1
I. PENDAHULUAN
Bencana alam Tsunami tanggal 26 Desember 2004 yang menimpa propinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah menewaskan dan menghilangkan sedikitnya 150
ribu hingga 200 ribu jiwa, menimbulkan kurang lebih 30 ribu anak yatim, dan mengakibatkan kerugian materil lainnya dalam jumlah yang sangat besar. Sebagai
dampak dari bencana ini, berbagai persoalan dan sengketa hukum di bidang pertanahan, kewarisan dan perwalian tak pelak bermunculan ke permukaan.
Dalam waktu hampir satu setengah tahun pasca Tsunami, Mahkamah Syar’iyah di kota dan kabupaten di seluruh Aceh yang dilanda Tsunami telah menyelesaikan
belasan ribu kasus yang meliputi penetapan ahli waris dan penunjukan perwalian. Jumlah ini tentu saja masih di bawah angka korban yang meninggal akibat Tsunami
yang mencapai ratusan ribu jiwa. Lebih dari itu, perkara-perkara waris dan perwalian yang diajukan ke depan Mahkamah pada umumnya bersifat volunteer
permohonan dan bukannya berbentuk contentious persengketaan. Mahkamah Syar’iyah memperkirakan bahwa ke depan angka kasus sengketa akan meningkat,
lebih-lebih jika kasus-kasus tersebut tak dapat diselesaikan melalui musyawarah keluarga ataupun oleh pemuka adat di gampong.
Mempertimbangkan kenyataan tersebut, International Development Law Organization IDLO dalam program bantuan hukum yang dilakukannya di Aceh
pasca Tsunami memilih antara lain Mahkamah Syar’iyah Propinsi NAD sebagai salah satu partner kerjasama khususnya dalam bidang perkara-perkara yang
merupakan kewenangan hukum Mahkamah Syar’iyah. Di antara program kerjasama tersebut adalah Penelitian dan Dokumentasi Hukum yang berkaitan dengan
pertanahan,
1
kewarisan dan perwalian. Hasil dari kegiatan riset ini nantinya akan digunakan sebagai kerangka pelaksanaan program berikutnya, yaitu pelatihan
aparatur gampong guna peningkatan keterampilan dan teknik mediasi, dan sosialisasi tentang hak-hak perempuan dalam aspek pertanahan, kewarisan dan
perwalian melalui film dokumenter pendek yang akan diproduksi oleh IDLO.
II. TUJUAN PENELITIAN