meningkatkan kesempatan kerja, meraih tekhnologi, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
69
1. Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan;
Pembangunan penanaman modal ditujukan untuk :
2. Meningkatkan keseimbangan investasi antarsektor;
3. Menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha produktif;
4. Meningkatkan kegiatan ekonomi, pendapatan masyarakat, pendapatan
Negara, pendapatan daerah melalui iklim investasi yang mendukung pengembangan kelembagaan keuangan untuk meningkatkan investasi
langsung maupun tidak langsung port polio, serta lembaga keuangan yang sudah mengakar di masyarakat;
5. Peningkatan sumber daya manusia;
6. Mobilisasi dana masyarakat,serta
7. Percepatan proses alih tekhnologi.
Apabila merujuk kepada Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 maka dapat dilihat bahwa
C. dampak kerugian penjualan saham di pasar modal terhadap peningkatan nilai perusahaan Go Public.
Adapun yang menjadi dasar hukum dalam pengaturan Corporate Social Responsibility CSR adalah sebagai berikut:
69
Rosyidah Rakhmawati, Op cit. hal 8.
Universitas Sumatera Utara
1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tenang Perseroan Terbatas dalam
Bab V pasal 74 ayat 1,2,3, dan 4; 2
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dalam pasal 15 b dan pasal 34;
Pada Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pengaturan Corporate Social Responsibility CSR dapat dilihat pada pasal 74
yang menyebutkan:
70
1 Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang danatau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
2 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepetutan dan kewajaran.
3 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.
4 Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Hidup diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Penjelasan atas pasal 74 ayat 1 lebih lanjut menerangkan bahwa ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan perseroan yang serasi,
seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat seeetempat. Yang dimaksud dengan “ perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya dibidang sumber daya alam” adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Yang dimaksud dengan “
perseroan yang kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam”
70
Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
adalah perseroan yang tidak mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.
71
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
Penjelasan atas pasal 74 ayat 3 lebih lanjut menerangkan bahwa yang dimaksud dengan “dikenai sanksi dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait. Sedangkan penjelasan atas pasal 74 ayat 2
dan 4 adalah cukup jelas. Pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
pengaturan Corporate Social Responsibility CSR dapat dilihat pada: 1. Pasal 15
setiap penanam modal berkewajiban untuk: b.
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan; c.
membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
d. menghormati tradisi masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman
modal;dan e.
mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
72
2. Pasal 34 1 Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud pada dalam
pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dan dikenai sanksi administratif berupa:
c. peringatan tertulis;
d. pembatasan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal; atau e.
pencabutan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal. 2 sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan oleh
instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
71
Penjelasan pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
72
Pasal 15 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang UUPM.
Universitas Sumatera Utara
3 selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pengaturan Corporate Social Responsibility CSR dapat
dilihat pada bagian kata:
Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan
peningkatan hidup masyarakat. Dunia usaha berperan untuk mendorong petumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor
lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata Sustainable Development.
73
Namun saat ini, saat perubahan melanda dunia-kalangan usaha. Juga tengah dihimpit oleh berbagai tekanan, mulai dari kepentingan untuk
meningkatkan daya saing, tuntutan untuk menerapkan corporate governance hingga masalah kepentingan stakeholder yang semakin meningkat. Oleh karena
itu, dunia usaha perlu mencari pola-pola kemitraan partnership dan seluruh stakeholder agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan
Seiring dengan pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat liberalisasi ekonomi, berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan dunia
pendidikan berusaha merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan.
73
Rosyidah Rakhmawati, Op.Cit., Hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
kinerja agar tetap bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing.
Upaya tersebut secara umum dapat disebut sebagai Corporate Social Responsibility atau corporate citizenship dan dimaksudkan untuk mendorong
dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitas agar tidak berpegaruh atau berdampak buduk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada
akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh mamfaat ekonomi yang menjadi tujuan di bentuknya dunia usaha.
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak tahun1970an, yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan
praktek yang berhubungan dengan stakeholder, nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan; serta komitmen dunia usaha
untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Corporate Social Responsibility CSR tidak hanya merupakan kegiatan karitatif
74
perusahaan dan tidak terbatas hanya pada pemenuhan aturan hukum semata.
75
Masih banyak perusahaan tidak mau menjalankan peogram-program CSR karena melihat hal tersebut hanya sebagai pengeluaran biaya cost centre. CSR
memang tidak memberikan hasil keuangan dalam jangka pendek. Namun CSR akan memberikan hasil langsung maupun tidak langsung pada keuangan
74
Kegiatan karitatif merupakan suatu kegiatan yang bersifat keagamaan, tradisi dan adat- istiadat. Maksudnya adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk membangun, memajukan dan
mendukung kegiatan keagamaan, tradisi dan adat-istiadat masyarakat sekitar. www. Toprankblog. Com200604Tips-for-online-pr
75
http:businessenvironment. Wordpress.com20081001 program. Corporate responsibility Blog Tentang Lingkungan Bisnis di Indonesia oleh Aditiawan Chandra “program
corporate social responsibility yang berkelanjutan” 10 OKTOBER 2008 diakses pada Hari Minggu Tanggal 23 November 2008.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan pada dimasa mendatang. Dengan demikian apabila perusahaan melakukan program-program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai
investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan. Dengan masuknya program CSR sebagai bagian dari strategi bisnis, maka
akan dengan mudah bagi unit-unit usaha yang berada dalam suatu perusahaan untuk mengimplementasikan rencana kegiatan dari program CSR yang
dirancangnya. Dilihat dari segi pertanggungjawaban keuangan atas setiap investasi yang dikeluarkan dari program CSR menjadi lebih jelas dan tegas,
sehingga pada akhirnya keberlanjutan yang diharapkan akan dapat terimplementasikan berdasarkan harapan semua stakeholder.
76
Corporate Social Responsibility adalah suatu konsep dimana organisasi- organisasi, terutama tapi tidak selalu perusahaan-perusahaan, memiliki suatu
tanggung jawab untuk memperhatikan kepentingan-kepentingan dari pada consumer, para karyawan, pemegang saham, para masyarakat sekitar, dan
kepedulian lingkungan hidup pada semua aspek kegiatan perusahaan mereka. Tanggung jawab ini seperti memperluas melebihi ketentuan tanggung jawab
mereka untuk menuruti peraturan perundang-undangan.
77
CSR sangat berhubungan erat dengan prinsip Sustainable Development Pembangunan Berkelanjutan, dimana berpendapat bahwa perusahaan harus
membuat keputusan berdasarkan tidak saja pada kegiatan finansial seperti keuntungan atau keuntungan saham, tetapi juga berdasarkan pada konsekuensi
76
Timotheus Lesmana, “Implementasi Konsep Sustainable Development dalam program CSR” Majalah Lensa ETF Edisi 1 November 2006. hal. 4.
77
Ibid., hal 9.
Universitas Sumatera Utara
sosial dan lingkungan baik jangka pendek dan jangka panjang dari aktivitas- aktivitas mereka.
Schermerhorn 1993 memberi defenisi Corporate Social Responsibility CSR sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara
cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal.
78
Corporate Social Responsibility CSR adalah suatu pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan
dalam integrasi mereka dengan para pemangku kepentingan stakeholder berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.
79
Sementara itu, Yanti Koestoer Direktur Eksekutif IBL, mendefenisikan CSR sebagai suatu strategi bisnis.”CSR merupakan suatu strategi bisnis yang
melihat bahwa kepentingan bisnis jangka panjang dicapai dengan laba dan pertumbuhan, sejalan dengan kesejahteraan masyarakat, perlindungan lingkungan
dan peningkatan hidup masyarakat”. Donasi sesaat kadang memang diperlukan tapi lebih baik melakukan prakara yang berkenjutan.
80
Ide mengenai CSR sebagai sebuah tanggungjawab sosial perusahaan kini semakin diterima secara luas. Namun demikian, sebagai konsep yang masih relatif
baru, CSR tetap masih controversial, baik untuk golongan pebisnis maupun akademis. Kelompok yang menolak mengajukan argument bahwa perusahaan
78
Jhon R. Schermerhorn. Management for productivity New York : Jhon Wiley Son 1993 hal. 42.
79
Mu’man Nuryana,”CSR dan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan”, makalah yang disampaikan pada diklat pekerja sosial induntri.balai besar pendidikan dan pelatihan sosial
BBPPKS Bandung, Lembang 5 Desember 2005
80
http:koalisi.orgdetail.php?m Koalisi Untuk Indonesia Sehat ,”CSR : lebih dari Sekedar Menyisihkan Dana”, Jum’at 23 Juni 2006. diakses Pada Hari Kamis 06 November 2008.
Universitas Sumatera Utara
adalah organisasi pencari laba dan bukan person atau kumpulan orang seperti halnya dalam organisasi sosial.
Sejalan dengan tujuan pembaharuan dan pembentukan Undang-Undang Penanaman Modal, ketentuan pasal 3 ayat 1 UU No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal menetukan bahwa penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas yang salah satu diantaranya “Berwawasan lingkungan” yang
berarti bahwa suatu kegiatan penanaman modal yang dilakukan harus tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan
hidup.
81
Suasana kebatinan pembentukan Undang-Undang tentang Penanaman Modal Didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal
yang kondusif sehingga undang-undang tentang penanaman modal mengatur mengenai keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan
yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal.
82
Dalam Pasal 18 ayat 3 huruf g Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang pengaturan mengenai fasilitas penanaman modal, disebutkan bahwa
pemberian fasilitas kepada penanaman modal diberikan apabila memenuhi kriteria yang salah satunya adalah bahwa kegiatan penanaman modal yang dilaksanakan
menjaga kelestarian lingkungan.
83
81
Penjelasan Pasal 3 ayat 1 huruf h Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Undang-Undang Penanaman Modal
82
Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hal 145.
83
Pasal 18 ayat 3 huruf g UU No. 25 Tahun 2007 tentang Undang-Undang Penanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
Bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup sebagai upaya sadar dan berencana mengelola sumber daya
secara bijaksana dalam pembangunan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup,perlu dijaga keserasian berbagai usaha danatau
kegiatan. Oleh sebab itu, usaha danatau kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yang perlu dianalisis sejak awal
perencanaannya sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat dipersiapkan sedini mungkin. Analisis
mengenai dampak lingkungan hidup diperlukan bagi proses pengembalian keputusan tentang pelaksanaan rencana usaha danatau kegiatan yang mempunyai
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup. Pengertian Analisis Dampak Lingkungan AMDAL adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha danatau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha danatau kegiatan.
84
84
Pasal 1 angka 21, UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
AMDAL merupakan bagian dari kegiatan studi kelayakan suatu rencana usaha danatau kegiatan, yang mengenai hasil analisis mengenai dampak
lingkungan digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan wilayah. Penyesunan amdal ini dapat dilakukan melalui pendekatan studi terhadap usaha
danatau kegiatan bersfat tunggal, terpadu atau kegiatan dalam suatu kawasan. Usaha danatau kegiatan yang memungkinkan dapat menimbulkan dampak besa
dan penting terhadap lingkungan hidup, meliputi :
Universitas Sumatera Utara
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak
terbaharui 3.
Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta
kemerosotan sumber daya alam dalam pemamfaatannya. 4.
Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya.
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumber daya alam danatau perlindungan cagar budaya.
6. Introduksi jenis-jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik;
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati nonhayati;
8. Penerapan tekhnologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup; 9.
Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan atau mempengaruhi pertahanan Negara.
Keterkaitan antara AMDAL dengan prisip pembangunan berwawasan lingkungan adalah merupakan suatu sistem analisa tentang sejauhmana dampak
atau pengaruh yang timbul terhadap suatu kegiatan yang akan direncakanakan dan sistem ini didasarkan pada analisis dampak lingkungan.
85
85
Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Mutiara Sumber Jaya 1985,hal 175.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 15 undang-undang No. 23 tahun 1997 menyatakan bahwa setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan
wajib diilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL dan AMDAL adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan terhadap lingkungan
hidup yang dipergunakan bagi proses pengambilan keputusan. Jadi, pejabat yang bertanggungjawab untuk memberi keputusan, boleh
atau tidaknya suatu keputusan dilakukan berkaitan dengan pelestarian kemampuan lingkungan di dasarkan atas hasil studi AMDAL. Oleh karena ini merupakan
dokumen yang sangat strategis dalam mencegah terjadinya perusakan atau pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh perbuatan manusia.
Di dalam AMDAL terkandung beberapa prinsip yang harus mendapatkan perhatian, yaitu :
86
a. Suatu rencana kegiatan yang diperkirakan dampak penting terhadap
lingkungan, baru dapat dilaksanakan setelah dipertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan, kegiatan ini baru di izinkan untuk dapat dilaksanakan
setelah adanya persetujuan atas Rencana Pengelolaan Lingkungan RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan RPL oleh instansi-instansi yang
bertanggungjawab. b.
AMDAL merupakan bagian dari proses perencanaan dan bagian dari studi kelayakan yang meliputi analisis teknis, analisis ekonomi dan analisis
lingkungan.
86
Gunawan Santoso, Analisis Dampak Lingkungan, Yogyakarta: GadjahMada University 1987, hal 31-32.
Universitas Sumatera Utara
c. Kriteria dan prosedur untuk menentukan apakah suatu kegiatan
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup harus secara jelas dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan.
d. Prosedur AMDAL harus mencakup tata cara penilaian yang tidak
memihak tercermin dalam susunan komisi AMDAL e.
AMDAL bersifat terbuka terkecualimenyangkut rahasia Negara oleh karena itu mesyarakat secara luas harus diberitahukan mengenai hasil
AMDAL ini. f.
Keputusan tentang AMDAL harus tertulis dengan mengemukakan dasar pertimbangan pengambilan keputusan dokumen RKL dan RPL serta
keputusan mengenai hal ini merupakan keputusan yang sangat penting dalam hal p-enegakan hukum.
g. Pelaksanaan AMDAL yang telah disetujui harus dipantau secara terus-
menerus. h.
Penempatan AMDAL dilaksanakan dalam rangka Kebijakan Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup.
i. Untuk penerapan AMDAL dibutuhkan aparat yang memadai.
Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN yang menjadi arah kebijaksanaan penanaman modal di tetapkan bahwa penanaman modal
dimungkinkangkan pelaksanaannya di Indonesia dengan memenuhi berbagai persyaratan-persyaratan tertentu. Di samping itu, penanaman modal diarahkan
untuk memperkuat tumbuhnya ekonomi nasional dalam rangka mendukung
Universitas Sumatera Utara
tercapainyatujuan pembangunan nasional.
87
Hal tersebut sejalan dengan uraian Sunaryati hartono yang mengatakan bahwa suatu pembahasan mengenai
penanaman modal asing tidak dapat dilihat terlepas dari peranannyadi dalam pembangunan ekonomi dan rencana pembangunan economic planning karena
penanamam modal asing hanya sebagai salah satu faktor saja dalam pembangunan ekonomi.
88
Lemahnya koordinasi kelembagaan ditimbulkan karena ketidakjelasan tugas dan fungsi pokok masing-masing instansi dan juga dapat ditimbulkan oleh
Permasalahan daya saing investasi di Indonesia adalah inkonsistensi kebijakan, pengaturan, dan implementasi investasi, dimana mengenai tugas dan
fungsi pokok Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM, apakah sebagai one stop service centre dalam pelayanan perizinan dan fasilitas investasi ataukah
hanya sebagai badan promosi investasi ? kondisi ini tidak hanya merupakan inkonsistensi, tetapi juga mencerminkan ketidakpastian yang membingungkan
investor atau calon investor. Disamping itu, juga rendahnya koordinasi diantara lembaga terkait baik
antara sesama lembaga maupun antara instansi pemerintah pusat dan daerah, dimana mereka cenderung bertindak secara sektoral dan kadang-kadang
mengundang kontroversi dan banyaknya kebijakan yang tidak relatif dalam implementasi serta terjadi kesenjangan antara kata dan perilaku aparatur
pemerintah yang berakibat hilangnya kepercayaan masyarakat terutama dunia usaha.
87
Aminuddin Ilmar, Op Cit, hal 36.
88
Sunaryati hartono, Beberapa Masalah Transnasionaldalam Penanaman Modal Asing PMA DI Indonesia, Bandung: Bina Cipta 1970, hal.1.
Universitas Sumatera Utara
mekanisme koordinasi yang tidak berjalan baik. Seringkali terjadi kegagalan dalam koordinasi disebabkan oleh adanya pertimbangan subjektif yang berlatar
belakang kepentingan politis dan ekonomi. Dalam rangka meningkatkan daya saing investasi agar dapat menarik
masuknya ke Indonesia sebanyak mungkin, kelemahaan koordinasi antara instansi terkait tersebut perlu diperbaiki dengan cara meningkatkan sinkronisasi dan
koordinasi kelembagaan baik di tingkat pusat maupum daerah ditingkat daerah. Disamping itu, perlu dilakukan penataan secara menyeluruh reformasi terhadap
aparatur negara civil service reform serta reformasi pelayanan publik public sevice reform.
Koordinasi yang harmonis di antara instansi yang berkaitan dengan efektivitas sistem hukum akan dapat berjalan dengan baik apabila ada kejelasan
tugas pokok dan fungsi serta kewenangan dari masing-masing institusi. Sehingga tidak terjadi duplikasi dan bahkan konflik. Hal ini karena fungsi koordinasi adalah
menyangkut kejelasan pola pelayanan terpadu serta pembagian kerja dan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk itu,
diperlukan mekanisme koordinasi yang dipahami dan mengikat bagi instansi terkait, misalnya menyangkut masalah promosi investasi, perizinan, fasilitas
investasi dan lain-lain. Dari segi kepentingan investor, tertibnya koordinasi diantara instansi-
instansi terkait akan memberikan kejelasan kepastian dalam pemenuhan kewajiban mereka dan menciptakan efisiensi berusaha, dimana hal ini tentunya
memberikan dampak yang positif bagi iklim investasi. Penerbitan koordinasi
Universitas Sumatera Utara
kelembagaan mencakup aspek : sinkronisasi wewenang dan tingkatkan kerja sama antarlembaga.
Atas dasar pertimbangan tersebut, Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 mengatur koordinasi dan kebijakan Penanaman Modal
yang termuat dalam Bab XII, pasal 27 yang menyatakan bahwa : 1
pemerintah mengoordianasikan kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antarinstansi pemerintah, antara instansi pemerintah dengan
Bank Indonesia, antara instansi pemerintah dengan daerah, maupun antarpemerintah daerah.
2 Koordinasi kebijakan penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 dilakukan oleh BKPM 3
BKPM sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dipimpin oleh seorang kepala dan bertanggungjawab kepada presiden.
4 Kepala BKPM sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 diangkat dan
diberhentikan oleh presiden. Dari ketentuan ayat 1 tersebut, dalam rangka investasi, pemerintah
mengoordinasikan kebijakan penanaman modal, baik antarinstansi pemerintah, pemerintah dengan Bank Indonesia, pemerintah dengan daerah maupun
antarpemerintah daerah. Koordinasi tersebut sangat diperlukan mengingat dalam rangka reformasi, terdapat kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan
daerah, dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor
Universitas Sumatera Utara
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Kebijakan tersebut telah mengubah penyelenggaraan pemerintahan, dari yang sebelumnya
bersifat terpusat menjadi terdesentralisasi yang meliputi penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada daerah kecuali, politik luar negeri, pertahanan,
peradilan, agama, fiskal moneter, dan kewenangan lainnya serta perubahan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
Sejak diterapkan kebijakan desentralisasi dam otonomi daerah tersebut, ternyata masih terdapat permasalahan dalam pelaksanaan yang secara tidak
langsung maupu langsung sangat berpengaruh terhadap investasi yaitu terhadap birokrasi perizinan penanaman modal. Permasalahan yang dijumpai sebagaimana
yang dalam RPJMN tahun 2004-2009 mengenai revitalisasi desentralisasi dan otonomi daerah adalah :
1 belum jelasnya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah; 2
berbedanya persepsi para pelaku pembangunan terhadap kebijakan desentralisasi dan otonami daerah;
3 masih rendahnya kerjasama antarinstansi pemerintah;
4 belum terbentuknya kelembagaan pemerintah daerah yang efektif dan
efisien; 5
masuh terbatas dan rendahnya kapasitas pemerintah daerah; 6
masih terbatas kapasitas keuangan daerah 7
pembentukan daerah otonom baru pemekaran wilayah yang masih belum sesuai dengan tujuannya.
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan desentralisasi dan otonomi daerah pemerintah daerah tersebut sangat erat pengaruhnya terhadap masuknya investasi di Indonesia
mengingat dalam Undang-Undang Penanaman Modal, UU No. 25 Tahun 2007, pemerintah menerapkan pelayanan terpadu satu pintu dalam pemberian perizinan
penanaman modal yang bertujuan untuk membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan
Selanjutnya, dalam ketentuan pasal 26 ayat 2 dikatakan bahwa pelayanan terpadu satu pintu tersebut dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang
dibidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan
ditingkat pusat atau lembaga atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di propinsi atau kabupatenkota.
Untuk itu, perlu adanya koordinasi yang sinergis antar lembaga, antarpemerintah dan antarpemerintah pusat dan daerah serta antarpemerintah
daerah. Untuk mengatur koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal termasuk perizinan, menurut pasal 27 ayat 2 diserahkan kepada Badan
Koordinasi Penanaman Modal BKPM yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta pelayanan terpadu satu pintu menurut pasal 29 Undang-Undang
No. 25 Tahun 2007, harus melibatkan perwakilan secara langsung dari setiap sektor dan daerah terkait dengan pejabat yang mempunyai kompetensi dan
kewenangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN