Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Perusahaan Go Public Dalam Kerugian Penjualan Saham Pada Pasar Modal

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GO PUBLIC DALAM KERUGIAN PENJUALAN SAHAM DI PASAR

MODAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH

FITRIANI LUBIS 040200063

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GO PUBLIC DALAM KERUGIAN PENJUALAN SAHAM DI PASAR

MODAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH

FITRIANI LUBIS 040200063

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata BW

Disetujui,

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

( Prof. Dr. H. Tan Kamelo. SH. MS ) NIP : 131 764 556

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof. Dr. H. Tan Kamelo. SH. MS) (Asmin Nasution)

NIP, 131 764 556 NIP, 132 302 943

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmad dan hidayahNya berupa karunia kesehatan dan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi penulis adalah “TINJAUAN YURIDIS

TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GO PUBLIC DALAM KERUGIAN PENJUALAN SAHAM PADA PASAR MODAL”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin namun karena keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari penyajian materi maupun penyampaiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi berbagai pihak guna memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam masa penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis banyak sekali menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M. Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syariffudin Hasibuan, SH, DFM, MH selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Muhammad Husni, SH, M. Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tersebut. 6. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M. Hum selaku Dosen Pembimbing I

yang telah bersedia dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M. Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Dr.Yefrizawati, SH, M. Hum selaku dosen penasehat akademik penulis. 9. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan bimbingan selama

dalam perkuliahan.

10. Dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu (makasih atas bantuannya).


(5)

Wa bil khusus, Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada Orangtua No.1 di dunia Ayahanda H. Aswin lubis SE. dan Ibunda Hj. Siti Aisyah nasution Bersyukur atas limpahan cinta, kasih sayang, perlindungan, pengorbanan, perjuangan, dan doa. Sungguh, hanya surgalah yang pantas menjadi ganjarannya.

Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmad dan karuniaNya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca dan dapat digunakan untuk kemajuan bangsa dan negara.

Medan, Desember 2009


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI……….. iv

ABSTRAKSI……….. vi

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Perumusan Masalah………... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 8

D. Keaslian Penelitian……….…… 9

E. Tinjauan Kepustakaan……… 9

F. Metode Penelitian………..… 12

G. Sistematika Penelitian……… 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI SAHAM PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 40 TAHUN 2007 ………. 26

A. Pengertian umum tentang modal perseroan……… 26

B. Mekanisme jual-beli saham perseroan…..………..….. 31

C. Perlindungan hukum modal perseroan……...….….…. 34

BAB III ANALISIS UMUM TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PERUSAHAAN GO PUBLIC ………. 44

A. Pengertian umum perusahaa Go Public………..……… 44

B. Tugas dan fungsi perusahaan Go Public……… 51


(7)

BAB IV TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GO PUBLIC DALAM KERUGIAN PENJUALAN SAHAM PADA PASAR

MODAL…….………..……….. 66

A. Tanggung Jawab Perusahaan Go Public atas Pembelian Kembali Saham Perseroan.………... 66

B. Tanggung jawab perusahaan Go Public Berdasarkan Prinsip-Prinsip Business Judgement Rule…..……… 68

C. Dampak Kerugian Penjualan Saham di Pasar Modal Terhadap Peningkatan Nilai Perusahaan Go Public….………… 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 89

A. Kesimpulan……… 89

B. Saran……….. 91


(8)

ABSTRAKSI *) Fitriani Lubis

**) Tan Kamelo ***) Asmin Nasution

Penanaman modal merupakan segala kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Kendatipun kegiatan penanaman modal ini sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan, akan tetapi dalam pelaksanannya harus tetap memperhatikan aspek-aspek perlindungan terhadap lingkungan hidup yang bukan saja diperlukan untuk masa sekarang tetapi untuk kepentingan generasi mendatang yang kesemuaannya akan dapat terlaksana dengan adanya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam bidang penanaman modal.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah apa yang dimaksud dengan penanaman modal yang berwawasan lingkungan, unsur apa saja yang merupakan bagian dari penanaman modal yang berwawasan lingkungan, serta apakah Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 telah memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam pelaksanaannya. Pokok permasalahan tersebut diteliti dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik studi pustaka dan dianalisis dengan metode kwalitatif, dalam Undang-Undang Penanaman Modal ditentukan bahwa Investor, baik domestik maupun asing yang melakukan kegiatan investasinya di Indonesia, dalam pelaksanannya disarankan dilakukan dengan memperhatikan kriteria atau aspek Lingkungan Hidup.

Pada dasarnya terhadap pelaksanaan penanaman modal yang ada di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 dan peraturan perundang-undangan lain yang relevan. Tujuan yang dapat dalam penerapan asas berwawasan lingkungan dalam penanaman modal adalah terlaksananya pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Serta dengan diterapkannya penanaman modal yang berwawasan lingkungan secara optimal, akan dapat terciptanya masyarakat yang sejahtera yang peduli akan kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.


(9)

ABSTRAKSI *) Fitriani Lubis

**) Tan Kamelo ***) Asmin Nasution

Penanaman modal merupakan segala kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Kendatipun kegiatan penanaman modal ini sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan, akan tetapi dalam pelaksanannya harus tetap memperhatikan aspek-aspek perlindungan terhadap lingkungan hidup yang bukan saja diperlukan untuk masa sekarang tetapi untuk kepentingan generasi mendatang yang kesemuaannya akan dapat terlaksana dengan adanya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam bidang penanaman modal.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah apa yang dimaksud dengan penanaman modal yang berwawasan lingkungan, unsur apa saja yang merupakan bagian dari penanaman modal yang berwawasan lingkungan, serta apakah Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 telah memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam pelaksanaannya. Pokok permasalahan tersebut diteliti dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik studi pustaka dan dianalisis dengan metode kwalitatif, dalam Undang-Undang Penanaman Modal ditentukan bahwa Investor, baik domestik maupun asing yang melakukan kegiatan investasinya di Indonesia, dalam pelaksanannya disarankan dilakukan dengan memperhatikan kriteria atau aspek Lingkungan Hidup.

Pada dasarnya terhadap pelaksanaan penanaman modal yang ada di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 dan peraturan perundang-undangan lain yang relevan. Tujuan yang dapat dalam penerapan asas berwawasan lingkungan dalam penanaman modal adalah terlaksananya pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Serta dengan diterapkannya penanaman modal yang berwawasan lingkungan secara optimal, akan dapat terciptanya masyarakat yang sejahtera yang peduli akan kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pokok kalimat keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, mewajibkan negara dan pemerintah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia yang berarti harus melindungi seluruh lingkungan hidup di Indonesia dengan segenap sumber daya insaninya.1

Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam program pembangunan nasional (Propenas) yakni, berusaha mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur. Dimana masyarakat yang adil dan makmur itu diwujudkan melalui pembangunan diberbagai bidang, diantaranya bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi identik dengan sektor-sektor ekonomi yang terdapat dinegara ini. Seperti : sektor pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, perdagangan, jasa-jasa dan lain-lain.

Berdasarkan hal itu maka arah pembangunan pertama kali dituangkan kedalam Ketetapan MPR-RI No. II Tahun 1974 tentang Repelita II, Bab 4, Pengelolaan Sumber-Sumber Alam dan Lingkungan Hidup. Sejak itu terdapatlah

Political Will pemerintah untuk melaksanakan pembangunan berwawasan

lingkungan.

2

1

Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku V sektoral, Jilid I (Bandung: penerbit Binacipta, 1982), hal.81.

2

Aminuddin ilmar.Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 2.

Sehingga pembangunan ekonomi Indonesia yang diamanatkan oleh konstitusi harus dilaksanakan dengan segenap potensi yang ada dimasyarakat. Pasal 33 ayat (4)


(11)

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menyebutkan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.3

Pembangunan menyeluruh tersebut merupakan pembangunan nasional yang merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana tertentu, dengan sengaja, dan ,memang dikehendaki, baik oleh pemerintah yang menjadi pelopor pembangunan,maupun oleh masyarakat. Pembangunan nasional tersebut antara lain mencakup aspek-aspek ekonomi, politik, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi termasuk industri.4

Penanaman modal berkembang sejalan dengan kebutuhan suatu Negara dalam melaksanakan pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Selain itu kegiatan penanaman modal juga terjadi sebagai konsekuensi dari berkembangnya kegiatan ekonomi dan perdagangan.5 Penanaman modal tidak saja merupakan kebutuhan penting bagi suatu negara dalam pengembangan pembangunan ekonomi, namun juga merupakan sarana utama dalam pembangunan suatu industri.6

Penanaman modal menjadi suatu hubungan ekonomi internasional yang tidak terelakkan. Sebagaimana hubungan ekonomi internasional lainnya,

3

Jonker sihombing, Investasi Asing melalui Surat utang Negara di Pasar Modal, (Bandung: PT. Alumni, 2008), hal 15.

4

Dhaniswara K. Harjono.hukum penanaman modal.(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 3.

5

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi, (Jakarta: Pustaka Jaya Juli 2004), hal 1.

6


(12)

penanaman modal menjadi suatu tuntutan guna memenuhi kebutuhan suatu negara, perusahaan dan juga masyarakat. Untuk itu pemerintah Indonesia mengadakan pendekatan baru dalam kebijaksanaan ekonomi antara lain mengundang kembali masuknya modal asing. Undang-undang Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007, untuk menarik modal asing di Indonesia, undang-undang ini memberikan dan menyediakan perangsang di bidang perpajakan, jaminan untuk mentransfer keuntungan, jaminan hukum terhadap kemungkinan nasionalisasi, dan prosedur penyelesaian pertikaian yang mungkin timbul di kemudian hari.

Munculnya Penanaman Modal Asing (PMA) pertama kali diawali dengan meletusnya revolusi industri di Eropa pada tahun 1760 khususnya di Inggris dan menjalar ke Amerika pada tahun1860. sebelum meletusnya revolusi industri ini kegiatan perekonomian diatur secara ketat oleh negara. Sehingga masyarakat Eropa pada waktu itu menginginkan struktur baru dalam perekonomian yang mengikut sertakan mereka (masyarakat) dalam kegiatan perekonomian.7

Penanaman modal di Indonesia sendiri di kenal pertama kali melalui kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda yang memperkenalkan masuknya modal asing Eropa untuk menanamkan usahanya di bidang perkebunan pada tahun 1870 sebagai rangsangan atau insentif dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda guna menarik penanam modal swasta Eropa maupun dari Negara sendiri untuk melakukan usaha di daerah jajahannya melalui serangkaian kemudahan

7


(13)

seperti memperoleh lahan perkebunan, konsesi izin, serta ditambah dengan upah buruh yang sangat murah.8

8

Jochen Rapke, Kebebasan yang Terhambat : Perkembangan Ekonomi dan Perilaku Kegiatan Usaha di Indonesian, (Jakarta: Gramedia, 1986) hal 157.

Dari kenyataan yang dapat dilihat dan dirasakan bersama menunjukkan pembangunan pada awalnya hanya mengacu pada segi positifnya saja, terutama dalam mengejar ketinggalan perekonomian terhadap negara-negara lain dan juga untuk menyerap tenaga kerja yang sangat merisaukan karena jumlah pengangguran pada waktu itu. Pemerintah menitik beratkan pada tujuan pokok untuk mengundang investor agar bersedia menanamkan modalnya di Indonesia sebagai langkah maju dalam mengupayakan perbaikan perekonomian di Indonesia. Pada saat awal diberlakukannya undang-undang tentang PMA dan PMDN, pemerintah bukan saja melakukan pemilihan industri secara selektif yang tidak/kurang menimbulkan limbah yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan, tetapi banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi investor yang menanamkan modalnya berlomba untuk mendirikan pabrik-pabrik tanpa adanya pengawasan, apakah pabrik-pabrik itu akan menganggu kelestarian lingkungan atau tidak.

Karena kurangnya pengawasan dari pemerintah dari gangguan yang akan ditimbulkan dari pabrik-pabrik tersebut, maka bagi investor hanya terpikirkan, bagaimana memperoleh lahan yang strategis dan murah dalam rangka memperkecil biaya investasi tanpa memperdulikan gangguan yang ditimbulkan oleh limbah yang ada.


(14)

Kondisi tanpa ketegasan dan menentu ini berjalan awal dekade tujuhpuluhan sampai dengan dekade delapanpuluhan sehingga jumlah industri berkembang dengan pesat dan sulit dilakukan pengawasan dengan tertib dan baik.

Dari perjalanan panjang masa berlakunya Undang-undang No. 1 tahun 1967 dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang PMA dan PMDN menunjukkan bahwa peranan PMA dan PMDN dalam menunjang pembangunan sangat menggembirakan. Hal ini dapat diupamakan ibarat gayung bersambut antara pemerintah yang memerlukan investasi dengan para investor yang menghendaki keamanan atas investasi yang ditanamkan dalam upaya mengembangkan usaha.

Pertumbuhan industri PMA dan PMDN ini telah memainkan peranannya dalam perekonomian Indonesia berarti taraf kehidupan masyarakat juga meningkat menjadi lebih baik. Sejalan dengan peningkatan taraf hidup masyarakat maka tuntutan kehidupan juga meningkat, satu diantara tuntutan tersebut adalah kenyamanan hidup berarti pula kenyamanan lingkungan hidup.

Penanaman modal atau investasi merupakan pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara karena ekonomi negara yang hendak tumbuh berkelanjutan memerlukan modal terus-menerus. Dengan pendapatan per kapita yang rendah, Indonesia memupuk modal dengan kecepatan tinggi.9

Atas dasar hal tersebut, suasana kebatinan pembentukan Undang-Undang Penanaman Modal sedapat mungkin didasarkan pada semangat untuk

9

Dhaniswara. K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada, 2007), hal. 68.


(15)

menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga Undang-Undang Penanaman Modal dapat meningkatkan daya tarik Indonesia menjadi Negara tujuan investasi.

Untuk itu, dalam kaitannya untuk menarik investasi, perlu dan patut ditonjolkan beberapa perubahan mendasar yang bermuara pada peninggian mobilitas. Kebijakan investasi yang mengandung pembatasan-pembatasan ketat dan merupakan praktis luas hampir disemua negara berkembang harus diganti dengan kebijakan investasi yang lebih terbuka. Nondiskriminasi dan perlakuan yang sama bagi modal dalam negeri dan modal asing diterima sebagai salah satu asas penting dalam kebijakan investasi. Perampingan daftar negatif investasi hingga mencakup sejumlah kecil saja bisnis yang terkait dengan kesehatan, pertahanan dan keamanan, moral dan lingkungan hidup.10

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mencakup semua kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor. Undang-Undang ini juga membrikan jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu, Undang-Undang ini memerintahkan agar Pemerintah meningkatkan koordinasi antarinstansi pemerintah, antarinstansi pemerintah dengan Bank Indonesia, dan antarinstansi pemerintah dengan pemerintah daerah. Koordinasi dengan pemerintah daerah harus sesuai dengan semangat otonomi derah. Pemerintah daerah bersama-sama dengan instansi atau lembaga, baik swasta maupun pemerintah, harus lebih diberdayakan lagi, baik dalam pengembangan peluang potensi daerah maupun dalam koordinasi promosi dan pelayanan penanaman

10


(16)

modal. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas perbantuan atau dekonsentrasi. Agar memenuhi prinsip demokrasi ekonomi, Undang-Undang ini juga memerintahkan penyusunan peraturan perundang-undangan mengenai bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan11, termasuk bidang usaha yang harus dimitrakan atau dicadangkan bagi usaha mikro, kecil , menengah, dan koperasi.12

1. Apa yang dimaksud dengan penanaman modal yang berwawasan lingkungan ?

Peningkatan peranan penanaman modal harus tetap dalam koridor kebijakan pembangunan nasional yang direncanakan dengan tahap memperhatikan makroekonomi dan keseimbangan ekonomi antarwilayah, sektor, pelaku usaha, dan kelompok masyarakat, mendukung peran usaha nasional, serta memenuhi kaidah tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, maka perlu dirumuskan yang menjadi judul skripsi ini. Persoalan yang akan dibahas yaitu :

2. Unsur apa saja yang merupakan bagian dari penanaman modal yang berwawasan lingkungan ?

11

Penentuan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan bertujuan untuk melindungi Lingkungan Hidup dari kerusakan yang diakibatkan Penanaman Modal yang berpengaruh pada lingkungan sekitarnya.

12


(17)

3. Apakah Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 telah memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam pelaksanaannya?

C. Tujuan dan Mamfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui maksud dari penanaman modal yang berwawasan lingkungan.

2. Untuk mengetahui unsur apa saja yang merupakan bagian dari penanaman modal yang berwawasan lingkungan.

3. Untuk mengetahui tentang keberadaan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 peduli atau tidaknya terhadap lingkungan hidup?

Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, pastilah pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan dibahas dapat menimbulkan pemahaman baru di dalam pengetahuan terhadap penanaman modal yang berwawasan lingkungan. Di ketahui bahwa penanaman modal merupakan suatu suntikan baru dalam peningkatan sumber daya manusia, tekhnologi, dan industrialisasi, maka diharapkan pembaca semakin mengetahui tentang penanaman modal yang berwawasan lingkungan.


(18)

Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca terutama para pihak yang ingin melakukan penanaman modal dan juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi dalam menambah wawasan pengetahuan terutama dalam bidang penanaman modal yang berasas berwawasan lingkungan.

D. Keaslian Penulisan

Judul yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terutama yang berkaitan dengan aspek hukum penanaman modal yang berwawasan lingkungan setelah keluarnya Undang-undang (UU Penanaman Modal) UU No. 25 Tahun 2007. Penulis menyusun melalui referensi buku-buku, media cetak dan media elektronik dan bantuan dari berbagai pihak karena setelah melakukan penelusuran kepustakaan fakultas dan kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan kalaupun ada substansi pembahasannya berbeda dengan pembahasan yang dipaparkan dalam skripsi ini.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam dekade terahir ini, penanaman modal tidak saja merupakan kebutuhan penting bagi suatu negara dalam pengembangan pembangunan ekonomi, namun juga merupakan sarana utama dalam pengembangan industri. Demikian pula halnya dengan Indonesia setelah mengalami masa kolonialisasi yang sangat panjang, maka pada awal kemerdekaan mencoba untuk melaksanakan pembangunan dimana peran Negara sangat menentukan kenyataan lain juga menunjukkan bahwa ketersediaan modal sangat tidak mencukupi untuk


(19)

melaksanakan pembangunan nasional. Maka berawal dari hal tersebut pemerintah membuat suatu kebijakan untuk melakukan pembangunan nasional dengan pemanfaan penanaman modal.

Dalam era globalisasi seperti sekarang, liberalisasi dalam bidang penanaman modal mengalir seperti air mengikuti arus mencari daerah sasaran yang paling menguntungkan. Investasi menggelinding laksana bola keseluruh bagian penjuru dunia tanpa suatu hambatan yang berarti. Penanaman modal menjadi suatu hubungan ekonomi internasional yang tidak terelakkan, hal tersebut ditunjang adanya kesepakatan masyarakat internasional dalam liberalisasi dan globalisasi ekonomi sehingga terjadi peningkatan hubungan penanaman modal internasional.

Dalam berbagai kepustakaan, terminologi penanaman modal dapat berarti penanaman modal yang dilakukan secara langsung (direct invesment) dan penanaman modal yang dilakukan secara tidak langsung (Indirect Invesment) untuk teragir dikenal dengan istilah penanaman modal.13

Dalam kamus hukum ekonomi digunakan terminologi “investment” “penanaman modal” investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya

Dalam ensiklopedia ekonomi keuangan perdagangan dijelaskan istilah

investment atau investasi penanaman modal digunakan untuk penggunaan atau

pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk produksi barang-barang produsen atau barang-barang konsumen.

13


(20)

dilakukan untuk jangka panjang misalnya pengadaan aktiva tetap perusahaan atau membei sekuritas dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.14

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan investasi berarti pertama penanaman uang atau modal disuatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Kedua jumlah uang atau modal yang ditanam.15

Penanaman modal merupakan segala bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.

16

Istilah investasi dan penanaman modal merupakan istilah yang dikenal, baik dalam kegiatan bisnis maupun dalam perundang-undangan. Istilah investasi

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (UUPM) pasal 1 angka 1 dikemukakan Penanaman Modal :

“segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha diwilayah negara Republik Indonesia”

Dari pengertian investasi seperti yang dikutip diatas, tampak bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antara investasi dengan penanaman modal. Makna dari investasi atau penanaman modal adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum menyisakan sebagian pendapatnya agar dapat digunakan untuk melakukan suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan mendapatkan hasil atau keuntungan.

14

Ibid., hal 57

15

Ibid.,hal 58

16


(21)

lebih popular dalam dunia usaha. Istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa perundang-undangan.17

Dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 poin 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Mengenai asas penanaman modal berwawasan lingkungan di atur dalam Pasal 3 ayat (1) angka 8 Undang-undang No. 25 Tahun 2007. Adapun asas yang berwawasan lingkungan dimaksud disini adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

18

maka haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut :

F. Metode Penulisan

Dalam hal ini, apa yang penulis kemukakan dalam tulisan ini merupakan pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik mengingat tulisan ini kerap diaktualisasikan melalui media cetak dan media elektronik.

17

Ida Bagus Rahmadi, Kerangka Hukum Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2005), hal.1.

18


(22)

1) Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang menganalisa hukum yang tertulis.19

2) Data dan Sumber Data

Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana dan kasus-kasus yang berhubungan dengan skripsi ini.

Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain-lain.

19

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif ,Suatu Tinjauan Singkat, ( Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada 2007), hal. 33.


(23)

3) Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggung jawabkan, penulis mengunakan metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Reseach).

Penulis menggunakan suatu penelitian kepustakaan/library reseach. Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.

Metode library reseach adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan-bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan-bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, Koran dan majalah.

Dalam hal ini, apa yang penulis kemukakan dalam tulisan ini merupakan pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik mengingat tulisan ini kerap diaktualisasikan melalui media cetak dan media elektronik.

4) Analisis Data

Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya


(24)

merupakan kegiatan utnuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan dengan:20

1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

2. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian. 3. Mensistematisasikan kaigah-kaidah hukum, azas atau doktrin.

4. Menjelaskan huhungan-hubungan antara berabagai konsep, pasal atau doktrin yang ada.

5. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kualitatif.

G. Sistematika Penulisan.

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I :Berisikan pendahuluan yang merupakan penghantar yang di dalamnya terurai mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan mamfaat penulisan, tunjauan kepustakaan, metode penulisan, yang kemudian diakhiri dengan sistematika penulisan.

20

Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 45.


(25)

BAB II :Merupakan tinjauan hukum penanaman modal di Indonesia dimana yang diuraikan mengenai pengertian dan jenis-jenis penanaman modal, asas dan tujuan penanaman modal, bidang-bidang usaha yang tertutup bagi pennanam modal, hak, kewajiban dan tanggung jawab penanaman modal.

BAB III :Merupakan pembahasan tentang penanaman modal dan

lingkungan hidup yang terdiri dari pembahasan mengenai perkembangan penanaman modal di Indonesia, dampak negatif kegiatan penanaman modal terhadap lingkungan hidup, pembangunan berwawasan lingkungan, sistem perizinan dan kaitannya dengan lingkungan hidup.

BAB IV :Merupakan bab yang membahas tentang aspek hukum

penanaman modal yang berwawasan lingkungan yang mencakup penanaman modal yang berwawasan lingkungan, mamfaat penanaman modal yang berwawasan lingkungan, tanggung jawab sosial dalam lingkungan penanaman modal, analisi mengenai dampak lingkungan (AMDAL) serta konsistensi kebijakan pemerintah terhadap pelaksanaan penanaman modal di Indonesia.


(26)

BAB V :Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi perkembangan penanaman modal yang berwawasan lingkungan dan orang-orang yang membacanya.


(27)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI SAHAM PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN

2007

A. Pengertian Umum Tentang Modal Perseroan

Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan undang-undang tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri (yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan /disediakan guna menjalankan usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam Pasal 2 UU No. 1 Tahun 1967) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya.21

Dalam Undang-Undang Penanaman Modal No.25 Tahun 2007 tidak mengadakan pembedaan antara penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Oleh karena itu, undang-undang tersebut mengatur mengenai kegiatan penanaman modal, baik penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri dan tidak mengadakan pemisahaan undang-undang secara khusus, seperti halnya undang-undang penanaman modal terdahulu yang terdiri dari dua

21

Dhaniswara K. Harjono,Hukum Penanaman Modal, .(Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada, 2007), hal.122-123.


(28)

undang-undang, yaitu Undang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri.22

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 menyebutkan bahwa penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.23

Menurut Komaruddin, yang dikutip oleh Pandji Anoraga merumuskan penanaman modal dari sudut pandang ekonomi dan memandang investasi sebagai salah satu faktor produksi disamping faktor produksi lainnya, pengertian investasi dapat di bagi menjadi tiga,yaitu:24

1. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau suatu penyertaan lainnya;

2. Suatu tindakan memberi barang-barang modal;

3. Pemamfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di masa mendatang.

Selain pembagian penanaman modal yang di kenal dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu yang membagi penanaman modal dengan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri, kegiatan penanaman modal pada hakikatnya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

22

Ibid, hal. 121.

23

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang UUPM.

24

Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995), hal 57.


(29)

Investasi lansung di Indonesia saat ini diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang memperbaharui ketentuan perundang-undangan yang menyangkut investasi asing sebelumnya. UU tersebut mengatur baik investasi yang dilaksanakan oleh investor dalam negeri maupun investasi yang dilaksanakan oleh investor asing.25

Dalam konteks ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal, pengertian penanaman modal hanya mencakup penanaman modal secara langsung. Penanaman modal adalah ”segala bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.”Investasi secara langsung ini karena dikaitkan dengan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal.

26

Sornarajah yang dikutip oleh Ida Bagus Rahmadi Supanca merumuskan investasi dengan, “involves the transfer of tangible or intangible assets from one

country into another for the purpose of their use in that country to guarantee wealth under the total or partial control of the owner of the assets.”27

Investasi langsung ini dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaan patungan (joint venture company) dengan mitra lokal, melakukan kerja sama operasi (joint operation scheme) tanpa membentuk perusahaan baru; mengonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan local,

25

Ibid. hal 12.

26

Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum &Kebijakan Investasi Lansung di Indonesia, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2006), hal. 53.

27


(30)

memberikan bantuan teknis dan manajerial (technical and management

assistence) maupun dengan memberikan lisensi.28

Investasi asing dalam bentuk direct Invesment khususnya mengenai pendirian/pembentukan suatu perusahaan baru, agak berbeda halnya, karena ptoyek yang bersangkutan tidak hanya harus memenuhi syarat formal, tetapi pula syarat-syarat materiil. Dengan syarat formil dimaksudkan di sini bahwa harus dipenugi ketentuan-ketentuan peraturan dari Negara yang berdsangkutan, sedangkan syarat materiil itu adalah dalam arti bahwa proyek itu akan dapat memenuhi kegunaan ekonomi Negara.

Mengenai investasi langsung oleh pihak asing, Ismail Suny menyebutkan sebagai berikut :

29

a. pada investasi tak langsung, pemegang saham tidak memiliki kontrol pada pengelolaan perseroan sehari-sehari.

Investasi tak langsung pada umumnya merupakan penanaman modal jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Penanaman modal ini disebut dengan penanaman modal jangka pendek karena pada umumnya, jual beli saham atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan/atau mata uang yang hendak mereka jual belikan.

Perbedaan antara investasi langsung dengan investasi tidak langsung adalah sebagai berikut:

b. Pada investasi tak langsung, biasanya resiko ditanggung sendiri oleh pemegang saham sehingga pada dasarnya tidak dapat menggugat perusahaan yang menjalankan kegiatannya.

28

Dhaniswara K. Harjono, Op.cit.hal 12.

29

Ismail Suny, Tinjauan dan Pembahasan UU Penanaman modal Asing &Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita, 1972), hal 17.


(31)

c. Kerugian pada investasi tidak lansung, pada umumnya tidak dilindungi oleh hukum kebiasaan Internasional.30

Menurut Jonker S, jenis-jenis penanaman modal dibedakan yaitu :

1. investasi langsung (Direct Invesment), yakni investasi yang dilaksanakan dengan kepemilikan proyek yang kelihatan wujudnya, kajian mengenai resiko dan hasil yang diterima dari investasi tersebut dilakukan melalui studi kelayakan investasi yang menyangkut semua aspek-aslek keuangan, aspek ekonomi/sosial, aspek pemasaran, aspek teknis/produksi, aspek hukum serta aspek organisasi dan menajemen.

2. investasi tidak langsung (Indirect Invesment), yakni investasi yang dilakukan dengan membeli surat-surat berharga yang diterbitkan oleh perseroan ataupun yang diterbitkan oleh Olter ego dari pemerintah, kajian mengenai resiko dan hasil yang diterima dari investasi dimaksudkan dilakukan melalui analisis atas data-data yang berkaitan dengan portofolio investasi yang diminati, data-data tersebut didapatkan dari emiten maupun sumber-sumber lainnya.31

merupakan suatu bentuk penanaman modal secara langsung. Dalam hal ini pihak investor langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelaolaan usaha dan bertanggungjawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.

Secara umum dikenal ada dua macam penanaman modal yaitu : 1. Penanaman modal secara langsung (Direct Invesment)

30

Ibid. hal. 13.

31

Jonker Sihombing, Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal, (Bandung: Penerbit PT. Alumni, 2008), hal, 160.


(32)

2. Penanaman modal tidak langsung (Portfolio Invesment)

merupakan suatu bentuk penanaman modal secara tidak langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelaolaan usaha. Investasi terjadi melalui pemilikan surat-surat pinjaman jangka panjang (obligasi) dan saham-saham perusahaan dimana modal tersebut ditanamakan hanya memasukkan modal dalam bentuk uang atau valuta semata.32

1. Kepastian hukum, yaitu asas dalam Negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam kegiatan penanaman modal.

B. Mekanisme Jual Beli Saham Perseroan

Sejalan dengan tujuan, pembaharuan dan pembentukan Undang-Undang Penanaman Modal, ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menentukan bahwa penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut :

2. Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.

3. Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaukatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

32

N.Rosyidah Rahmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Global, (Malang: Penerbit Bayumedia, Juli 2004), hal. 7.


(33)

4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara,yaitu asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari suatu Negara asing dengan penanam modal dari Negara asing lainnya.

5. Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6. Efisiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasaru pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

7. Berkelanjutan, yaitu asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun untuk masa datang.

8. Berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

9. Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.


(34)

10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam kesatuan ekonomi nasional.33

Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Untuk itu, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional.

34

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

Atas dasar hal tersebut, tujuan penyelenggaran penanaman modal antara lain menurut ketentuan Pasal 3 ayat (2) adalah untuk:

2. Menciptakan lapangan kerja;

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; 5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasioanal; 6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kegiatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

33

PenjelasanPasal 3 ayat (1) UUPM No. 25 Tahun 2007.

34


(35)

Tujuan penyelenggaran penanaman modal tersebut hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain dengan perbaikan koordinasi antarinstansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.35

Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, yang modal perusahaan ada pemilikan warga negara asing dan atau badan hukum yang merupakan bidang usaha yang tidak diperkenankan untuk penanaman modal, dimana modal perusahaan berasal dari warga negara asing atau badan hukum asing secara total.

C. Perlindungan Hukum Modal Perseroan

Penentuan bidang usaha, baik yang tertutup dan terbuka untuk kepentingan investasi mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka penanaman modal di Indonesia. Dengan mengetahui bidang usaha itu, investor dapat menentukan bidang usaha apa saja yang terbuka untuk penanaman modal.

36

Ketentuan yang tercantum dalam Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu bagi Penanaman Modal yang diganti dengan Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2007 kini tidak berlaku lagi. Ketentuan ini telah dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang

35

. Ibid., hal.26.

36

Salim H.S., dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal 48.


(36)

Usaha tertutup dan Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan 3 golongan bidang usaha bagi penanaman modal. Ketiga golongan usaha itu meliputi :

1) Bidang usaha terbuka 2) Bidang usaha tertutup

3) Bidang usaha terbuka dengan persyaratan.37

Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan untuk penanaman modal, baik investor asing maupun domestik. Namun, ketentuan tentang bidang usaha terbuka ini tidak diatur secara rinci dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007, akan tetapi mengenai Daftar Bidang Usaha yang Terbuka diatur dalam Bab II Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden No. 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden No. 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Terbuka dan Tertutup Bagi Penanaman Modal disebutkan “ Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.”38

37

Pasal 12 UUPM Nomor 25 Tahun 2007.

38

Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden No. 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.


(37)

Dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 hanya diatur secara rinci tentang bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan.

Dalam Pasal 12 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing, yang meliputi:

1) Produksi senjata 2) Mesiu

3) Alat peledak 4) Peralatan perang.39

Penjabaran lebih lanjut dari perintah Pasal 12 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dalam Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 telah diatur rinci tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup.

Ada dua puluh lima daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing40

1) Perjudian/kasino parawisata

. Kedua puluh lima daftar bidang usaha yang tertutup untuk investasi yaitu:

2) Peninggalan sejarah dan perbakala (candi, keratin, prasati, petilasan,

bangunan kuno, temuan laut,dsb)

39

Pasal 12 UUPM No. 25 Tahun 2007.

40

Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007, tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.


(38)

3) Kebudayaan dan pariwisata 4) Museum

5) Pemukiman/lingkungan adat 6) Kebudayaan dan pariwisata 7) monument

8) Objek jiarah (Tempat peribadatan, petilasan makam, dsb) 9) Pemamfaatan (pengambilan kolar alam)

10) Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I CITES

11) Manajemen Dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Frekuensi Radio dan Orbit Satelit

12) Lembaga penyiaran Publik (LPP) Radio dan Televisi 13) Penyedian Dan Penyelenggaran Terminal

14) Pemasangan dan pemeliharaan perlengkapan jalan 15) Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang 16) Penyelenggaran pengujian tipe kenderaan bermotor 17) Telekomunikasi/sarana Bantu navigasi pelayaran 18) Vassel Traffic Information system (VTIS) 19) Pemanduan lalu lintas udara (ATS) Provider

20) Industri bahan kimia skedul-1 konvensi senjata kimia (sarun, soman,

tabun mustard, Levesite, Ricine, Saxitoxin, VX, dll)

21) Industri minimum mengandung alkohol (minuman keras, anggur, dan

minuman mengandung malt)


(39)

23) Industri Siklamat dan Sakarin, Industri Logam Dasar Bukan Timah (Timah Hitam)

24) Perindustrian 25) Budidaya Ganja

Bidang usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan non komersial seperti, penelitian dan pengembangan dan mendapat persetujuan dari sektor yang bertanggung jawab atas pembinaan bidang usaha tersebut.

Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini dibagi menjadi lima bidang usaha, yaitu :

1) Bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK)

2) Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan 3) Bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya 4) Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu 5) Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.

Perbedaan mendasar antara Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 dapat dilihat sebagai berikut :

1) Dilihat dari daftar bidang usaha

Dalam Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 daftar bidang usaha dibagi menjadi empat macam yaitu :


(40)

a) Daftar bidang usaha yang tertutup mutlak untuk Penanaman Modal b) Daftar bidang usaha yang tertutup mutlak untuk Penanaman Modal

yang dalam modal perusahaan ada pemilikan warga negara asing dan atau badan hukum asing

c) Daftar bidang usaha-usaha yang terbuka dengan persyaratan petungan antara modal asing dengan modal dalam negeri

d) Daftar bidang usaha terbuka dengan persyaratan tertentu.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 111 Tahun 2007, daftar bidang usaha dibagi menjadi dua macam yaitu :

e) Daftar usaha tertutup

f) Daftar bidang usaha terbuka persyaratan 2) Substansi yang diatur

Substansi daftar bidang usaha yang diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 adalah sangat sedikit. Daftar Bidang Usaha yang Tertutup hanya 19 macam. Daftar bidang usaha terbuka dengan persyaratan hanya 37 bidang. Sementara dalam Peraturan Pemerintah Nomor 111 Tahun 2007, daftar bidang usaha sangat banyak dan rinci. Daftar bidang usaha yang tertutup hanya 25 bidang. Daftar yang paling banyak adalah daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan, dengan jumlah 312 bidang usaha.

Banyaknya bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini adalah dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada para investor untuk memilih bidang usaha yang sesuai dengan bidang usaha yang ditekuni oleh para investor itu sendiri.


(41)

Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, dalam Bab IX diatur mengenai hak, kewajiban, dan tanggungjawab penanam modal. Pengaturan mengenai hak, kewajiban,dan tanggungjawab di atur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan terhadap tradisi budaya masyarakat dan melaksanakan tanggungjawab sosial.

Pengaturan tanggungjawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan

Mengenai hak penanam modal di atur dalam Pasal 14 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 yang menentukan bahwa setiap penanam modal berhak untuk mendapat hal-hal sebagai berikut.

a. Kepastian hak, kepastian hukum, dan kepastian perlindungan

1) Kepastian hak adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal untuk memperoleh hak sepanjang penanam modal telah melaksanakan kewajiban yang di tentukan.

2) Kepastian hukum adalah jaminan pemerintah untuk menempatkan hukum dan ketentuan perundang-undangan sebagai landasan utama dalam setiap tindakan dan kebijakan bagi penanam modal.

3) Kepastian perlindungan adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal untuk memperoleh perlindungan dalam melaksanakan kegiatan penanam modal.


(42)

b. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya c. Hak pelayanan

d. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Mengenai kewajiban penanam modal di atur dalam Pasal 15 Undang-undang No. 25 tahun 2007 yang menentukan bahwa setiap penanam modal mempunyai kewajiban untuk :

a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya, yaitu tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya setempat;

c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan

menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal, di mana laporan ini merupakan laporan kegiatan penanaman modal yang memuat perkembangan penanaman modal dan kendala yang di hadapi penanam modal yang di sampaikan secara berkala kepada BKPM dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang penanaman modal;

d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal;

e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kewajiban penanam modal diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan terhadap tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengaturan tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan usaha yang seha, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan


(43)

pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong upaya ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan.41

1) setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan atau kegiatan tersebut.

Adapun yang menjadi kewajiban masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, seperti termuat dalam Bab III pasal 6, Bab V pasal 16, dan Pasal 17 Undang-Undang No.23 Tahun 1997 yaitu:

Pasal 6

1. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

2. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 16

2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menyerahkan pengelolaan limbah tersebut kepada pihak lain.

3) Ketentuan pelaksanaan pasal ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 17

1) setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.

2) Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun meliputi menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan/atau membuang.

3) Ketentuan mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Mengenai kewajiban dari penanam modal yang termuat dalam Pasal 15 UUPM No. 25 Tahun 2007, apabila dihubungkan dengan Pasal 6, Pasal 16 dan

41


(44)

Pasal 17 Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang UUPLH maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Mengenai tanggung jawab penanam modal di atur dalam pasal 16 Undang-undang No. 25 tahun 2007 yang menyatakan bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab untuk :

a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;

d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja;

f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Khusus untuk yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan, menurut ketentuan Pasal 17, wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Maksud pengaturan ketentuan ini adalah untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan penanaman modal


(45)

BAB III

ANALISIS UMUM TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PERUSAHAAN GO PUBLIC

A. Pengertian Umum Perusahaan Go Public

Perkembangan penanaman modal di Indonesia dimulai pada abad XVI, tepatnya tahun1511 ketika bangsa Eropa mulai menjejakkan kakinya di bumi Indonesia. Penanaman modal di Indonesia dapat dibagi menjadi enam kurun waktu berikut :

1. Masa penjajahan atau penguasaan oleh bangsa-bangsa Eropa (1511-1942) : a. Masa penguasaan Portugis (1511-1596)

b. Masa penguasaan Belanda yang pertama (1596-1795) c. Masa penguasaan Prancis (1795-1811)

d. Masa penguasaan Inggris (1811-1816)

e. Masa kembalinya penguasaan Belanda (1816-1942) 2.Masa pendudukan Jepang (1942-1945)

3. Masa revolusi mempertahankan kemerdekaan (1945-1949) 4. Masa orde lama (1949-1967)

5. Masa orde baru (1967-1998)42

Bangsa Eropa yang pertama kali datang sebagai pedagang (investor) adalah bangsa Portugis. Portugis pertama kali menguasai Malaka pada tahun 1511 atas bantuan raja Utimate dari Indonesia, dimana pada saat itu Malaka merupakan 6. Masa setelah krisis ekonomi (1998-sekarang).

42

Charles Himawan, The Foreign Invesment Procces in Indonesia, (Singapura: Gunung Agung, 1980). Hal. 24.


(46)

pusat perdagangan produk-produk dari Cina, India, dan Indonesia (Majapahit). Tujuan Portugis pada waktu itu datang ke Malaka adalah untuk mencari sumber rempah-rempah.

Misi pedagang belanda yang di pimpin oleh Cornelis de Houtman adalah melakukan pooling atau penggabungan atau mengelola modal mereka untuk melakukan bisnis di Indonesia. Bentuk penanaman modalnya adalah tidak ditanamakan di Indonesia dengan maksud membangun Indonesia , tetapi untuk mengeruk keuntungan di Indonesia.

Dalam penguasaan Prancis yang dipimpin oleh Deandles, yang mana dalam

masa kekuasaannya bertugas untuk :

1. membangun sistem pertahanan di Indonesia terhadap kemungkinan penyusupan oleh pasukan Inggris;

2. melakukan reorganisasi dalam pengelolaan kekayaan Indonesia yang amburadul karena salah urus oleh VOC.

Falsafah tersebut dijabarkan dalam bentuk usulan pengaturan yang perlu ditempuh dalam rangka investasi di Indonesia yang intinya, sebagai berikut :

a) Sawah harus dukuasai oleh petani agar kebutuhan hidup dapat dipenuhi secara damai.

b) Motivasi untuk produktif dalam diri masyarakat harus ditumbuhkan dan bukan didasarkan atas paksaan.

c) Dalam proses pembangunan mulai diperkenalkan peranan modal swasta (privat capital) yang pada saat itu dijalankan oleh golongan Eropa dan Cina.


(47)

d) Kopi dan merica agar tidak ditanam di atas tanah sawah (jadi sudah ada perencanaan tata ruang).

e) Hasil bumi harus dibayar dengan harga yang pantas sehingga kebijaksanaan The Rules on Contingents and Foeced Deliveries harus ditinggalkan.

f) Partisipasi dalam perdagangan harus terbuka, baik untuk Belanda sendiri maupun orang asing lainnya karena sistem kartel harus ditinggalkan. Inggris menguasai Indonesia (Jakarta) pada tahun 1811, dimana Gubernur Jenderal Inggris dipimpin oleh Sir Thomas Raffles sebagai Letnan Gubernur Jawa. Raffles memperkenalkan kebijakan investasi yang sama sekali berbeda dibanding dengan Portugis, Prancis, dan Belanda. Jika ketiga bangsa tadi melakukan untuk mengamankan pasaran rempah-rempah ke Eropa serta produk pertanian di Indonesia, Inggris memiliki tujuan tambahan, yaitu mencari pasaran bagi produk tekstil Inggris.

Dalam pengelolaan Indonesia sebagai daerah jajahan, terdapat dua pemikiran yang mewarnai perumusan kebijakan pemerintah Belanda, yaitu konservatisme versus liberalisme dan akhirnya dicapai kompromi sebagai berikut:43

1) pemerintah Belanda akan meningkatkan kesejahteraan umum dan memajukan industri di Indonesia secara tidak langsung melalui penerapan legislasi liberal.

2) Sarana perhubungan akan ditingkatkan.

43


(48)

3) Semua dukungan yang mungkin dapat diberikan untuk mendukung bisnis oleh individu perorangan akan disediakan.

4) Hanya akan ikut campur dalam urusan orang perorangan secara tidak lansung dan hanya jika diperlulan.

Pada masa kepemimpinan Du Bus (1826-1830) yang tugas utamanya menambah penghasilan yang dapat dikumpulkan pemerintah Hindia Belanda untuk menutupi biaya-biaya, baik di Belanda maupun di Indonesia. Kebijakan Du Bus yang penting adalah:44

1) mengubah sistem kepemilikan komunal menjadi individual; 2) sistem tanam paksa kopi diubah menjadi suka rela;

3) menentang monopoli yang dilakukan oleh pemerintah;

4) mengundang investor asing untuk menggarap tanah-tanah yang terlantar; 5) mendirikan Bank Java (cikal bakal Bank Indonesia) pada tanggal 24

Januari 1928.

pada tahun 1942, Jepang menduduki Indonesia dan mengusir Belanda. Hal ini karena Jepang merasa dirugikan atas kebijakan ekonomi Belanda yang bersifat diskriminatif terhadap produk-produk Jepang.

Sebagai “saudara tua” yang membebasakan Indonesia dari belenggu Belanda, langkah pertama yang dilakukan Jepang adalah dengan melakukan penyitaan terhadap semua harta pemerintah Hindia Belanda serta para investor asing. Bagi bangsa Indonesia cara-cara yang dilakukan oleh Jepang tersebut dianggap sebagai cara untuk melepaskan diri dari belenggu kolonialisme dan

44


(49)

kapitalisme barat, tetapi ternyata tidak sesuai dengan harapan karena pendudukan Jepang justru membawa kesengsaraan dan penderitaan bangsa Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia mampu mengonsolidasikan semua unsur kekuatannya, termasuk pemerintahan dan militer sehingga ketika pasukan Belanda masuk kembali dengan membonceng pasukan sekutu, bangsa Indonesia telah siap.

Untuk itu, bangsa Indonesia merumuskan kemerdekaannya dalam suatu Undang-Undang Dasar yang diharapkan mampu menegakkan supremasi hukum serta dapat mengantarkan bangsa undonesia ke arah kesejahteraan yang lebih baik. Terhadap investasi asing, pemerintah tidak bersifat antipati. Hal ini karena dalam rangka membangun bangsa tetap memerlukan adanya investasi asing, disamping bantuan intelektual serta keahlian teknik.

Perjanjian dalam Konfrensi Meja Bundar tahun 1949 telah membuka jalan bagi bangsa Indonesia untuk menghidupkan kembali investasi asing yang sempat terbengkalai hampir 10 tahun selama perang dunia II dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Sesuai dengan isi perjanjian tersebut, masalah-masalah investasi yang diwajibkan Indonesia adalah:45

1. menjamin berlangsungnya iklim investasi di Indonesia seperti sebelum tahun 1942, termasuk pengakuan dan pemulihan hak-hak investor asing. 2. dalam hal kepentingan nasional, Indonesia menghendaki dilakukannya

tindakan nasionalisasi, maka tindakan tersebut harus dilakukan dengan cara memberi ganti rugi yang layak;

45


(50)

3. diperbolehkan adanya penanaman modal baru di Indonesia

Pada tanggal 1 Januari 1967 diberlakukan Undang-Undang Penanaman Modal Asing. Tanggapan luar negeri atas hal tersebut sangat positif sehingga sejak saat itu angka penanaman modal asing di Indonesia secara konstan menunjukkan kenaikan. Namun, sampai lima tahun pertama diberlakukan Undang-Undang Penanaman Modal Asing tahun 1967, kegiatan penanaman modal asing hanya bertumpu pada dua bidang industri, yaitu:46

a. industri sekunder yang terdiri dari barang konsumen serta produk pengganti impor; dan

b. industri yang berbasis sumber daya alam seperti minyak, pertambangan dan kehutanan.

Keadaan perekonomian Indonesia menjadi sangat terpuruk pada saat Indonesia dilanda krisis pada tahun 1997 yang berakibat sangat luas. Penyebab krisis tersebut adalah perilaku bisnis yang kurang bertanggung jawab, yaitu berperilaku buruk dalam menjaga kekuatan perekonomian Indonesia.

Atas kondisi tersebut, menurut Ida bagus Rahmadi Supancana47

a. globalisasi tatanan perdagangan, investasi dan keuangan;

terdapat tantangan dan paradigma dibidang investasi yang bersumber dari faktor-faktor yang bersifat intern maupun ektern. Faktor ekstern yang berpengaruh antara lain:

b. isu-isu global, seperti demokrasi, lingkungan hidup, dan hal asasi manusia; c. perlindungan HAKI;

d. program pengentasan kemiskinan global;

46

Ibid., hlm. 44-45.

47


(51)

e. isu community development dan corporate social responsibility;

f. perlindungan hak-hak normatif tenaga kerja, tenaga kerja anak-anak, dan perempuan; dan lain-lain.

Disamping faktor ekstrnal, hal yang tak kalah penting adalah faktor-faktor intern yang berpengaruh, antara lain:

a. perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi kearah desentralisasi (otonomi daerah dan otonomi khusus);

b. demokratisasi dalam berbagai sendi kehidupan bangsa;

c. reformasi dalam tata kelola pemerintahan (ke arah good governance and

clean government), termasuk pemberantasan korupsi;

d. reformasi dalam tata kelola perusahaan ke arah good corporate

governance;

e. perubahan struktur industri kea rah resource based industry; f. meningkatnya pemahaman dan perlindungan lingkungan hidup; g. meningkatnya perlindungan HAM; dan lain-lain.

Penanaman modal berkembang sejalan dengan kebutuhan suatu negara dalam melaksanakan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraaan dan kemakmuran masyarakatnya. Kebutuhan tersebut timbul akibat ketidakmampuan suatu negara memenuhi kebutuhan akan modal, dengan penanaman modal menjadi salah satu alternatif terbaik selain melalui hutang luar negeri.48

48

Rosyidah Rakhmawati,Op Cit.hal.5

Selain itu, kegiatan penanaman modal juga terjadi sebagai konsekuensi berkembangnya kegiatan ekonomi dan perdagangan.


(52)

B. tugas Dan Fungsi Perusahaan Go Public

Dalam rangka melakukan proses pembangunan yang dapat mengantisipasi adanya dampak negatif selain adanya dampak positif pembangunan, berarti pula adanya kecermatan dan ketepatan perencanaan yang terpadu yang dapat mencakup semua aspek yang terkait, baik dari segi negatifnya maupun dari segi positifnya.

Dari kenyataan yang di lihat dan rasakan bersama menunjukkan bahwa pembangunan itu pada awalnya hanya mengacu pada segi positifnya saja, terutama dalam mengejar ketinggalan perekonomian Indonesia terhadap negara-negara lain dan juga untuk penyerapan tenaga kerja yang sangat merisaukan karena besarnya jumlah pengangguran pada waktu itu. Oleh karena itu, pemerintah pada saat mengumandangkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) belum memikirkan masalah lingkungan seperti sekarang ini. Pemerintah hanya memikirkan pada tujuan pokok untuk mengundang investor agar bersedia menanamkan modalnya di Indonesia sebagai langkah maju dalam mengupayakan perbaikan perekonoian Indonesia.49

Menyadari akan pentingnya pembangunan dibidang penanaman modal yang berwawasan lingkungan tersebut, maka pemerintah dengan gencarnya mulai mengeluarkan berbagai peraturan yang menyangkut pembangunan yang

49

Netty S.R. Naiborhu. Peranan Penanaman Modal dalam Menunjang Pembangunan Industri yang Berwawasan Lingkungan, (Malang: Penerbit Bayu Madia Juli 2004), hal 38.


(53)

berwawasan lingkungan. Dalam kurun waktu yang relatif singkat keluarlah berbagai peraturan yang mengatur tentang pencemaran dan lingkungan, mulai dari Undang-Undang No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Permendagri No. 1 Tahun 1985 tentang Tata Cara Pengendalian Pencemaran Bagi Perusahaan-perusahaan yang mengadakan modal menurut UU No. 1 tahun 1967 dan UU No. 6 Tahun 1968, keputusan Mendagri No. 8 tahun 1988 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Analisis Mengenai Dampak Lingkungan bagi Proyek-proyek PMA dan PMDN dan masih banyak lagi surat keputusan dari instansi yang terkait yang seakan-akan berlomba lari mengejar ketinggalannya. Kondisi seperti ini lahir setelah satu dasawarsa dilakukannya UU No. 1 Tahun 1967 dan UU No. 6 tahun 1968, berarti setelah pembangunan dibidang penanaman modal berjalan dan berhasil berkembang.50

Menurut pendapat K.E.S. Manik unsur utama terjadinya kerusakan lingkungan dibidang kehutanan disebabkan Pengusaha yang mempunyai Hak Penguasan Hutan (HPH), karena pengusaha HPH merupakan penyebab kerusakan hutan terbesar karena mereka hanya mengejar keuntungan materi saja. Persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang mengatur pengusahaan hutan tidak mereka laksanakan sehingga kayu hutan dibabat habis. Hal ini dapat terjadi, antara lain disebabkan kurangnya pengawasan, mentalitas dan integritas pengawasan yang

50


(54)

“bobrok”, pengusaha kurang tanggung jawb, dan pengusaha tidak peduli lingkungan.51

Dengan terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utamapenegelolaan lingkungan hidup. Untuk mencapai tujuan ini, sejaka awal perencanaan kegiatan sudah diperkirakan perubahan rona lingkungan akibat pembentukan suatu kondisi lingkungan baru, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan yang timbul sebagai akibat diselenggarakanya kegiatan pembangunan. Karen itu, UU No. 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup ditetapkan bahwa setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan, wajib dilengkapi dengan AMDAL.

52

Sebagaimana diketahui bahwa setiap pembangunan akan membawa dampak terhadap perubahan lingkungan terutama eksploitasi sumber daya hutan dalam rangka pengolahan dan pemanfaatan hasil hutan jelas akan menimbulkan efek dari perubahan kondisi hutan tersebut. Dengan kata lain bahwa eksploitasi sumber daya hutan itu merupakan salah satu bentuk dari perusakan hutan. Akan tetapi perusakan hutan dalam bentuk ini, tidak digolongkan sebagai perbuatan melawan hukum sebagaimana pendapat diatas. Hal ini karena perusakan hutan tersebut melalui mekanisme yang terstruktur dan tersistem yang melalui proses perencanaan atau manajemen yang matang dengan mempertimbangkan upaya-upaya perlingdungan hutan itu sendiri seperti dengan jalan reboisasi atau

51

Manik, K.E.S. Pengelolaan Lingkungan Hidup.(Jakarta: Djambatan, 2003). hal 79.

52

Alam Setia Zain, Hukum Lingkungan dan Konservasi Hutan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, Juni 1997), hal. 14-15.


(55)

penebangan yang teratur dengan sistem tebang pilih dan sebagainya. Perusakan hutan yang berdampak negatif salah satunya adalah kejahatan illegal logging. Analisis yuridis tentang illegal logging yang merupakan kegiatan penebangan tanpa izin dan/atau merusak hutan adalah bahwa kegiatan illegal logging ini merupakan kegiatan yang unprediktible terhadap kondisi hutan setelah penebangan, karena diluar dari perencanaan yang telah ada. Perlindungan hutan direfleksikan dalam mekanisme konsesi penebangan hutan sebagai konsekuensi logis dari fungsi perijinan sebagai serana pengendalian dan pengawasan.53

Hutan yang merupakan bagian penting dari lingkungan hidup dalam pengelolaannya juga mempunyai asas yang sudah merupakan asas yangberlaku secara internasional yaitu asas hutan yang berkelanjutan/lestari (sustainable

forest) dan asas ecolabelling. Asas hutan berkelanjutan (sustainable forest) adalah

asas tentang pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan peningkatan kerja sama internasional dalam pelestarian hutan dan pembangunan berkelanjutan. Asas

Dalam proses pengolahan dalam rangka pemanfaatan hutan diperlukan konsep yang dapat mengintegralisasi upaya pemanfaatan fungsi ekonomis dan upaya perlindungan kemampuan lingkungan agar keadaan lingkungan tetap menjadi serasi dan seimbang atau pengolahan hutan yang berkelanjutan/lestari (sustainable forest management) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable

development).

53


(56)

ecolabelling adalah asas tentang semua kayu tropis yang dijual harus berasal dari

hutan lestari melalui mekanisme pelabelan.54

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa perbuatan illegal logging merupakan suatu kejahatan oleh karena dampak yang ditimbulkan sangat luas mencakup aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Kejahatan ini merupakan ancaman yang potensiil bagi ketertiban sosial dan dapat menimbulkan ketegangan serta konflik-konflik dalam berbagai dimensi, sehingga perbuatan itu secara faktual menyimpang dari norma-norma yang mendasari kehidupan atau keteraturan sosial. Bahkan dampak kerusakan hutan yang diakibatkan oleh kejahatan illegal logging ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang berada di sekitar hutan saja namun sirasakan secara nasional, regional maupun internasional.

Merusak hutan yang berdampak pada kerusakan lingkungan adalah merupakan suatu kejahatan sebagaimana dijelaskan dalam pasal 48 UU No. 23 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), bahwa tindak pidana perusakan hutan adalah merupakan kejahatan. Salah satu bentuk perusakan hutan itu adalah illegal logging.

55

Sepintas lalu terlihat bahwa antara pembangunan dan lingkungan hidup terdapat pertentangan (konflik). Karena bila dilihat dari segi yang luas setiap pembangunan selalu memiliki dampak terhadap lingkungan hidup. Dimana

C. Keterbukaan Informasi pada Perusahaan Go Public

54

Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 2003), hal 11.

55


(57)

misalnya pembangunan sebuah jalan raya yang menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya yang jelas-jelas akan berdampak terhadap lingkungan hidup sekitarnya. Yang mana dalam pembukaan jalan tersebut akan membawa pengaruh kepada 2 (dua) hal, yaitu menebasi pohon-pohon hutan yang terkena peta pembukaan jalan dan terganggunya kestabilan tanah-tanah sekitarnya.56

56

N.H.T.Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, (Jakarta: Gramedia, 2006), hal. 375.

Hal ini juga bisa menimbulkan banjir dan terganggunya sistem habitat manusia dan habitat fauna serta flora lainnya. Semua hal ini dapat memberikan pengaruh atau resiko kepada lingkungan. Tetapi tidak ada satu tindakan yang tidak berhubungan dengan resiko termasuk dalam hubungannya dengan aktivitas lingkungan. Dengan kearifan dan kebijaksanaan manusia dapat mengantisipasi semua dampak dan mencari solusi supaya interaksi antara manusia dan lingkungan dapat seimbang dan serasi.

Oleh karena itulah, untuk menghindari konflik yang terlalu besar, maka UUPLH menggariskan prinsip pembangunan berwawasan lingkungan. Dalam pasal 1 butir ke 3 UUPLH dikatakan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam perbangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.

Jadi ada 3 (tiga) unsur penting dalam prinsip pembangunan berwawasan lingkungan :


(58)

Bahwa dalam rangka mendaya gunakan dan mengelola sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.57

57

Penjelasan Pasal 1 butir 3 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Menunjang pembangunan yang berkesinambungan;

Bahwa penyelenggaran pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup harus didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat hukum internasional yangberkaitan dengan lingkungan hidup.

3. Meningkatkan mutu hidup;

Bahwa pengelolaan lingkungan hidup untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Serta pemanfaatan pembangunan secara terus menerus untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup yang sesuai dengan daya dukung lingkungan.


(59)

Pengertian Sumber Daya pada butir 3 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut harus diartikan lebih luas yaitu, bukan hanya mencakup pengertian ekonomis seperti sumber daya alam atau sumber daya buatan, tetapi juga meliputi semua bagian lingkungan hidup kita sendiri, mulai dari sumber daya biotik (manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan), sumber daya abiotik (air, udara, cahaya, barang-barang tambang dan lain-lain) sampai pada sumber daya buatan (mesin, hasil-hasil industri, gedung dan sebagainya).

Dalam GBHN (1973-1978) dalam BAB III pola umum pembangunan Jangka Panjang butir 10 terdapat garis yang jelas mengenai prinsip pembangunan berwawasan lingkungan yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam rangka pembangunan, sumber daya alam harus dugunakan secara rasional.

2. Pemanfaatan sumber daya harus diusahakan untuk tidak merusak lingkungan hidup.

3. Harus dilaksanakan dengan kebijaksanaan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang.

4. Memperhitungkan hubungan kait-mengait dan ketergantungan antara berbagai masalah.

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 pasal 1 butir 3 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka yang dimaksud dengan:

Pasal 1 butir 3 UU No. 23 Tahun 1997

“Pembangunan berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk


(60)

sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamun kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasu masa kini dan generasi masa depan”

Berdasarkan defenisi diatas, terdapatlah tiga unsur penting dalam pembangunan berwawasan lingkungan, yaitu :

1. penggunaan sumber daya secara bijaksana;

2. menunjang pembanguan yang berkesinambungan sepanjang masa; 3. meningkatkan kualitas hidup.58

Pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Proses pelaksanaan pembangunan, disatu pihak menghadapi permasalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertambahan yang tinggi, di lain pihak sumber daya alam adalah terbatas. Kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk yang meningkat dapat mengakibatkan tekanan terhadap sumber daya alam. Pendayagunaan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat harus disertai upaya untuk melestarikan kemampuan lingkunganhidup yang serasi dan seimbang guna menunjang pembangunan yang berkesinambungan, dan dilaksakan dengan kebijakan yang terpadu dan menyeluruh serta memperhitungkan kebutuhan generasi sekarang dan mendatang. Dengan demikian, pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat tersebut, baik generasi sekarang maupun generasi mendatang, adalam pembangunan berwawasan lingkungan.

59

58

SF. Marbun. Dimensi-dimensi pemikiran Hukum Administrasi Negara, (Bandung: Universitas Indonesia Press, 2004), hal 326.

59

Sumartono.R.M.Gatot P. Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 1991), hal.27.


(1)

modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

b. Pasal 16 huruf d

Dalam Pasal 16 huruf d Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dinyatakan setiap penanaman modal bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan hidup.

c. Pasal 18 ayat (3) huruf g

Dalam Pasal 18 ayat (3) huruf g Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang pengaturan mengenai fasilitas penanaman modal, disebutkan bahwa pemberian fasilitas kepada penanaman modal diberikan apabila memenuhi kriteria yang salah satunya adalah bahwa kegiatan penanaman modal yang dilaksanakan menjaga kelestarian lingkungan.

d. Disisi lain dapat juga dilihat dengan adanya penentuan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, Jadi dengan merujuk kepada ketentuan-ketentuan tersebut jelaslah bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 memperhatikan aspek lingkungan yang berkelanjutan.

B. Saran

Dengan melihat kesimpulan diatas, penulis memberikan saran yaitu:

1. Pemerintah diharapkan harus tetap konsisten terhadap visi dan misi pembangunan nasional tanpa mengesampingkan hal-hal yang berkaitan


(2)

dengan lingkungan hidup sekalipun bahwa penanaman modal memang sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

2. Hendaknya pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus mampu memperbaiki kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan penanaman modal pada masa lalu yang berakibat terganggunya fungsi lingkungan hidup karena malihat kepentingan sementara.

3. Pemerintah diharapkan terus berupaya menggalakkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan nasional yang sinkron dengan mutu lingkungan hidup.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku

Anoraga, Pandji, Perusahaan Multinasional Penanaman Modal Asing, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995

Danusaputro, Munadjat, Hukum Lingkungan, Buku V Sektoral, Jilid I, Bandung: Binacipta, 1982

Harjono,K,Dhaniswara, Hukum Penanaman Modal, Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada, 2007

Hartono, Sunaryati, Beberapa Masalah Transnasional dalam Penanaman Modal Asing (PMA) DI Indonesia, Bandung: Bina Cipta, 1970

Ilmar Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2004

Jhon R. Schermerhorn. Management for Productivity, New York: Jhon Wiley & san, 1993

Manik, K.E.S, Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta : Djambatan, 2003. Marbun, S, F, Dimensi-dimensi pemikiran Hukum Administrasi Negara,

Bandung: Universitas Indonesia Press, 2001

Naiborhu, S, R, Netty, Peranan Penanaman Modal dalam Menunjang Pembangunan Industri yang Berwawasan Lingkungan, Bandung: Uil Press, 2001

Rahmadi, Bagus, Ida, Kerangka Hukum Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005


(4)

Rapke, Jochen, Kebebasan yang Terhambat : Perkembangan Ekonomi dan Perilaku Kegiatan Usaha di Indonesian, Jakarta: Gramedia, 1986

Rahmawati, Rosyidah, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Global, Malang: Bayumedia, Juli 2004

Rajagukguk, Erman, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: Universitas Indonesia, 2005

Indonesianisasi saham, Jakarta: Bina Aksara, 1985

Salim, Emil, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1985.

Siahaan, N. H. T, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Jakarta: Gramedia, 2006

Santoso, Gunawan, Analisis Dampak Lingkungan, Yogyakarta: Universitas GadjahMada, 1987

Suny, Ismail, Tinjauan dan Pembahasan UU Penanaman modal Asing &Kredit Luar Negeri, Jakarta: Pradnya Paramita, 1972

Sihombing, Jonker, Investasi Asing Melalui Surat utang Negara di Pasar Modal, Bandung: PT. Alumni, 2008

Sembiring Sentosa, Hukum Investasi, Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2007

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007

Salim H.S., dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Sumartono.R.M.Gatot P, Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 1991


(5)

Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengket, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 25 Tahun 2007, tentang Penanaman Modal di Indonesia Undang-undang No. 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas

Undang-undang No. 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007, tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Peraturan Pemerintah. No. 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah

Makalah

Mu’man Nuryana,”CSR dan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan”, makalah yang disampaikan pada diklat pekerja sosial induntri.balai besar pendidikan dan pelatihan sosial (BBPPKS) Bandung, Lembang 5 Desember 2005

Internet

http:/koalisi.org/detail.php?m (koalisi untuk Indonesia sehat ),”CSR : lebih dari Sekedar Menyisihkan Dana”, Rabu 04 september 2008.

http:/businessenvironment. Wordpress.com/2008/10/01 program. Corporate responsibility (Blog Tentang Lingkungan Bisnis di Indonesia oleh


(6)

Aditiawan Chandra “program corporate social responsibility yang berkelanjutan” 01 Oktober 2008 )

Majalah

Timotheus Lesmana, “Implementasi Konsep Sustainable Development dalam program CSR” Majalah Lensa ETF Edisi 1 November 2006.