di koprasi dengan alasan untuk mendapatkan pinjaman dari koprasi tersebut, dan sebanyak 5 (16,7%) responden menyimpan uangnya sendiri di rumah. Alasan responden yang menabung dengan menyimpannya sendiri dirumah pada umumnya karena intensitas menabung mereka yang jarang dan dengan jumlah uang yang di tabung juga tidak banyak, selain alasan tersebut alasan lainya adalah ketika responden mendadak membutuhkan uang mereka dapat menggunakanya.


(43)

Tabel 5.23

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Menabung

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2 3

Sering Jarang Tidak sering

4 14 12

13,3 46,7 40

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan data yang di sajikan tabel 5.23 dapat diketahui frekuensi responden dalam menabung. 4 (13,3%) responden mengaku sering menabung, 14 (46,7%) responden mengatakan jarang menabung dan 12 (40%) responden mengatakan tidak sering menabung. Frekuensi menabung responden itu sendiri sangat di pengeruhii oleh jumlah pendapatan baik tiap minggu atau tiap bulanya.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa intensitas reponden dalam menabung masih kurang, apalagi jika kita lihat pada data yang disajikan tersebut hanya 4 responden saja yang mengaku sering menabung, tetapi dikarenakan responden harus menyesuaikan terlebih dahulu antara pendapatan yang diterima dengan pengeluaran, jika ada sisanya baru lah mereka bisa menaung. Karena pendapatan yang masih minim, membuat kesempatan responden untuk menabung juga minim.


(44)

Tabel 5.24

Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Menabung

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2

3

Untuk modal usaha

Untuk kebutuhan di masa yang akan datang

Untuk kebutuhan yang tidak terduga

12 11

7

40 36,7

23,3

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil kuesioner 2016

Berdasarkan data yang di sajikan tabel 5.25 dapat diketahui tujuan responden dalam menabung. 12 (40%) responden mengatakan bahwa untuk kebutuahan modal usaha adalah tujuan mereka menabung, baik untuk kebutuhan modal usaha pembuatan tikar pandan maupun untuk kebutuhan usaha bertani. Sebanyak 11 (36,7%) responden mengatakan bahwa tujuan mereka menabung adalah untuk kebutuhan di masa yang akan datang seperti biaya pendidikan/besekolah anak-anak mereka kelak. Sementara itu sebanyak 7 (23,3%) responden mengatakan tujaun mereka menabung adalah untuk kebutuhan yang tidak terduga seperti kebutuhan berobat ketika sakit dan kebutuhan- kebutuhan lainya.


(45)

BAB VI

PENUTUP

6.1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, melihat masalah, memgamati dan penelitian atas kontribusi perempuan pengrajin tikar pandan dalam sosial ekonomi keluarga di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupatenn Karo dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendapatan, berdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan jika para responden memproleh pendapatan rata-rata Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 15.00.000 setiap bulanya. Pendapatan tersebut murni diproleh responden dari hasil usaha nya sebagai pengrajin tikar.

2. Pendidikan, berdasarkan analisi data yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa seluruh responden menyadari bahwa peran pendidikan dalam keluarga sangat penting. Oleh karena itu responden berusaha semungkin agar dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai kejenjang yang paling tinggi. Bantuan untuk pendidikan diterima oleh responden yang menyekolahkan anaknya di sekolah negri saja.

3. Kesehatan, berdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpilkan jika pada umumnya responden memilih berobat ke puskesmas sebagai tempat berobat ketika sakit. Berdasarkan keikut sertaan program BPJS kesehatan di Desa Juhar hanya merupakan keluarga yang benar-benar kurang mampu saja yang mendapatkan kartu BPJS tersebut.

4. Konsumsi, Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan jika para responden untuk frekuensi makan pada umumnya responden makan 3 kali dalam sehari. Sementara itu biaya yang dikeluarkan untuk biaya konsumsi masih dapat tercukupi dengan pendapatan yang diproleh responden.


(46)

5. Tabungan, Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan jika para responden pada umumnya menabung dengan tujuan untuk kebutuhan modal usaha, kebutuhan yang tidak terduga dan masa depan. Frekuensi untuk menabung para responden masuk pada kategori jarang, karena mereka menabung jika ada uang sisa dari pendapatan mereka.

6.1.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran peneliti adalah sebagai berikut:

1. Perlu adanya program ataupun bantuan dari pemerintah yang bersifat memberikan modal bagi para pengrajin tikar pandan, sehingga para pengrajin tikar pandan tersebut tidak kesulitan modal dalam melakukan usahanya.

2. Perlu adanya peran serta dari pemerintahan dalam memasarkan produk-produk kerajinan atau tikar yang dibuat oleh pengrajin tikar di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo. Supaya kedepanya produk-produk kerajinan tikar tersebut dapat dipasarkan secara luas, bahkan sampai ke tingkat internasional. Selain dapat menjual hasil kerajinan tikar, kita juga dapat memperkenalkan kebudayaan kita pada bangsa.

3. Memberikan motivasi pada perempuan Desa Juhar agar lebih terampil lagi dalam pekerjaan industri rumah tangga.

4. Kerajinan ini sangat perlu di budidayakan dan dikembangkan, karena kerajinan tersebut merupakan kerajinan yang sangat tradisional dari nenek moyang mereka, dan dilakukan secara turun-temurun oleh para perempuan Desa Juhar.


(47)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute,contribution yang artinya keikutsertaan,keterlibatan,melibatkan diri maupun sumbangan. Kontribusi dapat di artikan berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman kepada pihak lain demi kebaikan bersama.(http//id .wikipedia.org diakses tanggal 24 maret 2016))

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KKBI) defenisi dari kontribusi adalah sumbangan,pemberian sebagai bantuan,Sumbangan adalah sebuah pemberian yang umumnya bersifat rill baik oleh perorangan maupun badan hukum. Pemberian ini mempunyai sikap sukarela dengan tanpa adanya imbalan bersifat keuntungan.Pemberian donasi dapat berupa makanan,barang,pakaian,mainan ataupun kendaraan,akan tetapi tidak selalu demikian.Pada peristiwa darurat bencana alam atau keadaan lain donasi dapat berupa bantuan kemanusiaan maupun dalam bentuk pembangunan.Dalam hal perawatan medis donasi dapat pemberian transfuse darah dan pemberian organ.

Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa prilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan efesiensi dan efektivitas hidupnya.Hal ini dilakukan dengan cara meminjamkan posisi peranya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai yaitu pemikiran,kepeminpinan,profesionalsme,finansian,dan lainya.Dari rumusan kontribusi tersebut maka dapat di artikan bahwa kontribusi adalah sebuah keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam


(48)

keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.

2.2 Perempuan

2.2.1 Pengertian Perempuan

Perempuan adalah salah satu dari jenis kelamin manusia,satunya lagi adalah lelaki atau pria.Berbeda dari wanita,istilah “perempuan”dapat menunjuk kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak (Wikipedia.go.id).

1. Makna etimologis

Dalam etimologi Jawa, kata wanita berasal dari frasa ‘Wani Ditoto’ atau berani diatur. Sebutan wanita dimaknai berdasarkan kemampuannya untuk tunduk dan patuh pada lelaki sesuai dengan perkembangan budaya di tanah Jawa pada masa tersebut. Sementara itu menurut bahasa Sanskerta, kata perempuan muncul dari kata per – empu –an. ‘Per’ memiliki makna makhluk dan ‘Empu’ artinya mulia, tuan, atau mahir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna kata perempuan adalah makhluk yang mulia, atau memiliki kemampuan.

2. Pengertian dalam kamus

Dalam Kamus besar bahas Indonesia, kata perempuan bermakna seperti:

1) orang (manusia) yg mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui; wanita

2) istri yaitu bininya sedang hamil 3) betina khusus untuk hewan


(49)

Pengertian kata wanita menurut Kamus Kuno Jawa-Inggris dahulu bermakna ‘yang diinginkan’, dalam hal ini perempuan dianggap sebagai objek, sesuatu yang diinginkan oleh pria. Sebaliknya, kata perempuanan menurut KBBI di tahun 1988 justru bermakna ‘kehormatan sebagai perempuan’

3. Perubahan makna

Kata wanita ternyata mengalami proses perubahan makna yang semakin positif, sebutan tersebut merupakan bentuk halus dari kata perempuan. Sebaliknya, kata perempuan justru mengalami penurunan di mata masyarakat. Nama lembaga yang ada adalah ‘Komnas Perempuan’ dan bukan ‘Komnas Wanita’, atau nama Kementerian yang melindungi kesejahteraan perempuan adalah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan bukannya Kementerian Pemberdayaan Wanita. Kata wanita yang terdengar indah dan elegan itu memiliki sejarah panjang sisa-sisa sistem feodal dan nuansa patriarki pada zaman dahulu. Kebalikannya, kata perempuan justru memiliki makna yang lebih kuat. ).

2.2.2 Perempuan pengrajin

Keterlibatan perempuan dalam dunia kerja tidaklah terjadi dengan sendirinya,melainkan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut ada yang berasal dari dalam diri perempuan maupun karena pengaruh lingkungan yang mendesak untuk bekerja.Peningkatan partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi karena:

a) Adanya perubahan pandangan dan sikap masyarakat tentang sama pentingnya pendidikan bagai kaum wanita dan pria.Makin disadarinya perlunya kaum wanita ikut berpartisipasi dalam pembangunan.


(50)

b) Adanya kemauan wanita untuk bermandiri dalam bidang ekonomi yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya dan mungkin juga kebutuhan hidup dari orang-orang yang menjadi tanggunganya dengan penghasilan sendiri.

c) Makin luasnya kesempatan kerja yang bisa menyerap pekerja wanita,misalnya munculnya kerajinan tangan dan industri ringan.

2.3. Kerajinan

2.3.1 Pengertian Kerajinan

Kerajinanadalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan).(wikipedia.com) Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan.Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Biasanya istilah ini diterapkan untuk cara tradisional dalam membuat barang-barang.Arti lain dari kerajinan adalah suatu usaha yang di lakukan secara terus menerus dengan penuh semangat ketekunan, kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan berdaya maju yang luas dalam melakukan suatu karya, (Kadjim,2011:10)

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa kerajinan adalah hasil pekerjaan tangan yang bukan di lakukan dengan mesin melainkan menggunakan tangan yang dibuat dengan penu hati-hati dan menggunakan bahan dan alat yang sederhana.

2.3.2 Pengertian Anyaman

Menurut Graha (dalam Susana Dai, 2009:8) bahwa menganyam merupakan suatu kegiatan menjalin bahan yang berbentuk pita sehingga satu sama lainnya saling kuat menguatkan dan karena tekniknya timbullah motif yang berulang. Anyaman biasannya menggunakan bahan dari bambu, rotan, daun-daunan, anyaman tersebut banyak digunakan sebagai alat keperluan rumah tangga sehari-hari.


(51)

Dalam kamus bahasa indonesia (1988) anyaman diartikan sebagai menganyam, mengatur (bilah, daun pandan dan sebagainya) tindih menindih dan silang menyilang (seperti pembuatan tikar dan bakul).Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa anyaman merupakan ketrampilan tangan dengan teknik susup-menyusup, tindih menindih dan saling silang menyilang antara satu dengan yang lain.

2.4 Tikar Pandan

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri karajinan, antara lain kerajinan untuk menghasilkan produk anyaman dari bahan tumbuhan diperlukan pengetahuan dan pengalaman dalam mengenal tumbuhan yang memiliki serat yang panjang dan kuat. Salah satu ragam tumbuhan yang memenuhi kedua persyaratan tersebut adalah pandan, yaitu salah satu anggota suku pandan-pandanan (Pandanaceae), terutama dari marga Pandanus.

1. Pandan yang ditemukan terdiri dari dua marga yaitu Freycinetia dan pandanus. Menurut Hyene KedFreycinetia: Batang memanjang, tidak mempunyai akar penyangga.

2. Pandanus: Batang tidak memanjang, semak atau pohon sering dilengkapi dengan akar penyangga atau akar udara, atau kadang keduaduanya. Sedangkan spesies yang keberadaannya paling banyak adalah Pandanus tectorius. Jenis pandan ini digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan seperti tikar, dan perkakas rumah tangga lainnya. (www/http.edefenisi.com/tikar-pandan. html diakses tanggal 14 juli 2016)

Tikar pandan sendiri merupakan sebuah kerajinan anyaman tikar yang terbuat dari daun pandan dengan panjang sekitar 2 meter dan lebar 1 ½ meter. Tikar tersebut terdapat dua lapis, lapisan yang atas yang di sebut reni'an memiliki motif kotak-kotak yang lebih kecil sedangkan lapisan yang bawah di sebut lambaran memiliki motif kotak-kotak yang lebih besar, tikar pandan yang ada di Desa Juhar tidak kalah kualitasnya dengan tikar pandan yang lain. Meskipun memiliki kualitas yang sama, harga tikar pandan di Desa ini


(52)

harganya lebih murah di bandingkan dengan tempat lain. Walaupun demikian, kerajinan anyaman tikar pandan tersebut dapat menambah pendapatan ekonomi terhadap ekonomi keluarga khususnya di Desa Juhar.

Jika di lihat dari arti kata kerajinan secara umum, kerajinan merupakan suatu keterampilan yang di hubungkan dengan suatu pembuatan barang yang harus dikerjakan secara rajin dan teliti, biasanya oleh tangan.Hal ini yang dilakukan oleh perempuan yang ada di Desa Juhar, dalam menganyam mereka terlihat cekatan dan sangat teliti. Meskipun mereka pulang dari ladang, lelah bukanlah soal, mereka tetap menyempatkan menganyam tikar. Dengan ketelatenan yang dimiliki oleh para perempuan tersebut, maka kerajinan menganyam tikar pandan itupun ada sampai sekarang. Tangan-tangan ringan itu senantiasa membantu sang suami untuk meringankan beban keluarga bersama. Sehingga segala yang di jalani serasa ringan sama di jinjing, berat sama dipikul.

2.4.1 Jenis tikar pandan

Jenis tikar pandan yang di hasilkan di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo ini hanya mempunyai 3 (tiga) ragam yaitu:

1. Mulai dari tikar polos yang berukuran 2 x 1 m (4 jinggkal)

2. Tikar polos yang berukuran 2 x 3 m (8 jinggkal) biasanya ke dua tikar ini digunakan pada acara pesta pernikahan adat Karo, fungsinya antara lain: sebagai tikar untuk bermusyawarah (runggu), dan tikar sebagai kado pemberiaan dari kalimbubu.

3. Sumpit (kantung beras pada acara adat/pesta 2.5 Sosial Ekonomi

Kata sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat.Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut mahluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan Soedjono Soekanto “Dalam menghadapi sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan


(53)

manusia-manusia lain dan pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya, bila manusia-manusia hidup sendiri misalnya dikurung dalam suatu ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain, maka jiwanya akan rusak” (Soekanto, 1990 : 48).

Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaiu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana.Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.Pemberian posisi ini disertai dangan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraningrat, 1990 : 35). Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

Menurut Melly G. Tan mengatakan untuk melihat kondisi sosial ekonomi keluarga atau masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Berdasarkan hal ini maka keluarga atau kelompok masayarakat itu dapat di golongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi.

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi hidupnya.

1. Pendapatan

Sehubungan dengan tingkat pendapatan/penghasilan berikut kriteria golongan pendapatan/penghasilan menurut Koenjaraningrat, yaitu:


(54)

a. Golongan berpenghasilan rendah yaitu, keluarga yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain.

b. Golongan berpenghasilan sedang yaitu, pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok.

c. Golongan berpenghasilan rendah yaitu, selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang diterima dapat ditabung dan digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan di masa mendatang.

2. Pangan

Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.

Pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan :

a. Pangan segaradalah pangan yang belum mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar.

b. Pangan olahan tertentu Makanan / pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.

c. Pangan siap saji Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan bisa langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar


(55)

3. Pendidikan

Menurut UU No.20 tahun 2003tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

a. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

1. Pendidikan anak usia dini

Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

2. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

3. Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun.


(56)

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Mata pelajaran pada perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA. b. Jalur pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

1. Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya.Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

2. Pendidikan nonformal

Pendidikan non formal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan. Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara B) adalah merupakan pendidikan dasar.

3. Pendidikan informal Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

(http://kaviedesign.indonesianforum.net/pendidikan-f5/pengertian-pendidikan-t8.htm).

4. Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan


(1)

datang ke rumah pengrajin. Sistem pemasaran hasil anyaman daun pandan dibagi menjadi dua,yaitu:Daun pandan yang dipasarkan adalah yang siap dianyam, berupa daun pandan yang telah diolah dan dikeringkan. Penjualan daun dilakukan dalam bentuk ikatan. Satu ikat berisi 400-500 lembar dijual dengan harga Rp50.000-Rp80000 tergantung panjang daun,sedangkan pembelian 3 ikat dapat ditawar dengan harga Rp100.000-Rp150.000.Produk anyaman yang biasa dipasarkan terutama berupa tikar.Satu ikat daun pandan kering dapat diolah menjadi tikar ukuran 2 x 1 m yang dapat dijual dengan harga Rp 110.000. Sedangkan untuk tikar dengan ukuran 2 x 3 m memerlukan tiga ikat daun pandan kering yang dapat dijual dengan harga Rp 200.000–Rp 300.000.Nilai tambah yang diperoleh dari satu lembar tikar ukuran 2 x 1 m adalah sebesar Rp33.000-Rp45.000. Sedangkan untuk tikar dengan ukuran 2 x 3 m diperoleh nilai tambah sebesar Rp 200.000–Rp 300.000. Nilai tambah tersebut tidak termasuk biaya produksi karena tenaga kerja tidak dihitung (dikerjakan sendiri).

Kriteria hasil anyaman yang dianggap berkualitas nomor satu antara lain ialah kultivar daun pandan yang digunakan, ukuran helaian daun pandan, kerapatan menganyam dan motif. Semakin kecil ukuran helaian daun pandan dan semakin rapat menganyam serta bermotif menarik maka harga anyaman semakin mahal.Usaha pengolahan daun pandan menjadi tikar dan sumpit yang dilakukan oleh masyarakat lokal di Desa Juhar Kecamatan Juhar ini tidak dilakukan perorangan tetapi dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kelompok masyarakat.Pengolahan ini sudah lama dilakukan, yang merupakan warisan dari orang tua mereka.

Dengan adanya home industri di Kecamatan Juhar ini dipercaya dapat membantu pendapatan ekonomi keluarga, baik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, konsumsi, dan tabungan. Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan tikar pandan yang diterima oleh pengrajin tikar pandan dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga baik pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, pakaian, kesehatan, kebutuhan akan pendidikan anak-anak, atau tabungan.


(2)

meneliti bagaimana Kontribusi perempuan pengrajin tikar pandan terhadap sosial ekonomi keluarga Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan sebelumnya,maka penulis merumuskan masalah bagaimana kontribusi perempuan pengrajin tikar pandan terhadap sosial ekonomi keluarga Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bentuk kontribusi perempuan pengrajin tikar pandan terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refrensi dalam rangka:

a) Pengembangan teori-teori tentang ekonomi keluarga melalui aktivitas pengrajin tikar pandan di Desa Juhar kecamatan Juhar Kabupaten karo

b) Refrensi bagi ilmu kesejahteraan sosial untuk meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga melalui aktivitas perempuan pengrajin tikar pandan.

c) Bahan pertimbangan atau refrensi dalam rangka pengembangan konsep-konsep atau teori-teori ekonomi masyarakat.

1.4 Sitematika Penulisan

Penulisan penelitian di sajikan ke dalam 6 bab dengan sitematika sebagai berikut:


(3)

Bab ini berisikan latar belakang masalah,perumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II :Tinjauan Pustaka

Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti,kerangka penelitian,defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III :Metode Penelitian

Bab ini berisikan tipe penelitian,lokasi penelitian,populasi penelitian,teknik pengumpulan data,serta teknik analisis data.

BAB IV :Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan objek yang akan di teliti.

BAB V :Analisis Data

Berisikan tentang uraian data yang di proleh dari hasil penelitian beserta dengan analisnya.

BAB VI :Penutup


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Ettika Br Sembiring

Nim : 120902003 ABSTRAK

Kontribusi Perempuan Pengrajin Tikar Pandan Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo

Kemiskinan merupakan masalah pribadi keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia. Masalah kemiskinan sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional. Sebagian besar orang miskin di Indonesia adalah perempuan. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk memerangi kemiskinan tersebut,baik upaya yang dilakukan pemerintah ataupun individu itu sendiri. Seperti hal nya yang dilakukan para perempuan di Desa Juhar Kecamatan Juhar, untuk membantu ekonomi keluarga mereka bekerja sebagai pengrajin tikar pandan. Maka Dalam Penelitian ini akan menggambarkan bagaimana kontribusi perempuan pengrajin tikar pandan terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo.

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti yaitu bagaimana kontribusi perempuan pengrajin tikar pandan terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa Juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 300 kepala keluarga yang berada di Desa Juhar. Untuk mewakili populasi yang ada, peneliti mengambil sampel yang ada yaitu sebanyak 30 orang. Dalam hal ini adapun penetapan kriteria sampel adalah perempuan pengrajin tikar pandan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para perempuan pengrajin tikar pandan di Desa Juhar telah berkontribusi terhadap perekonomian keluarganya, walaupun pendapatan yang diperoleh dari kegiatan menganyam tikar namun mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Ada beberapa kendala yang dihadapi pengrajin dalam menjalankan usahanya, yaitu modal usaha dan pemasaran hasil kerajinan tikar pandan.

Kata Kunci: Kontribusi Perempuan Pengrajin Tikar Pandan Terhadap Sosial Ekonnomi Keluarga.


(5)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY POLITIC AND SOCIAL SCIENCE

DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE Name : Ettika Br Sembiring

Nim : 120902003

ABSTRACT

Contribution Of Women Artisans Mats Against Family Socioeconomic In Juhar Village District Subdistrck Juhar Karo

Proverty is a personal family, comonity, and even the word. The problem of poverty so is complexandmultidimensional. The majority ofpoorpeopleinIndonesiaare women.

Therefore,efforts were made tocombatpoverty, the effortmade by the governmentor theindividuals themselves. As is caseisdonebythewomeninthe village of Juhar, tohelp thef economy of their families to work as craftsmen mats. Soin this studywillbe describedhow women contributions to thefamily economy Juhar village district Juhar Karo.

This study classified as descriptive research that aims to object and phenomena under study is how the contribution of women artisan socioeconomic mats agains family Juhar village district subdistrict Juhar. The population in this study were 300 heads of families residing in the village Juhar. To represent the population, researchers tooksamplesthereas many as30people. In this case as for the determination of the sample was female artisans mats.

This study has shown that women artisan in the village Juhar mats have contributed to his family economy, although revenue in come of activities to weave mats, but they can meet the needs of family life. There are several obstacles faced by artisan in the operations, the venture capital and marketing of craft mats.


(6)

Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan ProgramBPJS……….75

Tabel5.17.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jumlah Anak Sekolah………..76

Tabel 5.18. Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan………..77

Tabel 5.19. Distribusi Responden Berdasarkan Status Sekolah……….78

Tabel 5.20. Distribusi Responden Berdasarkan Bantuan Pendidikan………79

Tabel 5.21. Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Pendidikan……….80

Tabel 5.22. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Menabung………81

Tabel 5.23. Distribusi Responden Berdasarkan FrekuensiMenabung………..82